Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak”


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Perencanaan Perpajakan
Grup : AD 2

Dosen Pengampu : Hendrik Samosir, S.E,.Ak.,M.Ak.

DISUSUN OLEH:
Ketua kelompok:
1. Rida J Sipayung ( 19510048 )

Anggota kelompok :
1. Carmelita ompusunggu ( 19510053 )
2. Christina Natalia Sitorus ( 19510023)
3. David Felix Siburian ( 19510258)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
TAHUN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana telah
melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada kami, hingga pada akhirnya kami
dapat menyeleaikan makalah ini tepat pada waktunya, guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah perencanaan perpajakan.
Pada kesempatan ini kami mengucapakan terimakasih pada dosen bapak Hendrik
Samosir, S.E,.Ak.,M.Ak. kami yang telah memberikan limpahan ilmu berguna
kepada kami. Adapun yang kami bahas dalam makalah ini yang berjudul
“PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK”.

Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini
kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi kami yakin makalah ini masih
banyak kekurangan disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan
kritik membangun agar lebih maju dimasa yang akan datang.
Harap kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi
kami dalam mangarungi masa depan. Kami juga beharap agar makalah ini dapat
berguna bagi mahasiswa Universitas Hkbp nommensen Medan .

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................2
Bab II Pembahasan........................................................................................3
2.1 Pemeriksaan pajak (penegrtian umum).............................................3
2.2 Tujuan Pemeriksaan .........................................................................4
2.3 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemeriksaan Pajak ........5
2.4 Tata Cara Pemeriksaan .....................................................................15
2.5 Langkah-langkah Pemeriksaan Pajak ...............................................16
2.6 Kebijakan Pemeriksaan Yang Akan Datang ....................................17
2.7 Penyidikan Pajak ..............................................................................18
2.9 Penghentian Penyidikan ...................................................................19
Bab III Penutup..............................................................................................20
3.1 Kesimpulan........................................................................................20
3.2 Saran..................................................................................................20
Daftar Pustaka................................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi
pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Penerimaan pajak berasal dari Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak
atasTanah dan Bangunan (BPHTB), penerimaan cukai, pencairan tunggakan
pajak,maupun pajak-pajak lainnya.
Pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu
kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. Sistem perpajakan Indonesia
mengalami perubahan pada tahun 1983 dari Official Assessment System menjadi
Self Assessment System. Self Assessment System adalah suatu system dimana
pemerintah memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya
Self Assessment System ini dapat berjalan secara efektif melalui
keterbukaan dan pelaksanaan penegakan hukum (law enforcement) yang
merupakan hal yang paling utama. Kepercayaan yang sangat besar dari
pemerintah kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri pajak yang harus
dibayarnya harus diimbangi dengan upaya penegakan hukum dan pengawasan
yang ketat atas kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Penegakan hukum ini dapat dilakukan dengan adanya
pemeriksaan atau penyidikan pajak dan penagihan pajak.
Pemeriksaan pajak merupakan instrumen yang baik untuk meningkatkan
tingkat kepatuhan wajib pajak, baik formal maupun material dari peraturan
perpajakan. Tujuan utamanya adalah untuk menguji dan meningkatkan tax
compliance seorang wajib pajak dimana kepatuhan ini akan sangat berdampak
pada penerimaan pajak. Pemeriksaan pajak dapat dilakukan di kantor atau
ditempat wajib pajak yang ruang lingkup pemeriksaannya meliputi satu jenis

1
pajak, beberapa jenis pajak, atau seluruh jenis pajak, baik untuk tahun-tahun yang
lalu maupun untuk tahun berjalan.
Salah satu media perpajakan yang mempunyai kekuatan hukum memaksa
untuk penagihan tunggakan pajak adalah Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
(PPSP). Menurut UU RI Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak
denganSurat Paksa pasal 1 ayat (12), “Penagihan Pajak dengan Surat Paksa adalah
surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak”. Jumlah tagihan
pajak yang tidak atau kurang dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran sesuai yang tercantum dalam STP, SKPKB, dan SKPKBT ditagih
dengan menggunakan Surat Paksa.
Pemeriksaan serta penagihan pajak juga akan meningkatkan kepatuhan
wajib pajak (tax compliance), jika kepatuhan dan jumlah wajib pajak meningkat
maka akan meningkatkan penerimaan pajak Negara. Penagihan pajak
dilaksanakan terhadap tunggakan pajak yang belum dipenuhi oleh wajib pajak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan pajak ?
2. Apa tujuan dari pemeriksaan pajak ?
3. Bagaimana tata cara dalam melakukan pemeriksaan ?
4. Apa yang dimaksud dengan penyidikan pajak ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui yang dimaksud dengan pemeriksaan pajak
2. Mengetahui tujuan dari dilakukannya pemeriksaan pajak
3. Mengetahui tata cara dalam melakukan pemeriksaan pajak
4. Mengetahui yang dimaksud dengan penyidikan pajak

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PEMERIKSAAN PAJAK


(PENGERTIAN UMUM)
1. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.
2. Pemeriksa pajak adalah pegawai negeri sipil di lingkungan direktorat
jendral pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh dirjen pajak untuk diberi
tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksanaan
pajak.
3. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya.
4. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (Closing Conference) adalah
pembahasan yang dilakukan antara pemeriksa pajak dan wajib pajak atas
temuan selama pemeriksaan, dan hasil bahasan temuan tersebut baik yang
disetujui maupun yang tidak disetujui dituangkan dalam Berita Acara
Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh pemeriksa pajak dan wajib
pajak.
5. Kertas Kerja Pemeriksaan adalah catatan secara rinci dan jelas yang
diselenggarakan oleh pemeriksa pajak mengenai prosedur pemeriksaan
yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, bukti dan keterangan yang
dikumpulkan dan kesimpulan yang diambil sehubungan dengan
pelaksanaan pemeriksaan.
6. Laporan pemeriksaan pajak adalah laporan tentang hasil pemeriksaan yang
disusun oeh pemeriksa pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan
ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan

3
7. Bukti permulaan adalah keadaan dana tau bukti-bukti baik berupa
keterangan, tulisan, perbuatan yang dilakukan oleh wajib pajak yang dapat
menimbulkan kerugian pada negara
8. Pemeriksaaan bukti permulaan adalah pemeriksaan pajak untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana di bidang perpajakan.

2.2 TUJUAN PEMERIKSAAN


Tujuan Pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan
untuk tujuan lain dalam rangak melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal:
a. Surat pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak,
termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak.
b. Surat pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukkan rugi.
c. Surat pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada
waktu yang telah ditetapkan.
d. Surat pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan
oleh Dirjen Pajak.
e. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban surat
pemberitahuan tidak dipenuhi.
2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka:
a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan
b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan
e. Pengumpulan bahan gna penyusunan norma perhitungan penghasilan
neto

4
f. Pencocokan data dan atau alat keterangan
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutan Pajak Pertambahan Nilai
i. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
untuk tujuan lain selain huruf a sampai dengan huruf h

2.3 HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM


PEMERIKSAAN PAJAK
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus memiliki tanda
pengenal yang dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan serta
memperlihatkan kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
2. Wajib Pajak yang diperiksa wajib:
a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib
pajak, atau objek yang terutang pajak.
b. Memberikan kesepatan untuk memasuki tempat atau ruang yang
dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
c. Memberikan keterangan lain yang diperlukan.
3. Buku, catatan dan dokumen,serta data yang diperlukan oleh Wajib Pajak
paling lama 1 (satu) bulan sejak permintaan disampaikan.
4. Dalam hal wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas tidak memenuhi ketentuan diatas (No.1) sehingga tidak
dapat dihitung besarnya penghasilan kena pajak, penghasilan kena pajak
tersebut dapat dihitung secara jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
5. Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan atau dokumen
serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikat oleh suatu kewajiban
untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan
pemeriksaan.

5
6. Dirjen Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu
serta barang bergerak dana tau tidak bergerak apabila wajib pajak tidak
memenuhi kewajiban.

Wajib Pajak Go Public


Terhadap Wajib Pajak Badan yang pernyataan pendaftaran emisi sahamnya
telah dinyatakan efektif oleh badan pengawas pasar modal dan menyampaikan
Surat Pemberitahuan dengan dilampiri laporan keuangan yang telah diaudit oleh
akuntan publik dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian jika :
1. Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak menyatakan lebih bayar.
2. Terpilih untuk diperiksa berdasarkan analisis risiko
Dapat dilakukan pemeriksaan malalui Pemeriksaan Kantor.
a. Tata cara pemeriksaan diantaranya mengatur tentang pemeriksaan
ulang, jangka waktu pemeriksaan, kewajiban menyampaikan surat
pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak, dan hak wajib
pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam
batas waktu yang ditentukan, diatur dengan atau berdasarkan
peraturan menteri keuangan.
b. Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan Wajib Pajak tidak memenuhi
kewajiban sehingga perhitungan penghasilan kena pajak dilakukan
secara jabatan, Dirjen Pajak wajib menyampaikan surat
pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak dan
memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk hadir dalam pembahasan
akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan.

Perwakilan Wajib Pajak dalam Pemeriksaan Pajak.


1. Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal berikut :
a. Badan oleh pengurus
b. Badan yang dinyatakan pailit oleh kurator
c. Badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang ditugasi untuk
melakukan pemberesan

6
d. Badan dalam likuidasi atau likuidator
e. Suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya,
pelaksana wasiatnya, atau yang mengurus harta peninggalanya.
f. Anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan
oleh wali atau pengampunya.
2. Wakil dari Wajib Pajak bertanggung jawab secara pribadi dan/ atau secara
renteng atas pembayaran pajak yang terutang, kecuali apabila dapat
membuktikan dan meyakinkan Dirjen Pajak bahwa mereka dalam
kedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab
atas pajak yang terutang tersebut.
3. Orang pribadi atau Badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat
kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memnehi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
4. Persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa diatur dengan atau
berdasarkan peraturan menteri keuangan.
5. Termasuk dalam pengertian pengurus adalah seorang yang nyata-nyata
mempunyai wewenang ikut menentukan kebijakan dan/atau mengambil
keputusan dalam menjalankan perusahaan.

Mekanisme Pemeriksaan Pajak sebagai Tindakan Pengawasan


Kerangka pemikiran tentang pemeriksaan pajak sebagai tindakan
pengawasan terhadap sistem self assessment merupakan manifestasi dari adanya
upaya pemberdayaan terhadap Wajib Pajak dalam kaitannya dengan kepatuhan,
secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut.

7
Sistem Pemeriksaan Pajak sebagai Tindakan Pengawasan terhadap Pelaksanaan
Sistem Self Assessment

Kebijakan Sitem Pemberdayaan


Self Assessment Wajib Pajak

Tindakan
Pemeriksaan Pajak
Pengawasan

Kepatuhan
Wajib Pajak

Umpan Balik

Mekanisme pemeriksaan pajak sebagai tindakan pengawasan atas


pelaksanaan sistem self assessment untuk menumbukan kepatuhan Wajib Pajak
pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang berproses secara terpadu
sehingga membentuk suatu sistem khas dalam rangka mewujudkan efektivitas dan
efisiensi pemeriksaan.
Ruang Lingkup Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Sederhana, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap
Wajib Pajak dalam rangka kerja sama operasi atau konsorsium, untuk
seluruh jenis pajak atau jenis-jenis pajak tertentu, termasuk Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) , baik untuk Masa Pajak atau
tahun berjalan dan/atau Masa Pajak/tahun-tahun sebelumnya, yang
dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot
kedalaman yang sederhana. Pemeriksaan Sederhana dilakukan melalui:

8
a. Pemeriksaan Sederhana Kantor (PSK), yaitu Pemeriksaan Sederhana
yang dilakukan terhadap Wajib Pajak di kantor Unit Pelaksana
Pemeriksaan Sederhana, untuk satu jenis pajak tertentu, baik untuk
tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya.

Sistem Pemeriksaan Pajak sebagai Tindakan Pengawasan atas Pelaksanaan Sistem


Self Assessment

PROSES OUTPUT Input


1. Dasar Pelaksanaan sistem Pemeriksaan pajak sebagai Tingkat kepatuhan wajib pajak
self assessment. tindakan pengawasan atas dilihat atas dasar indikator :
2. Data yang akurat mengenai: pelaksanaan sistem self 1. Patuh terhadap kewajiban
a. Wajib pajak assessment terhadap kepatuhan interin, yakni dalam
b. Objek pajak Wajib Pajak, terutama pembayaran/laporan masa, SPT
c. SPT dan data pendukung difokuskan kepaa lima dimensi masa, SPT PPN setiap bulan.
3. Aparatur pajak: pokok sasaran pemeriksaan, 2. Patuh terhadap kewajiban
a. KARIKPA yaitu antara lain sebagai tahunan, yakni dalam
b. KPP-KPP, berikut: menghitung pajak atas dasar
c. Pemeriksa Pajak 1. Pos peredaran usaha sistem (self assessment)
d. Kelengkapan 2. Pos beban pokok penjualan melaporkan pajak dalam SPT
administrasi perpajakan 3.Pos penghasilan dari luar pada akhir tahun pajak, serta
e. Kelengkapan peranti usaha melunasi utang pajak.
keras dan peranti lunak. 4. Pos kompensasi 3. Patuh terhadap ketentuan
5. Pos penyusutan aset materil dan yuridis formal
perpajakan melalui pembukuan
sebagaimna mestinya.

Umpan Balik

b. Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL), yaitu Pemeriksaan


Sederhana yang dilakukan terhadap Wajib Pajak di lapangan dan di
kantor Unit Pelaksana Pemeriksaan Sederhana, untuk seluruh jenis
pajak atau jenis-jenis pajak tertentu dan/atau untuk tujuan lain, baik
untuk tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya.

9
2. Pemeriksaan Lengkap (PL), yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap
Wajib Pajak dalam rangka kerja sama operasi atau konsorsium, di
lapangan dan di kantor Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak Lengkap, untuk
seluruh jenis pajak, termasuk Bea Perolehan Hak ata Tanah dan Bangunan
(BPHTB), baik untuk tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya,
yaitu yang dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan
pada umumnya.

Unit Pelaksana Pemeriksaan Lengkap adalah Direktorat Pemeriksaan


Pajak, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, dan Kantor Pemeriksaan
dan Penyidikan Pajak (Karikpa), sedangkan Unit Pelaksana Pemeriksaan
Sederhana adalah Kantor Pelayanan Pajak.

Jenis dan Prioritas Pemeriksaan


Jenis Pemeriksaan antara lain sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Rutin, yaitu pemeriksaan yang bersifat rutin dilakukan
terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak yang bersangkutan.
2. Pemeriksaan Khusus, yaitu pemeriksaan yang dilakukan tehdap Wajib
Pajak berkenaan dengan adanya masalah dan/atau keterangan yang secar
khusus berkatian dengan Wajib Pajak yang bersangkutan.
3. Pemeriksaa Bukti Permulaan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap
Wajib Pajak untuk mendapatkan bukti permulaan tenang adanya dugaan
telah terjadi tindak pidana dibidang perpajakan.
4. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi, yaitu pemeriksaan yang dilaukan
terhadap cabang, perwakilan, pabrik, atau tempat usaha dari Wajib Pajak
Domisili, yang lokasinya berada di luar wilayah kerja Unit Pelaksana
Pemeriksaan Wajib Pajak Domisili.
5. Pemeriksaan Tahun Berjalan, yaitu pemeriksaan terdhadap Wajib Pajak
yang dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis tertentu dan untuk
mengumpulkan data atau keterangan atas kewajiban pajak lainnya.

10
Prioritas pemeriksaan ditetapkan sebagai berikut.
1. Pemeriksaan rutin terhadap SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
atau Badan yang menyatakan lebih bayar dan/atau SPT Tahunan PPh Pasal
21 yang menyatakan lebih bayar dan/atau SPT Masa PPN yang
menyatakan meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
2. Pemeriksaan Bukti Permulaan.
3. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi
4. Pemeriksaan Khusus
5. Pemeriksaan Rutin selain pemeriksaan rutin sebagaimana dimaksud pada
nomor 1.
6. Pemeriksaan Tahun Berjalan

Jangka Waktu Penyelesaian Pemeriksaan


Jangka waktu penyelesaian ditetapkan sebagai berikut:
1. PSK harus diselesaikan dalam jangka waktu 2 minggu, terhitung sejak saat
surat panggilan dikirimkan kepada WP.
2. PSL harus diselesaikan dalam jangka waktu 1 bulan, terhitung sejak Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak disampaikan kepada WP.
3. PL harus diselesaikan dalam jangka waktu 2 bulan, terhitung sejak Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak disampaikan kepada WP.
4. PSK terhadap SPT Masa PPN yang menyatakan meminta pengembalian
kelebihan pembayaran pajak yang diajukan oleh pengusaha Kena PET
harus diselesaikan dalam jangka waktu 6 hari, terhitung sejak tanggal
permohonan diterima dan jangka waktu tidak dapat diperpanjang.
5. PSL sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan WP Lokasi harus
diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 30 hari, terhitung sejak SP3
WP Lokasi diteribitkan dan jangka waktu tidak dapat diperpanjang.
6. PL sehubungan dengan Pemeriksaan WP Lokasi harus diselesaikan dalam
jangka waktu paling lama 45 hari, terhitung sejak tanggal SP3 WP Lokasi
diterbitkan dan jangka waktu tidak dapat diperpanjang.

11
7. PSL atau PL sehubungan dengan Pemeriksaan Tahun Berjalan harus
diselesaikan dalam jangka waktu 1 bulan, terhitung sejak SP3 disampaikan
kepada WP dan jangka waktu tidak dapat diperpanjang.
8. PSL atau PL sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Khusus
berdasarkan instruksi Direktur Pemeriksaan Pajak atau Kepala Kantor
Wilayah DJP harus diselesaikan dengan memperhatikan jangka waktu
yang tertera pada instruksi Pemeriksaan Khusus.
9. PL sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Pembayaran
berdasarkan instruksi Direktur Pemeriksaan Pajak atau Kepala Kantor
Wilayah DJP harus diselesaikan dengan memperhatikan jangka waktu
yang tertera pada instruksi Pemeriksaan Bukti Pembayaran.

Jangka waktu penyelesaian paling lama untuk pemeriksaan yang penyelesaiannya


dapat diperpanjang:
1. 3 (tiga) minggu untuk PSK, dan tidak dapat diperpanjang lagi.
2. 1 (satu) bulan untuk PSL, dan tidak dapat diperpanjang lagi.
3. 2 (dua) bulan untuk PL, dan dapat diperpanjang 2 bulan lagi.

Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak


Tertentu
Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan produktivitas di bidang
pemeriksaan, terhadap wajib pajak golongan tertentu dilakukan pemeriksaan
dengan ruang lingkup dan jangka waktu penyelesaian sebagai berikut:
No Golongan WP Ruang Lingkup Jangka Waktu
Pemeriksaan Pemeriksaan
1. WP Badan Khusus: PSK 2 minggu
a. WP Masuk Bursa PSK 2 minggu
b. Bentuk Usaha Tetap Bank PSK 2 minggu
c. BUMN/BUMD
2. WP Orang Pribadi dan WP Badan PL/PSL/PSK 2 bulan/1 bulan
Besar lainnya
3. WP Orang Pribadi dan WP Badan PL/PSL/PSK 2 bulann/1
Menengah, termasuk para profesional bulan/2 minggu

12
4. WP Kecil dan WP Orang Pribadi tidak PSL/PSK 1 bulan/2 minggu
menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas

Terhadap wajib pajak yang termasuk dalam golongan wajib pajak badan
khusus dapat pula dilakukan PSL atau PL berdasarkan instruksi Dirjen Pajak.
Dalam hal ditemukan data baru dana tau data yang semula belum terungkap, maka
walaupun sudah dilakukan pemeriksaan masih terbuka kesempatan untuk
dilakukan pemeriksaan ulang melalui PL sesuai dengan ketentuan. Oleh karena
itu, Wajib pajak diharapkan agar menyelenggarakan pembukuannya secara
transparan dan mematuhi ketentuan yang berlaku.
1. Wajib pajak orang pribadi dan badan besar lainnya terdiri atas wajib pajak
PMA, wajib pajak Bedora selain BUT Bank dan wajib pajak orang pribadi
dan badan terbesar pada masing-masing Kantor Pelayanan Pajak.
2. Wajib pajak orang pribadi dan badan menengah dan kecil serta wajib pajak
orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,
kriterianya ditentukan oleh Direktorat Pemeriksaan Pajak berdasarkan
peredaran usaha atau penghasilan yang diterima/diperoleh dalam suatu
tahun pajak.

Pemeriksaan Ulang
Pelaksanaan Pemeriksaan Ulang diatur sebagai berikut:
1. Pemeriksaan ulang hanya dapat dilakukan berdasarkan instruksi atau
persetujuan Dirjen Pajak.
2. Instruksi atau persetujuan Dirjen Pajak dapat diberikan apabila:
a. Adanya indikasi bahwa WP melakukan tindakan pidana di bidang
perpajakan.
b. Terdapat data baru dan data yang semula terungkap yang
mengakibatkan penambahan pajak terutang.
c. Terdapat sebab-sebab lain berdasarkan instruksi Dirjen Pajak.
3. Sesuai dengan ketentuan Ps. 15 ayat 1 UU No. 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU No. 16 Tahun 2000),
yang dimaksud data baru aadalah data yang belum dilaporkan WP dalam

13
Surat Pemberitahuan dan data semula belum terungkap adalah data yang
sudah dilaporkan WP dalam Surat Pemberitahuan namun tidak
diungkapkan secara jelas.
4. Dalam kebijakan pemeriksaan tahun 2000, pemeriksaan ulang merupakan
Pemeriksaan Bukti Pembayaran atau Pemeriksaan Khusus sesuai dengan
kriteria dilakukannya pemeriksaan ulang tersebut.

Perluasan Pemeriksaan
Instruksi atau persetujuan perluasan pemeriksaan dapat diberikan dalam hal:
a. Terdapat indikasi bahwa WP melakukan tindakan pidana di bidang
perpajakan.
b. Hasil pemeriksaan terhadap WP untuk tahun pajak yang diperluas
diperkirakan dapat mengakibatkan penambahan pajak terutang dengann
jumlah yang signifikan.
c. Terdapat sebab-sebab lain berdasarkan instruksi Dirjen Pajak.

Penerapan Teknik Sampling


Penerapan teknik sampling dalam pemeriksaan ditujukan membantu
pemeriksa pajak dalam pelaksanaan pemeriksaan agar lebih efektif dan efisien.
Pemahaman konsep sampling akan membantu pemeriksa dalam mengevaluasi
keseluruhan mengenai sistem pengendalian internal yang diterapkan oleh WP dan
menyusun kesimpulan yang tepat mengenai kesimpulan yang tepat tentang
kebenaran SPT.

Peer Review
Melalui pelaksanaan sejawat (peer review), Kantor Pusa c.q. Direktorat
Pemeriksaan Pajak atau Kantor Wilayah Jendral Pajak melakukan pengawasan
atas kualitas pemeriksaan dan kepatuhan Pemeriksa Pajak terhadap ketentuan-
ketentuan yang berlaku untuk kemudian hasilnya akan dijadikan bahan perumusan
kebijakan pemeriksaan di masa yang akan datang.

2.4 TATA CARA PEMERIKSAAN

14
Pemeriksaan dilakukan dengan pedoman norma pemeriksaan yang
berkaitan denganpemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak dilakasanakan oleh
pemerikasa pajak yang bergabung dalam tim pemeriksa pajak terdiri oleh
seorang supervisor,seorang ketua tim dan seprang atau lebih anggota. Dalam
pelaksanaan PSK, seorang pemeriksa pajak dapat bertindak sebagai ketua tim
sekaligus merangkap sebagai satu-satunya anggota.

Susunan Tim pembahas pada unit pelaksana pemeriksaan sederhana sebagai


berikut:
Ketua : Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Anggota : Para Kepala Seksi PPh perseorangan, Kepala Seksi PPh badan,
Kepala Seksi Pemotongan/Pemungutan PPh dan Kepala Seksi
PPN dan PTLL.

Susunan Tim Pembahasan pada Unit Pelaksana Pemeriksaan Lengkap sebagai


berikut :
1. Pada Kantor Pemeriksa dan Penyidikan Pajak
Ketua : Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Anggota : Para Supervisor

2. Pada Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak


Ketua : Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Anggota : Kepala Bidang Pemeriksaan Dan Penagihan,Kepala Bidang PPh,
Kepala Bidang PPN dan PTLL, dan Supervisor

3. Pada Direktorat Pemeriksaan Pajak


Ketua : Direktur Pemeriksa Pajak
Anggota : Para Kepala Sub Direktorat dan Para Supervisor.
2.5 LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN PAJAK
Langkah-langkah pemeriksaan dapat digambarkan sebagai berikut:

Langkah-langkah Pemeriksaan Pajak

15
Program Teknik Prosedur Pemeriksaan Metode Pemeriksaan Hasil
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Pajak

• Menelus • Mengevaluasi • Metode Laporan Hasil


uri • Menganalisis langsung Pemeriksaan
• Mencari angka angka Menguji kebenaran • Tingkat
• Mengum • Menguji keterkaitan angka-angka SPT kepatuhan
pulkan • Memanfaatkan melalui penelusuran administratif
Data informasi dan data dari laporan keuangan. • Tingkat
pihak ketiga kepatuhan
• Menguji kebenaran • Metode tidak materil dan
fisik langsung yuridis formal
• Kembali menjumlah Menganalisis: • Selesih
angka angka dari atas • Laporan koreksi
ke bawah dan dari keuangan tahun
samping berjalan dan tahun
• Mengadakan inspeksi sebelumnya
• Melakukan verifikasi • Transaksi
• Menguji keabsahan tunai
dan keaslian data • Transaksi
• Melakukan konfirmasi bank
ke pihak pihak terkait • Sumber-
• Melakukan wawancara sumber penggunaan
dengan wajib pajak dana
• Kekayaan
bersih
• Satuan
volume penjualan
dalam laporan

2.6 KEBIJAKAN PEMERIKSAAN YANG AKAN DATANG


Kebijakan pemeriksaan yang akan datang tetap diutamakan pada upaya
peningkatan kepatuhan wajib pajak dan diarahkan lebih mendorong

16
akuntanbilitas serta tingkat pengawasan. Upaya tersebut dilakukan dengan
cara berikut :
1. Penentuan sasaran pemeriksaan yang tepat
2. Peningkatan efisiensi dan efektivitas pemeriksaan melalui :
a. Penyempurnaan teknik audit sampling
b. Penggalakan pelaksanaan peer review
c. Pengembangan lebih lanjut pemeriksaan terpadu
d. Penggunaan audit program per sektor usaha
e. Peningkatan kinerja SDM (pemeriksaan pajak) melalui program
pelatihan khusus
3. Peningkatan pengawasan pemeriksaan melalui :
a. Pemantauan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan
b. Pengawasan berjenjang
c. Pelaksanaan sistem reward and punishment secara konsisten

Sistem Kriteria Seleksi


Unit kerja yang terkait dengan sistem seleksi meliputi pusat pengolahan
data dan informasi perpajakan, direktorat pemeriksaan pajak, kantor wilayah
direktorat pemeriksaan pajak, kantor pelayanan pajak dan kantor pemeriksaan,
dan penyidikan paja. Ruang linkup pemeriksaan yang bedasarkan sistem kriteria
seleksi meliputi PL, PSL, dan PSK.
Pada sistem kriteria seleksi, semua SPT yang disampaikan oleh wajib
pajak akan diberi bobot tertentu yang pada akhirnya menghasilkan skor. Dengan
demikian, setiap SPT tahunan PPh wajib pajak orang pribadi dan badan akan
memiliki skor mulai dari yang terendah sampai dengan yang tinggi. Makin tinggi
skor yang dimiliki oleh suatu SPT, makin tinggi prioritasnya untuk dilakukan
pemeriksaan.

Hak-Hak Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan


Hak-hak Wajib Pajak apabila dilakukan pemeriksaan adalah sebagai berikut:

17
1. Meminta pemeriksa pajak untuk memperlihatkan tanda pengenal
pemeriksa
2. Meminta tindasan surat perintah pemeriksaan pajak
3. Menolak diperiksa pemeriksa tidak bisa memperlihatkan identitas dan
surat perintah pemeriksaan
4. Meminta penjelasan maksut dari pemeriksaan
5. Meminta tanda bukti peminjaman buku-buku serta dokumen yang
dipinjam oleh pemeriksa pajak
6. Meminta perinciaan jika ada perbedaan antara pemeriksaan dengan SPT
7. Mengajukan pengaduan apabila rahasia usaha dibocorkan pada pihak
yang tidak berhak
8. Mendapatkan lembar asli berita acara apabila pemeriksa pajak
melakukan penyegelan atas tempat atau ruangan.

Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan


Kewajiban-kewajiban Wajib Pajak apabila dilakukan pemeriksaan adalah
sebagai berikut:
1. Memperlihatkan dan meminjamkan buku-buku, catatan-catatan, dokumen-
dokumen yang diperlukan pemeriksa.
2. Memberi kesempatan pada pemeriksa untuk memasuki tempat yg
dipandang diperlukan oleh pemeriksa.
3. Memberi keterangan lisan atau tertulis yang diminta pemeriksa.

2.7 PENYIDIKAN PAJAK


Penyidikan tindakan pidana di bidang perpajakan hanya dapat dilakukan
oleh pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana di bidang
perpajakan.
Wewenang penyidik antara lain sebagai berikut:
1. Menerima, mencari, mengumpulkan, meneliti keterangan dan laporan
2. Menerima, mencari, mengumpulkan keterangan pribadi atau badan.

18
3. Meminta keterangan bahan bukti dari orang pribadi atau badan.
4. Menerima buku, catatan, dokumen di bidang perpajakan
5. Melakukan penggeledahan dan penyitaan terhadap barang bukti
6. Meminta bantuan tenaga ahli dalam tugas
7. Memberhentikan atau melarang pergi seseorang di dalam ruangan yang
diperiksa
8. Memotret seseorang yang berkaitan tindak pidana
9. Memanggil orang untuk jadi saksi / tersangka
10. Menghentikan penyidikan
11. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan

2.8 PENGHENTIAN PENYIDIK


Penyidikan diberhentikan dalam hal berikut ini:
1. Tidak terdapat cukup bukti
2. Peristiwa bukan tindak pidana di bidang perpajakan
3. Peristiwa telah kadaluarsa
4. Tersangka meninggal dunia
5. Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri keuangan,
Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permintaan.

BAB III
PENUTUP

19
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan pajak merupakan instrumen yang baik untuk meningkatkan
tingkat kepatuhan wajib pajak, baik formal maupun material dari peraturan
perpajakan. Tujuan utamanya adalah untuk menguji dan meningkatkan tax
compliance seorang wajib pajak dimana kepatuhan ini akan sangat berdampak
pada penerimaan pajak. Pemeriksaan pajak dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pemeriksaan Sederhana, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib
Pajak dalam rangka kerja sama operasi atau konsorsium, untuk seluruh
jenis pajak atau jenis-jenis pajak tertentu, termasuk Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) , baik untuk Masa Pajak atau tahun
berjalan dan/atau Masa Pajak/tahun-tahun sebelumnya, yang dilaksanakan
dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot kedalaman
yang sederhana.
2. Pemeriksaan Lengkap (PL), yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap
Wajib Pajak dalam rangka kerja sama operasi atau konsorsium, di
lapangan dan di kantor Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak Lengkap, untuk
seluruh jenis pajak, termasuk Bea Perolehan Hak ata Tanah dan Bangunan
(BPHTB), baik untuk tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya,
yaitu yang dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan
pada umumnya.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan yang perlu
diperbaiki. Wawasan kami yang belum bisa mengetahui secara menyeluruh
tentang Penentuan Harga transfer , membuat makalah ini masih perlu diperbaiki
lagi dengan teori, materi dan fakta tentang revaluasi aset tetap yang terjadi
sekarang ini. Maka dari itu penulis sangat berharap kritik dan saran kepada setiap
pembaca agar makalah ini bisa lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan penulis. Apabila ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon
maaf.

20
DAFTAR PUSTAKA
Suandi, Erly.2016.Perencanaan Pajak. Jakarta Selatan. Salemba Empat

21

Anda mungkin juga menyukai