Anda di halaman 1dari 6

Peningkatan Penanganan Pengangkutan ....D. A.

LASSE, TEGUH HIMAWAN

Peningkatan Penanganan Pengangkutan Barang Berbahaya di Bidang Pelayaran


Improved Handling of Dangerous Goods Transportation in the Field of Shipping

D. A. Lasse
Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti
Jl. IPN No.2 Cipinang Besar Selatan Jakarta Timur
e-mail: dalasse@yahoo.com
Teguh Himawan R.
Badan Litbang Perhubungan
Jl. Merdeka Timur No.5 Jakarta Pusat
e-mail: t_himawan@yahoo.com

Naskah diterima 03 januari 2014, direvisi 11 Pebruari 2014, disetujui 24 Pebruari 2014

ABSTRAK
Dalam rangka meningkatkan penanganan pengangkutan barang berbahaya di bidang pelayaran yang berhubungan
dengan kepentingan masyarakat / stakeholder pelayaran, berbagai jenis dan bentuk pelayanan diberikan unit kerja
pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan, namun masih dirasakan belum efektif dan efisien dalam
pelaksanaannya. Oleh karena itu pengukuran kualitas pelayanan menjadi penting untuk mengevaluasi kinerja pelayanan
yang telah dilakukan oleh unit kerja di pelabuhan. Kegiatan survei dilakukan kepada kinerja kesyahbandaran/ KPLP,
Penyelenggara Pelabuhan PT. Pelindo, Ekspedisi Muatan Kapal Laut (sea freight forwarder), nakhoda dan mualim. Di
fokuskan untuk menjawab identifikasi tentang kondisi eksisting pelayanan penanganan pengangkutan barang berbahaya
di bidang pelayaran, hasil pengukuran untuk jenis pelayanan pengangkutan barang berbahaya yang diberikan unit kerja
adalah upaya untuk memperbaiki kinerja pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat pelayaran.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk menganalisis berbagai fenomena yang terjadi
dalam proses pemberian pelayanan penanganan pengangkutan barang berbahaya. Data-data sesuai dengan indikator
penelitian terdiri dari data primer kualitatif yang diperoleh langsung dari sumbernya,berupa hasil wawancara, observasi,
dan dokumen dari narasumber yang terlibat langsung atas pemberian pelayanan penanganan pengangkutan barang
berbahaya dari pemerintah.
Kata Kunci: Peningkatan, Penanganan Pengangkutan Barang Berbahaya.

ABSTRACT
In order to improve handling of transport the dangerous good in shipping related to the public interest / stake-
holders in shipping, various types and form of service sector units granted in this case the Ministry of Transportation,
but still felt not to be effective and efficient in its implementation. Therefore, the measurement quality of service
become necessary to evaluate the performance of service has been carried out by a unit at the port. Survey activities
conducted on the performance of harbour master / Sea and Coast Guard, Port Operator, sea freight forwarder,
captain and navigator. Focused on the identification of existing conditions of service handling the transport of
dangerous good in shipping, the measurement results for the transport of dangerous goods that conducted is an
attempt to improve the performance of services provided by government to the shipping community. This study using
quantitative and qualitative approaches to analyze various phenomena that occur in the process transport of dan-
gerous good handling services. The data correspond to indicators of research consists of qualitative primary data
obtained directly from the source, which are the result of interviews, observation, and documents from the party
involved directly related to the administration of the transport of dangerous goods handling services from the
government.
Keywords: Improved, Handling Dangerous Goods Transportation.

9
J.Pen.Transla Vol.16 No.1 Maret 2014 : 1-38 Peningkatan Penanganan Pengangkutan ....D. A. LASSE, TEGUH HIMAWAN

PENDAHULUN pelatihan penanganan barang berbahaya; b.


Pada pengangkutan barang melalui laut, menetapkan klasifikasi barang berbahaya; c. KEBUTUHAN PENYUSUNAN KONSEP PENINGKATAN PENANGANAN PENGANGKUTAN BARANG
pengangkut mempunyai kewajiban dan tanggung mengesahkan kemasan barang berbahaya; d. BERBAHAYA DI SEKTOR TR ANSPORTASI LAUT;
TIDAK OPTIM ALNYA PEMBINAAN PROFESIONAL PADA TATARAN REGULATOR ATAS
jawab untuk melindungi dan menjamin keamanan memberikan pengesahan terhadap persyaratan KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN SERTA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN M ARITIM
serta keselamatan muatan selama dalam tertentu dari IMDG Code 2008; e. memberikan
kekuasaannya. Jika dalam pengangkutan barang pembebasan terhadap persyaratan dari IMD Code
LOKASI PENELITIAN
khususnya muatan barang berbahaya melalui laut 2008. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai INFORMAN (PJB. STRUKTURAL KESKAMPEL; PJB.FUNGSIONAL PELAKSANAN KESKAMPEL)
terjadi kecelakaan akibat terbakarnya muatan barang pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada KANTOR KESYAHBADARAN, OPERATOR PELABUHAN, PERUSAHAAN PELAYAR AN

berbahaya tersebut, maka akan timbul permasalahan ayat (2) diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal
siapa yang harus bertanggungjawab terhadap Perhubungan Laut.
kerugian/ kerusakan muatan serta kapalnya. Hal tersebut, merupakan wujud pembaharuan Bagaimana Gambaran Sarana B agaimana Gambaran Sdm Bagaimana Gambaran Kebijakan Di
Pengangkutan barang berbahaya melalui laut dan perubahan mendasar pada bidang peningkatan Prasarana Penanganan Yang Menangani Lapangan Berkaitan Penanganan
Pengangkutan Barang Pengangkutan Barang Pengangkutan Barang Berbahaya
memerlukan penanganan khusus, seperti dari penanganan pengangkutan barang berbahaya di Berbahaya Berbahaya
kemasan, penyimpanan dan persyaratan jenis kapal bidang pelayaran dan perwujudan pelayanan
untuk mengangkut barang berbahaya. Sebagai transportasi yang aman, efektif dan selamat. Sasaran
 Sesuai Aturan
contoh barang-barang berbahaya harus dimuat, yang ingin dicapai adalah sistem, proses dan prosedur  Lengkap
disimpan dan diikat dengan aman dan benar sesuai kerja yang jelas, aman, efektif, terukur, sesuai dengan  Valid
 Up To Date
dengan sifat barang-barang tersebut. Dalam prinsip–prinsip Keselamatan Jiwa di Laut (Safety
menentukan siapa yang harus bertanggung jawab of Life at Sea) [3] dan International Maritime Dan-
harus dilihat apakah pengangkut sudah memenuhi gerous Goods-Code (IMDG-Code) [4] serta MEM ENUHI PERSYARATAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN
segala kewajibannya atau belum dan untuk dapat Ketentuan di pelabuhan laut; Reeden Reglement PENANGANAN PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA DI
mengetahui hal itu terlebih dahulu harus melihat 1926 [5], Petroleum Vervoer Ordonante STBL 1927 BIDANG PELAYARAN

peraturan-peraturan yang mengatur mengenai no.234,[6] yaitu: (1) Persyaratan pengangkutan


tanggung jawab tersebut. barang berbahaya, (2) Klasifikasi dan pengepakan,
Kebutuhan peraturan mengenai pengangkutan (3) Pemberian tanda, lebel & plakat (marking, la-
TIDAK YA
barang berbahaya mulai dipenuhi dalam Konvensi beling and placarding), (4) Dokumen-dokumen
Internasional SOLAS (Safety of Life at Sea = dan persyaratan pemadatan, (5) Muatan eksplosif di ANALISIS DAN
Keselamatan Jiwa di Laut). Indonesia memiliki kapal-kapal penumpang (Explosive in passenger EVALUASI

peraturan yang mengatur tentang pangangkutan ships), (6) Memahami sifat barang berbahaya, (7)
barang berbahaya melalui laut, antara lain: Undang- Sifat kimia barang berbahaya, (8) Mengenal bahan REKOMENDASI : TERSUSUNNYA KONSEP DAN REKOMENDASI PENINGKATAN PENANGANAN
Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran [1], kimia beracun, (9) Marine pollutants, radioactive PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA DI BIDANG PELAYARAN
Keputusan Komite Keselamatan Maritim (Maritime dan waste material, (10) Persyaratan pengepakan
Safety Committee Resolution) MSC Res 262 84 ~ dan tangki-tangki, (11) Pengepakan untuk Gambar 1. Alur Pikir Penelitian
telah dilakukan Amandemen terhadap International mengantisipasi mengantisipasi gerakan kapal/ alat
Maritime Dangerous Goods Code/ IMDG Code angkut, (12) Ketentuan pemisahan barang
berbahaya di kapal barang konvesional, kapal Secara umum, penelitian ini menggunakan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim
dengan Amandemen 34-08 (lMDG Code 2008), dan
pengangkut peti kemas, kapal roll on/ roll of (RoRo), metode kualitatif dan pendekatan analisa data menjadi dasar pelaksanaan oleh petugas
Peraturan Menteri Perhubungan No. KM. 02 Tahun
kapal-kapal jenis lain, (13) Kewajiban perusahaan kualitatif, sesuai dengan pernyataan Mathew B. Miles penanggungjawab pelaksanaan; Standar penanganan
2010 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri
pelayaran, (14) Sistem dan prosedur barang dan A. Michael Huberman yang diterjemahkan oleh pengangkutan barang berbahaya melalui laut;
Perhubungan Nomor KM 17 Tahun 2000 Tentang
berbahaya di pelabuhan, (15) Sistem dan prosedur Tjetjep Rohendi Rohidi (1994:15) [7], sebagai berikut: Kelengkapan, pendukung, peralatan, pelaksanaan
Pedoman Penanganan Bahan/ Barang Berbahaya
barang berbahaya di UTPK, (16) Dangerous goods (a) Pertama instrumen dari penelitian ini adalah tim kerja; Sumber tempat pengambilan data sekunder
Dalam Kegiatan Pelayaran di Indonesia, [2] pada
information system (DGIS), (17) Penanggulangan konsultan/ peneliti sendiri sedangkan fokus penelitian akan dilaksanakan pada unit kerja kantor
Pasal l diantara Pasal 1 dan Pasal 2 disisipkan 1
bahaya kebakaran dan kebocoran barang berbahaya, adalah penyusunan penanganan pengangkutan Syahbandar/ Adpel di Jakarta, Medan, Surabaya,
(satu) pasal, yakni Pasal 1 A sehingga berbunyi
(18) Tindakan darurat dan diagnosis. Oleh sebab itu, barang berbahaya di sektor transportasi laut sesuai Semarang, Balikpapan, dan Makassar, (iii)
sebagai berikut: Pasal 1 A, (1) Menunjuk Direktur
perlu dilakukan penelitian peningkatan penanganan tupoksi maka dikembangkan instrumen penelitiannya Pengumpulan data penelitian kualitatif dengan tehnik
Jenderal Perhubungan Laut sebagai Otoritas yang
pengangkutan barang berbahaya di sektor untuk melengkapi data dengan cara observasi dan pengambilan sumber data penelitian kualitatip bersifat
berkompeten (Competent Authority) dalam
transportasi laut yang bertujuan untuk menjaga wawancara dengan sumber datanya disebut purposive (Ridwan, 2005:247) [8], diperoleh dari para
pelaksanaan peraturan Internasional tentang
keselamatan dan keamanan pengangkut, barang yang informan. (i) Pengumpulan data dengan cara : Kajian informan yang kompeten di bidang keselamatan dan
Pengangkutan Barang Berbahaya melalui laut (In-
diangkut dan keamanan penyimpanan. Kepustakaan yang meliputi review studi terdahulu, keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan
ternational Maritime Dangerous Goods/ IMDG
studi literatur dan kebijakan pengangkutan barang maritim melalui desain kuesioner yang akan dijadikan
Code 2008) di wilayah Perairan Indonesia. (2)
berbahaya, keselamatan dan keamanan pelayaran bahan wawancara diambil, masing-masing 2 orang
Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
serta perlindungan lingkungan maritim; (ii) narasumber dari unit kerja Syahbandar/ Adpel, PT.
melaksanakan tugasnya sebagai Otoritas yang METODE Pengumpulan data sekunder, data yang diambil Pelindo (Pengelola Terminal), Sea Freight Forwarder
berkompeten (Competent Authority) sebagaimana
Alur pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar adalah data yang meliputi: Peraturan Perundang- (EMKL), Nakhoda/ Mualim.
dimaksud pada ayat (1), mempunyai wewenang: a.
1 berikut ini. undangan terkait keselamatan dan keamanan
menyelenggarakan dan menetapkan persyaratan

10 11
J.Pen.Transla Vol.16 No.1 Maret 2014 : 1-38 Peningkatan Penanganan Pengangkutan ....D. A. LASSE, TEGUH HIMAWAN

Analisis data yang digunakan dengan pendekatan Lingkungan Hidup dan UU Nomor 32 Tahun 2009, dapat diangkut dengan angkutan udara karena kewenangan penerapan SOLAS – dalam istilah IMO
analisis data kualitatif, sesuai dengan pernyataan dilakukan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II. terbatas kapasitas ruang kargo maupun ketentuan disebut Administration telah melimpahkan
Mathew B. Miles dan A.Michael Huberman yang Untuk itu, Pelindo II didukung dengan berbagai alat/ tidak dapat diperkenankan diangkut karena tingkat pemeriksaan konstruksi lambung, perlistrikan dan
diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi (1995:15) perangkat operasional, antara lain berupa reception bahaya (packing group) oleh pesawat udara permesinan kapal kepada Biro Klasifikasi Indonesia
dalam buku “Analisa Data Kualitatif; Buku Sumber facilities (RF) untuk menghindari pencemaran di laut. berdasarkan ketentuan ICAO / IATA DGR [11]. (BKI). Sementara, aspek lainnya, umpama; instalasi
Tentang Metode-metode Baru, [9] “bahwa analisis Namun sayangnya, kini RF dan perangkat lainnya Kelemahan penanganan barang berbahaya radio, kelaikan alat- alat keselamatan di atas kapal,
data kualitatip di mana data-data yang berwujud kata- lebih banyak menganggur atau tidak digunakan. melalui laut dilihat dari kondisi eksisting, antara lain: dll masih dilaksanakan langsung oleh Direktorat
kata yang telah dikumpulkan dalam aneka macam “Sebagian besar limbah B3, entah dari kapal (1) Tidak dipersiapkan petugas khusus penerimaan Perhubungan Laut melalui Marine Inspector-nya.
cara (observasi, wawancara, dokumen) diproses domestik maupun luar negeri, dikelola dan barang berbahaya (DG Specialist) yang dianjurkan Kondisi seperti itulah yang sering diistilahkan oleh
sebelum siap digunakan melalui pencatatan, dimanfatkan oleh perusahaan yang sesungguhnya dalam ketentuan IMDG-Code, (2) Masih ada petugas pemilik kapal domestik dengan multiple classifica-
pengetikan, penyuntingan atau alih tulis. Analisis data tidak mempunyai izin. penanganan barang berbahaya yang tidak memakai tion. Pada awalnya diklasifikasi oleh BKI kemudian
melalui tiga alur kegiatan yang terjadi secara Pelabuhan Tanjung Perak peralatan Safety Coat, Safety Glasses, Ear Muff, diklasifikasi oleh Kemenhub. Di negara lain lazimnya
bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan Sarung Tangan, Masker, Helmet. (3) Kurang tanggap pihak klasifikasi melakukan hampir seluruh pekerjaan
Tempat penumpukan, luas dan kesesuaian
menarik kesimpulan/ verifikasi. petugas kesyahbandaran atas laporan perusahaan yang terkait dengan aspek keselamatan kapal karena
dengan jenis zat curah padat dan cair sudah sesuai
pelayaran adanya barang berbahaya yang perlu pemerintahnya telah melimpahkannya kepada
dan memadai, demikian juga dengan sarana, alat
diadakan pemeriksaan. (4) Masih ada petugas yang mereka.
angkut, kemasan, tangki. Namun petugas belum
HASIL DAN PEMBAHASAN mematuhi memakai perlengkapan alat keselamatan menangani barang berbahaya yang tidak Oleh karena itu penanganan barang berbahaya
di dalam area penempatan barang berbahaya dan berkompeten dan berlisensi atas pengetahuan dasar melalui angkutan laut sangat penting dan perlu diatur
Beberapa jenis barang berbahaya yang ditangani
barang berbahaya beracun (B3). Sedangkan dalam penanganan barang berbahaya IMDG Code. (5) dengan cermat dan sesuai dengan aturan
pada beberapa pelabuhan di Indonesia, antara lain:
nomenklatur aturan dan perundangan masih Kurangnya pengawasan dalam proses pemuatan internasional (IMDG Code). (iii) Penempatan barang
(a) Pelabuhan Belawan Medan, yakni: bahan bakar
menggunakan B3 padahal Barang Beracun sudah barang berbahaya dari lokasi penimbunan sementara berbahaya di kapal sudah sesuai dengan ketentuan
minyak (solar, bensin), Crude Oil, batu bara, dan
termasuk kelas 6.1 barang berbahaya, hal ini sampai ke proses loading di kapal. (6) Sanksi yang IMDG-Code penempatan di dalam container yang
Adhesive Cement; (b) Pelabuhan Makassar, yakni:
menimbulkan kerancuan karena berbeda dgn lemah terhadap kepada pemilik barang berbahaya telah disiapkan khusus pengangkutan barang
bahan bakar minyak (solar, bensin), barang berbahaya
nomenklatur IMDG secara internasional. Untuk yang kurang lengkap identifikasi, dokumentasi, berbahaya dengan tidak dicampur dengan barang
beracun (Limbah), dan batu bara; (c) Pelabuhan
proses penanganan limbah selama ini dimasukan ke kemasan dan pelanggaran ketentuan yang berlaku kiriman general cargo. Aturan yang diberlakukan
Tanjung Emas, yakni: bahan bakar minyak (solar,
dalam kategori Barang Beracun seharusnya masuk lainnya. Dan (7) Masih kurangnya sosialisasi dalam penempatan container berisi barang berbahaya
bensin), gas mudah terbakar, dan barang berbahaya
ke Enviromental Hazardous Substance n.o.s class ketentuan penanganan barang berbahaya. (c) Aspek dengan memberlakukan segregation di dalam kapal.
beracun (limbah); (d) Pelabuhan Balikpapan, yakni:
9, hanya saja bila dikaitkan dengan nomenklatur dan Segregation. Penempatan container berisi barang Dalam pelaksanaan penempatan pada tempat
bahan bakar minyak (solar, bensin), gas mudah
perundangan yang berlaku, perlu merumuskan berbahaya dengan memberlakukan aturan segrega- penumpukan sementara dan loading/ unloading di
terbakar, dan batu bara; (e) Pelabuhan Tanjung Priok,
kebijakan lintas kementrian. Dimaksud dalam contoh tion di dalam kapal. kapal di awasi oleh petugas KPLP (Coast Guard)
yaitu: besi bekas industri logam, mengandung radio
untuk Kementrian Perhubungan sudah menggunakan Seringnya kecelakaan laut yang terjadi di tetapi masih ada pelaksanaan yang tidak mengacu
active dan beracun, oli bekas, asphalt, batu bara,
aturan internasional IMDG Code sementara di Tanah Air, terutama dalam kurun waktu 2007-2012, pada ketentuan pemisahan (segregation) khusus
ammonium nitrate porous prilled (bahan untuk
Kementrian Lingkungan Hidup masih menggunakan memunculkan pertanyaan bagaimana kinerja untuk pengangkutan kendaraan bermotor (mobil,
peledak milik PT. dahana), bahan bakar minyak (so-
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 [10]. indikator keselamatan transportasi yang diharapkan motor, bus) dan truk tangki bahan bakar.
lar, bensin), arsenic, chrome, steel scraps, kembang
api (firework), thinner (pengencer cat), kendaraan Aturan yang dipakai untuk acuan dalam selama ini. Beberapa indikator dimaksud, dan terkait Selain pemisahaan ruang untuk kendaraan,
bermotor, dan barang cair corrosive; dan (f) pelaksanaan peningkatan penanganan barang dengan penanganan barang berbahaya beracun, pemilik tidak diperkenankan berada dalam
Pelabuhan Tanjung Perak, yaitu: besi bekas industri berbahaya di bidang pelayaran antara lain: (1) sebagai berikut : (a) Kinerja Marine Inspector/ Sur- kendaraaan dan menghidupkan mesin. (iv)
logam, mengandung radio active dan beracun, oli Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang veyor. Seringnya kecelakaan laut yang terjadi di Persyaratan jenis kapal yang dapat digunakan untuk
bekas, asphalt, batu bara, potasium (bahan untuk Pelayaran; (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun Tanah Air, terutama dalam kurun waktu 2007-2012, angkutan barang berbahaya tidak ada ketentuan
peledak milik PT. Dahana), bahan bakar minyak (so- 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan memunculkan tanda tanya besar mengenai kinerja khusus, selama kapal kargo yang mempunyai
lar, bensin), steel scraps, kembang api (firework), Lingkungan Hidup; (3) PP No. 20 Tahun 2010, Marine Inspector kita. Apakah mereka sudah betul- ruangan cukup untuk barang curah maupun kapal
dan thinner (pengencer cat).Ulasan untuk proses Tentang Angkutan di Perairan; (4) Peraturan Menteri betul menjalankan kewajibannya, misalnya sound container dapat digunakan untuk pengangkutan
penanganan B3 dengan mengambil sampel 2 (dua) Perhubungan Nomor: KM. 02 Tahun 2010 tentang system yang tidak bekerja baik untuk barang berbahaya. Setiap kapal barang dalam
pelabuhan sebagai berikut : Perubahan Atas Keputusan Menteri Perhubungan memberitahukan adanya keadaan darurat di atas penempatan di ruang kargo dengan ketentuan seg-
Nomor KM 17 Tahun 2000 Tentang Pedoman kapal (emergency alarm system), davit yang tidak regation / penyekatan. Kecuali untuk bahan
Pelabuhan Tanjung Priok
Penanganan Bahan/ Barang Berbahaya Dalam bisa terkembang saat menyentuh permukaan laut, berbahaya cair mudah terbakar (bahan bakar
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dalam sprinkler yang tidak bisa menyemprotkan air saat minyak) dan Liquid Nitogren Gas (LNG)
Kegiatan Pelayaran; (5) Peraturan Bandar 1925,
penanganan dan pengelolaan B-3, memiliki 6 lokasi kebakaran. memerlukan jenis kapal khusus. (v) Konsep
Pasal 2 Ayat 1 dan Pasal 13 Ayat 1; dan (6) Interna-
penempatan dengan luas 10,260 M2, dinilai pengangkutan barang berbahaya di pelayaran
tional Maritime Dangerous Goods-Code (IMDG- Hanya negara-negara flag of convenience
penanganannya tidak mengindahkan Undang-Undang dilakukan oleh setiap pelabuhan di lokasi survei
Code) [11]. (b) Aspek Penanganan. Jenis barang (FoC) saja yang mendelegasikan pemeriksaan aspek
(UU) Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan mengacu pada ketentuan dan peraturan yang berlaku
berbahaya yang ditangani dan diangkut di bidang keselamatan kapal yang mengibarkan bendera
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Peraturan baik peraturan pemerintah Republik Indonesia
pelayaran khusus barang dasar kimia dan bahan mereka kepada klasifikasi asing karena mereka
Menteri Lingkungan Hidup terkait. Pengelolaan dan maupun International Maritime Organization
bakar minyak untuk industri terdiri dari kelas 1 sampai memang tidak memilikinya. Di Indonesia, Kementrian
pemanfaatan limbah B-3 di pelabuhan Tanjung Priok, masih belum memadai, terutama berkaitan:
dengan kelas 9 adalah barang berbahaya yang tidak Perhubungan selaku pihak yang memegang
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Mensosialisasikan peraturan, Menerbitkan surat

12 13
J.Pen.Transla Vol.16 No.1 Maret 2014 : 1-38 Peningkatan Penanganan Pengangkutan ....D. A. LASSE, TEGUH HIMAWAN

edaran ketentuan penanganan pengiriman barang standarisasi acuan IMDG/ IMO, dan pelatihan kepada petugas non operasional di kesyahbandaran pada pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung
berbahaya, Menyiapkan sarana pelatihan penanganan barang berbahaya dan memberikan pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Emas, Tanjung Perak, Balikpapan dan Makassar. (c)
penanganan barang berbahaya untuk petugas lisensi kompetensi kepada petugas Kesyahbandaraan, Makassar, sedangkan petugas non operasional pada Selaku Perusahaan EMKL sudah memberikan
Kesyahbandaran, Operator Pelabuhan, Perusahaan Operator Pelabuhan, TPKS, Perusahaan Pelayaran kesyahbandaran pelabuhan Belawan, Tanjung Emas, pelayanan yang maksimal kepada pelanggan dalam
Pelayaran, Menetapkan standar operating prosedur secara berkala dan dalam satu atap, serta selalu dan Balikpapan belum diberikan Pelatihan hal penanganan barang-barang berbahaya, pada
dan mengingatkan kepada petugas pentingnya diadakan penyegaran (refreshment).Penjelasan penanganan barang-barang berbahaya. (g) Petugas Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung
keselamatan (safety) kerja penanganan barang pencapaian kinerja penanganan serta pengelolaan operasional kesyahbandaran sudah mempunyai Perak, Balikpapan dan Makassar. (d) Secara
berbahaya. (vi) Kondisi eksisting penanganan barang bahan berbahaya dan beracun (B3) yang masih ada sertifikasi/ lisensi resmi IMO/ IMDG Code pada keseluruhan walaupun belum maksimal, petugas yang
berbahaya melalui laut pada umumnya dijalankan permasalahan, sebagaimana dijelaskan di atas kesyahbandaran pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung berkompetensi/sudah bersertifikasi pada perusahaan
secara rutinitas dengan ketentuan yang berlaku. Para diperkuat oleh preferensi petugas unit terkait Perak, dan Makassar, sedangkan petugas operasional EMKL dalam penanganan barang berbahaya pada
petugas kesyahbandaran dan operator pelabuhan termasuk para operator (sebagai nara sumber), yang pada kesyahbandaran pelabuhan Belawan, Tanjung pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas,
tidak memberlakukan secara ketat selama sea freight dijadikan sampel masing-masing 2 (dua) orang, yaitu Emas, Balikpapan belum mempunyai sertifikasi/ Tanjung Perak, Balikpapan dan Makassar. (e)
forwarder/ perusahaan pelayaran dari awal dari unit kerja Kesyahbandaran (KPLP), Perusahaan lisensi resmi IMO/ IMDG Code. (h) Petugas Perusahaan EMKL yang melakukan kegiatan
melaksanakan tertib administrasi dan melakukan Pelayaran/Sea Freight Forwarder (EMKL), PT. kesyahbandaran yang sudah berlisensi mempunyai operasional pada pelabuhan Belawan, Tanjung Priok,
pengepakan/ pengemasan sesuai dengan ketentuan Pelindo/Operator Terminal Pelabuhan, dan Nakhoda/ buku panduan checklist penanganan barang-barang Tanjung Emas, Tanjung Perak, Balikpapan dan
IMDG-code dan disiapkan dari pabrikan. Mualim, sebagai berikut :Preferensi Kesyahbandaran berbahaya sesuai dengan regulasi UU/ IMO/ IMDG Makassar, secara umum telah mempunyai petunjuk
Tidak diberlakukan penempatan sementara Sembilan indikator yang menjadi bahan preferensi Code pada kesyahbandaran pelabuhan Tanjung pelaksanaan dalam penanganan barang-barang
barang berabahaya, langsung dilakukan loading dari nara sumber, diukur dengan skala Guttman (1 = Ya; Priok, Tanjung Perak, Balikpapan dan Makassar, berbahaya. (f) Perusahaan EMKL selaku penyedia
truck ke kapal dan sebaliknya unloading dari kapal 0 = Tidak), persentase jawaban “Ya” adalah benar sedangkan petugas kesyahbandaran pada pelabuhan jasa pada pelabuhan Belawan, Tanjung Priok,
langsung ke truck. (vii) Kendala yang dihadapi dalam dan “Tidak” adalah salah, dengan demikian bila Belawan dan Tanjung Emas belum mempunyai buku Tanjung Emas, Tanjung Perak, Balikpapan dan
pengangkutan barang berbahaya, antara lain: (a) keseluruhan jawaban benar nilainya = 100, dan panduan checklist penanganan barang-barang Makassar, menunjukkan kecepatan dalam
Sebagian pelabuhan lokasi survei tidak jawaban yang salah = 0. Dari hasil preferensi berbahaya sesuai dengan regulasi UU/ IMO/ IMDG mendapatkan jadwal keberangkatan setelah surat
mengkhususkan lokasi penempatan barang Kesyahbandaran tentang penanganan serta Code. (i) Fasilitas pelatihan penanganan barang- instruksi pengapalan (shipping instruction)
berbahaya sebelum dimuat kedalam kapal, (b) pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3), barang berbahaya untuk petugas operator terminal dikonfirmasi. (g) Pengurusan dokumen untuk barang-
Pendidikan dan Pelatihan yang tidak terjadwal maka memetakan sebagai berikut : (a) dan freight forwarder telah difasilitasi oleh barang berbahaya, oleh perusahaan EMKL pada
dengan baik, (c) Masih banyaknya petugas Kesyahbandaran pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, kesyahbandaran pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas,
Kesyahbandaran, Operator Pelabuhan dan Tanjung Emas, Tanjung Perak, Balikpapan dan Tanjung Perak, Balikpapan, sedangkan pada Tanjung Perak, Balikpapan dan Makassar, sudah bisa
Perusahaan Pelayaran yang belum mendapat Makassar, secara umum sudah memberikan kesyahbandaran pelabuhan Tanjung Emas dan dilaksanakan dengan cepat dan sesuai dengan IMDG
pendidikan dan pelatihan barang berbahaya, dan (d) informasi peraturan pengangkutan barang berbahaya Makassar belum terfasilitasi. (International Maritime Dangerous Goods) Code.
Keterbatasan lahan khusus penempatan barang kepada operator terminal dan freight forwarder. (b) Pemetaan preferensi Kesyahbandaran tentang (h) Perusahaan EMKL selaku penyedia jasa pada
berbahaya dan tidak disediakan khusus ruang/ lahan Peraturan dan ketentuan penanganan barang-barang penanganan serta pengelolaan bahan berbahaya dan pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas,
untuk barang berbahaya. (viii) Kelemahan berbahaya yang berlaku selalu disampaikan secara beracun (B3), sebagaimana dijelaskan di atas Tanjung Perak, Balikpapan dan Makassar, selalu
penanganan barang berbahaya melalui laut dilihat dari berkala oleh kesyahbandaran pelabuhan Tanjung menggambarkan kesyahbandaran pelabuhan melakukan jadwal pengiriman barang berbahaya
kondisi eksisting, antara lain: (a) Tidak dipersiapkan Priok Tanjung Perak dan Balikpapan, sedangkan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung sesuai instruksi pengiriman pengguna jasa dengan
petugas khusus penerimaan barang berbahaya (DG kesyahbandaran pelabuhan Belawan, Tanjung Emas Perak, Balikpapan dan Makassar, hanya 55,6%, jadwal yang telah diberikan.Pemetaan preferensi
Specialist) yang dianjurkan dalam ketentuan IMDG- dan Makassar belum menyampaikan secara berkala mematuhinya sedangkan 44,4% tidak mematuhinya. Perusahaan EMKL tentang penanganan serta
Code; (b) Kurang tanggap petugas kesyahbandaran peraturan dan ketentuan penanganan barang-barang Preferensi EMKL Delapan indikator yang menjadi pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3),
atas laporan perusahaan pelayaran adanya barang berbahaya yang berlaku. (c) Sanksi terhadap bahan preferensi nara sumber, diukur dengan skala sebagaimana dijelaskan di atas menggambarkan
berbahaya yang perlu diadakan pemeriksaan; (c) pelanggaran peraturan dan ketentuan penanganan Guttman (1 = Ya; 0 = Tidak), persentase jawaban perusahaan EMKL dalam kegiatan operasional di
Masih ada petugas yang menangani barang barang-barang berbahaya secara umum telah “Ya” adalah benar dan “Tidak” adalah salah, dengan pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas,
berbahaya yang tidak berkompeten dan berlisensi dilaksanakan pada kesyahbandaran pelabuhan demikian bila keseluruhan jawaban benar nilainya = Tanjung Perak, Balikpapan dan Makassar, telah
atas pengetahuan dasar penanganan barang Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung 100, dan jawaban yang salah = 0. Dari hasil mematuhinya dengan baik (93,8%) danya sedikit
berbahaya IMDG Code; (d) Kurangnya pengawasan Perak, Balikpapan dan Makassar. (d) Pelatihan/ preferensi EMKL tentang penanganan serta yang tidak mematuhinya (6,3%).
dalam proses pemuatan barang berbahaya dari lokasi training atas penanganan barang-barang berbahaya, pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3), Preferensi PT. Pelindo / Operator Terminal
penimbunan sementara sampai ke proses loading di secara umum telah dilakukan pada kesyahbandaran maka memetakan sebagai berikut : (a) Mempunyai Sembilan indikator yang menjadi bahan preferensi
kapal; (e) Sanksi yang lemah terhadap kepada pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas, perencanaan dalam menangani barang berbahaya, nara sumber, diukur dengan skala Guttman (1 = Ya;
pemilik barang berbahaya yang kurang lengkap Tanjung Perak, Balikpapan dan Makassar. (e) merupakan program kerja dalam manajemen 0 = Tidak), persentase jawaban “Ya” adalah benar
identifikasi, dokumentasi, kemasan dan pelanggaran Pelatihan penanganan barang-barang berbahaya EMKL/ Sea Freight Forwarder yang melakukan dan “Tidak” adalah salah, dengan demikian bila
ketentuan yang berlaku lainnya; dan (f) Masih dilaksanakan secara berkala dengan jangka waktu kegiatan operasionalnya pada pelabuhan Belawan, keseluruhan jawaban benar nilainya = 100, dan
kurangnya sosialisasi ketentuan penanganan barang ditentukan, hanya kesyahbandaran pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, jawaban yang salah = 0. Dari hasil preferensi PT.
berbahaya. (ix) Kebutuhan peningkatan penanganan Tanjung Emas dan Balikpapan saja yang Balikpapan dan Makassar. (b) Petugas PELINDO/ Operator Terminal tentang penanganan
pengangkutan barang berbahaya di sektor melaksanakannya, sedangkan kesyahbandaran pada melaksanakan pelabelan, penandaan, pengepakan serta pengelolaan bahan berbahaya dan beracun
transportasi laut dilihat dari aspek prasarana, SDM, pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, barang berbahaya sesuai dengan ketentuan, telah (B3), maka memetakan sebagai berikut : (a) Sebagai
sistem dan prosedur serta pengawasan, meliputi Makassar tidak melaksanakannya. (f) Pelatihan dilakukan oleh manajemen EMKL/Sea Freight For- operator terminal pada pelabuhan Belawan, Tanjung
lahan/ lokasi penempatan barang berbahaya dengan penanganan barang-barang berbahaya diberikan warder yang melakukan kegiatan operasionalnya Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Balikpapan dan

14 15
J.Pen.Transla Vol.16 No.1 Maret 2014 : 1-38 Peningkatan Penanganan Pengangkutan ....D. A. LASSE, TEGUH HIMAWAN

Makassar, dalam penanganan barang-barang preferensi nara sumber, diukur dengan skala memahami sepenuhnya pelatihan penanganan menganggur atau tidak digunakan. Sebagian besar
berbahaya, secara umum sudah melakukannya Guttman (1 = Ya; 0 = Tidak), dengan demikian bila barang-barang berbahaya dapat meningkatkan limbah B3, entah dari kapal domestik maupun luar
secara professional dan sesuai ketentuan.(b) Sebagai keseluruhan jawaban benar nilainya = 100, dan keterampilan dan kompetensi awak kapal. (j) negeri, dikelola dan dimanfaatkan oleh perusahaan
operator terminal pada pelabuhan Belawan, Tanjung jawaban yang salah = 0. Dari hasil preferensi Nakhoda kapal di pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, yang sesungguhnya tidak mempunyai izin. Proses
Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Balikpapan dan Nakhoda/Mualim tentang penanganan serta Tanjung Emas, Tanjung Perak, Balikpapan dan penanganan barang berbahaya kelas 1 sampai
Makassar menyadari bahwa pelatihan/training pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3), Makassar, menyatakan sepenuhnya diadakan dengan kelas 9 tidak sepenuhnya menurut aturan
penanganan barang-barang berbahaya menambah maka memetakan sebagai berikut : (a) Nakhoda pengecekan dengan buku panduan dan melakukan ketentuan IMDG Code terkini. Petugas semua lini
keterampilan dan profesionalisme dalam bekerja atau kapal di pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung checklist sesuai ketentuan IMO/ IMDG Code akan sejak kedatangan barang berbahaya dari area parkir,
mampu meningkatkan kinerja karyawan. (c) Sebagai Emas, Tanjung Perak, Balikpapan dan Makassar, barang-barang berbahaya yang diterima dan akan penumpukan sementara sampai pengangkutan ke
operator terminal pada pelabuhan Belawan, Tanjung menyatakan sebagai Captain in Command telah dimuat di atas kapal. (k) Nakhoda kapal di pelabuhan kepal dilakukan tidak menggunakan formulir data
Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Balikpapan dan memberikan briefing/instruksi sepenuhnya peraturan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Balikpapan pengecekan (check lis)t secara urut dari pengecekan
Makassar sudah memahami mengenai penanganan yang menyangkut tentang keselamatan pelayaran dan Makassar, menyatakan sebagian melakukan Multimoda Shiper’s Declaration, kemasan, label &
barang-barang berbahaya yang akan di angkut. (d) kepada awak kapal. (b) Nakhoda kapal di pelabuhan pengecekan dengan buku panduan dan melakukan marking, dokumen kiriman barang berbahaya di
Sebagai operator terminal pada pelabuhan Belawan, Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung checklist sesuai ketentuan IMO/ IMDG Code akan bidang pelayaran. Oleh karena itu, diperlukan
Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Perak, Balikpapan dan Makassar, menyatakan barang-barang berbahaya yang diterima dan akan peningkatan pencapaian kinerja penanganan bahan
Balikpapan dan Makassar dalam penanganan barang- sebagai Captain in Command memberikan briefing/ dimuat di atas kapal secara administratif dibukukan berbahaya dan beracun (B3) yang meliputi beberapa
barang berbahaya sudah melakukan secara profes- instruksi sepenuhnya peraturan tentang tata cara secara tertib, hanya nakhoda kapal di pelabuhan aspek antara lain: aspek kebijakan, aspek
sional dan sesuai ketentuan. (e) Sebagai operator penanganan pengangkutan barang berbahaya kepada Tanjung Emas menyatakan tidak melakukannya. (l) penanganan, aspek segregation, dan aspek
terminal pada pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, awak kapal. (c) Nakhoda kapal di pelabuhan Nakhoda kapal di pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, pengangkutan.
Tanjung Emas, Tanjung Perak, Balikpapan dan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Tanjung Emas, Tanjung Perak, Balikpapan dan
Makassar menyatakan sangat jarang pelanggan Perak, Balikpapan dan Makassar menyediakan Makassar, menyatakan tidak tersedia fasilitas UCAPAN TERIMA KASIH
sering berdiskusi mengenai pengaturan penanganan peraturan dan ketentuan penanganan barang-barang pelatihan penanganan barang-barang berbahaya di Terima kasih kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
barang-barang berbahaya. (f) Fasilitas yang dimiliki berbahaya di atas kapal . (d) Nakhoda kapal di kapal. (m) Nakhoda kapal di pelabuhan Belawan, Perhubungan Laut, dan instansi terkait yang telah memberikan
sebagai operator terminal pada pelabuhan Belawan, pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, data primer dan sekunder yang diperlukan guna penyelesaian
Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, sudah Tanjung Perak, Makassar, selalu menyampaikan Balikpapan dan Makassar, menyatakan latihan yang penelitian ini.
sesuai dengan kebutuhan untuk penanganan barang- secara berkala peraturan dan ketentuan penakapal berkaitan dengan penanganan barang berbahaya
DAFTAR PUSTAKA
barang berbahaya, hanya pada pelabuhan Balikpapan nganan barang-barang berbahaya yang berlaku beracun dilaksanakan dicatat secara tertib. (n)
[1] Peraturan Menteri Perhubungan No. KM. 02 Tahun 2010
dan Makassar tidak melaksanakannya. (g) Sebagai kepada awak kapal, kecuali nakhoda kapal di Nakhoda kapal di pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Perhubungan
jasa operator terminal pada pelabuhan Belawan, pelabuhan Balikpapan tidak melakukannya. (e) Tanjung Emas, Tanjung Perak, Balikpapan dan Nomor KM. 17 Tahun 2000 Tentang Pedoman Penanganan
Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Nakhoda kapal di pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Makassar, menyatakan setiap pelayaran dipastikan Bahan/ Barang Berbahaya Dalam Kegiatan Pelayaran di
pelabuhan Balikpapan dan Makassar, selalu Tanjung Emas, Tanjung Perak, Balikpapan dan dibuat stowage plan untuk pengangkutan barang- Indonesia. Jakarta.
beroperasi sesuai dengan jadwal yang telah Makassar, menyatakan sepenuhnya awak kapal yang barang berbahaya. (o) Nakhoda kapal di pelabuhan [3] Konvensi Internasional Safety of Life at Sea Tahun 1974.
ditentukan untuk pengiriman barang-barang menangani barang berbahaya tidak mempunyai Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung [4] Maritime Safety Committee Resolution/ MSC Res 262/
berbahaya. (h) Penundaaan penanganan barang- sertifikasi/lisensi resmi sesuai IMO/ IMDG Code . Perak, Balikpapan dan Makassar, menyatakan 84 ~ Amandemen terhadap International Maritime
Dangerous Goods Code/ IMDG Code dengan Amandemen
barang berbahaya di terminal kurang optimal (f) Nakhoda kapal di pelabuhan Belawan, Tanjung tersedianya petunjuk penanganan dalam keadaan 34-08 (lMDG Code 2008).
dilaksanakan oleh operator terminal pada pelabuhan Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Balikpapan dan darurat di kapal terhadap muatan barang-barang [5] Reeden Reglement 1926, Petroleum Vervoer Ordonante
Belawan, Balikpapan, sedangkan pada pelabuhan Makassar, menyatakan awak kapalnya memahami berbahaya. STBL 1927 No.234.
Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, dan dan mampu menangani penanganan barang-barang Pemetaan preferensi nakhoda kapal/mualim [6] Peraturan Bandar 1925 ( Reden Reglement 1925 Staatsblad
Makassar, sudah dilaksanakan dengan baik. (i) berbahaya di dalam kapal. (g) Nakhoda kapal di tentang penanganan serta pengelolaan bahan 1925), Pasal 2 Ayat 1 dan Pasal 13 Ayat 1.
Fasilitas di ruang penerimaan operator terminal pada pelabuhan Tanjung Emas, Tanjung Perak, Balikpapan berbahaya dan beracun (B3), sebagaimana dijelaskan [7] Mathew B. Miles dan A.Michael Huberman, oleh Tjetjep
pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas, dan Makassar, menyatakan belum seluruhnya awak Rohendi Rohidi, Qualitative Data Analysis: An Expanded
di atas menggambarkan nakhoda kapal/mualim
sudah sesuai dengan kebutuhan penanganan, kapal diberikan pelatihan penanganan barang-barang Sourcebook (2nd Edition), Tahun1994.
dalam kegiatan operasional di pelabuhan Belawan,
sedangkan operator terminal pada pelabuhan Tanjung berbahaya, kecuali Nakhoda kapal dipelabuhan [8] Ridwan Metode & teknik Menyusun Proposal Penelitian,
Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Tahun 2009. Jakarta
Perak, Balikpapan dan Makassar tidak sesuai dengan Belawan, Tanjung Priok menyatakan ada sebagian Balikpapan dan Makassar, telah cukup mematuhinya [9] Tjetjep Rohendi Rohidi. 1995. Analisa Data Kualitatip
kebutuhan penanganan. awak kapalnya diberikan pelatihan penanganan dengan baik (68,90%) hanya sedikit yang tidak Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta.
Pemetaan preferensi operator terminal tentang barang-barang berbahaya. (h) Nakhoda kapal di mematuhinya (31,10%). [10] Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
penanganan serta pengelolaan bahan berbahaya dan pelabuhan Belawan, Tanjung Emas, Tanjung Perak, 2009 tentang Perlindungan dan Pe ngel ola an
beracun (B3), sebagaimana dijelaskan di atas Balikpapan dan Makassar, menyatakan tidak Lingkungan Hidup, Kementrian Lingkungan Hidup.Jakarta
menggambarkan PT. Pelindo / Operator Terminal melaksanakan secara berkala untuk awak kapalnya [11] International Maritime Dangerous Goods-Code 2010
pelatihan penanganan barang-barang berbahaya KESIMPULAN Edition.
dalam kegiatan operasional di pelabuhan Belawan,
Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, dengan jangka waktu dijadwalkan, kecuali Dalam pengelolaan dan pemanfaatan limbah B- [12] International Air Transport Association Dangerous Goods
pernyataan nakhoda kapal di pelabuhan Tanjung 3 di perlu didukung dengan berbagai alat / perangkat Regulation 54th Edition, 2013.
Balikpapan dan Makassar, telah cukup mematuhinya
dengan baik (71,30%) hanya sedikit yang tidak Priok telah melaksanakannya. (i) Nakhoda kapal di operasional, antara lain berupa reception facilities
mematuhinya (28,7%).Preferensi Nakhoda Kapal/ pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas, (RF) untuk menghindari pencemaran di laut. Namun,
Mualim Sembilan indikator yang menjadi bahan Tanjung Perak, Balikpapan dan Makassar, fasilitas RF dan perangkat lainnya lebih banyak

16 17

Anda mungkin juga menyukai