Anda di halaman 1dari 56

PROPOSAL

“PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) PADA REMAJA”


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan
Dosen pembimbing : Mona megasari, S.Kep., Ners, M.Kep

Disusun Oleh :
Soffie Septiani
Reddy Ramadhan
Vina Handika Pratiwi
M.Saeful Basrie
Redy Egiyanto
Ami Sumiati
Dewi Sri Oktapiani

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KELAS TRANSFER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
2021-2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
yang berlimpah kami telah mampu menyelesaikan makalah ini dengan judul “
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA REMAJA (PMS) “ untuk memenuhi
tugas proposal mata kuliah Promosi Kesehatan.
Alhamdulillah kami telah menyelesaikan Proposal Promosi Kesehatan,
Proposal ini ditulis dan diperoleh dari beberapa sumber, tidak lupa kami ucapkan
terimaksih kepada dosen pembimbing mata kuliah promosi kesehatan atas
bimbingan, serta rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini.
Semoga dengan tersusunnya Proposal ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua dalam memahami peran perawat dalam pemberian promosi kesehatan.
kami menyadari dalam penulisan Proposal ini masih banyak kekurangan.
Maka, kami mengharapkan adanya masukan, pendapat, kritik maupun saran dari
pembimbing, dan rekan-rekan mahasiswa

Cianjur, 06 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN............................................................................................................4
A. KONSEP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL................................................4

B. KONSEP PENGETAHUAN DAN SIKAP........................................................5

C. KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN..........................................................5

D. PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL.......................................7

E. TEORI MODEL KEPERAWATAN TERKAIT PENELITIAN.......................8

F. KERANGKA TEORI PENELITIAN.................................................................9

BAB III........................................................................................................................13
RENCANA KEGIATAN............................................................................................13
A. Tema.................................................................................................................13

B. Kegiatan Pembelajaran.....................................................................................13

BAB IV........................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................................15

B. Saran.................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit menular seksual, atau disebut PMS adalah infeksi yang


ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual (Burns
dkk, 2016).
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan dari
satu orang ke orang lainnya melalui hubungan seksual. Meskipun
demikian tidak berarti bahwa semuanya melalui hubungan kelamin,
tetapi beberapa ada juga yang ditularkan melalui kontak langsung dengan
alat-alat, handuk, thermometer dan sebagainya. Selain itu penyakit ini
juga dapat ditularkan kepada bayi dalam kandungan (Djuanda, 2011).
Menurut Kespropedia (2017), Infeksi Menular Seksual adalah
infeksi yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seksual, baik
hubungan seks vaginal (melalui vagina), anal (anus/dubur) atau oral
(melalui mulut).Infeksi Menular Seksual biasa juga dikenal sebagai
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin.
Tetapi, penggunaan istilah PMS atau penyakit kelamin sudah tidak
digunakan lagi, karena beberapa jenis infeksi tidak hanya bisa
menginfeksi bagian alat reproduksi saja atau dikarenakan hubungan
seksual saja.IMS dibagi menjadi dua kelompok.

4
B. Tujuan
1.Tujuan Umum

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah promosi


Kesehatan semester 1 tahun ajaran 2021-2022 yang di bimbing
oleh dosen pembimbing ibu Mona Megasari, S. Kep, Ners. M.Kep.

2. Tujuan Khusus

a. Masyarakat dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan


penyakit menular seksual
b. Masyarakat dapat mengetahui darii penyebab penyakit
menular seksual
c. Masyarakat dapat mengetahui pencegahan sebelum
terjadinya penyakit menular seksual
d. Masyarakat dapat mengetahui tanda dan gejala penyakit
menular seksual

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


1. Definisi
Penyakit menular seksual, atau disebut PMS adalah infeksi yang
ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual (Burns
dkk, 2016).
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan dari
satu orang ke orang lainnya melalui hubungan seksual. Meskipun
demikian tidak berarti bahwa semuanya melalui hubungan kelamin,
tetapi beberapa ada juga yang ditularkan melalui kontak langsung dengan
alat-alat, handuk, thermometer dan sebagainya. Selain itu penyakit ini
juga dapat ditularkan kepada bayi dalam kandungan (Djuanda, 2011).
Menurut Kespropedia (2017), Infeksi Menular Seksual adalah
infeksi yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seksual, baik
hubungan seks vaginal (melalui vagina), anal (anus/dubur) atau oral
(melalui mulut).Infeksi Menular Seksual biasa juga dikenal sebagai
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin.
Tetapi, penggunaan istilah PMS atau penyakit kelamin sudah tidak
digunakan lagi, karena beberapa jenis infeksi tidak hanya bisa
menginfeksi bagian alat reproduksi saja atau dikarenakan hubungan
seksual saja.IMS dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. IMS yang ditularkan melalui hubungan seksual, biasanya bibit/virus
penyakit terdapat di cairan sperma, cairan vagina dan darah.
b. IMS yang disebabkan/ditularkan tidak melalui hubungan seksual,
melainkan disebabkan gaya hidup yang tidak sehat. Misal berganti-
gantian menggunakan handuk atau pakaian dalam dengan oang lain,
jarang menganti pakaian dalam, masturbasi menggunakan alat atau

6
cara yang bisa menyebabkan luka atau lecet di alat reproduksi, cara
cebok yang salah dan mengunakan air yang tidak bersih.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual dan alat-alat seperti handuk dan thermometer,
selain itu penyakit ini juga dapat ditularkan kepada bayi dalam
kandungan.
2. Jenis Penyakit Menular Seksual
a. PMS yang disebabkan oleh bakteri
1) Gonore (gonorrhea)
a) Definisi
Gonore mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae (Daili et al., 2017).
b) Etiologi
Gonore disebabkan oleh gonokok yang ditemukan
oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru di publikasi pada
tahun 1882, kuman tersebut dimasukkan dalam grup
Neisseria, sebagai Neisseria gonorrhoeae (Daili et al.,
2017)
c) Manifestasi Klinik
Gejala pada pria dirasakan gejalanya 2-5 hari
setelah infeksi. Gejala itu berupa keluar cairan dari penis
yang pada mulanya bening. Sehari kemudian, cairan itu
mulai keruh, kuning kehijauan kental menyerupai nanah.
Saluran kencing menjadi meradang, dan nyeri saat kencing.
Pada wanita tempat yang utama yang diserang adalah leher
Rahim atau serviks dengan terjadinya radang cervicitis,
yang disertai keluarnya cairan seperti nanah berwarna
kuning kehijauan dari daerah kemaluan, jika infeksi sudah
menjalar wanita pun akan merasakan nyeri saat kencing
(Hutapea, 2011).

7
2) Sifilis
a) Definisi
Adhi (2010, dalam Nurarif dan kusuma, 2015:125)
mengemukakan bawha Sifilis ialah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Treponema pallidum yang sangat kronik
dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang
hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak
penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari
ibu ke janin.
b) Etiologi
Sifilis disebabkan oleh treponema pallidum yang
termasuk ordo spirochaetales familia spirochataceae dan
genus treponema. Organisme memasuki tubuh pasangan
seksual melalui luka pada kulit atau epitel dan menyebar
melalui darah (Patrick, dalam nurarif dan kusuma,
2015:125)
c) Manifestasi klinis
Tanda dan gejala sifilis terbagi menjadi 4 tingkatan
yaitu sifilis primer, sifilis sekunder, sifilis laten, sifilis
tersier (Nurarif dan Kusuma, 2015).
i. Sifilis primer: masa tunas 2-4 minggu. Menular
melalui senggama setelah terpejan timbul papul kecil
soliter ditempat infasi dalam 10-90 hari. Dalam
beberapa minggi papul berkembang menjadi ulkus
merah, indoleh (tidak nyeri) dan berbatas tegas yang
disebut chancre (sangat menular) dan d penuhi
spirokaeta. Chancre pada pria (penis, anus, dan
rectum), pada wanita di vulva, perineum dan serviks,
chancre ekstra genital dirongga mulut, jaringan
tangan, dan payudara. Chancre sembuh spontan daam
4-6 minggu.

8
ii. Sifilis sekunder: timbul setelah 6-8 minggu sejak
sifilis primer, gejala umumnya tidak berat berupa
anoreksia, turunnya berat badan, malaise, yeri kepala,
demam yang tidak tinggi, tidak gatal, sering disertai
limfadenitis generalisata, kleainan juga terjadi pada
telapak tangan dan kaki
iii. Sifilis laten: gejala dan tanda menghilang. Satu-
satunya manifestasi infeksi adalah pemeriksaan
serologis yang positif.
iv. Sifisilis tersier: guma (lesi granulomatosa yang keras)
muncul setelah 3-10mtahun diberbagai tempat,
termasuk dikulit, dimana terjadi ulkus setelah ada
kerusakan jaringan kartilago dan jaringan ikat bawah
3) Chlamidiasis
a) Definisi
Chlamidiasis merupakan penyakit menular seksual
yang disebabkan oleh bakteri chlamydia trachomatis.
Penyakit menular seksual jenis ini biasanya menyerang
wanita pada masa subur (Ratnawati, 2018).
b) Etiologi
Menurut Ratnawati (2018), Penyebab utama dari
chlamidiasis adalah bakteri atau parasite obligat
intraselular yang dikenal dengan sebutan chlamidya
trachomatis. Meski penyebab utamanya dari sebuah
bakteri, chlamidiasis juga didukung oleh faktor-faktor
lainnya yang dapat menyebabkan wanita subur dengan
kesehatan yang prima bisa terserang. Faktor-faktor
tersebut adalah:
i. Status sosial dan ekonomi rendah
Status memang bukan menjadi unsur besar
yang dapat menyebabkan seseorang terdampak

9
chlamidiasis. Akan tetapi keterbatasan sosio-ekonomi
dapat mengakibatkan seseorang tidak mendapatkan
pendidikan yang memadai pendidikan seksualnya pun
menjadi kurang, sehingga seseorang tidak mengetahui
akibat dari berganti-ganti pasangan. Beberapa kasus
dengan sosio-ekonomi rendah, terkesan tidak acuh
pada bahaya dari tidak setianya dengan pasangan.
ii. Riwayat memiiki hubungan yang banyak
Seseorang yang telah memiliki hubungan
seksual lebih dari satu sangat mungkin terserang
penyakit menular seksual jenis ini.
iii. Tidak menggunakan pengaman saat melakukan
hubungan seksual
Tidak menggunakan kondom saat
berhubungan memang bukan menjadi alasan penting
yang dapat menyebabkan chlamidiasis. Namun
dengan penggunaan kondom, setidaknya orang
tersebut dapat mencegah penularan penyakit menular
seksual dari pasangan.
iv. Pernah memiliki riwayat penyakit menular seksual
Wanita yang pernah memiliki penyakit meular
seksual jenis lainnya dan dinyatakan sembuh, dapat
dengan mudah terjangkit jenis penyakit menular
seksual chlamidiasis. Hal ini terjadi apabila wanita
tidak berhati-hati dalam melakukan hubungan seksual
dan penyakitnya.
c) Manifestasi klinis
Ratnawati (2018), mengemukakan bahwa seseorang
yang terserang chlamidiasis tidak memiliki gejala-gejala
pasti. Gejala akan muncul saat bakteri sudah menyerang
lebih dalam ke area lainnya di sistem reproduksi. Hal ini

10
mengakibatkan penderitanya berpotensi untuk terserang
kerusakan yang lebih serius pada saluran reproduksi bagian
atas, dan terlambat mendapatkan penanganan dini.
Penderita yang tidak sadar dengan adanya penyakit ini tidak
bisa melakukan pencegahan penularan pada pasangan dan
bayi yang dilahirkannya, setelah penderita menyadari hal
tersebut, rasa bersalah dan gangguan mental dapat membuat
kondisi tubuhnya semakin buruk. Beberapa gejala atau
tanda yang perlu diwaspadai untuk mencegah penularan,
adalah:
i. Nyeri akut pada abdomen kanan atas yang awalnya
hanya nyeri biasa hingga infeksi berlanjut
menimbulkan parut, perlekatan, dan penutupan pada
tuba fallopi
ii. Terasa nyeri saat buang air kecil, karena adanya sel
darah putih pada urine.
4) Vaginitis
a) Definisi
Vaginitis adalah istilah yang diakai untuk
menunjukkan adanya infeksi atau peradangan vagina
(Hutapea, 2011).
b) Etiologi
Hutapea (2011), mengemukakan bahwa
Beberapa kasus vaginitis disebabkan oleh reaksi alergi
atau kepekaan terhadap bahan kimia, tetapi umumnya
disebabkan kuman yang ditularkan secara seksual atau
yang tadinya menetap di dalam vagina menjadi ganas
karena gangguan keseimbangan di dalam vagina.
c) Manifestasi klinis
Menurut Hutapea (2011), vaginitis biasanya
ditandai dengan adanya cairan berbau kurang enak

11
yang keluar dari vagina, gejala lain adalah gatal atau
iritasi di daerah kemaluan dan perih sewaktu kencing.
b. PMS yang disebabkan oleh jamur
1) Candidiasis
a) Definisi
Kandidosis atau kandidiasis adalah infeksi dengan
berbagai manifestasi klinis yang disebabkan oleh candida
albicans dan ragi (yeast) lain dari genus candida.
Organisme ini tipikal menginfeksi kulit, kuku, membrane
mukosa, dan traktus gastrointestinal, tetapi dapat juga
menyebabkan infeksi sistemis (Daili dkk, 2017)
b) Etiologi
Penyebab terbanyak kandidiasis adalah spesies
candida albicans (80-90), sedangkan penyebab terbanyak
kedua adalah candida glabrata (10%), sedangkan 3%
lainnya oleh spesies candida lain seperti candida tropicalis,
candida pseudotropicalis, candida krusei (Daili et al,
2017).
c) Manifestasi klinis
Candidiasis biasanya menimbulkan gejala
peradangan, gatal, dan perih di daerah kemaluan, juga
terdapat keluarnya cairan vagina yang menyerupai bubur
(Daili et al, 2017).
c. PMS yang di sebabkan oleh virus
1) Herpes Genitalis
a) Definisi
Herpes genitalis (HG) adalah infesi pada genital
yang disebabkan oleh herpes simplex virus (VHS) dengan
gejala has berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar
eritema dan bersifat rekurens (Daili et al, 2017 ).

12
b) Etiologi
Herpes genitalis disebabkan oleh virus herpes
simplex virus (VHS) atau herpes virus hominis (HVH) yang
menyerupai virus DNA. UNNA (1883) yang pertama kali
mengetahui bahwa penyakit ini dapat ditularkan melalui
hubungan seksual, sedangkan SHARLITT pada tahun 1940
membedakan antara VHS tipe 1 (VHS-1) dan VHS tipe 2
(VHS-2). Sebagian besar penyebab heres genitalis adalah
VHS-2, tetapi walaupun demikian 16,1% dapat disebabkan
oleh VHS-1, akibat kontak seksual secara urogenital atau
kontak melalu tangan (Daili, et al, 2017).
c) Manifestasi klinis
Hutapea 2011 mengemukakan bahwa, Virus herpes
simpleks menimbulkan berbagai jenis herpes. Yang paling
sering, virus herpes simpes tipe 1 (HSV-1) mengakibatkan
herpes mulut, berupa lecet dan bentolan disertai selesma
dan demam di daerah mulur dan bibir.
Herpes genitalis disebabkan oleh herpes simpleks 2
(hsv-2) yang mengakibatkan lepuh yang nyeri dan luka di
daerah kemaluan.
2) Kondiloma Akuminata
a) Definisi
Kondiloma akuminata (KA) adalah lesi proliferasi
jinak yang disebabkan human papillomavirus (HPV)
terutama tipe 6 dan 11, yan ditemukan pada 90-95% kasus
(Daili et al, 2017).
b) Etiologi
Penyebab kondiloma akuminata yaitu human
papillomavirus (HPV) (Daili et al,, 2017).

13
c) Manifestasi klinis
Masa inkubasi kondilomata akuminata berkisar
antara 2 minggu higga 9 bulan dengan median 3 bulan,
kelanan fisik mulai kira-kira 2-3 bulan sesudah kontak.
Umumnya kondiloma akuminatum tidak meimbulkan
keluhan namun bentuknya dapat menyebabkan stress
psikologis. Kutil di daerah perianus, dapat menyebabkan
iritasi dan nyeri. Kutil di daerah uretra daat mengganggu
aliran urin. Bila terdapat kutil daerah uretra, anus, dan
serviks, dapat pula menimbulkan perdarahan (daili, 2017).
3) HIV (human immunodeficiency virus)
a) Definisi
HIV (human immunodeficiency virus) adalah
sebuah virus yang melumpuhkan sistem kekebalan tubuh
manusia, sehingga tubuh mudah terinfeksi dan tumbuh
penyakit mematikan. Sistem kekebalan tubuh manusia
sangat berguna dalam menyerang berbagai infeksi dan
penyakit dari luar tubuh. Namun karena adanya virus HIV,
tubuh menjadi lemah dan tidak mampu lagi beroperasi
dengan baik. Oleh sebab itu, HIV dianggap sangat
mematikan penderitanya (Ratnawati, 2018).

b) Etiologi
Menurut Ratnawati, 2018 HIV dapat bertahanhidup
pada cairan di dalam tubuh, seperti cairan vagina, cairan
anus, ASI, darah, dan sperma. Virus yang menyebabkan
HIV tidak bisa tumbuh dan berkembang diluar cairan
tersebut, sehingga penyebab dari adanya virus HIV ditubuh
seseorang tidak bisa didapatkan dari bersentuhan,
berciuman, atau aktivitas lainnya yang tidak kontak
langsung dengan lima cairan yang sudah disebutkan

14
sebelumnya. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
seseorang terjangkit HIV disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain:
i. Melakukan seks oral dengan seseorang yang telah
terjangkit
ii. Menggunakan alat bantu seks secara berpasangan
iii. Menggunakan jarum suntik, atau alat
pendukungmenyuntik yang telah terkontaminasi
dengan penderita HIV
iv. Minum ASI dari wanita pengidap HIV
v. Melakukan transfuse darah dengan seseorang yang
positif HIV.
c) Manifestasi klinis
Ratnawati, 2018 mengemukakan bahwa Orang-
orang yang menderita HIV akan mengalami berbagai
masalah, mulai dari munculnya bermacam-macam gejala
fisik hingga masalah social di kehidupan penderitanya.
Penderita yang positif HIV akan mulai menemui banyak
tekanan darilinkungannya, seperti pengucilan, cemoohan,
dan diskriminasi di berbagai lini dunia kerja atau
pendidikan, pengobatan seperti operasi, bahkan di dalam
rumahnya sendiri.
Berbagai masalah social selama ini timbul karena
pemahaman yang keliru. Masyarakat menduga bahwa
bergaul dengan pengidap HIV akan sangat membahaykan.
Ternyata hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena
berinteraksi atau melakukan kontak fisik seperti bersalaman
dan berpelukan tidak dapat memindahkan virus HIV,
kecuali seperti yang telah disebutkan di etiologi.
Dengan banyaknya faktor yang telah dipaparkan
diatas, masyarakat seharusnya tidak mengucilkan penderita,

15
karena sikapnya justru membuat para pengidap HIV
terbatasi melakukan kebaikan, seperti berbagi pengetahuan
dan pengalamannya melalui sosialisasi atau penyuluhan.
Padahal informasi dari mereka sangat berguna sebagai
sebuah upaya pencegahan yang paling tepat dan benar:
Gejala-gejala yang bisa timbul karena adanya HIV
dibagi ke dalam empat hal berdasarkan stadium atau tingkat
kepaahannya, yaitu:
i. Stadium I: penderita belum merasakan gejala apapun,
sehingga aktivitasnya masih berjalan lancar
ii. Stadium II: penderita sudah memiliki gejala-gejala
seperti adanya infeksi saluran pernapasan seperti
sinusitis, berat badan mulai menunjukkan penurunan,
terdapat herpes zoster, dan kelainan pada mulut dan
kulit. Meski telah memiliki gejala, penderita masih
mampu menjalani aktivitas seperti biasanya
iii. Stadium III: penderita memiliki gejala-gejala seperti,
demam berkeanjangan, diare kronis berkepanjangan,
terdapat bercak putih dan berambut pada mulut, badan
semakin kurus karena mengalami penurunan sampai
25%, kandidiasis mulut, terjangkit pneumoni, dan
masalah pada paru-paru seperti tuberculosis.
iv. Stadium IV: pada tahap akhir, penderita akan
mengalami limfoma (non-hodgkin), dan karsinoma sel
skuamosa yang bisa ditemukan di anus dan mulut.
d. PMS yang disebabkan oleh parasit
1) Trichomoniasis
a) Definisi
Trichomoniasis adalah salah satu jenis penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh parasite trichomonas

16
vaginalis. Trichomonas vaginalis berada di kelenjar
paraurethral (Ratnawati, 2018).
b) Etiologi
Ratnawati (2018), mengemukakan bahwa Penyebab
adanya trichomoniasis adalah hidupnya parasite
trichomonas vaginalis hingga menimbulkan infeks. Parasite
jenis ini tersebar melalui hubungan seksual dengan
seseorang yang telah terjangkit. Factor lain dapat
menyebabkan seseorang terkena trichomoniasis, adalah:
i. PSK (Pekerja Seks Komersial)
ii. Orang yang pernah terjangkit
iii. Tidak memakai alat pelindung saat berhubungan
seksual
iv. Gaya hidup dengan seringnya berganti pasangan
c) Manifestasi klinis
Seorang wanita yang positif menderita
trichomoniasis akan memiliki gejala-gejala yag mirip
dengan penderita vaginitis, yaitu:
i. Rasa gatal pada area vulva
ii. Bau busuk diarea genetalia
iii. Iritasi vagina
iv. Iritasi sekitar introitus vagina
v. Beberapa pasien asimptomatik
vi. Nyeri saat berhubungan seksual
vii. Pendarahan pasca senggama
viii.Nyeri perut bagian bawah
ix. Keputihan yang banyak, berwarna pucat, hingga
keputihan berwarna kehijauan dan berbusa pada
seseorang yang telah kronis
2) Pedikulosis
a) Definisi

17
Pedikulosis pubis merupakan infestasi kutu phthirus
pubis pada rambut pubis, tetapi kadang-kadang juga dapat
ditemukan di alis, bulu mata dan rambut aksila (Daili et al,
2017).
b) Etiologi
Pedikulosis pubis disebabkan oleh kutu phthirus
pubis yang panjangnya 1-2 mm, berwarna coklat muda/tua,
mempunyai 3 pasang kaki dengan ujung seperti cakar yang
digunakan untuk mencengkram rambut, dan kepalanya
dimasukkn ke dalam folikel (Daili et al, 2017).
3. Pencegahan Penyakit Menular Seksual
Infeksi menular seksual dapat dicegah. CDC (Centres for
Disease Control and Prevention) merekomendasikan lima strategi
sebagai dasar untuk program pencegahan yang efektif:
a. Pendidikan dan konseling bagi orang yang beresiko untuk
memotivasi adopsi perilaku seksual yang lebih aman.
b. Identifikasi orang yang terinfeksi baik tanpa gejala atau dengan
gejala untuk mencari layanan diagnostik dan pengobatan.
c. Diagnosis dan pengobatan orang yang terinfeksi dengan cepat dan
efektif
d. Evaluasi, pengobatan, dan konseling pasangan seksual terkena.
e. Vaksinasi orang yang berisiko untuk terkena infeksi menular
f. seksual yang dapat dicegah dengan vaksin.
Berpantang dari hubungan seksual atau hubungan yang saling
monogami dengan pasangan yang tidak terinfeksi adalah cara yang
paling dapat diandalkan untuk mencegah IMS. Pantang harus
dianjurkan selama pengobatan untuk IMS dan untuk siapa saja yang
ingin menghindari penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak
diinginkan. Kedua pasangan harus diuji untuk IMS, termasuk HIV,
sebelum memulai hubungan seksual (Goldman & Ausielo, 2008).

18
B. KONSEP PENGETAHUAN DAN SIKAP
1. Konsep pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terhadap suatu objek terjadi melalui panca indra manusia
yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan
sendiri (Notoatmodjo 2003 dalam wawan dan dewi, 2016;11).
a. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentukanya tindakan seseorang (ovent behavior).
Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang disadari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: (Notoatmodjo, 2003
dalam Wawan dan Dewi, 2016).
Teori Taksonomi Bloom, pengetahuan yang termasuk
kedalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan:
1) Pengetahuan (knowledge)
Kemampuan menyebutkan kembali
informasi/pengetahuan yang ada/tersimpan dalam ingatan.
Contohnya menyebutkan arti dari pengetahuan
2) Memahami (Understanding)
Kemampuan memahami instruksi dan menegaskan
pengertian/makna ide atau konsep yang telah diajarkan dalam
bentuk lisan, tertulis, maupun grafik. Contohnya merangkum
materi menggunakan kata-kata sendiri
3) Menerapkan (applying)
Kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan
konsep dalam situasi tertentu. Contohnya melakukan proses
menjaga pola makan sesuai yang dianjurkan.
4) Menganalisis (Analysis)

19
Kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa
komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk
memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh.
Contohnya, menganalisis penyebab terjadinya kekambuhan
penyakit dalam prilaku dengan memisahkan komponen-
komponennya.
5) Menilai (Evaluating)
Kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan
norma, kriteria atau patokan tertentu. Contohnya
membandingkan peningkatan kesehatan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan dan pengobatan.
6) Mencipta (create)
Kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau
pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain.
Kemampuan mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu rencana
penyusunan satuan pelajaran. Misalnya kemampuan
menyusun suatu program kerja.
b. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari
notoatmodjo, 2003 dalam Wawan dan Dewi, 2016:
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a) Cara coba-coba salah (Trial and Error)
Cara ini dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum peradaban. Cara coba-coba salah ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak
berhasil maka dicoba, Kemungkinan yang lain adalah
sampai masalah tersebut dapat di pecahkan.

20
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa
pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau
informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan berbagai
prinsip orang lain yang menerima atau mempunyai
otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan
kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris (informasi
yang membenarkan suatu kepercayaan dalam kebenaran
atau kebohongan) maupun penalaran sendiri.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai
upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam
memecahkan persoalan yang pernah di pecahkan pada
masa lalu, jadi masalah tersebut pernah di alami pada saat
dahulu atau masa lalu.
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih
popular disebut metodologi penelitian (research methodology).
Menurut Deobold van Dalen, mengatakan bahwa dalam
memperoleh kesimpulan pengamatan dilakukan dengan
mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-
pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek
yang diamati.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju
kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk
berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

21
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
untuk mendapat informasi missal hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003)
dalam wawan dan dewi 2016, pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang untuk sikap berperan serta dalam pembangunan
(Nursalam, 2003 dalam wawan dan dewi 2016) pada
umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi.
b) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh
Nursalam (2003, dalam Wawan dan Dewi 2016),
pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
nafkah yang membosankan berulang dan banyak
tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan
kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu
akan mempunyai pengaruh terhadap pengaruh
terhadap kehidupan keluarga.
c) Umur
Menurut Elizabeth BH yang dikutip Nursalam
(2003 dalam Wawan dan Dewi, 2016), usia adalah umur
indivdu yang terhitung mulai saat dilahirkan samai
berulang tahun. Sedangkan menurut Huclock (1998 dalam
Wawan dan Dewi, 2016) semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi pekerjaan masyaakan

22
seseorang yang lebih dewasa diercaya dari orang yang
belum tinggi kedewasaannya.
2) Faktor eksternal
a) Faktor lingkungan
Menurut Mariner yang dikutip dari nursalam (2003
dalam Wawan dan Dewi, 2016) lingkungan merupakan
seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dpat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok
b) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat
dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
d. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2003 dalam Wawan dan Dewi,2016)
pengetahuan seseorang dapat diketuhui dan diinerpretasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1) Baik: Hasil persentase 76%-100%
2) Cukup: hasil persentase 56%-75%
3) Kurang: Hasil persentase >56%
2. Konsep Sikap
a) Pengertian
Sikap adalah pernyataan evaluative terhadap objek, orang atau
peristiwa (stepan 2007 dalam Budiman, Riyanto Agus 2013). Hal ini
mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu, misalnya ketika
seseorang mengetahui bahwa merokok di dalam rumah
membahayakan kesehatan bagi anggota yang berada di sekitarnya
lalu orang tersebut tidak merokok, sikap orang tersebut merespon
pada peristiwa, Pernyataan evaluative merupakan reaksi respons
terhdap objek, orang dan peristiwa yang merupakan stimulus
(Budiman, Riyanto Agus 2013).

23
Sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup
terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo 2007 dalam Budiman,
Riyanto Agus 2013).
b. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007, dalam Wawan dan Dewi
2016) sikap mempunyai 4 tingkatan dari yang terendah hingga
yang tertinggi yaitu :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya
sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan
perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan
itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilhnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang
paling tinggi.
c. Sifat Sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat
negatif (heri purwanto, 1998 dalam Wawan dan Dewi, 2016).
1) Sikap positif

24
kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu
2) Sikap negatif
Terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertetu.
d. Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap adalah (Purwanto, 1998 dalam Wawan dan Dewi
2016)
1) Sikap bukanlah dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau
dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan
objeknya.
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan
sikap dapat berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat
keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudahkan sikap
pada orang itu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai
hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap
itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan
dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan
jelas.
4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan,
sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-
kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar (2007 dalam Budiman, Rianto Agus 2013),
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah:
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

25
Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki
sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang
dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh
keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.Kebudayaan
telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karna
kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-
individu masyarakat asuhannya.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,
akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan
lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaa tidaklah
mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut
mempengaruhi sikap.
f. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.

26
f. Cara Pengukuran Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003 dalam Wawan dan Dewi, 2016),
pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana
pendapat/pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis
kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi hasil pengukuran
sikap (Hadi, 1971 dalam Wawan dan Dewi, 2016), yaitu:
1) Keadaan objek yang diukur
2) Situasi pengukuran
3) Alat ukur yang digunakan
4) Penyelenggaraan pengukuran
5) Pembacaan atau penilaian hasil pengukuran
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekolompok tentang kejadian atau
gejala social. Dengan menggunakan skala Likert maka variabel
yang diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan
menjadi sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator
yang dapat diukur. Akhirnya indikator yang terukur ini dapat
dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang
berupa pertanyaan atau pertanyaan yang perlu dijawab oleh
responden dengan kata-kata berikut:
1) Pernyataan positif
Sangat setuju (SS) =4
Setuju (S) =3
Tidak Setuju (TS) =2
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
2) Pernyataan Negatif
Sangat setuju (SS) =1
Setuju (S) =2

27
Tidak Setuju (TS) =3
Sangat Tidak Setuju (STS) = 4

28
C. KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Pengertian
Pendidikan Kesehatan adalah proses perubahan prilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan proses pemindahan materi
dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat procedure.
Artinya perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam
individu atau masyarakat sendiri. Pendidikan kesehatan adalah istilah
yang diterapkan pada penggunaan proses pendidikan secara terencana
untuk mencapai tujuan kesehatan yang meliputi beberapa kombinasi
dan kesempatan pembelajaran (Lawrence Green 1972 dalam Mubarak
WI, dkk 2012).
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari
dalam individu, kelompok atau masyarakat sendiri (wahit, dkk 2006
dalam Mubarak WI, dkk 2012).
Pendidikan kesehatan adalah proses membuat mampu
meningkatkan dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO dalam
Mubarak WI, dkk 2012).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kesehatan adalah proses perilaku yang dinamis, proses yang membuat
mampu meningkatkan dan memperbaiki kesehatan mereka.
2. Tujuan
Menurut Ida Bagus, Tjitarsa 1992 dalam Mubarak WI, dkk 2012
tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu :
a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri
b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya,
dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan
dukungan dari luar

29
c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan
taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.
3. Macam-Macam Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoadmodjo (2010), metode dan teknik pendidikan
kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara-cara atau metode dan
alat-alat bantu atau media yang digunakan dalam setiap pelaksanaan
promosi kesehatan. Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik
pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Metode pendidikan kesehatan individual
Metode ini digunakan apabila antara promoter kesehatan
dan sasaran atau kliennya dapat berkomunikasi langsung, baik
bertatap muka (face to face) maupun melalui sarana komunikasi
lainnya, misal telepon. Cara ini paling efektif, karena antara
petugas kesehatan dengan klien dapat saling berdialog, saling
merespon dalam waktu yang bersamaan. Dalam menjelaskan
masalah kesehatan bagi kliennya petugas kesehatan dapat
menggunakan alat bantu atau peraga yang relevan dengan
masalahnya. Metode dan teknik pendidikan kesehatan yang
individual ini yang terkenal adalah “councelling”.
1) Pengertian konseling
Dalam bahasa inggris “councelling” diterjemahkan
menjadi konseling, konseling merupakan bagian dari bimbingan
(Priyanto, 2012). Menurut Sukardi (2000 dalam Priyanto, 2012)
dalam bukunya counselling is the heart of guidance menyatakan
bahwa layanan konseling adalah jantung hati layanan bimbingan
secara keseluruhan. Bisa dikatakan bahwa konseling adalah inti
kegiatan yang paling penting dalam bimbingan. Oleh karena itu,
konseling sangat memberi arti pada bimbingan, di mana
konseling ini merupakan proses kegiatan yang di dalamnya
terdapat seorang konselor dan konseli.

30
Konselor berarti orang atau individu yang berkompeten
atau berwenang memberikan bantuan layanan konseling,
sedangkan konseli merupakan orang atau individu yang
menerima bantuan layanan konseling. Jadi tanpa adanya unsur
konselor dan konseli, maka proses konseling tidak akan terjadi.
Konseling adalah konseling meliputi pemahaman
terhadap hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan,
motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu, dan
membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan
ketiga hal tersebut (Bernard dan Fullmer dalam Priyanto 2012).
2) Fungsi Bimbingan Dan Konseling
Menurut sifatnya layanan bimbingan dan konseling
dapat berfungsi sebagai berikut (Priyanto, 2012).
a) Fungsi pencegahan (Preventif)
Layanan bimbingan dan konseling berfungsi sebagai
pencegahan artinya bimbingan dan konseling merupakan
suatu usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah.
Layanan yang diberikan dalam fungsi pencegahan ini berua
pelayanan bantuan dari berbagai permasalahan yang mungkin
timbul agar masalah tersebut tidak menghambat program atau
kegiatan dan perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi
pencegahan tersebut dapat berupa program informasi,
orientasi, investarisasi data atau pengkajian data, analisa data,
dan sebagainya.

b) Fungsi pemahaman
Bimbingan dan konseling yang mempunyai fungsi
pemahaman ini dimaksudkan untuk menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh individu atau klien dengan
kepentingan individu dan atau kelompok yang mendapat

31
pelayanan tersebut. Pemahaman ini mencakup hal-hal
berikut.
i. Pemahaman tentang diri klien, terutama oleh klien itu
sendiri atau keluarga klien
ii. Pemahaman tentang lingkungan klien, terutama klien
sendiri, keluarga klien, sesama klien didalam kamar
perawatan, dan klien juga paham terhadap lingkungan
perawat, bidan, dokter, dan situasi kondisi kamar atau
ruang perawatan
iii. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas,
termasuk di dalamnya adalah informasi situasi
kesehatan klien dan lingkungan klien, baik kamar
maupun ruang perawatan oleh tenaga kesehatan yang
lain (radiologi, laboratorium, gizi dan lain-lain), tata
tertib klien dan keluarga dalam ruang perawatan, hak
dan kewajibab klien atau keluarga

c) Fungsi perbaikan atau pengentasan


Fungsi pemahaman dan pencegahan telah
dilaksanakan dengan baik, tetapi mungkin saja masih ada
atau masih terjadi masalah-masalah lain. Fungsi perbaikan
dalam bimbingan dan konseling adalah bagaimana klien atau
kelompok dapat memecahkan dan mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi. Fungsi ini juga menghasilkan kondisi
bagi terentasnya atau teratasinya berbagai permasalahan
dalam kehidupan dan atau perkembangan yang dialami oleh
individu atau kelompok yang mendapatkan pelayanan.
d) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi konseling menyiratkan bahwa layanan
bimbingan dan konseling yang diberikan bermanfaat bagi
klien dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan

32
pribadinya dengan percaya diri, terarah, dan berkelanjutan,
sehingga klien dapat menjaga dirinya agar tetap baik dan
percaya diri dalam memelihara dan mengembangkan
berbagai potensi dan kondisi untuk menghadapi
permasalahan yang akan datang.
e) Fungsi advokasi
Fungsi konseling yang menghasilkan kondisi
pembelaan terhadap pengingkaran atas hak-hak dan
kepentingan pendidikan atau informasi atau perkembangan
atau perawatan biologis-psikologis-sosial-spiritual (bio-psiko-
sosio-spritual) yang dialami klien atau pengguna pelayanan
konseling.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling haruslah
mengacu pada satu fungsi atau beberapa fungsi yang telah
dijelaskan tersebut, agar hasil yang dicapai jelas dan dapat
diidentifikasi serta dievaluasi dengan tepat. Dalam fungsinya
sebagai pelaksana konseling, perawat atau bidan di sarana
pelayanan kesehatan bertugas untuk membantu klien dalam
mencari pemecahan masalah kesehatan dan melihat adanya
perubahan perilaku yang terjadi dan dihadapi klien.
Kegiatan yang dapat dilakukan perawat atau bidan
antara lain menyediakan informasi, mendengarkan secara
nyata pengakuan dari klien, memberikan dukungan,
memberikan asuhan dan meyakinkan klien, menolong klien
dalam mengidentifikasi masalah dan faktor yang berhubungan
dengan masalah tersebut, memandu klien menggali
permasalahan serta memilih pemecahan masalah yang dapat
dilakukan klien.
3) Tujuan Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan dan konseling menurut bidang keperawatan
adalah sebagai berikut :

33
a) Memberikan bantuan bagi pengembangan dan pemahaman
mengenai ilmu pengetahuan dan pemahaman klien
terhadap permasalahan kesehatan, seperti sejenis dan
tindakan medis atau jenis dan tindakan keperawatan atau
kebidanan.
b) Mengeksplorasi atau menunjukkan segala kemampuan
atau potensi atau kelemahan (bio-psiko-sosio-spritual)
yang dimiliki klien untuk menghadapi permasalahan
kesehatannya berupa tindakan medis atau tindakan
keperawatan.
c) Klien bertanggung jawab atas pilihan dan keputusannya
baik yang berdampak bagi dirinya sendiri maupun
lingkungannya.
Menurut surya dalam buku priyanto (2012:84)
dinyatakan bahwa terdapat beberapa tujuan konseling yaitu
sebagai berikut:
a) Perubahan perilaku
Para ahli behaviorisme mengatakan orang yang
bermasalah adalah mereka yang mempunyai perilaku
yang tidak diinginkan oleh lingkungan, sehingga orang
tersebut akan mengubah perilaku yang bermasalah itu
menjadi perilaku yang dapat diterima oleh lingkungan.
b) Kesehatan mental yang positif
Umumnya orang datang ke ruang konseling
dengan membawa “penyakit mental”, melalui terapi
konseling diharapkan klien akan dapat meningkatkan
kesehatan mentalnya menuju yang lebih positif. Selain
untuk menyembuhkan gangguan fisik, konseling juga
dapat mencegah gangguan mental. Hanya saja individu-
individu yang dapat dilayani melalui konseling adalah

34
mereka-mereka yang masuk dalam kategori “orang
normal”
c) Pemecahan masalah
Sering terjadi kesalahpahaman mengenai sapa
yang memecahkan masalah. Apakah pemecahan
dilakukan konselor atau oleh klien? Sebagian klien
dating ke ruang konseling dengan tujuan meminta
bantuan kepada konselor agar dapat menyelsaikan
masalahnya. Mereka beranggapan bahwa setelah
menceritakan masalahnya maka tugas konselorlah yang
menyelsaikannya. Bila ini terjadi, maka hal tersebut
menunjukkan bahwa klien bergantung kepada konselor,
dan hal itu tidak menumbuhkan kepribadian klien kea
rah yang lebih positif. Padahal dalam hubugan konseling
yang diharapkan dapat menyelsaikan masalah adalah
klien sendiri.
d) Keefektifan personal
Keefektifan personal berhubungan erat dengan
pemeliharaan kesehatan mental. Blocher (dalam buku
priyanto 2012:85) menyatakan bahwa pribadi yang
efektif adalah pribadi yang sanggup memperhitungkan
diri, waktu, dan tenaganya serta bersedia memikul
resiko-resiko ekonomis, psikologis, dan fisik. Ia juga
tampak konsisten dalam perannya yang khas, sanggup
berpikir secara berbeda dan orisinal, yaitu dengan cara
yang kreatif. Akhirnya, ia sanggup mengontrol dorngan-
dorongan dan memberikan respons-respons yang layak
terhadap frustasi, perumusan, dan ambiguitas. Semakin
efektif seseorang dalam menghadap permasalahannya,
maka semakin mudah bagi mereka untuk menjalani
kehidupnnya.

35
e) Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses
yang paling sulit bagi setiap manusia. Banyak ahli
berpendapat bahwa tujuan konseling yang paling utama
adalah pengambilan keputusan (decision making),
maksudnya adalah pada akhir pertemuan konseling
diharapkan klien dapat membuat dan mengambil
keputusan sendiri.
4) Fase-Fase Proses Konseling
Dalam pelaksanaan konseling diberbagai situasi akan
timbul bermacam-macam variasi. Hal ini terjadi karena konselor
menghadapi klien yang memunyai tempramen, watak, dan
kepribadian yang berbeda-beda. Hanya saja, keseluruhan proses
konseling yang dilakukan oleh konselor memiliki kemiripan
pola yang dapat dikenali (Gerald 2005 dalam Priyanto 2012).
Yang dimaksud adalah fase-fase dalam proses konseling yang
terdiri atas beberapa unsur berikut ini.
a) Persiapan (Preparation)
Proses konseling sebenarnya sudah dimulai sebelum
konselor dan klien bertemu. Klien sering kali belajar
terlebih dahulu untuk menyampaikan apa yang seharusnya
dikatakan kepada konselor. Klien tidak saja memiliki
keinginan-keinginan terhadap proses konseling, melainkan
juga menginginkan adanya pengertian dari konselor.
Seringkali klien merasa berat untuk datang dan melakukan
pertemuan konseling. Hal ini dikarenakan adanya rasa takut
pada diri klien untuk menyampaikan masalahya kepada
konselor.
b) Pembukaan (Preamble)
Kata preamble dapat diartikan sebagai proses
pembukaan dalam keseluruhan proses konseling. Pertemuan

36
awal dalam proses konseling menjadi saat yang sangat
penting dan mentukan. Klien akan mengamati sikap dan
perilaku konselor, pada saat inilah klien menilai konselor.
Klien akan menentukan sikap, apakah proses konseling bisa
dilanjutkan atau tidak. Disaat ini pula konselor diharapkan
mampu menciptakan hubungan yang baik (rapport) dengan
klien.
c) Memulai Proses (Getting Started)
Jika fase preamble dapat dilewati dengan baik maka
permulaan proses konseling dapat dimulai. Kesiapan klien
untuk memulai proses konseling ditandai dengan sikap
duduknya yang santai, tidak menunjukkan kegugupan
dalam berbicara bahkan tidak menunjukkan kecemasan atau
ekspresi yang tegang. Untuk mengawali proses konseling,
konselor dapat memulainya dengan menanyakan perasaan
sehingga hal tersebut akan memudahkan proses konseling.
Selain itu juga dapat menimbulkan perasaan merasa
dipahami pada diri klien.
d) Mendengarkan Dengan Aktif (Active Listening)
Mendengarkan mungkin sesuatu yang sangat sulit
atau bahkan membosankan, apalagi jika yang disampaikan
adalah suatu masalah yang perlu pemecahan.
Mendengarkan yang dimaksud bukan asal mendengarkan
saja, akan tetapi konselor harus dapat menjadi pendengar
yang aktif, yang berarti konselor selalu respons apa yang
disampaikan oleh klien. Dalam proses konseling, klien tidak
hanya menyampaikan perasaan-perasaannya kepada
konselor saja tetapi juga meraba-raba bagaimana kesan
konselor sebenarnya.
e) Mengidentifikasi dan Mengklarifikasi Masalah (Problem
Identification And Clarification)

37
Konselor sebaiknya mencoba untuk
mengidentifikasi dan mengklarifikasi permasalahan yang
telah disampaikan oleh klien setelah melalui fase-fase
tersebut. Pada fase ini konselor meringkas apa yang menjadi
permasalahan klien kemudian mencocokkan atau
mengklarifikasi dengan apa yang diringkasnya kepada
klien. Apabila klien telah membenarkan apa yang telah
diringkas konselor, maka konseling bisa memasuki fase
proses konseling berikutnya.
f) Memfasilitasi Perubahan Perilaku (Facilitating Attitude
Change)
Pada fase proses konseling ini, konselor harus
menjajaki apakah klien telah memahami tentang
perasaannnya dan permasalahannya. Jika memang sudah
memahami, konselor harus mempermudah klien untuk
melakukan perubahan sikap. Konselor mengajak klien
untuk lebih bersikap positif dan konstruktif terhadap
permasalahan yang dihadapinya.
g) Mengekplorasi Kemungkinan-Kemungkinan Dan
Memfasilitasi Tindakan (Exploring Options And
Fasilitating Action)
Dalam fase ini tugas konselor adalah membantu
klien untuk mengeksplorasi dirinya sendiri. Konselor
mengajak klien untuk menggali kemungkinan-
kemungkinan positif yang dimilikinya dalam
menyelsaikan permasalahannya sendiri. Hal ini dilakukan
karena pada dasarnya yang bisa menyelsaikan masalah
klien adalah diri klien sendiri. pada waktu melakukan
eksplorasi diri, perlu diperhatikan bahwa dalam situasi ini
klien tidak merasa tertekan dan diharapkan klien bisa
menikmati proses konseling. Apabila klien merasa

38
tertekan maka data-data yang telah terkumpul dan yang
nantinya akan dipakai dalam penyellsaian masalah,
menjadi premature, dan selanjutnya akan menghasilkan
keputusan-keputusan yang premature pula. Ada fase ini
diperlukan ituasi yang humoris yang bisa membuat klien
rileks bukan situasi yang penuh ketegangan atau
keseriusan karena akan membuat klien tidak bisa menggali
kemampuan-kemampuannya.
h) Terminasi (Termination)
Fase yang terakhir pada proses konseling adalah
mengakhiri pertemuan konseling. Sebelum proses
konseling diakhiri seharusnya konselor menyampaikan
ringkasan dari keseluruhan proses konseling yang telah
dilakukan. Hal ini perlu dilakukan agar klien merasa
memiliki keputusan dank lien merasa sadar bahwa ia telah
mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. usaha dalam
mengakhiri proses konseling ini diambil bila klien telah
mengambil keputusan untuk memutuskan
permasalahannya, konselor hendaknya melakukan dengan
cara-cara yang menusiawi dalam memutuskan proses
konseling.
5) Waktu Pelaksanaan Konseling
Pelayanan konseling di sekolah/madrasah merupakan
usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan
pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan
dan pengembangan karir. Pelayanan konseling memfasilitasi
pengembangan peserta didik, secara individual dan atau
kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
perkembangan, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan
ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta
masalah yang dihadapi peserta didik.

39
Dalam pratik penyelenggaraan di sekolah banyak
kendala yang dihadapi apalagi dengan adanya tuntutan
sertifikasi bagi konselor sekolah, permasalahan yang sering
dihadapi diantaranya banyak konselor sekolah yang masih
belum menyetahui tentang bagaimana sebenarnya perhitungan
jam bagi konselor sekolah dengan beban perminggu 24 jam
pelajaran. Satu kali penyelenggaraan salah satu layanan
konseling ekuivalen dua jam pembelajaran, contohnya:
Seorang konselor sekolah meyelenggarakan layanan konseling
perorangan dengan salah satu siswa yang diselenggarakan
diluar maupun didalam jam sekolah nilainya sama dengan 2
jam pelajaran walaupun didalam penyelenggaraan konseling
perorangan tersebut hingga 3 jam nyata, Konselor sekolah
menyelenggarakan satu kali bimbingan kelompok terhadap 10
orang siswa dinilai ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran.

b. Metode pendidikan kesehatan kelompok


Teknik dan metode pendidikan kesehatan kelompok ini
digunakan untuk sasaran kelompok. Sasaran kelompok dibedakan
menjadi 2 yaitu: kelompok kecil kalau kelompok sasaran terdiri
antara 6-15 orang dan kelompok besar, jika sasaran tersebut diatas
15 sampai dengan 50 orang.
4. Sasaran Pendidikan Kesehatan
Dimensi sasaran, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu:
a. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran
individu/perorangan
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok/grup
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
luas/umum

40
5. Media Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian
Media promosi kesehatan merupaka saluran untuk
menyampaikan informasi kesehatan dan dipergunakan untuk
mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan. Media disusun
berdsarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap
manusia diterima oleh pancaindra. Semakin banyak indra yang
digunakan untuk menerima sesuatu, maka semakin banyak dan
semakin jelas pula pengetahuan yang diperoleh. Promosi kesehatan
dapat dilakukan dengan menggunakan sarana media above the line
dan sara media below the line. (Novita dan Franciska, 2011).
b. Media Lini Atas (Media Above The Line)
Hal-hal yang termasuk media lini atas adalah sebagai berikut.
1) Media cetak: surat kabar, majalah, tabloid. Adapun kelebihan
dari media cetak adalah sebagai berikut.
a) Sifatnya permanen: komunkasi dapat mengulang suatu
informasi yang belum dipahami sehingga pendalaman efek
lebih dimungkinkan.
b) Sifatnya yang space organized menakibatkan isinya dapat
lebih terinci dan relative mendalam
c) Komunikasi dapat kapan saja menentukan waktu yang
tepat dalam menikmati isi pesan
Adapun kelemahannya adalah sebagai berikut.
a) Menuntut kemampuan baca (melek huruf) komunikannya.
b) Menuntut kemauan baca dari pembaca (audience), terlebih
pada masyarakat yang memilii kebiasaan membaca yang
rendah
c) Harganya relative mahal
d) Memerlukan konsentrasi yang tiggi dari komunikannya.
2) Media radio: media ini sampai sekarang masih banyak
diandalkan sebagai media komunikasi promosi kesehatan di

41
banyak Negara berkembang, sering disebut juga sebagai
shadow medium. Adapun kelebihannya adalah santai, auditif,
daya langsung, daya tembus, mengatasi buta huruf, bersifat
personal/akrab. Kekurangannya adalah sekilas dengar, banyak
gangguan, tidak menyamaikan pesan yang kompleks, pesan-
pesan kurang atraktif.
3) Media televisi: media massa yang ada dan kelahirannya paling
akhir. Perkembangan media secara teknologis sangat pesat.
Banyak inovasi-inovasi seputar teknologi hardware yang
bermunculan dan akan terus bermunculan. Kelebihannya
adalah sebagai berikut.
a) Merekam peristiwa dengan tingkat distorsi yang rendah
b) Dapat digunakan secara berulang-ulang untuk mencapai
penonton yang luas dan heterogen
c) Mampu mengungkapkan perasaan melalui gambar, music,
dan kata-kata sehingga dapat menimbulkan efek beragam
d) Mampu mengajak penonton pada objek siaran yang
menimbulkan pendekatan secara individual pada seorang
yang dikokohkan
e) Dapat mengemukakan ide-ide yang abstrak
Kekurangannya adalah harganya relatif mahal, komunikan
relatif lebih dituntut intensitas perhatiannya, kurang akrab.
c. Media Lini Bawah (Media Below The Line)
Media lini bawah dapat dikategorikan antara lain: poster, leaflet,
folder, booklet, broad side, direct email, pameran, dan sebagainya.
1) Poster adalah bentuk media cetak yang berisi esan atau
informasi kesehatan, biasayanya ditempel ditembok-tembok,
tempat umum atau kendaraan umum.
2) Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun

42
gambar. Adapun Kelebihan/keunggulan dan kelemahan
booklet, elemen pada booklet Yaitu sebagai berikut:
a) Kelemahan/Keunggulan Booklet
Menurut Hapsari (2013), media booklet memiliki beberapa
keunggulan yaitu :
i. Dapat digunakan untuk belajar mandiri
ii. Pembaca dapat mempelajari isinya dengan santai
iii. Informasi dapat dibagikan dengan keluarga dan
teman disekitarnya
iv. Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta
mudah di sesuaikan
v. Mengurangi kebutuhan mencatat
vi. Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relative
murah
vii. Awet
viii. Daya tamping lebih banyak
Menurut Utami (2018), keunggulan
menggunakan media cetak seperti booklet antara
lain dapat mencakup banyak orang, praktis dalam
penggunaannya karena dapat dipakai di mana saja
dan kapan saja, tidak memerlukan listrik, dan
karena booklet tidak hanya berisi teks tetapi terdapat
gambar sehingga dapat menimbulkan rasa
keindahan serta meningkatkan pemahaman dan
gairah dalam belajar. Selain kelebihan booklet juga
memiliki kelemahan, kelemahan dalam booklet
yaitu pembaca dituntut untuk memiliki kemampuan
membaca.
b) Elemen Booklet
Booklet terdiri atas headline yang menarik agar
memikat pembaca booklet tersebut, cover yang menarik

43
dan sesuai dengan isi booklet, kata pengantar, daftar isi,isi
yang terdapat gambar dan tulisan, dan daftar pustaka.
3) Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan
kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat
berupa gambar, maupun kombinasi.
4) Flyer adalah (selembaran), bentuknya seperti leaflet tetapi
tidak berlipat.
5) Flipchart (lembar balik), media penyampaian pesan atau
informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.
6) Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.
7) Folder adalah bentuk lembaran yang dapat dilipat satu
kali/lebih.
8) Direct email adalah brosur yang dikirim lewat pos bisa berupa
leaflet, folder, atau booklet.
9) Broadside adalah lembaran besar (seperti peta) yang dilipat
dengan perhitungan khusus agar tiap bagian dari lipatan itu
memuat informasi yang berdiri sendiri.
10) Pameran adalah media untuk memamerkan suatu produk dan
dapat terjadi intensitas komunikasi yang sangat tinggi antara
pembeli dan penjual.

D. TEORI MODEL KEPERAWATAN TERKAIT PENELITIAN


1. Konsep Teori
Orem mengembangkan teori Self Care Deficit meliputi 3
teori yang berkaitan yaitu : 1) Self Care, 2) Self care defisit dan 3)
nursing system. Ketiga teori tersebut dihubungkan oleh enam konsep
sentral yaitu; self care, self care agency, kebutuhan self care
therapeutik, self care defisit, nursing agency, dan nursing system,
serta satu konsep perifer yaitu basic conditioning factor (faktor
kondisi dasar). Postulat self care teori mengatakan bahwa self care
tergantung dari prilaku yang telah dipelajari, individu berinisiatif dan

44
membentuk sendiri untuk memelihara kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya.
a. Teori Self Care
Untuk memahami teori self care sangat penting terlebih
dahulu memahami konsep self care, self care agency, basic
conditioning factor dan kebutuhan self care therapeutik. Self
care adalah performance atau praktek kegiatan individu untuk
berinisiatif dan membentuk prilaku mereka dalam memelihara
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Jika self care dibentuk
dengan efektif maka hal tersebut akan membantu membentuk
integritas struktur dan fungsi manusia dan erat kaitannya dengan
perkembangan manusia.
Self care agency adalah kemampuan manusia atau
kekuatan untuk melakukan self care. Kemampuan individu
untuk melakukan self care dipengaruhi oleh basic conditioning
factors seperti; umur, jenis kelamin, status perkembangan,
status kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem perawatan
kesehatan (diagnostik, penatalaksanaan modalitas), sistem
keluarga, pola kehidupan, lingkungan serta ketersediaan
sumber.
Kebutuhan self care therapeutik (Therapeutic self
acre demand) adalah merupakan totalitas dari tindakan self
care yang di inisiatif dan dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan self care dengan menggunakan metode yang valid
yang berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan.
Konsep lain yang berhubungan dengan teori self care adalah
self care requisite. Orem mengidentifikasikan tiga katagori
self care requisite:
1) Universal meliputi; udara, air makanan dan eliminasi,
aktifitas dan istirahat, solitude dan interaksi sosial,

45
pencegahan kerusakan hidup, kesejahteraan dan
peningkatan fungsi manusia.
2) Developmental, lebih khusus dari universal dihubungkan
dengan kondisi yang meningkatkan proses pengembangan
siklus kehidupan seperti; pekerjaan baru, perubahan
struktur tubuh dan kehilangan rambut.
3) Perubahan kesehatan (Health Deviation) berhubungan
dengan akibat terjadinya perubahan struktur normal dan
kerusakan integritas individu untuk melakukan self care
akibat suatu penyakit atau injury.

b. Teori Self Care Deficit


Merupakan hal utama dari teori general keperawatan
menurut Orem. Dalam teori ini keperawatan diberikan jika
seorang dewasa (atau pada kasus ketergantungan) tidak mampu
atau terbatas dalam melakukan self care secara efektif.
Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat berkurang atau
tidak dapat terpenuhi atau adanya ketergantungan. Orem
mengidentifikasi lima metode yang dapat digunakan dalam
membantu self care:
1) Tindakan untuk atau lakukan untuk orang lain.
2) Memberikan petunjuk dan pengarahan.
3) Memberikan dukungan fisik dan psychologis.
4) Memberikan dan memelihara lingkungan yang mendukung
pengembangan personal.
5) Pendidikan.
Perawat dapat membantu individu dengan
menggunakan beberapa atau semua metode tersebut dalam
memenuhi self care. Orem menggambarkan hubungan
diantara konsep.

46
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa jika
kebutuhan lebih banyak dari kemampuan, maka
keperawatan akan dibutuhkan. Tindakan-tindakan yang
dapat dilakukan oleh perawat pada saat memberikan
pelayanan keperawatan dapat digambarkan sebagi domain
keperawatan. Orem (1991) mengidentifikasikan lima area
aktifitas keperawatan yaitu:
a) Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat
klien dengan individu, keluarga, kelompok sampai
pasien dapat melegitimasi perencanaan keperawatan.
b) Menentukan jika dan bagaimana pasien dapat dibantu
melalui keperawatan.
c) Bertanggungjawab terhadap permintaan pasien,
keinginan dan kebutuhan untuk kontak dan dibantu
perawat.
d) Menjelaskan, memberikan dan melindungi klien secara
langsung dalam bentuk keperawatan.
e) Mengkoordinasikan dan mengintegrasi keperawatan
dengan kehidupan sehari-hari klien, atau perawatan
kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan sosial
dan edukasional yang dibutuhkan atau yang akan
diterima.
c. Teori Nursing System
Nursing system didesain oleh perawat didasarkan pada
kebutuhan self care dan kemampuan pasien melakukan self care.
Jika ada self care defisit, self care agency dan kebutuhan self care
therapeutik maka keperawatan akan diberikan. Nursing agency
adalah suatu properti atau atribut yang lengkap diberikan untuk
orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat yang
dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk
menemukan kebutuhan self care terapeutik mereka, melalui

47
pelatihan dan pengembangan self care agency. Orem
mengidentifikasi tiga klasifikasi nursing system yaitu:
1) Wholly Compensatory system
Suatu situasi dimana individu tidak dapat melakukan
tindakan self care, dan menerima self care secara langsung
serta ambulasi harus dikontrol dan pergerakan dimanipulatif
atau adanya alasan-alasan medis tertentu. Ada tiga kondisi
yang termasuk dalam kategori ini yaitu; tidak dapat
melakukan tindakan self care misalnya koma, dapat membuat
keputusan, observasi atau pilihan tentang self care tetapi tidak
dapat melakukan ambulasi dan pergerakan manipulatif, tidak
mampu membuat keputusan yang tepat tentang self carenya.
2) Partly compensatory nursing system
Suatu situasi dimana antara perawat dan klien melakukan
perawatan atau tindakan lain dan perawat atau pasien
mempunyai peran yang besar untuk mengukur kemampuan
melakukan self care.
3) Supportive educative system
Pada sistem ini orang dapat membentuk atau dapat belajar
membentuk internal atau external self care tetapi tidak dapat
melakukannya tanpa bantuan. Hal ini juga dikenal dengan
supportive-developmental system.
2. Peran Perawat Dalam Penelitian
Peran perawat dalam penelitian yang bersangkutan dengan teori
model keperawatan menurut orem yaitu melakukan pendidikan kesehatan
untuk mencegah kerusakan hidup, mensejahterakan klien agar self care klien
efektif, melalui pendidikan kesehatan yang tepat sasaran dengan pemilihan
metode yang baik diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap
yang baik untuk siswa/I kelas XI.

48
3. Kerangka Teori Penelitian

Tingkat kognitif
Faktor yang
Pengetahuan
mempengaruhi
Pengetahuan remaja tentang Memahami
pengetahuan
PMS Mengaplikasikan
Pendidikan
Menganalisis
Pekerjaan
Mengevaluasi
Umur
mencipta
Faktor lingkungan
Faktor sosial budaya

Teori self care menurut


Dorothea
Oremsupportive
educative melalui
pemberian pendidikan
kesehatan tentang IMS

Faktor yang Tingkat afektif:


mempengaruhi Sikap Menerima
Pengalaman pribadi Sikap remaja terhadap PMS Merespon
Pengaruh orang lain Menghargai
Pengaruh kebudayaan Bertanggung jawab
Media massa
Lembaga pendidikan
Faktor emosional

Gambar 2. 1Kerangka teori penelitian pengaruh pendidikan kesehatan metode


konseling menggunakan media booklet terhadap pengetahuan dan
sikap mengenai penyakit menular seksual

Sumber: Modifikasi teori model keperawatan Dorothea Orem, dan dimodifikasi


oleh peneliti

49
BAB III

RENCANA KEGIATAN
A. Tema
Penyakit Menular Seksual (PMS) Pada Remaja

B. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendidikan Kesehatan
2. Metode
 Diskusi
 Tannya, jawab
1. Media
 Leaflet
 Poster
 Ppt
2. Evaluasi
• Evalusai struktur
- Audien sebanyak 8-10 orang
- Tempat dan alat tersedia sesuai dengan acara
• Evaluasi proses
- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncakan
- Peserta berperan aktif selama pertemuan
• Evalusai hasil
- Pesereta mampu memahami pengertian dari penyakit
Menular Seksual
- Peserta mampu memahami penyebab dan faktor resiko
penyakit Menular Seksual
- Peserta mampu memahami manifestasi klinis penyakit
Menular Seksual
- Peserta mampu memahami pencehagan penyakit Menular
Seksual

50
- Peserta mampu memahami cra penanganan penyakit
Menular Seksual
3. Waktu dan tempat
Hari : Senin
Tanggal : 06 Desember 2021
Tempat :RSUD Cimacan ruang flamboyan
4. Sasaran kegiatan
Peserta/audien yang akan mengikuti kegiatan ini remaja dan
orang tua pasien.

51
Lembar persetujuan proposal

Nama kegiatan : kegiatan penyuluhan tentang pencegahan Penyakit


Menular Seksual (PMS) pada Remaja

Tema kegiatan : Penyakit Menular Seksual (PMS) pada Remaja

Waktu : Senin, 06 Desember 2021

Tempat : RSUD Cimacan ruang flamboyan

Cianjur, 06 Desember 2021

Dosen pembimbing ketua kelompok

Mona Megasari, S.Kep., Ners., M.Kep. Reddy Ramadhan

52
Rincian Anggaran Dana

( Pencegahan osteoporosis pada lansia )

A. Perlengkapan
 Leaflet 10 lembar Rp. 40.000
 Poster Rp. 15.000
 SAP Rp. 15.000
B. Dokumentasi
 Video
 Foto

Jumlah Rp. 70.000

Cianjur, 06 Desember 2021

Mengetahui

Ketua Prodi Dosen Pembimbing

Aan Somana,SKP,MPd,MNS Ns. Mona Megasari., M.Kep.

53
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
PMS (Penyakit Menular Seksual ) adalah Penyakit menular
seksual adalah penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang
lainnya melalui hubungan seksual. Meskipun demikian tidak berarti
bahwa semuanya melalui hubungan kelamin, tetapi beberapa ada
juga yang ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat,
handuk, thermometer dan sebagainya. Selain itu penyakit ini juga
dapat ditularkan kepada bayi dalam kandungan (Djuanda, 2011).
B. Saran
Diharapkan dapat mengaplikasikan cara pencegahan
penyakit menular Seksual Pada remaja agar terhindar dari
terjadinya Seks bebas di masa yang akan dating.

54
DAFTAR PUSTAKA

i/165. html. Agustus 2014. Aryani. 2010. Kesehatan Remaja:


Problem dan solusinya. Jakarta: Selemba Medika. American
Academy of Family Physicians. 2007. STIs: Common Symptoms &
Tips on Prevention. From:
http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/sexinfection
s/st i/165.html 12 Agustus 2014. Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana (BPPKB). 2009. Panduan pengelolaan pusat
informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja. Jakarta:
BPPKB. Badan Pusat Statistik, BKKBN, Kemenkes RI, dan
MEASURE DHS ICF International. “Laporan Pendahuluan Data
SDKI 2012”. Jakarta. Barakbah, J., 2003. Konseling infeksi menular
seksual. Dalam: Daili, S. F., Makes, W. I. B., Zubier, F., Judarsono,
J. (eds). 2003. Penyakit Menular Seksual. Edisi ke-2. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 172-177.
BKKBN. 2008 . 63% Remaja Indonesia Nge-seks Pranikah.
http://Remaja Indonesia Ngeseks Pra Nikah Wahdah Islamiyah.htm.
Diakses 20 Agustus 2013. Daili, S. F., 2007. Tinjauan penyakit
menular seksual (P.M.S.). Dalam: Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah,
S. (eds). 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 363- 365. 66 Depkes RI.
2006. Pedoman Dasar Infeksi Menular Seksual dan Saluran
Reproduksi Lainnya pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu.
[pdf] Jakarta: Departemen Kesehatan. Depkes RI. 2007.

55
56

Anda mungkin juga menyukai