Anda di halaman 1dari 6

ADEGAN I

lampu remang-remang membubuhi ruangan sempit itu. Membuat serupa siluet orang mati yang
tercetak jelas di atas selembar kasur tanpa dipan. Suara-suara kecil bara api mengunyah tembakau
menggelitik telinga orang itu. Di sudut kanan ruangan terdapat mesin permainan arkade yang usang
dan berdebu, sedang di sebelahnya terdapat dua manekin yang sangat rusak hingga mustahil untuk
disimpulkan mengenai representasi gendernya. manekin tersebut dibalut oleh pakaian-pakaian
kumal dan compang-camping. pada sudut yang berlawanan terdapat beberapa ember besi yang
penuh dengan koin-koin logam. Terdapat semacam suara derit yang sedikit mengganggu. suara
tersebut berasal dari jam dinding yang ditempel pada sisi kanan ruangan. Jam tersebut menunjukkan
tepat pukul 6.

Jika memang terdapat semacam kewajiban untuk memberi penjelasan mengenai ruangan ini, maka
akan ada dua jawaban yang acak dan kontradiktif. 1. Gudang, mengingat intensitas kerenggangan
barang dan pola peletakannya yang acak dan terkesan berantakan. Juga dari ketebalan lapisan-
lapisan debu halus yang terdapat hampir di setiap permukaan benda pada ruangan itu. Dan yang
kedua adalah kamar tidur, mengingat keberadaan kasur yang berfungsi dengan baik dan digunakan
pula dengan baik oleh orang itu.

Orang tersebut sedang membaca buku. jemarinya dengan rutin membalik halaman demi halaman.
asap tipis mendedas lewat hidungnya, melawan gravitasi, lalu mencair menjadi udara bening. sedang
lewat mulutnya, asap-asap lebat bergumul dan membentuk semacam atmosfer lain dalam ruangan
itu.

Sumak

Dan jika memang suatu saat kau kelak memiliki mulut dan puisi, maukah kau kacau bersamaku?

(Sumak mendikte kalimat yang baru saja ia baca)

Sumak

Mengenai nyawamu, aku juga berdoa agar mereka tak kemana-mana. Dan jika tiba saatnya, maukah
kau memberinya? setengah dari nyawamu? Aku juga akan memberikan setengah milikku. Bukankah
itu cukup?

(Sumak masih mendikte dari buku yang ia baca)

Ponsel Sumak berdering kencang, Sumak mendecak kesal, lalu menerima panggilan yang masuk.

Sumak

Ada apa? Ini masih pukul dua. Tidakkah kau punya sedikit rasa hormat kepada temanmu, atau
setidaknya kepada hari yang larut ini, untuk memberikan mereka sedikit waktu istirahat?

Ertras
Pukul dua? Apa kau serius?

Sumak

Tentu saja! Aku sedang membaca, jangan ganggu aku.

(Sumak langsung menutup panggilan dan kembali membaca)

Sumak

Orang gila mana yang menelepon pada tengah malam seperti ini

(Sumak berbicara sendiri)

Ponsel Sumak kembali berbunyi. Sumak memandanginya sebentar dengan muka kesal, lalu
mengangkatnya.

Sumak

Sudah kubilang aku sedang membaca! ada apa, sih?

Ertras

Persetan dengan bukumu dan sekarang kuminta kau untuk melihat jam dindingmu. Aku tidak ingin
mengetahui pukul berapa tepatnya jam bodohmu itu menunjukkan waktu. Yang jelas, aku akan
bersiap dalam lima menit

Sambungan terputus. Sumak memandangi layar ponselnya sesaat dan menunjulkan ekspresi
keheranan. Walau demikian, ia patuh terhadap permintaan Ertras, sahabat baiknya. Ia melongok
kearah jam dindingnya. Alangkah terkejutnya ia melihat waktu menunjukkan pukul 6 lewat 5 menit.
Ia lalu dengan sigap membuka tirai kecil. dari jendela berukuran 50x50cm, menyerbu cahaya
matahari yang padat ke arah mata Sumak. membuat ia dengan cepat memalingkan mukanya.

Sumak

Sepagi ini? Sial, sial, sial. Aku harus cepat atau aku akan berurusan lagi dengannya.

ADEGAN II

Sumak berada pada sebuah pusat permainan arkade dan judi. Mengenakan seragam sekolahnya
yang usang, rambutnya yang gondrong dan berantakan tak ia sisir dan ia biarkan berjatuhan dengan
acak mengelilingi lingkar kepalanya. Pada bibirnya terselip sebatang rokok dan jemari tangan kirinya
melingkari kaleng bir.

Di sampingnya terdapat Ertras, sahabatnya. Pembawannya hampir mirip dengan Sumak. Rambutnya
berantakan, seragam sekolahnyanya berantakan, dan sifatnya juga sama berantakannya. Di balik
daun telinganya terselip sebatang rokok, sedang bibirnya menjepit lolipop. Mereka berdua duduk
pada salah satu bangku tunggu. bangku tersebut berada pada sisi paling dalam dari ruangan besar
itu, ruang arkade.

Ertras

Ini berkat kau. Kita terlambat. Sekarang sudah pukul setengah tujuh. Aku memberikan dua opsi:
Bolos sepenuhnya untuk hari ini, atau, hanya bolos pada jam pelajaran pertama

Sumak

Sialnya, opsi pertama begitu menggiurkan. Walaupun jika diingat aku melakukan itu hampir setiap
hari, namun dengan terpaksa aku harus mengambil opsi kedua.

Ertras

Aku baru tahu bahwa kau juga bisa tergigit dalam keadaan urgen seperti itu. Apakah itu?

Sumak

Si Keparat Legeh itu akan membunuhku jika ia mendapatiku bolos seharian lagi

Ertras

Legeh, Si Wakil Kesiswaan?

Sumak

Apa kau bolos begitu sering hingga melupakan anggota penting komponen sekolah?

Ertras

Lupakan soal itu. Lebih lanjut, aku heran pada orang-orang dengan intuisi seni dan sastra yang
ekstrem.

Sumak

Mengapa demikian?
Ertras

Terutama kamu. Ya, kamu.

Sumak

Aku? Ada apa denganku?

Ertras

Orang gila macam apa yang bersedia tinggal di gudang?

Sumak

Aku sering menemukan orang yang tinggal di kolong jembatan, Ras.

Ertras

Ya, jika memang alasan dan latar belakang mereka berfungsi dengan baik untuk menjelaskannya.

Sumak

Maksudmu

Ertras

Kira-kira seperti "Mengapa mereka tinggal di kolong jembatan? Karena mereka terjepit dalam
kondisi ekonomi yang sangat-sangat tidak layak.

Sumak

Jika memang seperti itu, bukankah aku memiliki alasanku tersendiri?

Ertras

Maksudku .... ! Itu adalah pusat permainan arkade! Apa kau mengerti !?

(mengencangkan suaranya perlahan)

Samuk
Ya tentu saja. Ada apa dengan itu?

Ertras

Sekali lagi, lupakan. (Menunjukkan gestur keheranan)

Bagaimana perkembangan kompetisi menulismu?

Samuk

Aku memiliki alasanku sendiri mengapa aku memilih untuk tetap di tempat ini sekalipun aku tidak
menyukainya. Ruangan ini dilengkapi dengan internet gratis. Pengumumannya hari ini, kompetisi
menulis itu. Disebarkan melalui situs resmi penyelenggara. Ah waktunya sudah tiba

(Memeriksa ponsel, jam menunjukkan pukul 6:45)

Samuk lalu mencari namanya dalam daftar pemenang, namun ia tidak menemukan nama apapun
selain kumpulan nama asing yang sempat ia benci untuk sesaat. Tensi meninggi

Samuk

Seperti biasa, aku kalah. Lagipula, siapa bedebah-bedebah ini? Lihat! Arjuna untuk juara satu, Raba
untuk juara dua, Nijna untuk juara tiga. Betapa nama-nama yang beruntung! Haruskah aku
mengganti namaku? Arjuna misalnya

(Samuk begitu kesal dan marah. suaranya meninggi dan urat-urat lehernya terlihat jelas)

Ertras

Yah aku tidak terkejut, lagipula ...

(kalimat Ertras terputus karena Samuk menyelanya)

Samuk

Sial, sial, sial!

(Samuk mulai meneteskan air mata)

Ertras

Lupakanlah, kau tidak seperti biasanya

Samuk
Kau tidak akan mengerti.

Anda mungkin juga menyukai