Anda di halaman 1dari 6

INTERAKSI OBAT

DI SUSUN OLEH:

NURLISA RASYID

PF.21.040

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU KENDARI

2021
Pada dasarnya suatu penyakit dapat diobati oleh satu obat. Obat tersebut ditetapkan

dosis dan frekuensi pemakaiannya dalam sehari karena pada umumnya obat digunakan untuk

pemakaian ganda (berulang). Frekuensi pemakaian ditetapkan berdasarkan parameter

farmakokinetiknya seperti tetapan kecepatan eliminasi. Semakin kecil tetapan kecepatan

eliminasi, maka semakin berkurang frekuensi pemakaiannya dibandingkan dengan obat yang

mempunyai tetapan kecepatan eliminasi yang lebih besar. Oleh karenanya, jika seseorang

mendapatkan dua jenis obat atau lebih yang mempunyai waktu paruh biologis berbeda maka

frekuensi pemakaiannya seharusnya berlainan. Aspek-aspek tersebut di atas dipelajari di

dalam ilmu farmakokinetik. Dewasa ini, banyak obat yang dibuat oleh industri farmasi

berupa obat kombinasi tetap dalam satu bentuk sediaan farmasi (misalnya tablet atau kapsul)

yang mengandung dua zat berkhasiat atau lebih yang diberikan dengan frekuensi pemakaian

yang sama. Tampaknya pertimbangan utama yang dipakai oleh industri farmasi tersebut lebih

didasarkan pada pertimbangan logic pharmacodynamic, dan masih kurang memperhatikan

aspek farmakokinetik dari obat-obat tersebut. Oleh karena itu dapat terjadi dalam suatu

kombinasi obat terdapat komponen-komponen zat aktif yang berlainan parameter

farmakokinetiknya, khususnya waktu paruh eliminasi, sehingga apabila dikonsumsi secara

bersamaan dan dengan pemberian berulang yang sama, dapat mengakibatkan terjadinya

akumulasi pada salah satu obat atau keduanya. Kombinasi obat semacam ini banyak terdapat

dalam obat flu atau obat batuk, diantaranya kombinasi obat yang mengandung parasetamol

dan fenilpropanolamin hidroklorida.

Interaksi obat adalah perubahan efek farmakologi suatu obat oleh senyawa lain yang

berada bersamaan di dalam tubuh atau modifikasi tindakan satu obat oleh tindakan obat

lainnya, Interaksi dapat berupa peningkatan, pengurangan atau peniadaan efek obat,
pengurangan efek samping sebagai interaksi yang menguntungkan atau peningkatan sehingga

timbul efek toksik yang merugikan. Pengobatan dengan beberapa obat sekaligus (polifarmasi)

memudahkan terjadinya interaksi obat . Meningkatkan resiko efek samping merugikan yang

tidak disengaja. Interaksi obat dapat terjadi di antara obat dengan obat, obat dengan makanan,

obat dengan lingkungan, obat dengan hasil pemeriksaan biokimia klinik dan obat dengan

herbal.

Flu merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang dapat menyerang

hidung, tenggorokan dan paru-paru. Flu atau influenza ini sangat umum terjadi dimusim

pancaroba. Penyakit ini sangat mudah menular ke orang lain, terutama ketika 3-4 hari

pertama setelah pengidapnya terinfeksi virus flu.

Gejala-gejala flu yang biasa dirasakan pengidapnya adalah demam, sakit kepala,

batuk-batuk, pegal-pegal, kehilangan nafsu makan, serta sakit tenggorokan. Gejala flu akan

bertambah parah selama 2-4 hari sebelum akhirnya membaik dan sembuh.

Flu dan pilek adalah dua kondisi yang berbeda. Pilek umumnya muncul secara

bertahap dengan gejala yang lebih ringan, sehingga tidak terlalu berdampak pada rutinitas

pengidapnya. Sedangkan flu tak seperti itu. Penyakit ini cenderung menyebabkan gejala yang

lebih parah, sehingga bisa mengganggu aktivitas pengidapnya. Di samping itu, masa inkubasi

flu juga lebih singkat.

Gejala dari flu dapat muncul dengan cepat pasca virus masuk ke dalam tubuh hingga

butuh waktu beberapa hari. Ketika flu menyerang seseorang, maka pengidapnya akan

mengalami beberapa keluhan. Awalnya, seseorang yang mengidap penyakit ini adalah sakit

tenggorokan, bersin, dan pilek, hingga merasakan nyeri di beberapa bagian badan bahkan
sekujur tubuh. Bahkan, kamu akan merasa sulit untuk bangun tidur serasa badan sakit

keseluruhan.

Parasetamol (asetaminofen) merupakan turunan senyawa sintetis dari p-aminofenol

yang memberikan efek analgesia dan antipiretika. Senyawa ini mempunyai nama kimia N-

asetil-paminofenol atau p-asetamidofenol atau 4’- hidroksiasetanilid, bobot molekul 151,16

dengan rumus kimia C8H9NO2 dan mempunyai struktur molekul sebagai berikut : Gambar

2.1 Struktur Molekul Parasetamol Fenilpropanolamin hidroklorida adalah senyawa yang

termasuk dalam obat simpatomimetis yang secara struktur berkaitan dengan efedrin

hidroklorida. Nama kimia dari Fenilpropanolamin hidroklorida (dl- norefedrin) adalah α-(1-

aminoetil) benzyl alkohol hidroklorida atau 1-fenil-1-amino-1-propanol hidroklorida.

Senyawa ini mempunyai berat molekul 187,67 dengan struktur molekul sebagaimana

ditunjukkan gambar 2. Dari pustaka dan hasil penelitian sebelumnya diketahui parasetamol

liki waktu paruh eliminasi antara 1– 3 jam sedangkan fenilpropanolamin hidroklorida

memiliki waktu paruh eliminasi antara 3–6 jam.

Apabila kombinasi obat tersebut rikan secara berulang (misalnya tiga kali dalam

sehari) maka parasetamol dengan waktu paruh elimasi 1 jam tidak akan menimbulkan

akumulasi tetapi fenilpropanolamin hidroklorida dengan waktu paruh eliminasi 6 jam akan

memiliki indeks akumulasi (R) diatas 1. Dengan demikian kombinasi obat ini dapat

menimbulkan akumulasi fenilpropanolamin dalam tubuh apabila diberikan sehari tiga kali.

dibe Berdasarkan uraian diatas, kita perlu untuk mengetahui lebih jauh mengenai profil

farmakokinetik dari masing-masing obat dan sejauh mana pengaruh pemberian dalam bentuk

kombinasi antara kedua obat dibandingkan profil farmakokinetik masing-masing obat

tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi
parasetamol dan fenilpropanolamin hidroklorida terhadap profil farmakokinetik dari masing-

masing obat dalam plasma darah manusia.

Pemberian kombinasi parasetamol dosis 500 mg dan fenilpropanolamin hidroklorida

dosis 50 mg secara oral pada enam orang sukarelawan mempengaruhi profil farmakokinetik

masing-masing obat yang diberikan secara tersendiri/tunggal.

Pada dasarnya suatu penyakit dapat diobati oleh satu obat. Obat tersebut ditetapkan

dosis dan frekuensi pemakaiannya dalam sehari karena pada umumnya obat digunakan untuk

pemakaian ganda (berulang). Frekuensi pemakaian ditetapkan berdasarkan parameter

farmakokinetiknya seperti tetapan kecepatan eliminasi. Semakin kecil tetapan kecepatan

eliminasi, maka semakin berkurang frekuensi pemakaiannya dibandingkan dengan obat yang

mempunyai tetapan kecepatan eliminasi yang lebih besar. Oleh karenanya, jika seseorang

mendapatkan
DAFTAR PUSTAKA

Taofik Rusdiana. Interaksi Farmakokinetik Kombinasi Obat Parasetamol Dan Fenilpropanolamin

Hidroklorida Sebagai Komponen Obat Flu

Anda mungkin juga menyukai