Anda di halaman 1dari 18

Volume 2 – Nomor 1, Februari 2018, 79-96

| ISSN 2548-8201 (Print) | 2580-0469) (Online) |

PENERAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM


MEMBENTUK KARAKTER PRIBADI YANG ISLAMI

Elihami Elihami
STKIP Muhammadiyah Enrekang, Indonesia

Email: elihamid@ymail.com

Abdullah Syahid
Universitas Muhammadiyah Parepare, Indonesia

Abstrak
Penelitian ini membahas tentang penerapan pendidikan agama Islam pada sebagai upaya
pembentukan kepribadian muslim peserta didik yang islami. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian menggunakan interdisipliner, antara lain: pendekatan
manajeman, pedagogis, sosiologis, dan psikologis. Sumber data primer dari penelitian ini adalah guru
Pendidikan Agama Islam. Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa data profil sekolah, teori
tentang konsep strategi pembelajaran, teori pendidikan agama Islam, dan teori pembentukan
kepribadian muslim. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian ditemukan bahwa strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam
pembentukan kepribadian muslim peserta didik menggunakan dua strategi pembelajaran, yaitu
pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung.

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran; Kepribadian Muslim;Pendidikan Agama Islam; Peserta didik

Abstract
This study discusses the strategy of Islamic religious education teachers in the teaching of Islamic
Education as efforts to establish the Islamic personality of the students. This type of research is
qualitative research. Interdisciplinary research approach used, among other things: management
approach, pedagogical, sociological, and psychological. Sources of primary data from this study were
teachers of Islamic education. Secondary data sources in this study a school profile data, theories on
the concept of the learning strategies, Islamic religious of education theory, and the theory of the
formation of Muslim personality. Data collection techniques using observation, interviews, and
documentation. Data were analyzed using the stages of data reduction, data presentation, and
conclusion. The research found that the learning strategies of Islamic education in shaping Muslim
personality of students use two strategies of learning, ie learning direct and indirect learning.

Keywords: Learning Strategies; Personality Muslim; Islamic Education; Learners

A. Pendahuluan keimanan yang menjadi fundamen mental-


Pendidikan Agama Islam sebagai spritual manusia dimana sikap dan tingkah
suatu proses ikhtiyariyah mengandung ciri lakunya termanifestasikan menurut kaidah-
dan watak khusus, yaitu proses penanaman, kaidah agamanya. Nilai-nilai keimanan
pengembangan dan pemantapan nilai-nilai seseorang adalah keseluruhan pribadi yang

## HowToCite##
Elihami, E., Syahid, A. (2018). Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk
Karakter Pribadi yang Islami. Edumaspul - Jurnal Pendidikan, 2(1), 79-96.
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 80
ELIHAMI E., SYAHID A.

menyatakan diri dalam bentuk tingkah laku kecilnya pengaruh yang dimaksud sangat
lahiriah dan rohaniah, dan ia merupakan tergantung pada berbagai faktor yang
tenaga pendorong/penegak yang dapat memotivasi anak untuk memahami
fundamental, bagi tingkah laku seseorang.1 nilai-nilai agama. Sebab pendidikan agama
Pendidikan Islam juga melatih pada hakekatnya merupakan pendidikan
kepekaan (sensibility) para peserta didik nilai. Oleh karena itu pendidikan agama
sedemikian rupa, sehingga sikap hidup dan lebih dititik beratkan pada bagaimana
prilaku didominasi oleh perasaan mendalam membentuk kebiasaan yang selaras dengan
nilai-nilai etis dan spritual Islam. Mereka tuntunan agama.4
dilatih, sehingga mencari pengetahuan tidak Pengaruh pembentukan jiwa
sekedar untuk memuaskan keingintahuan keagamaan dan perilaku keberagamaan
intelelektual atau hanya untuk keuntungan pada lembaga pendidikan, khususnya pada
dunia material belaka, tetapi juga untuk lembaga pendidikan formal (sekolah)
mengembangkan diri sebagai makhluk banyak tergantung dari bagaimana
rasional dan saleh yang kelak akan karakteristik pendidikan agama yang
memberikan kesejahteraan fisik, moral dan diberikan di sekolah tersebut. Hal tersebut
spritual bagi keluarga, masyarakat dan umat dikarenakan sekolah dalam perspektif
manusia. Pandangan ini berasal dari Islam, berfungsi sebagai media realisasi
keimanan mendalam kepada Allah swt.2 pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran,
Berdasarkan undang-undang sistem aqidah dan syariah dalam upaya
Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 penghambaan diri terhadap Allah dan
dijelaskan bahwa: mentauhidkan-Nya sehingga manusia
Pendidikan nasional bertujuan untuk terhindar dari penyimpangan fitrahnya. 5
mengembangkan potensi peserta didik agar Kaitannya dengan itu, dalam upaya
menjadi manusia Indonesia seutuhnya yaitu pembentukan pribadi muslim yang saleh,
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada maka pendidikan melalui sistem
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki persekolahan patut diberikan penekanan
pengetahuan dan keterampilan, berbudi yang istimewa. Hal ini disebabkan oleh
pekerti yang luhur, sehat jasmani dan pendidikan sekolah mempunyai program
rohani, berkepribadian yang mantap, cerdas, yang teratur, bertingkat dan mengikuti
kreatif, mandiri dan memiliki rasa tanggung syarat yang jelas dan ketat. Hal ini
jawab.3 mendukung bagi penyusunan program
Dalam upaya menanamkan pendidikan Islam yang lebih akomodatif. 6
perilaku keberagamaan terhadap peserta
didik, maka sangat diharapkan kepada
setiap lembaga pendidikan untuk 4
Jalaluddin, Psikologi Agama (Cet.I;
memberikan pengaruh bagi pembentukan
Jakarta: Grafindo Persada, 1996), h. 206.
jiwa keagamaan pada anak. Namun besar 5
Abdurrahman al-Nahdlawi, Ushul al-
Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibuha fi al-Bayt wa
al-Madrasah wa al-Mujtama’ diterjemahkan oleh
1
H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Shibabuddin dengan judul “Pendidikan Islam di
(Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 214. Rumah, Sekolah dan Masyarakat” (Cet. II;
2
Fadhlan Mudhafir, Krisis Dalam Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 152.
Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Al-Mawardi Prima,
6
2000), h. 1. Syarifuddin Ondeng, Islam dalam
3
Depdiknas, Undang-undang Sistem Berbagai Dimensi; Kajian tentang Agama, Sejarah
Pendidikan Nasional (Jakarta: Direktorat Jendral dan Pendidikan (Makassar: Berkah Utami, 2004),
Pendi-dikan dan Kebudayaan, 2003), h. 6. h. 160.

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 81
ELIHAMI E., SYAHID A.

Guru dalam menggunakan strategi Menurut J.R. David dalam dunia


pembelajaran, hendaknya menyesuaikan pendidikan strategi diartikan sebagai “a
dengan kondisi dan suasana kelas serta plan, method, or series of activities designed
tentunya guru dituntut perannya lebih to achieves a particular educational goal”.8
banyak menggunakan strategi pembelajaran Jadi dengan demikian strategi pembelajaran
yang variatif. Setiap strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan
ada kelebihan dan kekurangannya. Agar yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
tidak terjadi kegiatan pembelajaran yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
membosankan bagi peserta didik, seorang tertentu. Menurut Darsono yang dikutip
guru perlu menciptakan strategi Mustahu bahwa pembelajaran dapat
pembelajaran yang baik dan selaras dengan dibedakan menjadi dua, yaitu secara umum
kebutuhan peserta didik tersebut. dan secara khusus. Pengertian pembelajaran
Berdasarkan fenomena tersebut, secara umum adalah suatu kegiatan yang
penulis menganggap perlu untuk melakukan dilakukan oleh pendidik sedemikian rupa,
penelitian untuk melihat strategi yang sehingga tingkah laku peserta didik berubah
diterapkan guru pendidikan agama Islam ke arah yang lebih baik. Sedangkan
dalam rangka menghasilkan output yang pembelajaran secara khusus adalah suatu
handal, terutama dalam menciptakan peserta kegiatan yang dilakukan secara tidak sadar
didik yang berakhlak dan berwawasan dan tidak sengaja. Oleh karena itu
keislaman. Begitu juga, peneliti secara pembelajaran pasti mempunyai tujuan
khusus akan meneliti strategi pembelajaran pembelajaran (learning), merupakan proses
yang diterapkan oleh guru dalam perubahan yang relatif konstan dalam
mengajarkan mata pelajaran Pendidikan tingkah laku yang terjadi karena adanya
Agama Islam sebagai dasar utama dalam sesuatu pengalaman atau latihan.9
mewujudkan peserta didik yang Pembelajaran ialah membelajarkan
berkepribadian muslim. peserta didik menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar, yang merupakan
B. Tinjauan Pustaka penentu utama keberhasilan pendidikan.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi
1. Konsep Strategi Pembelajaran dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak
Istilah strategi pada mulanya guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
digunakan dalam dunia militer yang dilakukan oleh peserta didik atau murid.
diartikan sebagai cara penggunaan seluruh Sedangkan menurut Corey sebagaimana
kekuatan militer untuk memenangkan suatu yang dikutip oleh Syaiful Sagala
peperangan. Seorang yang berperan dalam Pembelajaran adalah suatu proses dimana
mengatur strategi, untuk memenangkan lingkungan seseorang secara disengaja
peperangan sebelum melakukan suatu dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
tindakan, ia akan menimbang bagaimana dalam tingkah laku tertentu dalam
kekuatan pasukan yang dimilikinya baik
dilihat dari kuantitas maupun kualitas;
misalnya kemampuan setiap personal, juga Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaan
Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cet. IV;
jumlah dan kekuatan persenjataan, motivasi
Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 125.
pasukannya dan lain sebagainya.7 8
Wina Sanjaya, Kurikulum dan
Pembelajaran, op. cit., h. 294.
7 9
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem
Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan Pendidikan (Yogyakarta: S.I. Press, 2004), h. 20.
KTSP (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2008), h. 293. Lihat

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 82
ELIHAMI E., SYAHID A.

kondisikondisi khusus atau menghasilkan dan penggunaan teknik itu setiap guru
respons terhadap situasi tertentu, memiliki taktik yang mungkin berbeda antara
pembelajaran merupakan subset khusus dari guru yang satu dengan yang lain.
pendidikan. 10 Pembelajaran merupakan
aktualisasi kurikulum yang menuntut guru 2. Pertimbangan Pemilihan Strategi
dalam menciptakan dan menumbuhkan Pembelajaran
kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana Pembelajaran pada dasarnya adalah
yang telah diprogramkan.11 proses penambahan informasi dan
Berdasarkan beberapa definisi kemampuan baru. Ketika kita berpikir
pembelajaran tersebut, dapat dipahami informasi dan kemampuan apa yang harus
bahwa, pembelajaran adalah proses yang dimiliki oleh peserta didik, maka pada saat
disengaja dirancang untuk menciptakan itu juga kita semestinya berpikir strategi
terjadinya aktivitas belajar dalam diri apa yang harus dilakukan agar semua itu
individu. Dengan kata lain, pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
merupakan sesuatu hal yang bersifat Ini sangat penting untuk dipahami, sebab
eksternal dan sengaja dirancang untuk apa yang harus dicapai dalam menentukan
mendukung terjadinya proses belajar strategi pembelajaran guru pun selalu
internal dalam diri individu. menggunakan strategi pembelajaran yang
Kemp menjelaskan bahwa strategi lebih dari satu. Pemakaian strategi yang
pembelajaran adalah suatu kegiatan satu digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang harus dikerjakan yang satu, sementara penggunaan strategi
pendidik dan peserta didik agar tujuan yang lain, juga digunakan untuk mencapai
pembelajaran dapat dicapai secara efektif tujuan yang lain. 13
dan efisien. Senada dengan pendapat di atas,
Dick and Carey juga menyebutkan bahwa 3. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi
strategi pembelajaran itu adalah suatu set Pembelajaran
materi dan prosedur pembelajaran yang Yang dimaksud dengan prinsip-
digunakan secara bersama-sama untuk prinsip dalam menggunakan strategi
menimbulkan hasil belajar pada peserta pembelajaran adalah bahwa tidak semua
didik.12 strategi pembelajaran cocok digunakan
Dari penjelasan di atas, maka dapat untuk mencapai semua tujuan dan semua
ditentukan bahwa suatu strategi pembelajaran keadaan. Setiap strategi memiliki
yang diterapkan guru akan tergantung pada kekhasan sendiri-sendiri. Hal ini seperti
pendekatan yang digunakan; sedangkan yang dikemukakan oleh Killen: “No
bagaimana menjalankan strategi itu dapat teaching strategy is better than others in all
ditetapkan berbagai metode pembelajaran. circumtances, so you have to be able to use
Dalam upaya menjalankan metode a variety of teaching strategies,; and make
pembelajaran guru dapat menentukan teknik rational decisions about when each of the
yang dianggapnya relevan dengan metode, teaching strategies is likely to most
effective”.14
10
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna
13
Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2003), h. 61. Syaiful Bahri Djamarah (et.al.), Konsep
Belajar dan Pembelajaran (Cet. III; Jakarta: Rineka
11
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Cipta, 2006), h. 75.
14
Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaan
90. Berorientasi Standar Proses Pendidikan, op. cit,. h.
12
Ibid., h. 294. 131.

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 83
ELIHAMI E., SYAHID A.

Apa yang dikemukakan Killen itu ditentukan, maka semakin berkualitas


jelas bahwa guru harus mampu memilih proses pembelajaran.15
strategi yang dianggap cocok dengan
keadaan. Oleh sebab itu, guru perlu d. Integritas
memahami prinsip-prinsip umum Mengajar harus dipandang sebagai
penggunaan strategi pembelajaran sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi
berikut: peserta didik. Mengajar bukan hanya
mengembangkan kemampuan kognitif
a. Berorientasi pada Tujuan saja, akan tetapi juga meliputi
Dalam sistem pembelajaran tujuan pengembangan aspek afektif dan aspek
merupakan komponen yang utama. Segala psikomotor. Oleh karena itu, strategi pem-
aktivitas guru dan peserta didik, mestilah belajaran harus dapat mengembangkan
diupayakan untuk mencapai tujuan yang seluruh aspek kepribadian peserta didik
telah ditentukan. Ini sangat penting, sebab secara terintegrasi.
mengajar adalah proses yang bertujuan.
Oleh karenanya keberhasilan suatu strategi 4. Pendidikan Agama Islam
pembelajaran dapat ditentukan dari Menurut Kamus Besar Bahasa
keberhasilan peserta didik mencapai tujuan Indonesia, kata “pendidikan” berasal dari
pembelajaran. kata dasar didik dan awalan men, menjadi
mendidik yaitu kata kerja yang artinya
b. Aktivitas memelihara dan memberi latihan (ajaran).
Belajar bukanlah menghafal Pendidikan sebagai kata benda berarti proses
sejumlah fakta atau informasi. Belajar perubahan sikap dan tingkah laku seseorang
adalah berbuat; memperoleh pengalaman atau kelompok orang dalam usaha
tertentu sesuai dengan tujuan yang mendewasakan manusia melalui upaya
diharapkan. Karena itu, strategi pengajaran dan latihan.16
pembelajaran harus dapat mendorong Sedangkan menurut Rechey dalam
aktivitas peserta didik. Aktivitas tidak bukunya Planning for Teaching, an
dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, Introduction, menyatakan pengertian
akan tetapi juga meliputi aktivitas yang pendidikan sebagai berikut:
bersifat psikis seperti aktivitas mental. Istilah pendidikan berkenaan dengan
Guru sering lupa dengan hal ini. Banyak fungsi yang luas dari pemeliharaan dan
guru yang terkecoh oleh sikap peserta perbaikan kehidupan suatu masyarakat
didik yang pura-pura aktif padahal terutama membawa warga masyarakat
sebenarnya tidak. yang baru (generasi muda) bagi
penuaian kewajiban dan tanggung
c. Individualitas jawabnya di dalam masyarakat”.17
Mengajar adalah usaha
mengembangkan setiap individu peserta
didik. Walaupun kita mengajar pada 15
Wina Sanjaya, Kurikulum dan
sekelompok peserta didik, namun pada Pembelajaran, op. cit., h. 132.
16
hakikatnya yang ingin kita capai adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. XI; Jakarta:
perubahan perilaku setiap peserta didik. Balai Pustaka, 2010), h. 702.
Semakin tinggi standar keberhasilan
17
Ahmad Tafsir, dkk, Cakrawala pemikiran
pendidikan Islam (Bandung: Mimbar Pustaka, 2004),
h. 277.

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 84
ELIHAMI E., SYAHID A.

Secara terminologis, para ahli mengenal, memahami, menghayati,


pendidikan mendefinisikan kata pendidikan hingga mengimani, ajaran agama Islam,
dari berbagai tinjauan. Hasan Langgulung dibarengi dengan tuntunan untuk
melihat arti pendidikan dari sisi fungsi menghormati penganut agama lain
pendidikan, yaitu: pertama, dari segi dalam hubungannya dengan kerukunan
pandangan masyarakat, dimana pendidikan antar umat beragama hingga terwujud
merupakan upaya pewarisan kebudayaan kesatuan dan persatuan bangsa.20 Dalam
yang dilakukan oeh genarsai tua kepada hal ini, pendidikan agama Islam
generasi muda agar kehidupan masyarakat merupakan suatu aktivitas yang
tetap berkelanjutan. Kedua, dari segi disengaja untuk membimbing manusia
kepentingan individu, pendidikan diartikan dalam memahami dan menghayati ajaran
sebagai upaya pengembangan potensi- agama Islam serta dibarengi dengan
potensi yang tersembunyi dan dimiliki tuntutan untuk menghormati penganut
manusia.18 agama lain.
Sedangkan definisi pendidikan yang b. Menurut Zakiyah Daradjat yang disitir
disandarkan pada makna dan aspek serta oleh Abdul Majid dan Dian Andayani
ruang lingkungannya, dapat dilihat apa yang bahwa pendidikan agama Islam adalah
dikemukakan oleh Ahmad D. Marimba, suatu usaha untuk membina dan
bahwa pendidikan adalah bimbingan atau mengasuh peserta didik agar senantiasa
pimpinan secara sadar oleh pendidik dapat memahami ajaran Islam secara
terhadap perkembangan jasmani dan rohani menyeluruh. Lalu menghayati tujuan,
terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang pada akhirnya mengamalkan serta
utama. Dalam sistem pendidikan nasional, menjadikan Islam sebagai pandangan
istilah pendidikan diartikan sebagai usaha hidup.21 Di sini, pendidikan agama Islam
sadar untuk meyiapkan peserta didik melalui tidak hanya bertugas menyiapkan
bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peserta didik dalam rangka memahami
peranannya di masa yang akan datang.19 dan menghayati ajaran Islam namun
Dari beberapa pendapat para ahli sekaligus menjadikan Islam sebagai
dapat diketahui bahwa pendidikan pedoman hidup.
merupakan aktivitas yang disengaja dan c. Menurut Azizy yang dikutip oleh Abdul
bertujuan yang di dalamnya terlibat berbagai Majid dan Dian Andayani
faktor yang saling berkaitan antara satu mengemukakan bahwa esensi
dengan lainnya, sehingga membentuk satu pendidikan yaitu adanya proses transfer
sistem yang saling mempengaruhi. nilai, pengetahuan, dan ketrampilan dari
Adapun definisi pendidikan agama generasi tua kepada generasi muda agar
Islam menurut pendapat beberapa pakar generasi muda mampu hidup. Oleh
adalah sebagai berikut: karena itu ketika kita menyebut
a. Menurut Abdul Majid dan Dian pendidikan agama Islam, maka akan
Andayani dalam buku Pendidikan mencakup dua hal (a) mendidik siswa
Agama Islam Berbasis Kompetensi untuk berperilaku sesuai dengan nilai-
bahwa Pendidikan agama Islam adalah
upaya sadar dan terencana dalam 20
Abdul Majid dan Dian Andayani,
menyiapkan peserta didik untuk Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004)
18
Ibid., h. 278-279. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 130.
19 21
Ibid. Ibid.

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 85
ELIHAMI E., SYAHID A.

nilai atau akhlak Islam; (b) mendidik Kata ini dalam bahasa Inggris adalah
siswa-siswi untuk mempelajari materi “Personality” yang berasal dari kata Persona
ajaran Islam subjek berupa pengetahuan (bahasa Latin) yang berarti kedok atau
tentang ajaran Islam.22 topeng. Yaitu penutup muka yang sering
d. Menurut Ahmad Supardi yang dikutip dipakai oleh pemain panggung. Maksudnya
oleh Ahmad Tafsir, dkk bahwa untuk menggambarkan prilaku dan watak
pendidikan agama Islam merupakan atau pribadi seseorang.25
pendidikan yang berdasarkan Islam atau Secara terminologi, kepribadian
tuntunan agama Islam dalam membina adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau
dan membentuk pribadi muslim yang sifat khas dari diri seseorang yang
bertaqwa kepada Allah SWT, cinta kasih bersumber dari bentukan-bentukan yang
sayang pada orang tuanya dan sesama diterimadari lingkungan, misalnya, keluarga
hidupnya dan juga kepada tanah airnya masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak
sebagai karunia yang diberikan oleh lahir. 26 Kepribadian (personality)
Allah SWT.23 Dalam hal ini pendidikan merupakan salah satu kajian psikologi yang
Islam adalah suatu bimbingan yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau
dilakukan untuk membentuk pribadi temuan-temuan (hasil praktik penanganan
muslim yang cinta kepada tanah air dan kasus) para ahli. Objek kajian kepribadian
sesama hidup. adalah “human behavior”, perilaku manusia
Jadi pendidikan agama Islam yang pembahasannya terkait dengan apa,
merupakan usaha sadar yang dilakukan guru mengapa dan bagaimana perilaku tersebut.27
dalam rangka mempersiapkan peserta didik Kepribadian merupakan pengaturan individu
untuk menyakini, memahami, dan yang bersifat dinamis pada sistem fisik dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan psikis yang menentukan tabiatnya serta
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang selaras dengan lingkungannya. 28 Sigmund
telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang Freud mengungkapkan bahwa kepribadian
ditetapkan. adalah integrasi dari landasan, ego dan super
ego. Landasan sebagai komponen
5. Pribadi Muslim yang Islami kepribadian psikologis, ego sebagai
1. Pengertian Pribadi Muslim yang komponen psikologis, dan super ego sebagai
Islami komponen kepribadian sosiologis.29
Secara etimologi, kepribadian Schultz mengungkapkan bahwa
berasal dari kata “pribadi” yang berarti konsep awal dari kepribadian adalah tingkah
manusia sebagai perseorangan, keseluruhan
sifat yang merupakan watak manusia,
25
keadaan manusia sebagai perseorangan. M. Enoch, Anak, Keluarga dan
Kemudian kata itu mendapat awalan “ke” Masyarakat (Cet. III; Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1991), h. 75.
dan akhiran “an” yang berarti sifat hakiki 26
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian
yang tercermin pada sikap seseorang yang Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, and
membedakan dirinya dengan orang lain. 24 Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati
Diri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 11.
22 27
Ibid., h.131. Syamsu Yusuf dan A dan Juntika
Nurihsan, op. cit., h. 1.
23 28
Ahmad Tafsir, dkk, op. cit., h. 285. Rahmat Ramadhana Al Banjari, Membaca
24
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kepribadian Muslim seperti Membaca Al-Qur’an
RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. XI; Jakarta: (Yogyakarta: Diva Press, 2008), h. 168.
29
Balai Pustaka, 2010), h.780. Nety Hartati, Islam dan Psikologi,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 121.

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 86
ELIHAMI E., SYAHID A.

laku yang ingin ditunjukkan kepada kecenderungan seseorang untuk


lingkungan sosial dan kesan mengenai diri mempertahankan sikap dirinya dari
yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh pengaruh luar. Identitas merupakan
orang lain.30 karakteristik seseorang.34
J. F. Dasbid menyebut kepribadian Kemudian kata “kepribadian”
sebagai nurani seluruh tingkah laku ditambah dengan “muslim”, sehingga
seseorang. Selanjutnya William Stern, menjadi kepribadian muslim. Kepribadian
seorang pakar ilmu jiwa menyatakan bahwa muslim sendiri berarti kepribadian yang
kepribadian merupakan gambaran totalitas menunjukkan tingkah laku luar, kegiatan-
yang penuh arti dalam diri seseorang yang kegiatan jiwa, filsafat kehidupan dan
ditujukan kepada suatu tujuan tertentu kepercayaan seorang Islam. 35 Dengan kata
secara bebas.31 lain, kepribadian muslim adalah tingkah
Menurut Phares berpendapat laku seorang muslim yang dimiliki oleh
kepribadian merupakan pola khas dari seseorang dan menjadi ciri khas kepribadian
fikiran, perasaan serta tingkah laku yang yang membedakan seseorang tersebut
membedakan orang yang satu dengan yang dengan orang lain, karena sikap dan tingkah
lainnya dan tidak tidak berubah lintas waktu lakunya menunjukkan pengabdian kepada
dan situasi. 32 Sedangkan G. W. All Port, Tuhan, penyerahan diri kepadaNya.
berpendapat bahwa kepribadian merupakan Kepribadian muslim adalah “pengalaman
organisasi yang dinamis dari sistem-sistem sepenuhnya ajaran Allah dan Rasulnya”.36
psikofisik dalam diri individu yang Kepribadian Muslim merupakan
menentukan penyesuaian yang unik identitas yang dimiliki oleh seseorang
terhadap karakteristik perilaku dan sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah
33
pemikirannya. laku lahiriyah maupun batiniyah. 37
Kepribadian dapat dilihat dari empat Kepribadian manusia yang ideal menurut
aspek muatannya. Pertama, aspek Islam, dicontohkan pada sosok Nabi
personalia, yaitu kepribadian dilihat dari Muhammad Saw. Pada diri beliaulah yang
pola tingkah laku lahir dan batin yang sebenar-benarnya terjadi keseimbangan
dimiliki seseorang. Kedua, aspek antara tubuh dan jiwa sehingga mewujudkan
individualitas, yakni karakteristik atau sifat- bentuk kepribadian yang hakiki dan
sifat khas yang dimiliki seseorang secara sempurna.38
individu berbeda dengan individu lainnya. Kepribadian muslim adalah
Ketiga, aspek mentalis, sebagai perbedaan kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya
yang berkaitan dengan cara berfikir. merealisasikan atau mencerminkan ajaran
Keempat, aspek identitas, yaitu
34
Jalaluddin dan Abdullah Idi, op. cit., h.
30
Dede Rahmat Hidayat, Psikologi 190.
35
Kepribadian dalam Konseling (Jakarta: Ghalia Sidi Gazalba, Pendidikan Umat Islam (Cet.
Indonesia, 2011), h. 6. IV; Jakarta: Rajawali Pers, 1994), h. 92.
31 36
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Abu Ahmadi dan Noor Salimi. Dasar-
Pendidikan Islam (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, Dasar Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi
2007), h. 180. Aksara, 2004), h. 69.
32 37
Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang: Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam
Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, 2007), (Pekalongan STAIN Pekalongan Press, 2007), h.
h. 9. 129.
33 38
Paulus Budi Raharjo, Mengenal Teori Purwa Atmaja Prawita, Psikologi
Kepribadian Mutakhir (Yogyakarta: Kanisius, 1997), Kepribadian dengan Perspektif Baru, (Jogjakarta:
h. 81. Ar-Ruzz Media, 2013) h. 332.

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 87
ELIHAMI E., SYAHID A.

Islam. Kepribadian muslim juga dapat dari luar, missal: cara-caranya berfikir, sifat,
diartikan kepribadian yang seluruh aspek- dan minat.
aspeknya baik tingkah laku luarnya, c. Kerohanian yang luhur, meliputi
kegiatan-kegiatan jiwanya maupun filsafat aspek-aspek kejiwaan sitem nilai-nilai yang
hidup dan kepercayaan menunjukkan telah meresap dalam kepribadian itu yang
pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan mengarahkan dan memberi corak seluruh
diri kepadaNya. Menurut Muhammad Zein kehidupan individu itu. Bagi orang-orang
bahwa kepribadian muslim tidak akan yang beragama, aspek-aspek inilah yang
terlepas dari tiga aspek yaitu: Iman, Islam menentukan kemana arah kebahagiaan,
dan Ihsan. 39 Sedangkan faktor pendidikan bukan saja di dunia tetapi juga di akhirat.
akhlak dilakukan dengan cara Aspek-aspek inilah yang memberi kualitas
mempengaruhi dengan menggunakan usaha kepribadian keseluruhannya.42
membentuk kondisi yang mencerminkan
pola kehidupan yang sejalan dengan norma-
norma Islam contoh teladan dan lingkungan c. Berakhlak Mulia
yang serasi.40 Akhlak artinya tabiat, budi pekerti
Berdasarkan pendapat para pakar atau kebiasaan. 43 Manusia yang berakhlak
menegenai kepribadian muslim maka dapat adalah manusia yang suci dan sehat hatinya,
diketahui bahwa, kepribadian muslim adalah sedangkan manusia yang tidak berakhlak
cirri khas seseorang yang membedakan dia adalah manusia yang kotor hatinya. Manusia
dengan yang lainnya dari keseluruhan yang berakhlak (husn al-khuluq) akan
tingkah laku lahiriyah maupun batiniyah tertanam iman dan hatinya, sebaliknya
yang dapat dibentuk melalui faktor internal manusia yang tidak berakhlak (su’ul al-
(bawaan) dan faktor eksternal (lingkungan). khuluq) ialah manusia yang ada sikap
2. Struktur Kepribadian Muslim yang mendua dalam tuhan (nifaq) di dalam
Islami hatinya. 44 Kembali kepada kebenaran
Struktur kepribadian adalah aspek- dengan melakukan tobat dari segala
aspek atau elemen-elemen yang terdapat kesalahan yang pernah dibuat sebelumnya.45
pada diri manusia yang karenanya
kepribadian terbentuk. 41 Pada dasarnya C. Metode Penelitian
aspek-aspek kepribadian itu dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu: Jenis penelitian ini adalah kualitatif.
a. Kejasmanian, meliputi tingkah Penelitian kualitatif adalah prosedur
laku luar yang mudah Nampak dan ketahan penilitian yang menghasilkan data deskriptif
dari luar, misalnya: cara-caranya berbuat, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
caranya berbicara, dan sebagainya.
b. Kejiwaan, meliputi aspek-aspek 42
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat
yang tidak dapat segera dilihat dan ketahuan Pendidikan Islam (Bandung: Al Ma’arif, 1962), h.
66-67.
43
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai
(Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 26
39 44
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat M. Abduh Malik, dkk, Pengembangan
Pendidikan Islam (Cet. Ke-2 revisi; Bandung: Kepribadian Pendidikan Agama Islam (Jakarta:
Pustaka Setia, 2001) h. 20. Departemen Agama, 2009), h. 78.
40 45
Abdul Khobir, op.cit., h. 134. Jalaluddin dan Usman Said, Filasafat
41
Abdul Mujib, Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan
Mengembangkan Standar Kompetensi Guru Pemikirannya (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 56. 1994), h. 96-97.

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 88
ELIHAMI E., SYAHID A.

orang-orang dan perilaku yang dapat


diamati. 46 Penelitian kualitatif dalam D. Hasil Penelitian
penelitian ini bertujuan untuk menemukan
persepsi guru pendidikan agama dalam 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam
membentuk kepribadian muslim peserta pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
didik.Pendekatan yang digunakan pada dalam Pembentukan Kepribadian Muslim
penelitian ini adalah pendekatan Peserta Didik
interdisipliner, antara lain: pendekatan Seorang guru harus mengetahui
manajeman, pedagogis, sosiologis, dan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
psikologis. Penelitian ini menggunakan 2 pendidik. Guru disamping memiliki tugas
(dua) jenis sumber data, yaitu: Data Primer, mengajar, juga bertanggung jawab terhadap
dalam penelitian lapangan data primer pencapian pembelajaran peserta didiknya.
merupakan data utama yang diambil Pencapaian pembelajaran harus memenuhi
langsung dari para informan yang dalam hal tiga aspek, yaitu kognitif, psikomotorik dan
ini adalah guru Pendidikan Agama Islam. afektif.
Data ini berupa hasil interview (wawancara) Dalam upaya guru membentuk
dan Data Sekunder, pengambilan data dalam kepribadian muslim peserta didik melalui
bentuk dokumen-dokumen yang telah ada pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
serta hasil penelitian relevan yang guru menggunakan dua strategi
ditemukan peneliti. Data ini berupa pembelajaran, yaitu:
dokumentasi penting menyangkut profil 1. Pembelajaran Langsung (Direct
sekolah, teori tentang konsep strategi Instruction)
pembelajaran, pendidikan agama Islam, dan Pembelajaran langsung
pembentukan kepribadian muslim.Peneliti mengutamakan proses belajar konsep dan
terlibat langsung di lokasi penelitian untuk keterampilan motorik, sehingga
mengadakan penelitian dan memperoleh menciptakan suasana pembelajaran yang
data-data konkret yang ada hubungannya lebih terstruktur. pembelajaran ini biasanya
dengan pembahasan ini. Teknik dilakukan di dalam kelas, pelaksanaannya
pengumpulan data yang digunakan peneliti terencana dan materinya diatur kurikulim.48
yakni observasi atau pengamatan cara-cara Guna suksesnya strategi
menganalisis dan mengadakan pencatatan pembelajaran diperlukan pemilihan metode
secara sistematis mengenai tingkah laku pembelajaran yang tepat. Hal ini sangat
dengan melihat atau mengamati individu mempengaruhi daya serap peserta didik
atau kelompok secara langsung. 47 Untuk terhadap materi ajar dan diharapkan
melaksanakan analisis data kualitatif ini pengetahuan keislaman dapat menjadi
maka perlu ditekankan beberapa tahapan tameng bagi peserta didik terhadap perilaku
dan langkah-langkah yaitu reduksi kata dan menyimpang yang menafikannya dari ciri
penyajian data serta verifikasi. kepribadian muslim. Agar materi tersebut
tidak sekedar diketahui untuk diujiankan
atau sekedar menjalankan tuntutan
kurikulum dan tugas. Adapun beberapa hal
yang bisa digunakan dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, yaitu:
46
Basrowi dan Suwandi, Memahami
Penelitian Kualitatif (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta,
48
2008), h. 21. Andi Ismail Saleh, Wawancara, 14 Januari
47
Ibid., h. 93. 2016.

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 89
ELIHAMI E., SYAHID A.

a. Metode Persuasif sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-


Pendekatan kepada peserta didik hari.
mulai dari pengetahuan kondisi, motivasi, Pembelajaran tidak langsung
tingkat kecerdasan sampai latar belakang (indirect instruction) merupakan strategi
peserta didik sangat diperlukan dalam pembelajaran yang memperlihatkan bentuk
pembelajaran. Inilah nantinya yang keterlibatan peserta didik yang paling tinggi
dijadikan dasar oleh guru untuk menentukan karena fungsi guru disini hanyalah sebagai
arah pembelajaran selanjutnya. fasilitator, peserta didik lebih banyak belajar
melalui observasi, penyelidikan,
b. Kisah yang Berisi Targīb dan Tarhīd penggambaran inferensi data, pembentukan
Kisah yang dimaksudkan bukan hipotesis dan kesimpulan.
dalam arti sempit, yang diceritakan kepada Strategi pembelajaran ini, peserta
peserta didik tidak harus dari kisah sahabat didik dituntut dapat memecahkan masalah
Nabi atau tokoh-tokoh Islam. Inilah salah dalam kehidupannya, mempelajari kasus
satu alasan mengapa guru harus berwawasan aktual dan respon seharusnya terhadap kasus
luas, terutama harus memiliki wawasan tersebut. Sehingga pembelajaran tidak
tentang materi yang diajarkan karena fakta langsung (indirect instruction) dalam
yang relevan dengan pentingnya sikap pembentukan kepribadian muslim peserta
disiplin, tanggung jawab, dan saling didik dapat mendorong peserta didik untuk
menghargai dapat menjadi bahan ajar yang berpikir terhadap prilakunya.
kemudian dikemas dalam bentuk cerita.49
Menurut Andi Ismail Saleh, a. Sanksi
berdasarkan pengalamannya menggunakan Perilaku peserta didik di luar sekolah
metode kisah yang dikolaborasikan dengan seperti penggunaan pakaian yang
Targhib dan Tarhid pada pembelajaran mempertontonkan aurat atau perilaku lain
Pendidikan Agama Islam, disamping seperti merokok, membolos, balapan liar
menceritakan fakta yang relevan terkadang mesti mendapatkan perhatian berupa respon
dia berdongeng. Dimana dalam dongeng sanksi mendidik yang memberi efek jera.
tersebut ada pelajaran yang dapat dipetik Sanksi tersebut bisa berupa sanksi yang ada
kaitannya dengan pentingnya sikap religius, nilai manfaatnya untuk lingkungan seperti
disiplin, dan saling menghargai, sehingga membersihkan atau sanksi fisik yang
dapat terbentuk kepribadian muslim pada mendidik seperti berdiri dan dilihat oleh
diri peserta didik.50 semua orang.
c. Metode Pengambilan Pelajaran dan
Peringatan (Nasihat) Terkadang seorang guru tidak
Dalam metode pengambilan menghiraukan kegiatan peserta didik di luar
pelajaran dan peringatan kaitannya sekolah. Padahal kesuksesan dari pendidikan
pembentukan kepribadian muslim peserta dapat di lihat pada kegiatan di luar sekolah.
didik, guru menggugah hati peserta didik Sehingga bila guru memposisikan dirinya
lewat pengambilan pelajaran dan peringatan sebagai orang tua, maka akan merasa
berupa nasihat agar materi Pendidikan memiliki tanggung jawab lebih terhadap
Agama Islam yang telah diajarkan dapat kebaikan dan keberhasilan peserta didiknya.
diimplementasikan peserta didik secara
2. Faktor Pendukung dan Penghambat
49
Gusmiati, Wawancara, 15 Januari 2016. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam
50
Andi Ismail Saleh, Wawancara, 14 Januari pada Pembelajaran Pendidikan Agama
2016.

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 90
ELIHAMI E., SYAHID A.

Islam dalam Pembentukan Kepribadian a. Kerja Sama Antar Guru


Muslim Adanya komitmen dari semua guru
Manusia dengan akal pikirannya untuk menegakkan aturan demi terbinanya
sebelum melaksanakan suatu kegiatan yang generasi bangsa dan agama yang ber-
sederhana maupun kegiatan yang sifatnya IMTAQ dan ber-IPTEK, sangat membantu
kompleks dengan melibatkan berbagai dalam upaya pembentukan kepribadian
komponen, terlebih dahulu membuat muslim peserta didik. Pelanggaran-
perencanaan-perencanaan dan pelanggaran di luar sekolah kaitannya aturan
mempersiapkan segala sesuatu untuk yang berkaitan dengan perilaku yang
memperlancar kegiatan tersebut. menodai identitas keislamannya dapat
diminimalisir karena peserta didik mendapat
1) Ibadah pengawasan lebih, mengingat kediaman
Upaya pembentukan kepribadian guru yang menyebar disetiap daerah dan
muslim melalui kegiatan ibadah diantaranya dekat dengan peserta didik.51
adalah sebagai berikut: Fahrul Asnur mengungkapkan
bahwa dia menjadi takut untuk keluar
a) Pelaksanaan shalat dzuhur berjama’ah di malam sebab akan dihukum di sekolah bila
mushallah ketahuan oleh salah seorang guru.52
Para guru khususnya guru agama Begitupun ada kerjasama guru dalam
mengajak peserta didiknya untuk memberi sanksi terhadap peserta didik yang
melaksanakan shalat berjama’ah. melakukan tindakan indisipliner seperti
Membiasakan peserta didik pergi ke terlambat, bolos, tidak menggunakan
mushallah untuk shalat berjama’ah akan seragam lengkap.
menambah keimanan dan keyakinannya
kepada Allah swt dan secara tidak langsung b. Lingkungan Keluarga
dalam diri peserta didik akan tumbuh rasa Tidak bisa dipungkiri bahwa waktu
kasih sayang terhadap sesama yang dapat guru bersama peserta didik dibatasi oleh jam
memperkuat ukhuwah Islamiyah. Dengan pelajaran sekolah. Setelah itu peserta didik
shalat dapat membuat hati peserta didik lebih banyak menghabiskan waktu bersama
menjadi damai dan tenang sehingga mereka keluarga khususnya orang tua. Menurut
akan berfikir bahwa dengan shalat dapat Andi Ismail Saleh ada beberapa lingkungan
menentramkan jiwanya, dengan begitu keluarga sebagai pendukung dalam upaya
peserta didik akan semakin rajin dalam pembentukan karakter muslim peserta didik,
melaksanakan shalat lima waktu, dan diantaranya:
menjadi diri yang berpribadi muslim.
b) Pengadaan Sarana Prasarana Ibadah 1) Pendidikan
Pengadaan sarana parsarana ibadah Peserta didik yang berasal dari
ini berupa bangunan mushallah, pengadaan keluarga berpendidikan sangat berbeda
peralatan shalat, Alqur’an dan sebagainya. dengan peserta didik yang berasal dari
Pengadaan sarana parasarana ibadah ini keluarga kurang berpendidikan. Hal ini
diharapkan mampu memotivasi peserta
didik untuk melaksanakan ibadah sehingga 51
upaya ini dapat mendukung tercapainya Andi Ismail Saleh, Wawancara, 14 Januari
2016.
tujuan pendidikan Islam yaitu terbentuknya
pribadi muslim. 52
Fahrul Asnur, (Peserta Didik Kelas XI
SMK Muhammadiyah Watansoppeng) Wawancara,
21 Januari 2016

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 91
ELIHAMI E., SYAHID A.

terlihat pada tingkat perhatian peserta didik dibiasakan oleh keluarga (orang tua) sejak
terhadap pelajaran yang berbeda. Secara kecil.54
umum peserta didik yang berasal dari 1. Faktor Penghambat
keluarga berpendidikan tingkat perhatiannya a. Kurangnya Kesadaran dari Peserta Didik
terhadap pelajaran lebih tinggi dari pada Mengenai Perilaku yang Menunjukkan
peserta didik yang berasal dari keluarga Kepribadian Muslim
yang kurang berpendidikan. Sehingga Terkadang beberapa peserta didik
tingkat pengamalan terhadap pembelajaran hanya mengindahkan tugas dan aturan bila
pun berbeda. berada dalam pengawasan yang ketat dari
2) Prinsip Adat guru. Sehingga setelah peserta didik keluar
Peserta didik yang memegang teguh dari lingkungan sekolah dan merasa tidak
pada budaya. Dalam beberapa daerah atau mendapatkan pengawasan dari guru lagi, dia
lingkungan keluarga budaya tersebut masih leluasa melakukan sesuka hatinya.
dipertahankan dan masih sangat kental. b. Lingkungan Keluarga dan Masyarakat
Peserta didik yang berasal dari keluarga Berbedanya latar belakang peserta
yang masih memegang teguh perinsip adat didik membuat karakter mereka berbeda
dapat mencapai aspek afektif dalam pula. Perbedaan karakter tentunya
pembelajaran Pendidikan Agama Islam membutuhkan penanganan yang bervariasi
sebagai upaya pembentukan kepribadian dalam pembentukan karakter muslim peserta
muslim walaupun hanya sekedar memahami didik. Lingkungan keluarga di samping
materi Pendidikan Agama Islam saja. sebagai pendukung dalam upaya
3) Taat Beragama (Religius) pembentukan karakter muslim peserta didik,
Sama halnya dengan prinsip adat, juga dapat menjadi penghambat. Tidak
peserta didik yang berasal dari keluarga semua peserta didik berasal dari keluarga
yang religius mampu mencapai rana afektif yang meprioritaskan pendidikan, memegang
dalam pembelajaran Pendidikan Agama teguh prinsip adat dan religius.
Islam sebagai pembentuk kepribadian Begitupun pengaruh lingkungan
muslim, setelah memahami materi dalam masyarakat (pergaulan) menjadi masalah
pembelajaran. Menurut Andi Ismail Saleh dalam perkembangan moral peserta didik.
perilaku dekaden sangat dipengaruhi oleh Pemikiran dan kebiasaan yang didapat
moral. Hubungannya dengan masyarakat, peserta didik lebih banyak dipengaruhi oleh
moral sangat dipengaruhi nilai-nilai kultur lingkungan serta pesatnya laju
(budaya). Dan seiring perkembangannya, perkembangan teknologi informasi sekarang
budaya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai ini. Mayoritas peserta didik mendapatkan
agama.53 informasi tentang gaya berpakaian, variasi
Yunita Purnama mengatakan bahwa kendaraan, sampai mengenai seksualitas
tugas dan aturan untuk senantiasa menutup melalui media internet atau teman yang juga
aurat saat keluar rumah tidak terlalu menjadi sember penerangan utama.55 Hal ini
berpengaruh bagi dirinya, karena sebelum berbanding terbalik dengan hal yang
tugas dan aturan tersebut berlaku padanya semestinya, yang menyatakan bahwa
dia memang telah terbiasa mengenakan sesungguhnya pengetahuan seksualitas harus
jilbab dan berpakaian Islami karena
54
Yunita Purnama, (Peserta Didik Kelas XI
SMK Muhammadiyah Watansoppeng), Wawancara,
53
Andi Ismail Saleh, Wawancara, 14 Januari 21 Januari 2016.
55
2016. Keterangan beberapa peserta didik dalam
melakukan penelitian di lokasi penelitian.

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 92
ELIHAMI E., SYAHID A.

lebih banyak diperoleh dari orang tua atau


guru yang senantiasa menginginkan Untuk mengetahui mendalam
kebaikannya. tentang hasil strategi pembelajaran
Dalam mengatasi hambatan- pendidikan agama Islam terhadap
hambatan tersebut diatas, jalan yang kepribadian muslim peserta didik, dapat
ditempuh oleh guru sebagai solusi adalah dilihat pada pemaparan mengenai karakter
dengan pendekatan persuasif secara muslim yang diteliti berikut:
individu. Artinya guru memberikan 1. Religius
bimbingan dan perhatian khusus serta Strategi pendidikan agama Islam
pendekatan dengan orang tua peserta didik yang diterapkan oleh guru pendidikan
yang bersangkutan, sehingga ada kerja sama agama Islam berdampak pada:
dalam pembinaan.56 Pertama, kelancaran peserta didik
dalam membaca Al-Qur’an setelah
3. Hasil Penerapan Strategi Guru mengikuti ekstrakurikuler IMTAQ. Hal ini
Pendidikan Agama Islam pada terbukti pada hasil tes yang diamati oleh
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam peneliti, ada perkembangan peserta didik
dalam Pembentukan Kepribadian dalam membaca Alquran.
Hasil dari pembelajaran pendidikan Kedua, Sikap dan perilaku peserta
agama Islam yang dilaksanakan. Namun, didik yang patuh dalam melaksanakan
dampak pembelajaran pendidikan agama ajaran agama yang dianutnya, dapat dilihat
Islam harus dilihat dari segi kognitif, afektif pada kegiatan shalatnya. Dalam
dan psikomotorik. Pembelajaran pendidikan melaksanakan shalat berjamaah di
agama Islam dikatakan berhasil manakala Mushallah beberapa peserta didik tidak lagi
peserta didik dapat memahami materi harus diperintahkan untuk melaksanakan
pendidikan agama Islam sekaligus dapat shalat berjamaah zuhur di Mushallah. Selain
mengaktualisasikan pemahamannya tersebut itu ditemukan peserta didik yang
dalam kehidupan sehari-hari. Untuk lebih melaksanakan shalat dhuha ketika datang
jelasnya akan diuraikan hasil wawancara cepat di sekolah tanpa diperintahkan oleh
dengan Gusmiati sebagai berikut: guru. Kesadaran ini muncul dari nasihat oleh
Berdasarkan pemaparan hasil guru pendidikan agama Islam. Sebagaimana
wawancara tersebut dapat dipahami bahwa diungkapkan Wahyudi,
dampak pembelajaran Pendidikan Agama
Islam tidak bisa langsung dilihat setelah 2. Disiplin
dilaksanakannya pembelajaran. Karena Diakui Gusmiati bahwa pencapaian
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran Pendidikan Agama
tidak hanya mentransfer materi kepada Islam sebagai upaya pembentukan
peserta didik saja namun diperlukan adanya kepribadian muslim peserta didik bisa
penghayatan terhadap materi sehingga dianggap belum optimal secara menyeluruh
menimbulkan adanya perubahan sikap terhadap peserta didik.
peserta didik setelah mendapatkan materi Kedisiplinan dalam hal menaati
tersebut. Jadi, pembelajaran Pendidikan aturan sekolah untuk berpakaian Islami pada
Agama Islam harus mencakup segi kognitif, jam sekolah patut disyukuri. Apalagi pada
afektif, dan psikomotorik. umumnya peserta didik perempuan
menggunakan jilbab pada aktivitas
56
Gusmiati, wawancara, Jera’e 15 Januari
2016.

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 93
ELIHAMI E., SYAHID A.

kesehariannya baik pada jam sekolah E. Kesimpulan


maupun diluar jam sekolah.57
Virda Zul Azzahrah mengatakan Berdasarkan hasil penelitian yang
tugas yang diberikan oleh guru dalam diuraikan pada pembahasan sebelumnya,
pembelajaran Pendidikan Agama Islam maka penulis menarik kesimpulan sebagai
untuk mengenakan jilbab setiap keluar berikut: 1. Sebagai upaya membentuk
rumah membuatnya menjadi terbiasa kepribadian muslim peserta didik, guru
memakai jilbab, sehingga bila keluar rumah Pendidikan Agama Islam menggunakan dua
tanpa mengenakan jilbab, terasa ada yang strategi pembelajaran, yaitu pembelajaran
kurang dalam penampilannya. 58 Begitupun langsung (direct instruction) dan
Nurfadillah mengungkapkan bahwa tugas pembelajaran tidak langsung (indirect
untuk menutup aurat dari guru dalam instruction). Adapu faktor pendukung
pembelajaran Pendidikan Agama Islam strategi guru Pendidikan Agama Islam pada
membuatnya merasa nyaman bila pembelajaran Pendidikan Agama Islam
mengenakan jilbab dan malu bila tidak dalam pembentukan kepribadian muslim
mengenakannya.59 peserta didik adalah: 1) Kebijakan sekolah,
3. Menghargai Sesama 2) Kerja sama antar pendidik, 3)
Dalam membentuk kepribadian Lingkungan keluarga dan masyarakat.
muslim peserta didik, maka sekolah perlu Adapun faktor penghambatnya adalah: 1)
turut menciptakan lingkungan yang kondusif Kurangnya kesadaran dari peserta didik
untuk menumbuhkan keimanan dan mengenai perilaku yang menunjukkan
ketaqawaan peserta didik melalui kepribadian muslam, 2) Lingkungan
pembiasaan dan pembinaan moral peserta keluarga dan masyarakat. Sehingga hasil
didik melaui kegiatan-kegiatan religius. Penerapan Strategi Guru Pendidikan Agama
Dari hasil observasi dan wawancara Islam pada Pembelajaran Pendidikan Agama
di sekolah, dapat diketahui bahwa Islam dalam pembentukan kepribadian
pembiasaan-pembiasaan yang dilaksanakan muslim peserta didik berdampak baik pada
melalui pembiasaan berjabat tangan ketika perilaku religius, disiplin, dan menghargai
bertemu, senyum dan mengucapkan salam sesama, namun masih perlu dilakukan
ketika bertemu guru misalnya, hal tersebut perbaikan dan perhatian khusus dalam hal
menjadikan lebih akrab dengan guru pembentukan perilaku disiplin.
sehingga berpengaruh pada penghargaannya
terhadap guru. Kemudian pembinaan moral DAFTAR PUSTAKA
peserta didik dilakukan dengan nasihat,
kegiatan keagamaan dan sebagainya. Dari
upaya tersebut sangat berpengaruh terhadap Ahmadi, Abu, dan Salimi, Noor. Dasar-
perubahan sikap peserta didik. dasar Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang:


Penerbit Universitas Muhammadiyah
57 Malang, 2007.
Wahyudi, wawancara, Jera’e 21 Januari
2016.
Arifin, M. Kapita Selekta Pendidikan. Cet.
IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 94
ELIHAMI E., SYAHID A.

__________. Psikologi Dakwah. Jakarta:


Bumi Aksara, 2000. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
Al-Banjari, Rahmat Ramadhana. Membaca Aksara, 2002.
Kepribadian Muslim seperti
Membaca Al-Qur’an. Yogyakarta: Hartati, Nety. Islam dan Psikologi. Jakarta:
Diva Press, 2008. PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Hidayat, Dede Rahmat. Psikologi
Basrowi, dan Suwandi. Memahami Kepribadian dalam Konseling.
Penelitian Kualitatif. Cet. I; Jakarta: Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011.
Rineka Cipta, 2008.
Ihsan, Hamdani, dan Ihsan, Fuad. Filsafat
Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Pendidikan Islam. Cet. II revisi;
Bulan Bintang, 1996. Bandung: Pustaka Setia, 2001.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Jalaluddin, dan Idi, Abdullah. Filsafat
Terjemahannya. Jakarta: Pustaka Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-
Assalam, 2010. Ruzz Media, 2007.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jalaluddin. Psikologi Agama. Cet. I;


RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Grafindo Persada, 1996.
Cet. XI; Jakarta: Balai Pustaka,
2010. Jalaluddin, dan Said, Usman. Filasafat
Pendidikan Islam: Konsep dan
Depdiknas, Undang-undang Sistem Perkembangan Pemikirannya.
Pendidikan Nasional. Jakarta: Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
Direktorat Jendral Pendidikan dan 1994.
Kebudayaan, 2003.
Khobir, Abdul. Filsafat Pendidikan Islam.
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain, Azwan. Pekalongan STAIN Pekalongan
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Press, 2007.
PT. Rineka Cipta, 2006.
Lubis, Mawardi. Evaluasi Pendidikan Nilai.
Djamarah, Syaiful Bahri, (et.al.). Konsep Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Belajar dan Pembelajaran. Cet. III;
Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Majid, Abdul, dan Andayani, Dian.
Pendidikan Agama Islam Berbasis
Elmubarok, Zaim. Membumikan Pendidikan Kompetensi: Konsep dan
Nilai. Bandung: Alfabeta: 2008. Implementasi Kurikulum 2004.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Enoch, M. Anak, Keluarga dan Masyarakat.
Cet. III; Jakarta: Pustaka Sinar Malik, M. Abduh, dkk. Pengembangan
Harapan, 1991. Kepribadian Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: Departemen Agama,
Gazalba, Sidi. Pendidikan Umat Islam. Cet. 2009.
IV; Jakarta: Rajawali Pers, 1994.

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 95
ELIHAMI E., SYAHID A.

Marimba, Ahmad D. Prawita, Purwa Atmaja. Psikologi


PengantarFilsafatPendidikan Islam. Kepribadian dengan Perspektif
Bandung: Al Ma’arif, 1962. Baru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2013.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan.
Rosdakarya Offset, 2003. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2007.
Mudhafir, Fadhlan. Krisis dalam Pendidikan
Islam. Cet. I; Jakarta: Al-Mawardi Raharjo, Paulus Budi. Mengenal Teori
Prima, 2000. Kepribadian Mutakhir (Yogyakarta:
Kanisius, 1997.
Mujib, Abdul. Perencanaan Pembelajaran
Mengembangkan Standar Ramayulis, M. Ilmu Pendidikan Islam.
Kompetensi Guru. Bandung: PT. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Remaja Rosdakarya, 2007.
Rasyid, Harun. Metode Penelitian Kualitatif
Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Bidang Ilmu Sosial dan Agama.
Pendidikan. Bandung: Remaja Pontianak: STAIN Pontianak, 2000.
Rosdakarya, 2006.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna
Mustahu. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pembelajaran. Bandung: Alfabeta,
Pendidikan. Yogyakarta: S.I. Press, 2003.
2004.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan
Pembelajaran, Teori dan Praktik
Al-Nahdlawi, Abdurrahman. Ushul al- Pengembangan KTSP. Cet. I;
Tarbiyah al-Islamiyah wa Jakarta: Kencana, 2008.
Asalibuha fi al-Bayt wa al-
Madrasah wa al-Mujtama’ __________. Strategi Pembelajaan
diterjemahkan oleh Shibabuddin Berorientasi Standar Proses
dengan judul “Pendidikan Islam di Pendidikan. Cet. IV; Jakarta:
Rumah, Sekolah dan Masyarakat”. Prenada Media Group, 2008.
Cet. II; Jakarta: Gema Insani Press,
1995. Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak:
Peran Moral, Intelektual, Emosional,
Nizar, Samsul. Dasar-dasar Pemikiran and Sosial sebagai Wujud Integritas
Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta: Membangun Jati Diri. Jakarta: PT.
Gaya Media Pratama, 2001. Bumi Aksara, 2008.

Ondeng, Syarifuddin. Islam dalam Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang


Berbagai Dimensi; Kajian tentang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Agama, Sejarah dan Pendidikan. Cipta, 2003.
Cet. I; Makassar: Berkah Utami,
2004.

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 2 (1), Februari 2018 - 96
ELIHAMI E., SYAHID A.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Tim Pakar Yayasan Jati Diri Bangsa,
Kualitatif dan R & D. Cet. VI; Pendidikan Karakter di Sekolah:
Bandung: Alfabeta, 2009. Dari Gagasan ke Tindakan. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2011.
Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2006. Tohirin. Psikologi Pembelajaran PAI.
Jakarta: PT RajaGrafindo Pesada,
Suprayogo Imam, dan Tobroni. Metode 2005.
Penelitian Sosial-Agama. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001. Usman, Husaini, dan Akbar, Purnomo
Setiadi. Metodologi Penelitian
Surachman, Wiranto. Metodologi Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Pengajaran Nasional. Bandung: CV.
Jenmarsit, t.th.. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jogjakarta:
Tafsir, Ahmad, dkk. Cakrawala pemikiran Media Wacana Press, 2003.
pendidikan Islam. Bandung: Mimbar
Pustaka, 2004. Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam.
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Copyright © 2018 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)

Anda mungkin juga menyukai