Artikel Kesalehan Ritual Dan Sosial/ Surip Ibnu Umar.
Artikel Kesalehan Ritual Dan Sosial/ Surip Ibnu Umar.
Oleh:
Surip Ibnu Umar
A. Kesalehan Ritual
Kesalehan ini merupakan pengolahan jiwa agar memancarkan cahaya dari dalam
-inner beauty-, sehingga dapat menyembulkan kepribadian seseorang menjadi baik, Seorang
santri harus melaksanakan tadarrus, shalat dhuha, puasa dawud, puasa sunnah senin dan
kemis, kegiatan tersebut semuanya bentuk dari kesalehan ritual, dan ini harus ditanamkan
sejak dini, karena akan membentuk karakter pribadi yang paripurna, hal ini terjadi dari
stimulus yang baik dalam lingkungan pondok, bentuk kesalehan ritual untuk guru dalam
mengajar disamping hal tersebut diatas, mungkin ada hal yang lain diantaranya membaca
referensi buku lain sebelum mengajar, sehingga dalam mengajar mumpuni dan berkualitas.
Bentuk penyucian diri-Tazkiyatunnafsi- merupakan bentuk olah jiwa agar dapat
membentuk perangai yang taat kepada Tuhannya, jiwa yang bisa memancarkan kebaikan dan
kedamaian di dalam hati. Biasanya para ulama memaparkan konsep penyucian diri dalam
ilmu hakikat, dengan ilmu ini manusia dapat mendekatkan diri sedekat-dekatnya, seperti apa
yang pernah dilakukan oleh sulthaonul awliya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dan Jalalludin
Rumi.
Syekh Abdul Qodir Al-Jailani1 ketika menjelang wafat, nafas terengah-engah, semua
anaknya bersedih, salah satu anaknya yang bernama Abdurrazak meminta nasehat terakhir
kepada ayahnya, seketika tangan dan kakinya sudah kaku, masih sempat memberikan nasihat
kepada anaknya, sembari membacakan surat At-thalaq ayat 7, “ Allah akan menjadikan
kemudahan setelah kesempitan”, ayat ini ditulis oleh anaknya sebagai kenangan terakhir
sebelum beliau meninggal.
Jalalludin Rumi tokoh sufi dunia, pengarang kitab Fihi ma Fihi, ketika ajal
menjemput, istri dan anak-anaknya menangis haru karena akan ditinggalkan oleh seorang
yang bertanggung jawab pada keluarganya, akan tetapi Rumi malah justru memberi nasehat
kepada mereka agar jangan bersedih dan menangis, karena ia akan bertemu dengan kekasih
abadi Allah SWT, ini bentuk dari penyucian diri yang utuh.
B. Kesalehan Sosial
Kesalehan sosial biasa dalam ajaran Al-Qur'an di sebut Itsar, mendahulukan
kepentingan orang lain dari pada kepentingan dirinya, menurut Syekh Abdul wahab
Asya'roni,2 Kesalehan sosial merupakan kesalehan kaum sufi yang mencintai makhluk dan
alam semesta karena kecintaan Allah, mencintai Allah dan ciptaan-Nya dengan
mengejawantahkan perilaku baik dalam kehidupan antar sesama.
Implementasi untuk kaum santri jika berbicara tentang kesalehan sosial diantaranya
berbuat baik dengan teman sejawat, hubungan baik dengan adik kelas, mematikan lampu
ketika siang hari, mematikan kran setelah berwudlu, diskusi bersama, melaksanakan piket
pondok, muwajahah belajar malam, mengemban amanah sebagai pengurus pondok dengan
baik, dan hormat guru sebagai jalan untuk menuju kesuksesan, sedangkan implementasi untuk
guru, bentuk dari kesalehan sosial diantaranya membentuk MGMP, diskusi kecil tentang
materi, menengok guru yang sakit, gathering family guru, dan menghadiri pernikahan sesama
guru.
Seorang Imam Abu Qosim Al-Qusyairy3 berkata dalam suatu makalah yang beliau tulis,
“ Sesungguhnya pencari ilmu banyak yang tidak berhasil dalam menggapai cita-cita,
faktornya karena mereka pernah membuat gurunya nestapa, dengan tidak meminta maaf
padanya, karena keridhaan guru adalah kunci dari keberhasilan hidup seorang pencari ilmu.”