Anda di halaman 1dari 52

€

€
TOPENG HITAM
Ambhita Dyaningrum
€
Dipersembahkan untuk€:http://dimhad.6te.net
€
€
€
Malam beringsut perlahan. Bunyi binatang malam bersahut-sahutan di kejauhan. Pe
njaga portal di pintu gerbang terkantuk-kantuk dengan televisi masih menyala di
sudut ruang. Wajahnya menengadah dan mulutnya yang ternganga mengeluarkan bebuny
ian yang mengusik kesunyian malam. Gelap menyembunyikan tiga bayang-bayang hitam
yang bergerak tanpa suara menuju pusat kompleks gedung yang megah berkubah itu.
Kegesitan tampak dari gerak-gerik menonaktifkan sistem keamanan dengan portable
computer yang didudukkan di rerumputan kering, yang malam itu digayuti embun. I
syarat mata bersahut-sahutan dari wajah-wajah yang bertopeng hitam dan jari-jema
ri yang dibalut kaus tangan warna hitam pula. Dalam hitungan ketiga, bayangan-ba
yangan itu berbagi tugas. Lasak di malam yang tidur.
€
Tiba-tiba dingin mulai terasa hangat. Gelap tiba-tiba disibakkan cahaya bendera
ng. Penjaga portal terbangun karena merasa pipinya menghangat. Ia risau dalam de
ngkurnya, kemudian akhirnya terjaga. Dari kaca-kaca jendela ia melihat nyala yan
g terang. Ia terperanjat melihat sinar kemerah-merahan menjulang dari dinding-di
nding gedung berkubah. Kantuknya terenggut tiba-tiba oleh dentuman mahadahsyat d
ari jantungnya. Kebakaran!
€
Ia memeriksa sistem keamanan. Mati. Alarm tak berfungsi. Ia meraih gagang telep
on di meja. Tak ada nada sambung. Ia kian panik. Napasnya mendengus-dengus. Laya
r monitor pemantau seluruh sistem gedung mati. Ia kemudian berlari sekencang-ken
cangnya ke arah gedung yang terbakar. Berteriak-teriak memanggil nama teman-tema
nnya dengan lolong yang lebih buruk dari suara serigala yang terluka.
€
Sementara itu, tiga bayang-bayang hitam telah bergerak mundur dengan senyum kem
enangan di sudut bibir mereka masing-masing. Ketiganya saling mengacungkan ibu j
ari. Misi telah selesai dijalankan. Kemudian bayang-bayang itu bersicepat dengan
waktu, mengendap-endap di pekat malam yang telah diracuni panas dan terang caha
ya api. Menghilang seperti partikel debu di udara. Dan di suasana seperti itu, d
erum kendaraan sekeras apa pun tenggelam dalam kegaduhan yang lebih mencemaskan
yang datang dari gedung yang terbakar.
€
Stepa kembali datang ke perpustakaan tua sore itu. Entah dorongan dari mana yan
g membuat ia merasa tertarik dengan bangunan usang yang telah dimakan usia itu.
Dinding perpustakaan mulai berlumut dan retak-retak sehingga membentuk liang-lia
ng. Liang-liang kecil itu dihuni semut-semut yang kerap kali muncul ke permukaan
beriring-iringan. Lantainya yang lembap dan terasa dingin di kaki membuat Stepa
merasa senang menyentuhkan telapak kakinya disana saat asyik membaca.Ada sensas
i tersendiri dengan senyap itu.
€
Penjaga perpustakaan yang juga telah dimakan usia, Pak Raste namanya (untunglah
namanya bukan Rasta), berambut keriting kecil-kecil dan berkacamata setebal kac
a nako jendela. Ia tampaknya baik, hanya sedikit tegang pembawaannya. Barangkali
ia termasuk orang yang sangat takut berbuat kesalahan. Ia berhati-hati sekali d
alam bekerja, mencatat, dan memasukkan data ke komputer. Sambil melakukan pekerj
aannya, ia juga tetap mengawasi gerak-gerik orang dari balik kacamatanya yang te
bal. Ia mencurigai orang-orang yang masuk ke perpustakaan dengan baju tebal. Ia
pikir mereka berniat mencuri buku dari perpustakaan dengan cara menyembunyikanny
a di balik baju. Hal itu pernah terjadi sebelumnya berulang kali, sehingga membu
at Pak Raste jadi trauma. Rasa cemas membuat ia selalu memelototi setiap orang y
ang keluar masuk perpustakaan, kendati sebenarnya perpustakaan telah dipasangi d
etektor untuk mencegah pencurian. Jadi, siapa pun yang melakukan kecurangan tak
akan bisa lolos dari pengawasan. Namun, meskipun ia bukan termasuk jenis orang y
ang ramah dan mau berkompromi, Stepa menyukai orang tua itu karena mengingatkan
ia pada pria yang ia sebut Ayah, yang telah meninggal sekian tahun silam.
€
Mengherankan sebetulnya, bila Pak Raste begitu paranoid dengan isi perpustakaan
nya, mengingat nyaris tak ada buku baru disana . Pengunjungnya pun tak terlalu b
anyak, kecuali orang-orang yang memang melakukan riset dan mahasiswa yang mencar
i data untuk tugas akhir mereka.
€
Isi perpustakaan itu sama tuanya dengan gedung dan penjaganya. Ia seperti berhe
nti sejak sekitar sepuluh tahun yang silam. Tahun terbitan terakhir yang bisa ia
temukan telah melampaui waktu itu. Buku-buku di perpustakaan Pak Raste seperti
simpanan arsip yang telah kedaluwarsa dan hanya ditumpuk begitu saja, kemudian t
ak ada arsip baru. Berhenti begitu saja di tahun itu.
€
Suatu kali Stepa merasa tertarik dengan buku-buku yang diletakkan di rak paling
atas. Ia bersusah-payah menarik tangga dan mencoba menjangkau buku-buku, di rak
paling atas. Debu meliputi tepi-tepi buku membuat ia beberapa kali bersin. Keba
nyakan buku-buku yang diletakkan disana adalah buku-buku sejarah, antropologi, d
an kedokteran yang usianya sudah sangat tua. Kertasnya telah menguning dimakan w
aktu. Mungkin karena sudah terlalu tua dan diperkirakan tidak lagi dicari banyak
orang sehingga diletakkan di tempat yang sulit dijangkau. Stepa hanya memuaskan
rasa ingin tahunya dengan melihat judul-judul buku dan sekilas isinya. Ia harus
beberapa kali bersin karena debu dan bau apak yang menggelitik hidungnya. Ia ku
rang tertarik dengan bidang-bidang itu, sehingga kemudian kembali meletakkan buk
u-buku yang ditengoknya ke tempat semula. Tiba-tiba, setelah membolak-balik buku
, ia didatangi oleh Pak Raste dan mendapatkan teguran darinya.
€
Hei, Anak muda. Buku apa sebenarnya yang kau cari? ujarnya gusar. Rupanya bunyi b
erkeriut tangga besi yang sudah mulai karatan dan suara debum buku yang dibolak-
balik dengan tergesa oleh Stepa telah mengusik telinga tuanya. Stepa nyengir men
dengar teguran itu. Ia kemudian turun dari tangga.
€
Hanya melihat-lihat, sahutnya kalem, siapa tahu ada buku yang saya butuhkan di ata
ssana .
€
Dan sudah kau temukan buku itu?
€
Ehm..., Stepa berpikir sejenak. Tidak. Tidak ada buku yang saya perlukan. Tidak ad
a yang cukup menarik juga. Hanya arsip-arsip kuno yang tampaknya sudah sangat ke
tinggalan zaman.
€
Kalau begitu segera saja cari buku di tempat lain, yang mudah terjangkau, yang m
enarik dan yang kau butuhkan. Dan jangan bikin gaduh perpustakaan.
€
Ups. Stepa menutup mulutnya dengan tangannya. Galak benar orang tua ini, gerutu
nya dalam hati. Ia segera turun dari tangga. Pak Raste mengawasi dari balik kaca
matanya yang tebal. Bola mata tua yang abu-abu itu seperti hendak menembus kelua
r lewat kacamatanya. Stepa mengangguk sambil tersenyum-senyum tatkala melewati o
rang itu.
€
Maaf, Pak Raste....
€
Ia kemudian berada di sudut lain, di bagian buku-buku sastra, favoritnya. Ia me
ngambil salah satu buku dari rak itu. Hmm..., sebuah novel kuno. Salah satu kole
ksi kesayangan Nenek. Stepa meraih buku yang lain. Sebuah novel juga. Kemudian i
a mencari tempat di meja kosong dekat jendela.
€
Ditelusurinya huruf demi huruf di hadapannya. Sesekali keningnya berkerut. Kesu
ngguhan terpancar di wajahnya. Tarikan garis-garis wajahnya yang mengendur dan m
engencang adalah cerminan gejolak batinnya. Kalau sudah begitu ia biasanya lupa
waktu. Tanpa sadar hari sudah mulai gelap. Ia segera tersadar ketika tahu-tahu P
ak Raste sudah mulai merapikan buku-buku yang bergeletakan di atas meja dengan r
ak kereta dorongnya.
€
Sudah hampir malam, Anak muda, ujarnya dengan suara rendah. Ia sudah tidak segala
k sebelumnya.
€
Ya, Pak, Stepa mengangguk sembari menutup buku di hadapannya. Ia memandang berkel
iling. Hanya tinggal ia dan Pak Raste. Stepa melirik arloji yang melilit pergela
ngan tangannya. Pukul tujuh malam kurang enam menit. Ia terkaget-kaget. Tidak me
nyangka bisa setahan itu membaca novel ratusan halaman itu. Ia menandai halaman
dengan pembatas buku.
€
Mau kau pinjam novel itu? tanya Pak Raste. Jam pinjam sebenarnya sudah habis, dan
komputernya sudah saya matikan. Tapi, kalau kau ingin meminjamnya... baiklah say
a catat dulu di buku, besok baru saya masukkan datamu ke komputer.
€
Kalai begitu terima kasih sekali, Pak. Novel ini bagus sekali. Saya sangat menyu
kainya.
€
Tentu saja. Novel itu mendapatkan penghargaan tinggi di zamannya. Penulisnya mem
ang luar biasa. Ia bertangan dingin. Hampir semua karyanya meledak di pasaran da
n menjadi buku yang paling dicari orang. Terutama yang satu ini. Saya juga sanga
t menggemari karya-karya penulis novel ini.
€
Stepa mengangguk-angguk. Ia diam-diam keheranan mendengar penuturan Pak Raste.
Orang tua galak itu ternyata juga memiliki selera sastra yang bagus. Ya, ia suda
h sering mendengar nama penulis itu dalam pelajaran tentang sejarah sastra. Penu
lis itu berada pada jajaran atas penulis di zamannya. Karya-karyanya selalu menj
adi masterpiece. Ia menatap kulit sampulnya yang berwarna merah darah. Stepa kem
udian beranjak dari tempat duduknya.
€
Tolong catatkan ini dulu, Pak Raste, katanya. Saya pinjam dulu.
€
Pak Raste mengangguk sambil tetap meneruskan pekerjaannya.
€
Sudahlah kau pergi saja. Saya sudah hapal judul novel dan penulisnya. Lagi pula,
saya sudah bosan melihatmu di sini.
€
Stepa mengangkat bahunya tinggi-tinggi.
€
Okey, thanks.
€
Sebelum pergi ia menyempatkan menepuk bahu Pak Raste dengan akrab sehingga oran
g tua itu menjadi kaget. Stepa segera melesat keluar sambil bersiul-siul. Di pin
tu keluar alarm berbunyi. Stepa berbalik dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
€
Pak Raste telah memberikan rekomendasi! teriaknya.
€
Pak Raste tampak kesal karena ia sendiri lupa bahwa alarm itu akan berbunyi bil
a Stepa melangkah keluar. Sambil mengomel-ngomel ia melangkah hendak mematikan a
larm. Sementara itu Stepa sudah lari tunggang-langgang.
€
Saking tergesa-gesanya, Stepa menabrak seseorang di dekat pintu keluar. Sepatu
ketsanya berdecit-decit di lantai saat ia mengerem larinya. Tetapi sudah terlamb
at. Tak ayal bahunya menerjang sesosok tubuh di depan pintu itu. Terdengar suara
teriakan tertahan seorang wanita dan buku-buku yang berjatuhan.
€
Dan itulah dia. Seorang wanita yang pucat pasi berdiri di hadapannya dengan mul
ut ternganga saking kagetnya. Wajah tirus dan tubuh kurusnya tersembunyi tidak t
erlalu baik di balik jaketnya yang tebal. Penampilannya tidak terlalu menarik. H
anya saja, matanya yang lebar sungguh terlihat sangat cerdas. Kekagetan luar bia
sa di wajah si gadis tak urung membuat Stepa menyesal bercampur geli.
€
Maaf, ujar Stepa. Ia berjongkok memunguti buku-buku si gadis yang berjatuhan. Sek
ilas matanya melirik judul-judul di kulit buku. Ia menangkap judul besarnya: Ana
tomy, Surgery, Double Helix..., si gadis buru-buru merebut buku-bukunya dari tan
gan Stepa. Ia merasa tidak senang.
€
Stepa mengamati wajah si gadis. Ia kemudian teringat bahwa ia pernah melihat ga
dis itu di suatu tempat. Ia memegang jidatnya. Di mana ya? Tolol, gadis itu mema
ng selalu kemari di saat perpustakaan sudah hampir tutup. Stepa menepuk jidadnya
. Barangkali pacar Pak Raste. Ia tersenyum sendiri.
€
Tahu-tahu gadis itu melesat meninggalkannya. Ia melangkah masuk ke perpustakaan
dengan langkah-langkah yang panjang.
€
Hei..., perpustakaan sudah tutup! seru Stepa. Si tua Raste tidak akan mau melayani
mu. Besok saja kembali.
€
Si gadis tak memberikan perhatian sedikit pun. Ia terus saja melangkah masuk. S
tepa menggerutu.
€
Ya, terserah kaulah...
€
Nadine mengetuk-ngetuk kaca pintu dapur dengan keras.
Hello..., anybody home?
€
Elisa yang sedang berdiri memunggunginya, di antara bising suara mixer, menoleh
. Celemek di tubuhnya penuh bercak adonan kue.Ada tepung lekat di pipi kanannya.
Nadine tersenyum geli melihatnya.
€
Hai..., Lisa menyambutnya senang. Sorry, saya sedang sibuk bikin kue.
€
Nadine mengelap tepung di pipi sahabatnya dengan tisu.
€
Adaapa, nih? Kok pakai acara bikin kue segala? Seperti bukan Lisa saja. Bik Inah
ke mana?
€
Belanja bahan-bahan yang saya butuhkan untuk membuat kue.
€
Lisa segera menyorongkan kursi.
€
Duduklah, ujarnya riang. Nadine tak menghiraukannya. Ia mengamati adonan kue di a
tas meja. Mencolek sedikit dengan telunjuk dan mencicipinya.
€
Nyam, nyam..., enak. Kue apa, nih?
€
Itu kue truffle coklat. Kalau kau cukup bersabar menunggu matang, kau akan bisa
merasakan kue buatanku yang lezat.
€
Truffle? Hmm..., belum matang saja sudah enak begini.
€
Nadine hendak mencolek lagi tapi Elisa dengan sigap menjauhkan tangannya.
€
Eit, jangan. Nanti cita rasanya jadi buruk karena kotoran di jarimu. Kau makan y
ang lain saja yang sudah matang. Oke?
€
Apa itu yang sudah matang? Mana itu yang sudah matang?
€
Kerupuk di toples itu.
€
Huh!
€
Tunggu, ya?
€
Elisa mematikan mixer. Ia kemudian menuangkan adonan ke dalam loyang yang telah
dialasi kertas roti yang diolesi mentega. Dengan gerakan pelan ia meratakan ado
nan itu ke dalam loyang. Adonan kue di dalam loyang itu dimasukkannya ke dalam o
ven. Nadine terus memperhatikan gerak-gerik Elisa yang cekatan.
€
Setelah itu Elisa duduk di dekat Nadine.
€
Adaapa? Baru dari mana? tanya Elisa.
€
Saya heran..., desah Nadine seperti tak mendengar pertanyaan sahabatnya. Mengapa s
eorang Elisa tiba-tiba menjadi sangat membumi? Menjadi wanita biasa, bercelemek,
dan membuat adonan?Ada sesuatu yang salah di sini. Seharusnya akulah yang berta
nya kepadamu, Adaapa? Karena kau sangat tidak biasa menjadi seseorang yang sangat b
iasa .
€
Elisa tertawa.
€
Kau pasti sangat ingin tahu,kan ?
€
Tentu saja. Atau, kau ingin membuka bisnis restoran karena sudah bosan dengan pe
kerjaanmu yang sekarang? Kau sedang berusaha mengumpulkan resep dan mencoba-coba
nya?
€
Motifnya tidak selalu bisnis, Sayang. Kenapa kau menduga ke arah itu?
€
Everything deals with money. Yang saya tahu kau selalu begitu. Tidak ada yang ka
u kejar selain untuk mendapatkan uang. Kau selalu punya rencana di balik kepalam
u bila tiba-tiba melakukan hal-hal yang di luar kebiasaan. Biasanya motifmu sela
lu motif ekonomi. Jangan menyangkal itu karena saya tahu benar siapa kau.
€
Tawa Lisa kian keras.
€
Oh, kali ini kau salah mengambil kesimpulan, Nona manis.Ada sisi lain dalam diri
ku yang mungkin kau lupakan. Saya ini romantis. Saya melakukan sesuatu karena sa
ya sangat menginginkannya. Saat ini saya tiba-tiba ingin melakukan pekerjaan yan
g lazim dilakukan oleh kaumku, membuat kue. Kalau saya berhasil melakukannya, ma
ka saya sungguh layak disebut wanita yang baik. Tak serumit yang kau pikirkan. D
an, mana tahu, dengan keterampilanku memasak ini suatu waktu saya dengan bangga
akan berkencan di rumah saja, having dinner dengan hidangan yang kubuat dengan t
anganku sendiri. Kau tahu, pria selalu jatuh hati kepada wanita yang bisa membua
t masakan enak.
€
Jadi, kalau boleh kutebak, saat ini kau sedang mempersiapkan kencanmu? Kau sedan
g jatuh cinta?
€
Ya..., boleh saja kau tebak begitu. Tapi, sebentar, saya mau bikin krim dulu unt
uk kueku.
€
Nadine tiba-tiba saja menjadi bosan. Ia berharap menemukan Elisa yang biasanya.
Bicara tentang hal-hal spektakuler, bukan hanya sekadar kue truffle dan kencan.
Elisa yang selalu membicarakan info-info terkini dan bukan hal-hal biasa sepert
i pekerjaan wanita di dapur.
€
Nadine mendesah karena ketakmengertiannya pada sikap Elisa.
€
Jadi, cintalah yang bisa membuatmu gelap mata? tanyanya dengan wajah suram.
€
Apa? Gelap mata?
€
Ya, kusebut ini gelap mata. Kau belum pernah melakukan hal-hal yang tidak kau su
kai untuk mendapatkan sesuatu. Kalau sekarang kau melakukannya, apa itu bukan ge
lap mata namanya?
€
Jangan sinis begitu, dong. Kau mulai seperti Hasta.
€
Siapa Hasta?
€
Temanku. Pria yang selalu memandang dunia dengan sinis.
€
Baik. Sekarang langsung saja saya bertanya padamu, kau sedang jatuh cinta dengan
siapa rupanya?
€
Nah, yang ini baru Nadine yang kukenal. Straight to the point. Tapi yang ini bel
um bisa saya jawab sekarang. Tapi yang pasti, kali ini saya benar-benar jatuh ci
nta.
€
Seserius apa? Jangan-jangan kau mau menikah?
€
Wah, tepat pada sasaran.
€
Jadi benar kau mau menikah?
€
Ah, kenapa sih kau selalu saja menanggapi dengan serius? Cobalah untuk sedikit l
ebih relaks. Ini bukan tugas dokter yang memerlukan penanganan serius. Terkadang
kita juga perlu libur membicarakan hal-hal yang gawat . Santailah sedikit....
€
Nadine tersipu-sipu mendengar kata-kata Elisa. Selama ini ia memang selalu disi
bukkan dengan hal-hal yang serba serius. Sebagai seorang calon dokter, pekerjaan
menuntut ia menjadi seorang yang serius, bahkan cenderung perfeksionis, dan gil
a logika. Terkadang Elisa dapat mengimbanginya sehingga mereka terlibat perdebat
an seru tentang banyak hal yang serius. Di lain waktu, seperti saat itu, Elisa m
enjadi orang yang ingin bicara hal-hal ringan namun penuh perenungan. Latar bela
kang Elisa sebagai seorang yang berasal dari disiplin ilmu sosial humaniora memb
uat ia sangat humanis, yang ingin membicarakan hal-hal yang kontemplatif. Namun,
Nadine tak pernah bisa melakukannya.
€
Elisa sibuk mengaduk krim di atas kompor gas. Nadine merasa capai menunggunya m
emberikan jawaban yang memuaskan. Begitulah selalu Elisa yang dikenalnya selama
lebih dari sepuluh tahun lamanya. Nadine belum juga terbiasa dengan kebiasaan me
nggantung kalimatnya. Seperti halnya Elisa biasa menggantung suatu keadaan dan m
enyingkir diam-diam ke wilayah aman di mana ia bisa bersembunyi untuk tak mengak
hiri kengambangan itu. Karena itu jualah Elisa punya banyak teman jalan. Pacarny
a cuma satu, tapi ia bisa berkencan dengan beberapa orang lain dalam waktu yang
bersamaan tanpa ada kejelasan hubungan. Dan ia sengaja memilih wilayah abu-abu,
yang menurutnya paling aman dari segala hukum dan teori karena mengandung pradug
a tak bersalah. Amanlah pula ia dari tudingan berselingkuh atau punya pacar lebih d
ari satu , karena kenyataannya ia memang hanya punya satu pacar. Selebihnya hanyal
ah teman jalan .
€
Elisa sangat menikmati hal itu. Ia beruntung dikaruniai wajah yang cantik. Ia j
uga pintar bergaul dan memiliki inner beauty yang kuat. Nyaris tanpa cacat. Menu
rut Nadine, Tuhan sedang sangat berbahagia saat menciptakan Elisa. Dengan bakatn
ya yang besar, Elisa kini menjadi seorang reporter di Space TV, sebuah stasiun t
elevisi swasta. Karirnya sedang bagus-bagusnya.
€
Sayang, pada akhirnya hubungan Elisa dengan pacarnya harus selesai. Keputusan J
ohan untuk meninggalkan Elisa merupakan pukulan yang meruntuhkan kesombongan gad
is itu. Ia mengira Johan akan tetap mempertahankannya, kendati apa pun yang ia l
akukan. Ia tak pernah berpikiran bahwa Johan akan meninggalkannya suatu ketika s
etelah capai untuk selalu memahami. Tinggallah Elisa berkubang dalam kesedihanny
a, dan di saat itulah semua teman jalan menjadi tidak berarti sama sekali, karena
permainan tidak lagi menarik tanpa seorang kekasih di sampingnya.
€
Setelah ditinggalkan Johan, Elisa tampaknya malas berhubungan lagi dengan pria.
Nadine bisa melihat bahwa sesungguhnya Elisa merasa sangat kesepian. Ia berusah
a untuk membunuh kesepiannya dengan bekerja. Selain bekerja sebagai reporter, El
isa juga menyanyi di kafe di saat-saat senggangnya. Semua itu dilakukannya demi
menghilangkan kesedihan.
€
Setelah semua yang terjadi, dan setelah sekian lama tidak lagi berkencan, kalau
tiba-tiba Elisa berdiam di rumah dan melakukan pekerjaan yang tak pernah ia suk
ai sebelumnya dan alasannya adalah karena cinta, maka itu berarti benar-benar te
lah terjadi sesuatu pada dirinya.
€
Kini sepotong truffle coklat telah terhidang di hadapan Nadine. Nadine mengendu
s aromanya yang harum. Hidungnya kembang-kempis. Elisa tersenyum puas melihatnya
.
€
Ayo dicicipi dan kemudian berkomentarlah. Berikan kritik, saran, atau apa saja k
arena saya membutuhkannya.
€
Nadine mengambil sendok kecil di pinggir piring. Ia menyendok lapisan atas truf
fle yang kenyal dan lembut kemudian disuapkan ke mulutnya. Rasa manis menyentuh
lidahnya. Nadine mengunyahnya hingga tandas.
€
Enak, ujarnya sambil menyendok lagi. Kali ini ia benar-benar lahap.
€
Ini luar biasa, pujinya tulus. Ini karya pertamamu, dan rasanya benar-benar menakj
ubkan. Bagaimana kalau kau berhenti saja jadi reporter, bukalah sebuah restoran,
saya jamin kalau semua hidangannya selezat ini kau bisa menangguk uang lebih ba
nyak dibandingkan dengan penghasilanmu kini setiap bulannya. Kau berbakat.
€
Elisa tertawa senang mendengar pujian sahabatnya. Ia menyodorkan segelas air pu
tih dingin kepada Nadine.
€
Saya hanya ingin membuktikan dugaan orang bahwa saya hanyalah seorang wanita mod
ern-hedonis yang tak mengenal pekerjaan-pekerjaan rumah tangga adalah salah sama
sekali. Saya bisa melakukan pekerjaan ini, dan hasilnya pun tidak mengecewakan.
Setidaknya ada pengakuan dari seseorang yang mencicipi masakanku. Pengakuanmu s
ebagai seorang yang memiliki selera makan tinggi adalah sebuah indikator bahwa h
asil masakanku cukup representatif. Bukankah demikian?
€
Nadine terkekeh.
€
Mencari pengakuan rupanya, he?
€
Seandainya dia ada di sini dan mendengar komentarmu ,
€
Tunggu tunggu, siapa dia itu? tukas Nadine. Telinganya cukup tajam untuk dapat mena
ngkap setiap kata yang diucapkan Elisa.
€
Elisa mengibaskan tangannya dengan sikap meremehkan.
€
Ah, tidak cukup penting, ujarnya. Sebaiknya tidak usah kita bicarakan.
€
Hm , Nadine menjilat-jilat bibirnya yang masih meninggalkan sisa manis coklat. Ah, s
aya sampai lupa tujuanku kemari, tiba-tiba ia menepuk jidatnya, ini gara-gara truf
fle coklatmu.
€
Nadine mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah amplop berwarna merah hat
i.
€
Undangan ke pesta Raia, Kamis besok.
€
Adaapa? Elisa tertegun menatap undangan itu.
€
Kau lupa? Raia ulang tahun Kamis besok.
€
Ekspresi kaget Elisa mengendur. Ia menghela napas.
€
Oh ya, saya hampir lupa, desahnya.
€
Hampir lupa? Kau memang lupa,kan ? sergah Nadine. Ia mengamati perubahan ekspresi
di wajah Elisa. Apakah hubungan mereka sudah begitu renggang sehingga Elisa mel
upakan ulang tahun Raia, atau Elisa yang terlalu sibuk dengan urusannya sendiri?
Mungkin bahkan Elisa lupa punya teman bernama Raia.
€
Tatapan tajam Nadine membuat Elisa merasa bersalah.
€
Maafkan saya, saya benar-benar lupa, ucap Elisa lirih.
€
Kau mau datang,kan ? Nadine berusaha membuatnya tidak merasa bersalah lebih lama.
€
Kau datang?
€
Ya, tentu saja. Kau juga datang,kan ?
€
Elisa membaca undangan itu sekilas, kemudian meletakkannya di atas meja. Wajah
cantiknya terlihat resah. Nadine menangkap perubahan itu.
€
Mungkin saya tidak bisa datang.
€
Kenapa?
€
Saya ada tugas meliput ke luarkota .
€
Kening Nadine berkerut. Dicarinya kejujuran di mata Elisa tapi wanita sahabatny
a itu menghindar.
€
Kau tidak sedang berbohong kepadaku?
€
Elisa menggeleng.
€
Saya harus pergi ke Merican, meliput Human Care, perusahaan bioteknologi yang te
rbakar beberapa hari yang lalu. Kau ingatkan perusahaan itu, yang pernah menggem
parkan karena berhasil melakukan rekayasa genetika terhadap seekor kucing? Ingat
the laughing cat?
€
Nadine mengangguk.
€
Ya, the laughing cat. Tentu saja saya ingat. Kita pernah mendiskusikannya. Dokte
r Karel pun pernah menceritakannya kepadaku.
€
Dosen pujaanmu itu? goda Elisa.
€
Nadine memerah mukanya.
€
Ya, dosen pujaanku, akunya malu-malu. Ngomong-ngomong, apa penyebab kebakaran peru
sahaan itu?
€
Belum ditemukan penyebabnya. Saya menduga ini sabotase. Banyak pihak yang tidak
menyukai perusahaan ini karena dianggap melanggar hukum agama dan sangat tidak m
anusiawi. Mereka melakukan pekerjaan sebagai Tuhan dengan bermain-main dengan ke
hidupan makhluk-Nya.
€
Bukan main ya, teknologi zaman ini? Sulit membayangkan gen manusia bisa dipinda
hkan pada seekor kucing sehingga membuatnya memiliki sebagian sifat manusia. Say
a tak pernah belajar ilmu biologi atau kedokteran sehingga bagiku sangat muskil
untuk dilakukan. Nyatanya memang itu yang terjadi. Lagi pula, proyek itu sangat
merendahkan martabat manusia. Untuk apa mereka melakukan eksperimen-eksperimen g
ila seperti itu?
€
Itulah teknologi. Teknologilah yang sekarang telah menguasai manusia, bukan lagi
manusia yang menguasai teknologi. Manusia menjadi rakus mencoba-coba segala hal
, apa pun bentuk dan dampaknya bagi kehidupan manusia, bagi rasa kemanusiaan. Ya
ng terpenting adalah bagaimana mereka mendapatkan pengakuan bahwa merekalah yang
terhebat di antara semuanya.
€
Mengerikan.
€
Kapan kau berangkat? Nadine bertanya.
€
Besok.
€
Hati-hatilah, banyak orang jahat disana .
€
Elisa tertawa mendengarnya.
€
Jangan khawatir. Saya tidak pergi sendirian. Liputan ini sangat penting buat kar
irku. Ini berita besar.
€
Saya tahu, tapi saya ingin kau baik-baik saja. Kau tidak tahu seperti apa situas
i disana . Bukan tidak mungkin keadaannya cukup berbahaya. Bukankah perusahaan i
tu seharusnya sudah ditutup? Banyak kasus kegagalan kloning yang mereka lakukan
beberapa waktu lalu.
€
Pimpinan perusahaan itu sedang dalam proses pemeriksaan. Beberapa anak buahnya d
imintai keterangan. Tapi anehnya, satu persatu mereka meninggal. Yang lucu, kaba
rnya keracunan makanan, tapi aneh sekali kalau hanya orang-orang yang diperiksa
itu yang keracunan, sementara karyawan yang lain tidak. Padahal mereka makan mak
anan yang sama.Ada isu mengatakan orang-orang itu telah menelan semacam pil yang
meyebabkan kematian mereka, tapi sejauh ini para dokter belum bisa membuktikann
ya.
€
Hasta memiliki banyak teman wanita, tapi entah mengapa ia merasa sulit sekali u
ntuk jatuh cinta.
€
Tiba-tiba ponsel Elisa berbunyi. Beberapa saat kemudian Elisa tampak serius ber
bicara di ponsel. Nadine tidak terlalu memperhatikan. Ia meneguk air putih dingi
n di meja. Mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas meja. Berpikir-pikir.
€
Seminggu yang lalu ia berdiskusi dengan Dokter Karel tentang bioteknologi. Beta
pa ironis, kemajuan teknologi telah mulai menggerogoti apa yang disebut dengan ni
lai-nilai . Sains tak lagi dapat berjalan beriringan dengan ideologi-ideologi nila
i. Sains murni hakikatnya sebagai output intelektual manusia yang tak akan bisa
berkembang manakala ia harus berhadapan dengan teologi, misalnya. Sains berseber
angan dengan teologi dan metafisika.
€
Bioteknologi yang pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup manusia
: kebutuhan akan jenis tumbuhan pangan yang unggul, memperbaiki varietas ternak,
kebutuhan obat, dan lain-lain mulai bergeser. Setelah semua permasalahan satu p
er satu dapat diatasi, mulailah timbul egosentris manusia. Timbul keinginan-kein
ginan menciptakan sesuatu yang lebih hebat, lebih spektakuler. Pada perkembangan
selanjutnya, manusia mulai melacurkan diri pada sains dan menjadi budaknya.
€
Nilai-nilai tidak lagi memainkan bagian penting dalam menentukan apakah teknolo
gi dapat diterapkan atau tidak dalam kehidupan manusia. Eksperimen-eksperimen ya
ng dilakukan para ilmuwan untuk menggali lebih dalam lagi, kemudian berujung pad
a sesuatu yang tanpa disadari atau bahkan dengan sepenuh kesadaran telah meminca
ngi keharmonisan kehidupan manusia. Itu sudah dimulai sejak puluhan tahun silam
ketika orang mulai dapat menghasilkan replika genetis dan bermunculanlah makhluk
-makhluk kopian yang sama persis satu sama lain. Dimulailah suatu peradaban baru
yang terbalik, di mana kasta manusia bisa lebih rendah ketimbang seekor kucing.
Sebentar lagi akan muncul terminologi baru tentang seekor manusia, atau seorang
kucing.
€
Aku harus bersiap-siap, tiba-tiba Elisa menyentakkan lamunan Nadine. Tolong sampai
kan permintaan maafku pada Raia karena tidak bisa datang ke pestanya. Lain kali
aku akan berkunjung ke rumahnya.
€
Kau mau ke mana?
€
Adaperkembangan baru. Cameraman kami sakit dan kami harus segera mencari penggan
tinya.
€
Elisa tak memerincinya lebih jauh karena ia segera melesat dari dapur menuju ka
marnya di lantai atas. Nadine mendengar ia berteriak pada pembantunya yang baru
saja datang untuk segera meneruskan pekerjaan yang ditinggalkannya di dapur. Pem
bantu itu, Bik Inah, menatapnya kebingungan. Nadine pun kemudian segera beranjak
pergi dari tempat itu.
€
Stepa berada di depan jendela apartemennya di lantai tujuh. Ia sedang menikmati
hujan. Sudah lama ia merindukan hujan turun. Bumi sudah terlalu kerontang karen
a sudah lama sekali tak dibasahi air hujan. Barangkali ini pun hujan buatan kare
na menurut badan meteorologi, hujan pertama tahun ini baru akan turun sekitar ti
ga bulan lagi. Aroma khas mengambang di udara.
€
Mestinya saat itu Stepa pergi ke perpustakaan Pak Raste untuk mengembalikan nov
el yang dipinjamnya. Sayang sekali novel itu tak dapat memberinya inspirasi apa
pun. Sesuatu yang sangat ia butuhkan saat itu adalah inspirasi. Sesuatu yang dap
at membangunkannya dari tidur panjang. Sesuatu yang membangkitkan gairah dan mem
buatnya menjadi hidup, sesuatu yang telah lama tak dirasakannya. Sesuatu yang le
zat, yang menerbitkan air liur.
€
Stepa meraih secangkir kopi di meja dan menyeruputnya. Rasa hangat membasahi te
nggorokan, kemudian mengalir ke dadanya. Terasa nyaman.
€
Ia merindukan kerja. Ia teringat hiruk-pikuk suasana kerja. Teriakan sutradara,
hilir-mudik pergantian adegan, diskusi dengan kru, break syuting, artis yang ti
dak disiplin, jam syuting yang molor, proses editing yang rumit, pengisian suara
. Ia akrab dengan suasana itu dulu. Ia pernah menjadi bagian dari satu proses kr
eatif ke proses kreatif lainnya. Berada di balik kamera dan mengemas adegan demi
adegan, angle demi angle. Merekam bagian yang terpisah-pisah kemudian mengumpul
kannya menjadi sebuah paket yang utuh dan bercerita. Stepa adalah seorang camera
man. Ia telah menghasilkan banyak karya. Film-film layar lebar telah dirambahnya
. Kariernya cukup pesat, lebih pesat ketimbang studinya. Ia bahkan jauh lebih be
rpengalaman di dunia nyata, mempraktikkan ilmu yang belum tuntas dipelajarinya d
alam pendidikan formal. Ia seorang yang haus, tak pernah lelah belajar dan menim
ba pengalaman. Ia memiliki banyak obsesi besar dalam hidupnya. Kemudaan dan idea
lisme telah membentuk sebuah kepribadian yang kokoh. Pengalaman hidup di usia mu
da telah menempa dan mengasah mata batinnya. Itu tampak dari gerak-geriknya yang
selalu waspada dan penuh perhitungan.
€
Sepasang matanya yang dalam menyembunyikan begitu banyak rahasia hidup. Ia mela
lui kehidupan tanpa sosok seorang ibu. Ia dibesarkan oleh seorang ayah dan nenek
. Stepa selalu mengatakan bahwa ia tidak pernah dilahirkan dari rahim seorang wa
nita, tapi keluar dari sebuah batu yang terbelah. Pernyataan yang selalu menjadi
bahan lelucon kawan-kawannya. Si Anak Batu, julukannya. Stepa dikatakan bersaud
ara dengan Epro, karena kawannya itu tak punya ayah. Kata kawan-kawan, Stepa seb
enarnya dilahirkan dari orang tua yang sama. Ibu mereka adalah ibu Epro, yang ha
mil di luar nikah dan akhirnya pergi bekerja ke luar negeri dan tak pernah kemba
li, dan ayah mereka adalah ayah Stepa yang tak pernah menikahi ibu Epro hingga a
khir hayatnya. Kenyataannya, mereka berdua memang tampak mirip. Hanya saja, Epro
lebih keras ketimbang Stepa. Ia adalah anak batu yang sebenarnya.
€
Kehidupan Stepa tidak terlalu bahagia. Ayah dan Neneknya sangat mencintainya da
n mereka hidup berkecukupan, tapi ia selalu merasa kesepian dalam hidupnya karen
a tak punya saudara. Oleh karena itu, ketika Nenek meninggal dan beberapa tahun
kemudian disusul ayahnya, Stepa merasa itu hanyalah kesepian lain yang timbun-me
nimbun. Kesepian jualah yang membuat ia memutuskan menjadi seorang pengelana. Ia
tak pernah menetap, kecuali di saat-saat ia menginginkan. Ia menyukai hiruk-pik
uk, bertemu dengan banyak orang dan mengamati mereka. Kesepian membuatnya mencar
i keriuhan. Ia masuk sebuah organisasi bawah tanah yang menyebut diri mereka seb
agai Koloni Pembebas, berteriak-teriak tentang ideologi dan sistem, memprotes se
gala bentuk penindasan dengan alasan pembebasan manusia. Aktivitas yang sempat m
enyeretnya ke dalam petualangan dan pelarian tiada henti. Ia dan kawan-kawannya,
termasuk Epro, telah menurunkan rezim penindas yang telah berkuasa selama berpu
luh tahun. Sebuah sejarah negeri yang berulang. Dan mereka dielu-elukan sebagai
pahlawan bangsa.
€
Setelah rezim berganti, kehidupan berjalan tenang kembali. Stepa bisa bekerja d
engan tenang dengan penghasilan yang cukup layak. Sayang, di dunia kerja, ia ter
jebak karena idealismenya. Ia didepak keluar ketika dianggap terlalu banyak bica
ra dalam sebuah produksi film. Akar permasalahan sebenarnya terletak pada keseri
usan Stepa dalam bekerja. Ia terlalu berangan menjadikan film itu seperti apa ya
ng ia inginkan, padahal itu sama sekali bukan wewenangnya. Dan seperti apa yang
biasanya terjadi pada orang-orang idealis, ia akhirnya disingkirkan. Padahal, fi
lm itu adalah salah satu obsesi besarnya dalam hidup. Kini, apalagi setelah film
itu beredar dan mendapatkan banyak pujian dalam berbagai festival, ia merasa sa
ngat terpukul karena merasa pernah menjadi bagian dari ruh film itu, sebelum pad
a akhirnya dijadikan pecundang.
€
Di tengah-tengah keterpurukannya, Stepa kembali ke kampus. Berusaha menemukan k
embali banyak hal yang telah lama ia tinggalkan. Dinamika kehidupan kampus, disk
usi di sudut-sudut gedung, eksperimen-eksperimen, kuliah di ruang terbuka. Ia me
nemukan napas barunya. Ia memang sangat terlambat dibandingkan dengan teman-tema
n seangkatannya, tetapi ia menemukan kembali kepercayaan dirinya. Orang-orang te
lah mengakui kehebatannya. Dosen-dosen kerap menjadikannya narasumber, teman-tem
an banyak bertanya kepadanya. Di tengah-tengah sekumpulan teori, ia adalah wujud
praktik nyata yang sebenarnya, lengkap dengan benturan-benturan yang dialaminya
. Semua benar-benar nyata. Maka Stepa sedang berusaha untuk bangun dan tidak men
oleh lagi ke belakang. Terakhir kali ia sedang tertarik mempelajari karya-karya
sastra lama. Ia sedang merencanakan sebuah proyek besar. Oleh karena itu, ia kin
i banyak berkeliaran ke perpustakaan-perpustakaan kuno untuk melakukan riset dat
a. Termasuk ke perpustakaan wilayah tua dan dijaga juga oleh seorang tua, bernam
a Raste.
€
Ponsel Stepa tiba-tiba berbunyi. Nomor tak dikenal masuk.
€
Halo?
€
Selamat sore, saudara Stepa .
€
Sore, Stepa mengernyitkan dahi. Siapa ini?
€
Siapa aku tidak penting. Seorang cameraman kami sakit dan kami tak punya cameram
an lain yang sedang punya waktu untuk bepergian dalam waktu beberapa hari. Bagia
n yang penting adalah, kami menawari Anda pekerjaan ini. Anda mau?
€
Stepa nyaris tersedak.
€
Kenapa saya?
€
Kami sudah tahu kualitas Anda. Anda akan mendapatkan imbalan yang pantas, dan mu
ngkin Anda bisa direkrut menjadi tim tetap kami untuk seterusnya. Bagaimana, taw
aran yang menarik, bukan?
€
Stepa terdiam beberapa saat. Ia berusaha menebak orang yang sedang berbicara de
ngannya. Ia teringat seseorang karena pada beberapa kali ia menangkap tipikal su
ara yang sama.
€
Kami membutuhkan jawaban segera, saudara Stepa. Kalau Anda bersedia, kami menung
gu Anda di studio Space TV sampai pukul tujuh malam ini. Kalau tidak, tawaran ka
mi cabut kembali dan akan kami berikan pada orang lain. Tim kami akan berangkat
besok.
€
Tunggu, potong Stepa, liputan seperti apa yang harus saya tangani?
€
Meliput perusahaan bioteknologi Merican yang terbakar, Human Care.
€
Tiba-tiba saja Stepa merasa bergairah.
€
Saya akan ambil tawaran itu! serunya. Jadi ke mana saya harus pergi?
€
Studio Space TV lantai tiga. Temui Hasta disana .
€
Hasta? ulang Stepa kaget, tapi telepon keburu ditutup dari seberang. Stepa nyaris
meledak saking gembiranya. Ia melonjak-lonjak seperti anak kecil, berteriak-ter
iak kegirangan dan berlari-lari ke seluruh penjuru ruangan. Tertawa-tawa dari su
dut ke sudut seperti orang gila. Ia tak peduli. Ia merasa kegilaan itu telah mem
buatnya hidup kembali.
€
Namanya Hasta. Postur tubuhnya tinggi, dan meskipun tak bisa dibilang tampan, w
ajahnya tidaklah terlalu buruk. Ia bisa mendapatkan skor tujuh dari skala 10. Ci
ri khasnya adalah: selalu mengenakan topi di kepalanya. Ia berdalih melindungi w
ajahnya dari sengatan matahari. Ia sering kali bekerja di lapangan dan itu membu
atnya merasa harus melindungi kulitnya yang sensitif terhadap sinar matahari. Ku
lit tembaganya tampak buruk bila terkena sengatan sinar matahari secara terus-me
nerus. Akan mucul bintik-bintik kemerahan di pipi dan hidungnya, dan bila sudah
begitu ia harus kerepotan mengoleskan krim penetral untuk mengatasinya. Sembuhny
a pun makan waktu. Oleh karena itu ia kini lebih suka memakai topi untuk melindu
ngi wajahnya, sambil tak lupa mengoleskan sunscreen di wajahnya. Terkadang, saki
ng bersemangatnya ia mengoleskan krim, mukanya tampak seperti dibedaki. Akibatny
a, ia ditertawakan kawan-kawannya. Tapi demi kulit kesayangannya, Hasta mau mela
kukan apa pun. Ia tak pernah memedulikan komentar kawan-kawannya.
€
Kalian belum pernah merasakan kulit kalian direbus dalam panci sup? Seperti itul
ah yang selalu aku rasakan bila membiarkan wajahku terbakar sinar matahari. Lebi
h baik kalian mati ketawa ketimbang aku mati matang direbus matahari, kilah Hasta
selalu.
€
Sejak remaja Hasta telah tumbuh dengan energi berlebih. Ia hiperaktif. Tak ada
waktu berdiam buatnya. Progresivitas telah menjadi teman hidupnya sepanjang wakt
u. Setiap hitungan detik adalah perubahan baginya. Progres adalah sesuatu yang n
iscaya.
€
Menjadi workaholic adalah stadium berikutnya. Hasta, si gila kerja. Dua puluh e
mpat jam sehari baginya adalah dua puluh jam kerja dan hanya menyisakan empat ja
m untuk berbaring-baring memejamkan mata. Tak jarang ia kena insomnia, tapi ia t
idak seperti baterai yang harus recharge setiap saat. Energinya seperti tak pern
ah habis. Hanya saja, ia punya totally day off yang digunakannya untuk mengumpul
kan kekurangan jatah tidurnya setiap hari. Ia memanfaatkan hari itu sebaik-baikn
ya. Kawan-kawannya telah maklum bila hari libur Hasta tiba, maka segala akses ke
padanya akan diputus. Ia tidak mengizinkan siapa pun menghubungi dan mengganggun
ya. Ia akan kembali siaga keesokan harinya, bersemangat seperti anak muda yang k
elebihan daya.
€
Jarang orang melihat Hasta sakit. Ia kuat seperti baja. Kendati tubuhnya tidak
terlampau besar, Hasta tampaknya punya banyak sekali cadangan energi dalam tubuh
nya.
€
Ia sesekali mendoping tubuhnya dengan suplemen, dan ia tetaplah manusia normal
yang sekali waktu tertidur saat kelelahan. Celakanya, sesekali itu terjadi saat
ia bekerja.
€
Hasta telah beberapa kali mencoba-coba berbagai macam pekerjaan. Ia memulai kar
ier benar-benar dari nol. Ia pernah bekerja di sebuah koran kuning dengan gaji y
ang hanya cukup digunakan untuk makan sehari-hari dengan menu yang sederhana. Ia
nyaris tak pernah bersenang-senang dengan penghasilan sekecil itu. Hampir satu
tahun ia bertahan dengan keadaan itu, hingga kemudian berpindah bekerja di sebua
h stasiun radio, menjadi penyiar. Gajinya sedikit lebih baik, dan ia mendapat ke
rja sampingan sebagai MC dengan penghasilan yang cukup membuat tabungannya sedik
it demi sedikit mulai terisi. Keberuntungan mulai berpihak kepadanya semenjak ia
menggeluti bidang itu. Tak lama kemudian ia ditawari bekerja di sebuah stasiun
televisi baru, Space TV, di mana ia benar-benar memiliki karier yang sesungguhny
a. Hasta mulai merasakan mantap bekerja di Space TV, sebagai seorang news direct
or. Ia benar-benar menikmati pekerjaannya.
€
Tak ada yang benar-benar luar biasa dalam kehidupan pribadi Hasta. Ia dilahirka
n sebagai anak tunggal. Keluarganya adalah keluarga kaya raya. Ayahnya seorang p
engusaha sukses, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga yang mengabdi pada su
ami dan sangat mencintai anaknya. Ia memiliki saudara sepupu bernama Epro, yang
dibesarkan bersamanya semenjak kecil. Bersama Epro, Hasta terlibat petualangan-p
etualangan hebat di masa mudanya.
€
Kendati besar di lingkungan yang rapi dan beradab, Hasta lebih memilih hidup le
luasa dengan membebaskan dirinya dari segala keterikatan aturan keluarganya. Kec
intaan ibunyalah yang menyelamatkan ia dari deraan ikat pinggang ayahnya saat pe
nyakit pemberontaknya kambuh. Hasta kecil suka bermain ke permukiman-permukiman
kumuh, bergaul dengan pengamen-pengamen yang kerap mangkal di ujung gang dekat r
umahnya, atau berteman dengan gelandangan. Bersama mereka, ia merasa bisa mewuju
dkan fantasi-fantasinya menjadi figur seorang pahlawan. Bersama mereka, ia bisa
menjadi tokoh penyelamat yang selalu dapat memberikan bantuan ketika mereka memb
utuhkan. Hasta sering membawakan makanan dan buah-buahan yang ia curi dari kulka
s rumahnya, memberikan uang saat mereka membutuhkan, membawakan buku-buku bacaan
, atau bercerita tentang tempat-tempat yang pernah ia kunjungi. Ia sangat senang
melihat mata mereka berbinar-binar penuh kekaguman saat mendengarkan ceritanya
tentang hal-hal menakjubkan.
€
Sayang, Epro tak pernah menyukai kesenangan Hasta. Ia menemani Hasta, tetapi de
ngan wajah yang cemberut. Ia selalu memaksa Hasta untuk segera pulang. Mereka ad
alah anak-anak yang tak punya keinginan, begitu ia selalu mencerca. Orang-orang
yang tak punya masa depan dan tak mau berusaha meraih mimpi-mimpi mereka. Mereka
bukanlah siapa-siapa.
€
Epro lebih memilih bergaul dengan orang-orang berpendidikan. Orang tua Hasta me
miliki sebuah rumah di samping rumah utama yang dikontrak oleh para mahasiswa da
n Epro lebih memilih bermain ke tempat itu ketimbang menemani Hasta menyusuri ga
ng-gang becek untuk menjadi pahlawan bagi kawan-kawan miskinnya. Pada usia yang
relatif masih sangat muda, 15 tahun, Epro telah menjadi pengagum Nietszche. Ia f
asih bicara filsafat dan kerap kali mencuri kata-kata yang sering diucapkan oleh
para mahasiswa itu. Kegilaan pemikirannya selalu membuat mata Hasta berkunang-k
unang. Namun, kendati pemikiran Hasta dan Epro sangat bertolak belakang, mereka
sangat rukun dan saling menghargai. Epro selalu bersikap menjadi pelindung Hasta
. Usianya yang dua tahun lebih tua membuat ia memosisikan dirinya sebagai kakak
Hasta, walaupun ia lahir dari adik ibu Hasta, dan seharusnya Hastalah yang menja
di kakak sepupu baginya. Ia selalu mengalah kepada Hasta, nyaris dalam segala ha
l.
€
Kedua bersaudara itu, Hasta dan Epro, sama-sama tidak terlalu tertarik pada wan
ita. Hingga Hasta menginjak usia 32 tahun, ia belum juga menikah. Hasta mempunya
i banyak teman wanita, tetapi ia sulit sekali jatuh cinta. Ia sering berkencan,
tetapi tak pernah menjatuhkan pilihan pada salah satu teman kencannya. Ia alergi
dengan komitmen. Baginya, menjalin hubungan dengan wanita berarti harus siap de
ngan komitmen, lengkap dengan segala risikonya. Dan dia bukan laki-laki yang mud
ah jatuh cinta.
€
Satu-satunya wanita yang pernah membuatnya menatap beberapa jenak lebih lama, m
enahan napas di dada, dan mengembuskannya perlahan dengan segenap perasaan, adal
ah seseorang bernama Raia. Seorang wanita yang ia kenal di suatu tempat dan wakt
u. Seorang yang pernah menggetarkan hatinya, membuat bahasanya yang lihai menjad
i kaku. Yang membuat matanya berkunang-kunang, seperti yang dilakukan pemikiran-
pemikiran gila Epro terhadapnya.
€
Ia hanya sekali itu jatuh cinta, di usia 20-an, saat Raia manis bermata lembut
itu mengusik hari-harinya. Raia yang tidak pernah mengerti mengapa Hasta yang pa
ndai bicara tiba-tiba menjadi bisu di hadapannya. Ia yang tak pernah cermat meli
hat setiap perubahan emosi Hasta setiap kali harus berhadapan dengannya. Geletar
jemari Hasta saat menatap lekat matanya, lipatan dahinya saat bicara dan berusa
ha mencari cara mengatasi galaunya.
€
Kenaifan itu muncul bila dengan Raia. Segala bahasa menjadi tak bisa diterjemah
kan, bahkan dengan diam dan isyarat mata. Bersama Raia, diam pun berbicara banya
k. Lebih panjang dari dialog dalam sandiwara apa pun. Lebih memayahkan, kendati
menghangatkan tubuh yang menggigil.
€
Hasta menyukai Raia sejak mula bertemu. Mereka satu kampus, meski berbeda tahun
dan jurusan. Berada dalam satu komunitas jurnalisme kampus, Hasta jadi kerap be
rtemu dengan Raia. Sayangnya, waktu itu Raia sudah punya kekasih. Hasta hanya bi
sa mengagumi Raia dari kejauhan tanpa punya keberanian untuk mengusik. Hanya saj
a, ia sering kali tak bisa menyingkirkan keinginan-keinginan untuk mendapatkan R
aia dari kepalanya. Maka sering dikuntitnya Raia ketika ia tak bersama dengan ke
kasihnya, hanya untuk mencari kesempatan menyapa dan menikmati sepasang matanya
yang sebening telaga. Kalau bisa, mengajaknya bercakap tentang apa saja.
€
Hasta sering berdoa agar Raia putus dengan pacarnya, tetapi karena doa itu buru
k, Tuhan rupanya tak mau mendengarkannya. Raia tak kunjung putus dengan pacarnya
, bahkan kemudian mereka bertunangan.
€
Saat itulah Hasta mulai berontak. Hatinya berteriak-teriak. Ia tidak merelakan
Raia menjadi milik siapa pun. Ia tidak ingin Raia lepas dari tangannya. Ia ingin
mengatakan perasaannya kepada Raia. Ia ingin dunia tahu bahwa ia cinta Raia dan
ingin memilikinya. Lalu dengan hati berapi-api, suatu hari ia memutuskan untuk
menemui Raia.
€
Ketika itu Raia sedang ada kuliah. Hasta menunggu di depan ruang kuliahnya. Ber
ibu macam perasaan bergolak di dadanya. Kecemasan yang mendera sejak ia memutusk
an bicara membuat ia nyaris seperti orang gila. Ia telah berulang kali menyusun
kalimat di benaknya, tapi setiap kali menghafal ia selalu lupa. Ia berusaha memb
uat kalimat baru, tetapi selalu terasa janggal dan lucu. Hasta sudah tidak bisa
lagi berpikir. Ia ingin mengatakannya tanpa kesalahan sedikit pun. Ia ingin kali
mat yang sempurna. Argumen yang logis. Penyampaian yang terjaga. Namun, lagi-lag
i lebur oleh kecemasan yang membelitnya.
€
Kerja, kerja, dan kerja adalah cara Hasta membungkam kerinduannya pada Raia.
€
Raia menemukan ia tengah menunggu dengan sikap tergugu. Sebatang rokok terselip
di bibirnya, mata kemerahan yang kurang tidur, dan rambut yang acak-acakan. Ia
menghalangi langkah Raia di pintu.
€
Halo, sapa Raia, menunggu siapa?
€
Menunggumu, sahut Hasta. Ia tak berani menatap.
€
Kening Raia berkerut. Aku? ia menunjuk dadanya.
€
Ya, kau.
€
Adaapa?
€
Eh .
€
Gugup menyerang kembali. Hasta membuang sisa rokoknya ke lantai, kemudian mengi
njaknya dengan sepatu. Raia menunggu kata-katanya, tapi beberapa saat Hasta tak
bisa bicara.
€
Hasta, ada apa?
€
Hasta kemudian menemukan kata-kata.
€
Sudah makan siang? tanyanya.
€
Belum.
€
Aku traktir makan siang. Mau?
€
Raia tercengang. Ia menatap Hasta takjub. Bola matanya berbinar sesaat. Senyumn
ya muncul.
€
Tapi kenapa? Kau ulang tahun, atau baru dapat rezeki? Tulisanmu dimuat di majala
h? Kok, tiba-tiba ingin mentraktirku makan siang?
€
Hanya , Hasta menguatkan keberaniannya. Ingin makan siang denganmu. Salahkah?
€
Raia masih terheran-heran.Ada kebimbangan di wajahnya.
€
Please ? Hasta meredupkan matanya, memohon. Raia menjadi gugup. Ia berdehem untuk m
eredakan kegugupannya.
€
Oke, sahutnya. Tapi setengah jam lagi aku ada kuliah. Kita ke kantin yang dekat sa
ja.
€
Begitulah. Setengah jam itu sangat singkat. Hasta mati akal. Tak mungkin dalam
waktu sesingkat itu ia bisa leluasa berpikir, apalagi berkata-kata. Tapi ia tahu
, Raia mulai bisa membaca hatinya.
€
Kau bertunangan, Raia?
€
Ya.
€
Dengan pacarmu itu?
€
Tentu saja. Dengan siapa lagi? Tentu denganNara .
€
Hmm, jadi namanyaNara .
€
Kau cinta dia?
€
Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku cinta dia. Aku tidak akan mau bertunang
an dengan orang yang tidak aku cintai. Kenapa memangnya?
€
Lalu kau akan menikah?
€
Ya tentu saja. Dan punya anak dengannya. Ha ha ha....
€
Tawa Raia mengiris dada Hasta. Oh, ia benar-benar tak paham, pikirannya kecut.
Betapa polosnya.
€
Kau benar-benar cinta dia? Sejak kapan kau jatuh cinta padanya?
€
Aku lupa tepatnya sejak kapan. Tapi ya, aku cinta dia.
€
Sebesar apa cintamu?
€
Raia terkekeh. Benar-benar geli ia mendengar pertanyaan bodoh Hasta. Matanya be
rair karena tertawa. Namun, ia menghentikan tawanya saat menemukan wajah Hasta s
angat serius.
€
Kau aneh, Raia berkata sebal. Wawancara untuk apa ini?
€
Maaf.
€
Tapi, kenapa kau menanyakan hal itu? Kenapa kau ingin tahu?
€
Karena ini .
€
Karena apa? Bicaralah, jangan berbelit-belit. Biasanya kau pintar bicara.
€
Tidak denganmu, desah Hasta.
€
Kenapa bisa begitu?
€
Kenapa bisa begitu?
€
Ya, kenapa bisa begitu? Dan jangan kau ulangi pertanyaanku lagi.
€
Raia mulai merasa terancam. Ia merasakan sesuatu yang menegakkan bulu kuduknya.
Hasta tidak sedang main-main.Ada sesuatu yang salah dengan dirinya.
€
Kau tahu jawabannya, Raia?
€
Kalau aku tahu, aku tidak akan bertanya padamu, Raia berkata ketus.
€
Karena aku sangat .
€
Ya? Sangat apa? desak Raia tak sabar.
€
Menginginkan. Menginginkanmu.
€
Raia terenyak. Ia tidak siap mendengar jawaban itu. Mulutnya ternganga, jemarin
ya gemetaran di atas meja, dan wajahnya pias seperti kertas. Hasta tidak tega me
lihatnya seperti itu.
€
Maafkan aku, Raia, keluhnya pahit.
€
Untung saja Raia cepat bisa memulihkan dirinya. Ia meminum orange juice-nya hin
gga tandas.
€
Aku tahu aku tidak seharusnya seperti ini. Aku telah mengacaukanmu. Ini sungguh
tidak adil buatmu. Kau baru saja bertunangan dan aku berani-beraninya mengusikmu
dengan pertanyaanku. Tapi, keberanian ini, sebelum hilang lagi setelah kukumpul
kan sejak lama, harus kukeluarkan sekarang juga. Kau harus tahu ini. Mungkin kau
hanya perlu tahu. Tak lebih dari itu, karena tak mungkin aku bisa mengharapkan
yang lebih dari sekadar asal kau tahu . Dan sekarang setelah aku mengatakan ini, ak
u merasa lega karena telah terlepas dari impitan beban yang kutanggung selama in
i. Sekali lagi maafkan aku, Raia.
€
Raia bergeming.Ada sesuatu yang berkecamuk di dadanya. Tanpa sadar ia memutar-m
utar cincin di jari manisnya.
€
Aku tak paham, Hasta , ucap Raia datar. Aku tak pernah bisa membacamu. Kau tampak ta
k peduli dengan siapa pun. Kau hanya peduli dengan bagaimana mendapatkan berita-
berita spektakuler, headline news, membangun opini publik. Lebih tertarik dengan
angle pengambilan gambar dengan kamera, teknologi digital, dunia cyber, editing
berita, reportase yang baik, wawancara eksklusif, diskusi yang argumentatif. Ka
u lebih peduli dengan bagaimana mendekati orang-orang hebat dan menjadi seperti
mereka. Kau aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial. Kau tidak peduli dengan seoran
g Raia. Siapa Raia buatmu?
€
Raia bagiku adalah puisi. Raia bagiku adalah matahari, bintang, senandung, udara.
Raia bagiku adalah mimpi indah yang membuatku tak ingin bangun lagi. Kehangatan
saat udara menjadi dingin menyesakkan.
€
Kau ngawur.
€
Aku tahu aku ngawur karena menyukaimu sejak mula, padahal aku tahu kau tidak sen
diri. Aku takut dengan perasaanku sendiri.
€
Hasta mengembuskan napas keras-keras. Setidaknya, beban itu telah berkurang. Ta
pi tidak demikian dengan Raia. Ia pergi meninggalkan Hasta dengan mendung mengga
ntung di wajahnya.
€
Sejak saat itu Raia selalu berusaha menjauh. Hasta bisa memahami mengapa ia ber
sikap begitu. Ia pun mulai belajar untuk melupakan Raia. Ia telah berjanji untuk
tidak lagi mengusik Raia dan menimbulkan kebingungan baginya. Cintanya kepada R
aia tak pernah hilang. Bahkan, saat ia telah lulus terlebih dahulu dan meninggal
kan Raia disana , ada separuh hatinya yang tertinggal, dan keping-keping itu dia
biarkan begitu saja. Di saat-saat sepi, malam-malam saat aktivitasnya berhenti,
Raia selalu muncul di benaknya. Kerinduan ia bungkam dengan kerja dan kerja. Ta
k ada jeda, karena jeda berarti Raia. Dan ia sangat tersiksa.
€
Malam itu, sepulang kerja, Hasta mendengar suara Raia kembali. Setelah sekian l
ama, ia tak juga lupa dengan suara itu. Raia meninggalkan pesan di mesin penjawa
b teleponnya.
€
Selamat malam, Hasta. Masih ingat Raia? Ini aku. Lama tidak berjumpa. Bagaimana
kabarmu? Aku dengar kau sukses. Selamat, ya. Karier boleh pesat, tapi jangan lup
a, tubuhmu juga perlu istirahat. Masih workaholic, kan? Kau perlu dikontrol. Cari
lah istri. Oke, kapan-kapan aku telepon lagi. Bye .
€
Hasta benar-benar tak menyangka. Ia memutar rekaman itu beberapa kali untuk mey
akinkan dirinya bahwa suara itu benar-benar suara Raia. Setelah merasa pasti, ia
segera mencari nomor telepon Raia di phonebook ponselnya, tapi tak ia temukan.
Rupanya nomor itu telah terhapus darisana semenjak Hasta memutuskan untuk melupa
kan Raia.
€
Ia kemudian mengaduk-aduk laci meja, mencari buku-buku telepon lama. Dilacaknya
nama Raia dengan penuh semangat. Setelah sekian lama, tujuh tahun lebih, jantun
gnya mulai berdegup kencang lagi. Ia berseru gembira ketika menemukan nomor pons
el Raia. Ia kemudian menekan tombol-tombol ponselnya. Menunggu, berharap-harap c
emas. Yup, diangkat!
€
Halo siapa ini?
€
Hasta memutuskan sambungan. Ia tiba-tiba disergap resah. Suara yang mengangkat
telepon itu suara seorang pria!
€
Tepat pukul tujuh malam. Stepa telah sampai di lantai tiga studio Space TV. Ia
celingukan.Ada sebuah ruangan kaca besar yang terletak di sebelah kanannya. Ia s
egera mengayuh langkah kesana . Stepa melongokkan kepalanya ke dalam ruangan. Se
pi. Hanya beberapa gelintir orang di dalam ruangan, menghadapi berkas-berkas. Sa
lah seorang dari mereka, laki-laki berusia 50 tahunan, melihatnya.
€
Mencari siapa? ia bertanya seraya mendekat.
€
Hasta. Saya mencari Hasta.
€
Ah, Hasta di studio 3.Ada keperluan apa, kalau saya boleh tahu?
€
Eh, saya Stepa. Saya kemarin dihubungi orang Space TV dan diminta menemui Hasta
malam ini .
€
Ah, ya. Stepa. Hasta sudah menceritakannya kepada saya. Vina, tolong antar Bung
Stepa ini ke studio menemui Hasta.
€
Stepa menduga bapak itu adalah pimpinan. Seorang wanita berusia 30-an, gemuk, t
etapi berwajah manis tersenyum dan mempersilakan Stepa mengikutinya.
€
Hasta dan kru besok pagi-pagi berangkat. Mereka sudah memberitahukan tugas Anda?
tanya Vina sembari mereka melangkah bersisian.
€
Belum, Mbak, Stepa menggeleng. Dia belum memberi tahu detailnya. Saya hanya ditawa
ri menggantikan cameraman yang sakit untuk sementara.
€
Besok pagi kru akan berangkat ke Merican untuk meliput perusahaan bioteknologi y
ang terbakar. Sudah dengar berita itu, bukan?
€
Ya, saya sudah mendengarnya.
€
Nah, kami akan melakukan liputan khusus kesana besok. Banyak hal yang menarik di
sana , terutama karena penyebabnya belum diketahui secara pasti, dan mengapa per
usahaan itu nyaris tak pernah diketahui luas oleh masyarakat, baru terdengar ket
ika berita kegagalan kloning manusia yang pada akhirnya bocor itu menghebohkan m
asyarakat.
€
Stepa hanya mengangguk-angguk mendengarkan. Langkah cepat Vina membuat ia terse
ok-seok mengikuti.
€
Tunggu di sini, Vina berbisik ketika mereka sampai di depan sebuah pintu. Ia kemu
dian melangkah masuk dan mendekati seorang laki-laki yang sedang mengamati jalan
nya syuting berita.
€
Kemudian Vina membisikinya dan mereka melangkah keluar. Stepa memicingkan matan
ya. Ia mengenali laki-laki bertopi rimba yang berjalan bersama Vina ke arahnya.
Sosok itu memutar kembali ingatan masa lalunya yang hampir buram. Ia sangat akra
b dengan sosok itu.
€
Hasta! Kau rupanya
€
Sebuah pertemuan yang mengharu-biru. Kedua sahabat lama itu berpelukan erat. Ha
sta dan Stepa. Keduanya larut dalam kenangan lama. Beberapa saat memori masa lal
u seperti diputar ulang di benak keduanya. Masa-masa muda yang penuh gairah dan
petualangan. Stepa sulit berkata-kata. Ia hanya memukul bahu Hasta dengan mata b
erkaca-kaca.
€
Kau , ia seperti mengerang. Rupanya kau .
€
Waktu aku mendapatkan teleponmu kemarin, aku tak sampai memikirkan bahwa Hasta i
tu benar-benar kau. Aku tak mengira kau masih mengingat aku. Dari mana kau menda
patkan nomorku yang baru? Stepa ingin tahu.
€
Hasta balas memukul bahunya pelan.
€
Banyak jalan menuju Roma, Bung, Hasta tertawa. Ini bukan Roma, jadi lebih banyak j
alannya.
€
Kau masih pintar berkata-kata, rupanya, sindir Stepa.
€
Dan kau makin gemuk. Sudah hidup enak, he? balas Hasta.
€
Kau lebih hitam dan jelek. Cuaca tidak bagus lagi buat kulitmu.
€
Setidaknya aku lebih tampan darimu, Hasta membalas tak kalah sengit. Ingat, aku pe
rnah menjadi model sampul majalah kampus dan kau tidak. Itu berarti wajahku dian
ggap lebih layak jual ketimbang kau.
€
Kedua sahabat lama itu tertawa terkekeh-kekeh.
€
Aku hanya melakukan aktivitas laki-laki, tidak seperti kau yang pesolek. Sepert
i wanita saja. Kau masih suka pakai bedak, kan?
€
Ejekan itu meluncur lagi dari mulut Stepa setelah sekian lama. Ejekan karena Ha
sta suka memakai krim pelindung kulit terlalu tebal sehingga mukanya tampak sepe
rti dibedaki. Saling ejek yang acap dilakukan dulu terulang kembali.
€
Kita turun ke kafe saja, biar enak ngobrolnya, ujar Hasta. Stepa mengangguk setuj
u.
€
Kemudian sembari asyik berbincang mereka menuju lift, turun ke lantai satu gedu
ng itu, menuju Kafe Étude. Kafe itu bernama Étude, karena berangkat dari konsep peny
ajian eksperimen-eksperimen musik baru.Ada sebuah band pengisi tetap di kafe itu
. Mereka selalu menyajikan format-format musik baru. Jam session. Musik-musik ek
sperimental dengan beat-beat rendah hingga tinggi, dengan nuansa klasik hingga k
ontemporer atau techno, disajikan. Semua aliran musik mereka mainkan. Grup yang
terdiri darilima personel itu sangat rajin menggubah komposisi musik. Setiap har
i pengunjung kafe diberi suguhan yang berbeda. Lebih hebatnya lagi, mereka serin
g kali mendatangkan penyanyi atau grup band terkenal ke kafe itu. Akibatnya Kafe
Étude jadi mahal karena tidak sekadar menyajikan makanan atau minuman, tetapi jug
a hiburan yang berkelas.
€
Hasta mengajak Stepa ke sebuah sudut kafe. Hasta memesankan minuman. Seorang pe
layan wanita menarik perhatian Stepa.
€
Hmm cantik, komentarnya singkat ketika Hasta menyikutnya karena ia tak juga melepa
skan pandangnya pada gadis cantik berkaki jenjang itu.
€
Di sini banyak gadis cantik, ujar Hasta. Kau tidak akan kecewa bila datang kemari.
Oh, ya, hari apa ini? Ah, Kamis malam, ya? Kebetulan sekali. Nanti sebentar lag
i, akan muncul seorang penyanyi yang bisa membuat mulutmu sulit dikatupkan.
€
Oh, ya? Stepa kian tertarik.
€
Tapi, tentu saja kita harus bicara bisnis dulu .
€
Ya, jangan sampai lupa. Itu yang paling penting, Stepa memperbaiki posisi dudukny
a. Jadi bagaimana? Pekerjaan macam apa yang kau tawarkan kepadaku, konkretnya?
€
Begini, sebagai awalnya, aku ingin bercerita dulu. Tanpa kau tahu, aku telah men
emukan jejakmu sejak lama. Aku mengenal pimpinanmu. Aku memantau perkembanganmu.
Karya-karyamu bagus, kariermu sudah beranjak. Sayang, kau belum bisa meninggalk
an identitas mahasiswamu. Kau terlalu idealis. Saat ini, ketika benar-benar hidu
p di dunia nyata, paham idealisme itu harus kita ubah menjadi materialisme. Idea
lisme harus kita singkirkan demi materi yang akan kita dapatkan. Dan kau masih b
elum cukup berani melakukan itu. Atau barangkali, kau terlalu sombong.
€
Aku selalu idealis, Hasta. Aku akan selalu begitu dalam hidupku.
€
Tidak. Idealisme menjadi paradigma yang tak dapat dipertahankan ketika kita tela
h terjun di dunia yang sesungguhnya.Ada banyak hal yang harus kita korbankan dem
i hidup. Mungkin masih bisa berlaku ketika kita masih harus tak berbenturan deng
an banyak kepentingan sementara kita tak punya posisi tawar yang cukup kuat. Den
gan kata lain, kita tak punya otoritas. Maka yang bisa kita lakukan bukanlah men
yerang, tetapi bertahan dengan menggunakan strategi lain, mencari celah-celah ke
cil untuk menjadi yang diperhitungkan. Karena kita tak punya posisi tawar yang k
uat, maka bila tak hati-hati dalam melangkah, otoritas bisa melemparkanmu jauh-j
auh dari lingkaran tempatmu berpijak.
€
Hmm , Stepa mencermati mimik wajah Hasta. Oke. Lantas setelah kau menemukan jejakku?
€
Ketika kau diberhentikan dari pekerjaanmu, aku merasa harus melakukan sesuatu. S
kill-mu terlalu berharga untuk disia-siakan. Apalagi aku tahu, mantan bosmu itu
akan berusaha menyebarkan berita buruk tentang kau pada kawan-kawannya yang mung
kin akan memperebutkanmu. Di sinilah posisimu kurang menguntungkan. Kau tak terc
atat sebagai warga negara yang berkelakuan baik, bukan? Sejarah hidupmu sebagai
seorang pemberontak, atau apa pun itu bahasa yang mereka gunakan untuk menyudutk
anmu, sungguh sangat tidak menguntungkan buatmu. Kau, hampir bisa dipastikan aka
n kesulitan menemukan pekerjaan lagi. Padahal, dengan kemampuanmu, kau ini seben
arnya harta yang sangat berharga yang harus dimanfaatkan.
€
Jadi itulah sebabnya kau buru-buru menghubungiku? Untuk memanfaatkan harta berha
rga itu?
€
Ya, begitulah, Hasta tersenyum. Simbiosis mutualisme. Kau untung karena dapat peke
rjaan, aku pun beruntung karena menemukan harta berharga. Saat ini kami punya ag
enda mendesak, liputan khusus ke Merican, dan cameraman kami tiba-tiba saja jatu
h sakit. Kami membutuhkan tenaga seorang cameraman yang andal dan berpengalaman.
Kau memenuhi kualifikasi ini. Jadi, aku memberikan sebuah penawaran: maukah kau
bekerja sama dengan kami? Tentu saja dengan imbalan yang setimpal.
€
Stepa, tanpa berpikir panjang lagi, mengangguk.
€
Jangan terburu-buru mengambil keputusan, Hasta tersenyum geli melihat antusiasme
kawannya.
€
Yang aku butuhkan saat ini kau tahu? Sesuatu yang membuatku hidup kembali. Kerja.
Menjadi ada.
€
Kau kehilangan eksistensi dirimu? goda Hasta.
€
Aku kehilangan segalanya, desah Stepa. Itu sangat mengerikan. Kerja membuat hidup,
dan aku harus kehilangan itu selama ini. Tawaran ini adalah oase di padang tand
us. Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?
€
Bersiaplah berangkat ke Merican besok pagi. Sebuah perusahaan bioteknologi terba
kar. Dugaan sementara mengarah ke sabotase. Mungkin persaingan bisnis atau semac
amnya. Perusahaan ini tahun lalu menjadi sangat kontroversial karena telah melak
ukan sepuluh kali pengklonaan terhadap manusia, dan nyaris lima puluh persen gag
al. Dua embrio tidak tumbuh sempurna, satu menyebabkan ibu tumpangnya terkena ch
oriocarcinoma, sejenis kanker pada rahim sehingga harus digugurkan, yang lain me
ngalami gagal jantung, dan sisanya meninggal setelah lahir. Catatan terburuk sep
anjang abad artifisial ini. Direktur perusahaan ini sedang mempertanggungjawabka
n perbuatannya di depan pengadilan. Perusahaan ini sedang dalam proses likuidasi
. Sayang pemiliknya belum tertangkap. Tapi melihat prosedur penangkapannya yang
berbelit, kemungkinan besar ia tidak akan tertangkap. Mungkin mendapatkan suaka
di luar negeri.
€
Sebelumnya, perusahaan ini menciptakan the laughing cat. Kucing klon, yang pada
proses pengklonaannya ditambahkan gen manusia. Kucing itu, menurut desas-desus,
memiliki inteligensi seperti manusia, dan mengeong dengan suara yang lebih mirip
suara tawa manusia. Proyek rahasia yang akhirnya terbongkar saat terjadi kericu
han beberapa waktu itu. Bayangkan, barangkali kasta kita sekarang berada satu ti
ngkat di bawah kucing itu.
€
Stepa tercengang mendengarkan penuturan Hasta. Ia hampir-hampir tidak mempercay
ai berita itu jika tak mendengarnya sendiri dari mulut Hasta, orang yang berkeci
mpung langsung dalam berita-berita aktual. Apakah negeri ini sudah begitu majuny
a sehingga dapat melakukan lompatan teknologi sejauh itu? Benarkah era artifisia
l itu benar-benar nyata, bukan hanya isapan jempol belaka? Bukan sekadar dongeng
khayal belaka?
€
Ia pernah membaca jurnal sains yang terbit beberapa puluh tahun silam di perpus
takaan Pak Raste. Jurnal itu memuat sejarah ketika pertama kali kloning ditemuka
n. Ketika itu kata cloning merupakan kosa kata baru, ketika pengetahuan manusia
terhadap rekayasa biologik penciptaan klon, terhadap organisme selain tanaman be
lum pernah dapat dibuktikan. Klon diambil dari kata klón, bahasa Yunani, yang bera
rti tunas.
€
Kloning dipakai untuk menyebut jenis reproduksi aseksual yang dilakukan pada ta
naman, yaitu dengan cara stek batang. Pembiakan ini bertujuan untuk mendapatkan
bibit tanaman unggul di bidang agrikultura pada tebu, hortikultura pada mangga,
dan florikultura pada anggrek. Tanaman yang dihasilkan dari reproduksi aseksual
ini mengandung seperangkat replika genetik yang sama persis dengan induknya, ter
masuk pada DNA sequence, sel, atau organisme.
€
Keberhasilan teknologi klon pada tanaman ini menumbuhkan pemikiran baru untuk m
encobakannya pula pada hewan. Apabila dari reproduksi vegetatif tanaman bisa dia
mbil sifat-sifat baik untuk diturunkan pada anaknya agar ia terseleksi menjadi b
ibit yang berkualitas unggul, maka bila ini dilakukan pada hewan pun akan beraki
bat sama. Maka dilakukanlah eksperimen-eksperimen untuk memecahkan kode genetika
pada hewan agar teknik kloning ini dapat diterapkan. Keberhasilan memecahkan ko
de ini adalah pintu bagi manusia utuk menjadi pencipta. .
€
Hasta dan Elisa tetap merasa bisa bekerja sama, meski mereka selalu berbeda pen
dapat dan hati mereka sering panas oleh pertengkaran.
€
Siapa pun yang dapat memecahkan kode genetika ini, dan mampu memahami asam deok
siribosenukleat penyusun protein pembentuk kode genetika, maka di tangannyalah b
ermula suatu kehidupan. Setelah penemuan demi penemuan kloning, baik terhadap tu
mbuhan maupun hewan, mulailah klon dicobakan pada manusia.
€
Dua orang peneliti bernama Jerry L. Hall dan Robert J. Stillman melakukan klon
embrio manusia yang poliploid, embrio yang berasal dari sebuah sel telur yang di
buahi dua atau lebih sel sperma, dengan menggunakan zona pelucidia artifisial. T
etapi, para ahli itu menghentikan pertumbuhan embrio dan tidak menanamkannya di
dalam rahim.
€
Penemuan spektakuler ini mengundang banyak kontroversi karena dianggap tidak ma
nusiawi, bahkan jahat dan bertentangan dengan kehendak Tuhan. Namun demikian, te
ntu saja, penelitian diam-diam terus berlangsung. Keberhasilan demi keberhasilan
diraih dan bukti nyata jerih payah itu telah didapatkan. Perusahaan Human Care
adalah sebuah perusahaan bioteknologi yang diam-diam dibiayai oleh pemerintah da
n lembaga tertentu. Ia bereksperimen menciptakan produk-produk manusia kopian. P
ro-kontra kloning masih terus berkelanjutan, tetapi produk-produk Human Care mak
in mengalami diversifikasi. Perusahaan ini menawarkan paket-paket artifisial. Na
mun, klon belum ditawarkan secara terbuka. Karena menyangkut berbagai kepentinga
n, perusahaan yang melayani jasa reproduksi artifisial pada manusia ini pun sepe
rti mendapatkan legitimasi, bahkan sponsorship dari pihak pemerintah.
€
Tiba-tiba Stepa merasa punggung tangannya ditepuk. Ia segera tersadar kembali d
ari pengembaraan pikirannya. Hasta masih ada di hadapannya. Ia menunjuk ke atas
panggung.
€
Itu penyanyi cantik yang aku ceritakan padamu tadi.
€
Stepa mengikuti arah telunjuk Hasta. Sesaat kemudian terdengar decaknya.
€
Aku benci mengatakan ini, tapi tampaknya aku mengenal penyanyi itu. Siapa, ya?
€
Hasta mendekatkan wajahnya.
€
Aku juga benci mengatakan ini padamu. Tapi dia itu Elisa Morena, reporter Space
TV. Dia sesekali ikut menyanyi di sini. Kau pasti sering melihatnya di televisi.
Dia itu female reporter of the year, Miss Knows Everything, nada suara Hasta ter
dengar kurang enak di telinga Stepa.
€
Stepa memperhatikan Elisa baik-baik. Wanita itu cantik. Tubuhnya yang tinggi da
n langsing dibalut busana putih satin dengan pundak terbuka. Kulitnya putih beni
ng seperti pualam. Ia menyanyikan sebuah lagu lama berirama jazz.
€
Besok pagi-pagi benar kita akan berangkat bersama, ujar Hasta. Kau, aku, dan penya
nyi itu.
€
Tekanan pada kalimat terakhir Hasta mengherankan Stepa.
€
Kau tampaknya kurang menyukai Elisa, kata Stepa.
€
Siapa bilang? Aku mengaguminya, elak Hasta. Ia kemudian berlagak memperhatikan El
isa di panggung. Hmm ia memang cantik, tapi sayang, suaranya tidak terlalu merdu,
bukan? Kurasa ia agak memaksakan diri. Barangkali ia ingin semua orang mengangga
p ia bisa melakukan segalannya. Tapi, sebenarnya tidak ada orang yang bisa melak
ukan segalanya. Mereka dikaruniai bakat masing-masing. Elisa mungkin jenius dala
m reportase, tapi suaranya tidak terlalu bagus untuk menjadi seorang penyanyi.
€
Itu sarkasme, jelas kau bukan hanya kurang menyukainya, tapi kau memang benar-be
nar tidak respek kepadanya, serang Stepa. Hatinya merasa geli dengan komentar-kom
entar Hasta.
€
Hanya merasa iba, Hasta membuat dalih yang lain. Tapi kami adalah tim. Aku tidak b
oleh merasa tidak menyukainya. Ia bebas melakukan apa pun yang disukainya, meski
pun belum tentu disukai oleh orang lain.
€
Nadine berjalan bergegas di sepanjang koridor rumah sakit. Ia mendekap diktat d
i dadanya rapat-rapat. Suasana rumah sakit yang lengang itu membuat bulu kudukny
a berdiri. Ia sedang melewati lorong yang paling sepi dari seluruh bagian rumah
sakit. Lorong di depannya itu bercabang, bila berbelok ke kiri, ia masuk ke bang
sal utama, dan bila lurus, lorong itu akan menurun menuju sebuah tempat yang pal
ing sunyi dan purba: kamar mayat.
€
Nadine menepis pikiran-pikiran buruk dari kepalanya. Ia menelan ludah berkali-k
ali dan berusaha menyusun kekuatan. Ia mengutuki saat-saat itu. Ia mengutuki Dok
ter Karel yang seharian tidak muncul di kampus sehingga ia harus kerepotan menca
rinya di rumah sakit, hendak menyerahkan tugas asistensi para mahasiswa kepadany
a.
€
Ketika Nadine menghubunginya lewat telepon, Dokter Karel menyuruhnya mengantark
an tugas para mahasiswa itu ke Rumah Sakit Faruya di atas pukul tujuh, karena sa
at itu Dokter Karel berada di sana, meeting dengan para dokter di rumah sakit it
u.
€
Nadine tiba-tiba saja berkeringat dingin. Ia berusaha untuk tidak menatap lurus
ke depan. Ia berusaha melemparkan pandangnya ke pintu-pintu ruangan di sepanjan
g koridor, ke arah taman, dan merasa lega ketika satu dua perawat atau pembesuk
melintas. Ia merasa sedikit terhibur karena bertemu dengan satu-dua orang sebelu
m makin dekat dengan jalan menurun itu. Ah, matanya tiba-tiba saja tertumbuk pad
a lorong di depannya. Ada beku yang menggigit pada wilayah yang paling terasing
itu. Nadine menahan napas. Ia makin mendekat.
€
Tahu-tahu Nadine merasa sendiri. Tak satu pun orang di sekitarnya, padahal just
ru di saat-saat seperti itu ia butuh mereka untuk menumbuhkan keberaniannya. Bil
a sendiri, ia tak memiliki banyak keberanian. Nyalinya ciut seketika, tatkala ta
k bisa lagi menghindarkan tatapan. Matanya selalu membentur pagar besi itu, loro
ng yang curam jalannya, sepi-gelap di ujung depan sana. Ia ingin segera berbelok
ke arah kiri, tapi kakinya terlalu cepat meluncur dan tak bisa dikendalikan. La
ngkah Nadine limbung.
€
Gawat, pikirnya kalut. Bagaimana kalau tiba-tiba kakiku tak bisa direm meluncur
ke arah pagar itu dan tak bisa dibelokkan?
€
Jantung Nadine berdegup-degup. Keringatnya berlelehan membasahi kening dan mele
mbapkan telapak tangannya yang mendekap diktat. Sementara kakinya bersicepat, mu
lutnya komat-kamit berdoa. Tuhan, lindungi aku!
€
Nadine terus berdoa. Beberapa langkah lagi ia tiba di percabangan lorong. Ia me
ngayuh kakinya kuat-kuat dan terus berkonsentrasi untuk segera banting setir ke
arah kiri. Dan yup! Berhasil!
€
Brak!!
€
Nadine terpekik kaget. Ia terpelanting ke belakang setelah menabrak sesosok tub
uh. De Javu! Ia merasa seperti pernah mengalami ini sebelumnya, tapi ia tidak bi
sa mengingat kapan peristiwa itu terjadi.
€
Seorang perawat yang masih cukup muda tersenyum geli melihatnya.
€
Ma maaf, Nadine berkata terbata-bata. Ia merasa malu karena yakin perawat itu tahu
apa yang dipikirkannya.
€
Hati-hati kalau jalan. Pelan-pelan saja, di sini tidak ada apa-apa, kok.
€
Nadine merasa mukanya merah padam.
€
Eh, anu saya mencari Dokter Karel, ia buru-buru berkata, berusaha untuk menutupi r
asa malunya. Anda tahu di mana saya bisa menemukannya?
€
Dokter Karel sedang meeting dengan dokter-dokter yang lain, di ruang rapat. Luru
s saja, belokan kanan pertama, ruangan nomor tiga, ada tulisan Meeting Room di p
intunya. Kelihatannya rapat mereka belum selesai.
€
Oh, begitu. Terima kasih, ya?
€
Anda perlu diantar tidak? goda perawat itu. Nadine nyengir.
€
Tidak perlu, terima kasih. Sudah dekat, bukan?
€
Ya, sudah dekat. Dan tidak sesepi di sini. Anda bakalan banyak bertemu dengan ke
luarga pasien yang sedang duduk-duduk di sepanjang koridor.
€
Sekali lagi, terima kasih . Nadine melirik label nama yang terpasang di dada perawa
t itu, Rio .
€
Sama-sama, Nona.
€
Nadine melanjutkan langkahnya. Kali ini hatinya terasa ringan. Benar saja kata
Rio, setelah melewati lorong itu ia bertemu dengan banyak keluarga pasien. Nadin
e merasa aman.
€
Ia melihat papan petunjuk di percabangan lorong selanjutnya. Meeting Room ada d
i sebelah kanan percabangan. Nadine mengamati ruangan satu per satu.
€
Meeting Room.
€
Nadine berhenti tepat di depan pintu ruangan. Apabila diamati, jarak pintu ruan
gan itu dengan pintu ruangan di sebelahnya cukup jauh. Ruangan rapat itu cukup b
esar rupanya.
€
Nadine merasa kecewa karena rapat belum selesai. Ia mendekatkan telinganya ke p
intu, kemudian mengintip dari lubang kaca di pintu. Masih ada beberapa orang, at
au tinggal beberapa orang?
€
Nadine memutuskan untuk menunggu. Ia duduk tak jauh dari ruangan. Ia duduk di p
inggir koridor bersama beberapa orang yang telah terlebih dahulu datang.
€
Ia melempar senyum kepada seorang pria tua yang duduk di sampingnya. Pria itu m
embalas dengan ramah.
€
Menunggu siapa? ia bertanya kepada Nadine.
€
Dokter Karel, sahut Nadine, dosen saya. Saya mau mengumpulkan tugas.
€
Ah, mahasiswi kedokteran rupanya?
€
Nadine mengangkat bahunya, Ya, begitulah.
€
Rapat para dokter itu kelihatannya akan lama.
€
Oh, ya? Mengapa?
€
Mereka sedang merembuk masalah-masalah lain. Banyak hal di luar tugas kemanusiaa
n yang mereka anggap lebih penting untuk dijalankan, ketimbang sekadar memeriksa
pasien dan mendengarkan keluhan mereka. Payah para dokter itu.
€
Nadine tiba-tiba tertarik dengan lelaki itu.
€
Menurut Anda, para dokter itu sedang merembuk apa, selain kondisi para pasien di
rumah sakit ini, atau yang berkaitan dengan tugas mereka sebagai dokter?
€
Proyeklah Proyek berduit. Apa lagi?
€
Proyek apa?
€
Manalah saya tahu, Nona. Tapi, yang pasti berduit. Dosen Anda, Dokter Karel itu,
pasti ada di balik ini semua.
€
Bagaimana Bapak bisa tahu? Proyek apa yang Bapak maksud?
€
Ya, barangkali semacam Human Care, perusahaan bioteknologi di Merican yang barus
an terbakar itu. Barangkali perusahaan semacam itu dengan nama baru.
€
Ngaco. Orang tua itu agak tidak beres, Nadine membatin. Enak saja dia bicara.
€
Anda tahu apa tentang Human Care?
€
Nadine mencermati pria tua itu. Ia merasa tertipu dengan pandangan matanya send
iri. Kalau mau jeli, ia menemukan bahwa ternyata pria tua itu bukan berasal dari
golongan biasa. Ia seorang yang berpendidikan dan berkedudukan. Ia melihat pena
mpilannya yang trendi dan rapi. Lipatan pada bajunya menunjukkan bahwa ia sangat
rapi, teliti, intelek, dan terawat, tentu saja. Kerutan di keningnya sangat men
gesankan bagi Nadine. Ia barangkali seorang pengusaha sukses atau sejenisnya,dar
i kaum the have.
€
Human Care? pria tua itu terkekeh. Ya, saya tahu. Perusahaan yang bercita-cita men
ggantikan Tuhan dengan menciptakan manusia beraneka rupa. Dan tidak bertanggung
jawab atas hasilnya.
€
Nadine tercengang mendengarnya.
€
Bapak tampaknya tahu betul tentang sepak terjang perusahaan bioteknologi Merican
itu? pancing Nadine.
€
Pria itu mengangguk-angguk.
€
Tentu saya tahu. Saya adalah salah seorang korban.
€
Tiba-tiba pintu ruangan rapat terbuka. Para dokter keluar dari ruangan itu. Waj
ah-wajah serius itu belum lagi mengendur. Mereka melangkah seperti robot. Suara
sepatu mereka mengetuk-ngetuk lantai yang licin. Nadine mengenali beberapa orang
di antaranya.
€
Sampai para dokter itu meninggalkan ruangan, Nadine belum juga melihat sosok Do
kter Karel. Ia jadi cemas, khawatir penantiannya ternyata sia-sia belaka.
€
Pintu ruangan yang sedikit terbuka diintipnya. Sayup-sayup masih terdengar suar
a-suara dari dalam ruangan. Nadine merasa agak lega, tapi ia masih belum yakin D
okter Karel ada di dalam. Ia menajamkan telinganya.
€
Suara-suara itu saling bersahutan, seperti orang yang sedang memperdebatkan ses
uatu. Sesekali mereka merendahkan suara apabila yang lain terlalu keras bicara.
Kemudian suara mereka seperti ditahan, namun akhirnya kembali meninggi. Suara-su
ara itu tak dapat ditangkap dengan jelas oleh telinga Nadine.
€
Rasa ingin tahu dan ingin bertemu dengan Dokter Karel secepatnya membuat Nadine
nekat masuk ke ruangan itu. Ia menemukan ruangan dengan meja besar di tengah-te
ngah kursi-kursi yang telah ditinggalkan penghuninya. Botol-botol air mineral da
n kotak kudapan masih berserak di atas meja.
€
Ternyata suara pertengkaran itu berasal dari ruangan kecil di dalamnya. Dan Nad
ine bisa mengenali, salah satu suara itu adalah suara Dokter Karel.
€
Nadine ragu-ragu sesaat. Ia telah berada di dalam ruangan rapat, tetapi tidak t
ahu apa yang harus dilakukan. Ia berharap pembicaraan di ruangan kecil itu seger
a berakhir sehingga ia dapat segera menyerahkan tugasnya, dan kemudian lekas-lek
as pulang. Ia sudah merasa sangat letih.
€
Namun, tampaknya pembicaraan itu belum juga akan berakhir. Nadine mempertajam p
endengarannya. Ada sekitar tiga orang di dalam ruangan itu. Dari pintu ruangan y
ang terbuka ia melihat salah seorang dari mereka mondar-mandir, tetapi yang past
i bukan Dokter Karel. Dokter Karel tinggi besar, sementara bayangan itu pendek d
an gemuk.
€
Nadine tetap tak bisa menangkap pembicaraan mereka dengan jelas. Suara-suara me
reka seperti gema yang memantul dari dinding ke dinding tanpa menimbulkan makna
baginya. Kemudian terdengar suara gebrakan di meja, dan orang yang nyaris berkel
ahi membuat Nadine terperanjat kaget. Jantungnya berdebar-debar. Ia mempunyai fi
rasat bahwa situasi akan sangat tidak menguntungkan baginya bila ia tetap tingga
l di sana. Akhirnya Nadine memutuskan untuk menunggu Dokter Karel di luar ruanga
n rapat. Tapi, belum lagi langkahnya sampai di pintu, ia mendengar suara teguran
keras dari balik punggungnya.
€
Anda mencari siapa, Nona?
€
Nadine membalikkan tubuhnya dengan kaget. Seorang pria gemuk, pendek, berkepala
botak dengan helai-helai rambut beruban, mengenakan jas dokter, berdiri beberap
a meter di hadapannya. Matanya menatap tajam kepada Nadine, seolah ingin menelan
nya bulat-bulat. Nadine menghindari tatapannya.
€
Saya mencari Dokter Karel, ujarnya terbata.
€
Tiba-tiba dari dalam ruangan kecil muncul dua orang. Salah satu dari mereka ada
lah Dokter Karel, yang telah ditunggu Nadine selama hampir dua jam. Kini ia suda
h muncul.
€
Saya mau menyerahkan tugas asistensi hari ini, Nadine berkata lagi. Dokter Karel
berjalan menghampirinya. Nadine harus mendongak untuk dapat menatap wajah Dokter
Karel. Ia menyerahkan map yang semenjak tadi dibawanya bersama diktat.
€
Terima kasih, Nadine.
€
Nadine menangkap sesuatu yang asing dari jawaban yang dingin itu. Dokter Karel
sama sekali tidak ramah kepadanya, tidak seperti biasanya. Di hadapan para dokte
r itu, Nadine tiba-tiba merasa gamang. Tatapan mereka menyelidik, seolah ingin m
embawa ia ke sudut ruang, menarik kerah bajunya, dan menghujaninya dengan pertan
yaan-pertanyaan seperti mengapa ia berada di tempat itu, dan apa yang telah ia c
uri dengar dari pembicaraan mereka. Nyali Nadine ciut seketika, rasanya persis s
eperti ketika harus melalui koridor kamar mayat.
€
Kalau begitu, saya permisi dulu, Dokter , suaranya bergetar.
€
Silakan, Dokter Karel yang menjawab. Ia mengantarkan Nadine hingga ke pintu.
€
Beberapa saat setelah Nadine keluar dari ruangan rapat, hendak pulang, Dokter K
arel menyusulnya.|
€
Nadine.
€
Nadine menoleh dan berhenti.
€
Tadi, apakah kau sudah lama masuk ke ruangan rapat ketika Dokter Amar keluar dan
menemukanmu?
€
Belum, saya baru saja masuk.
€
Kau mendengar pembicaraan kami?
€
Tidak, Dok. Sama sekali tidak.
€
Kau yakin?
€
Saya tidak sempat mendengarkan apa pun.
€
Nadine kembali menangkap sesuatu yang aneh. Apa yang sangat rahasia dengan pemb
icaraan para dokter itu? pikirnya heran. Ingin menghancurkan dunia?
€
Nadine, Dokter Karel menahan ketika dilihatnya Nadine akan meneruskan langkahnya.
€
Kini mereka saling berhadapan. Raut muka Dokter Karel serius, tetapi keramahan
yang sempat lenyap dari wajah itu semenjak tadi telah sedikit mencair. Nadine da
pat melihat pesona itu kembali memancar. Kematangan usia telah membentuk karakte
r tersendiri dalam diri Dokter Karel.
€
Seandainya kau sempat, sedikit saja, menangkap pembicaraan kami, aku rasa kau cu
kup bijaksana untuk tidak pernah menganggapnya ada. Kau mengerti maksudku?
€
Nadine tercengang mendengarnya.
€
Apa maksud Dokter? ia bertanya bingung.
€
Dokter Karel berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk membuat Nadine mengert
i.
€
Itu tadi, semata-mata hanyalah pertengkaran antarkawan. Kesalahpahaman yang bias
a terjadi dalam sebuah hubungan persahabatan, dan tidak ada kaitannya dengan pro
fesionalisme kerja. Wajar, bukan?
€
Nadine mulai paham. Ia mengangguk-angguk.
€
Tentu, Dokter Karel. Itu hal yang sangat biasa terjadi. Saya mengerti. Saya tida
k mendengarkan pembicaraan Anda, dan tentu saja, kalau yang Anda khawatirkan ada
lah saya akan menceritakan hal ini kepada orang lain, saya tidak akan melakukann
ya.
€
Dokter Karel tersenyum lega. Ia menepuk bahu Nadine pelan.
€
Terima kasih, Nadine. Kau memang asistenku yang paling baik.
€
Muka Nadine jadi kemerah-merahan.
€
Tak jadi soal, Dokter, ia berusaha untuk biasa-biasa saja. Tapi, Dokter ia berusaha
mencegah ketika Dokter Karel hendak berbalik meninggalkannya.
€
Apakah Dokter sudah mau pulang? Saya perlu kawan untuk keluar dari rumah sakit i
ni. Saya , agak jeri sendirian. Apalagi harus melewati kamar mayat itu .
€
Dokter tercengang sesaat, tapi kemudian ia tertawa.
€
Kau takut, Nadine? Kau calon dokter, dan mayat itu hanyalah raga yang telah mati
yang telah biasa kau pegang-pegang. Mengapa pula harus takut? Kau aneh.
€
Saya hanya , Nadine jadi agak canggung mendengar komentar Dokter Karel yang sebenar
nya telah ia duga sebelumnya. Bukankah, seperti halnya bertengkar dengan kawan se
ndiri, merasa takut pada hal-hal gaib di luar logika ilmiah itu juga wajar, Dok?
€
Baiklah. Kau rupanya telah membalikkan kata-kataku sendiri, Dokter Karel mengalah
. Aku juga mau pulang. Kau boleh bersamaku keluar dari rumah sakit ini, melalui j
alan yang lain. Tidak melalui kamar mayat. Oke?
€
Hasta dan Elisa tetap merasa bisa bekerja sama, meski mereka selalu berbeda pen
dapat dan hati mereka sering panas oleh pertengkaran.
€
Ada jalan lain, ya Dok? Nadine tiba-tiba merasa menjadi orang paling bodoh sedun
ia. Mengapa ia tak memikirkan kemungkinan itu?
€
Sedikit lebih jauh karena harus memutar. Tapi tak apa, akan ku tunjukkan kepadam
u. Jalan itu nanti berakhir di pintu utara, di tempat parkir mobil. Aku mau meng
ambil berkas-berkasku dulu di kantor, baru kemudian kita keluar besama.
€
Nadine mengiyakan dengan gembira.
€
Sesaat kemudian Nadine dan Dokter Karel telah melangkah bersisian. Berjalan di
samping dokter itu membuat Nadine merasa tenang. Sosoknya yang gagah telah membe
rikan rasa aman dan Nadine merasa terlindungi. Tiba-tiba Nadine merasa sangat be
runtung bisa berada dalam jarak sedekat itu dengan Dokter Karel, menjadi asisten
dosen baginya. Banyak yang merasa iri terhadap Nadine karena kedekatannya denga
n Dokter Karel, yang pada usia yang sebenarnya tidak cukup muda lagi, 38 tahun,
telah membuat banyak wanita tergila-gila. Sayang ia bernasib malang. Istrinya me
ninggal setengah tahun yang lalu, dan ia kini hidup sendirian karena belum memil
iki seorang anak pun. Ia baru beberapa minggu lalu memutuskan untuk pindah ke se
buah apartemen. Rumah besar terlalu lapang untuk seorang duda, demikian menurutn
ya. Ia tak bisa mengatur rumah sebesar itu tanpa sentuhan tangan wanita, dan kes
epian akan makin terasa ketika kelengangan telah menyergap dari seluruh penjuru
ruangan.
€
Di apartemen ia merasa tenang karena tak harus terganggu dengan kenangan-kenang
an lama karena kesepian tak banyak mendapatkan ruang. Bila tiba-tiba hening mula
i menggelisahkannya, Dokter Karel memiliki sebuah home theatre yang suaranya mem
enuhi seluruh ruangan dan ia tak akan lagi merasa kesepian.
€
Dokter Karel memberikan isyarat kepada Nadine untuk menunggu di luar sementara
ia masuk ke kantor untuk mengambil berkas-berkasnya. Pada saat itu datang seseor
ang mendekati Nadine. Pria yang duduk bersamanya sewaktu menunggu Dokter Karel.
Nadine mengangguk dan terseyum melihatnya.
€
Mana Dokter Karel? pria itu bertanya.
€
Sedang mengambil beberapa file di dalam.
€
Nadine kini dapat lebih jelas mengamati pria itu. Ia tampak terpelajar dan buka
n orang sembarangan. Pakaian yang melekat di tubuhnya sudah pasti bermerek mahal
. Mungkin ia seorang pengusaha atau semacamnya. Namun, ada yang lebih menarik pe
rhatian Nadine ketimbang penampilannya. Wajahnya seperti sedang dicekam gelisah.
€
Kenapa Dokter Karel lama? tanyanya lagi setelah beberapa saat mereka menunggu.
€
Entahlah, Nadine menggedikkan bahu. Bapak ada perlu juga dengan Dokter Karel?
€
Pada saat itu Dokter Karel sudah keluar dari ruangannya. Ia tertegun saat melih
at lelaki yang berada di samping Nadine, tetapi ia kemudian berhasil mengubah mi
mik mukanya. Senyum Dokter Karel mengembang. Ia menjabat tangan lelaki itu.
€
Apa kabar, Pak Norman?
€
Akhirnya saya dapat bertemu dengan Anda, Dokter. Saya ingin bicara banyak dengan
Anda. Ini mengenai anak saya. Dia ,
€
Eh, Pak Norman, Dokter Karel mengajak lelaki itu agak menjauh dari Nadine. Saya sa
at ini belum punya waktu untuk membicarakannya. Saya ditunggu urusan lain yang j
uga sangat penting. Jadi mohon, jangan sekarang kita bicarakan hal ini. Kita car
i waktu yang agak longgar agar bisa lebih leluasa bicara. Bagaimana?
€
Tapi saya harus membicarakannya dengan Anda sekarang juga, Dokter. Kita telah la
ma menunda pertemuan kita. Andalah yang menangani kasus anak saya
€
Oke, oke, Dokter Karel menenangkan lelaki itu. Bagaimana kalau besok sore, sepulan
g saya mengajar? Saya ada di apartemen kira-kira pukul lima sampai pukul tujuh.
Anda bisa menemui saya di apartemen.
€
Lelaki bernama Norman itu menimbang-nimbang sejenak. Ia masih kelihatan tidak p
uas dengan jawaban Dokter Karel dan berusaha menawar lagi. Dokter Karel buru-bur
u mencegahnya berbicara, ia menoleh ke arah Nadine dengan sorot mata meminta pen
gertian.
€
Sebentar ya, Nadine. Saya bicara sebentar dengan Bapak ini.
€
Nadine mengangguk.
€
Dokter Karel mengajak Pak Norman menjauh. Mereka terlibat pembicaraan yang sang
at serius. Nadine dapat melihat ekspresi wajah Pak Norman yang sangat tegang. Do
kter Karel berusaha untuk menenangkannya, tetapi itu tampaknya membuat Pak Norma
n makin kesal. Kemudian Nadine melihat Pak Norman seperti sedang mengancam Dokte
r Karel. Ia menunjuk-nunjuk wajah Dokter Karel, suaranya meninggi kendati Nadine
tak dapat menangkap perkataannya. Setelah itu, bergegas dengan langkah-langkahn
ya yang panjang meninggalkan Dokter Karel yang termangu.
€
Nadine menghampiri Dokter Karel, melihat wajahnya yang muram.
€
Tampaknya ini hari yang berat buat Anda, ya Dok? tanyanya hati-hati.
€
Begitulah, Nadine.
€
Boleh tahu, ada apa sebenarnya? Kelihatannya semua masalah ini saling berkaitan,
antara rapat tadi, pertengkaran Anda dengan rekan-rekan kerja Anda, kemudian ba
pak yang tadi. Betul, Dok? pancing Nadine lebih lanjut.
€
Bagaimana kau bisa menyimpulkan semua itu saling berkaitan?
€
Hanya menebak-nebak.
€
Tidak benar, tidak ada kaitannya.
€
Ada yang bisa saya bantu, Dok? Saya asisten Anda dan Anda tidak perlu merasa sun
gkan untuk meminta bantuan saya, Nadine memberanikan diri menawarkan jasa.
€
Dokter Karel tersenyum mendengarnya.
€
Tidak perlu, Nadine. Terima kasih. Kau sudah cukup banyak membantu. Lagi pula, s
aya bisa menyelesaikannya sendiri. Kau tidak perlu khawatir.
€
Nadine sedikit merasa lega ketika melihat Dokter Karel akhirnya bisa tersenyum.
Ia menikmati perjalanan keluar mereka dengan hati berbunga-bunga.
€
Selalu saja bertengkar.
Stepa baru saja bergabung dengan Hasta dan Elisa beberapa jam, tapi ia sudah me
lihat begitu banyak pertengkaran di antara keduanya. Hal-hal kecil saja mereka r
ibutkan, apalagi hal-hal besar seperti konsep pekerjaan. Hasta selalu memandang
sebelah mata pendapat-pendapat Elisa, dan sebaliknya, Elisa selalu menyangkal ap
a pun yang diucapkan oleh Hasta. Keduanya sama-sama angkuh dan keras kepala. Mas
ing-masing merasa lebih tahu dari yang lain.
€
Stepa tidak habis pikir bagaimana mereka bekerja dalam suasana yang selalu pana
s seperti itu. Mereka selalu berteriak satu sama lain. Stepa hanya bisa terbengo
ng-bengong ketika berusaha melerai dan tak pernah berhasil. Sopir yang membawa k
endaraan mereka, Anas namanya, hanya tertawa-tawa seolah peristiwa itu merupakan
hal yang sangat biasa terjadi. Sesekali ia malah menimpali dan menambah-nambahi
hingga perdebatan kian meruncing. Tidak ada yang mau mengalah di antara mereka.
Perdebatan baru akan berhenti saat mereka sudah merasa capai dengan disertai ge
rutu panjang yang masih terdengar.
€
Jangan heran, ucap Anas sambil nyengir. Mereka memang begitu, seperti anjing dan k
ucing. Entah siapa yang kucing dan siapa yang anjing. Kalau bertemu dan tidak be
rtengkar, pasti ada sesuatu yang salah. Mungkin keduanya sedang sakit gigi.
€
Stepa berusaha untuk memahami, tapi ia tidak bisa. Oleh karena itu, ia hanya be
rusaha untuk memaklumi. Keduanya memang sama-sama cerdas dan berusaha menonjolka
n kecerdasan masing-masing. Terlebih lagi Elisa adalah lulusan dari luar negeri.
Sudah pasti ia merasa lebih unggul ketimbang Hasta yang produk dalam negeri. El
isa punya banyak pengalaman selama berkecimpung di dunia broadcasting luar neger
i. Ia merasa lebih banyak tahu ketimbang Hasta yang hanya produk lokal dan notab
ene adalah juniornya. Karena itulah ia merasa bahwa pendapatnya selalu harus dip
erhitungkan. Dan Hasta amat membenci kearoganan semacam itu.
€
Elisa, menurut Hasta, adalah jenis manusia sombong yang suka menonjolkan diri.
Terkadang Elisa bahkan tak menyadari bahwa ia tak benar-benar memiliki hal yang
dibangga-banggakannya. Menyanyi di kafe adalah salah satunya. Elisa sebenarnya t
ak begitu pandai menyanyi, tetapi ia begitu percaya diri dengan suaranya. Ia mey
akini bahwa entertain dapat disiasati dengan penampilan.Ada dua kemungkinan meng
apa penonton tak beranjak dari tempat duduknya saat menikmati suguhan musik. Kar
ena terpesona pada merdunya suara penyanyi, atau karena menariknya penampilan si
penyanyi. Untuk kasus Elisa, sudah pasti penonton akan memilih yang kedua, kare
na suara Elisa memang tidaklah istimewa, kalau tidak boleh dikatakan jelek. Hast
a mendongkol dengan ketidaktahudirian itu. Sebaliknya, ia adalah seorang yang sang
at down to earth dan low profile. Hanya pada Elisa ia merasa perlu meninggikan d
irinya, hanya untuk menekan kesombongan wanita itu.
€
Perjalanan menuju Merican memakan waktu sekitarlima jam. Kru berangkat berempat
. Hasta, Elisa, Stepa, dan Anas. Baru setengah jam mobil berjalan, pertengkaran
Hasta dan Elisa sudah dimulai. Awalnya sebenarnya sangat remeh, Elisa bersin ter
us-menerus.
€
Kau kelihatan kurang sehat, Anas menegurnya. Elisa yang membekap hidungnya dengan
sapu tangan, mengangguk mengiyakan.
€
Beberapa hari ini aku kurang enak badan, sahutnya.
€
Kau pasti kecapekan. Di saat kondisi tubuh tidak fit, penyakit akan mudah menyer
ang. Suaramu saja sengau begitu, mungkin kau mau flu.
€
Ya, nih, aku minggu ini memang kurang istirahat.
€
Basa-basi yang biasa, sebenarnya, tapi itu ditanggapi sinis oleh Hasta. Ia tert
awa. Elisa yang duduk di depan, di samping Anas, menoleh ke belakang dengan waja
h bertanya-tanya dan waspada. Rupanya ia mengendus sesuatu di balik tawa Hasta.
€
Suaranya parau bukan karena dia mau flu, Nas, ujar Hasta. Tapi karena terlalu bany
ak menyanyi di kafe. Maklumlah, dia kan penyanyi. Masa kau lupa?
€
Oh, ya , seru Anas. Betul juga kata Hasta. Mungkin suaramu habis karena menyanyi, bu
kan karena mau sakit flu.
€
Elisa cemberut.
€
Kau jangan ikut-ikutan, Nas, katanya ketus. Hasta hanya ingin mengejekku.
€
Lho, kok mengejek? Aku justru kagum kepadamu. Di sela-sela agenda kerjamu yang b
egitu padat, kau masih menyempatkan diri menyanyi. Kafe Étude memang hebat. Mereka
berani membayar mahal untuk hiburan berkelas dengan mengundang banyak penyanyi
terkenal. Bahkan seorang reporter televisi pun memulai karier menyanyinya dari s
ana. Sayang, belum ada produser yang sempat melihat penampilanmu di kafe. Bisa-b
isa kau nanti beralih profesi menjadi penyanyi dan Space TV bakalan kehilangan r
eporter terbaiknya.
€
Kata-kata yang cukup memukul. Hasta tidak sedang bercanda. Ia memberikan tekana
n-tekanan khusus pada kalimatnya. Ia memang sedang menyindir Elisa dan Elisa cuk
up tanggap dengan arah kalimat Hasta.
€
Aku hanya memanfaatkan apa yang telah diberikan Tuhan kepadaku.
€
Apa yang telah diberikan Tuhan kepadamu?
€
Suara.
€
Ah suara rupanya, Hasta tergelak.
€
Elisa sangat tersinggung. Kini ia benar-benar membalikkan tubuhnya, kedua lutut
nya naik di atas kursi mobil. Wajah cantiknya memerah padam.
€
Apa sih maksudmu? ia marah. Kenapa begitu sinis pada hobi menyanyiku?
€
Hobi yang aneh.
€
Menyanyi? Aneh? Di mana letak keanehannya? Aku yakin hampir semua orang suka men
yanyi. Hanya mungkin mereka tidak menyanyi di atas panggung sementara aku melaku
kannya. Lagi pula apa salahnya? Bagiku, menyalurkan hobi itu perlu. Aku ingin me
njadi penyanyi, maka ketika aku punya kesempatan, aku mengambilnya. Penonton men
yukaiku.
€
Hasta tak menjawab kali ini. Ia hanya tersenyum-senyum dan mengalihkan pandanga
n ke luar jendela mobil.
€
Kau hanya iri, kan? Kalau kau juga ingin jadi penyanyi, ya melamarlah di Étude. Aku
jamin kau tidak akan diterima!
€
Apakah harus melalui tes dulu untuk bisa menyanyi di Étude? Stepa buru-buru menyela
. Ia berharap pertengkaran Elisa dan Hasta bisa berhenti, tetapi rupanya kata-ka
tanya yang kurang tepat malah memperkeruh suasana.
€
Ya, tentu saja. Tapi, Elisa kan tidak harus melalui tes, Hasta yang menjawab. Mul
ut Elisa yang sudah hendak menanggapi pertanyaan Stepa, terkatup kembali.
€
Elisa punya orang dalam, Step. Ia memacari pemilik Kafe Étude.
€
Oh , Stepa segera menyadari kekeliruan kalimatnya. Ia jadi merasa bersalah melihat
Elisa kian murka.
€
Jangan didengarkan! teriak Elisa. Dia memang selalu ngaco! Hasta, bisa tidak kau b
arang beberapa hari saja tidak usah menggangguku?
€
Siapa yang bermaksud mengganggu? Hasta mengangkat bahu tinggi-tinggi dengan sikap
tak peduli yang menyebalkan. Sama sekali tidak berminat.
€
Elisa sangat jengkel. Merasa kehabisan kata-kata, ia kembali pada posisi dudukn
ya semula dengan gerutu panjang yang masih terdengar. Sejenak kemudian ia sudah
memejamkan mata, berusaha meredam kemarahannya. Keadaan pun menjadi tenang kemba
li.
€
Hasta, Stepa, dan Anas kemudian berdiskusi tentang Human Care, perusahaan biote
knologi Merican yang menjadi tujuan perjalanan mereka. Kontroversi yang beredar
di masyarakat adalah bahwa perusahaan yang selama ini tidak banyak diketahui keb
eradaannya itu sebenarnya adalah proyek pemerintah. Mereka mendapatkan dana dari
pemerintah untuk penelitian kloning terhadap manusia. Perusahaan itu sebelumnya
telah hampir ditutup karena kasus the laughing cat-nya yang menggemparkan dan k
egagalan-kegagalan yang beruntun mereka lakukan. The laughing cat adalah sebuah
kasus yang menghebohkan dan memancing reaksi keras banyak kalangan. Tindakan men
gklonkan sel manusia ke dalam embrio kucing dianggap sebagai penghinaan terhadap
martabat manusia.
€
Karena kasus beruntun yang menimpa Human Care, pihak donatur menarik dukunganny
a. Aktivitas terpaksa diberhentikan seiring dengan diperkarakannya perusahaan in
i di pengadilan. Namun, terlepas dari itu semua, perusahaan bioteknologi itu ter
nyata telah melangkah lebih jauh dari apa yang dapat diamati oleh masyarakat. Ma
suknya teknologi rekayasa genetika yang telah menggemparkan dunia sekian puluh t
ahun silam itu ke Indonesia adalah benar-benar suatu prestasi sekaligus juga bah
aya yang cukup mengancam bagi moralitas. Namun, kerja para ilmuwan itu begitu ra
pi. Mereka bekerja dalam diam dan setiap langkah metodologis disimpan rapat-rapa
t sebelum merasa benar-benar yakin akan keberhasilan mereka.
€
Mereka sangat berhati-hati, karena suatu kegagalan akan menghancurkan karier dan
nama mereka. Segalanya harus selalu diperhatikan dengan matang, Hasta berkata.
€
Tetapi mereka memang menerima klien dan servis pembuahan artifisial, ya? Stepa me
ngerutkan keningnya.
€
Ya, berangkat dari pelayanan bayi tabung yang mereka tawarkan pada masa awal mer
eka berdiri. Mereka punya akses ke bank sperma internasional dan klien tinggal p
ilih sperma siapa yang mereka inginkan. Hittler? Atau John Travolta? Tinggal seb
utkan nama yang mereka inginkan di dalam daftar, bereslah semua.
€
Ternyata saat itu Elisa sudah bangun dari tidurnya dan segera melibatkan diri d
alam percakapan.
€
Ya, dan kemudian kloning manusia juga telah mereka jadikan salah satu pelayanan
mereka. Jika kita review saat pertama kali kloning mulai disahihkan maka makhluk
-makhluk kopian itu kini telah beranjak remaja, ujar Elisa.
€
Di mana saja makhluk-makhluk kopian itu sekarang ini? gumam Stepa.
€
Beberapa dari mereka masih berada dalam pengawasan intensif laboratorium besar H
uman Care. Mereka ditempatkan di sebuah lingkungan yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga menyerupai komunitas belajar. Produk kopian itu berasal dari bibit-bib
it manusia unggul negeri kita. Bayangkan saja, dalam waktu sekitar lima hingga s
epuluh tahun ke depan akan bermunculan tokoh-tokoh penting generasi kedua yang b
akalan menguasai negeri ini, lengkap dengan karakter turunannya.
€
Apa maksudmu karakter turunan? sergah Hasta. Mereka belajar dan beradaptasi dengan
lingkungan. Pembentukan karakter bukanlah masalah genetika belaka. Faktor ekste
rnal jauh lebih punya peran.
€
Bagaimana sifat genetika yang diperoleh dari induknya? Elisa melebarkan matanya.
Ia merasa pendapatnya diremehkan. Itu tetap akan melekat dalam dirinya. Bagaimana
pun jiwa koruptor akan tetap terbawa pada turunan klonnya, sebagaimana hasil klo
n orang-orang pintar menyebabkan lahirnya jenius-jenius baru pula. Itulah mengap
a klon ada, karena ia dapat mengkopi genetika sama persis.
€
Nona, yang menurun adalah ciri fisik, kapasitas otak, bakat, dan sifat-sifat gen
etis lainnya. Behaviour bisa dibentuk oleh masyarakat. Kloning seorang koruptor
bisa meniru kecerdasan induknya, tetapi apakah akan digunakan untuk menipu dan b
ermuslihat, itu tergantung dari bagaimana ia menyerap pelajaran tentang nilai-ni
lai, apakah korup itu dibenarkan atau tidak. Bagaimana menurutmu, Stepa?
€
Meskipun ragu-ragu karena melihat ekspresi Elisa yang menahan kegeraman, Stepa
lebih sepakat dengan pendapat Hasta. Ia mengangguk-angguk.
€
Jangan cuma mengangguk-angguk! bentak Elisa. Menurutmu sendiri bagaimana?
€
Ya aku lebih sepakat dengan Hasta. Tampaknya lebih masuk akal.
€
Hasta tertawa penuh kemenangan dan Elisa menggerutu panjang. Anas yang melihat
kejadian itu hanya tersenyum-senyum geli, tetapi tak berkomentar apa pun. Ia yan
g duduk paling dekat dengan Elisa, tidak ingin mengambil risiko menjadi sasaran
kemarahan Elisa bila ikut-ikutan mendukung Hasta.
€
Di pesta ulang tahun Raia, pesta para eksekutif muda, ada kegelisahan terpancar
di raut wajah manis yang lembut itu. Nadine dapat merasakannya. Raia berkali-ka
li mengedarkan pandangan ke segenap penjuru ruangan, seolah-olah ingin menemukan
sesuatu atau seseorang di sana. Wajahnya muram, hanya sesekali ia berusaha menu
tupinya dengan senyum. Ia tidak sedang berbahagia pada pesta ulang tahunnya. Tak
ada seseorang yang mendampinginya. Nadine menelan ludah. Ada rasa pahit tertela
n di kerongkongannya. Apakah Raia mengharapkan Nara datang?
€
Sebenarnya Nadine telah menyampaikan undangan pesta itu kepada kakak laki-lakin
ya. Ia berusaha membujuk Nara untuk datang. Namun, Nara tak bergerak. Ia bahkan
tak mengeluarkan sedikit pun suara. Nadine akhirnya, setelah lelah bicara, melet
akkan undangan ulang tahun itu di karpet di samping Nara yang asyik bermain deng
an komputernya. Ia tahu, Nara hanya berusaha untuk tidak peduli. Ia memahami, Na
ra tengah berusaha meredam gejolak di dadanya karena ia sebenarnya tidak pernah
melupakan Raia. Sekeras apa pun usahanya untuk melenyapkan Raia, ia tak pernah b
erhasil melakukannya. Sepedih apa pun debar dada Nara, ia tetap saja menyebutkan
nama Raia dalam setiap pembicaraan meski sekadar mengingat suatu hal yang berka
itan dengannya, seperti film atau permen kesukaannya. Atau hanya menyebutkannya
tanpa maksud apa-apa. Namun, pandangan Nara sering kali terlihat kosong saat mem
orinya diputar kembali. Mungkin saat itu ia membayangkan wajah Raia dan masa-mas
a ketika mereka masih bersama.
€
Sungguh suatu pukulan yang teramat telak manakala tiba-tiba Raia memutuskan per
tunangan mereka.Ada hal-hal misterius yang mereka sembunyikan.Nara tak pernah me
ngakui penyebab sebenarnya, tapi cara ia menyikapi keputusan Raia menunjukkan ba
hwa kesalahan ada pada pihakNara . Kesalahaan yang tak dapat dimaafkan Raia.
€
Tujuh tahun adalah masa yang cukup panjang untuk sebuah hubungan. Nadine tak da
pat memahami mengapa kurun waktu itu bisa runtuh begitu saja oleh suatu hal gega
bah yang dilakukanNara . Dan bagaimana mungkin Nadine bisa melupakan saatNara me
nangis mengiba-iba di hadapan Raia yang beku, memohon agar hubungan mereka diper
tahankan.
€
Nadine yakin ada pihak ketiga di balik berakhirnya hubungan kakaknya dengan Rai
a. Meskipun ia melihat dari sikap Raia bahwa Naralah yang menjadi biang peristiw
a itu, di dalam hati kecilnya ia masih belum mempercayai bahwa kesalahan sepenuh
nya harus ditimpakan pada kakak satu-satunya itu. Perjalanan tujuh tahun sepasan
g kekasih tidak akan mudah dihentikan kendati salah seorang melakukan kesalahan
dan berusaha kembali, kecuali bila ia benar-benar tersesat atau seorang yang lai
n memang berusaha untuk meninggalkan. Nadine melihat Raia telah kepayahan bersam
aNara dan ia memang ingin berhenti. Nadine tahu betapa berat pula masalah itu bu
at Raia. Ia pun sama terlukanya denganNara . Barangkali lebih terluka.
€
Tamat
€
€
Dipersembahkan untuk€:http://dimhad.6te.net
€
€
€
€
€
€
€
€

Anda mungkin juga menyukai