Syirkah Dan Mudharabah Afif Usfiyanto & Alex Wijaya Putra Fix
Syirkah Dan Mudharabah Afif Usfiyanto & Alex Wijaya Putra Fix
Di susun oleh:
1. Afif Usfiyanto (201905010010)
2. Alex Wijaya putra (202005010003)
DAFTAR IS[............................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
A. Latar Belakang............................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................4
A. Pengertian Syirkah.....................................................................................................................4
B. Dasar Hukum Syirkah................................................................................................................5
C. Jenis-Jenis Syirkah......................................................................................................................6
D. Rukun dan Syarat Syirkah..........................................................................................................8
E. Implementasi Syirkah dalam Lembaga Keuangan Syariah.......................................................9
F. Pengertian Mudharabah atau Qiradl......................................................................................10
G. Hukum Mudharabah atau Qiradl............................................................................................11
H. Jenis-jenis mudharabah...........................................................................................................12
I. Rukun dan Syarat Mudharabah.............................................................................................13
BAB III..................................................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................................................18
A. Kesimpulan...............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1[1] Hasby Ash-Shiddieqi, Pengantar Fiqh Muamalah, Jakarta, Bulan Bintang, 1984.
Hlm 89.
C. Jenis-Jenis Syirkah
Syirkah merupakan kerja sama antara dua orang atau lebih dalam sebuah usaha dan
konsekuensi keuntungan dan kerugiannya ditanggungsecara bersama. Hukumnya sangat
dianjurkanjika kedua belah pihak saling amanah, Haram jika keduanya berkhianat. Para
ulama fiqh membagi syirkah menjadi dua macam yaitu:
1. Syirkah Amlak (perserikatan dalam kepemilikan)
Menurut sayyid sabiq, yang dimaksud dengan syirkah amlak adalah bila lebih dari
satu orang memiliki suatu jenis barang tanpa akad baik bersifat ikhtiari atau jabari. Artinya
barang tersebut. Syirkah amlak dibagi menjadi dua yaitu:
a. Ikhtiari atau disebut (syirkah amlak ikhtiari) yaitu perserikatan yang muncul akibat tindakan
hukum orang yang berserikat, seperti dua orang yang sepakat untuk membeli suatu barang.
b. Jabari (syirkah amlak jabari) perserikatan yang muncul secara paksa bukan keinginan orang
yang berserikat, seperti harta warisan.3[3]
Hukum syirkah amlak menurut para fukaha, hukum kepemilikan syirkah amlak di
sesuaikan dengan hak masing-masing yaitu bersifat sendiri-sendiri secara hukum. Artinya
seseorang tidak berhak menggunakan atau menguasainya tanpa izin dari yang
bersangkutan. Karena masing-masing mempunyai hak yang sama.
2. Syirkah Uqud (perserikatan berdasarkan akad)
Syirkah uqud adalah dua orang atau lebih melakukan akad untuk bekerja sama
(berserikat) dalam modal dan keuntungan. kerjasama ini didahului dengan transaksi
penanaman modal dan kesepakatan pembagian keuntungan.
a. Syirkah al-Inan (penggabungan harta atau modal 2 orang atau lebih yang tidak harus sama
jumlahnya) boleh satu pihak memiliki modal lebih besar daripihak lain. Demikian halnya,
dengan beban tanggung jawab dan bekerja, boleh satu pihak bertanggung jawab penuh
sedangkan pihak lain tidak. Keuntungan dibagi dua sesuai presentase yang telah disepakati
sebelumnya, jika mengalami kerugian resiko ditanggung oleh kedua pihak.
b. Syirkah al-Mufawadhah (perserikatan modal dan bentuk kerja sama dari semua pihak, baik
kualitas dan kuantitasnya harus sama dan keuntungan dibagi rata) dalam syirkah al-
2[2] Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalat, Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP,
2010. Hlm. 128
5[5] Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Beirut: Dar al-Fikr al-
Muashir, 2005, hlm.804.
9[9] H.Sulaiman Rasjid, FIQIH ISLAM (Hukum fiqih Islam), Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2015. Hlm. 299-300
12[12] Moh. Rifa’I, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: PT. Karya Toha Putra
Semarang, 1978. Hlm 419-420.
7. Pengelola modal hendaknya melaksanakan usaha sebagaimana mestinya.13[13]
Syirkah al-inan
Adalah persekutuan dua orang atau lebih untuk memasukkan bagian tertentu dari
modal yang akan diperdagangkan dengan ketentuan keuntungan dibagi di antara para
anggota sesuai dengan kesepakatan bersama, sedangkan modal masing-masing harus
sama (Usanti, 2008, hlm.14). Dalam Syirkah ini antara dua pihak atau lebih yang
masing-masing memberi konstribusi kerja (‘amal) dan modal (mâl). Syirkah ini
hukumnya boleh berdasarkan dalil as-Sunnah dan Ijma Sahabat (An-Nabhani, 1990:
148). Contoh syirkah inân: A dan B insinyur teknik sipil. A dan B sepakat menjalankan
bisnis properti dengan membangun dan menjual belikan rumah. Masing-masing
Dalam syirkah ini, disyaratkan modalnya harus berupa uang (nuqûd); sedangkan
barang (‘urûdh), misalnya rumah atau mobil, tidak boleh dijadikan modal syirkah,
kecuali jika barang itu dihitung nilainya (qîmah al-‘urûdh) pada saat akad. Keuntungan
didasarkan pada kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung oleh masing-masing
mitra usaha (syarîk) berdasarkan porsi modal. Jika, misalnya, masing-masing modalnya
50%, maka masing-masing menanggung kerugian sebesar 50%. Diriwayatkan oleh
Abdur Razaq dalam kitab Al-Jâmi’, bahwa Ali bin Abi Thalib ra. pernah berkata,
"Kerugian didasarkan atas besarnya modal, sedangkan keuntungan didasarkan atas
kesepakatan mereka (pihak-pihak yang bersyirkah)." (An-Nabhani, 1990: 151).
Syirkah mufawadha
Syirkah mufâwadhah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang
menggabungkan semua jenis syirkah di atas (syirkah inân, ‘abdan, mudhârabah, dan
wujûh) (An-Nabhani, 1990: 156; Al-Khayyath, 1982: 25). Syirkah mufâwadhah dalam
pengertian ini, menurut An-Nabhani adalah boleh. Sebab, setiap jenis syirkah yang sah
ketika berdiri sendiri, maka sah pula ketika digabungkan dengan jenis syirkah lainnya
(An-Nabhani, 1990: 156). Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan
kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan jenis syirkah-nya; yaitu
ditanggung oleh para pemodal sesuai porsi modal (jika berupa syirkah inân), atau
ditanggung pemodal saja (jika berupa syirkah mudhârabah), atau ditanggung mitramitra usaha
berdasarkan persentase barang dagangan yang dimiliki (jika berupa syirkah
Syirkah ta’awuniyah (koperasi) adalah syirkah musahamah artinya syirkah yang dibentuk
melalui pembelian saham-saham oleh para anggota. Karena itu, syirkah ini adalah syirkah
amwal (badan kumpulan modal)’ dan bukan syirkah asyhkash (badan kumpulan orang) ,
sebab dalam syirkah ta’awuniyah ini yang tampak bukan kepribadian para anggota pemilik
saham. Sebagian ulama menganggap koperasi (syirkah ta’awuniyah) sebagai akad
mudharabah, yakni suatu perjanjian kerja sama antara dua orang atau lebih, yang mana
satu pihak menyediakan modal usaha, sedangkan pihak lain melakukan usaha atas dasar
membagi keuntungan menurut perjanjian. Dan diantara syarat sahnya mudharabah itu
adalah menetapkan keuntungan setiap tahun kepada salah satu pihak dari mudharabah
itu , apabila koperasi itu termasuk mudharabah atau qiradh dengan menetapkan
prosentase keuntungan tertentu kepada salah satu pihak, maka akad ini tidak sah (batal)
dan hukumnya adalah seluruh keuntungan usaha jatuh kepada pemilik modal, sedangkan
pelaksana usaha mendapat upah yang pantas. Berbeda dengan pandangan Mahmud
Syaltut, sebab syirkah ta’awuniyah modal usahanya dari sejumlah anggota pemegang
saham, dan usaha koperasi itu dikelola oleh pengurus dan karyawan yang dibayar oleh
koperasi menurut kedudukan dan fungsinya masing-masing, dan kalau pemegang saham
turut mengelola usaha koperasi tersebut, maka ia berhak mendapat gaji sesuai dengan
sistem penggajian yang berlaku.
15[15] Ibid, hlm. 139-141. HUMAEROH, Humaeroh. Eksistensi Syirkah Ta’awuniyah Dalam
Perspektif Hukum Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara bahasa kata syirkah berarti al-ikhtilath (pencampuran) dan persekutuan.
Secara istilah, syirkah merupakan bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih dalam
sebuah usaha dan konsekuensi keuntungan dan kerugiannya ditanggung secara bersama.
Syirkah memiliki kedudukan yang sangat kuat dalam islam. Sebab keberadaannya diperkuat
oleh al-Qur’an, hadits, ijma ulama. Syirkah dibagi menjadi dua yaitu Syirkah Amlak
(perserikatan dalam kepemilikan) dan Syirkah Uqud (perserikatan berdasarkan akad). Rukun
syirkah adalah sesuatu yang harus ada ketika syirkah itu berlangsung. Ada perbedaan
pendapat terkait dengan rukun syirkah. Menurut ulama Hanafiyah rukun syirkah hanya ada
dua yaitu ijab (ungkapan penawaran melakukan perserikatan) dan kabul (ungkapan
penerimaan perserikatan). Adapun menurut Abdurrahman al-Jaziri rukun syirkah meliputi
dua orang yang berserikat, shigat, objek akad syirkah baik itu berupa harta maupun kerja.
Adapun menurut jumhur ulama rukun syirkah sama dengan apa yang dikemukakan oleh al-
Jaziri di atas. Adapun syarat syirkah merupakan perkara penting yang harus ada sebelum
dilaksanakannya syirkah. Jika syarat tidak terwujud maka transaksi syirkah batal. Syarat-
syarat yang berhubungan dengan syirkah menurut Hanafiyah dibagi menjadi empat bagian
berikut ini: sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk syirkah baik dengan harta maupun
dengan yang lainnya, sesuatu yang bertalian dengan syirkah mal (harta), sesuatu yang
bertalian dengan syarikat mufawadhah, dan adapun syarat yang bertalian dengan syirkah
inan sama dengan syarat-syarat syirkah mufawadhah. Menurut Malkiyah syarat-syarat yang
bertalian dengan orang yang melakukan akad ialah merdeka, baligh, dan pintar (rusyd).
Syafi’iyah berpendapat bahwa syirkah yang sah hukumnya hanyalah syirkah ‘inan,
sedangkan syirkah yang lainnya batal. Dijelaskan pula oleh Abd al-Rahman al-Jaziri bahwa
rukun syirkah adalah dua orang (pihak) yang berserikat, shighat dan objek akad syirkah baik
harta maupun kerja. Syarat-syarat syirkah, dijelaskan oleh Idris Ahmad berikut ini:
Mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan izin masing-masing anggota serikat kepada
pihak yang akan mengendalikan harta itu, anggota serikat itu saling mempercayai, sebab
masing-masing mereka adalah wakil yang lainnya, mencampurkan harta sehinga tidak dapat
dibedakan hak masing-masing, baik berupa mata uang maupun bentuk yang lainnya.
Musyarakah atau syirkah dalam konteks perbankan merupakan akad kerjasama pembiayaan
antara bank syariah (Islamic Banking), atau beberapa keuangan secara bersama-sama, dan
nasabah untuk mengelola suatu kegiatan usaha.
Mudharabah atau Qiradl adalah memberikan modal dari seseorang kepada orang
lain untuk modal usaha, sedangkan keuntungan untuk keduanya menurut perdamaian
(perjanjian) antara keduanya sewaktu akad, dibagi dua atau dibagi tiga seumpamanya.
Mudharabah mempunyai landasan dari Al-Quran, al-Sunnah, Ijma’ dan qiyas. Secara garis
besar mudharabah dibagi menjadi dua yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah
muqayyadah. Akad mudharabah yang sah harus memenuhi rukun dan syaratnya. Rukun
mudharabah ada lima, yaitu pemilik modal (sahibul mal), pelaku usaha atau pengelola
modal (mudarib), modal (ra’sul mal), pekerjaan pengelola modal, (al-‘amal) dan keuntungan
(al-ribh). Mudharabah yang sah harus memenuhi syarat. Syarat yang melekat pada
rukunnya. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, syarat yang terkait
dengan para pihak yang berakad, Kedua, syarat yang terkait dengan modal, dan ketiga
persyaratan yang terkait dengan keuntungan atau laba. Implementasi mudarabah dalam
lembaga keuangan syariah meliputi pengertian (dalam konteks pembiayaan), aplikasi (dalam
konteks pembiayaan), praktik pembiayaan mudharabah.
dan syarat sebuah akad musyarakah (Antonio, 1999, hlm. 92). Syirkah merupakan
bentuk kerjasama sedangkan pembagian hasil dalam syirkah itu mengacu kepada
Mudharabah. Mari kita lihat, hasil keuntungan dari musyarakah juga diatur, seperti
(profit and loss sharing principle atau PLS) atau yang istilahnya digunakan oleh UU
No
10 tahun 1998 adalah prinsip bagi hasil. Keuntungan dibagi menurut propersi yang
bank mempunyai hak suara. Dalam musyarakah, bank adalah mitra usaha. Maka,
dalam
kedudukanya sebagai mitra usaha, bank mempunyai hak yang sama dengan sesama
mitra usaha dalam perjanjian musyarakah, antara lain: turut mengelola usaha yang
di
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain
modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola, apabila kerugian itu
bersama sesuai dengan kesepakatan, Syirkah terdiri dari dua jenis, yaitu syirkah al-
milk. Syirkah al-milk terdiri dari empat
syirkah Mudharabah.Syirkah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha
bersama sesuai dengan kesepakatan, Syirkah terdiri dari dua jenis, yaitu syirkah al-
milk. Syirkah al-milk terdiri dari empat
akad yaitu syirkah al-inan, syirkah mufawaghah, syirkahsyirkah wujuh dan syirkah
Mudharabah.
DAFTAR PUSTAKA