Modul Pelatihan Aktivis - Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Aktivis - Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat
Tim Penyusun :
1. Sisparyadi (Fasilitator Nasional PATBM)
2. Antik Bintari (Fasilitator Nasional PATBM)
3. Susilawati (Fasilitator Nasional PATBM)
4. Putri Suci Asriani (Fasilitator Nasional PATBM)
5. Ernesta Uba Wohon (Fasilitator Nasional PATBM)
6. Apriana H.J. Fanggidae (Fasilitator Nasional PATBM)
7. Maria Margareta Bhubhu (Fasilitator Nasional PATBM)
8. Yuniarti (Fasilitator Nasional PATBM)
9. L.H. Kekek Apriana Dwi Harjanti (Fasilitator Nasional PATBM)
10. Ratih Rachmawati (Kepala Bidang Perlindungan Anak Korban Kekerasan)
11. Anisah (Kepala Bidang Perlindungan Anak Korban Eksploitasi)
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan Modul Pelatihan Aktivis
Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) ini dapat diselesaikan pada waktunya. Modul
pelatihan aktivis PATBM ini disusun sebagai bahan pelatihan pembekalan kepada calon aktivis yang
berasal desa/kalurahan dalam pelaksanaan PATBM.
Modul yang disusun secara sederhana namun komprehensif ini diharapkan dapat membantu para
fasilitator dalam memfasilitasi pelatihan, pertemuan-pertemuan dan pendampingan untuk perlindungan
anak yang dilaksanakan oleh aktivis kepada masyarakat. Selain itu modul ini juga menawarkan metode-
metode yang variatif dan sistematis guna memberikan pemahaman tentang proses gerakan PATBM,
namun demikian tidak menutup kemungkinan Fasilitator daerah dapat mengembangkan metode yang
terdapat dalam Modul ini sesuai dengan situasi, kondisi dan budaya di daerah masing-masing.
Modul Pelatihan Aktivis PATBM ini disusun atas kerjasama Kementerian PP-PA dengan Fasilitator Nasional
PATBM yang berasal dari Pusat Studi Wanita Universitas Gajah Mada, Universitas Padjajaran, Sekolah
Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, Universitas Bengkulu, Universitas Nusa Cendana, Universitas
Katolik Widya Mandira Kupang dan LK3 Bengkulu. Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada Fasilitator PATBM Nasional atas kerja kerasnya dalam menyusun Modul
Pelatihan Aktivis PATBM ini. Kiranya gerakan PATBM sebagai salah satu upaya untuk mencegah dan
menanggapi terjadinya kekerasan terhadap anak dengan melibatkan peranserta masyarakat dapat
terwujud.
PENDAHULUAN.............................................................................................................................. 1
Sistematika Isi Modul................................................................................................................... 1
Mengapa Pelatihan PATBM untuk Aktivis Penting?......................................................................... 1
Maksud dan Tujuan........................................................................................................................ 2
Sasaran Pengguna.......................................................................................................................... 2
Metodologi Pelatihan.................................................................................................................... 3
Modul Pelatihan untuk aktivis Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) telah disusun
menjadi satu bahan pelatihan untuk memberikan pembekalan kepada calon aktivis yang berasal dari
desa/kalurahan dalam pelaksanaan PATBM.
1. Dinamika Kelompok.
2. Memulai PATBM.
3. Merencanakan PATBM.
4. Melaksanakan Kegiatan PATBM
5. Strategi Perubahan PATBM
6. Mengembangkan PATBM
7. Mempertahankan Keberlanjutan PATBM
8. Monitoring dan Evaluasi
1) Menyamakan persepsi tentang konsep peningkatan kapasitas pelatih dalam pengembangan Model
Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM)
2) Melakukan pembagian tugas dalam pelaksanaan kegiatan PATBM oleh aktivis di tingkat provinsi,
kabupaten/kota dan desa/kalurahan dengan wilayah sasaran masing-masing
3) Menyusun rencana kerja tindak lanjut pendampingan dan pelaksanaan pelatihan kegiatan PATBM di
wilayah provinsi, kabupaten/kota dan desa/kalurahan masing-masing
Sasaran Pengguna
Secara khusus modul ini ditujukan bagi aktivis PATBM di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan desa/
kalurahan yang akan menfasilitasi kegiatan PATBM. Modul aktivis ini dibuat guna membantu para aktivis
dalam memfasilitasi pelatihan, pertemuan, dinamika kelompok dan sesi edukasi serta pendampingan
untuk perlindungan anak yang dilaksanakan oleh masyarakat. Modul ini disusun secara sederhana namun
komprehensif dengan menawarkan metode-metode yang variatif dan sistematis guna memberikan
pemahaman yang seksama mengenai proses gerakkan PATBM. Implementasi dari modul ini sangat
membutuhkan partisipasi yang tinggi dari aktivis guna menemukan dan mengidentifikasi persoalan-
persoalan anak yang mereka hadapi serta mewujudkan perlindungan anaki untuk memecahkan masalah
kekerasan kepada anak.
Metodologi Pelatihan
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan :
1. Soal Pra dan Paska tes PATBM dan Evaluasi Pelatihan PATBM
Modul pelatihan ini dilengkapi dengan soal pra dan paska tes PATBM. Soal tes dibagikan kepada
peserta sebelum memulai kegiatan pelatihan dan setelah kegiatan pelatihan selesai. Fasilitator akan
membagikan soal pra tes pelatihan PATBM dan meminta peserta untuk langsung mengerjakan.
Langkah yang sama juga dilaksanakan pada saat paska tes pelatihan PATBM. Selain soal pra dan paska
tes PTBM juga terdapat dua lembar evaluasi dalam pelatihan PATBM. Lembar evaluasi sesi dan lembar
evaluasi akhir keseluruhan. Dua lembar ini harus dibagikan dan diisi oleh peserta pelatihan. Lembar
evaluasi sesi dibagian setiap kali selesai sesi dan lembar evaluasi akhir dibagikan setelah seluruh
pelatihan selesai. Selanjutnya, fasilitator akan menganalisis hasil pra dan paska tes PATBM beserta
lebar evaluasi pelatihan PATBM.
1) Lembar pra dan paska tes pelatihan, Buku Pedoman PATBM, Buku Saku PATBM, Daftar Materi KIE
2) Laptop, Layar untuk LCD dan LCD, Papan tulis (White Board), spidol khusus dan penghapus.
3) Kertas plano, metaplan dan spidol besar tiga warna, dan spidol berwarna.
4) Ruangan bentuk U dan ruangan yang cukup luas untuk 35 peserta PATBM dengan pencahayaan
yang terang dan sirkulasi udara yang bagus.
5) Gunting, Lem, selotip kertas, kertas HVS, gunting, paper-clip (penjepit kertas), Film Perlindungan
Perempuan dan PA, kabel gulung, stapler dan sebagainya.
6) Pastikan media dapat berfungsi dengan baik dan ruangan memiliki sirkulasi udara dan pencahayaan
yang baik.
7) Materi pelatihan seperti film, media gambar dan alat yang diperlukan lainnya sesuai kondisi
daerah, termasuk majalah bekas, gambar-gambar aktivitas manusia dan koran bekas
2. Diskusi Kelompok
Kelebihan Kekurangan
• Memperkuat spirit kelompok ketika • Akan berhasil dengan baik jika para
ada keprihatinan yang teridentifikasi anggota kelompok saling percaya
• Memberi komunikasi dua arah • Dapat melenceng dari fokus utama
• Memberi peluang untuk kecuali fasilitator terlatih baik
pembahasan lebih mendalam • Kelompok yang berkepentingan
• Memberikan umpan balik yang cepat punya peluang untuk memaksakan
terhadap informasi baru hal-hal tertentu
6. Study Kasus
Kelebihan Kekurangan
• Pembahasan lebih mendalam dan • Membutuhkan persiapan kasus
terfokus • Peserta yang kesulitan komunikasi
• Dapat menumbuhkan simpati dan akan menjadi kendala
empati peserta • Membutuhkan keahlian khusus dari
• Semua peserta dapat terlibat kader yang menjadi fasilitator untuk
langsung mengungkap masalah yang lebih
mendalam
7. Praktek
Kelebihan Kekurangan
• Peserta akan terlibat aktif dalam • Membutuhkan waktu lebih lama
bentuk tindakan • Membutuhkan persiapan bahan dan
• Akan menumbuhkan pemahaman peralatan
dan kesan yang mendalam pada
peserta
Unit 1.1. Satuan Langkah Pelatihan Dinamika Kelompok : Perkenalan, Tujuan Modul
Pelatihan Aktivis, Agenda Pelatihan, Harapan dan Kontrak belajar
Tujuan :
1. Peserta dapat mengikuti pelatihan PATBM secara lengkap dalam suasana yang hangat dan nyaman
2. Peserta dapat mengenal satu sama lain dan terbina keakraban antar peserta dan fasilitator
4. Peserta memahami apa yang akan diperoleh selama pelatihan dan bagaimana berpartisipasi selama
mengikuti pelatihan.
5. Memberikan ruang kepada peserta dalam mengekspresikan perasaannya dalam mengikuti pendidikan
ini.
6. Dapat terpetakannya harapan, kekhawatiran, sumbangan, kontrak belajar, alur dan materi sesuai
dengan tujuan pendidikan ini
Peralatan :
Kertas plano, metaplan, gunting dan spidol.
Waktu :
2 Sesi untuk 35 peserta, 90 menit
2) Fasilitator kemudian membagikan kertas HVS yang dibentuk segitiga dan sudah dipersiapkan
sebelumnya.
3) Fasilitator meminta peserta menuliskan nama masing-masing dalam HVS segitiga dan berikan waktu
1 menit. Nama panggilan dan huruf besar.
4) Setelah seluruh peserta menuliskan dalam kertas HVS, minta peserta berdiri dan membentuk lingkaran.
5) Secara bergilir peserta menyebutkan namanya dan arti dari nama masing-masing.
2) Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan harapan, kekhawatiran, sumbangan, kontrak belajar,
pada kertas metaplan yang sudah disediakan
3) Metaplan tersebut kemudian ditempelkan di papan yang sudah tersedia dengan dikelompokan sesuai
dengan jenisnya, yaitu harapan dan kekhawatiran.
4) Fasilitator kemudian membacakan ulang harapan dan kekhawatiran tersebut serta mendiskusikan
dengan peserta untuk mengetahui mana yang realistik dan mana yang tidak.
5) Hasil diskusi tersebut kemudian dijadikan kesepakatan bersama untuk diperhatikan selama proses
kegiatan pendidikan berlangsung.
2) Fasilitator kembali memberikan orientasi belajar dan kontrak belajar secara singkat.
3) Kontrak belajar merupakan kesepakat bersama untuk mencapai tujuan selama pelatihan.
4) Fasilitator meminta peserta memberikan pendapat tentang aturan main bersama agar tercapai tujuan
dan harapan selama pelatihan.
6) Tuliskan semua usulan dan bangun kesepakatan bahwa aturan main dan tata tertib ini bersifat
mengikat semua pihak yang mengikuti pelatihan.
7) Mintalah peserta berfikir sejenak dan mulai untuk berdiskusi. Tutup kegiatan dan ucapkan terimakasih.
Contoh :
Perkenalan :
1. Siapkan kertas HVS
2. Bentuk segitiga
3. Bagikan Segitiga HIV ke seluruh peserta
4. Minta peserta menulis nama panggilan dalam huruf kapital dan besar sehingga bisa dilihat oleh
orang lain.
5. Perkenalkan peserta secara bergiliran.
2. Minta peserta menuliskan pada lembar tugas 2 harapan mengikuti pelatihan sebagai pelatih PATBM.
3. Fasilitator membagikan jadwal, membacakan kerangka acuan pelatihan terkait dengan tujuan
pelatihan untuk aktivis dan agenda pelatihan.
3. Fasilitator membagikan jadwal, membacakan kerangka acuan pelatihan terkait dengan tujuan
pelatihan untuk aktivis dan agenda pelatihan.
Kontrak Belajar
Kontrak belajar diperlukan kesepakatan bersama untuk mencapai harapan tersebut selama pelatihan
ini. Kesepakatan bersama tersebut merupakan langkah-langkah yang perlu dilakukan dan merupakan
aturan main bersama termasuk tata tertib agar dapat tercapai harapan bersama, yang harus ditaati oleh
seluruh peserta dan penyelenggara dalam melaksanakan pelatihan. Bangun kesepakatan bahwa aturan
main dan tata tertib tersebut bersifat mengikat semua pihak di kelas tersebut selama pelatihan. Dalam
kegiatan pelatihan belajar bukan hanya kerja sama antara pelatih dan peserta yang menjadi poin penting.
Sarana dan prasarana yang memadai dan mendukung pun ikut memberikan peranan dalam keberhasilan
peserta. Kontrak belajar ialah salah satu aturan yang diciptakan sendiri atas dasar kesepakatan. Tentunya
antara pihak fasilitator dan peserta. Peserta yang dilibatkan langsung ketika proses pembuatan kontrak
belajr berlangsung. Mintalah agar peserta berfikir sejenak tentang kontrak dan norma belajar selama
pelatihan.
• Mulai dari Fasilitator/trainer memperkenalkan diri dengan cara jalan keliling dan meyalami setiap
peserta dengan menyebutkan ”nama” dan dua sifat yang paling ingin ditonjolkan. Misalnya:”Hai,
Saya Dinata, saya riang dan tulus”
• Minta peserta lain untuk tidak mengulang sifat yang sudah disebutkan
• Jelaskan mengenai kegiatan perkenalan, buat kesepakatan dengan peserta akan unsur yang
perlu dikenalkan, dan cara berkenalan, misalnya: perkenalan hobi, nama atau pengalaman yang
paling menarik dengan cara wawancara berpasangan dan lain-lain.
• Minta setiap peserta untuk mengambil satu kartu dan menemukan pasangannya untuk
mendapatkan informasi akan hal yang diperlukan
• Ajak kembali dalam kelas dan undang secara bergantian satu peserta untuk memperkenalkan
pasangannya seterusnya hingga habis termasuk fasilitator
• Ajak diskusi peserta mengenai perasaan saat perkenalan, apa pendapatnya tentang caranya dan
jenis informasinya yang diperoleh.
• Meminta orang yang di sebelah itu untuk menyebut nama Anda, namanya sendiri dan orang di
sebelah kanannya.
• Lanjutkan untuk semua orang dalam lingkaran diakhiri dengan orang terakhir mengulang semua
nama.
• Minta orang untuk melakukan perubahan tempat di dalam lingkaran dan tantang seorang.
• Mintalah salah satu peserta untuk memulai memperkenalkan diri. “Halo nama saya Jeki, saya
PSW dari Sulawesi Utara”.
• Kemudian peserta kedua mengulang kalimat peserta pertama ditambah dengan memperkenalkan
dirinya sendiri. “Halo teman saya Jeki, Saya Kiko dari Jawa Barat.
• Kemudian peserta ketiga mengulang kalimat peserta sebelumnya dengan memilih satu nama
teman baru yang diingat. “Halo teman saya Kiko, nama saya Sitiyum dari Aceh” dan seterusnya
hingga selesai. Setelah semua mendapatkan giliran, peserta dapat kembali ke posisi semula.
Tujuan
1. Peserta memahami langkah kegiatan dalam memulai PATBM di masyarakat desa dan kelurahan.
3. Peserta dapat mengidentifikasi kasus kekerasan kepada anak dan membuat rencana tindaklanjut
untuk mengurangi ataupun menghentikan kasus kekerasan kepada anak.
5. Memberikan ruang kepada peserta untuk memiliki rencana kerja untuk memulai PATBM di desa atau
kelurahan.
Peralatan :
LCD, Layar LCD, Kertas plano, metaplan, gunting, lem, spidol dan majalah bekas.
Waktu :
3 Sesi untuk 35 peserta, 135 menit
2) Fasilitator meminta dua hingga tiga peserta diminta untuk menggambarkan pengalaman di
sekitarnya tentang kasus kekerasan kepada anak dan bagaimana peran masyarat jika kekerasan
terjadi di sekitarnya.
4) Fasilitator memberikan ulasan tentang : masalah-masalah yang dialami oleh anak di daerah, di
sekolah atau di tempat bermain.
5) Fasilitator menegaskan adanya permasalahan anak dan dialami di sekitar kita dan membutuhkan
bantuan atau upaya bersama dari masyarakat.
6) Fasilitator mengkaitkan dengan penjelasan tujuan PATBM kenapa penting diketahui dalam
menanggapi kekerasan kepada anak.
7) Fasilitator membagi peserta dalam 3 kelompok dan meminta peserta untuk mendiskusikan tugas
kelompok sesuai lembar soal diskusi. Masing-masing kelompok mengerjakan studi kasus.
8) Fasilitator membagikan plano, spidol besar dan berilah waktu untuk berdiskusi kelompok selama 15
menit.
10) Setiap kelompok mendapatkan waktu 5 menit termasuk untuk klarifikasi atau menjawab pertanyaan
dari peserta lainnya.
11) Peserta diminta untuk menyimpulkan hasil diskusi dalam kelompok besar, fasilitator menulis dalam
plano dan kemudian dari hasil kesimpulan menegaskan pentingnya membentuk PATBM di setiap
daerah.
• Fasilitator dapat menyampaikan berita tentang PATBM melalui liputan berita di media cetak, di
media elektronik, informasi PATBM di Youtobe dan bahkan langsung dari wilayah PATBM yang telah
berkembang.
• Mintalah peserta untuk memberikan pendapatnya tentang PATBM dari berita perkembangan PATBM
yang telah disampaikan oleh fasilitator.
Penugasan Kelompok
Kelompok Dua :
1. Bagaimana berbicara dengan perangkat desa/kelurahan tentang ide pembentukkan PATBM ?
2. Siapa di desa/kelurahan yang perlu diajak lebih dahulu dalam diskusi PATBM? Dan kenapa terpilih
untuk terlebih dahulu diajak diskusi?
Kelompok Tiga :
1. Apa sumbangan PATBM bagi perlindungan anak secara umum?
2. Hal-hal apa sajang yang perlu disosialisasikan dalam membentuk PATBM?
Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) adalah sebuah gerakan dari jaringan atau
kelompok warga pada tingkat masyarakat yang bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan
perlindungan anak. PATBM merupakan inisiatif masyarakat sebagai ujung tombak untuk melakukan
upaya-upaya pencegahan dengan membangun kesadaran masyarakat agar terjadi perubahan
pemahaman, sikap dan prilaku yang memberikan perlindungan kepada anak.
2. Tingkat Keluarga: kegiatan ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam
mengasuh anak sesuai dengan perkembangan usia dan hak-hak anak dan menguatkan pelaksanaan
fungsi keluarga seperti membangun komunikasi dan keharmonisan keluarga.
3. Tingkat Komunitas atau masyarakat desa: Kegiatan ini diarahkan untuk membangun dan memperkuat
sebuah norma anti kekerasan kepada anak yang ada di dalam masyarakat tersebut.
b) Terbangunnya sistem dukungan dan pengendalian pada tingkat komunitas dan keluarga untuk
mewujudkan pengasuhan yang mendukung relasi yang aman untuk mencegah kekerasan
c) Meningkatnya keterampilan hidup dan ketahanan diri anak dalam mencegah kekerasan
2. Menanggapi kekerasan
Terbangunnya mekanisme yang efektif untuk mengidentifikasi/mendeteksi, menolong, dan melindungi
anak-anak yang menjadi korban kekerasan termasuk untuk mencapai keadilan bagi korban dan pelaku
Anak. Beberapa tujuan antara untuk mencapai tujuan tersebut adalah:
a) Ada kemampuan masyarakat untuk mendeteksi dini anak-anak yang rentan mendapatkan
kekerasan dan anak-anak yang telah menjadi korban kekerasan.
b) Tersedia layanan untuk menerima laporan dan membantu agar anak korban segera mendapatkan
pertolongan yang diperlukan yang mudah dan aman diakses oleh korban atau keluarga korban.
Atau pelapor lainnya.
c) Terbangunnya jejaring kerja dengan berbagai lembaga pelayanan yang berkualitas dan mudah
dijangkau untuk mengatasi korban maupun pelaku, dan menangani anak dalam risiko.
Kedua, komponen teknis yang berupa perubahan-perubahan yang diharapakan pada tingkat masyarakat,
keluarga, orang tua, dan anak.
Untuk Diketahui :
Pengetahuan tentang Kebijakan Perlindungan Anak dan Kerangka Hukum Tentang Perlindungan
Anak
Landasan hukum internasional terkait dengan perlindungan anak yaitu Konvensi tentang Hak-hak Anak
yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada Tanggal 20 Nopember 1989 dan
telah diratifikasi melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah
menyatakan bahwa:
b. Meyakini bahwa keluarga, sebagai kelompok dasar masyarakat dan lingkungan alamiah bagi
pertumbuhan dan kesejahteraan semua anggotanya dan terutama anak-anak, harus diberikan
perlindungan dan bantuan yang diperlukan sedemikian rupa sehingga dapat dengan sepenuhnya
memikul tanggung jawabnya di dalam masyarakat.
c. Mengakui bahwa anak, untuk perkembangan kepribadiannya sepenuhnya yang penuh dan serasi,
harus tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarganya dalam suasana kebahagiaan, cinta dan
pengertian.
d. Mempertimbangkan bahwa anak harus dipersiapkan seutuhmya untuk hidup dalam suatu kehidupan
individu dan masyarakat, dan dibesarkan semangat cita-cita yang dinyatakan dalam Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan terutama dalam semangat perdamaian, kehormatan, tenggang
rasa, kebebasan, persamaan dan solidaritas.
e. Mengingat bahwa kebutuhan untuk memberikan pengasuhan khusus kepada anak, telah dinyatakan
dalam Deklarasi Jenewa mengenai Hak-hak Anak tahun 1924 dan dalam Deklarasi Hak-hak Anak yang
disetujui oleh Majelis Umum pada tanggal 20 November 1959 dan diakui dalam Deklarasi Universal
tentang Hak-hak Asasi Manusia, dalam Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik
f. Mengingat bahwa seperti yang ditunjuk dalam Deklarasi mengenai Hak-hak Anak, “anak karena
alasan ketidakdewasaan fisik dan jiwanya, membutuhkan perlindungan dan pengasuhan khusus,
termasuk perlindungan hukum yang tepat, baik sebelum dan juga sesudah kelahiran”.
g. Mengingat ketentuan-ketentuan Deklarasi tentang Prinsip-prinsip Sosial dan Hukum yang berkenaan
dengan Perlindungan dan Kesejahteraan Anak, dengan Referensi Khusus untuk Meningkatkan
Penempatan dan Pemakaian Secara Nasional dan Internasional; Aturan Standard Minimum Perserikatan
Bangsa-Bangsa, untuk administrasi Peradilan Remaja (Aturan-aturan Beijing); dan Deklarasi tentang
Perlindungan Wanita dan Anak-anak dalam Keadaan Darurat dan Konflik Bersenjata.
2. Undang-Undang No.7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Perempuan (Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination Against Women)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembar Negara Republik
Indonesia Nomor 3277);
3. Undang- Undang No 11 Tahun 2005 Tentang Ratifikasi The International Covenant On Economic,
Social and Cultural Rights, 1996.
4. Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 Tentang Ratifikasi Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 Tentang
Ratifikasi The International Covenant on Civil and Political Rights, 1996.
6. Undang-Undang No 14 Tahun 2009 Tentang Ratifikasi Protocol to Prevent, Suppres adn Punish
Trafficking in Persons, especially women and Children, sumplementing the united nations conventions
against transnasional organized crime, 2000.
9. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang;
10. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terkait
pemidanaan terhadap pornografi anak;
14. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban;
15. Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang tentang Perubahan Undang undang No.23 tentang
Perlindungan Anak;
16. Undang-Undang No 17 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang No 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak
Tujuan
1. Peserta mampu memahami konsep PATBM di masyarakat desa dan kelurahan.
3. Peserta akan termotivasi untuk merencanakan PATBM dan aktif dalam PATBM.
4. Peserta dapat mengindentifikasi siapa saja di desa atau kelurahan yang dapat terlibat dalam PATBM.
5. Memberikan ruang kepada peserta untuk memiliki scenario dalam menjangkau ke perangkat desa
atau kelurahan dan pada akhirnya ke masyarakat.
Peralatan :
LCD, Layar LCD, Kertas plano, metaplan, gunting, lem, solatip, dan spidol.
Waktu :
3 Sesi untuk 35 peserta, 135 menit
1) Fasilitator membuka sesi dengan salam memberikan pengantar tentang PATBM yang telah dibahas
sebelumnya.
2) Untuk memulai pembahasan materi ini fasilitator mengajak peserta untuk curah pendapat tentang
pentingnya sebuah perencanaan kegiatan. Kenapa penting dan kenapa tidak penting.
3) Bagikan kertas metaplan dan spidol dibagikan kepada seluruh peserta. Kemudian fasilitator meminta
peserta untuk menuliskan permasalahan atau hambatan yang mereka hadapi dalam sebuah
perencanaan kegiatan PATBM di masyarakat.
4) Setelah seluruh peserta selesai menuliskan permasalahan perencanaan dalam metaplan, fasilitator
akan meletetakan plano berisi kategori masalah perencanaan yang terdiri dari empat lajur dan
beberapa kolom yaitu pendanaan, mobilisasi sumber daya, dan kegiatan dalam plano ditengah-
tengah.
5) Fasilitator meminta peserta bergilir membacakan pendapat yang telah tertuang dalam metaplan
dan diatur sesuai kategori. Setelah melakukan kategori, fasilitator menempelkan hasil dan masuk ke
dalam diskusi dengan bagaimana aktivis desa/kelurahan dapat menghadapi permasalah tersebut?
6) Bagaimana peserta menguraikan atau mencari jalan keluar dari permasalahan perencanaan tersebut
? Untuk diskusi lebih dalam, fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok dari desa/kelurahan
dan menguraikan atau mencari jalan keluar dari permasalahan perencanaan sesuai 3 kategori yaitu
pendanaan, mobilisasi sumber daya, dan kegiatan sesuai kondisi daerahnya masing-masing. Beri
waktu 15 menit untuk berdiskusi. Setiap kelompok berdasarkan desa/kelurahan dapat memilih 1
sampai 3 tantangan perencanaan yang dianggap paling berat, atau paling menarik atau paling
menjadi prioritas untuk dicari jalan keluar. Fasilitator memperlihatkan daftar yang berisi tentang
uraian jalan keluar dalam menghadapi tantangan perencanaan PATBM.
7) Setelah diskusi kelompok selesai, fasilitator meminta peserta memilih salah satu dari anggota
kelompok untuk menjadi duta besar desa/kelurahan dan salah satu menjadi sekretaris duta besar.
8) Kemudian hasil diskusi dalam kertas plano dipasang di dinding/tembok/papan dengan urutan
kelompok 1, kelompok dua, kelompok tiga dan kelompok empat. Berilah jarak yang cukup untuk
bergerak dan berpindah para anggota kelompok.
10) Setiap kelompok akan bergilir mengunjungi presentasi kelompok lainnya sementara duta besar dan
sektretaris tetap berjaga.
11) Kegiatan berkunjung terdiri dari tiga putaran dan berlangsung 5 menit. Bunyikan tanda jika waktu
berkunjung habis dan minta peserta untuk bergeser.
• Putaran pertama, anggota kelompok satu akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok
dua, kelompok dua akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok tiga, kelompok tiga
akan akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok empat, dan kelompok empat akan
mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok satu.
• Putaran kedua, anggota kelompok satu akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok tiga,
kelompok dua akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok empat, kelompok tiga akan
akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok satu, dan kelompok empat akan mengunjungi
dan bertanya kritis ke kelompok dua.
• Putaran ketiga, anggota kelompok satu akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok empat,
kelompok dua akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok satu, kelompok tiga akan akan
mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok dua, dan kelompok empat akan mengunjungi dan
bertanya kritis ke kelompok tiga.
12) Pada saat peserta sedang berdiskusi dan mengemukakan pendapatnya fasilitator mencatat point-
point penting dari pendapat peserta tersebut.
13) Setelah semua rangkaian presentasi selesai serta sudah memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya/berkomentar, kemudian fasilitator menutup sesi.
14) Setelah semua rangkaian diskusi selesai serta sudah memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya / berkomentar. Kemudian fasilitator menutup sesi.
Pengelolaan PATBM
Menentukan
Keberhasilan PATBM
Mobilisasi Sumber
Daya: Dana
Kegiatan PATBM
Definisi
Pada dasarnya model PATBM yang dikembangkan mengacu pada keterpaduan berbagai layanan yang
sesuai dengan tingkat umur dan kebutuhan anak baik secara sosial, psikis, kesehatan dan keamanan
dengan mempertimbangkan keterlibatan yang bermakna dari anak, keluarga, masyarakat serta pemerintah
Dasar Hukum
Dasar Hukum adalah tata aturan yang mengatur kewajiban negara terhadap warga negaranya termasuk
Anak. Dasar Hukum Perlindungan Anak tertuang dalam KHA, UU No.23 Tahun 2002 dan UU No.35 tahun
2014, terutama pasal 72 UU No.35 Undang-Undang No 17 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Undang-
Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mempertegas peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan perlindungan Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan dengan cara:
• memberikan informasi melalui sosialisasi dan edukasi mengenai Hak Anak dan peraturan perundang-
undangan tentang Anak;
• berperan aktif dalam proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi Anak;
• menyediakan sarana dan prasarana serta menciptakan suasana kondusif untuk tumbuh kembang
Anak;
• berperan aktif dengan menghilangkan pelabelan negatif terhadap Anak korban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59; dan memberikan ruang kepada Anak untuk dapat berpartisipasi dan
menyampaikan pendapat
• Mencegah kekerasan terhadap anak - termasuk segala tindakan yang dilakukan untuk mencegah
kekerasan terhadap anak : Mengubah norma sosial dan praktik budaya yang menerima, membenarkan
atau mengabaikan kekerasan ; Membangun sistem pada tingkat komunitas dan keluarga untuk
pengasuhan yang mendukung relasi yang aman untuk mencegah kekerasan (peer to peer approach);
Meningkatkan keterampilan hidup dan ketahanan diri anak dalam mencegah kekerasan
• Menanggapi kekerasan - yang mengacu pada langkah-langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi,
menolong, dan melindungi anak-anak yang menjadi korban kekerasan termasuk akses terhadap
keadilan bagi korban dan pelaku ; Melakukan jejaring (termasuk advokasi) dengan layanan pendukung
yang terjangkau dan berkualitas untuk korban, pelaku, dan anak dalam risiko
Sasaran
Sasaran Kegiatan PATBM adalah Anak, orang tua, keluarga dan masyarakat yang ada di wilayah PATBM
dilaksanakan.
Prinsip Pelaksanaan
Prinsip layanan yang diberikan adalah:
1. Memberikan perlindungan kepada semua anak tanpa adanya perbedaan (non Diskriminasi)
2. Peduli terhadap kepentingan anak
3. Bertanggungjawab, tulus dan bekerja secara sukarela dalam mendukung perlindungan anak.
4. Memastikan hak hidup anak dihargai dan dilindungi dalam perkembangan dan kehidupan
bermasyarakat.
5. Kelangsungan Hidup dan perkembangan Anak
Kegiatan PATBM karena bervariasi maka diperlukan jejaring yang membantu PATBM bisa melaksanakan
kegiatannya. Untuk itu kerja sama dengan organisasi desa yang lain seperti PKK, Posyandu, perkumpulan
bapak-bapak atau perkumpulan rema menjadi penting. Sementara itu untuk kegiatan penguatan
kemampuan, PATBM dengan dibantu desa dan SKPD Pemberdayaan Perempuan dan Anak bisa
mengembangkan jejaring yang bersifat teknis dengan SKPD lain atau LSM atau sekolah. Kegiatan yang
dilaksanakan oleh PATBM di desa/kalurahan atau dusun/RW/RT pada hakekatnya mengacu pada tujuan
PATBM yang secara ringkas mencakup kegiatan yang bertingkat yaitu:
• Tingkat anak-anak: kegiatan yang diarahkan untuk memampukan anak melindungi hak-haknya
termasuk melindungi dari kekerasan yang terjadi. Kegiatan ini bisa berupa kegiatan keagamaan,
kegiatan kreatif dan rekreatif, kegiatan pendidikan termasuk juga pengembangan forum anak.
• Tingkat Keluarga: kegiatan ini diarahkan untuk memampukan orang tua dalam mengasuh anak sesuai
dengan perkembangan usia dan hak-hak anak. Kegiatan ini bisa merupakan kegiatan sarasehan orang
tua, berbagi pengalaman pengasuhan di antara orang tua atau peningkatan ketrampilan pengasuhan
anak
PATBM bukan merupakan kegiatan perlindungan anak yang baru atau menggantikan kegiatan
perlindungan anak yang sudah ada tetapi diarahkan untuk memperkuat struktur perlindungan anak
lokal yang telah ada. Misalnya sebuah kegiatan perlindungan anak yang ada di suatu desa atau kelurahan
saat ini berfokus pada kegiatan anak-anak, maka kegiatan ini bisa diperkuat dengan mengembangkan
kegiatan untuk orang tua dan masyarakat. Demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, PATBM ini
pada hakekatnya tidak harus menjadi nama sebuah kegiatan atau kelembagaan tetapi lebih merupakan
sebuah gerakan dimana nama kelembagaan dari gerakan ini bisa ditentukan berdasarkan kesepakatan
dari masyarakat yang berpartisipasi. PATBM oleh karena berorientasi kegiatan yang terpadu mulai dari
promosi dan pencegahan, penanganan dan rehabilitasi maka diarahkan untuk membangun sinergitas
dengan (jaringan horisontal) yang berupa lembaga desa - perangkat desa, posyandu, PKK, kader KB,
PATBM desa lain, kelompok bapak-bapak, LSM dan jaringan vertikal yang berupa dukungan SKPD,
rujukan layanan kesehatan primer (puskesmas), P2TP2A, Babinsa, sekolah, KB dan lain-lain.
Tujuan
1. Peserta mampu memahami pentingnya pelaksanaan PATBM.
3. Peserta diharapkan mampu memahami dasar pembagian tugas dari kerja aktivis PATBM
7. Peserta akan termotifasi untuk lebih terampuil dalam memobilisasi masyarakat, orangtua dan anak-
anak.
Peralatan :
• LCD, Layar LCD, Kertas plano, metaplan, gunting, lem, solatip, gambar-gambar dari majalah atau
koran bekas dan spidol.
Sesi Melaksanakan PATBM terdiri dari 5 langkah yang terdiri dari 1) Pembagian kerja aktivis PATBM, 2)
Jadwal kegiatan PATBM, 3) Mobilisasi anak-anak, orangtua dan masyarakat 4) Mencari sumber-sumber
informasi 5) Mencatat dan mendokumentasikan kegiatan.
2. Pembahasan uraian tugas dan wewenang pengurus disini dalam konteks PATBM yang sederhana
menyesuaikan dengan kondisi di desa/kelurahan, jadi untuk pembahasan awal
3. Untuk memulai pembahasan materi ini fasilitator menawarkan permainan simulasi yaitu dengan
cara
a. setiap peserta secara berurutan mengambil kartu-kartu yang berisi kerja sudah disiapkan
sebelumnya oleh fasilitator atau kertas yang sudah dipotong-potong oleh fasilitator, kemudian
memasukkan kartu-kartu tersebut sesuai dengan nama posisi pengurus serta kategorinya.
b. Setelah peralatan dan perlengkapan simulasi disiapkan, kemudian peserta memulai permainan
simulasi tersebut sampai kartu-kartu yang tersedia habis
4. Selanjutnya fasilitator meminta peserta untuk meneliti dan mengecek kembali apakah kartu uraian
kerja tersebut sudah sesuai dengan posisi pengurusnya.
5. Setelah permainan simulasi selesai, kemudian peserta mendiskusikan uraian tugas dan wewenang
tersebut, dan fasilitator berperan mengarahkan dan mempertajam
6. Untuk mengakhiri proses diskusi fasilitator meminta peserta untuk merangkum dan menyimpulkan
hasilnya.
Partisipasi anak-anak, orangtua dan masyarakat merupakan upaya yang efektif dalam memobilisasi
sumber daya PATBM dan mengorganisir serta meningkatan energi dan kreatifitas mereka dalam
menghadapi setiap permasalahan kekerasan, pencegahan dan pendidikan untuk menghindari
kekerasan, dan pendampingan atas kasus kekerasan.
Partisipasi dan diperkuat dalam mobilisasi merupakan rangkaian kesatuan yang bervariasi mulai
dari tingkat partisipasi yang tinggi dalam PATBM hingga partisipasi sebagai penonton kegiatan.
2. Fasilitator meminta peserta di dalam kelompok untuk membuat daftar informasi yang dibutuhkan
dan dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan PATBM.
3. Peserta menyusun daftar kebutuhan informasi, syarat menerima dan mendapatkan informasi serta
sasaran penerima informasi berdasarkan desa atau kelurahan.
2. Fasilitator bertanya dan curah pendapat kepada peserta, bagaimana para aktivis melakukan
pencatatan dan pendokumentasian kegiatan.
3. Peserta masuk ke dalam tugas individual dan praktek pencatatan dan pendokumentasian kegiatan
PATBM.
4. Fasilitator meminta setiap peserta untuk mendiskusikan hasil penugasan ke teman sebelahnya.
Sekretaris Mencatat hasil-hasil rapat PATBM dan merangkum keseluruhan notulen kegiatan.
Aktivis ……..
Peserta juga dapat memasukkan kerja-kerja aktivis PATBM berikut ini ke dalam daftar atau metaplan/
kartu yang telah dipersiapkan oleh fasilitator :
1) Membangun kekompakan dan mengutkan kemampuan Tim PATBM dalam pengeloaan program,
dan fasilitasi kegiatan intervensi
2) Bersama dengan Kepala Desa/Lurah dan/atau fasilitaator memperluas sosialisasi tentang PATBM dan
menggerakan partisipasi warga untuk ikut menjadi relawan dalam kegiatan ini, serta menggalang
dukungan (material maupun non material termasuk sumbangan pemikiran) untuk pelaksanaan
kegiatan-kegiatan PATBM.
3) Menyepakati dan melaksanakan pertemuan rutin Tim PATBM sebagi media untuk berdiskusi,
merumuskan kegiatan dan media untuk memberikan pelayanan.
5) Melakukan analisis data situasi anak untuk menilai kebutuhan intervensi bagi masyarakat dan
pemerintah setempat, kelarga-keluarga/orangtua, anak-anak
6) Menyusun rencana kegiatan-kegiatan intervensi yang sesuai dengan hasil analisis dan pertimbangan
ketersedian dukungan sumber daya, termasuk dana. Buku pegangan intervesi dapat dijadikan
dasar untuk memilih kemungkinan kegiatan disesuaikan dengan analisis situasi, kerawanan,
permasalahan, dan potensi atau sumber yang tersebus
8) Menerima laporan, menjangkau kasus kekerasan terhadap anak, mendampingi anak untuk
mendapatkan pelayanan yang tepat dalam penanganan kasus.
10)Menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan secara berkala. Laporan disampaikan kepada
masyarakat sebagai pemanfaat layanan dan pemberi dukungan, serta kepada para ahli lainnya
Kelompok Pertama
Desa BK memdapatkan bantuan dana kampanye PATBM dari sebuah perusahaan minuman di desanya.
Nilai bantuan dari perusahaan adalah 60 juta rupiah. Aktivisa PATBM diminta untuk mengembangkan
sebuah jadwal kegiatan untuk pendidikan kepada anak-anak usia 10 – 15 tahun di desa tersebut.
Buatlah jadwal kegiatan pendidikan kreatif anak selama dua minggu disertai dengan tema Pendidikan
kreatif dan jumlah anak yang akan terlibat dalam kegiatan tersebut.
Kelompok Ketiga
KPPPA memberikan bantuan kampanye ke Desa Tonu senilai 20 juta. Aktivis PATBM Desa Tonu diminta
untuk menyusun jadwal kegiatan yang menunjung pelaksanaan PATBM. Kegiatan ini harus melibatkan
seluruh warga dan pihak-pihak terkait di Desa Tonu seperti toga dan toma. Aktivis berunding dan
menyusun jadwal kampanye kegiatan PATBM untuk 3 hari.
Kelompok Keempat
Forum anak di kelurahan Madya berniat akan membuat kegiatan kampanye perlindungan anak bagi
bapak-bapak di kelurahan Madya. Dana untuk kampanye yang melibatkan bapak-bapak di kelurahan
Madya senilai 30 juta dan berasal dari bantuan tokoh ada di kelurahan Madya. Buatlah jadwal
kegiatan, tema dan jumlah perserta yang akan mengikuti kegiatan kampanye perlindungan anak-
anak di kelurahan Madya.
Tuliskan dalam kolom berikut ini strategi dan langkah-langkah mobilisasi yang melibatkan Anak-anak,
Orangtua dan Masyarakat.
Langkah-langkah
mobilisasi
Tuliskan dalam kolom berikut ini daftar kebutuhan mendapatkan sumber informasi dan kegunaan
sumber informasi.
4. Buatlah contoh lembar pencatatan beberapa kegiatan PATBM yang berlangsung di desa atau
kelurahan dimana PATBM terlaksana.
Efektivitas pelaksanaan PTBM antara lain ditentukan oleh pengorganisasian yang mengatur secara jelas
tugas-tugas atau mandat para pihak serta dukungan regulasi yang memberi kekuatan hukum bagi
penyelenggaraan kegiatan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan PATBM perlu diupayakan pengembangan
atau optimalisasi regulasi dan pengembangan tata kelola organisasi di berbagai tingkatan tersebut.
Semua komponen pengelolaan tersebut berlangsung di tingkat pusat, provinsi, dan kota/kabupaten
dalam rangka persiapan dan pemberian dukungan untuk pengembangan PATBM, serta di tingkat desa/
kelurahan/RW/RT dalam rangka persiapan operasional dan pelaksanaan PATBM.
Sejalan dengan pengaturan sistem pemerinthan tersebut, maka kegiatan-kegiatan perlindungan anak
berbasis masyarakat harus berada di wilayah administrasi sistem pemerintahan tingkat akar rumput,
yakni desa/kelurahan. Pengelolaan perlindungan anak berbasis masyarakat pada tingkat desa/kelurahan
memudahkan sinergi antar pemerintah dengan masyarakat, menyediakan kesempatan yang luas bagi
masyarakat untuk partisipasi, memberdayakan masyarakat, dan menyediakan pelayanan langsung kepada
masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan PATBM yang digerakan oleh aktivis-aktivis warga masyarakat
dirancang ada di tingkat desa/kelurahan di bawah tanggung jawab pemerintah desa/kelurahan.
PATBM sebagai gerakan masyarakat yang terintegrasi dan terorganisasi diwujudkan dalam kegiatanan
lembaga kemasyarakatan yang dikoordinasikan dalam suatu sistem jejaring kerja yang memadukan
semua upaya perlindungan anak dari berbagai unsur dalam masyarakat dan pemerintah desa/kelurahan.
Dalam konteks gerakan perlindungan yang terintegrasi, PATBM juga harus menjadi bagian dari jejarimg
kerja perlindungan anak yang lebih luas yang mempermudah pertukaran dukungan sumber daya lintas
wilayah sehingga dapat mewujudkan perlindungan anak secara menyeluruh. Pengelolaan ini sejalan
dengan ketentuan pasal 72 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Perlindungan Anak yang menegaskan tanggung jawab masyarakat untuk brpartisipasi dalam
perlindungan anak. Selain itu, juga sejalan dengan pasal 94 Undang-Undang Desa bahwa pelaksanaan
program dan kegiatan baik yang bersumber dari pemerintah/pemerintah daerah maupun lembaga
nonpemerintah wajib memberdayakan dan mendayagunakan lembaga kemasyarakatan yang sudah ada
di desa sebagai mitra pemerintah dan wadah partisipasi masyarakat.
1) Membangun kekompakan dan mengutkan kemampuan Tim PATBM dalam pengeloaan program,
dan fasilitasi kegiatan intervensi
2) Bersama dengan Kepala Desa/Lurah dan/atau fasilitaator memperluas sosialisasi tentang PATBM dan
menggerakan partisipasi warga untuk ikut menjadi relawan dalam kegiatan ini, serta menggalang
dukungan (material maupun non material termasuk sumbangan pemikiran) untuk pelaksanaan
kegiatan-kegiatan PATBM.
3) Menyepakati dan melaksanakan pertemuan rutin Tim PATBM sebagi media untuk berdiskusi,
merumuskan kegiatan dan media untuk memberikan pelayanan.
4) Menyusun dan memutahirkan data anak secara terpilah di desa/kelurahan, mengidentifikasi dan
memetakan kerawanan maupun pemasalahan anak, terutama masalah kekerasan terhadap anak,
lembaga/organisasi sumber pelayanan anak dan keluarga; mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
pendataan berkenaan dengan anak dan perlindungan anak.
5) Melakukan analisis data situasi anak untuk menilai kebutuhan intervensi bagi masyarakat dan
pemerintah setempat, kelarga-keluarga/orangtua, anak-anak
6) Menyusun rencana kegiatan-kegiatan intervensi yang sesuai dengan hasil analisis dan pertimbangan
ketersedian dukungan sumber daya, termasuk dana. Buku pegangan intervesi dapat dijadikan dasar
untuk memilih kemungkinan kegiatan disesuaikan dengan analisis situasi, kerawanan, permasalahan,
dan potensi atau sumber yang tersebus
8) Menerima laporan, menjangkau kasus kekerasan terhadap anak, mendampingi anak untuk
mendapatkan pelayanan yang tepat dalam penanganan kasus.
10) Menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan secara berkala. Laporan disampaikan kepada
masyarakat sebagai pemanfaat layanan dan pemberi dukungan, serta kepada para ahli lainnya
Untuk mempermudah pelaksanaan tugas tersebut diperlukan struktur organisasi tim kerja perlindungan
anak berbasis masyarakat yang memudahkan hubungan berbagai lembaga/organisasi/pelaksana kegiatan
3. Mengumpulkan dan menganalisis data (dengan melibatkan partisipasi warga masyarakat) untuk
mendapatkan gambaran umum demografi anak, situasi permasalahan anak, termasuk faktor resiko
dan faktor kerentanan terhadap kekerasan anak, maupun faktor-faktor pelindung atau sumber
dukungan yang ada di sekitar anak dalam lingkungan masyarakat desa/kelurahan.
4. Menerima laporan kekerasan terhadap anak atau memantau menjangkau kasus-kasus kekerasan
terhadap anak untuk dibantu ditangni sedini mungkin oleh pihak-pihak yang berkompeten.
5. Melaporkan dan mengintegrasikan data dalam sistem informasi data gender dan anak yang dikelola
oleh Badan/Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, dengan menjaga prinsip kerahasiaan
identitas penyandang masalah korban ataupun pelaku kekerasan.
6. Menganalisis data untuk mengenali situasi dan permasalahan anak, serta menilai kebutuhan kegiatan
intervensi dalam perlindungan anak.
7. Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan-kegiatan intervensi dalam promosi hak anak dan
pencegahan, baik kepada masyarakat, keluarga, dan anak;
a) Intervensi promosi hak anak kepada masyarakat dan penguatan norma masyarakat terhadap anti
kekerasan
b) Intervensi promosi hak-hak anak dan penguatan keterampilan hidup anak-anak yang dapat
mencegah menjadi korban atau pelaku kekerasan
f) Melatih warga dan bersama warga melaksanakan deteksi dini serta melaporkan kasus kekerasan
terhadap anak dengan menggargai prinsip kerahasiaan identitas agar tidak dipublikasikan.
g) Membuat daftar lembaga pelayanan dan menjalin kerjasma untuk menangani kasus kekerasan
dengan berkoordinasi dengan Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak
(P2TP2A).
i) Merujuk korban dan atau keluarga mereka untuk mendapatkan pelayanan yang diperlukan secara
baik kepada lembaga/sumber payalanan yang berkompeten.
j) Memberikan bimbingan (kepada anak, keluarga, atau masyarakat) dalam resosialisasi dan
integrasi sosial anak-anak korban atau pelaku kekerasan yang pernah mendapat pelayanan di
luar keluarga dan masyarakatnya.
k) Membuat dan mendokumentasikan pencatatan kasus yang ditangani dan menjaga kerahasiaannya.
11. Mengelola dan mencatat keuangan (uang masuk dan penggunaannya) dengan baik dan transparan,
serta melaporkan kepada kepala desa/lurah dan Badan/Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan
Anak, donor, termasuk masyarakat, yang formatnya disesuaikan dengan tata cara yang lazim.
Penggerakan masyarakat juga diarahkan untuk meningkatkan pemanfaatan layanan PATBM oleh anak-
anak, keluarga-keluarga atay masyarakat secara meluas. Untuk itu upaya pengerakannya harus dimulai
dengan kegiatan-kegiatan promosi secara meluas sehingga mampu membangun pandangan positif
yang menilai manfaat pelayanan-pelayanan PATBM dan dirasakan sebagai kebutuhan bagi masyarakat.
Kegiatan promosi tersebut juga harus disertai dengan cara-cara persuasif yang dapat meyakinkan
masyarakat sehingga membangun kepercayaan masyarakat terhadap PATBM. Penyeberluasaan manfaat
PATBM dalam mencegah dan mengatasi kekerasan terhadap anak dan cerita-cerita keberhasilan dapat
digunakan untuk meyakinkan dan membangun kepercayaan untuk menggerakan pemanfaataan secara
meluas.
Pengelolaan Informasi
Sistem pengelolaan informasi yang dibangun untuk mendukung program PATBM diharapkan dapat
memudahkan dalam pendataan, pencatatan, pengolahan dan analisis, penyajian data dan penyajian
a. Pengelolaan informasi dalam mengenali situasi dan permasalahan anak dalam informasi startegis
yang dikelola dalam mengenali situasi dan permasalahan anak adalah:
1. Proses menemukenali
Informasi ini memuat tentang bagaimana kegiatan-kegiatan menemukenali situasi dan
permasalahan anak dilakukan, siapa saja yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut, berapa lama
dan kapan kegiatan tersebut dilakukan.
• Fakta tentang faktor-faktor resiko dan faktor-faktor yang melindungi anak (yang terjadi di
masyarakat)
• Kejadian kasus-kasus permasalahan anak baik kekerasan terhadap anak atau anak pelaku
kekerasan dan anak yang berhadapan dengan hukum
• Kelembagaan pelayanan yang ada di sekitar masyarakat, pelayanan yang tersedia, dan
kesenjangan/keterbatan kegiatan pelayanan yang ada di masyarakat dan mencegah atau
menangani kasus-kasus yang ada
2. Hasil Perencanaan
• Informasi ini memuat uraian rencana
• Kegiatan-kegiatan pelayanan pencegahan baik kepada masyarakat secara umum, keluarga-
keluarga/orangtua-orangtua, dan anak-anak-anak
• Kegiatan-kegiatan penanganan kasus
• Kegiatan berkenaan dengan peningkatan kapasitas tim PATBM
Informasi ini mengurai secara rinci tentang karakteristik dan cakupan populasi target, tujuan
kegiatan dan indikator hasil, jenis-jenis dan langkah kegiatan yang dilengkapi dengan penaggung
jawab, pelaksana pemberian pelayanan yang dilibatkan dan perannya, rencana waktu kegiatan,
perlengkapan yang dibutuhkan, rencana tempat, dan rincian biaya yang diperlukan. Seperti halnya
dengan pengelolaan informasi terdahulu, Informasi-informasi ini juga diperoleh melalui kegiatan
pencatatan notulensi yang kemudian dapat disajikan melalui laporan dalam bentuk hard copy
dan soft file dengan basis komputer. Penyajian data ini diperlukan sebagai bentuk pengendalian
dan pertanggung jawaban kegiatan, serta penyedian informasi yang mudah diakses oleh para
pihak yang berkepentingan untuk mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan maupun hasil
kegiatan.
Kegiatan-kegiatan pencegahan yang telah dilakukan, jenis kegiatan dan cakupan jumlah orang
yang mengikuti kegiatan tersebut: Kegiatan-kegiatan respon kasus: mekanisme laporan kasus
kekerasan di masyarakat desa/kelurahan, jumlah pelatihanwarga yang mengiktui deteksi dini
dan pelaporan kasus kekerasan terhadap anak (dengan menghargai prinsip kerahasiaan identitas
agar tidak dipublikasikan), Daftar lembaga pelayanan dalam kerjasama untuk menangani kasus
kekerasan , Daftar kasus yang ditangani dan jenis pelayanan yang telah ada. Kegiatan pendukung:
Pertemuan rutin pengurus, Pelatihan bagi tim (jenis pelatihan, jamlat, materi, jumlah peserta),
Pertemuan koordinasi (pihak yang terlibat, proses, dan hasil). Penggalangan dana dan lain-lain
kegiatan sesuai dengan yang telah dilaksanakan.
b) Kekuatan dan kendala-kendala yang ditemui selama pelaksanaan kegiatan-kegiatan serta tindak
lanjutnya
d) Tingkat kepuasan peserta atau penerima kegiatan atau keluhan-keluhan masyarakat dan respon
terhadap keluhan tersebut
Dalam pengelolan informasi terutama berkenaan dengan laporan dan penangan kasus, perlu
diperhatikan prinsip menjaga kerahasiaan identitas para pihak terutama anak dan menjaga harga
diri dan martabat mereka.
Informasi strategis dalam pengeloaan pesan gerakan dalam intervensi ditandai dengan Hash Tag
atau kata kunci “Berlian” yang merupakan kepanjangan dari “Bersama Lindungi Anak”. Pesan-
pesan intervensi dibuat, disajikan, dan dibagikan melalui berbagai media yang dapat mudah diakses
orang-orang dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, hingga orang dewasa, semua segmen
masyarakat. Pesan-pesan memuat informasi-informasi strategis tentang:
Sumber penganggaran dari pemerintah pada tahun-tahun berikutnya harus diupayakan secara
bertahap juga dapat dianggarkan dari APBD provinsi maupun APBD kota, atau dana desa/kelurahan.
Pergeseran penganggaran hendaknya diarahkan agar peran pemerintah daerah dan pemerintah desa/
kelurahan menjadi bagian yang terbesar sesungguhnya perlindungan anak juga merupakan urusan
wajib pemerintah daerah seperti yang diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Begitu juga dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Perlindungan Anak ditegaskan bahwa pemerintah dan pemerindah
daerah berkewajiban menyelenggarakan perlindungan anak. Dalam kerangka pemberdayaan,
pengelolaan sumber dana secara bertahap harus diarahkan pada membangun kemandirian yang
lebih menjamin keberlangsungan, yankni dari sumber dana desa/kelurahan dari kekuatan swadaya
masyarakat. Meskipun demikian, tanggung jawab pemerintah pada tingkatan di atas desa/kelurahan
juga tanggung jawab sosial perusahaan dalam menyediakan dana perlindungan anak itu tidak harus
hilang. Keragaman sumber dana akan semakin menjamin kelangsungan kegiatan.
Makna penggalangan dalam pengelolaan pembiayaan lebih bermakna aktif, bukan sekedar
menunggu ada penyediaan atau pemberian dana untuk dimanfaatkan. Ada serangkaian proses yang
perlu dilakukan untuk meyakinkan dan menghasilkan kepercayaan dari pengelola sumber-sumber
pendanaan sehingga dapat dianggarkan untuk dikelola secara bertanggung jawab. Penggalangan
Penggalangan dana dapat dilakukan oleh penanggung jawab dan para pelaksana pengembangan
PATBM di berbagai tingkatan. Di tingkat desa/kelurahan penggalanngan dana dapat dilakukan oleh
tim aktivis-aktivis PATBM, pemerintah desa/kelurahan, yang dapat dibantu oleh fasilitator. Di tingkat
kota/kabupaten maupun provinsi, penggalangan dana dapat dilakukan oleh Badan/Dinas PPPA
dengan didukung oleh fasilitator (di tingkat kabupaten/kota), pendamping (di tingkat provinsi) dan
para pemerhati atau para pihak yang ada dalam jejaring kerja perlindungan anak. Keluasan jejaring
kerja juga dapat menyediakan peluang-peluang sumber dana yang dapat diakses.
Pengalokasian dana merupakan penetapan peruntukan penggunaan dana. Penggunaan dana secara
bertanggung jawab mempersyarakan penetapan alokasi dana sesuai dengan kebutuhan. Sumber dana
harus dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan biaya pengembangan PATBM di berbagai tingkatan,
nasional, regional, provinsi, kabupaten/kota, hingga desa/kelurhan. Kebutuhan biaya pengembangan
PATBM harus dalam berbagai tingkatan tersebut harus dihitung disesuai dengan berbagai komponen
perencanaan kegiatan yang perlu dibiayai, dengan mempertimbangkan spesifikasi mandat organisasi
pengelola di setiap tingkatan tersebut, efisiensi dan efektivitas.
Sumber dana APBN untuk pengembangan PATBM yang dikelola oleh KPPPA ditujukan untuk kebutuhan
pengembangan model yang dilengkapi dengan penyusunan pedoman, modul-modul atau alat-alat
pendukung pelaksanaan pedoman, serta biaya-biaya penghantaran agar model dan pedoman ini
dipahami dan dapat dilaksanakan secara efektif. Biaya tersebut dapat mencakup penyelenggaraan
peluncuran, pengembangan kapasitas/TOT/ pelatihan-pelatihan bagi SDM di daerah, sosialisasi,
rapat-rapat koordinasi, pendampingan, supervisi, monitoring dan evaluasi. Untuk memperlancar
pelaksanaan PATBM sumber dana ini juga dapat dialokasikan untuk biaya stimulan untuk
pelaksanaan PATBM di desa/kelurahan yang juga dapat menambah semangat untuk memulainya
dengan mengurangi hambatan biaya karena belum dianggarkan di daerah. Untuk pengelolaan
penggunaan dana tersebut, pencataan, pelaporan, pengendalian dan pemeriksaannya, maka alokasi
dana tersebut dapat diklasifikasikan, seperti dana untuk belanja pegawai, belanja barang, perjalanan,
bantuan stimulant, belanja lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber dana APBN untuk
Dana APBD provinsi maupun kabupaten/kota sepatutnya dialokasikan secara memadai untuk
perlindungan anak karena itu juga merupakan urusan wajib pemerintah daerah, terlebih PATBM yang
menggerakan partisipasi masyarakat sangat strategis bagi penyelamatan anak-anak dan generasi
di masa datang. Sumber dana APBD dapat dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan tugas-tugas
organisasi perangkat daerah atau satuan kerja perangkat daerah dalam pengembangan perlindungan
anak dengan menguatkan partisipasi masyarakat. Dana APBD provinsi juga membiayai proses hantaran
dukungan untuk mewujudkan pelaksanaan PATBM di desa/kelurahan.
Dana APBD kabupaten/kota juga dialokasikan untuk membiayai proses hantaran hingga pengelolaan
di tingkat pemerintahan desa/kelurahan. Meskipun demikian sumber dana ini juga dapat dialokasikan
untuk biaya operasional PATBM dalam mengelola dan memberikan layanan intervensi kepada
masyarakat, keluarga-keluarga/orangtua-orangtua dan anak-anak, terutama ketika pemerintah desa/
kelurahan belum mampu membiayai kebutuhan operasional tersebut. Sumber dana dari perusahaan
dalam kerangka tanggung jawab sosial dan sumber dana dari masyarakat lebih relevan jika lebih
banyak dialokasikan untuk pemberian pelayanan melalui intervensi kepada anak-anak, keluarga,
dan masyarakat. Pengalokasian dana hendaknya lebih diutamakan untuk upaya-upaya pencegahan,
tetapi juga tetap tidak dapat mengabaikan penanganan terhadap masalah yang ada.
c. Pembelanjaan
Pembelanjaan atau penggunaan dana harus sesuai dengan alokasi dana yang telah ditetapkan
karena pengalokasian anggran sudah diperhitungkan sesuai dengan perencanaan kegiatan agar
penggunaannya efektif. Pembelanjaan harus didukung oleh bukti-bukti yang syah untuk menjamin
kepercayaan dari para pihak. Semua pembelanjaan dan bukti-buktinya harus dicatat dan harus
direkap untuk setiap klasifikasi dana untuk dilaporkan secara periodik dan memudahkan dalam
pemeriksaan. Setiap orang yang berkepentingan (para pihak yang terlibat dalam kegiatan PATBM,
lembaga donor, maupun instansi yang mengendalikan dan membinan kegiatan-kegiatan masyarakat
dalam perlindungan anak, dan lainnya) harus mudah mendapatkan informasi tentang ini secara
benar, karena sifat keuangan dalam pelayanan sosial masyarakat harus terbuka dan transparan.
Tujuan :
1. Peserta mampu memahami tentang perubahan norma dalam masyarakat.
2. Peserta mampu memahami tentang keterampilan hidup yang harus dimiliki oleh orang tua dan anak
dalam pencegahan dan menghindari kekerasan anak.
Peralatan :
Kertas plano, metaplan, gunting dan spidol.
Waktu :
3 Sesi untuk 35 peserta, 135 menit
Langkah -Langkah :
1. Fasilitator menyampaikan salam pembuka dilanjutkan dengan mulai dengan menjelaskan tentang
strategi PATBM terkait dengan perubahan norma dan ketrampilan hidup;
2. Fasilitator menjelaskan konsep norma, norma yang termasuk melegitimasi kekerasan anak dan
norma yang anti kekerasan anak;
3. Fasilitator menjelaskan identifikasi norma dan tahap- tahap perubahan norma di masyarakat;
5. Fasilitator menjelaskan materi lainnya berkaitan dengan konsep keterampilan hidup dalam
menghindari dan mencegah kekerasan;
6. Fasilitator menjelaskan tentang tahap-tahap pola asuh anak dan perlindungan anak yang adaptif;
7. Fasilitas memfasilitasi diskusi kelompok berdasarkan kabupaten dan meminta peserta membuat peta
desa dan titik rawan kekerasan dan respon kegiatan aktivitas PATBM untuk menanggapi kekerasan
9. Fasilitator meminta perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi secara bergiliran sesuai
hasil peta kabupaten/kota.
10. Fasilitator membahas hasil diskusi secara umum, memberikan penekanan pentingnya mengetahui
dan memahami bagaimana strategi perubahan PATBM dapat diterapkan di desa/kota kabupaten.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh PATBM di desa/kalurahan atau dusun/RW/RT pada hakekatnya mengacu
pada tujuan PATBM yang secara ringkas mencakup kegiatan yang bertingkat yaitu:
Tingkat anak-anak: kegiatan yang diarahkan untuk memampukan anak melindungi hak-haknya
termasuk melindungi dari kekerasan yang terjadi. Kegiatan ini bisa berupa kegiatan keagamaan,
kegiatan kreatif dan rekreatif, kegiatan pendidikan termasuk juga pengembangan forum anak.
Tingkat Komunitas atau masyarakat desa: Kegiatan ini diarahkan untuk membangun dan memperkuat
sebuah norma anti kekerasan kepada anak yang ada di dalam masyarakat tersebut. Kegiatan bisa
dilakukan dengan sarasehan dan sosialisasi yang diikuti oleh warga masyarakat atau mengembangkan
kebijakan lokal tentang penguatan perlindungan anak misalnya dengan pengawasan bermain,
pengembangan rumah singgah bagi anak sekolah dan lain-lain.
Berdasarkan tujuan, ruang lingkup dan prinsip yang diacu dalam PATBM ini maka ada dua komponen
utama dalam pelaksanaan gerakan PATBM ini. Pertama, komponen teknis yang berupa perubahan yang
diharapkan pada tingkat masyarakat, keluarga, orang tua dan anak dengan adanya gerakan PATBM ini.
Kedua, adalah komponen pengorganisasian gerakan PATBM di tingkat desa, kabupaten/kota, provinsi
dan nasional.
Tahap sosialisasi atau pengenalan merupakan tahap awal proses identifikasi norma. Pada tahap ini,
kelompok masyarakat peserta PATBM dikenalkan pada bentuk-bentuk pelanggaran norma yang berlaku
di masyarakat beserta konsekuensi sosial yang kemungkinan dapat diterima. Pendamping PATBM
melakukan pertemuan awal kegiatan guna persiapan pelaksanaan program PATBM menuju kemandirian
masyarakat dalam membentuk perilaku masyarakat yang responsif atau cepat tanggap perlindungan
anak.
2. Anak mengalami cacat tubuh, gangguan tingkah laku, autisme, terlalu lugu.
3. Kemiskinan keluarga.
4. Keluarga pecah (broken home) akibat perceraian, ketiadaan Ayah/Ibu dalam jangka panjang.
5. Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidak mampuan mendidik anak, anak yang tidak
diinginkan atau anak lahir diluar nikah.
6. Pengulangan sejarah kekerasan orang tua yang dulu sering memperlakukan anak-anaknya dengan
pola yang sama.
8. Kesibukan orang tua sehingga anak menjadi sendirian bisa menjadi pemicu kekerasan terhadap
anak.
4. Pelecehan Seksual
Bentuk kekerasan seperti ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah dikenal anak, seperti
keluarga, tetangga, guru maupun teman sepermainannya sendiri. Kasus pelecehan seksual:
persentase tertinggi usia 6-12 tahun (33%) dan terendah usia 0-5 tahun (7,7%).Bentuk kekerasan
seperti ini yaitu pelecehan, pencabulan maupun pemerkosaan. Dampak kekerasan seperti ini selain
menimbulkan trauma mendalam, juga seringkali menimbulkan luka secara fisik.
3. Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama mengajarkan moral pada anak agar
berbuat baik, hal ini dimaksudkan agar anak tersebut tidak menjadi pelaku kekerasn itu sendiri.
4. Sesekali bicaralah secara terbuka pada anak dan berikan dorongan pada anak agar bicara apa
adanya/berterus terang. Hal ini dimaksudkan agar orang tua bisa mengenal anaknya dengan baik
dan memberikan nasihat apa yang perlu dilakukan terhadap anak, karena banyak sekali kekerasan
pada anak terutama pelecehan seksual yang terlambat diungkap.
5. Ajarkan kepada anak untuk bersikap waspada seperti jangan terima ajakan orang yang kurang
dikenal dan lain-lain.
6. Sebaiknya orang tua juga bersikap sabar terhadap anak. Ingatlah bahwa seorang anak tetaplah
seorang anak yang masih perlu banyak belajar tentang kehidupan dan karena kurangnya kesabaran
orang tua banyak kasus orang tua yang menjadi pelaku kekerasan terhadap anaknya sendiri.
• Orang tua tidak mengetahui cara yang baik dan benar mengasuh dan mendidik anak, cenderung
memperlakukan anak secara salah. Harapan orang tua yang terlalu tinggi tanpa mengenal
keterbatasan anak dan pandangan bahwa anak adalah hak milik orang tua atau merupakan
aset ekonomi.
• Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perkembangan anak, sehingga orang tua tidak
mengetahui kebutuhan dan kemampuan anak. Sehingga memperlakukan anak secara salah.
2. Faktor keluarga
Krisis atau tekanan kehidupan akibat masalah sosial, ekonomi, politik, keterasingan dari masyarakat,
kemiskinan, kepadatan rumah tempat tinggal dan stresor psikososial lainnya dapat menimbulkan
perlakuan yang salah pada anak.
3. Faktor anak
Perilaku atau tabiat anak, penampian fisik anak. Anak yang tidak diinginkan dan kegagalan anak
memenuhi harapan orang tua.
Tujuan
1. Peserta mampu memahami pentingnya mengembangkan PATBM.
Peralatan :
• LCD, Layar LCD, Kertas plano, metaplan, gunting, lem, solatip,
Waktu :
2 Sesi untuk 35 peserta, 90 menit
Langkah-langkah:
1. Fasilitator memulai proses dengan curah pendapat tentang pentingnya mengembangkan PATBM di
desa atau kelurahan.
2. Fasilitator menulis di kertas plano jawaban peserta tentang pentingnya mengembangkan PATBM di
desa atau kelurahan.
3. Fasilitator bertanya lebih dalam tentang pengalaman peserta dalam melaksanakan perlindungan anak
selama ini terkait dengan pengembangan yang sudah dilaksanakan selama ini.
5. Fasilitator menjelaskan cara menuyusun rencana kerja lanjutan sesuai program PATBM;
7. Fasilitator memberi kesempatan peserta unutk melakukan tanya jawab/diskusi sebelum pembagian
kelompok/ penugasan.
2. Presentasikan bergantian setiap kelompok untuk membahas pengembangan PATBM sesuai dengan
lembar kerja
b. Bagaimana meminta masukan dari anak-anak, keluarga dan masyarakat untuk memperkuat
PATBM?
Berbagai cara bisa dilakukan untuk meminta masukan terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh PATBM baik kepeda anak, keluarga dan masyarakat, antara lain:
1) Bertanya langsung pada anak, keluarga dan masyarakat yang tinggal disekitar tentang usulan
kegiatan yang bisa dilakukan oleh PATBM
2) Diskusi bersama: Pada saat ada pertemuan PKK,Kampung, RT/RW tentang kegiatan yang bisa
dilaksanakan
3) Meminta masukan pada perangkat desa dan tokoh masyarakat tentang kegiatan yang bisa
dilaksanakan.
1) Dari Internal Desa: Kepala Desa, Perangkat Desa, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat
atau masyarakat lain yang bisa dan bersedia ikut mengembangkan PATBM
2) Dari Eskternal Desa: Individu atau Lembaga yang mempunyai kepedulian terhadap perlindungan
anak
Tujuan
1. Peserta mampu memahami pentingnya keberlanjutan program PATBM.
Peralatan :
• LCD, Layar LCD, Kertas plano, metaplan, gunting, lem, solatip,
Waktu :
2 Sesi untuk 35 peserta, 90 menit
Langkah-langkah
1) Fasilitator melakukan curah pendapat kepada peserta tentang pentingkah melakukan regenerasi
aktivis PATBM saat ini? Bagaimana melibatkan orang tua, toma dan perangkat desa/kalurahan dalam
memastikan keberlanjutan PATBM? Bagaimana mengamankan pendanaan untuk PATBM di masa
depan? Dan seberapa penting melibatkan anak dalam PATBM?
3) Fasilitator menjabarkan bahwa keberkelanjutan PATBM sangat dipengaruhi dari tahapan yang telah
dilaksanakan dalam pelatihan ini seperti masyarakat, dukungan dana dan keterlibatan perangkat
daerah.
4) Fasilitator meminta peserta untuk masuk dalam kelompok dan mendiskusikan rencana keberlanjutan
PATBM di desa/kelurahan masing-masing sesuai dengan rencana pengembangan setiap desa/
kelurahan.
5) Di dalam kelompok, masing-masing peserta perlu sharing untuk memberikan masukan tentang
rencana keberlanjutan program dan kontribusi yang dalam diberikan.
7) Setelah seluruh kelompok selesai, fasilitator meminta perwakilan peserta dari masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi.
8) Setelah diskusi dirasa selesai kemudian fasilitator menutup sesi ini dengan sebelumnya meminta
peserta untuk membacakan hasil diskusi kelas secara umum.
Tujuan :
1. Peserta dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang aspek dan tata cara monitoring
dan evaluasi program PATBM
2. Memahami dan menjelaskan prinsip, tata cara dan bentuk monev PATTBM.
Peralatan :
Buku Monev PATBM, Kertas plano, metaplan, dan spidol.
Waktu :
2 Sesi untuk 35 peserta, 90 menit
3. Fasilitator menjelaskan cara menuyusun rencana kerja lanjutan sesuai program PATBM;
5. Fasilitator memberi kesempatan peserta unutk melakukan tanya jawab/diskusi sebelum pembagian
kelompok/ penugasan.
Bersamaan dengan disepakatinya sebuah perencanaan kegiatan maka menjadi penting untuk
memperhatikan apakah kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan ini memiliki tolok ukur untuk menilai
berjalan atau tidaknya di tingkat pelaksanaan. Proses inilah yang disebut sebagai monitoring, yang pada
intinya merupakan sebuah fungsi berkelanjutan yang menggunakan sistem pengumpulan data tentang
indikator-indikator tertentu secara sistematis untuk menyediakan pelaksana dan pemangku kepentingan
lainnya tentang kemajuan dalam pencapaian tujuan kegiatan dan pemanfaatan sumber daya yang
disediakan.
Sementara evaluasi adalah penilaian secara objektif dan sistematis sebuah kegiatan yang sedang atau sudah
berlangsung termasuk disain, pelaksanaan dan hasil-hasilnya. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan
seberapa jauh tujuan kegiatan yang berupa efisiensi, efektivitas, dampak dan keberlangsungan hasil
bisa dipenuhi. Sebuah evaluasi sangat memerlukan Informasi yang bisa dipertanggungjawabkan
dan bermanfaat yang memungkinkan untuk mengintegrasikan hasil pembelajaran ke dalam proses
pengambilan kebijakan. Hasil evaluasi akan membantu dalam memaparkan dan memahami tujuan,
kemajuan serta hasil-hasil dari beragam jenis inisiatif pencegahan dan promosi.
Agar bisa mengukur berbagai hasil yang diharapkan dalam proses monitoring dan evaluasi maka
dikembangkan berbagai macam indikator berdasarkan kerangka kerja sistem yang memiliki komponen
masukan-proses-luaran-hasil-dampak. Kerangka ini memungkinkan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data secara berurutan dan sekaligus mempertimbangkan sumber data yang diperlukan.
Adanya kerangka kerja tersebut maka kegiatan M&E bisa secara sistematis bisa diarahkan untuk:
• Memantau kemajuan implementasi semua komponen rencana kegiatan PATBM pada tingkat desa,
kabupaten kota, provinsi dan nasional.
• Mengidentifikasi celah dan kelemahan dalam pelaksanaan kegiatan PATBM di masing-masing tingkat
administrasi
Mengukur efektivitas PATBM sudah dilakukan sehingga bisa digunakan untuk merencanakan,
memprioritaskan, mengalokasikan dan mengelola sumber daya untuk program-program di masa yang
akan datang.
Pedoman M&E untuk PATBM akan menggunakan kerangka kerja yang dikembangkan dalam Pedoman
PATBM yang telah disusun bersamaan dengan pedoman M&E ini. Secara garis besar ada empat jenis
indikator yang dikembangkan dalam pelaksanaan M&E dalam implementasi PATBM ini yaitu: (1)
Indikator programatik yang pada dasarnya mencakup ukuran-ukuran untuk melihat PATBM mulai dari
perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan. (2) Indikator determinan yang mencakup indikator berbagai
konteks yang menentukan perubahan perilaku. (3) Indikator Perilaku yang mencakup ukuran untuk
menilai perubahan perilaku terkait dengan perubahan persepsi tentang kekerasan dan norma tentang
kekerasan dan periaku yang mendukung perlindungan anak. (4) Indikator dampak yang pada dasarnya
mencakup ukuran untuk menilai kualitas hidup anak khususnya dengan insiden kekerasan terhadap
anak dalam masyarakat. Dalam kerangka logis M&E, indikator 1 ini tercermin dalam indikatorasesmen
pengembangan program, indikator penyediaan sumber daya (Input), indikator pelaksanaan kegiatan
(proses) dan indikator keluaran dari kegiatan (output). Sementara indikator 2 dan 3 akan tercermin
dalam indikator hasil (outcome). Sumber data untuk indikator programatik adalah berasal dari data
programatik dan pengembangan program dan indikator determinan, perilaku dan dampak akan diukur
dari survei yang mentargetkan pada populasi. Gambaran kerangka kerja yang digunakan dalam pedoman
M&E ini tampak pada diagram di bawah ini.
Pada dasarnya, indikator-indikator ini sudah menjadi bagian dari indikator perlindungan anak
sehingga tidak selalu mensyaratkan upaya pengumpulan data baru tetapi bisa mengoptimalkan
berbagai pengumpulan yang ada, misalnya data Kabupaten/Kota/Desa Layak atau Ramah Anak dengan
memasukkan indikator-indikator tersebut ke dalam instrument M&E yang ada. Oleh karena menyadari
bahwa sangat penting untuk melihat layanan ini dari perspektif usia dan gender maka instrumen M&E
perlu memilah data berdasarkan kelompok usia dan jenis kelaminnya. Demikian pemilahan data perlu
dilakukan karena ada juga kemungkinan pola laki-laki dan perempuan berbeda posisinya dalam keluarga
Berikut ini memaparkan sejumlah cara yang bisa digunakan program untuk memastikan kualitas data
yang baik:
1) Memastikan bahwa indikator yang akan digunakan untuk mengukur sebuah topik dioperasionalkan
menjadi pertanyaan yang sesuai dengan maksud/definisi yang telah ditentukan
Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan komponen inti untuk mengukur pencapaian dari sudut pandang indikator
program. Rencana operasional M&E harus menjelaskan cara pengumpulan data yang diperlukan agar
indicator bisa dijawab dengan benar dan tepat. Secara umum, terdapat dua metode:
• Kuantitatif: digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data tentang jumlah, proporsi,
prevalensi dan data lain yang bersifat numerik. Survai adalah salah satu contoh metode kuantitatif.
• Kualitatif: digunakan untuk mengumpulkan informasi mendalam dan biasanya menggali pertanyaan
“mengapa” atau “bagaimana” situasi yang ada. Metode kualitatif yang biasa digunakan mencakup
observasi, diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam
Di dalam pelaksanaannya kedua metode ini memungkinkan untuk dikombinasikan karena masing-
masing memiliki keterbatasan. Misalnya ketika ingin melihat tentang proporsi orang dewasa yang
mengetahui tentang hak anak, maka bisa digunakan metode kuantitatif dimana akan dihitung berapa
banyak orang dewasa yang menjawab pertanyaan tentang hal tersebut dalam kuesioner. Tetapi hal ini
belum memberikan gambaran tentang seberapa jauh orang dewasa tersebut memahami tentang hak
anak tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan pengumpulan data secara kualitatif untuk melihat aspek
kualitas dari layanan tersebut. Dalam pelaksanaan M&E pelaksanaan PATBM, salah satu metode kualitatif
yang disarankan adalah dilaksanakannya pengumpulan ‘Cerita Perubahan’ yang ditulis atau dituturkan
oleh anak, orang tua, pemangku kepentingan atau pengelola perlindungan anak tentang hal-hal yang
berubah selama gerakan nasional ini dilaksanakan.
Dilihat berdasarkan kerangka kerja di atas, maka pengumpulan data untuk monitoring akan berbeda
dengan evaluasi. Data programatik yang merupakan sumber data untuk kegiatan monitoring. Oleh karena
data programatik merupakan data yang dikumpulkan oleh setiap PATBM dan Badan PP Kabupaten/Kota
atau secara kumulatif dikumpulkan di provinsi dan nasional, maka diperlukan mekanisme pelaporan
yang standar atas indikator-indikator data programatik yang akan dikumpulkan. Mekanisme pelaporan
data programatik perlindungan anak berbasis masyarakat ini akan memanfaatkan sistem pelaporan yang
sudah dikembangkan oleh KPPPA dalam perlindungan anak. Gambaran sistem pengumpulan data dan
pelaporan dalam rangka monitoring yang digunakan dalam program adalah sebagai berikut:
Mempertimbangkan fungsi dari kegiatan evaluasi, maka pengumpulan data lebih banyak difokuskan
dengan metode survai representatif yang berbasis populasi baik melalui survai, survai rumah tangga,
survai pada anak-anak, survai sekolah yang dilakukan secara reguler.
EVALUASI PELATIHAN
Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat
Lembar 1: Level 1 – Per Sesi
Nilai
Kriteria 5 (Bagus 3 (Rata- 2 (Kurang 1 (Sangat
4 (Bagus)
Sekali) rata) Bagus) Bagus)
1. Kejelasan Tujuan Pelatihan
2. Ketrampilan Fasilitator
3. Kesesuain topik dengan kegiatan
peserta:
4. Kejelasan dalam memberikan
informasi
5. Kedalaman sesi-sesi yang diberikan:
6. Kualitas alat bantu visual :
7. Nilai untuk masing-masing materi :
a Dinamika Kelompok
b. Memulai PATBM
c. Merencanakan PATBM
d. Melaksanakan Kegiatan PATBM
e. Strategi Perubahan PATBM
f. Mengembangkan PATBM
g. Keberlanjutan Program PATBM
100. Monitoring dan Evaluasi
Catatan tambahan :
3. Berikut ini adalah enam komponan dalam PATBM yang terdiri dari …
a) Regulasi dan manajemen, Pembiayaan, Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Pengelolaan Informasi,
LSM yang ada di masyarakat dan Perlengkapan dan Penggerakan Partisipasi Masyarakat
b) Regulasi dan pendidikan sekolah termasuk kursus, Pembiayaan, Pengelolaan Sumber Daya
Manusia, Pengelolaan Informasi, Logistik dan Perlengkapan dan Penggerakan Partisipasi
Masyarakat
4. Meningkatkan efektivitas kelembagaan perlindungan anak dilakukan melalui kegiatan berikut ini,
kecuali:
a) Penguatan dan harmonisasi perundang-undangan dan kebijakan terkait perlindungan anak dan
melengkapi aturan pelaksanaannya.
b) Peningkatan dukungan ekonomi untuk kapasitas masyarakat berwiraswata secara mandiri dan
hasil ekonomi digunakan untuk memperhatikan kebutuhan anak.
c) Peningkatan koordinasi antar instansi pemerintah di pusat dan daerah serta organisasi masyarakat
melalui jejaring kelembagaan dalam pelaksanaan, pengawasan, pemantauan, dan evaluasi secara
berkelanjutan.
d) Penguatan sistem manajemen dan pemanfaaatan data dan informasi lintas kementerian/
Lembaga/SKPD.
5. Sekelompok orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap isu perlindungan anak serta secara
sukarela menyatakan kesediaan untuk menjadi tim kerja yang aktif menggerakan PATBM disebut
a) Tim Forum Anak yang giat berkumpul
b) Kelompok Sukarelawan dan sukarelawati
c) Anggota anak Indonesia Sehat
d) Aktivis PATBM di desa/kelurahan
6. Seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk yang di dalam kandungan disebut :
a) Manula
b) Remaja
c) Balita dan Remaja
d) Anak
8. Peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak dapat dilakukan dengan kegiatan
berikut ini, kecuali
a) Memberikan informasi melalui sosialisasi dan edukasi mengenai hak Anak dan peraturan
perundang-undangan tentang Anak dan memberikan masukan dalam perumusan kebijakan
yang terkait perlindungan Anak
b) Melaporkan kepada pihak berwenang jika terjadi pelanggaran hak Anak dan berperan aktif dalam
proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi Anak
c) Melakukan pemantauan pembangunan desa, pengawasan pembangunan fisik sekolah dan ikut
bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan masyarakat desa
d) Menyediakan sarana dan prasarana serta berperan aktif dengan menghilangkan pelabelan
negatif terhadap Anak korban dan memberikan ruang kepada Anak untuk dapat berpartisipasi
dan menyampaikan pendapat.
9. Kegiatan PATBM di desa/kelurahan atau dusun/RW/RT pada hakekatnya terdiri dari 3 tingkatan, yaitu:
a) Tingkat anak, tingkat keluarga dan tingkat komunitas atau masyarakat desa/kelurahan
b) Tingkat sekolah dasar, tingkat sekolah menengah dan tingkat perguruan tinggi
c) Tingkat biro PPPA, tingkat kabupaten, dan tingkat propinsi
d) Tingkat anak-anak, tingkat sekolah dan tingkat ruang gembira anak
b) Merekrut kader-kader kesehatan dan ekonomi desa untuk bergabung dari propinsi yang lain
diluar propinsinya untuk bergabung dalam mengelola dan menggerakan perlindungan anak.
c) Membuat daftar siapa media masa yang bisa meliput kegiatan-kegiatan perlindungan anak dan
melaporkan kepada media masa jika terdapat kekerasan kepada anak.
d) Aktif dalam kegiatan PATBM, PPAPA, dan KPPPU sebagai peserta dan mengikuti semua kegiatan
yang diselenggarakan di desa dan kota
11. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aturan-aturan hidup yang berlaku. Aturan-aturan
tersebut sering kita sebut dengan istilah
a) Peraturan daerah
b) Tata Laksana
c) Norma
d) Agama
12. Kegiatan PATBM untuk melihat efisiensi, efektivitas, dampak dan keberlangsungan hasil bisa dipenuhi
atau tidak disebut :
a) Monitoring PATBM
b) Evaluasi PATBM
c) Monitoring kegiatan PATBM
d) Umpan Balik PATBM
13. Berikut ini adalah empat jenis indikator PATBM dalam pelaksanaan M&E dalam implemetasinya
kecuali ;
a) Indikator programatik yang pada dasarnya mencakup ukuran-ukuran untuk melihat PATBM mulai
dari perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan.
b) Indikator mengarang atau kabur sehingga peluang berbagai konteks yang menentukan perubahan
perilaku dalam dilihat secara pragmatis.
d) Indikator dampak yang pada dasarnya mencakup ukuran untuk menilai kualitas hidup anak
khususnya dengan insiden kekerasan terhadap anak dalam masyarakat.
14. Partisipasi dari proses kegiatan yang mengumpulkan berbagai layanan untuk memenuhi kebutuhan
anak, memastikan anak mendapatkan tindak lanjut dari layanan serta melakukan evaluasi dari
layanan yang diperoleh anak disebut :
a) Rujukkan
b) Pendampingan
c) Peserta Pelatihan
d) Advokasi
15. Pendamping anak, tokoh atau mereka yang memiliki kepedulian kepada anak-anak dan mampu
menggerakan kegiatan kemasyarakatan di tingkat desa atau kelurahan disebut :
a) Aktivis PATBM
b) Staff PATBM
c) Layanan PATBM
d) Rumah PATBM