Anda di halaman 1dari 106

TIM PENYUSUN

Pengarah : Pribudiarta Nur Sitepu


(Deputi Bidang Perlindungan Anak)

Koordinator : 1. Ignatius Praptoraharjo


(Fasilitator Nasional PATBM)
2. Rini Handayani
(Asdep Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi)
3. Valentina Ginting
(Asdep Perlindungan Anak dalam situasi
Darurat dan Pornografi)
4. Indra Gunawan
(Asdep Perlindungan Anak Berkebutuhan Khusus)
5. Ali Khasan
(Asdep Perlindungan Anak Berhadapan dengan Hukum & Stigmatisasi)
6. Nurti Mukti Wibawati
(Sekretaris Deputi Bidang Perlindungan Anak)

Tim Penyusun :
1. Sisparyadi (Fasilitator Nasional PATBM)
2. Antik Bintari (Fasilitator Nasional PATBM)
3. Susilawati (Fasilitator Nasional PATBM)
4. Putri Suci Asriani (Fasilitator Nasional PATBM)
5. Ernesta Uba Wohon (Fasilitator Nasional PATBM)
6. Apriana H.J. Fanggidae (Fasilitator Nasional PATBM)
7. Maria Margareta Bhubhu (Fasilitator Nasional PATBM)
8. Yuniarti (Fasilitator Nasional PATBM)
9. L.H. Kekek Apriana Dwi Harjanti (Fasilitator Nasional PATBM)
10. Ratih Rachmawati (Kepala Bidang Perlindungan Anak Korban Kekerasan)
11. Anisah (Kepala Bidang Perlindungan Anak Korban Eksploitasi)

Buku ini diterbitkan oleh:


Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
ISBN : 978-602-6571-15-1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan Modul Pelatihan Aktivis
Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) ini dapat diselesaikan pada waktunya. Modul
pelatihan aktivis PATBM ini disusun sebagai bahan pelatihan pembekalan kepada calon aktivis yang
berasal desa/kalurahan dalam pelaksanaan PATBM.

Modul yang disusun secara sederhana namun komprehensif ini diharapkan dapat membantu para
fasilitator dalam memfasilitasi pelatihan, pertemuan-pertemuan dan pendampingan untuk perlindungan
anak yang dilaksanakan oleh aktivis kepada masyarakat. Selain itu modul ini juga menawarkan metode-
metode yang variatif dan sistematis guna memberikan pemahaman tentang proses gerakan PATBM,
namun demikian tidak menutup kemungkinan Fasilitator daerah dapat mengembangkan metode yang
terdapat dalam Modul ini sesuai dengan situasi, kondisi dan budaya di daerah masing-masing.

Modul Pelatihan Aktivis PATBM ini disusun atas kerjasama Kementerian PP-PA dengan Fasilitator Nasional
PATBM yang berasal dari Pusat Studi Wanita Universitas Gajah Mada, Universitas Padjajaran, Sekolah
Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, Universitas Bengkulu, Universitas Nusa Cendana, Universitas
Katolik Widya Mandira Kupang dan LK3 Bengkulu. Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada Fasilitator PATBM Nasional atas kerja kerasnya dalam menyusun Modul
Pelatihan Aktivis PATBM ini. Kiranya gerakan PATBM sebagai salah satu upaya untuk mencegah dan
menanggapi terjadinya kekerasan terhadap anak dengan melibatkan peranserta masyarakat dapat
terwujud.

Jakarta, 20 Agustus 2017

Deputi Perlindungan Anak

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm i


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................... ii

PENDAHULUAN.............................................................................................................................. 1
Sistematika Isi Modul................................................................................................................... 1
Mengapa Pelatihan PATBM untuk Aktivis Penting?......................................................................... 1
Maksud dan Tujuan........................................................................................................................ 2
Sasaran Pengguna.......................................................................................................................... 2
Metodologi Pelatihan.................................................................................................................... 3

MODUL 1 : DINAMIKA KELOMPOK ............................................................................................... 9


Unit 1.1. Satuan Langkah Pelatihan Dinamika Kelompok : Perkenalan, Tujuan Modul Pelatihan
Aktivis, Agenda Pelatihan, Harapan dan Kontrak belajar................................................. 9
Unit 1.2. Lembar Kerja Dinamika Kelompok : Perkenalan, Tujuan Modul Pelatihan Aktivis,
Agenda Pelatihan, Harapan dan Kontrak belajar............................................................. 12
Unit 1.3. Lembar Bacaan Dinamika Kelompok : Perkenalan, Tujuan Modul Pelatihan Aktivis,
Agenda Pelatihan, Harapan dan Kontrak belajar............................................................. 13

MODUL 2 : MEMULAI PATBM....................................................................................................... 17


Unit 2.1. Satuan Langkah Memulai PATBM.................................................................................... 17
Unit 2.2. Lembar Kerja Memulai PATBM......................................................................................... 19
Unit 2.3. Lembar Bacaan Memulai PATBM...................................................................................... 21

MODUL 3 : MERENCANAKAN PATBM............................................................................................ 27


Unit 3.1. Satuan Langkah Merencanakan PATBM........................................................................... 27
Unit 3.2. Lembar Kerja Merencanakan PATBM................................................................................ 30
Unit 3.3. Lembar Bacaan Merencanakan PATBM............................................................................ 31

ii Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


MODUL 4 : MELAKSANAKAN KEGIATAN PATBM......................................................................... 37
Unit 4.1. Satuan Langkah Melaksanakan PATBM............................................................................ 37
Unit 4.2. Lembar Kerja Melaksanakan PATBM................................................................................ 42
Unit 4.3. Lembar Bacaaan Melaksanakan PATBM........................................................................... 46

MODUL 5 : STRATEGI PERUBAHAN PATBM................................................................................. 61


Unit 5.1. Satuan Langkah Strategi Perubahan PATBM................................................................... 61
Unit 5.2. Lembar Kerja Strategi Perubahan PATBM......................................................................... 62
Unit 5.3. Lembar Bacaan Mengukur Keberhasilan PATBM.............................................................. 63

MODUL 6 : MENGEMBANGKAN PATBM....................................................................................... 75


Unit 6.1. Satuan Langkah Mengembangkan PATBM...................................................................... 75
Unit 6.2. Lembar Kerja Mengembangkan PATBM........................................................................... 76
Unit 6.3. Lembar Bacaan Mengembangkan PATBM........................................................................ 76

MODUL 7 : KEBERLANJUTAN PROGRAM PATBM......................................................................... 79


Unit 7.1. Satuan Langkah Keberlanjutan Program PATBM.............................................................. 79
Unit 7.2. Lembar Kerja Keberlanjutan Program PATBM.................................................................. 80

MODUL 8 : MONITORING DAN EVALUASi..................................................................................... 83


Unit 8.1. Satuan Langkah Pelatihan Monitoring dan Evaluasi........................................................ 83
Unit 8.2. Lembar Kerja Monitoring dan Evaluasi............................................................................ 84
Unit 8.3. Lembar Bacaan Monitoring dan Evaluasi......................................................................... 84

MODUL 9: EVALUASI PELATIHAN................................................................................................. 93

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm iii


iv Modul Pelatihan Aktivis – Patbm
PENDAHULUAN

Modul Pelatihan untuk aktivis Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) telah disusun
menjadi satu bahan pelatihan untuk memberikan pembekalan kepada calon aktivis yang berasal dari
desa/kalurahan dalam pelaksanaan PATBM.

Sistematika Isi Modul


Modul Pelatihan ini disusun dengan menyertakan satuan langkah pelatihan, lembar bacaan, lembar
kerja dan lembar tayang bahan bagi peserta yang akan menerapkan PATBM di wilayah masing-masing.
Modul pelatihan ini dikemas secara terstruktur agar mudah digunakan dengan menyesuaikan kondisi
lingkungan belajar peserta. Adapun materi modul yang akan diberikan dalam pelatihan untuk aktivis
terdiri dari :

1. Dinamika Kelompok.
2. Memulai PATBM.
3. Merencanakan PATBM.
4. Melaksanakan Kegiatan PATBM
5. Strategi Perubahan PATBM
6. Mengembangkan PATBM
7. Mempertahankan Keberlanjutan PATBM
8. Monitoring dan Evaluasi

Mengapa Pelatihan PATBM untuk Aktivis Penting?


Secara umum, modul pelatihan ini dimaksudkan untuk mendukung PATBM pada pelaksanaan di tingkat
provinsi, kabupaten/kota dan desa/kalurahan. Modul ini berisi pengalaman dan ketrampilan praktis yang
dibutuhkan untuk menfasilitasi kegiatan PATBM oleh aktivis di desa atau kelurahan masing-masing.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 1


Aktivis yang disebutkan dalam modul pelatihan ini adalah mereka yang terdiri dari seseorang,
atau orang-orang terutama pendamping anak, tokoh anak, anak itu sendiri, dan atau mereka yang
memiliki kepedulian kepada anak-anak yang bekerja aktif dan mampu menggerakkan kegiatan
kemasyarakatan di tingkat desa atau kelurahan.

Maksud dan Tujuan


Maksud disusunnya modul pelatihan aktivis adalah untuk membekali aktivis PATBM di tingkat kabupaten
agar memiliki kemampuan dalam menfasilitasi kegiatan PATBM sesuai dengan model PATBM yang sedang
dikembangkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mulai tahun 2016.
Secara khusus modul Aktivis ini bertujuan :

1) Menyamakan persepsi tentang konsep peningkatan kapasitas pelatih dalam pengembangan Model
Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM)

2) Melakukan pembagian tugas dalam pelaksanaan kegiatan PATBM oleh aktivis di tingkat provinsi,
kabupaten/kota dan desa/kalurahan dengan wilayah sasaran masing-masing

3) Menyusun rencana kerja tindak lanjut pendampingan dan pelaksanaan pelatihan kegiatan PATBM di
wilayah provinsi, kabupaten/kota dan desa/kalurahan masing-masing

Sasaran Pengguna
Secara khusus modul ini ditujukan bagi aktivis PATBM di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan desa/
kalurahan yang akan menfasilitasi kegiatan PATBM. Modul aktivis ini dibuat guna membantu para aktivis
dalam memfasilitasi pelatihan, pertemuan, dinamika kelompok dan sesi edukasi serta pendampingan
untuk perlindungan anak yang dilaksanakan oleh masyarakat. Modul ini disusun secara sederhana namun
komprehensif dengan menawarkan metode-metode yang variatif dan sistematis guna memberikan
pemahaman yang seksama mengenai proses gerakkan PATBM. Implementasi dari modul ini sangat
membutuhkan partisipasi yang tinggi dari aktivis guna menemukan dan mengidentifikasi persoalan-
persoalan anak yang mereka hadapi serta mewujudkan perlindungan anaki untuk memecahkan masalah
kekerasan kepada anak.

2 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


Sebagai catatan, bahwa modul ini bisa diterapkan secara fleksible baik waktu maupun materinya, artinya
waktu pelatihan bisa dilangsungkan dalam satu rangkaian waktu tertentu di dalam kelas atau diluar
kelas maupun pelatihan secara periodik dan di ruang terbuka serta materinya bisa menyesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan gerakkan PATBM. PATBM merupakan gerakan dari jaringan atau kelompok
warga pada tingkat masyarakat yang bekerja secara bersama dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan
perlindungan anak. PATBM merupakan inisiatif masyarakat sebagai ujung tombak untuk melakukan
upaya-upaya pencegahan dan respon cepat dengan membangun kesadaran masyarakat agar terjadi
perubahan pemahaman, sikap dan prilaku yang memberikan perlindungan kepada anak.

Metodologi Pelatihan
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan :
1. Soal Pra dan Paska tes PATBM dan Evaluasi Pelatihan PATBM
Modul pelatihan ini dilengkapi dengan soal pra dan paska tes PATBM. Soal tes dibagikan kepada
peserta sebelum memulai kegiatan pelatihan dan setelah kegiatan pelatihan selesai. Fasilitator akan
membagikan soal pra tes pelatihan PATBM dan meminta peserta untuk langsung mengerjakan.
Langkah yang sama juga dilaksanakan pada saat paska tes pelatihan PATBM. Selain soal pra dan paska
tes PTBM juga terdapat dua lembar evaluasi dalam pelatihan PATBM. Lembar evaluasi sesi dan lembar
evaluasi akhir keseluruhan. Dua lembar ini harus dibagikan dan diisi oleh peserta pelatihan. Lembar
evaluasi sesi dibagian setiap kali selesai sesi dan lembar evaluasi akhir dibagikan setelah seluruh
pelatihan selesai. Selanjutnya, fasilitator akan menganalisis hasil pra dan paska tes PATBM beserta
lebar evaluasi pelatihan PATBM.

2. Modul ini merupakan panduan belajar untuk aktivis PATBM


Modul pelatihan ini menguraikan materi pelatihan yang akan disampaikan di tingkat provinsi,
kabupaten/kota dan desa/kalurahan oleh aktivis. Pelatihan ini mengarah refleksi pengalaman yang
dilengkapi penjelasan teoritis dan praktis yang lebih menonjolkan kebermanfaatan dan keterpaduan
pelaksanaan perlindungan anak di masyarakat. Modul pelatihan ini menguraikan setiap subpokok
bahasan/ topic secara umum agar dapat diterapkan dalam situasi dan kebutuhan yang berbeda yang
muncul dalam kegiatan pendampingan.

3. Kaidah Belajar Orang Dewasa


Modul pelatihan ini disusun berdasarkan kaidah-kaidah pembelajaran orang dewasa, di mana pelatih
dan peserta dapat belajar bersama. Sebagai salah satu pengalaman, modul ini diperlakukan layaknya
sebagai panduan dan bisa dirubah dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 3


4. Kreativitas dan Kondisi Lokal
Proses kreativitas sangat diharapkan untuk memperkaya dan memperbaiki kualitas pelatihan yang
dilaksanakan. Modul pelatihan ini lebih efektif jika digunakan sepanjang tidak menyalahi aturan atau
prinsip-prinsip dasar pendidikan partisipatoris. Pelatih bisa merubah atau memodifikasi metode atau
media yang digunakan secara efektif. Contohnya, yang biasa menggunakan LCD dan pemutaran
film, di lapangan tidak tersedia media tersebut, pelatih bisa memilih media atau peralatan yang
tersedia secara local seperti papan tulis, kertas flep, kain atau alat peraga lainnya. Dalam beberapa
kasus yang dilapangan, dapat diganti dengan pengalaman langsung dari peserta. Modul pelatihan ini
akan lebih efektif jika diterapkan secara kreatif tergantung kemampuan kita sebagai pelatih. Kita bisa
memodifikasi dan menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran di masyarakat. Hal yang penting
diingat bahwa sebagai pelatih kita tidak boleh menjejalkan pikiran kita kepada orang lain tetapi lebih
sebagai pemandu proses belajar peserta, yang terpenting kita sebagai pembelajar itu sendiri.

Secara umum alat yang digunakan dalam pelatihan terdiri dari :

1) Lembar pra dan paska tes pelatihan, Buku Pedoman PATBM, Buku Saku PATBM, Daftar Materi KIE

2) Laptop, Layar untuk LCD dan LCD, Papan tulis (White Board), spidol khusus dan penghapus.

3) Kertas plano, metaplan dan spidol besar tiga warna, dan spidol berwarna.

4) Ruangan bentuk U dan ruangan yang cukup luas untuk 35 peserta PATBM dengan pencahayaan
yang terang dan sirkulasi udara yang bagus.

5) Gunting, Lem, selotip kertas, kertas HVS, gunting, paper-clip (penjepit kertas), Film Perlindungan
Perempuan dan PA, kabel gulung, stapler dan sebagainya.

6) Pastikan media dapat berfungsi dengan baik dan ruangan memiliki sirkulasi udara dan pencahayaan
yang baik.

7) Materi pelatihan seperti film, media gambar dan alat yang diperlukan lainnya sesuai kondisi
daerah, termasuk majalah bekas, gambar-gambar aktivitas manusia dan koran bekas

4 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


Metode-metode dasar yang digunakan dalam modul ini antara lain:
1. Brainstorming (Curah Pendapat)
Kelebihan Kekurangan
• Peserta dapat menyatakan • Peserta yang pemalu mengalami
pikirannya dengan bebas hambatan
• Umpan balik/hasilnya cepat • Tidak dapat diketahui tingkat
diperoleh representatif dari gagasan yang
• Dapat melibatkan kelompok besar muncul
dalam waktu singkat • Gagasan yang disampaikan mungkin
• Ada kesempatan untuk kurang sempurna karena spontanitas
mendengarkan pendapat orang lain • Penerapannya memerlukan keahlian
• Relatif mudah diselenggarakan dari aktivis yang melatih.

2. Diskusi Kelompok
Kelebihan Kekurangan
• Memperkuat spirit kelompok ketika • Akan berhasil dengan baik jika para
ada keprihatinan yang teridentifikasi anggota kelompok saling percaya
• Memberi komunikasi dua arah • Dapat melenceng dari fokus utama
• Memberi peluang untuk kecuali fasilitator terlatih baik
pembahasan lebih mendalam • Kelompok yang berkepentingan
• Memberikan umpan balik yang cepat punya peluang untuk memaksakan
terhadap informasi baru hal-hal tertentu

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 5


3. Diskusi Pleno
Kelebihan Kekurangan
• Semua peserta dapat langsung • Pembahasan mungkin kurang
terlibat dan mengungkapkan mendalam
gagasannya • Tidak semua gagasan peserta dapat
• Dapat memberikan umpan balik terakomodir
yang cepat • Sulit melacak siapa mengatakan apa
• Memberi komunikasi dua arah • Tidak terlihat ide berasal dari siapa
• Peluang munculnya kepentingan
tertentu dari perindividu dapat
diminimalisir

4. Role play (Bermain Peran)


Kelebihan Kekurangan
• Peserta akan langsung terlibat aktif • Membutuhkan waktu lebih lama
melalui ucapan dan tindakan • Peserta yang pemalu dan penakut
• Dapat memunculkan simpati dan sulit diajak terlibat aktif
empati peserta • Membutuhkan persiapan khusus
• Dapat menumbuhkan pemahaman (skenario)
dan kesan yang mendalam dari
peserta terhadap
• materi pembahasan

6 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


5. Simulasi
Kelebihan Kekurangan
• Semua peserta dapat terlibat aktif • Membutuhkan waktu lebih lama
• Dapat menumbuhkan pemahaman • Peserta yang pemalu sulit
dan kesan yang mendalam pada mengungkapkan gagasannya
peserta • Membutuhkan persiapan peralatan
• Pembahasan akan lebih mendalam khusus
dan terfokus

6. Study Kasus
Kelebihan Kekurangan
• Pembahasan lebih mendalam dan • Membutuhkan persiapan kasus
terfokus • Peserta yang kesulitan komunikasi
• Dapat menumbuhkan simpati dan akan menjadi kendala
empati peserta • Membutuhkan keahlian khusus dari
• Semua peserta dapat terlibat kader yang menjadi fasilitator untuk
langsung mengungkap masalah yang lebih
mendalam

7. Praktek
Kelebihan Kekurangan
• Peserta akan terlibat aktif dalam • Membutuhkan waktu lebih lama
bentuk tindakan • Membutuhkan persiapan bahan dan
• Akan menumbuhkan pemahaman peralatan
dan kesan yang mendalam pada
peserta

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 7


8 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm
MODUL 1 : DINAMIKA KELOMPOK

Unit 1.1. Satuan Langkah Pelatihan Dinamika Kelompok : Perkenalan, Tujuan Modul
Pelatihan Aktivis, Agenda Pelatihan, Harapan dan Kontrak belajar

Tujuan :
1. Peserta dapat mengikuti pelatihan PATBM secara lengkap dalam suasana yang hangat dan nyaman

2. Peserta dapat mengenal satu sama lain dan terbina keakraban antar peserta dan fasilitator

3. Peserta dapat mengikuti pelatihan sesuai kesepakatan yang dikembangkan bersama.

4. Peserta memahami apa yang akan diperoleh selama pelatihan dan bagaimana berpartisipasi selama
mengikuti pelatihan.

5. Memberikan ruang kepada peserta dalam mengekspresikan perasaannya dalam mengikuti pendidikan
ini.

6. Dapat terpetakannya harapan, kekhawatiran, sumbangan, kontrak belajar, alur dan materi sesuai
dengan tujuan pendidikan ini

7. Fasilitator dapat menyesuaikan diri dengan kondisi peserta.

Peralatan :
Kertas plano, metaplan, gunting dan spidol.

Waktu :
2 Sesi untuk 35 peserta, 90 menit

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 9


Perkenalan
Langkah-langkah
1) Fasilitator menjelaskan tujuan dan kegiatan dari sesi perkenalan ini, kemudian fasilitator meminta
peserta untuk berdiri melingkar dengan menghadap ke satu arah.

2) Fasilitator kemudian membagikan kertas HVS yang dibentuk segitiga dan sudah dipersiapkan
sebelumnya.

3) Fasilitator meminta peserta menuliskan nama masing-masing dalam HVS segitiga dan berikan waktu
1 menit. Nama panggilan dan huruf besar.

4) Setelah seluruh peserta menuliskan dalam kertas HVS, minta peserta berdiri dan membentuk lingkaran.

5) Secara bergilir peserta menyebutkan namanya dan arti dari nama masing-masing.

6) Lakukan kegiatan ini hingga pelatihan selesai.

Tujuan Modul Pelatihan Aktivis, Agenda Pelatihan, dan Harapan.


Langkah-langkah :
1) Fasilitator membuka sesi dan memberikan pengantar tentang tujuan dari sesi ini dan mempresentasikan
agenda belajar

2) Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan harapan, kekhawatiran, sumbangan, kontrak belajar,
pada kertas metaplan yang sudah disediakan

3) Metaplan tersebut kemudian ditempelkan di papan yang sudah tersedia dengan dikelompokan sesuai
dengan jenisnya, yaitu harapan dan kekhawatiran.

4) Fasilitator kemudian membacakan ulang harapan dan kekhawatiran tersebut serta mendiskusikan
dengan peserta untuk mengetahui mana yang realistik dan mana yang tidak.

5) Hasil diskusi tersebut kemudian dijadikan kesepakatan bersama untuk diperhatikan selama proses
kegiatan pendidikan berlangsung.

6) Fasilitator menutup sesi.

10 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


Kontrak Belajar
1) Fasilitator melanjutkan proses pelatihan dengan membuat kesepakatan yang berisi aturan pelatihan
yang harus dipatuhi oleh fasilitator dan peserta.

2) Fasilitator kembali memberikan orientasi belajar dan kontrak belajar secara singkat.

3) Kontrak belajar merupakan kesepakat bersama untuk mencapai tujuan selama pelatihan.

4) Fasilitator meminta peserta memberikan pendapat tentang aturan main bersama agar tercapai tujuan
dan harapan selama pelatihan.

5) Fasilitator menulis di kerta plano usulan kontrak belajar dari peserta.

6) Tuliskan semua usulan dan bangun kesepakatan bahwa aturan main dan tata tertib ini bersifat
mengikat semua pihak yang mengikuti pelatihan.

7) Mintalah peserta berfikir sejenak dan mulai untuk berdiskusi. Tutup kegiatan dan ucapkan terimakasih.

Contoh :

Kontrak dan Norma Belajar

• Peserta harus datang tepat waktu, dispensasi waktu hanya 5 menit.


• Peserta dilarang makan dan minum diluar jam istirahat.
• Peserta dilarang berdiskusi sendiri diluar waktu diskusi.
• Setiap orang berhak untuk mengerti
• Setiap pertanyaan adalah pertanyaan yang baik
• Setiap orang harus mendapat kesempatan berpartisipasi
• Setiap orang bertanggung-jawab untuk berpartisipasi

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 11


Unit 1.2. Lembar Kerja Dinamika Kelompok : Perkenalan, Tujuan Modul Pelatihan
Aktivis, Agenda Pelatihan, Harapan dan Kontrak belajar

Perkenalan :
1. Siapkan kertas HVS
2. Bentuk segitiga
3. Bagikan Segitiga HIV ke seluruh peserta
4. Minta peserta menulis nama panggilan dalam huruf kapital dan besar sehingga bisa dilihat oleh
orang lain.
5. Perkenalkan peserta secara bergiliran.

Tujuan, Kekhawatiran dan Harapan :


1. Minta peserta menuliskan tujuan pada lembar tugas 2 tujuan mengikuti pelatihan sebagai pelatih
PATBM.

2. Minta peserta menuliskan pada lembar tugas 2 harapan mengikuti pelatihan sebagai pelatih PATBM.

3. Fasilitator membagikan jadwal, membacakan kerangka acuan pelatihan terkait dengan tujuan
pelatihan untuk aktivis dan agenda pelatihan.

Lembar Kerja Kontrak Belajar


1. Minta peserta menuliskan kesepakatan belajar pada kertas metaplan atau plano.

2. Fasilitator membahas hasil keseluruhan kesepakatan.

3. Fasilitator membagikan jadwal, membacakan kerangka acuan pelatihan terkait dengan tujuan
pelatihan untuk aktivis dan agenda pelatihan.

12 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


Unit 1.3. Lembar Bacaan Dinamika Kelompok : Perkenalan, Tujuan Modul Pelatihan
Aktivis, Agenda Pelatihan, Harapan dan Kontrak belajar
Suasana dan kesan awal dalam sebuah proses belajar sangatlah penting untuk menumbuhkan motivasi
peserta. Awal yang baik akan membuat proses belajar selanjutnya menjadi menyenangkan. Penting
bagi peserta untuk membina hubungan baik dari awal (menciptakan rapport) dengan menghargai
keberadaan peserta, membangun kesetaraan diantara peserta dengan peserta dan peserta dengan
pemandu; memahami harapan–harapan yang ingin dicapai dalam pelatihan oleh peserta; memahami
kekhawatiran–kekhawatiran peserta. Sesama peserta pada intinya harus mampu membongkar sekat –
sekat psikologis di antara para peserta juga antara peserta dengan pelatih. Penciptaan suasana belajar
di awal menjadi penting, oleh karena itu dalam proses pelatihan PATBM selalu dimulai dari perkenalan
dengan cara – cara yang dapat mencairkan suasana; memberikan penjelasan kepada peserta apa yang
akan dialami selama proses pelatihan dan membuat kesepakatan- kesepakatan agar proses belajar
berjalan seperti yang diharapkan.

Kontrak Belajar
Kontrak belajar diperlukan kesepakatan bersama untuk mencapai harapan tersebut selama pelatihan
ini. Kesepakatan bersama tersebut merupakan langkah-langkah yang perlu dilakukan dan merupakan
aturan main bersama termasuk tata tertib agar dapat tercapai harapan bersama, yang harus ditaati oleh
seluruh peserta dan penyelenggara dalam melaksanakan pelatihan. Bangun kesepakatan bahwa aturan
main dan tata tertib tersebut bersifat mengikat semua pihak di kelas tersebut selama pelatihan. Dalam
kegiatan pelatihan belajar bukan hanya kerja sama antara pelatih dan peserta yang menjadi poin penting.
Sarana dan prasarana yang memadai dan mendukung pun ikut memberikan peranan dalam keberhasilan
peserta. Kontrak belajar ialah salah satu aturan yang diciptakan sendiri atas dasar kesepakatan. Tentunya
antara pihak fasilitator dan peserta. Peserta yang dilibatkan langsung ketika proses pembuatan kontrak
belajr berlangsung. Mintalah agar peserta berfikir sejenak tentang kontrak dan norma belajar selama
pelatihan.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 13


Permainan Kegiatan Perkenalan

a. Menjelaskan Diri (Jumlah peserta 30 orang, Waktu 25-30 menit)


• Ini adalah cara peserta memperkenalkan diri dengan cepat dan dengan cara yang berbeda.

• Minta seluruh peserta berdiri membentuk lingkaran

• Mulai dari Fasilitator/trainer memperkenalkan diri dengan cara jalan keliling dan meyalami setiap
peserta dengan menyebutkan ”nama” dan dua sifat yang paling ingin ditonjolkan. Misalnya:”Hai,
Saya Dinata, saya riang dan tulus”

• Minta peserta lain untuk tidak mengulang sifat yang sudah disebutkan

b. Kartu Berpasangan (Jumlah peserta 30 orang, Waktu 25-30 menit)


• Atur duduk peserta membentuk U sejajar dengan fasilitator

• Suruh peserta menghitung dengan menyebut nomornya

• Jelaskan mengenai kegiatan perkenalan, buat kesepakatan dengan peserta akan unsur yang
perlu dikenalkan, dan cara berkenalan, misalnya: perkenalan hobi, nama atau pengalaman yang
paling menarik dengan cara wawancara berpasangan dan lain-lain.

• Kocok kartu berpasangan dan letakkan ditengah ruangan U.

• Minta setiap peserta untuk mengambil satu kartu dan menemukan pasangannya untuk
mendapatkan informasi akan hal yang diperlukan

• Ajak kembali dalam kelas dan undang secara bergantian satu peserta untuk memperkenalkan
pasangannya seterusnya hingga habis termasuk fasilitator

• Ajak diskusi peserta mengenai perasaan saat perkenalan, apa pendapatnya tentang caranya dan
jenis informasinya yang diperoleh.

14 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


c. Kereta Nama (Waktu: 45-55 menit, Jumlah peserta 30 orang)
• Meminta setiap orang untuk berdiri membentuk lingkaran dan sebutkan nama Anda dan
menambah satu nama orang di sebelah kanan Anda

• Meminta orang yang di sebelah itu untuk menyebut nama Anda, namanya sendiri dan orang di
sebelah kanannya.

• Lanjutkan untuk semua orang dalam lingkaran diakhiri dengan orang terakhir mengulang semua
nama.

• Minta orang untuk melakukan perubahan tempat di dalam lingkaran dan tantang seorang.

d. Siapa Dia Ya (Waktu: 20-30 menit, Jumlah peserta 30 orang)


• Mintalah peserta membuat lingkaran

• Mintalah salah satu peserta untuk memulai memperkenalkan diri. “Halo nama saya Jeki, saya
PSW dari Sulawesi Utara”.

• Kemudian peserta kedua mengulang kalimat peserta pertama ditambah dengan memperkenalkan
dirinya sendiri. “Halo teman saya Jeki, Saya Kiko dari Jawa Barat.

• Kemudian peserta ketiga mengulang kalimat peserta sebelumnya dengan memilih satu nama
teman baru yang diingat. “Halo teman saya Kiko, nama saya Sitiyum dari Aceh” dan seterusnya
hingga selesai. Setelah semua mendapatkan giliran, peserta dapat kembali ke posisi semula.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 15


16 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm
MODUL 2 : MEMULAI PATBM

Unit 2.1. Satuan Langkah Memulai PATBM

Tujuan
1. Peserta memahami langkah kegiatan dalam memulai PATBM di masyarakat desa dan kelurahan.

2. Peserta dapat mengidentifikasi dan memetakan kebutuhan untuk membentuk PATBM.

3. Peserta dapat mengidentifikasi kasus kekerasan kepada anak dan membuat rencana tindaklanjut
untuk mengurangi ataupun menghentikan kasus kekerasan kepada anak.

4. Peserta dapat mengindentifikasi bentuk kegiatan PATBM dan melaksanakannya.

5. Memberikan ruang kepada peserta untuk memiliki rencana kerja untuk memulai PATBM di desa atau
kelurahan.

Peralatan :
LCD, Layar LCD, Kertas plano, metaplan, gunting, lem, spidol dan majalah bekas.

Waktu :
3 Sesi untuk 35 peserta, 135 menit

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 17


Membentuk PATBM
Langkah-langkah:

1) Fasilitator membuka sesi dan memberikan pengantar PATBM secara singkat.

2) Fasilitator meminta dua hingga tiga peserta diminta untuk menggambarkan pengalaman di
sekitarnya tentang kasus kekerasan kepada anak dan bagaimana peran masyarat jika kekerasan
terjadi di sekitarnya.

3) Fasilitator mengidentifikasi dan memetakan permasalahan-permasalahan kekerasan kepada anak


berdasarkan pengalaman peserta dan mendiskusikannya.

4) Fasilitator memberikan ulasan tentang : masalah-masalah yang dialami oleh anak di daerah, di
sekolah atau di tempat bermain.

5) Fasilitator menegaskan adanya permasalahan anak dan dialami di sekitar kita dan membutuhkan
bantuan atau upaya bersama dari masyarakat.

6) Fasilitator mengkaitkan dengan penjelasan tujuan PATBM kenapa penting diketahui dalam
menanggapi kekerasan kepada anak.

7) Fasilitator membagi peserta dalam 3 kelompok dan meminta peserta untuk mendiskusikan tugas
kelompok sesuai lembar soal diskusi. Masing-masing kelompok mengerjakan studi kasus.

8) Fasilitator membagikan plano, spidol besar dan berilah waktu untuk berdiskusi kelompok selama 15
menit.

9) Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi kelompok. Setiap anggota kelompok mempresentasikan


hasil penugasan kelompok bergantian.

10) Setiap kelompok mendapatkan waktu 5 menit termasuk untuk klarifikasi atau menjawab pertanyaan
dari peserta lainnya.

11) Peserta diminta untuk menyimpulkan hasil diskusi dalam kelompok besar, fasilitator menulis dalam
plano dan kemudian dari hasil kesimpulan menegaskan pentingnya membentuk PATBM di setiap
daerah.

18 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


Catatan Untuk Fasilitator :
• Fasilitator memberikan contoh bagaimana PATBM yang sudah bekerja di daerah dan respon dari
masyarakat.

• Fasilitator dapat menyampaikan berita tentang PATBM melalui liputan berita di media cetak, di
media elektronik, informasi PATBM di Youtobe dan bahkan langsung dari wilayah PATBM yang telah
berkembang.

• Mintalah peserta untuk memberikan pendapatnya tentang PATBM dari berita perkembangan PATBM
yang telah disampaikan oleh fasilitator.

Unit 2.2. Lembar Kerja Memulai PATBM

Penugasan Kelompok

Contoh Kasus, adaptasi dari liputan berita :

Kasus Kekerasan Anak Di Kelurahan A


Kasus kekerasan anak di kelurahan A mengalami peningkatan sepanjang 2016. Kecamatan A
menjadi wilayah yang paling banyak terjadi kekerasan terhadap anak baik laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan data kelurahan A sepanjang 2016 terdapat 69 kasus kekerasan terhadap anak di
kelurahan A. Jumlah ini meningkat ketimbang tahun sebelumnya sebanyak 48 kasus. Sementara,
jumlah kasus kekerasan perempuan dan anak di kelurahan A yang didampingi tim PATBM mencapai
30 aduan pada 2016. “Dari total angka itu, sekitar 5 aduan di antaranya berujung di meja hijau dan
1 pelaku masuk penjara” ujar Ibu TK, Lurah di kelurahan A, Selasa, 1 Agustus 2017. Ia menuturkan,
peningkatan angka kekerasan karena pergeseran makna kekerasan di masyarakat. Sebelumnya,
kekerasan hanya dimaknai secara fisik. Saat ini, masyarakat di 4 RW sudah menyadari tindakan
makian dan bentakan termasuk bentuk kekerasan. Ibu TK menyebutkan jenis kekerasan yang terjadi
di kelurahan A berbeda-beda tergantung RT/RW yang dekat dengan terminal atau perkampungan.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 19


Di wilayah yang dekat terminal banyak terjadi kekerasan fisik, sementara di perkampungan miskin
RT/RW perkawinan anak. Ia juga berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya kasus
kekerasan terhadap anak secara kekeluargaan. Walaupun ragu apakah cara kekeluargaan dengan
memaafkan pelaku adalah model intervensi penanganan yang tepat, Ibu TK pernah mendengar
PATBM dari kecamatan yang lain. Namun ibu TK belum pernah tahu bagaimana bentuk intevensi
dilaksanakan. Masyarakat di tingkat RT, RW hingga kelurahan dan kecamatan hingga provinsi dan
nasional menjadi sangat penting menurutnya. “Anak-anak bisa menyelesaikan masalahnya secara
lebih dialektis, tidak harus berujung pada kekerasan,” ucapnya. Untuk meningkatkan keterlibatan
masyarakat dalam pencegahan dan ikut mengendalikan laju kekerasan dimulai dari rumah tangga
menjadi tantangan sendiri yang dialami Ibu TK beserta jajarannya di kelurahan A.

Pertanyaan Panduan Diskusi.


Kelompok Satu :
1. Sebutkan situasi kekerasan anak yang terjadi di kelurahan A?
2. Apakah perlu membentuk PATBM? Jika perlu, apakah tujuan PATBM dibentuk?

Kelompok Dua :
1. Bagaimana berbicara dengan perangkat desa/kelurahan tentang ide pembentukkan PATBM ?
2. Siapa di desa/kelurahan yang perlu diajak lebih dahulu dalam diskusi PATBM? Dan kenapa terpilih
untuk terlebih dahulu diajak diskusi?

Kelompok Tiga :
1. Apa sumbangan PATBM bagi perlindungan anak secara umum?
2. Hal-hal apa sajang yang perlu disosialisasikan dalam membentuk PATBM?

20 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


Unit 2.3. Lembar Bacaan Memulai PATBM

Apa itu PATBM?


Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Kekerasan terhadap Anak
adalah segala perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, psikis, seksual, dan atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan
termasuk eksploitasi ekonomi, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum. Terpadu adalah
pemahaman tentang kesatuan semua aspek dan komponen kegiatan perlindungan anak yang dilakukan
oleh berbagai unsur masyarakat dengan mensinergikan berbagai sumber tersedia (secara terkoordinasi).
Konsep Terpadu juga mengandung makna mendayagunakan berbagai sumber daya secara optimal,
termasuk melibatkan berbagai unsur masyarakat, mensinergikan dukungan sumber daya masyarakat,
pemerintah, dan dunia usaha. Berbasis Masyarakat yaitu merupakan upaya yang memberdayakan
kapasitas masyarakat untuk dapat mengenali, menelaah, dan mengambil inisiatif dalam mencegah
dan memecahkan permasalahan yang ada secara mandiri. Masyarakat yang dimaksud dalam konteks
gerakan ini adalah komunitas (kelompok orang yang saling berinteraksi) yang tinggal di suatu batas-
batas administrasi pemerintahan yang paling kecil, yaitu desa/kelurahan

Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) adalah sebuah gerakan dari jaringan atau
kelompok warga pada tingkat masyarakat yang bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan
perlindungan anak. PATBM merupakan inisiatif masyarakat sebagai ujung tombak untuk melakukan
upaya-upaya pencegahan dengan membangun kesadaran masyarakat agar terjadi perubahan
pemahaman, sikap dan prilaku yang memberikan perlindungan kepada anak.

Siapa Sasaran PATBM?


Sasaran utama yang akan dilindungi adalah anak. Untuk mewujudkan perlindungan anak. Namun
demikian, sesuai dengan konteks kegiatan PATBM, maka sasaran kegiatan-kegiatan PATBM adalah anak,
orang tua, keluarga, masyarakat, dunia usaha dan media yang ada di wilayah PATBM dilaksanakan.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 21


Bagaimana Lingkup Kegiatannya?
1. Tingkat anak-anak: kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan anak melindungi hak-
haknya termasuk melindungi dari kekerasan yang terjadi.

2. Tingkat Keluarga: kegiatan ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam
mengasuh anak sesuai dengan perkembangan usia dan hak-hak anak dan menguatkan pelaksanaan
fungsi keluarga seperti membangun komunikasi dan keharmonisan keluarga.

3. Tingkat Komunitas atau masyarakat desa: Kegiatan ini diarahkan untuk membangun dan memperkuat
sebuah norma anti kekerasan kepada anak yang ada di dalam masyarakat tersebut.

Apa Tujuan PATBM?


1. Mencegah Kekerasan Terhadap Anak
Beberapa tujuan antara untuk mencapai tujuan tersebut adalah:
a) Norma-norma positif tentang anti kekerasan tersosialisasikan, diterapkan dan ditegakkan serta
mengubah norma atau pemahaman norma yang tidak mendukung anti kekerasan.

b) Terbangunnya sistem dukungan dan pengendalian pada tingkat komunitas dan keluarga untuk
mewujudkan pengasuhan yang mendukung relasi yang aman untuk mencegah kekerasan

c) Meningkatnya keterampilan hidup dan ketahanan diri anak dalam mencegah kekerasan

2. Menanggapi kekerasan
Terbangunnya mekanisme yang efektif untuk mengidentifikasi/mendeteksi, menolong, dan melindungi
anak-anak yang menjadi korban kekerasan termasuk untuk mencapai keadilan bagi korban dan pelaku
Anak. Beberapa tujuan antara untuk mencapai tujuan tersebut adalah:
a) Ada kemampuan masyarakat untuk mendeteksi dini anak-anak yang rentan mendapatkan
kekerasan dan anak-anak yang telah menjadi korban kekerasan.

b) Tersedia layanan untuk menerima laporan dan membantu agar anak korban segera mendapatkan
pertolongan yang diperlukan yang mudah dan aman diakses oleh korban atau keluarga korban.
Atau pelapor lainnya.

c) Terbangunnya jejaring kerja dengan berbagai lembaga pelayanan yang berkualitas dan mudah
dijangkau untuk mengatasi korban maupun pelaku, dan menangani anak dalam risiko.

22 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


Komponen PATBM
Pertama, komponen pengorganisasian/tatakelola gerakan PATBM di tingkat desa/kelurahan dan
pengorganisasian dukungan dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.

Kedua, komponen teknis yang berupa perubahan-perubahan yang diharapakan pada tingkat masyarakat,
keluarga, orang tua, dan anak.

Untuk Diketahui :
Pengetahuan tentang Kebijakan Perlindungan Anak dan Kerangka Hukum Tentang Perlindungan
Anak
Landasan hukum internasional terkait dengan perlindungan anak yaitu Konvensi tentang Hak-hak Anak
yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada Tanggal 20 Nopember 1989 dan
telah diratifikasi melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah
menyatakan bahwa:

a. Anak-anak berhak atas pengasuhannya dan bantuan khusus.

b. Meyakini bahwa keluarga, sebagai kelompok dasar masyarakat dan lingkungan alamiah bagi
pertumbuhan dan kesejahteraan semua anggotanya dan terutama anak-anak, harus diberikan
perlindungan dan bantuan yang diperlukan sedemikian rupa sehingga dapat dengan sepenuhnya
memikul tanggung jawabnya di dalam masyarakat.

c. Mengakui bahwa anak, untuk perkembangan kepribadiannya sepenuhnya yang penuh dan serasi,
harus tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarganya dalam suasana kebahagiaan, cinta dan
pengertian.

d. Mempertimbangkan bahwa anak harus dipersiapkan seutuhmya untuk hidup dalam suatu kehidupan
individu dan masyarakat, dan dibesarkan semangat cita-cita yang dinyatakan dalam Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan terutama dalam semangat perdamaian, kehormatan, tenggang
rasa, kebebasan, persamaan dan solidaritas.

e. Mengingat bahwa kebutuhan untuk memberikan pengasuhan khusus kepada anak, telah dinyatakan
dalam Deklarasi Jenewa mengenai Hak-hak Anak tahun 1924 dan dalam Deklarasi Hak-hak Anak yang
disetujui oleh Majelis Umum pada tanggal 20 November 1959 dan diakui dalam Deklarasi Universal
tentang Hak-hak Asasi Manusia, dalam Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 23


(terutama dalam pasal 23 dan pasal 24), dalam Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya (terutama pasal 10) dan dalam statuta-statuta dan instrumen-instrumen yang
relevan dari badan-badan khusus dan organisasi-organisasi internasional yang memperhatikan
kesejahteraan anak.

f. Mengingat bahwa seperti yang ditunjuk dalam Deklarasi mengenai Hak-hak Anak, “anak karena
alasan ketidakdewasaan fisik dan jiwanya, membutuhkan perlindungan dan pengasuhan khusus,
termasuk perlindungan hukum yang tepat, baik sebelum dan juga sesudah kelahiran”.

g. Mengingat ketentuan-ketentuan Deklarasi tentang Prinsip-prinsip Sosial dan Hukum yang berkenaan
dengan Perlindungan dan Kesejahteraan Anak, dengan Referensi Khusus untuk Meningkatkan
Penempatan dan Pemakaian Secara Nasional dan Internasional; Aturan Standard Minimum Perserikatan
Bangsa-Bangsa, untuk administrasi Peradilan Remaja (Aturan-aturan Beijing); dan Deklarasi tentang
Perlindungan Wanita dan Anak-anak dalam Keadaan Darurat dan Konflik Bersenjata.

h. Mengakui pentingnya kerjasama internasional untuk memperbaiki penghidupan anak-anak di setiap


negara, terutama di negara-negara sedang berkembang.

Kerangka Hukum Tentang Perlindungan Anak


1. Deklarasi Universal HAM, Tahun 1948

2. Undang-Undang No.7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Perempuan (Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination Against Women)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembar Negara Republik
Indonesia Nomor 3277);

3. Undang- Undang No 11 Tahun 2005 Tentang Ratifikasi The International Covenant On Economic,
Social and Cultural Rights, 1996.

4. Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 Tentang Ratifikasi Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 Tentang
Ratifikasi The International Covenant on Civil and Political Rights, 1996.

5. Keppres No. 36 Tahun 2009 Tentang Ratifikasi Konvensi Hak-Hak Anak.

6. Undang-Undang No 14 Tahun 2009 Tentang Ratifikasi Protocol to Prevent, Suppres adn Punish
Trafficking in Persons, especially women and Children, sumplementing the united nations conventions
against transnasional organized crime, 2000.

24 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga;

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia;

9. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang;

10. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terkait
pemidanaan terhadap pornografi anak;

11. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi.

12. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak;

13. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrai Kependudukan;

14. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban;

15. Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang tentang Perubahan Undang undang No.23 tentang
Perlindungan Anak;

16. Undang-Undang No 17 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang No 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 25


26 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm
MODUL 3 : MERENCANAKAN PATBM

Unit 3.1. Satuan Langkah Merencanakan PATBM

Tujuan
1. Peserta mampu memahami konsep PATBM di masyarakat desa dan kelurahan.

2. Peserta mampu memahami dan menyadari pentingnya merencanakan PATBM.

3. Peserta akan termotivasi untuk merencanakan PATBM dan aktif dalam PATBM.

4. Peserta dapat mengindentifikasi siapa saja di desa atau kelurahan yang dapat terlibat dalam PATBM.

5. Memberikan ruang kepada peserta untuk memiliki scenario dalam menjangkau ke perangkat desa
atau kelurahan dan pada akhirnya ke masyarakat.

Peralatan :
LCD, Layar LCD, Kertas plano, metaplan, gunting, lem, solatip, dan spidol.

Waktu :
3 Sesi untuk 35 peserta, 135 menit

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 27


Membentuk PATBM
Langkah-langkah:

1) Fasilitator membuka sesi dengan salam memberikan pengantar tentang PATBM yang telah dibahas
sebelumnya.

2) Untuk memulai pembahasan materi ini fasilitator mengajak peserta untuk curah pendapat tentang
pentingnya sebuah perencanaan kegiatan. Kenapa penting dan kenapa tidak penting.

3) Bagikan kertas metaplan dan spidol dibagikan kepada seluruh peserta. Kemudian fasilitator meminta
peserta untuk menuliskan permasalahan atau hambatan yang mereka hadapi dalam sebuah
perencanaan kegiatan PATBM di masyarakat.

4) Setelah seluruh peserta selesai menuliskan permasalahan perencanaan dalam metaplan, fasilitator
akan meletetakan plano berisi kategori masalah perencanaan yang terdiri dari empat lajur dan
beberapa kolom yaitu pendanaan, mobilisasi sumber daya, dan kegiatan dalam plano ditengah-
tengah.

5) Fasilitator meminta peserta bergilir membacakan pendapat yang telah tertuang dalam metaplan
dan diatur sesuai kategori. Setelah melakukan kategori, fasilitator menempelkan hasil dan masuk ke
dalam diskusi dengan bagaimana aktivis desa/kelurahan dapat menghadapi permasalah tersebut?

6) Bagaimana peserta menguraikan atau mencari jalan keluar dari permasalahan perencanaan tersebut
? Untuk diskusi lebih dalam, fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok dari desa/kelurahan
dan menguraikan atau mencari jalan keluar dari permasalahan perencanaan sesuai 3 kategori yaitu
pendanaan, mobilisasi sumber daya, dan kegiatan sesuai kondisi daerahnya masing-masing. Beri
waktu 15 menit untuk berdiskusi. Setiap kelompok berdasarkan desa/kelurahan dapat memilih 1
sampai 3 tantangan perencanaan yang dianggap paling berat, atau paling menarik atau paling
menjadi prioritas untuk dicari jalan keluar. Fasilitator memperlihatkan daftar yang berisi tentang
uraian jalan keluar dalam menghadapi tantangan perencanaan PATBM.

7) Setelah diskusi kelompok selesai, fasilitator meminta peserta memilih salah satu dari anggota
kelompok untuk menjadi duta besar desa/kelurahan dan salah satu menjadi sekretaris duta besar.

8) Kemudian hasil diskusi dalam kertas plano dipasang di dinding/tembok/papan dengan urutan
kelompok 1, kelompok dua, kelompok tiga dan kelompok empat. Berilah jarak yang cukup untuk
bergerak dan berpindah para anggota kelompok.

28 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


9) Duta besar dan sektretaris duta besar akan tetap berada dan berjaga dimasing-masing plano
hasil diskusi kelompok. Duta besar akan menjelaskan hasil diskusi kelompok dan sektretaris akan
membantu menjelaskan dan menambahkan informasi jika diperlukan.

10) Setiap kelompok akan bergilir mengunjungi presentasi kelompok lainnya sementara duta besar dan
sektretaris tetap berjaga.

11) Kegiatan berkunjung terdiri dari tiga putaran dan berlangsung 5 menit. Bunyikan tanda jika waktu
berkunjung habis dan minta peserta untuk bergeser.

• Putaran pertama, anggota kelompok satu akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok
dua, kelompok dua akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok tiga, kelompok tiga
akan akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok empat, dan kelompok empat akan
mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok satu.

• Putaran kedua, anggota kelompok satu akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok tiga,
kelompok dua akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok empat, kelompok tiga akan
akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok satu, dan kelompok empat akan mengunjungi
dan bertanya kritis ke kelompok dua.

• Putaran ketiga, anggota kelompok satu akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok empat,
kelompok dua akan mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok satu, kelompok tiga akan akan
mengunjungi dan bertanya kritis ke kelompok dua, dan kelompok empat akan mengunjungi dan
bertanya kritis ke kelompok tiga.

12) Pada saat peserta sedang berdiskusi dan mengemukakan pendapatnya fasilitator mencatat point-
point penting dari pendapat peserta tersebut.

13) Setelah semua rangkaian presentasi selesai serta sudah memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya/berkomentar, kemudian fasilitator menutup sesi.

14) Setelah semua rangkaian diskusi selesai serta sudah memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya / berkomentar. Kemudian fasilitator menutup sesi.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 29


Catatan Untuk Fasilitator :
• Pastikan terbahas dalam diskusi adalah proses merekrut/ memilih aktivis desa/kelurahan.
• Pastikan tahapan memetakan masalah anak di desa/kelurahan yang terjadi.
• Pastikan pengelolaan PATBM dalam kegiatan di desa/kelurahan.
• Bagaimana mengukur keberhasilan kegiatan PATBM

Unit 3.2. Lembar Kerja Merencanakan PATBM


Kategori Merencanakan PATBM

Daftar Hambatan atau masalah dalam merencanakan PATBM


Komponen Yang Mobilisasi Sumber Daya
dibahas Pendanaan Keuangan Kegiatan PATBM
Teknis merekrut dan
memilih aktivis
Teknis menggalang
dana
Pemetaan Masalah

Pengelolaan PATBM

Menentukan

Keberhasilan PATBM

• Fasilitator memindahkan ke dalam kertas plano


• Fasilitator menyiapan metaplan dan memasukkan hasil peserta sesuai kategori
• Jika tidak ditemukan hambatan tetap kosongkan.
• Hambatan bisa lebih dari satu.

30 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


Daftar : Membuat Perencanaan PATBM Sesuai Kondisi Kelurahan/Desa.
Komponen Rencana Pemecahan Perencanaan Lebih Keberhasilan yang
Hambatan Lanjut dapat dilihat
Mobilisasi Sumber
Daya: Keuangan

Mobilisasi Sumber
Daya: Dana

Kegiatan PATBM

Unit 3.3. Lembar Bacaan Merencanakan PATBM


Pemahaman tentang konsep, strategi dan latar belakang mengapa program PATBM dilaksanakan
menjadi informasi penting yang harus di sampaikan untuk menunjukkan kebutuhan perlindungan anak
berbasis masyarakat dalam konteks perlindungan anak secara umum. Pembahasan tentang persiapan
dan perencanaan akan memberi pemahaman kepada pelaksana PATBM untuk memahami secara detail
hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan PATBM. Selain itu, materi ini disampaikan untuk
menjawab bahwa program yang dijalankan telah dilakukan kajian mendalam. Hasil kajian yang dilakukan
menunjukkan bahwa telah banyak yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan
berbagai program perlindungan anak. Kasus-kasus terbaik dari pengalaman kajian diberbagai daerah
sudah selayaknya dapat di replikasi secara lebih luas di daerah-daerah lain, supaya daerah tersebut
mencapai tingkat keberhasilan yang baik dalam program perlindungan anak.

Definisi
Pada dasarnya model PATBM yang dikembangkan mengacu pada keterpaduan berbagai layanan yang
sesuai dengan tingkat umur dan kebutuhan anak baik secara sosial, psikis, kesehatan dan keamanan
dengan mempertimbangkan keterlibatan yang bermakna dari anak, keluarga, masyarakat serta pemerintah

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 31


daerah. Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) adalah sebuah gerakkan yang terdiri
dari jaringan atau kelompok warga pada tingkat masyarakat yang bekerja secara terkoordinasi untuk
mencapai tujuan perlindungan Anak. PATBM merupakan inisiatif masyarakat sebagai ujung tombak
untuk melakukan upaya-upaya pencegahan dengan membangun kesadaran masyarakat agar terjadi
perobahan pemahaman, sikap dan prilaku yang memberikan Perlindungan kepada Anak.

Dasar Hukum
Dasar Hukum adalah tata aturan yang mengatur kewajiban negara terhadap warga negaranya termasuk
Anak. Dasar Hukum Perlindungan Anak tertuang dalam KHA, UU No.23 Tahun 2002 dan UU No.35 tahun
2014, terutama pasal 72 UU No.35 Undang-Undang No 17 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Undang-
Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mempertegas peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan perlindungan Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan dengan cara:

• memberikan informasi melalui sosialisasi dan edukasi mengenai Hak Anak dan peraturan perundang-
undangan tentang Anak;

• memberikan masukan dalam perumusan kebijakan yang terkait Perlindungan Anak;

• melaporkan kepada pihak berwenang jika terjadi pelanggaran Hak Anak;

• berperan aktif dalam proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi Anak;

• melakukan pemantauan, pengawasan dan ikut bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan


Perlindungan Anak;

• menyediakan sarana dan prasarana serta menciptakan suasana kondusif untuk tumbuh kembang
Anak;

• berperan aktif dengan menghilangkan pelabelan negatif terhadap Anak korban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59; dan memberikan ruang kepada Anak untuk dapat berpartisipasi dan
menyampaikan pendapat

32 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


Maksud dan Tujuan
Pengembangan PATBM bermaksud menguatkan kapasitas masyarakat untuk mencegah dan menyelesaikan
masalah kekerasan pada anak yang terjadi di masyarakat dan bagaimana penerapan perlindungan Anak.
Mengacu dari UU 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak ini maka tujuan dari PATBM secara umum
adalah menurunkan angka kekerasan pada anak dalam bentuk apapun (fisik, emosional, dan seksual).

Sementara itu tujuan khusus dari PATBM adalah sebagai berikut:

• Mencegah kekerasan terhadap anak - termasuk segala tindakan yang dilakukan untuk mencegah
kekerasan terhadap anak : Mengubah norma sosial dan praktik budaya yang menerima, membenarkan
atau mengabaikan kekerasan ; Membangun sistem pada tingkat komunitas dan keluarga untuk
pengasuhan yang mendukung relasi yang aman untuk mencegah kekerasan (peer to peer approach);
Meningkatkan keterampilan hidup dan ketahanan diri anak dalam mencegah kekerasan

• Menanggapi kekerasan - yang mengacu pada langkah-langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi,
menolong, dan melindungi anak-anak yang menjadi korban kekerasan termasuk akses terhadap
keadilan bagi korban dan pelaku ; Melakukan jejaring (termasuk advokasi) dengan layanan pendukung
yang terjangkau dan berkualitas untuk korban, pelaku, dan anak dalam risiko

Sasaran
Sasaran Kegiatan PATBM adalah Anak, orang tua, keluarga dan masyarakat yang ada di wilayah PATBM
dilaksanakan.

Prinsip Pelaksanaan
Prinsip layanan yang diberikan adalah:
1. Memberikan perlindungan kepada semua anak tanpa adanya perbedaan (non Diskriminasi)
2. Peduli terhadap kepentingan anak
3. Bertanggungjawab, tulus dan bekerja secara sukarela dalam mendukung perlindungan anak.
4. Memastikan hak hidup anak dihargai dan dilindungi dalam perkembangan dan kehidupan
bermasyarakat.
5. Kelangsungan Hidup dan perkembangan Anak

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 33


6. Bisa Bekerjasama dengan anak dan mendukung partisipasi anak.
7. Membangun sinergitas dengan lembaga desa, perangkat desa dan mitra masyarakat lainnya.
8. Memperkuat struktur perlindungan anak yang telah ada di masyarakat.

Ruang Lingkup Kegiatan PATBM


Kegiatan PATBM pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilaksanakan di tingkat desa atau kalurahan.
Dalam situasi di perkotaan dimana kepadatan penduduknya tinggi maka kegiatan ini bisa diturunkan
menjadi kegiatan RW bahkan RW. Sementara dalam situasi di perdesaan dimana penduduk terkelompok
dalam dusun-dusun yang saling berjauhan maka kegiatan ini bisa dilakukan pada tingkat dusun.
Berdasarkan tujuannya maka titik berat dari kegiatan PATBM adalah kegiatan promotif dan pencegahan
untuk menghindari terjadinya kekerasan. Upaya untuk promosi dan pencegahan ini dilakukan dengan
tujuan untuk membangun norma anti kekerasan, memampukan orang tua untuk mengasuh anak yang
jauh dari nilai kekerasan dan memampukan anak untuk bisa melindungi dirinya dari kemungkinan
kekerasan yang terjadi. Oleh karena ini merupakan kegiatan yang terpadu, maka kegiatan PATBM perlu
mengarah juga pada kegiatan yang bersifat pengenalan terhadap terjadinya kekerasan dan upaya untuk
menolong korban kekerasan serta memulihkan korban kekerasan yang terjadi.

Kegiatan PATBM karena bervariasi maka diperlukan jejaring yang membantu PATBM bisa melaksanakan
kegiatannya. Untuk itu kerja sama dengan organisasi desa yang lain seperti PKK, Posyandu, perkumpulan
bapak-bapak atau perkumpulan rema menjadi penting. Sementara itu untuk kegiatan penguatan
kemampuan, PATBM dengan dibantu desa dan SKPD Pemberdayaan Perempuan dan Anak bisa
mengembangkan jejaring yang bersifat teknis dengan SKPD lain atau LSM atau sekolah. Kegiatan yang
dilaksanakan oleh PATBM di desa/kalurahan atau dusun/RW/RT pada hakekatnya mengacu pada tujuan
PATBM yang secara ringkas mencakup kegiatan yang bertingkat yaitu:

• Tingkat anak-anak: kegiatan yang diarahkan untuk memampukan anak melindungi hak-haknya
termasuk melindungi dari kekerasan yang terjadi. Kegiatan ini bisa berupa kegiatan keagamaan,
kegiatan kreatif dan rekreatif, kegiatan pendidikan termasuk juga pengembangan forum anak.

• Tingkat Keluarga: kegiatan ini diarahkan untuk memampukan orang tua dalam mengasuh anak sesuai
dengan perkembangan usia dan hak-hak anak. Kegiatan ini bisa merupakan kegiatan sarasehan orang
tua, berbagi pengalaman pengasuhan di antara orang tua atau peningkatan ketrampilan pengasuhan
anak

34 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


• Tingkat Komunitas atau masyarakat desa: Kegiatan ini diarahkan untuk membangun dan
memperkuat sebuah norma anti kekerasan kepada anak yang ada di dalam masyarakat tersebut.
Kegiatan bisa dilakukan dengan sarasehan dan sosialisasi yang diikuti oleh warga masyarakat atau
mengembangkan kebijakan lokal tentang penguatan perlindungan anak misalnya dengan pengawasan
bermain, pengembangan rumah singgah bagi anak sekolah dan lain-lain.

PATBM bukan merupakan kegiatan perlindungan anak yang baru atau menggantikan kegiatan
perlindungan anak yang sudah ada tetapi diarahkan untuk memperkuat struktur perlindungan anak
lokal yang telah ada. Misalnya sebuah kegiatan perlindungan anak yang ada di suatu desa atau kelurahan
saat ini berfokus pada kegiatan anak-anak, maka kegiatan ini bisa diperkuat dengan mengembangkan
kegiatan untuk orang tua dan masyarakat. Demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, PATBM ini
pada hakekatnya tidak harus menjadi nama sebuah kegiatan atau kelembagaan tetapi lebih merupakan
sebuah gerakan dimana nama kelembagaan dari gerakan ini bisa ditentukan berdasarkan kesepakatan
dari masyarakat yang berpartisipasi. PATBM oleh karena berorientasi kegiatan yang terpadu mulai dari
promosi dan pencegahan, penanganan dan rehabilitasi maka diarahkan untuk membangun sinergitas
dengan (jaringan horisontal) yang berupa lembaga desa - perangkat desa, posyandu, PKK, kader KB,
PATBM desa lain, kelompok bapak-bapak, LSM dan jaringan vertikal yang berupa dukungan SKPD,
rujukan layanan kesehatan primer (puskesmas), P2TP2A, Babinsa, sekolah, KB dan lain-lain.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 35


PATBM karena berorientasi kegiatan yang terpadu mulai dari promosi dan pencegahan, penanganan
dan rehabilitasi maka diarahkan untuk membangun sinergitas dengan (jaringan horisontal) yang berupa
lembaga desa - perangkat desa, lembaga kelurahan-aparat kelurahan posyandu, PKK, kader KB, PATBM
desa lain, kelompok bapak-bapak, LSM dan jaringan vertikal yang berupa dukungan SKPD, rujukan layanan
kesehatan primer (puskesmas), P2TP2A, Babinsa, sekolah, KB dan lain-lain. Upaya untuk mewujudkan
kegiatan-kegiatan perlindungan anak berbasis masyarakat di tingkat komunitas desa/kelurahan atau
dusun/RW/RT tidak hanya dilakukan oleh masyarakat di tingkat komunitas tersebut dengan dukungan
dari pemerintah setempat, tetapi juga melibatkan dukungan dari elemen-elemen masyarakat dan
pemerintah yang lebih luas, dari tingkat daerah kota/kabupaten, provinsi, hingga pusat.

36 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


MODUL 4 : MELAKSANAKAN KEGIATAN PATBM

Unit 4.1. Satuan Langkah Melaksanakan PATBM

Tujuan
1. Peserta mampu memahami pentingnya pelaksanaan PATBM.

2. Peserta mampu memahami dan melaksanakan PATBM.

3. Peserta diharapkan mampu memahami dasar pembagian tugas dari kerja aktivis PATBM

4. Peserta mampu memahami pembagian kerja aktivis PATBM

5. Peserta mampu merumuskan tugas dan kerja aktivis PATBM

6. Peserta menyadari manfaat mobilisasi masyarakat, orangtua dan anak-anak

7. Peserta akan termotifasi untuk lebih terampuil dalam memobilisasi masyarakat, orangtua dan anak-
anak.

8. Peserta dapat memiliki sumber informasi yang dapat dipercaya.

9. Peserta dapat membuat pencatatan dan pelaporan PATBM setiap bulannya.

Peralatan :
• LCD, Layar LCD, Kertas plano, metaplan, gunting, lem, solatip, gambar-gambar dari majalah atau
koran bekas dan spidol.

• Buku pegangan aktivis.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 37


Waktu :
3 Sesi untuk 35 peserta, 135 menit

Sesi Melaksanakan PATBM terdiri dari 5 langkah yang terdiri dari 1) Pembagian kerja aktivis PATBM, 2)
Jadwal kegiatan PATBM, 3) Mobilisasi anak-anak, orangtua dan masyarakat 4) Mencari sumber-sumber
informasi 5) Mencatat dan mendokumentasikan kegiatan.

1 Pembagian Kerja Aktivis PATBM


Langkah-langkah:
1. Fasilitator memulai diskusi ini dengan pembukaan dan dilanjutkan dengan memberikan pengantar
tentang materi yang akan dibahas yakni mengenai pentingnya pembagian kerja didalam PATBM.

2. Pembahasan uraian tugas dan wewenang pengurus disini dalam konteks PATBM yang sederhana
menyesuaikan dengan kondisi di desa/kelurahan, jadi untuk pembahasan awal

3. Untuk memulai pembahasan materi ini fasilitator menawarkan permainan simulasi yaitu dengan
cara
a. setiap peserta secara berurutan mengambil kartu-kartu yang berisi kerja sudah disiapkan
sebelumnya oleh fasilitator atau kertas yang sudah dipotong-potong oleh fasilitator, kemudian
memasukkan kartu-kartu tersebut sesuai dengan nama posisi pengurus serta kategorinya.

b. Setelah peralatan dan perlengkapan simulasi disiapkan, kemudian peserta memulai permainan
simulasi tersebut sampai kartu-kartu yang tersedia habis

4. Selanjutnya fasilitator meminta peserta untuk meneliti dan mengecek kembali apakah kartu uraian
kerja tersebut sudah sesuai dengan posisi pengurusnya.

5. Setelah permainan simulasi selesai, kemudian peserta mendiskusikan uraian tugas dan wewenang
tersebut, dan fasilitator berperan mengarahkan dan mempertajam

6. Untuk mengakhiri proses diskusi fasilitator meminta peserta untuk merangkum dan menyimpulkan
hasilnya.

2) Jadwal Kegiatan PATBM


Langkah-langkah:
1. Fasilitator membuka sesi dengan salam kemudian dilanjutkan dengan memberikan pengantar
tentang pentingnya membuat jadwal dan materi pertemuan untuk masyarakat.

38 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


2. Fasilitator terlebih dahulu meminta pendapat peserta mengenai kegiatan yang dapat dilaksanakan
dalam PATBM dan tulis dalam kertas plano dan sasaran kegiatan.
3. Fasilitator membagi peserta menjadi empat kelompok untuk mendiskusikan penugasan kelompok.
Setiap kelompok akan mendapatkan tugas untuk membuat jadwal kegiatan, persiapan kegiatan,
tema kegiatan, sasaran kegiatan dan surat undangan.
4. Fasilitator memberikan waktu 15 menit agar peserta dapat mendiskusikan di dalam kelompok
sesuai lembar tugas dan mempresentasikan hasil diskusi.
5. Fasilator membagikan kertas plano dan spidol kemudia peserta mulai berdiskusi.
6. Setelah penugasan kelompok selesai, perwakilan peserta dapat mempresentasikan hasil kelompok
secara bergilir.
7. Setelah seluruh kelompok selesai mempresentasikan, fasilitator kemudian memberikan tanggapan
atas hasil penugasan kelompok.
8. Setelah proses diskusi selesai, fasilitator menutup sesi.

3) Mobilisasi Anak-anak, Orangtua dan Masyarakat


Langkah-langkah:
1. Untuk memulai diskusi mengenai mobilisasi anak-anak, orangtua dan masyarakat, fasilitator
mengajak peserta melihat hasil diskusi membuat jadwal.
2. Dari hasil diskusi membuat jadwal kemudian fasilitator dan peserta mencermati dan
mengkategorikan kegiatan mobilisasi untuk anak-anak, orangtua dan masyakat.
3. Fasilitator membagi peserta menjadi tiga kelompok berdasarkan target mobilisasi.
4. Fasilator membagikan kertas plano dan spidol kemudia peserta mulai berdiskusi sesuai petunjuk
lembar tugas selama 15 menit.
5. Setelah penugasan kelompok selesai, perwakilan peserta dapat mempresentasikan hasil kelompok
secara bergilir.
6. Setelah seluruh kelompok selesai mempresentasikan, fasilitator kemudian memberikan tanggapan
atas hasil penugasan kelompok.
7. Setelah proses diskusi selesai, fasilitator menutup sesi.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 39


Catatan penting

Partisipasi anak-anak, orangtua dan masyarakat merupakan upaya yang efektif dalam memobilisasi
sumber daya PATBM dan mengorganisir serta meningkatan energi dan kreatifitas mereka dalam
menghadapi setiap permasalahan kekerasan, pencegahan dan pendidikan untuk menghindari
kekerasan, dan pendampingan atas kasus kekerasan.

Mobilisasi anak-anak, orangtua dan masyarakat akan memudahkan dalam mengidentifikasi


persoalan dan menganalisis kebutuhan PATBM serta membantu dalam menyusun rencana untuk
mengatasi permasalahan dan memenuhi kebutuhan dalam pelaksanaan PATBM.

Mobilisasi akan memberikan legitimasi, meningkatkan komitmen serta menjamin keberlangsungan


terhadap aktifitas-aktifitas yang mereka lakukan untuk perubahan social dan gerakkan PATBM.

Partisipasi dan diperkuat dalam mobilisasi merupakan rangkaian kesatuan yang bervariasi mulai
dari tingkat partisipasi yang tinggi dalam PATBM hingga partisipasi sebagai penonton kegiatan.

4) Mencari Sumber-sumber Informasi


Langkah-langkah:
1. Fasilitator membagi peserta berdasarkan kelurahan atau desa.

2. Fasilitator meminta peserta di dalam kelompok untuk membuat daftar informasi yang dibutuhkan
dan dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan PATBM.

3. Peserta menyusun daftar kebutuhan informasi, syarat menerima dan mendapatkan informasi serta
sasaran penerima informasi berdasarkan desa atau kelurahan.

4. Fasilitator meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil kelompok dan pembahasan


kelompok.

5. Fasilitator mengarisbawahi benang merah pentingnya informasi, perlengkapan dan pergerakan


sebagai komitmen dalam pelaksanaan PATBM.

40 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


5) Mencatat dan Mendokumentasikan Kegiatan
Langkah-langkah:
1. Fasilitator menyampaikan materi bahwa mencatat dan mendokumentasikan kegiatan merupakan
hal penting dalam Monitoring dan Evaluasi Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat
(PATBM)

2. Fasilitator bertanya dan curah pendapat kepada peserta, bagaimana para aktivis melakukan
pencatatan dan pendokumentasian kegiatan.

3. Peserta masuk ke dalam tugas individual dan praktek pencatatan dan pendokumentasian kegiatan
PATBM.

4. Fasilitator meminta setiap peserta untuk mendiskusikan hasil penugasan ke teman sebelahnya.

5. Fasilitator mengarisbawahi benang merah pentingnya pencatatan dan mendokumentasikan


kegiatan PATBM.

6. Setelah seluruh kelompok selesai mempresentasikan, fasilitator kemudian memberikan tanggapan


atas hasil penugasan kelompok.

7. Setelah proses diskusi selesai, fasilitator menutup keseluruhan sesi.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 41


Unit 4.2. Lembar Kerja Melaksanakan PATBM
1) Pembagian Kerja Aktivis PATBM
Lembar Kerja Aktivis PATBM
Boleh ditambahkan posisi dan kerja aktivis lainnya.

Ketua Aktivis Mengkoordinasikan tugas-tugas organisasi secara keseluruhan kepada seluruh


anggota aktivis PATBM.
…..

Sekretaris Mencatat hasil-hasil rapat PATBM dan merangkum keseluruhan notulen kegiatan.
Aktivis ……..

Bendahara Bertanggungjawab membuat rencana keuangan kegiatan-kegiatan PATBM


Aktivis ………

Bidang Membuat jadwal kegiatan dan materi penyuluhan


Penyuluhan ……..

Peserta juga dapat memasukkan kerja-kerja aktivis PATBM berikut ini ke dalam daftar atau metaplan/
kartu yang telah dipersiapkan oleh fasilitator :

1) Membangun kekompakan dan mengutkan kemampuan Tim PATBM dalam pengeloaan program,
dan fasilitasi kegiatan intervensi

2) Bersama dengan Kepala Desa/Lurah dan/atau fasilitaator memperluas sosialisasi tentang PATBM dan
menggerakan partisipasi warga untuk ikut menjadi relawan dalam kegiatan ini, serta menggalang
dukungan (material maupun non material termasuk sumbangan pemikiran) untuk pelaksanaan
kegiatan-kegiatan PATBM.

3) Menyepakati dan melaksanakan pertemuan rutin Tim PATBM sebagi media untuk berdiskusi,
merumuskan kegiatan dan media untuk memberikan pelayanan.

42 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


4) Menyusun dan memutahirkan data anak secara terpilah di desa/kelurahan, mengidentifikasi
dan memetakan kerawanan maupun pemasalahan anak, terutama masalah kekerasan terhadap
anak, lembaga/organisasi sumber pelayanan anak dan keluarga; mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan pendataan berkenaan dengan anak dan perlindungan anak.

5) Melakukan analisis data situasi anak untuk menilai kebutuhan intervensi bagi masyarakat dan
pemerintah setempat, kelarga-keluarga/orangtua, anak-anak

6) Menyusun rencana kegiatan-kegiatan intervensi yang sesuai dengan hasil analisis dan pertimbangan
ketersedian dukungan sumber daya, termasuk dana. Buku pegangan intervesi dapat dijadikan
dasar untuk memilih kemungkinan kegiatan disesuaikan dengan analisis situasi, kerawanan,
permasalahan, dan potensi atau sumber yang tersebus

7) Melaksanakan rencana kegiatan dan membuat notulensi/dokumentasi setiap kegiatan

8) Menerima laporan, menjangkau kasus kekerasan terhadap anak, mendampingi anak untuk
mendapatkan pelayanan yang tepat dalam penanganan kasus.

9) Melaksanakan monitoring dan evaluasi, serta menyusun rencana tindak lanjut

10)Menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan secara berkala. Laporan disampaikan kepada
masyarakat sebagai pemanfaat layanan dan pemberi dukungan, serta kepada para ahli lainnya

2) Jadwal Kegiatan PATBM


Lembar Kerja Menyusun Jadwal Kegiatan
Setiap kelompok akan mendapatkan tugas untuk membuat jadwal kegiatan, persiapan kegiatan,
tema kegiatan, sasaran kegiatan dan surat undangan.
Fasilitator membagikan lembar tugas, plano dan spidol besar.

Kelompok Pertama
Desa BK memdapatkan bantuan dana kampanye PATBM dari sebuah perusahaan minuman di desanya.
Nilai bantuan dari perusahaan adalah 60 juta rupiah. Aktivisa PATBM diminta untuk mengembangkan
sebuah jadwal kegiatan untuk pendidikan kepada anak-anak usia 10 – 15 tahun di desa tersebut.
Buatlah jadwal kegiatan pendidikan kreatif anak selama dua minggu disertai dengan tema Pendidikan
kreatif dan jumlah anak yang akan terlibat dalam kegiatan tersebut.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 43


Kelompok Kedua
Aktivis PATBM bekerjasama dengan Sekolah Menengah Kejuruan di Kelurahan Halim. Kepala sekolah
meminta aktivis PATBM dari kelurahan halim untuk mengisi kegiatan pelatihan PABTM untuk anak
sekolah menengah kejuruan selama 2 hari. Buatlah jadwal pelatihan PATBM untuk siswa SMK selama
dua hari beserta tema PATBM yang akan diberikan selama pelatihan.

Kelompok Ketiga
KPPPA memberikan bantuan kampanye ke Desa Tonu senilai 20 juta. Aktivis PATBM Desa Tonu diminta
untuk menyusun jadwal kegiatan yang menunjung pelaksanaan PATBM. Kegiatan ini harus melibatkan
seluruh warga dan pihak-pihak terkait di Desa Tonu seperti toga dan toma. Aktivis berunding dan
menyusun jadwal kampanye kegiatan PATBM untuk 3 hari.

Kelompok Keempat
Forum anak di kelurahan Madya berniat akan membuat kegiatan kampanye perlindungan anak bagi
bapak-bapak di kelurahan Madya. Dana untuk kampanye yang melibatkan bapak-bapak di kelurahan
Madya senilai 30 juta dan berasal dari bantuan tokoh ada di kelurahan Madya. Buatlah jadwal
kegiatan, tema dan jumlah perserta yang akan mengikuti kegiatan kampanye perlindungan anak-
anak di kelurahan Madya.

3) Mobilisasi Anak-anak, Orangtua dan Masyarakat


Fasilitator membagikan lembar tugas, plano dan spidol besar

Tuliskan dalam kolom berikut ini strategi dan langkah-langkah mobilisasi yang melibatkan Anak-anak,
Orangtua dan Masyarakat.

Kolom dapat ditambahkan jika diperlukan.

Komponen Anak-anak Orangtua Masyarakat


Strategi yang dipilih

Langkah-langkah
mobilisasi

44 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


4) Mencari Sumber-sumber Informasi
Fasilitator membagikan lembar tugas, plano dan spidol besar.

Tuliskan dalam kolom berikut ini daftar kebutuhan mendapatkan sumber informasi dan kegunaan
sumber informasi.

Kosongkan jika belum ada informasi.

Jenis Informasi Sasaran Informasi Bentuk Informasi Asal Informasi


Pendidikan Orangtua yang masih Penyuluhan dan Narasumber : Aktivis
memiliki anak usia 10 pembagian buku PATBM
- Pola Asuh tahun ke bawah tentang pola asuh.
25 Buku pola asuh dari
donator desa.

…………………… ……………………… ……………………. ………………….

5) Mencatat dan Mendokumentasikan Kegiatan


Fasilitator membagikan lembar tugas, kertas HVS dan pena.
Jawablah pertanyaan berikut ini!

1. Sebutkan 5 hal penting dalam pencatatan dan pendokumentasian kegiatan PATBM.

2. Apa saja tantangan dalam pendokumentasian kasus?

3. Mintalah beberapa peserta secara sukarela menjawab pertanyaan no 1 dan no 2

4. Buatlah contoh lembar pencatatan beberapa kegiatan PATBM yang berlangsung di desa atau
kelurahan dimana PATBM terlaksana.

5. Peserta dapat berkreasi dalam pencatatan dan pendokumentasian.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 45


Unit 4.3. Lembar Bacaaan Melaksanakan PATBM

Pembagian Kerja Aktivis PATBM


Pembagian kerja aktivis PATBM terletak pada fungsi melaksanakan pengorganisasian PATBM yang
merupakan tahapan yang sangat penting untuk membangun gerakan yang efektif dan berkelanjutan.
Untuk itu, dalam pengorganisasiannya beberapa komponen yang harus dipersiapkan terlebih dahulu
dan dilaksanakan sepanjang pelaksanaan kegiatan PATBM adalah sebagai berikut: 1) Regulasi dan
manajemen 2) Pembiayaan 3) Pengelolaan Sumber Daya Manusia 4) Pengelolaan Informasi 5) Logistik
dan Perlengkapan dan 6) Penggerakan Partisipasi Masyarakat. Dengan melaksanakan fungsi penggerakan
yang mempertimbangkan 6 komponen tersebut, diharapkan kegiatan PATBM akan berjalan dengan
terencana dengan dukungan sumber daya yang ada di desa untuk menjamin pelaksanaan yang lancar
dan berkelanjutan serta bisa dimanfaatkan oleh anak-anak, keluarga dan masyarakat itu sendiri.

Efektivitas pelaksanaan PTBM antara lain ditentukan oleh pengorganisasian yang mengatur secara jelas
tugas-tugas atau mandat para pihak serta dukungan regulasi yang memberi kekuatan hukum bagi
penyelenggaraan kegiatan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan PATBM perlu diupayakan pengembangan
atau optimalisasi regulasi dan pengembangan tata kelola organisasi di berbagai tingkatan tersebut.

Semua komponen pengelolaan tersebut berlangsung di tingkat pusat, provinsi, dan kota/kabupaten
dalam rangka persiapan dan pemberian dukungan untuk pengembangan PATBM, serta di tingkat desa/
kelurahan/RW/RT dalam rangka persiapan operasional dan pelaksanaan PATBM.

46 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


Fokus pada Regulasi dan Tata Kelola Organisasi di Tingkat Desa/Kelurahan
Dalam sistem pemerintahan di Indonesia, wilayah administrasi pemerintahan terendah adalah desa/
kelurahan, seperti dinyatakan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah bahwa daerah kabupaten/kota dibagi atas kecamatan, kecamatan di bagi atas kelurahan dan/
atau desa. Selanjutnya pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun tentang Kelurahan memuat
pengaturan bahwa Lurah mempunyai fungsi pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pemberdayaan
masyarakat,pelayanan masyarakat, penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, pemeliharaan
prasarana dan fasilitas umum, serta pembinaan kelembagaan. Begitu juga pasal 18 dan 94 Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa memuat pengaturan bahwa kewenangan desa meliputi
kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian, lurah atau kepala desa merupakan
pemangku kewajiban di tingkat kelurahan atau desa dalam menjamin dan mengawasi penyelenggaraan
perlindungan anak yang dalam pasal 23 UU Nomor 35 Tahun 2014 diamanatkan kepada pemerintah.

Sejalan dengan pengaturan sistem pemerinthan tersebut, maka kegiatan-kegiatan perlindungan anak
berbasis masyarakat harus berada di wilayah administrasi sistem pemerintahan tingkat akar rumput,
yakni desa/kelurahan. Pengelolaan perlindungan anak berbasis masyarakat pada tingkat desa/kelurahan
memudahkan sinergi antar pemerintah dengan masyarakat, menyediakan kesempatan yang luas bagi
masyarakat untuk partisipasi, memberdayakan masyarakat, dan menyediakan pelayanan langsung kepada
masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan PATBM yang digerakan oleh aktivis-aktivis warga masyarakat
dirancang ada di tingkat desa/kelurahan di bawah tanggung jawab pemerintah desa/kelurahan.

PATBM sebagai gerakan masyarakat yang terintegrasi dan terorganisasi diwujudkan dalam kegiatanan
lembaga kemasyarakatan yang dikoordinasikan dalam suatu sistem jejaring kerja yang memadukan
semua upaya perlindungan anak dari berbagai unsur dalam masyarakat dan pemerintah desa/kelurahan.
Dalam konteks gerakan perlindungan yang terintegrasi, PATBM juga harus menjadi bagian dari jejarimg
kerja perlindungan anak yang lebih luas yang mempermudah pertukaran dukungan sumber daya lintas
wilayah sehingga dapat mewujudkan perlindungan anak secara menyeluruh. Pengelolaan ini sejalan
dengan ketentuan pasal 72 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Perlindungan Anak yang menegaskan tanggung jawab masyarakat untuk brpartisipasi dalam
perlindungan anak. Selain itu, juga sejalan dengan pasal 94 Undang-Undang Desa bahwa pelaksanaan
program dan kegiatan baik yang bersumber dari pemerintah/pemerintah daerah maupun lembaga
nonpemerintah wajib memberdayakan dan mendayagunakan lembaga kemasyarakatan yang sudah ada
di desa sebagai mitra pemerintah dan wadah partisipasi masyarakat.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 47


Tim kerja PATBM di desa/kelurahan terdiri dari aktivis yang peduli terhadap upaya perlindungan anak.
Tim kerja PATBM bertugas:

1) Membangun kekompakan dan mengutkan kemampuan Tim PATBM dalam pengeloaan program,
dan fasilitasi kegiatan intervensi

2) Bersama dengan Kepala Desa/Lurah dan/atau fasilitaator memperluas sosialisasi tentang PATBM dan
menggerakan partisipasi warga untuk ikut menjadi relawan dalam kegiatan ini, serta menggalang
dukungan (material maupun non material termasuk sumbangan pemikiran) untuk pelaksanaan
kegiatan-kegiatan PATBM.

3) Menyepakati dan melaksanakan pertemuan rutin Tim PATBM sebagi media untuk berdiskusi,
merumuskan kegiatan dan media untuk memberikan pelayanan.

4) Menyusun dan memutahirkan data anak secara terpilah di desa/kelurahan, mengidentifikasi dan
memetakan kerawanan maupun pemasalahan anak, terutama masalah kekerasan terhadap anak,
lembaga/organisasi sumber pelayanan anak dan keluarga; mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
pendataan berkenaan dengan anak dan perlindungan anak.

5) Melakukan analisis data situasi anak untuk menilai kebutuhan intervensi bagi masyarakat dan
pemerintah setempat, kelarga-keluarga/orangtua, anak-anak

6) Menyusun rencana kegiatan-kegiatan intervensi yang sesuai dengan hasil analisis dan pertimbangan
ketersedian dukungan sumber daya, termasuk dana. Buku pegangan intervesi dapat dijadikan dasar
untuk memilih kemungkinan kegiatan disesuaikan dengan analisis situasi, kerawanan, permasalahan,
dan potensi atau sumber yang tersebus

7) Melaksanakan rencana kegiatan dan membuat notulensi/dokumentasi setiap kegiatan

8) Menerima laporan, menjangkau kasus kekerasan terhadap anak, mendampingi anak untuk
mendapatkan pelayanan yang tepat dalam penanganan kasus.

9) Melaksanakan monitoring dan evaluasi, serta menyusun rencana tindak lanjut

10) Menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan secara berkala. Laporan disampaikan kepada
masyarakat sebagai pemanfaat layanan dan pemberi dukungan, serta kepada para ahli lainnya

Untuk mempermudah pelaksanaan tugas tersebut diperlukan struktur organisasi tim kerja perlindungan
anak berbasis masyarakat yang memudahkan hubungan berbagai lembaga/organisasi/pelaksana kegiatan

48 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


perlindungan anak. Struktur tersebut dapat terdiri dari ketua, bendahara, sekretaris dan bidang-bidang
yang dikembangkan untuk memudahkan masyarakat mengenali situasi dan permasalahan anak dan
keluarga, promosi hak-hak anak, pencegahan dan penanganan berbagai bentuk kekerasan terhadap anak
atau mempermudah akses terhadap pelayanan professional yang diperlukan, penggalangan dukungan
dan dana. Beberapa kegiatan yang dapat dilaksanakan Tim Kerja PATBM dalam melaksanakan tugas di
atas adalah sebagai berikut:

1. Mengadakan pertemuan untuk menyusun rencana tindak lanjut pengembangan kegiatan


perlindungan anak dan membagi tugas.

2. Melakukan kegiatan-kegiatan kampanye untuk membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat


terhadap isu-isu perlindungan anak, serta menggalang dukungan (material maupun non material
termasuk sumbangan pemikiran) untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan PATBM.

3. Mengumpulkan dan menganalisis data (dengan melibatkan partisipasi warga masyarakat) untuk
mendapatkan gambaran umum demografi anak, situasi permasalahan anak, termasuk faktor resiko
dan faktor kerentanan terhadap kekerasan anak, maupun faktor-faktor pelindung atau sumber
dukungan yang ada di sekitar anak dalam lingkungan masyarakat desa/kelurahan.

4. Menerima laporan kekerasan terhadap anak atau memantau menjangkau kasus-kasus kekerasan
terhadap anak untuk dibantu ditangni sedini mungkin oleh pihak-pihak yang berkompeten.

5. Melaporkan dan mengintegrasikan data dalam sistem informasi data gender dan anak yang dikelola
oleh Badan/Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, dengan menjaga prinsip kerahasiaan
identitas penyandang masalah korban ataupun pelaku kekerasan.

6. Menganalisis data untuk mengenali situasi dan permasalahan anak, serta menilai kebutuhan kegiatan
intervensi dalam perlindungan anak.

7. Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan-kegiatan intervensi dalam promosi hak anak dan
pencegahan, baik kepada masyarakat, keluarga, dan anak;

a) Intervensi promosi hak anak kepada masyarakat dan penguatan norma masyarakat terhadap anti
kekerasan

b) Intervensi promosi hak-hak anak dan penguatan keterampilan hidup anak-anak yang dapat
mencegah menjadi korban atau pelaku kekerasan

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 49


c) Intervensi promosi hak-hak anak dan penguatan keterampilan pengasuhan (parenting) dan
keterampilan hidup orang tua yang dapat mencegah kekerasan terhadap anak

d) Menanggapi kasus kekerasan terhadap anak

e) Membangun mekanisme laporan kasus kekerasan di masyarakat desa/kelurahan

f) Melatih warga dan bersama warga melaksanakan deteksi dini serta melaporkan kasus kekerasan
terhadap anak dengan menggargai prinsip kerahasiaan identitas agar tidak dipublikasikan.

g) Membuat daftar lembaga pelayanan dan menjalin kerjasma untuk menangani kasus kekerasan
dengan berkoordinasi dengan Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak
(P2TP2A).

h) Memberikan pertolongan pertama pengamanan sementara dalam penanganan kasus kekerasan


terhadap anak, dan atau penanganan lanjutan yang mampu dilaksanakan oleh aktivis PATBM.

i) Merujuk korban dan atau keluarga mereka untuk mendapatkan pelayanan yang diperlukan secara
baik kepada lembaga/sumber payalanan yang berkompeten.

j) Memberikan bimbingan (kepada anak, keluarga, atau masyarakat) dalam resosialisasi dan
integrasi sosial anak-anak korban atau pelaku kekerasan yang pernah mendapat pelayanan di
luar keluarga dan masyarakatnya.

k) Membuat dan mendokumentasikan pencatatan kasus yang ditangani dan menjaga kerahasiaannya.

8. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan menggalang dukungan/partisipasi (dalam bentuk materil dan


nonmaterial) dari warga maupun lembaga/organisasi sosial dan mengoptimalkan tanggung jawab
sosial perusahaan setempat untuk merealisasi kegiatan perlindungan anak, atau sumber lain di di
luar masyarakatnya.

9. Menyelenggaran pertemuan-pertemuan koordinasi di tingkat desa/keluarahan secara periodik untuk


memantau dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan.

10. Melaksanakan evaluasi

11. Mengelola dan mencatat keuangan (uang masuk dan penggunaannya) dengan baik dan transparan,
serta melaporkan kepada kepala desa/lurah dan Badan/Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan
Anak, donor, termasuk masyarakat, yang formatnya disesuaikan dengan tata cara yang lazim.

50 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


12. Membuat laporan kegiatan PATBM tertulis sekurang-kurang satu tahun satu kali untuk dilaporkan
kepada kepala desa/lurah dan Badan/Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, maupun donor
dan masyarakat.

Mobilisasi Anak-anak, Orangtua dan Masyarakat


Penggerakan masyarakat agar berpartisipasi dalam mendukung, melaksanakan, dan mengevaluasi
PATBM dilakukan oleh aktivis PATBM dan para pemimpin atau tokoh-tokoh masyarakat setempat melalui
perbuatan-perbuatan yang menjadi contoh tauladan dalam melindungi anak, memafaatkan pelayanan
PATBM, dan kampanye. Berbagai bentuk kampanye yang dapat dilakukan antara lain melalui media
(leaflat, kartun, foto atau film), dialog interaktif, talkshow, seminar, atau kampanye yang dipadukan
dengan kegiatan seni atau olah raga atau bazaar sehingga menarik perhatian, menggugah dan
membangun kepedulian. Publikasi kesuksesan atau testimony, atau perbandingan pengalaman dalam
pengelolaan kegiatan perlindungan anak dari lakasi lain yang memiliki catatan sukses juga dapat
menguatkan semangat dan dorongan partisipasi dalam meningkatkan kegiatan PATBM. Mekanisme
pemberian penghargaan terhadap Tim PATBM atau orang-orang yang telah memberi kontribusi besar
dalam pengeambangan PATBM atau pada pemerintah lokal atau pemerintah daerah yang sudah dinilai
berhasil mengembangkan PATBM juga dapat digunakan untuk memeilihara kelangsungan kegiatan dan
memotivasi yang lain untuk meningkatkan upaya dalam pengembangan PATBM.

Penggerakan masyarakat juga diarahkan untuk meningkatkan pemanfaatan layanan PATBM oleh anak-
anak, keluarga-keluarga atay masyarakat secara meluas. Untuk itu upaya pengerakannya harus dimulai
dengan kegiatan-kegiatan promosi secara meluas sehingga mampu membangun pandangan positif
yang menilai manfaat pelayanan-pelayanan PATBM dan dirasakan sebagai kebutuhan bagi masyarakat.
Kegiatan promosi tersebut juga harus disertai dengan cara-cara persuasif yang dapat meyakinkan
masyarakat sehingga membangun kepercayaan masyarakat terhadap PATBM. Penyeberluasaan manfaat
PATBM dalam mencegah dan mengatasi kekerasan terhadap anak dan cerita-cerita keberhasilan dapat
digunakan untuk meyakinkan dan membangun kepercayaan untuk menggerakan pemanfaataan secara
meluas.

Pengelolaan Informasi
Sistem pengelolaan informasi yang dibangun untuk mendukung program PATBM diharapkan dapat
memudahkan dalam pendataan, pencatatan, pengolahan dan analisis, penyajian data dan penyajian

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 51


informasi untuk meningkatkan kapasitas, penyusunan bahan publikasi, publikasi/distribusi, dan
pemanfaatan data terutama untuk pengeloaan kegiatan PATBM di desa atau kelurahan (mulai dari
mengenali situasi dan permasalahan anak, merencanakan dan melaksanakan intervensi, dan evaluasi proses
dan hasil dan implikasinya bagi pengembangan kebijakan dan program), serta untuk mengembangkan
pesan gerakan dalam intervensi. Pengelolaan informasi ini dilakukan di berbagai tingkatan, di tingkat
desa/kelurahan di mana PATBM dilaksanakan, dan di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional di
mana dukungan kebijakan dikembangkan.

a. Pengelolaan informasi dalam mengenali situasi dan permasalahan anak dalam informasi startegis
yang dikelola dalam mengenali situasi dan permasalahan anak adalah:

1. Proses menemukenali
Informasi ini memuat tentang bagaimana kegiatan-kegiatan menemukenali situasi dan
permasalahan anak dilakukan, siapa saja yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut, berapa lama
dan kapan kegiatan tersebut dilakukan.

2. Informasi yang dihasilkan


• Populasi anak dan karakteristik keluarga

• Fakta tentang faktor-faktor resiko dan faktor-faktor yang melindungi anak (yang terjadi di
masyarakat)

• Kejadian kasus-kasus permasalahan anak baik kekerasan terhadap anak atau anak pelaku
kekerasan dan anak yang berhadapan dengan hukum

• Kelembagaan pelayanan yang ada di sekitar masyarakat, pelayanan yang tersedia, dan
kesenjangan/keterbatan kegiatan pelayanan yang ada di masyarakat dan mencegah atau
menangani kasus-kasus yang ada

• Potensi-potensi dan kemungkinan hambatan untuk pengembangan pelayanan

• Kebutuhan pengembangan pelayanan/intervensi atau kebutuhan kegiatan penguatan kapasitas


tim

Informasi-informasi tersebut diperoleh melalui kegiatan pencatatan notulensi pelaksanaan hasil


kegiatan oleh Tim PATBM desa/kelurahan yang telah diolah dan dianalisis. Informasi ini dapat disajikan
melalui laporan dalam bentuk hard copy juga dapat disajikan dalam soft file dengan basis komputer.
Penyajian data ini diperlukan sebagai bentuk pengendalian dan pertanggung jawaban kegiatan, serta

52 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


penyedian informasi yang mudah diakses oleh para pihak yang berkepentingan untuk pengembangan
program intervensi. Pengelolaan kegiatan ini dapat dilakukan oleh anggota Tim PATBM.

b. Pengelolaan informasi dalam perencanaan kegiatan

Informasi startegis yang dikelola dalam perencanaan adalah:


1. Proses perencanaan
Informasi ini memuat tentang bagaimana kegiatan-kegiatan perencanaan intervensi dilakukan
oleh tim PATBM, siapa saja yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut, berapa lama dan kapan
kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan.

2. Hasil Perencanaan
• Informasi ini memuat uraian rencana
• Kegiatan-kegiatan pelayanan pencegahan baik kepada masyarakat secara umum, keluarga-
keluarga/orangtua-orangtua, dan anak-anak-anak
• Kegiatan-kegiatan penanganan kasus
• Kegiatan berkenaan dengan peningkatan kapasitas tim PATBM

Informasi ini mengurai secara rinci tentang karakteristik dan cakupan populasi target, tujuan
kegiatan dan indikator hasil, jenis-jenis dan langkah kegiatan yang dilengkapi dengan penaggung
jawab, pelaksana pemberian pelayanan yang dilibatkan dan perannya, rencana waktu kegiatan,
perlengkapan yang dibutuhkan, rencana tempat, dan rincian biaya yang diperlukan. Seperti halnya
dengan pengelolaan informasi terdahulu, Informasi-informasi ini juga diperoleh melalui kegiatan
pencatatan notulensi yang kemudian dapat disajikan melalui laporan dalam bentuk hard copy
dan soft file dengan basis komputer. Penyajian data ini diperlukan sebagai bentuk pengendalian
dan pertanggung jawaban kegiatan, serta penyedian informasi yang mudah diakses oleh para
pihak yang berkepentingan untuk mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan maupun hasil
kegiatan.

c. Pengelolaan informasi pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi

Informasi startegis yang dikelola dalam perencanaan adalah:


1. Proses pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi. Informasi ini memuat tentang bagaimana
kegiatan-kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan oleh tim PATBM, siapa saja yang dilibatkan
dalam kegiatan tersebut, berapa lama dan kapan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 53


2. Hasil intervensi, dan hasil monitoring dan evaluasi

Informasi ini memuat:


a) Output kegiatan PATBM, seperti:

Kegiatan-kegiatan pencegahan yang telah dilakukan, jenis kegiatan dan cakupan jumlah orang
yang mengikuti kegiatan tersebut: Kegiatan-kegiatan respon kasus: mekanisme laporan kasus
kekerasan di masyarakat desa/kelurahan, jumlah pelatihanwarga yang mengiktui deteksi dini
dan pelaporan kasus kekerasan terhadap anak (dengan menghargai prinsip kerahasiaan identitas
agar tidak dipublikasikan), Daftar lembaga pelayanan dalam kerjasama untuk menangani kasus
kekerasan , Daftar kasus yang ditangani dan jenis pelayanan yang telah ada. Kegiatan pendukung:
Pertemuan rutin pengurus, Pelatihan bagi tim (jenis pelatihan, jamlat, materi, jumlah peserta),
Pertemuan koordinasi (pihak yang terlibat, proses, dan hasil). Penggalangan dana dan lain-lain
kegiatan sesuai dengan yang telah dilaksanakan.

b) Kekuatan dan kendala-kendala yang ditemui selama pelaksanaan kegiatan-kegiatan serta tindak
lanjutnya

c) Catatan kasus dan perkembangannya (File setiap kasus yang ditangani)


- Perubahan-perubahan yang terjadi
- Cerita perubahan yang terjadi yang meliputi manfaat yang dirasakan maupun perubahan yang
tidak diharapkan dan respon terhadap perubahan tersebut.
- Cerita perubahan yang dialami oleh tim PATBM

d) Tingkat kepuasan peserta atau penerima kegiatan atau keluhan-keluhan masyarakat dan respon
terhadap keluhan tersebut

Dalam pengelolan informasi terutama berkenaan dengan laporan dan penangan kasus, perlu
diperhatikan prinsip menjaga kerahasiaan identitas para pihak terutama anak dan menjaga harga
diri dan martabat mereka.

d. Pengelolaan pesan gerakan dalam intervensi.

Informasi strategis dalam pengeloaan pesan gerakan dalam intervensi ditandai dengan Hash Tag
atau kata kunci “Berlian” yang merupakan kepanjangan dari “Bersama Lindungi Anak”. Pesan-
pesan intervensi dibuat, disajikan, dan dibagikan melalui berbagai media yang dapat mudah diakses
orang-orang dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, hingga orang dewasa, semua segmen
masyarakat. Pesan-pesan memuat informasi-informasi strategis tentang:

54 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


• Dinamika situasi anak,
• Jenis-jenis kekerasan terhadap anak dan fakta-fakta kekerasan tersebut untuk menggugah
tanggung jawab perlindungan anak dari berbagai pihak dalam berbagai lingkungan kehidupan
anak
• Berbagai kerawanan dan faktor resiko yang dapat menimbulkan kekerasan atau bahkan melibatkan
anak dalam tindak kekerasan ajakan bagi semua orang untuk melindungi anak-anak dari berbagai
kekerasan
• Akibat-akibat kekerasan terhadap anak yang harus diwaspadai dan dicegah atau diminimalkan
• Cara deteksi dini kekerasan terhadap anak
• Cara-cara mencegah kekerasan terhadap anak baik secara individual maupun melalui kegiatan-
kegiatan bersama yang diorganisasikan di barbagai lingkungan sosial, di lingkungan keluarga,
kelompok-kelompok teman sebaya, masyarakat, di tempat-tempat kegiatan anak (sekolah, tempat
beribadah. taman bermain, perpustakaan, pusat pembejanjaan, tempat-tempat hiburan/rekreasi,
• Cara pertolongan pertama terhadap anak korban kekerasan, dan lain-lain)
• Cara mengakses pertolongan lembaga pelayanan untuk menolong anak-anak korban kekerasan
atau anak-anak pelaku kekerasan
• Daftar lembaga pelayanan dalam penanganan kekerasan terhadap anak, dan prosedur/cara akses
• Peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan perlindungan anak (termasuk
instrument internasional dan nasional dalam perlindungan anak) dan kebijakan-kebijakan
perlindungan anak
• Hukum pidana dalam kasus-kasus kekerasan terhadap anak, dan sistem peradilan pidana anak.
• Keterampilan-keterampilan pengelolaan PATBM dan Tips-tips pengembagan PATBM
• Pertukaran pengalaman dalam kegiatan perlindungan anak berbasis masyarakat
• Hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah kekerasan terhadap dan oleh anak, serta
pencegahan dan penanganannya.
• Penghargaan dan kisah-kisah dan bukti-bukti sukses (dalam memutus mata rantai kekerasan,
mengatasi risiko/akibat kekerasan, mengerakan kegiatan PATBM, penurunan angka kekerasan, dan
lain-lain yang berkontribusi dalam perlindungan anak)
• Pertanggungjawaban kegiatan

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 55


Pembiayaan
Penyelenggaraan pembiayaan meliputi komponen-komponen penggalangan dana dari sumber-sumber
pendanaan, komponen pengalokasian dana dan kegiatan yang dibiayai, komponen pembelanjaan, serta
komponen pertanggungjawaban yang mempersyaratkan transparansi, pencatatan, pemeriksaan, dan
pelaporan. Keseluruhan komponen tersebut saling terkait dalam menentukan kualitas dukungan bagi
efektivitas kegiatan, termasuk PATBM.

a. Penggalangan dana dari sumber-sumber pendanaan


Pada komponen penggalangan dana, ada berbagai kemungkinan sumber yang dapat membiayai
PATBM, baik yang bersumber dari pemerintah, swasta atau perusahaan melalui mekanisme tanggung
jawab sosial perusahaan, masyarakat, dan lembaga donor internasional. Pada tahun pertama
pengembangan PATBM dirancang pendanaannya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara (APBN) yang dikelola oleh KPPPA. Meskipun demikian, mungkin masih ada sumber dana
lain yang dapat disinergikan untuk kegiatan pengembangan PATBM di tahun 2017, misal ketika ada
revisi alokasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) provinsi maupun kabupaten/kota,
atau dana desa/kelurahan. Sumber dana lain yang mungkin dapat digali antara lain yang bersumber
dari swasta atau dari organisasi masyarakat, atau dari warga masyarakat.

Sumber penganggaran dari pemerintah pada tahun-tahun berikutnya harus diupayakan secara
bertahap juga dapat dianggarkan dari APBD provinsi maupun APBD kota, atau dana desa/kelurahan.
Pergeseran penganggaran hendaknya diarahkan agar peran pemerintah daerah dan pemerintah desa/
kelurahan menjadi bagian yang terbesar sesungguhnya perlindungan anak juga merupakan urusan
wajib pemerintah daerah seperti yang diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Begitu juga dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Perlindungan Anak ditegaskan bahwa pemerintah dan pemerindah
daerah berkewajiban menyelenggarakan perlindungan anak. Dalam kerangka pemberdayaan,
pengelolaan sumber dana secara bertahap harus diarahkan pada membangun kemandirian yang
lebih menjamin keberlangsungan, yankni dari sumber dana desa/kelurahan dari kekuatan swadaya
masyarakat. Meskipun demikian, tanggung jawab pemerintah pada tingkatan di atas desa/kelurahan
juga tanggung jawab sosial perusahaan dalam menyediakan dana perlindungan anak itu tidak harus
hilang. Keragaman sumber dana akan semakin menjamin kelangsungan kegiatan.

Makna penggalangan dalam pengelolaan pembiayaan lebih bermakna aktif, bukan sekedar
menunggu ada penyediaan atau pemberian dana untuk dimanfaatkan. Ada serangkaian proses yang
perlu dilakukan untuk meyakinkan dan menghasilkan kepercayaan dari pengelola sumber-sumber
pendanaan sehingga dapat dianggarkan untuk dikelola secara bertanggung jawab. Penggalangan

56 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


dana harus dilaksanakan secara bertanggung jawab, ditujukan pada sumber dana yang syah dengan
cara yang benar sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-undangan.

Penggalangan dana dapat dilakukan oleh penanggung jawab dan para pelaksana pengembangan
PATBM di berbagai tingkatan. Di tingkat desa/kelurahan penggalanngan dana dapat dilakukan oleh
tim aktivis-aktivis PATBM, pemerintah desa/kelurahan, yang dapat dibantu oleh fasilitator. Di tingkat
kota/kabupaten maupun provinsi, penggalangan dana dapat dilakukan oleh Badan/Dinas PPPA
dengan didukung oleh fasilitator (di tingkat kabupaten/kota), pendamping (di tingkat provinsi) dan
para pemerhati atau para pihak yang ada dalam jejaring kerja perlindungan anak. Keluasan jejaring
kerja juga dapat menyediakan peluang-peluang sumber dana yang dapat diakses.

b. Pemasukan dan Pengalokasian dana


Pemasukan dana harus mengikuti cara yang sesuai dengan peraturan yang ada. Setiap dana yang
masuk harus dicatat dan dikelola secara terpisah, tidak boleh dicampukan, terlebih dengan dana
pribadi. Alokasi dana dari setiap dana yang masuk untuk membiayai kegiatan-kegiatan pengembangan
PATBM harus dirinci.

Pengalokasian dana merupakan penetapan peruntukan penggunaan dana. Penggunaan dana secara
bertanggung jawab mempersyarakan penetapan alokasi dana sesuai dengan kebutuhan. Sumber dana
harus dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan biaya pengembangan PATBM di berbagai tingkatan,
nasional, regional, provinsi, kabupaten/kota, hingga desa/kelurhan. Kebutuhan biaya pengembangan
PATBM harus dalam berbagai tingkatan tersebut harus dihitung disesuai dengan berbagai komponen
perencanaan kegiatan yang perlu dibiayai, dengan mempertimbangkan spesifikasi mandat organisasi
pengelola di setiap tingkatan tersebut, efisiensi dan efektivitas.

Sumber dana APBN untuk pengembangan PATBM yang dikelola oleh KPPPA ditujukan untuk kebutuhan
pengembangan model yang dilengkapi dengan penyusunan pedoman, modul-modul atau alat-alat
pendukung pelaksanaan pedoman, serta biaya-biaya penghantaran agar model dan pedoman ini
dipahami dan dapat dilaksanakan secara efektif. Biaya tersebut dapat mencakup penyelenggaraan
peluncuran, pengembangan kapasitas/TOT/ pelatihan-pelatihan bagi SDM di daerah, sosialisasi,
rapat-rapat koordinasi, pendampingan, supervisi, monitoring dan evaluasi. Untuk memperlancar
pelaksanaan PATBM sumber dana ini juga dapat dialokasikan untuk biaya stimulan untuk
pelaksanaan PATBM di desa/kelurahan yang juga dapat menambah semangat untuk memulainya
dengan mengurangi hambatan biaya karena belum dianggarkan di daerah. Untuk pengelolaan
penggunaan dana tersebut, pencataan, pelaporan, pengendalian dan pemeriksaannya, maka alokasi
dana tersebut dapat diklasifikasikan, seperti dana untuk belanja pegawai, belanja barang, perjalanan,
bantuan stimulant, belanja lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber dana APBN untuk

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 57


pengembangan PATBM juga dapat dialokasikan melalui dana dekonsentrasi kepada daerah untuk
melaksanakan tugas pembantuan dalam menjalankan kebijakan nasional ini. Sumber dana APBN juga
dapat dialokasikan untuk melakukan survey dalam rangka mengevaluasi dampak dari pelaksanaan
kebijakan pengembangan PATBM.

Dana APBD provinsi maupun kabupaten/kota sepatutnya dialokasikan secara memadai untuk
perlindungan anak karena itu juga merupakan urusan wajib pemerintah daerah, terlebih PATBM yang
menggerakan partisipasi masyarakat sangat strategis bagi penyelamatan anak-anak dan generasi
di masa datang. Sumber dana APBD dapat dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan tugas-tugas
organisasi perangkat daerah atau satuan kerja perangkat daerah dalam pengembangan perlindungan
anak dengan menguatkan partisipasi masyarakat. Dana APBD provinsi juga membiayai proses hantaran
dukungan untuk mewujudkan pelaksanaan PATBM di desa/kelurahan.

Dana APBD kabupaten/kota juga dialokasikan untuk membiayai proses hantaran hingga pengelolaan
di tingkat pemerintahan desa/kelurahan. Meskipun demikian sumber dana ini juga dapat dialokasikan
untuk biaya operasional PATBM dalam mengelola dan memberikan layanan intervensi kepada
masyarakat, keluarga-keluarga/orangtua-orangtua dan anak-anak, terutama ketika pemerintah desa/
kelurahan belum mampu membiayai kebutuhan operasional tersebut. Sumber dana dari perusahaan
dalam kerangka tanggung jawab sosial dan sumber dana dari masyarakat lebih relevan jika lebih
banyak dialokasikan untuk pemberian pelayanan melalui intervensi kepada anak-anak, keluarga,
dan masyarakat. Pengalokasian dana hendaknya lebih diutamakan untuk upaya-upaya pencegahan,
tetapi juga tetap tidak dapat mengabaikan penanganan terhadap masalah yang ada.

c. Pembelanjaan
Pembelanjaan atau penggunaan dana harus sesuai dengan alokasi dana yang telah ditetapkan
karena pengalokasian anggran sudah diperhitungkan sesuai dengan perencanaan kegiatan agar
penggunaannya efektif. Pembelanjaan harus didukung oleh bukti-bukti yang syah untuk menjamin
kepercayaan dari para pihak. Semua pembelanjaan dan bukti-buktinya harus dicatat dan harus
direkap untuk setiap klasifikasi dana untuk dilaporkan secara periodik dan memudahkan dalam
pemeriksaan. Setiap orang yang berkepentingan (para pihak yang terlibat dalam kegiatan PATBM,
lembaga donor, maupun instansi yang mengendalikan dan membinan kegiatan-kegiatan masyarakat
dalam perlindungan anak, dan lainnya) harus mudah mendapatkan informasi tentang ini secara
benar, karena sifat keuangan dalam pelayanan sosial masyarakat harus terbuka dan transparan.

58 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


d. Pertanggungjawaban
Pertanggung jawaban keuangan dilaksanakan dengan membuat dan menyampaikan laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan alat untuk mewujudkan transparansi dan pertanggungjawaban yang
dibuat berdasarkan catatan setiap penerimaan dan pembelanjaan dengan bukti tertulis yang sah dan
direkap sesuai dengan alokasi dana dan klasifikasi biaya. Laporan keuangan dibuat secara berkala
biasanya tiap bulan atau triwula serta laporan akhir tahun. Sebagai bentuk pertanggung jawaban,
laporan keuangan disampaikan kepada setiap pemberi dana, masyarakat, dan pemerintah setempat
(sebagai lembaga pengendali) yang kemudian diteruskan ke pemerintah tingkat atasnya. Pemeriksaan
keuangan baik secara internal (oleh penanggung jawab pengelola PATBM) maupun secara eksternal
(oleh pihak yang mendapat mandat memeriksa keuangan) merupakan mekanisme untuk menjamin
kebenaran, transparansi, tanggung jawab, dan evaluasi.. Hasil pemeriksaan ini dijadikan dasar untuk
perencanaan pembiayaan PATBM di tahun berikutnya.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 59


60 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm
MODUL 5 : STRATEGI PERUBAHAN PATBM

Unit 5.1. Satuan Langkah Strategi Perubahan PATBM

Tujuan :
1. Peserta mampu memahami tentang perubahan norma dalam masyarakat.

2. Peserta mampu memahami tentang keterampilan hidup yang harus dimiliki oleh orang tua dan anak
dalam pencegahan dan menghindari kekerasan anak.

Peralatan :
Kertas plano, metaplan, gunting dan spidol.

Waktu :
3 Sesi untuk 35 peserta, 135 menit

Langkah -Langkah :
1. Fasilitator menyampaikan salam pembuka dilanjutkan dengan mulai dengan menjelaskan tentang
strategi PATBM terkait dengan perubahan norma dan ketrampilan hidup;

2. Fasilitator menjelaskan konsep norma, norma yang termasuk melegitimasi kekerasan anak dan
norma yang anti kekerasan anak;

3. Fasilitator menjelaskan identifikasi norma dan tahap- tahap perubahan norma di masyarakat;

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 61


4. Fasilitator meminta pendapat peserta tentang apa yang telah didiskusikan serta membagi peserta
dalam beberapa kelompok

5. Fasilitator menjelaskan materi lainnya berkaitan dengan konsep keterampilan hidup dalam
menghindari dan mencegah kekerasan;

6. Fasilitator menjelaskan tentang tahap-tahap pola asuh anak dan perlindungan anak yang adaptif;

7. Fasilitas memfasilitasi diskusi kelompok berdasarkan kabupaten dan meminta peserta membuat peta
desa dan titik rawan kekerasan dan respon kegiatan aktivitas PATBM untuk menanggapi kekerasan

8. Peserta bekerja di dalam kelompok.

9. Fasilitator meminta perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi secara bergiliran sesuai
hasil peta kabupaten/kota.

10. Fasilitator membahas hasil diskusi secara umum, memberikan penekanan pentingnya mengetahui
dan memahami bagaimana strategi perubahan PATBM dapat diterapkan di desa/kota kabupaten.

Unit 5.2. Lembar Kerja Strategi Perubahan PATBM

Lembar Kerja : Perubahan dan Penguatan Norma


1. Penugasan kelompok berdasarkan kabupaten/kota untuk melakukan identifikasi jenis norma dan
karakter norma.

2. Diskusikan dalam kelompok dan Presentasikan secara bergiliran setiap kelompok

Respon Perubahan yang


Jenis Norma Karakter Norma Hambatan
Masyarakat diharapkan

62 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


Lembar Kerja : Perubahan PATBM : Identifikasi Kasus Kekerasan dan Penanganan
1. Penugasan kelompok berdasarkan kabupaten/kota untuk melakukan identifikasi kekerasan yang
terjadi di desa/kota dan alternative penanganan kekerasan yang dapat dilakukan.

2. Diskusikan dalam kelompok dan Presentasikan secara bergiliran setiap kelompok

No Jenis Kekerasan Penanganan

Unit 5.3. Lembar Bacaan Mengukur Keberhasilan PATBM

Perubahan yang diharapkan


Ruang Lingkup Kegiatan PATBM adalah dengan melakukan upaya-upaya pencegahan kekerasan terhadap
anak dan merespon atau menanggapi jika terjadi kekerasan terhadap anak melalui pengembangan
jejaring dengan layanan pendukung yang terjangkau dan berkulitas seperti ; P2TP2A, LSM, Puskesmas,
babinsa dan institusi sosial yang ada di masyarakat. Pola kerja PATBM ini sangat partisipastif dengan
melibatkan semua unsur dari masyarakat yang berkepentingan dengan perlindungan anak. Pola kerja
PATBM adalah menjamin terpenuhinya hak-hak anak dari perlakukan kekerasan di masyarakat.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh PATBM di desa/kalurahan atau dusun/RW/RT pada hakekatnya mengacu
pada tujuan PATBM yang secara ringkas mencakup kegiatan yang bertingkat yaitu:

 Tingkat anak-anak: kegiatan yang diarahkan untuk memampukan anak melindungi hak-haknya
termasuk melindungi dari kekerasan yang terjadi. Kegiatan ini bisa berupa kegiatan keagamaan,
kegiatan kreatif dan rekreatif, kegiatan pendidikan termasuk juga pengembangan forum anak.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 63


 Tingkat Keluarga: kegiatan ini diarahkan untuk memampukan orang tua dalam mengasuh anak sesuai
dengan perkembangan usia dan hak-hak anak. Kegiatan ini bisa merupakan kegiatan sarasehan orang
tua, berbagi pengalaman pengasuhan di antara orang tua atau peningkatan ketrampilan pengasuhan
anak

 Tingkat Komunitas atau masyarakat desa: Kegiatan ini diarahkan untuk membangun dan memperkuat
sebuah norma anti kekerasan kepada anak yang ada di dalam masyarakat tersebut. Kegiatan bisa
dilakukan dengan sarasehan dan sosialisasi yang diikuti oleh warga masyarakat atau mengembangkan
kebijakan lokal tentang penguatan perlindungan anak misalnya dengan pengawasan bermain,
pengembangan rumah singgah bagi anak sekolah dan lain-lain.

Berdasarkan tujuan, ruang lingkup dan prinsip yang diacu dalam PATBM ini maka ada dua komponen
utama dalam pelaksanaan gerakan PATBM ini. Pertama, komponen teknis yang berupa perubahan yang
diharapkan pada tingkat masyarakat, keluarga, orang tua dan anak dengan adanya gerakan PATBM ini.
Kedua, adalah komponen pengorganisasian gerakan PATBM di tingkat desa, kabupaten/kota, provinsi
dan nasional.

Tahap sosialisasi atau pengenalan merupakan tahap awal proses identifikasi norma. Pada tahap ini,
kelompok masyarakat peserta PATBM dikenalkan pada bentuk-bentuk pelanggaran norma yang berlaku
di masyarakat beserta konsekuensi sosial yang kemungkinan dapat diterima. Pendamping PATBM
melakukan pertemuan awal kegiatan guna persiapan pelaksanaan program PATBM menuju kemandirian
masyarakat dalam membentuk perilaku masyarakat yang responsif atau cepat tanggap perlindungan
anak.

A. Penguatan Norma Masyarakat Terhadap Anti Kekerasan


Norma berasal dari bahasa Belanda norm, yang berarti pokok kaidah, patokan atau pedoman. Pengertian
secara umum adalah kaidah atau pedoman bertingkah laku yang berisi tata cara dalam berperilaku di
masyarakat. Norma ini merupakan dasar dari membentuk sistim perlindungan anak terpadu berbasis
masyarakat.

1.1 Mengkaji ulang norma yang ada


Tahap pertama pencapaian sasaran penguatan dan perubahan norma adalah kelompok masyarakat
peserta PATBM lebih mengenali bentuk-bentuk norma anti kekerasan, maupun yang kurang
mendukung atau menimbulkan kesenjangan/keterbatasan terhadap norma yang ada. Pendamping
PATBM memfasilitasi warga untuk mengidentifikasi aturan-aturan yang terangkum dalam tafsir

64 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


norma agama, norma kesusilaan, kesopanan, kebiasaan/adat-istiadat, dan hukum/peradilan anak.
Selanjutnya memetakan berbagai kegiatan yang mendukung gerakan anti kekerasan terhadap
anak dan bentuk-bentuk pelanggarannya; dan mencari solusi untuk berbagai kegiatan yang kurang
mendukung anti kekerasan/ kesenjangan/ keterbatasan norma-norma perlindungan anak.

1.2 Tahap sosialisasi atau pengenalan


Tahap sosialisasi atau pengenalan merupakan tahap awal proses identifikasi norma. Pada tahap ini,
kelompok masyarakat peserta PATBM dikenalkan pada bentuk-bentuk pelanggaran norma yang
berlaku di masyarakat beserta konsekuensi sosial yang kemungkinan dapat diterima. Pendamping
PATBM melakukan pertemuan awal kegiatan guna persiapan pelaksanaan program PATBM menuju
kemandirian masyarakat dalam membentuk perilaku masyarakat yang responsif atau cepat tanggap
perlindungan anak.

1.3 Tahap Penekanan Sosial


Tahap penekanan sosial dilakukan untuk mendukung terciptanya kondisi sosial yang aman dan
nyaman untuk anak-anak. Pada tahap ini implementasi norma di kelompok masyarakat peserta PATBM
telah mengetahui bahwa tentang sanksi sosial atau hukuman sosial kepada para pelaku tindakan
pelanggaran. Pendamping PATBM melakukan pengenalan berbagai alternatif cara-cara pelaksanaan
program dengan mengidentifikasi pelaksanaan PATBM melalui:

a. Analisis kegiatan PATBM yang akan dilakukan berikut penjelasannya

b. Pemecahan permasalahan dan alternatif langkah-langkahnya berikut upaya nyata perbaikan


pelaksanaan kegiatan PATBM.

1.4 Tahap pendekatan kekuasaan atau pengaruh


Pada tahap ini, terlihat adanya pihak pelaku pengendalian sosial dan pihak yang dikendalikan dalam
satu sistem PATBM. Tahap ini dilakukan jika tahap-tahap yang lain tidak mampu mengarahkan tingkah
laku manusia dalam kelompok masyarakat peserta PATBM sesuai dengan norma atau nilai yang
berlaku. Tahapan pendekatan kekuasaan dipengaruhi oleh :

a. Pengendalian kelompok terhadap kelompok. Misalnya P2TP2A Kabupaten mengawasi kegiatan


PATBM yang dilaksanakan kelompok masyarakat dalam suatu desa.

b. Pengendalian kelompok terhadap anggotanya. Misalnya Pembimbing kegiatan PATBM terpilih


di tingkat kabupaten mengendalikan dan membimbing kegiatan anak-anak beserta keluarganya
yang tergabung dalam forum PATBM.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 65


c. Pengendalian pribadi terhadap pribadi. Misalnya dalam satu keluarga peserta PATBM, orang tua
mendidik dan merawat anaknya dengan pola asuh yang adaptif; atau seorang kakak yang menjaga
adiknya; dan hubungan silahturrahmi antara anggota keluarga atau antar saudara.

B. Meningkatnya keterampilan dalam menghindari kekerasan terhadap anak.


2.1 Keterampilan menghindari kekerasan
Keterampilan hidup yang sering juga disebut kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan atau
kemampuan untuk dapat berperilaku positif dan beradaptasi dengan lingkungan, yang memungkinkan
seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara
efektif. Dari definisi sederhana tersebut, keterampilan yang dapat digolongkan ke dalam keterampilan
hidup sangat beragam tergantung pada situasi dan kondisi maupun budaya masyarakat setempat
(DEPDIKNAS, 2002). Orang tua peserta PATBM diharapkan mampu memperkuat keterampilan diri
dalam hal pola pengasuhan anak, sedangkan anak-anak diharapkan mampu memperkuat keterampilan
hidupnya agar dapat mandiri dan berdaya guna secara optimal. Selanjutnya dalam hal ini Pendamping
PATBM membantu orang tua peserta PATBM untuk memperkuat keterampilan pengasuhan anaknya
dan anak-anak peserta PATBM untuk memperkuat keterampilan hidupnya melalui tahapan-tahapan
berikut:

(a) Pengenalan terhadap Diri


Target pada tahapan pengenalan diri adalah membangun rasa percaya diri individu melalui penilaian
terhadap kekuatan, evaluasi sumberdaya diri dan penilaian keterampilan diri. Peserta PATBM secara
terstruktur melakukan pengenalan kepribadian diri dan membentuk kepribadian. Pengenalan
kepribadian diri ditujukan agar peserta PATBM lebih mudah mengenali apa saja yang ada dalam dirinya.
Salah satu elemen yang penting untuk dikenali adalah ciri sifat diri yang membentuk kepribadian.
Dengan mengenal kepribadian diri, maka peserta PATBM akan lebih mudah mengenali apa saja yang
perlu ditingkatkan dari dalam dirinya. Pendamping PATBM memformulasikan metode pengenalan diri
yang tepat bagi masyarakat peserta PATBM guna mengarahkan peserta mengenali ciri sifat diri yang
membentuk kepribadian.

(b) Mengurai keyakinan dan nilai-nilai diri


Menyadari keyakinan dan nilai-nilai diri adalah pondasi membangun karakter. Karakter adalah
apa yang dipercaya dan apa yang dihargai dalam hidup. Karakter menyediakan landasan untuk
membangun kecakapan hidup dasar. Karena kecakapan adalah kata yang menyiratkan suatu
tindakan maka kecakapan itu berarti bisa melakukan sesuatu. Oleh karena itu, pengembangan

66 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


kecakapan hidup peserta PATBM dilakukan guna menempatkan kepercayaan dalam sebuah tindakan.
Jika keyakinan dan nilai‐nilai telah tertanam kuat, kecakapan hidup yang efektif akan lebih mudah
untuk dicapai. Pada tahapan ini pendamping PATBM membantu peserta melakukan pemilihan dan
implementasi keyakinan dan nilai-nilai diri terbaik sebagai pilihan karakter yang akan dikembangkan
dalam kelompok PATBM.

(c) Mengeksplorasi hambatan dan pertumbuhan pribadi  


Selain menilai kekuatan dan menguraikan keyakinan yang dimiliki, hambatan arus pertumbuhan
pribadi harus dihilangkan atau diminimalkan. Hambatan bisa termasuk tantangan fisik atau mental,
pengalaman kecanduan, terbatasnya pendidikan, keterampilan berbahasa atau perbedaan budaya.
Menghilangkan hambatan tidaklah mudah tetapi tidak menghilangkan hambatan potensial di
depan akan membuat peserta PATBM menjadi lebih banyak masalah di masa depannya. Dengan
demikian, bagaimanapun sulitnya hambatan tetap harus diatasi. Untuk mengatasi hambatan yang
dihadapinya, peserta PATBM dapat mencontoh model peran atau membaca tentang orang-orang
yang berhasil mengatasi hambatan serupa. Jika individu bertekad untuk berhasil maka peserta PATBM
tersebut akan menemukan cara untuk melakukannya. Pendamping PATBM memandu peserta PATBM
mengidentifikasi dan memformulasikan masalahnya, dan selanjutnya mendampingi peserta PATBM
mempelajari dan memilih intervensi yang paling tepat sebagai solusi atas masalahnya tersebut. Pilihan
berbagai intervensi tersebut didasarkan pada berbagai intervensi yang sudah pernah diterapkan pada
berbagai tingkatan masyarakat, keluarga, dan anak-anak, dan nantinya intervensi ini akan dijadikan
sebagai landasan penentuan model PATBM yang tepat untuk diterapkan di lokasi pendampingan.

(d) Menghormati perbedaan dalam hal mempelajari dan menerapkan keterampilan


Meskipun serupa dalam banyak hal, peserta PATBM memiliki kepribadian berbeda yang dapat
memberikan perspektif masing-masing yang berbeda pula. Peserta PATBM mungkin memiliki gaya
belajar dan kepribadian yang berbeda. Dengan menghargai perbedaan, maka pengembangan
kecakapan hidup lebih mudah untuk dipelajari. Ketika pendamping PATBM mengajarkan keterampilan
hidup juga penting untuk menyajikan informasi dengan cara yang dapat dengan mudah disesuaikan
dengan situasi setiap peserta. Adaptasi pengembangan kecakapan hidup terhadap karakteristik
peserta PATBM sangat penting terutama ketika menyelenggarakan kegiatan kelompok anak-anak dan
remaja.

(e) Membuat Rencana


Pengembangan kecakapan hidup perlu dimulai dari membangun harga diri, kepercayaan diri dan
kontrol diri (kekuatan pribadi atau keterampilan). Kemudian menambahkan keterampilan membina
hubungan dengan menggunakan keterampilan pribadi sebagai pendukungnya. Kegiatan tersebut

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 67


dilanjutkan dengan mengembangkan keterampilan peserta merencanakan program PATBM (yang
terdiri dari:organisasi, inovasi), yang menggabungkan dua keterampilan, yaitu keterampilan mengelola
diri dan membina hubungan antar pribadi. Pendamping PATBM mengajarkan, mengarahkan, dan
mendampingi peserta PATBM menyusun rencana program PATBM yang akan diimplementasikan di
desa/kelurahan tempat tinggal mereka.

(f) Menciptakan aktivitas-aktivitas yang sederhana dan fleksibel


Ketika membuat rencana pribadi untuk mencapai kesuksesan peserta PATBM, pendamping PATBM
harus memiliki kesabaran dan fleksibilitas. Karena perubahan yang fundamental dalam diri peserta
PATBM membutuhkan waktu yang lama, maka membangun keterampilan perlu dilakukan secara
perlahan akan tetapi disadari secara baik oleh peserta. Mengembangkan keterampilan hidup dasar
adalah sebuah perjalanan pribadi maka pengembangan kecapakan hidup harus memperhatikan
proses-proses yang dialami oleh tiap-tiap peserta PATBM.

2.2 Penyebab Terjadinya Kekerasan Anak


1. Lemahnya pengawasan orang tua terhadap anak dalam menonton televisi, bermain dll. Hal ini
bukan berarti orang tua menjadi over protective, namun maraknya kriminalitas di negeri ini
membuat perlunya meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar.

2. Anak mengalami cacat tubuh, gangguan tingkah laku, autisme, terlalu lugu.

3. Kemiskinan keluarga.

4. Keluarga pecah (broken home) akibat perceraian, ketiadaan Ayah/Ibu dalam jangka panjang.

5. Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidak mampuan mendidik anak, anak yang tidak
diinginkan atau anak lahir diluar nikah.

6. Pengulangan sejarah kekerasan orang tua yang dulu sering memperlakukan anak-anaknya dengan
pola yang sama.

7. Kondisi lingkungan yang buruk, keterbelakangan.

8. Kesibukan orang tua sehingga anak menjadi sendirian bisa menjadi pemicu kekerasan terhadap
anak.

9. Kurangnya pendidikan anak terhadap anak.

68 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


2.3 Jenis-jenis Kekerasan Anak:
1. Kekerasan fisik
Bentuk kekerasan seperti ini mudah diketahui karena akibatnya bisa terlihat pada tubuh korban
kasus physical abuse: persentase tertinggi usia 0-5 tahun (32.3%) dan terendah usia 13-15 tahun
(16.2%). Kekerasan biasanya meliputi memukul, mencekik, menempelkan benda panas ke tubuh
korban dan lain-lainnya. Dampak dari kekerasan seperti ini selain menimbulkan luka dan trauma
pada korban, juga seringkali membuat korban meninggal.

2. Kekerasan Secara Verbal


Bentuk kekerasan seperti ini sering diabaikan dan dianggap biasa atau bahkan dianggap sebagai
candaan. Kekerasaan seperti ini biasanya meliputi hinaan, makian, maupun celaan. Dampak
dari kekerasaan seperti ini yaitu anak jadi belajar untuk mengucapkan kata-kata kasar, tidak
menghormati orang lain dan juga bisa menyebabkan anak menjadi rendah diri.

3. Kekerasan Secara Mental


Bentuk kekerasan seperti ini juga sering tidak terlihat, namun dampaknya bisa lebih besar dari
kekerasan secara verbal. Kasus emotional abuse: persentase tertinggi usia 6-12 tahun (28.8%) dan
terendah usia 16-18 tahun (0.9%) Kekerasaan seperti ini meliputi pengabaian orang tua terhadap
anak yang membutuhkan perhatian, teror, celaan, maupun sering membanding-bandingkan hal-
hal dalam diri anak tersebut dengan yang lain, bisa menyebabkan mentalnya menjadi lemah.
Dampak kekerasan seperti ini yaitu anak merasa cemas, menjadi pendiam, rendah diri, hanya bisa
iri tanpa mampu untuk bangkit.

4. Pelecehan Seksual
Bentuk kekerasan seperti ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah dikenal anak, seperti
keluarga, tetangga, guru maupun teman sepermainannya sendiri. Kasus pelecehan seksual:
persentase tertinggi usia 6-12 tahun (33%) dan terendah usia 0-5 tahun (7,7%).Bentuk kekerasan
seperti ini yaitu pelecehan, pencabulan maupun pemerkosaan. Dampak kekerasan seperti ini selain
menimbulkan trauma mendalam, juga seringkali menimbulkan luka secara fisik.

2.4 Alternatif Solusi Mencegah Terjadinya Kekerasan Anak:


1. Orang tua menjaga agar anak-anak tidak menonton/meniru adegan kekerasan karena bisa
menimbulkan bahaya pada diri mereka. Beri penjelasan pada anak bahwa adegan tertentu bisa
membahayakan dirinya. Luangkanlah waktu menemani anak menonton agar para orang tua tahu
tontonan tersebut buruk atau tidak untuk anak.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 69


2. Jangan sering mengabaikan anak, karena sebagian dari terjadinya kekerasan terhadap anak adalah
kurangnya perhatian terhadap anak. Namun hal ini berbeda dengan memanjakan anak.

3. Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama mengajarkan moral pada anak agar
berbuat baik, hal ini dimaksudkan agar anak tersebut tidak menjadi pelaku kekerasn itu sendiri.

4. Sesekali bicaralah secara terbuka pada anak dan berikan dorongan pada anak agar bicara apa
adanya/berterus terang. Hal ini dimaksudkan agar orang tua bisa mengenal anaknya dengan baik
dan memberikan nasihat apa yang perlu dilakukan terhadap anak, karena banyak sekali kekerasan
pada anak terutama pelecehan seksual yang terlambat diungkap.

5. Ajarkan kepada anak untuk bersikap waspada seperti jangan terima ajakan orang yang kurang
dikenal dan lain-lain.

6. Sebaiknya orang tua juga bersikap sabar terhadap anak. Ingatlah bahwa seorang anak tetaplah
seorang anak yang masih perlu banyak belajar tentang kehidupan dan karena kurangnya kesabaran
orang tua banyak kasus orang tua yang menjadi pelaku kekerasan terhadap anaknya sendiri.

2.5 Dampak Kekerasan Terhadap Anak:


1. Dampak Kekerasan Fisik
Anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya akan menjadi sangat agresif, dan setelah
menjadi orang tua akan berlaku kejam kepada anak-anaknya. Orang tua agresif melahirkan anak-
anak yang agresif, yang pada gilirannya akan menjadi orang dewasa yang menjadi agresif. Lawson
dalam Sitohang (2004) menggambarkan bahwa semua jenis gangguan mental ada hubungannya
dengan perlakuan buruk yang diterima manusia ketika dia masih kecil. Kekerasan fisik yang
berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan menimbulkan cedera serius terhadap
anak, meninggalkan bekas luka secara fisik hingga menyebabkan korban meninggal dunia.

2. Dampak Kekerasan Psikis


Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti
dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping mechanism) seperti  bulimia
nervosa(memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk),
kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri. Menurut Nadia (1991),
kekerasan psikologis sukar diidentifikasi atau didiagnosa karena tidak meninggalkan bekas yang
nyata seperti penyiksaan fisik. Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang tersembunyi yang
termanifestasikan dalam beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina
persahabatan, perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol,
ataupun kecenderungan bunuh diri.

70 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


3. Dampak Kekerasan Seksual
Menurut Mulyadi dalam Sinar Harapan (2003) diantara korban masih ada yang merasa dendam
terhadap pelaku, takut menikah, merasa rendah diri, dan trauma akibat eksploitasi seksual, meski
kini mereka sudah dewasa atau bahkan sudah menikah. Bahkan eksploitasi seksual yang dialami
semasa masih anak-anak banyak ditenggarai sebagai penyebab keterlibatan dalam prostitusi. Jika
kekerasan seksual terjadi pada anak yang masih kecil pengaruh buruk yang ditimbulkan antara
lain dari yang biasanya tidak mengompol jadi mengompol, mudah merasa takut, perubahan pola
tidur, kecemasan tidak beralasan, atau bahkan tanda-tanda fisik seperti sakit perut atau adanya
masalah kulit, dll (Nadia, 1991).

4. Dampak Penelantaran Anak


Pengaruh yang paling terlihat jika anak mengalami hal ini adalah kurangnya perhatian dan kasih
sayang orang tua terhadap anak,  Hurlock (1990) mengatakan jika anak kurang kasih sayang dari
orang tua menyebabkan berkembangnya perasaan tidak aman, gagal mengembangkan perilaku
akrab, dan selanjutnya akan mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan datang.

5. Dampak Kekerasan Lainnya


Dampak kekerasan terhadap anak lainnya (Sitohang, 2004) adalah kelalaian dalam mendapatkan
pengobatan menyebabkan kegagalan dalam merawat anak dengan baik. Kelalaian dalam
pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik anak mampu berinteraksi dengan lingkungannya
gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa
putus sekolah.

2.6 Sumber terjadinya kekerasan terhadap anak, di antaranya:


1. Faktor orang tua
• Pernah menjadi korban penganiayaan orang tua pada masa kecilnya atau tinggal cukup lama
di rumah yang penuh kekerasan. Mereka menganggap perilaku itu wajar terhadap anak.

• Orang tua tidak mengetahui cara yang baik dan benar mengasuh dan mendidik anak, cenderung
memperlakukan anak secara salah. Harapan orang tua yang terlalu tinggi tanpa mengenal
keterbatasan anak dan pandangan bahwa anak adalah hak milik orang tua atau merupakan
aset ekonomi.

• Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perkembangan anak, sehingga orang tua tidak
mengetahui kebutuhan dan kemampuan anak. Sehingga memperlakukan anak secara salah.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 71


• Mengalami gangguan kejiwaan atau gangguan kepribadian termasuk menggunakan narkoba.
Seringkali orang tua tidak menyadari ada yang salah di dalam dirinya (insightnya buruk), tidak
dapat berpikir dan bertindak wajar, termasuk dalam mendidik anak.

2. Faktor keluarga
Krisis atau tekanan kehidupan akibat masalah sosial, ekonomi, politik, keterasingan dari masyarakat,
kemiskinan, kepadatan rumah tempat tinggal dan stresor psikososial lainnya dapat menimbulkan
perlakuan yang salah pada anak.

3. Faktor anak
Perilaku atau tabiat anak, penampian fisik anak. Anak yang tidak diinginkan dan kegagalan anak
memenuhi harapan orang tua.

4. Faktor adat istiadat


Pola asuh hak orang tua terhadap anak, pengaruh pergeseran budaya, pengaruh media massa
dapat menimbulkan kasus kekerasan pada anak.

C. Meningkatnya kemampuan untuk menanggapi kekerasan terhadap anak


Mayoritas penyebab kekerasan terhadap anak adalah pola asuh yang salah karena orangtua tidak
memahami cara mendidik anak dengan benar. Akibatnya, hak-hak anak tidak dipenuhi. Anak tidak
pernah ditanya mengenai hal-hal yang ingin mereka lakukan. Orang tua memaksakan kehendak, mulai
dari pilihan makanan, sekolah, hingga hobi, akibatnya hubungan orangtua dan anak menjadi tidak
berdasarkan kasih sayang dan hormat, tetapi rasa takut.

(a) Mengidentifikasi Jenis-jenis Kekerasan Terhadap Anak


Dengan pemahaman jenis-jenis kekerasan terhadap anak, peserta PATBM menjadi lebih peka dalam
melihat persoalan, tidak hanya kasus yang sensasional, tetapi juga kasus yang tampak biasa-biasa
saja namun ternyata adalah pelanggaran hak anak. Jika identifikasi berbagai jenis kekerasan berjalan
dengan baik, anak korban kekerasan tidak akan merasa sendirian dan memiliki keberanian untuk
melapor. Masyarakat juga mendapat kesadaran mengenai hal-hal yang boleh ataupun dilarang secara
hukum. Para pelaku juga semakin takut melakukan aksi mereka. Pendamping PATBM membantu
masyarakat peserta PATBM untuk mengenali berbagai jenis kekerasan terhadap anak. Metode
pengenalan dapat dilakukan dengan sangat beragam, diantaranya adalah melalui pemutaran film,
cerita bergambar, dongeng, review kabar di media massa, dan lain sebagainya.

72 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


(b) Mengenali anak yang mengalami kekerasan
Dampak kekerasan terhadap anak menurut Moore dalam Nataliani (2004) menyebutkan bahwa efek
tindakan dari korban penganiayaan fisik dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori. Ada anak
yang menjadi negatif dan agresif serta mudah frustrasi; ada yang menjadi sangat pasif dan apatis;
ada yang tidak mempunyai kepibadian sendiri; ada yang sulit menjalin relasi dengan individu lain
dan ada pula yang timbul rasa benci yang luar biasa terhadap dirinya sendiri. Selain itu Moore juga
menemukan adanya kerusakan fisik, seperti perkembangan tubuh kurang normal juga rusaknya
sistem syaraf.

(c) Merespon Kekerasan Terhadap Anak


Semua orang tua pasti sekali waktu merasa marah terhadap anaknya. Mengatasi perilaku anak
memang bukan perkara mudah. Hanya dengan bilang “tidak” saja belum tentu dapat meredam
sikap yang menjengkelkan tersebut. Dalam menghadapi sikap dan perilaku anak yang menyulitkan
tersebut banyak orang tua yang lepas kendali sehingga mengatakan atau melakukan sesuatu yang
membahayakan anak sehingga kemudian mereka sesali. Jika situasi ini sering berulang, hal ini
yang dikatakan sebagai penyiksaan anak, baik secara fisik maupun mental. Pencegahan kekerasan
terhadap anak dapat dilakukan dengan mengidentifikasi keluarga yang berisiko tinggi. Bila sudah
diketahui dilakukan monitoring terhadap kehidupan keluarga tersebut termasuk kondisi anak.
Keluarga dapat diberi bimbingan dan konseling untuk mengetahui kapan seorang anak mendapat
perlakuan kekerasan dan alternatif untuk mengatasi masalah. Kewajiban moral pendamping PATBM
untuk memberitahukan kasus kepada pihak yang berwenang telah ada dalam prinsip kedokteran
yaitu prinsip bertujuan untuk kebaikan korban dan tidak memperburuk keadaan korban, atau dengan
perkataan lain pendamping PATBM berkewajiban moral untuk melepaskan anak dari kemungkinan
keadaan yang memperburuk dan memberi peluang bagi anak untuk memperoleh keadilan dan
kebebasan dari rasa takut.

(d) Mendampingi dan menerima kembali (reintegrasi) Anak Korban Kekerasan


Semakin maraknya kasus kekerasan terhadap anak mendorong masyarakat untuk dapat lebih
“responsif perlindungan anak” dengan ikut bertanggung jawab dalam perkembangan anak melalui
peningkatan intensivitas pendampingan terhadap anak. Dari sisi anak sebagai korban, bagi anak
yang menjadi korban kekerasan, akan muncul dampak psikologis yang perlu untuk segera ditangani
oleh orangtua dan masyarakat. Anak korban kekerasan biasanya akan berubah menjadi anak yang
lebih pendiam, pasif, dan murung. Dalam banyak kasus lain, anak korban menjadi lebih sensitif dan
mudah tersinggung secara emosional. Dampak ikutan lainnya adalah menurunnya prestasi, minat,
dan kreativitas anak. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi masa depan anak.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 73


74 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm
MODUL 6 : MENGEMBANGKAN PATBM

Unit 6.1. Satuan Langkah Mengembangkan PATBM

Tujuan
1. Peserta mampu memahami pentingnya mengembangkan PATBM.

2. Peserta mampu memahami dan melaksanakan pengembangan PATBM.

Peralatan :
• LCD, Layar LCD, Kertas plano, metaplan, gunting, lem, solatip,

• Buku pegangan aktivis.

Waktu :
2 Sesi untuk 35 peserta, 90 menit

Langkah-langkah:
1. Fasilitator memulai proses dengan curah pendapat tentang pentingnya mengembangkan PATBM di
desa atau kelurahan.

2. Fasilitator menulis di kertas plano jawaban peserta tentang pentingnya mengembangkan PATBM di
desa atau kelurahan.

3. Fasilitator bertanya lebih dalam tentang pengalaman peserta dalam melaksanakan perlindungan anak
selama ini terkait dengan pengembangan yang sudah dilaksanakan selama ini.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 75


4. Fasilitator menjelaskan desain pengembangan PATBM sesuai kebutuhan lokal melalui análisis SWAT;

5. Fasilitator menjelaskan cara menuyusun rencana kerja lanjutan sesuai program PATBM;

6. Fasilitator menjelaskan cara mendesain pengembangan program PATBM;

7. Fasilitator memberi kesempatan peserta unutk melakukan tanya jawab/diskusi sebelum pembagian
kelompok/ penugasan.

Unit 6.2. Lembar Kerja Mengembangkan PATBM


Tugas Diskusi Kelompok : Pengembangan PATBM
1. Fasilitator menugaskan peserta untuk masuk kedalam kelompok dan membahas pengembangan dari
pelaksanaan PATBM di desa atau kelurahan.

No Bidang dalam PATBM Kegiatan


1 Koordinasi internal aktivis Meningkatkan koordinasi melalui pertemuan rutin
2 Pendanaan Penggalangan Dana Masyarakat
3 Mobilisasi kelompok anak usia 15- Kelas menulis untuk anak
18 tahun

Diatas adalah contoh bidang yang akan dikembangkan dalam PATBM.

2. Presentasikan bergantian setiap kelompok untuk membahas pengembangan PATBM sesuai dengan
lembar kerja

Unit 6.3. Lembar Bacaan Mengembangkan PATBM


Bagaimana mengembangkan PATBM?
a. Apakah cukup dengan kegiatan yang saat ini dilakukan?
PATBM dijalankan dan dilaksanakan secara berkelanjutan, artinya terus dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan perlindungan anak setempat. Oleh karena itu perlu digali terkait dengan

76 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


permasalahan perlindungan anak dari berbagai sumber terutama dari masyarakat. Kegiatan harus
selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan yang diusulkan oleh masyarakat, disamping itu juga
perlu dilakukan inovasi kegiatan yang menarik bagi masyarakat.

b. Bagaimana meminta masukan dari anak-anak, keluarga dan masyarakat untuk memperkuat
PATBM?
Berbagai cara bisa dilakukan untuk meminta masukan terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh PATBM baik kepeda anak, keluarga dan masyarakat, antara lain:

1) Bertanya langsung pada anak, keluarga dan masyarakat yang tinggal disekitar tentang usulan
kegiatan yang bisa dilakukan oleh PATBM

2) Diskusi bersama: Pada saat ada pertemuan PKK,Kampung, RT/RW tentang kegiatan yang bisa
dilaksanakan

3) Meminta masukan pada perangkat desa dan tokoh masyarakat tentang kegiatan yang bisa
dilaksanakan.

c. Siapa pihak yang bisa diajak untuk mengembangkan PATBM?


Banyak pihak yang bisa diajak untuk mengembangkan PATBM di Desa, yaitu:

1) Dari Internal Desa: Kepala Desa, Perangkat Desa, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat
atau masyarakat lain yang bisa dan bersedia ikut mengembangkan PATBM

2) Dari Eskternal Desa: Individu atau Lembaga yang mempunyai kepedulian terhadap perlindungan
anak

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 77


78 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm
MODUL 7 : KEBERLANJUTAN PROGRAM PATBM

Unit 7.1. Satuan Langkah Keberlanjutan Program PATBM

Tujuan
1. Peserta mampu memahami pentingnya keberlanjutan program PATBM.

2. Peserta mampu memahami dan melaksanakan program-program prioritas berkelanjutan dalam


pengembangan PATBM.

Peralatan :
• LCD, Layar LCD, Kertas plano, metaplan, gunting, lem, solatip,

• Buku pegangan aktivis.

Waktu :
2 Sesi untuk 35 peserta, 90 menit

Langkah-langkah
1) Fasilitator melakukan curah pendapat kepada peserta tentang pentingkah melakukan regenerasi
aktivis PATBM saat ini? Bagaimana melibatkan orang tua, toma dan perangkat desa/kalurahan dalam
memastikan keberlanjutan PATBM? Bagaimana mengamankan pendanaan untuk PATBM di masa
depan? Dan seberapa penting melibatkan anak dalam PATBM?

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 79


2) Fasilitator mengajak peserta untuk melihat hal-hal yang dapat diperbaiki, dipertahankan dan kegiatan
baru yang dapat menunjang keberlangsungan PATBM.

3) Fasilitator menjabarkan bahwa keberkelanjutan PATBM sangat dipengaruhi dari tahapan yang telah
dilaksanakan dalam pelatihan ini seperti masyarakat, dukungan dana dan keterlibatan perangkat
daerah.

4) Fasilitator meminta peserta untuk masuk dalam kelompok dan mendiskusikan rencana keberlanjutan
PATBM di desa/kelurahan masing-masing sesuai dengan rencana pengembangan setiap desa/
kelurahan.

5) Di dalam kelompok, masing-masing peserta perlu sharing untuk memberikan masukan tentang
rencana keberlanjutan program dan kontribusi yang dalam diberikan.

6) Kerjakan dalam sebuah desain keberlanjutan program selama 15 menit.

7) Setelah seluruh kelompok selesai, fasilitator meminta perwakilan peserta dari masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi.

8) Setelah diskusi dirasa selesai kemudian fasilitator menutup sesi ini dengan sebelumnya meminta
peserta untuk membacakan hasil diskusi kelas secara umum.

Unit 7.2. Lembar Kerja Keberlanjutan Program PATBM

Tugas Diskusi Kelompok : Keberlanjutan Program PATBM


1. Fasilitator menugaskan peserta untuk masuk kedalam kelompok dan membahas pengembangan dari
pelaksanaan PATBM di desa atau kelurahan.

2. Bagikan kertas plano dan spidol.

80 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


Lembar Diskusi Kelompok
Nama Desa/ Kelurahan :
Nama Kabupaten :
Nama Propinsi :

Rekomendasi Prioritas Indikator


Program dan Penanggung-
No Keberlanjutan Program Keberhasilan Waktu
Kegiatan PATBM jawab
PATBM PATBM

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 81


82 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm
MODUL 8 : Monitoring dan Evaluasi

Unit 8.1. Satuan Langkah Pelatihan Monitoring dan Evaluasi

Tujuan :
1. Peserta dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang aspek dan tata cara monitoring
dan evaluasi program PATBM

2. Memahami dan menjelaskan prinsip, tata cara dan bentuk monev PATTBM.

3. Menyusun rencana pembinaan dan pengawasan PATBM

4. Memahami dan menyusun rencana kerja lanjutan sesuai program PATBM.

5. Mendesain keberlanjutan program

Peralatan :
Buku Monev PATBM, Kertas plano, metaplan, dan spidol.

Waktu :
2 Sesi untuk 35 peserta, 90 menit

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 83


Perkenalan
Langkah-langkah
1. Fasilitator salam pembuka dilanjutkan dengan menyampaikan bahwa berikut ini akan disampaikan
tentang Monitoring dan Evaluasi Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM);

2. Fasilitator menjelaskan prinsip, tata cara dan bentuk monev PATBM;

3. Fasilitator menjelaskan cara menuyusun rencana kerja lanjutan sesuai program PATBM;

4. Fasilitator menjelaskan cara mendesain keberlanjutan program;

5. Fasilitator memberi kesempatan peserta unutk melakukan tanya jawab/diskusi sebelum pembagian
kelompok/ penugasan.

Unit 8.2. Lembar Kerja Monitoring dan Evaluasi


Bacalah informasi tahapan tugas kelompok berikut ini :
1. Bagilah kelompok sesuai dengan daerah desa/kota sesuai wilayah masing-masing
2. Diskusikan formulir-formulir pegangan monev PATBM secara bersama-sama. Fasilitator dapat
memyiapkan formulir monev PATBM yang terdapat dalam buku kerangka kerja monitoring dan
evaluasi Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM).

Unit 8.3. Lembar Bacaan Monitoring dan Evaluasi


Pelaksanaan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) perlu dimonitor dan dievaluasi
untuk memastikan apakah kegiatan yang telah direncanakan berjalan dengan baik. Monitoring
dan evaluasi memberikan informasi yang berguna untuk penyempurnaan strategi gerakan ini dan
menyampaikan laporan kepada pihak lain seperti pemerintah daerah, pemerintah pusat maupun kepada
masyarakat. Monitoring dan evaluasi harus dipandang sebagai sebuah bagian integral dari praktek
dan pengelolaan sehari-hari. Oleh kerena itu proses monitoring dan evaluasi harus berjalan bersamaan
dengan pelaksanaan program sehingga proses ini mampu mendorong terjadinya perbaikan pelaksanaan
kegiatan secara terus menerus. Upaya perbaikan ini bisa dilakukan dengan cara memberikan umpan
balik terhadap hasil yang dicapai kepada para pengelola dan penanggungjawab kegiatan di tingkat desa,
kabupaten, provinsi atau nasional. Hasil evaluasi dan monitoring juga akan mendorong pengambilan

84 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


kebijakan untuk menentukan langkah-langkah penting terkait dengan gerakan PATBM ini di masa yang
akan datang misalnya penentuan sumber daya, pengembangan wilayah gerakan atau mengubah strategi
agar menjadi lebih efektif.

Bersamaan dengan disepakatinya sebuah perencanaan kegiatan maka menjadi penting untuk
memperhatikan apakah kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan ini memiliki tolok ukur untuk menilai
berjalan atau tidaknya di tingkat pelaksanaan. Proses inilah yang disebut sebagai monitoring, yang pada
intinya merupakan sebuah fungsi berkelanjutan yang menggunakan sistem pengumpulan data tentang
indikator-indikator tertentu secara sistematis untuk menyediakan pelaksana dan pemangku kepentingan
lainnya tentang kemajuan dalam pencapaian tujuan kegiatan dan pemanfaatan sumber daya yang
disediakan.

Sementara evaluasi adalah penilaian secara objektif dan sistematis sebuah kegiatan yang sedang atau sudah
berlangsung termasuk disain, pelaksanaan dan hasil-hasilnya. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan
seberapa jauh tujuan kegiatan yang berupa efisiensi, efektivitas, dampak dan keberlangsungan hasil
bisa dipenuhi. Sebuah evaluasi sangat memerlukan Informasi yang bisa dipertanggungjawabkan
dan bermanfaat yang memungkinkan untuk mengintegrasikan hasil pembelajaran ke dalam proses
pengambilan kebijakan. Hasil evaluasi akan membantu dalam memaparkan dan memahami tujuan,
kemajuan serta hasil-hasil dari beragam jenis inisiatif pencegahan dan promosi.

Agar bisa mengukur berbagai hasil yang diharapkan dalam proses monitoring dan evaluasi maka
dikembangkan berbagai macam indikator berdasarkan kerangka kerja sistem yang memiliki komponen
masukan-proses-luaran-hasil-dampak. Kerangka ini memungkinkan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data secara berurutan dan sekaligus mempertimbangkan sumber data yang diperlukan.
Adanya kerangka kerja tersebut maka kegiatan M&E bisa secara sistematis bisa diarahkan untuk:

• Memantau kemajuan implementasi semua komponen rencana kegiatan PATBM pada tingkat desa,
kabupaten kota, provinsi dan nasional.

• Mengidentifikasi celah dan kelemahan dalam pelaksanaan kegiatan PATBM di masing-masing tingkat
administrasi

Mengukur efektivitas PATBM sudah dilakukan sehingga bisa digunakan untuk merencanakan,
memprioritaskan, mengalokasikan dan mengelola sumber daya untuk program-program di masa yang
akan datang.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 85


Kerangka Kerja M&E
Agar kedua fungsi dapat berjalan maka dalam proses penyusunan sistimatikanya dibutuhkan sebuah
kerangka kerja logis yang mendasari pengembangan M&E sehingga dapat memberikan informasi yang
terorganisir dan lengkap atas suatu strategi maupun kegiatan yang telah dikembangkan dan dilaksanakan
dalam rangka merespon suatu kebutuhan atau kondisi tertentu. Kerangka kerja logis yang digunakan
dalam proses M&E upaya perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat adalah keragka sistem yang
terdiri masukan - proses - keluaran - hasil – dampak.

Pedoman M&E untuk PATBM akan menggunakan kerangka kerja yang dikembangkan dalam Pedoman
PATBM yang telah disusun bersamaan dengan pedoman M&E ini. Secara garis besar ada empat jenis
indikator yang dikembangkan dalam pelaksanaan M&E dalam implementasi PATBM ini yaitu: (1)
Indikator programatik yang pada dasarnya mencakup ukuran-ukuran untuk melihat PATBM mulai dari
perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan. (2) Indikator determinan yang mencakup indikator berbagai
konteks yang menentukan perubahan perilaku. (3) Indikator Perilaku yang mencakup ukuran untuk
menilai perubahan perilaku terkait dengan perubahan persepsi tentang kekerasan dan norma tentang
kekerasan dan periaku yang mendukung perlindungan anak. (4) Indikator dampak yang pada dasarnya
mencakup ukuran untuk menilai kualitas hidup anak khususnya dengan insiden kekerasan terhadap
anak dalam masyarakat. Dalam kerangka logis M&E, indikator 1 ini tercermin dalam indikatorasesmen
pengembangan program, indikator penyediaan sumber daya (Input), indikator pelaksanaan kegiatan
(proses) dan indikator keluaran dari kegiatan (output). Sementara indikator 2 dan 3 akan tercermin
dalam indikator hasil (outcome). Sumber data untuk indikator programatik adalah berasal dari data
programatik dan pengembangan program dan indikator determinan, perilaku dan dampak akan diukur
dari survei yang mentargetkan pada populasi. Gambaran kerangka kerja yang digunakan dalam pedoman
M&E ini tampak pada diagram di bawah ini.

86 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


Pengembangan Indikator
Seperti digambarkan sekilas di depan bahwa indikator-indikator yang akan digunakan dalam panduan
ini adalah sebagai berikut:

(1) Indikator Program


Indikator ini merupakan indikator pada tingkat pelaksana PATBM (Desa) dan Penanggungjawab PATBM
(Kab/Kota) yang digunakan untuk melihat perkembangan pelaksanaan kegiatan PATBM. Indikator
program mencakup indikator perencanaan, penyediaan sumber daya dan tata kelola, proses kegiatan
dan keluaran.

(2) Indikator Faktor Determinan


Pada dasarnya indikator ini tidak terkait secara langsung dengan terjadinya kekerasan tetapi menjadi
faktor yang menempatkan atau melindungi individu dari tindakan kekerasan. Indikator faktor
determinan ini mencakup pengetahuan, sikap dan persepsi, kepercayaan dan berbagai sikap orang
dewasa terhadap kekerasan terhadap anak dan berbagai aspek tentang kualitas hubungan antara
anak dengan pengasuhnya.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 87


(3) Indikator Hasil Perilaku
Berbagai indikator dalam blok hasil perilaku ini disusun untuk mengukut perilaku individu yang secara
langsung bisa mempengaruhi terjadinya kekerasan.

(4) Indikator Dampak


Indikator-indikator di dalam blok ini mengukur dampak pada tingkat populasi yaitu ukuran besaran
dan determinan kekerasan terhadap anak.

Pada dasarnya, indikator-indikator ini sudah menjadi bagian dari indikator perlindungan anak
sehingga tidak selalu mensyaratkan upaya pengumpulan data baru tetapi bisa mengoptimalkan
berbagai pengumpulan yang ada, misalnya data Kabupaten/Kota/Desa Layak atau Ramah Anak dengan
memasukkan indikator-indikator tersebut ke dalam instrument M&E yang ada. Oleh karena menyadari
bahwa sangat penting untuk melihat layanan ini dari perspektif usia dan gender maka instrumen M&E
perlu memilah data berdasarkan kelompok usia dan jenis kelaminnya. Demikian pemilahan data perlu
dilakukan karena ada juga kemungkinan pola laki-laki dan perempuan berbeda posisinya dalam keluarga

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam M&E pada pelaksanaan PATBM


a. Kualitas Data
Isu kualitas data merupakan isu mendasar yang harus diperhatikan di dalam mengembangkan rencana
M&E karena akan memungkinkan dilakukannya perbandingan hasil pengukuran dari waktu ke waktu
sehingga akan memudahkan para pengambil kebijakan untuk mengidentifikasi kecenderungan dan
perubahan situasi perlindungan dan kekerasan terhadao anak. Untuk menjamin hal tersebut maka
diperlukan data yang valid, reliable dan tidak bias. Data yang valid (akurat) adalah data yang bisa
menggambarkan keadaan yang mendekati kebenaran. Data yang reliable (andal) adalah data yang
dijawab secara konsisten sama jika ditanyakan dengan pertanyaan yang sama. Sementara itu jika
data memiliki pola kesalahan yang berulang maka disebut dengan bias. Banyak cara dapat digunakan
untuk memastikan kualitas data. Sebagian besar tindakan ini bersandar pada perencanaan dan
supervisi yang baik.

Berikut ini memaparkan sejumlah cara yang bisa digunakan program untuk memastikan kualitas data
yang baik:

1) Memastikan bahwa indikator yang akan digunakan untuk mengukur sebuah topik dioperasionalkan
menjadi pertanyaan yang sesuai dengan maksud/definisi yang telah ditentukan

88 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


2) Merencanakan pengumpulan dan analisis data

3) Melatih staf M&E dalam pengumpulan data

4) Melakukan pengecekan atas data yang dikumpulkan pada semua tahapan

Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan komponen inti untuk mengukur pencapaian dari sudut pandang indikator
program. Rencana operasional M&E harus menjelaskan cara pengumpulan data yang diperlukan agar
indicator bisa dijawab dengan benar dan tepat. Secara umum, terdapat dua metode:

• Kuantitatif: digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data tentang jumlah, proporsi,
prevalensi dan data lain yang bersifat numerik. Survai adalah salah satu contoh metode kuantitatif.

• Kualitatif: digunakan untuk mengumpulkan informasi mendalam dan biasanya menggali pertanyaan
“mengapa” atau “bagaimana” situasi yang ada. Metode kualitatif yang biasa digunakan mencakup
observasi, diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam

Di dalam pelaksanaannya kedua metode ini memungkinkan untuk dikombinasikan karena masing-
masing memiliki keterbatasan. Misalnya ketika ingin melihat tentang proporsi orang dewasa yang
mengetahui tentang hak anak, maka bisa digunakan metode kuantitatif dimana akan dihitung berapa
banyak orang dewasa yang menjawab pertanyaan tentang hal tersebut dalam kuesioner. Tetapi hal ini
belum memberikan gambaran tentang seberapa jauh orang dewasa tersebut memahami tentang hak
anak tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan pengumpulan data secara kualitatif untuk melihat aspek
kualitas dari layanan tersebut. Dalam pelaksanaan M&E pelaksanaan PATBM, salah satu metode kualitatif
yang disarankan adalah dilaksanakannya pengumpulan ‘Cerita Perubahan’ yang ditulis atau dituturkan
oleh anak, orang tua, pemangku kepentingan atau pengelola perlindungan anak tentang hal-hal yang
berubah selama gerakan nasional ini dilaksanakan.

Dilihat berdasarkan kerangka kerja di atas, maka pengumpulan data untuk monitoring akan berbeda
dengan evaluasi. Data programatik yang merupakan sumber data untuk kegiatan monitoring. Oleh karena
data programatik merupakan data yang dikumpulkan oleh setiap PATBM dan Badan PP Kabupaten/Kota
atau secara kumulatif dikumpulkan di provinsi dan nasional, maka diperlukan mekanisme pelaporan
yang standar atas indikator-indikator data programatik yang akan dikumpulkan. Mekanisme pelaporan
data programatik perlindungan anak berbasis masyarakat ini akan memanfaatkan sistem pelaporan yang
sudah dikembangkan oleh KPPPA dalam perlindungan anak. Gambaran sistem pengumpulan data dan
pelaporan dalam rangka monitoring yang digunakan dalam program adalah sebagai berikut:

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 89


Mekanisme Pengumpulan Data dan Pelaporan Monitoring

Mempertimbangkan fungsi dari kegiatan evaluasi, maka pengumpulan data lebih banyak difokuskan
dengan metode survai representatif yang berbasis populasi baik melalui survai, survai rumah tangga,
survai pada anak-anak, survai sekolah yang dilakukan secara reguler.

Koordinasi kegiatan M&E


Seperti digambarkan di depan bahwa M&E untuk pelaksanaan PATBM pada dasarnya memanfaatkan
mekanisme M&E yang ada di KPPPA. Tantangan utama untuk kegiatan M&E adalah kesepakatan
dan koordinasi yang melibatkan banyak pihak untuk mengaplikasikan kerangka kerja M&E tentang
perlindungan anak ini dengan mengakomodasikan semua indikator-indikator yang telah tersedia.
Dalam M&E pelaksanaan PATBM, indikator-indikator KLA digunakan untuk melihat penyediaan, proses
pelaksanaan dan hasil perlindungan anak yang dilakukan oleh pemerintah di tingkat kabupaten kota.
Untuk itu, koordinasi dalam memanfaatkan data ini menjadi sebuah keharusan karena akan meningkatkan
efisiensi dan satunya proses M&E dan KPPPA.

Kapasitas melakukan M & E


Meskipun monitoring dan evaluasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting di dalam
pelaksanaan PATBM, kapasitas untuk melakukan kegiatan ini pada umumnya masih belum optimal
mengingat begitu luas dan berjenjangnya aktivitas yang dilakukan dalam program. Hal ini menjadi
semakin penting untuk diperhatikan dalam melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi pada
pelaksanaan PATBM karena gerakan ini menjadi sebuah program yang bersifat nasional. Sebagai bagian
dari Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penghapusan Kekerasan terhadap Anak maka konsekuensinya
harus ada kapasitas untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap PATBM agar bisa diketahui
kontribusi yang telah diberikan oleh gerakan nasional ini terhadap pengurangan prevalensi kekerasan

90 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


di Indonesia. Diharapkan proses pengembangan kapasitas monitoring dan evaluasi bisa dilakukan pada
tingkat nasional atau provinsi bagi Badan PP di tingkat kabupaten/kota. Pengembangan kapasitas ini
tidak terbatas hanya pada kemampuan individual dari petugas M & E semata tetapi juga harus mampu
meningkatkan kapasitas baik secara organisasional maupun sistem M & E yang berlaku di kabupaten/
kota, propinsi bahkan sistem M & E nasional.

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 91


92 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm
MODUL 9: Evaluasi Pelatihan

EVALUASI PELATIHAN
Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat
Lembar 1: Level 1 – Per Sesi

Asal : Kab/Kota ..................


Jenis Kelamin: 1. Laki-laki 2. Perempuan
Desa/Kal: ..................
Usia:.... tahun Pekerjaan: ............................
Tempat Pelatihan: .............................. Tanggal: .............................................

Perlu Tidak bisa


Bagus Cukup
Aspek Penilaian (4) (3)
Perbaikan digunakan
(2) (1)
1. Dipersiapkan dengan baik dan materi disusun dengan baik 4 3 2 1
2. Dilakukan dengan urutan yang mudah diikuti 4 3 2 1
3. Dijelaskan tujuan kegiatan atau diskusi dan harapan
4 3 2 1
terhadap setiap sesi ini pada saat pembukaan sesi
4. Semua kegiatan bisa dilakukan sesuai dengan rencana
4 3 2 1
pelatihan
5. Selalu ditanya apakah partisipan bisa memahami apa yang
4 3 2 1
sedang dibicarakan
6. Menggunakan contoh untuk menjelaskan sebuah
4 3 2 1
pengertian atau istilah
7. Selalu bertanya untuk merangsang diskusi/pertanyaan dari
4 3 2 1
peserta
8. Penggunaan waktu yang tepat 4 3 2 1
9. Menggunakan bantuan visual untuk menjelaskan 4 3 2 1
10. Selalu menjawab pertanyaan atau komentar dari
4 3 2 1
partisipan
11. Ada diskusi atau role play untuk memperjelas materi 4 3 2 1
12. Mengajak partisipan untuk membagi pengalaman yang
4 3 2 1
pernah dilakukan dalam kaitannya dengan topic sesi

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 93


EVALUASI KEPUASAN PESERTA
Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat
Lembar 2: Level 1 – Akhir Pelatihan

Asal: Kab/Kota..................Desa/Kal: .................. Jenis Kelamin: 1. Laki-laki 2. Perempuan


Usia:.... tahun Pekerjaan: ............................
Tempat Pelatihan: .............................. Tanggal: .............................................

Nilai
Kriteria 5 (Bagus 3 (Rata- 2 (Kurang 1 (Sangat
4 (Bagus)
Sekali) rata) Bagus) Bagus)
1. Kejelasan Tujuan Pelatihan
2. Ketrampilan Fasilitator
3. Kesesuain topik dengan kegiatan
peserta:
4. Kejelasan dalam memberikan
informasi
5. Kedalaman sesi-sesi yang diberikan:
6. Kualitas alat bantu visual :
7. Nilai untuk masing-masing materi :
a Dinamika Kelompok
b. Memulai PATBM
c. Merencanakan PATBM
d. Melaksanakan Kegiatan PATBM
e. Strategi Perubahan PATBM
f. Mengembangkan PATBM
g. Keberlanjutan Program PATBM
100. Monitoring dan Evaluasi

Catatan tambahan :

94 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


EVALUASI MATERI PELATIHAN
Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat
Lembar 3: Level 2 : Awal– Akhir Pelatihan

Asal: Kab/Kota..................Desa/Kal: .................. Jenis Kelamin: 1. Laki-laki 2. Perempuan


Usia:.... tahun Pekerjaan: ............................
Tempat Pelatihan: .............................. Tanggal: .............................................

Pilihan ganda, berilah lingkaran pada jawaban yang benar


1. PATBM singkatan dari
a) Program Anak Terpadu Berbadan Masyarakat
b) Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat
c) Pembelajaran Anak Terpusat Berbasis Masyarkat
d) Penataran Anak Terpadu Berpusat Motorik

2. Tujuan khusus dari PATBM adalah sebagai berikut:


a) Mencegah kekerasan terhadap anak dan Menanggapi kekerasan
b) Mendidik anak dan Perlindungan Anak.
c) Partisipasi Masyarakat dan Perlindungan Keluarga
d) Menanggapi Kekerasan dan Partisipasi Anak

3. Berikut ini adalah enam komponan dalam PATBM yang terdiri dari …
a) Regulasi dan manajemen, Pembiayaan, Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Pengelolaan Informasi,
LSM yang ada di masyarakat dan Perlengkapan dan Penggerakan Partisipasi Masyarakat

b) Regulasi dan pendidikan sekolah termasuk kursus, Pembiayaan, Pengelolaan Sumber Daya
Manusia, Pengelolaan Informasi, Logistik dan Perlengkapan dan Penggerakan Partisipasi
Masyarakat

c) Regulasi dan manajemen, Pembiayaan, Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Pengelolaan


Informasi, Logistik dan Perlengkapan dan Penggerakan Partisipasi Masyarakat

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 95


d) Regulasi dan manajemen, Pembiayaan, Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Pengelolaan
konsumsi, Logistik dan Perlengkapan dan Penggerakan Partisipasi Masyarakat

4. Meningkatkan efektivitas kelembagaan perlindungan anak dilakukan melalui kegiatan berikut ini,
kecuali:
a) Penguatan dan harmonisasi perundang-undangan dan kebijakan terkait perlindungan anak dan
melengkapi aturan pelaksanaannya.

b) Peningkatan dukungan ekonomi untuk kapasitas masyarakat berwiraswata secara mandiri dan
hasil ekonomi digunakan untuk memperhatikan kebutuhan anak.

c) Peningkatan koordinasi antar instansi pemerintah di pusat dan daerah serta organisasi masyarakat
melalui jejaring kelembagaan dalam pelaksanaan, pengawasan, pemantauan, dan evaluasi secara
berkelanjutan.

d) Penguatan sistem manajemen dan pemanfaaatan data dan informasi lintas kementerian/
Lembaga/SKPD.

5. Sekelompok orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap isu perlindungan anak serta secara
sukarela menyatakan kesediaan untuk menjadi tim kerja yang aktif menggerakan PATBM disebut
a) Tim Forum Anak yang giat berkumpul
b) Kelompok Sukarelawan dan sukarelawati
c) Anggota anak Indonesia Sehat
d) Aktivis PATBM di desa/kelurahan

6. Seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk yang di dalam kandungan disebut :
a) Manula
b) Remaja
c) Balita dan Remaja
d) Anak

96 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


7. Berikut ini adalah pemberdayaan yang berbasis Masyarakat PATBM jika melibatkan ;
a) Pemerintah dan petugas dari Badan PPPA Propinsi.
b) Keluarga dan anggota keluarga
c) Gubernur, wakil gubernur, Bupati, wakil bupati dan sekretaris daerah.
d) Partisipasi Masyarakat dari komunitas desa/kabupaten

8. Peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak dapat dilakukan dengan kegiatan
berikut ini, kecuali
a) Memberikan informasi melalui sosialisasi dan edukasi mengenai hak Anak dan peraturan
perundang-undangan tentang Anak dan memberikan masukan dalam perumusan kebijakan
yang terkait perlindungan Anak

b) Melaporkan kepada pihak berwenang jika terjadi pelanggaran hak Anak dan berperan aktif dalam
proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi Anak

c) Melakukan pemantauan pembangunan desa, pengawasan pembangunan fisik sekolah dan ikut
bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan masyarakat desa

d) Menyediakan sarana dan prasarana serta berperan aktif dengan menghilangkan pelabelan
negatif terhadap Anak korban dan memberikan ruang kepada Anak untuk dapat berpartisipasi
dan menyampaikan pendapat.

9. Kegiatan PATBM di desa/kelurahan atau dusun/RW/RT pada hakekatnya terdiri dari 3 tingkatan, yaitu:
a) Tingkat anak, tingkat keluarga dan tingkat komunitas atau masyarakat desa/kelurahan
b) Tingkat sekolah dasar, tingkat sekolah menengah dan tingkat perguruan tinggi
c) Tingkat biro PPPA, tingkat kabupaten, dan tingkat propinsi
d) Tingkat anak-anak, tingkat sekolah dan tingkat ruang gembira anak

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 97


10. Salahsatu tugas utama tim kerja PATBM adalah :
a) Mengenalkan PATBM dan menggerakan partisipasi warga untuk ikut menjadi kader dalam
kegiatan ini, serta menggalang dukungan untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan PATBM

b) Merekrut kader-kader kesehatan dan ekonomi desa untuk bergabung dari propinsi yang lain
diluar propinsinya untuk bergabung dalam mengelola dan menggerakan perlindungan anak.

c) Membuat daftar siapa media masa yang bisa meliput kegiatan-kegiatan perlindungan anak dan
melaporkan kepada media masa jika terdapat kekerasan kepada anak.

d) Aktif dalam kegiatan PATBM, PPAPA, dan KPPPU sebagai peserta dan mengikuti semua kegiatan
yang diselenggarakan di desa dan kota

11. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aturan-aturan hidup yang berlaku. Aturan-aturan
tersebut sering kita sebut dengan istilah
a) Peraturan daerah
b) Tata Laksana
c) Norma
d) Agama

12. Kegiatan PATBM untuk melihat efisiensi, efektivitas, dampak dan keberlangsungan hasil bisa dipenuhi
atau tidak disebut :
a) Monitoring PATBM
b) Evaluasi PATBM
c) Monitoring kegiatan PATBM
d) Umpan Balik PATBM

13. Berikut ini adalah empat jenis indikator PATBM dalam pelaksanaan M&E dalam implemetasinya
kecuali ;
a) Indikator programatik yang pada dasarnya mencakup ukuran-ukuran untuk melihat PATBM mulai
dari perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan.

b) Indikator mengarang atau kabur sehingga peluang berbagai konteks yang menentukan perubahan
perilaku dalam dilihat secara pragmatis.

98 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm


c) Indikator Perilaku yang mencakup ukuran untuk menilai perubahan perilaku terkait dengan
perubahan persepsi tentang kekerasan dan norma tentang kekerasan dan periliaku yang
mendukung perlindungan anak.

d) Indikator dampak yang pada dasarnya mencakup ukuran untuk menilai kualitas hidup anak
khususnya dengan insiden kekerasan terhadap anak dalam masyarakat.

14. Partisipasi dari proses kegiatan yang mengumpulkan berbagai layanan untuk memenuhi kebutuhan
anak, memastikan anak mendapatkan tindak lanjut dari layanan serta melakukan evaluasi dari
layanan yang diperoleh anak disebut :
a) Rujukkan
b) Pendampingan
c) Peserta Pelatihan
d) Advokasi

15. Pendamping anak, tokoh atau mereka yang memiliki kepedulian kepada anak-anak dan mampu
menggerakan kegiatan kemasyarakatan di tingkat desa atau kelurahan disebut :
a) Aktivis PATBM
b) Staff PATBM
c) Layanan PATBM
d) Rumah PATBM

------ Terima Kasih -----

Modul Pelatihan Aktivis – Patbm 99


KUNCI JAWABAN :
1 b. Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat
2 a. Mencegah kekerasan terhadap anak dan Menanggapi kekerasan
3 c. Regulasi dan manajemen, Pembiayaan, Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Pengelolaan
Informasi, Logistik dan Perlengkapan dan Penggerakan Partisipasi Masyarakat
4 b. Peningkatan dukungan ekonomi untuk kapasitas masyarakat berwiraswata secara mandiri
dan hasil ekonomi digunakan untuk memperhatikan kebutuhan anak.
5 d. Aktivis PATBM di desa/kelurahan
6 d. Anak
7 d. Partisipasi Masyarakat dari komunitas desa/kabupaten
8 c. Melakukan pemantauan pembangunan desa, pengawasan pembangunan fisik sekolah dan
ikut bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan masyarakat desa
9 a. Tingkat anak, tingkat keluarga dan tingkat komunitas atau masyarakat desa/kelurahan
10 a. Mengenalkan PATBM dan menggerakan partisipasi warga untuk ikut menjadi kader dalam
kegiatan ini, serta menggalang dukungan untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan PATBM
11 c. Norma
12 b. Evaluasi PA BM
13 c. Indikator Perilaku yang mencakup ukuran untuk menilai perubahan perilaku terkait dengan
perubahan persepsi tentang kekerasan dan norma tentang kekerasan dan perliaku yang
mendukung perlindungan anak.
14 a. Rujukkan
15 a. Aktivis PATBM

100 Modul Pelatihan Aktivis – Patbm

Anda mungkin juga menyukai