Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PDAM KABUPATEN PACITAN

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM


Jl. Suryo Pranoto no. 2 Telp. ( 0357 ) 881393 Fax. ( 0357 ) 886 034

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan
Hidayahnya-nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar,serta sesuai dengan
harapan. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai Badan Usaha Milik Daerah yaitu
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai PDAM. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
      Semoga makalah yang kami kerjakan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Dan semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

                                                            Pare Pare, 23 mei 2021

 
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................  i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN 

A.     LATAR BELAKANG.........................................................................................1

B.     TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH..............................................................2

C.     RUMUSAN MASALAH....................................................................................2

D.     LANDASAN TEORI..........................................................................................2

BAB 2.PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN PDAM................................................................................ .3

B.SEJARAH AIR MINUM DI INDONESIA................................................... .3

C.KENDALA PDAM...................................................................................... 7

D.SIFAT DAN TUJUAN PDAM..................................................................... 8

E. VISI PDAM............................................................................................................9

F. MISI PDAM............................................................................................................9

BAB 3. PENUTUP

A . KESIMPULAN....................................................................................... 12

B . SARAN.................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... .13


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengelolaan bisnis di era mendatang menuntut kemampuan yang adaptif dari pelaku bisnis. Hal
ini disebabkan begitu banyak perubahan yang cepat terjadi di dunia usaha. Perubahan-perubahan
yang terjadi dipicu oleh berbagai faktor seperti: global competition, dan government
deregulation. Implikasinya adalah pengelola bisnis di era mendatang jelas berbeda dengan era
sebelumnya.

Perusahaan harus sanggup menawarkan produk atau jasa yang berkualitas , karena mutu produk
atau kualitas pelayanan yang diterima konsumen saat ini belum tentu diterima pula pada esok
harinya. Begitu pula iklim layanan yang ada tidak sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan.
Merenda harapan dengan kualitas layanan: customers first, “kami mengutamakan pelanggan”,
itulah yang selalu dikatakan oleh para pimpinan pada hampir semua perusahaan, terutama yang
membidangi jasa. Namun Zeithaml et al., (1990) menyampaikan adanya suatu gap atau
kesenjangan karena perbedaan persepsi jika kualitas layanan tersebut tidak diramu dengan baik,
yaitu antara si pemberi jasa dengan pengguna jasa. Layanan yang bagus akan membuat
pelanggan loyal, walau belum tentu berkorelasi lurus dengan produktivitas (SWA 16/XVII/9 –
22 Agustus 2001).

Di samping perbedaan dalam pengelolaan bisnis, perkembangan yang terjadi karena


desakan lingkungan pun membawa implikasi yang sangat besar terhadap visi maupun
manajemen perusahaan. Dalam peraturan tentang Otonomi Daerah (UU Nomor 22 Tahun 1999)
terkandung beberapa prinsip, peran Daerah Tingkat II sebagai daerah yang memiliki otonomi
yang nyata dan bertanggung jawab diharapkan semakin berarti. Prinsip ini memandang bahwa
daerah mempunyai kewajiban untuk menyejahterakan masyarakatnya. Daerah/Kota kemudian
memperoleh penambahan kewenangan dalam pengelolaan sumber kekayaan alam, di antaranya
adalah “sumber air”.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh kebijakan teknis operasional Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, bahwa landasan daya saing usaha pengelolaan air adalah
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif di pasar yang berbasis sumber daya alam, dan
komoditas yang berakar di bumi Indonesia. Masih berdasarkan dokumen Deperindag, salah satu
kebijakan pemerintah juga diprioritaskan pada industri yang berbasis pada sumber daya alam.

Mengingat pentingnya sumber daya alam, khususnya sumber air bersih yang peranannya
sangat penting bagi kehidupan manusia, maka pengelolaannya menjadi wewenang negara yang
telah diatur dalam pasal 33 UUD 1945 ayat 2 dan ayat 3. Pemerintah Pusat melalui Pemerintah
Daerah menyerahkan wewenang pengelolaan air bersih ini kepada Pemerintah Daerah dalam
suatu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Tersedianya air bersih dan sehat merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi seluruh
masyarakat.

Bagi masyarakat Kota Surabaya kebutuhan akan air bersih menjadi masalah yang sangat
pelik dan rumit, karena rendahnya mutu persediaan air tanah atau air sumur penduduk sebagai
akibat adanya pencemaran air. Tujuan dibentuknya PDAM adalah untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat terhadap penyediaan sarana dan prasarana air bersih yang berkualitas, dan
memenuhi kaidah-kaidah kesehatan.

B. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH

Adapun tujuan dari makalah ini adalah  memenuhi tugas pengantar bisnis setelah melakukan
kunjungan ke kulonprogo khususnya di PDAM (perusahaan daerah air minum). Dan kelompok
kami akan membahas lebih lengkap lagi tentang PDAM.

C. RUMUSAN MASALAH

     1.Apa tujuan didirikannya PDAM?

     2.Apasaja kendala yang dialami PDAM?

     3. Bagaimana perkembangan PDAM dari  awal di bangun hingga sekarang?

     4. Apa Visi-Misi PDAM?


D. LANDASAN TEORI

Landasan terbentuknya PDAM adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan


penyediaan dan pelayanan air bersih.PDAM merupakan perusahaan daerah yang didirikan dam
dimiliki pemerintah daerah, dan tujuan dari Perusahaan Daerah yaitu:

1.       Memberikan sumbangsih pada perekonomian nasional dan penerimaan kas negara

2.       Mengejar dan mencari keuntungan

3.       Pemenuhan hajat hidup orang banyak

4.       Perintis kegiatan-kegiatan usaha

5.       Memberikan bantuan dan perlindungan pada usaha kecil dan lemah

Ciri – ciri Perusahaan Daerah

 Didirikan berdasarkan peraturan daerah (perda).


 Dipimpin oleh direksi yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah atas
pertimbangan DPRD.
 Masa jabatan direksi selama empat tahun.
 Bertujuan memupuk pendapatan asli daerah guna membiayai pembangunan daerah.

Dalam PDAM biasanya terdapat juga suatu usaha yang dikelola oleh PDAM tersebut yang
berupa air mineral kemasan yang diproduksi dan dikelola untuk dapat menambah laba agar
optimal. Di setiap provinsi, kabupaten memiliki PDAM, karena suatu daerah mempunyai
kewajiban untuk dapat memenuhi air bersih terhadap masyarakatnya.  Dan dalam perusahaan
PDAM itu harus dapat memenuhi kebutuhan dan tanggap terhadap pelanggan untuk kemajuan
perusahaan itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN PDAM
        PDAM atau Perusahaan Daerah Air Minum merupakan salah satu unit usaha milik daerah,
yang yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi masyarakat umum. PDAM terdapat di setiap
provinsi, kabupaten, dan kotamadya di seluruh Indonesia. PDAM merupakan perusahaan daerah
sebagai sarana penyedia air bersih yang diawasi dan dimonitor oleh aparataparat eksekutif
maupun legislatif daerah.
Perusahaan air minum yang dikelola negara secara modern sudah ada sejak jaman
penjajahan Belanda pada tahun 1920an dengan nama Waterleiding sedangkan pada pendudukan
Jepang perusahaan air minum dinamai Suido Syo.

B. SEJARAH AIR MINUM DI INDONESIA


Kurun 1400an
Ditahun 1443 terekam adanya bukti tertulis sebagaimana dilaporkan bahwa pada masa itu
air yang merupakan minuman sehari-hari orang Asia Tenggara dialirkan dari gunung mengalir
kerumah-rumah penduduk dengan pipa bambu.
Kurun 1600an
Air minum disalurkan langsung ke Istana Aceh sedangkan sumur diperuntukan bagi
daerah yang jauh dari sungai seperti dilaporkan terjadi pada tahun 1613.
Dimulailah penjajahan Belanda melalui misi dagangnya yang terkenal VOC (mulanya
pada tahun 1613 VOC menyewa mendirikan loji tidak permanen dengan sewa
1.200rijkdaader atau 3.000 gulden tapi kemudian mereka dengan liciknya membuat bangunan
tembok permanen dengan bahan batu dan beton dan dijadikan benteng pertahanan mereka),
kemudian mereka membumi hanguskan Bandar Sunda Kelapa dan mengganti nama Jayakarta
menjadi Batavia, resmilah Belanda menjajah Indonesia dengan diselingi oleh penjajah Perancis
( 1808-1811) dan penjajahan Inggris (1811-1816) penduduk Jakarta waktu itu sekitar 15.000
jiwa dan air minum masih sangat sederhana dengan memanfaatkan sumber air permukaan
(sungai) yang pada masa itu kualitasnya masih baik.
Di Asia Tenggara kebiasaan penduduk untuk mengendapkan air sungai dalam gentong
atau kendi selama 3 minggu atau satu bulan telah dilakukan untuk mendapatkan air minum yang
sehat.
Kurun 1800an
Di Pulau Jawa sebagaimana dilaporkan oleh Raffles pada tahun 1817 penduduk selalu
memasak air terlebih dulu dan diminum hangat-hangat untuk menjamin kebersihan dan
kesehatan dan dilaporkan bahwa orang Belanda mulai mengikuti kebiasaan ini terutama di Kota
Banjarmasin yang airnya keruh.
Pada tahun 1818 salah satu syarat penting untuk pemilihan pusat kota serta Istana Raja
ditentukan oleh faktor tersedianya air minum.
Di Jakarta tahun 1882 tercatat keberadaan air minum di Tanah Abang yang mempunyai
kualitas jernih dan baik yang dijual oleh pemilik tanah den gan harga F 1,5 per drum, sedangkan
untuk air sungai dijual 2-3 sen per pikul (isi dua kaleng minyak tanah).
Pada masa pra-kemerdekaan, Dinas Pengairan Hindia Belanda (1800 - 1890) membangun
saluran air sepanjang 12 kilometer dan bendungan yang mengalirkan air dari Sungai Elo ke pusat
kota Magelang untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan mengairi sawah di wilayah Magelang.
Mata air Umbulan di tahun 1915-1916Pemerintah Penjajahan Hindia Belanda
diSurabaya, tahun 1890, memberikan hak konsesi kepada pengusaha Belanda warga Kota
Surabaya, Mouner dan Bernie, yang dinilai berjasa merintis penyediaan air bersih di Surabaya.
Konsesi ini berupa pengelolaan mata air Umbulan, Pasuruan, untuk dialirkan ke Kota Surabaya
dengan memasang pipa sepanjang 20 kilometer selama dua tahun. Tahun 1900, pemerintah
mendirikan perusahaan air minum dan instalasinya diresmikan tiga tahun kemudian. Untuk
memberikan proteksi pada perusahaan tersebut, pemerintah mewajibkan penghuni rumah mewah
untuk menjadi pelanggan. Tiga tahun setelah berdirinya perusahaan air minum itu, sambungan
instalasi air minum di Surabaya mencapai 1.588 pelanggan. Status perusahaan air minum pada
bulan Juli 1906 dialihkan dari pemerintah pusat menjadi dinas air minum kotapraja (kini PDAM
Kota Surabaya).
Kurun 1900-1945
Pada tahun 1905 terbentuklah Pemerintah Kota Batavia dan pada tahun 1918 berdiri
PAM Batavia dengan sumber air bakunya berasal dari Mata Air Ciomas, pada masa itu
penduduk kurang menyukai air sumur bor yang berada di Lapangan Banteng karena bila dipakai
menyeduh teh menjadi berwarna hitam (kandungan Fe/besi nya tinggi).
Kurun 1945-1965
Urusan ke-Cipta Karya-an masih sekitar pembanguan, perbaikan dan perluasan Gedung
Gedung Negara. Pemerintah Pusat belum menangani air minum dikarenakan keterbatasan
keuangan serta tenaga ahli dibidang air minum. Tahun 1953 dimulailah pembangunan Kota Baru
Kebayoran di Jakarta, pada saat itu dilakukan pelimpahan urusan air minum ke pemerintah
Propinsi Pulau Jawa dan Sumatera. Pada tahun 1955 diadakan Pemilu yang pertama.
Ditahun 1959 terbentuklah Djawatan Teknik Penjehatan yang mulai mengurusi air
minum, dimulai pembangunan air minum di kota Jakarta (3.000 l/dt), Bandung (250 l/dt),
Manado (250 l/dt), Banjarmasin (250 l/dt), Padang (250 l/dt) dan Pontianak (250 l/dt) dengan
sistim “turn key project” loan dari Pemerintah Perancis. Terbitlah UU no. 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah dan mulailah dibentuk PDAM sampai sekarang.
Kurun 1965-1969
Melalui SK Menteri PUTL no 3/PRT/1968 lahir Direktorat Teknik Penyehatan, Ditjen
Cipta Karya.
Tiga waduk yang dibangun di wilayah Jawa Barat dengan membendung Sungai Citarum,
yaitu Waduk Jatiluhur (1966), Waduk Cirata (1987), dan Waduk Saguling (1986) menandai era
dimulainya penanganan sumberdaya air secara terpadu. Waduk Jatiluhur, seluas sekitar 8.300
hektar, dimanfaatkan untuk mengairi sekitar 240.000 hektar sawah di empat kabupaten di utara
Jawa Barat. Air waduk juga digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan
kapasitas terpasang 150 MW dan sebagai sumber air baku untuk air minum Jakarta (sekitar 80%
kebutuhan air baku untuk Jakarta dipasok dari waduk ini melalui Saluran Tarum Barat).
Kurun 1969-1973 (Pelita I- Pelita II)
Pembangunan sistem air minum secara lebih terencana mulai dilaksanakan pada periode
pembangunan lima tahunan (Pelita). Dalam Pelita I (1969 - 1973), kebijaksanaan pembangunan
air minum dititikberatkan pada rehabilitasi maupun perluasan sarana-sarana yang telah ada, serta
peningkatan kapasitas produksi melalui pembangunan baru dan seluruhnya didanai oleh APBN.
Target pembangunan sebesar 8.000 l/detik. Pembangunan air minum melalui pinjaman OECF
(overseas economic cooperation fund) di kota-kota Jambi, Purwekerto, Malang, Banyuwangi dan
Samarinda.
Pada Pelita II (1974 - 1978) pemerintah mulai menyusun rencana induk air bersih,
perencanaan rinci dan pembangunan fisik di sejumlah kota Pada saat itu Pemerintah mulai
menyusun Rencana Induk (master plan) Air Minum bagi 120 kota, DED untuk 110 kota dan
RAB untuk 60 kota, dan pengembangan institusi Pemerintah mengambil langkah-langkah untuk
memperbaiki pengelolaan air minum dengan mendorong dilakukannya peralihan status dari
Jawatan/Dinas menjadi Perusahaan Daerah Air Minum.
Dimulai pembangunan Air Minum di 106 Kabupaten/Kota, yang dilanjutkan
pembentukan BPAM (Badan Pengelola Air Minum) sebagai embrio PDAM yang mengelola
prasarana dan sarana air minum yang telah selesai dibangun. Pemerintah Pusat bertanggung
jawab dalam pembangunan ‘unit produksi” dan Pemda di jaringan distribusi, dalam perjalanan
waktu kebijakan ini agak tersendat oleh karena keterlambatan Pemda dalam menyiapkan dana
“sharingnya”.
Kurun 1979-1983 (Pelita III)
Periode berikutnya (Pelita III, 1979 - 1983), pembangunan sarana air minum diperluas
sampai kota-kota kecil dan ibu kota kecamatan (IKK), melalui pendekatan kebutuhan dasar. Pada
awal tahun 1981 pula diperkenalkan “dekade air minum” (Water Decade) yang dideklerasikan
oleh PBB.
Terjadi penyerahan kewenangan pembangunan air minum perdesaan dari Departemen
Kesehatan kepada Departemen Pekerjaan Umum. Program pembangunan dengan menitik
beratkan pada pemanfaatan kapasitas terpasang, o/p prasarana yang telah terbangun,
pengurangan kebocoran.
Kurun 1984-1998 (Pelita IV- Pelita VI)
Pada Pelita IV (1984 - 1988) pembangunan sarana air minum mulai dilaksanakan sampai
ke perdesaan Target perdesaan 14 juta jiwa di 3.000 desa. Diawal era 90-an terjadi perubahan
organisasi yang tadinya berbasis sektoral, menjadi berbasis “wilayah”. Dimulai
didengungkannya program KPS (kerjasama pemerintah dan swasta) di sektor air minum,
contohnya mulai digarap Air Minum “Umbulan” Kabupaten Pasuruan sayang belum bisa
terealisir karena adanya kendala “tarif air minum-nya” serta masalah kebijakan Pemda lainnya.
Pembangunan pada periode berikutnya (Pelita VI, 1994 - 1998) merupakan pinjakan
landasan baru bagi pemerintah untuk memulai periode PJP II, akan tetapi krisis moneter yang
berlanjut menjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang disertai dengan pergantian
pemerintahan beberapa kali, telah mempengaruhi perkembangan air minum di Indonesia, banyak
PDAM yang mengalami kesulitan, baik karena beban utang dari program investasi pada tahun-
tahun sebelumnya, maupun akibat dari dampak krisis ekonomi yang terjadi.
Kurun Waktu 1998 - sekarang
Pada tahun terbit Permen OTDA No. 8/2000 tentang Pedoman Sistim Akuntasi PDAM
yang berlaku sampai sekarang. Program WSSLIC I dilanjutkan pada tahun ini dengan nama
WSLIC II (Water and Sanitation for Low Income Community),
Pada tahun 2002 Terbit Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, yang akan menjadikan pedoman dalam
monitoring kualitas air minum yang diproduksi oleh PDAM. Dalam rangka meningkatkan
kinerja PDAM dan pembangunan sistem penyediaan air minum, dilakukan upaya perumusan
kebijakan melalui Komite Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur (KKPPI), untuk
merumuskan kebijakan dan strategi percepatan penyehatan PDAM melalui peningkatan
kerjasama kemitraan dengan pihak swasta/investor.
Dimulai tahun 2004 inilah merupakan tonggak terbitnya peraturan dan perundangan yang
memayungi air minum yaitu dimulai dengan terbitnya UU no 7 Tahun 2004 tentang SDA
(sumber daya air). Setelah 60 tahun Indonesia merdeka ditahun ini Indonesia baru memiliki
peraturan tertinggi disektor air minum dengan terbitnya PP (peraturan pemerintah) No 16 Tahun
2005 tentang Pengembangan SPAM (sistim penyediaan air minum). Dengan dimulainya kembali
pembinaan Air Minum dari yang semula berbasis “wilayah” menjadi berbasis “sektor” lahir
kembali Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Direktorat Pengembangan Air Minum keluarlah
kebijakan “Penyehatan PDAM” yang dimulai dengan dilakukannya Bantek Penyehatan PDAM.
Tahun 2009 adanya gagasan 10 juta SR (Sambungan Rumah) dimana Direktorat Jenderal
Cipta Karya,Dep PU telah menghitung dana yang dibutuhkan sekitar Rp 78,4 trilyun, yang terdiri
dari kebutuhan pembangunan unit air baku 85.000 l/detik sebesar Rp 7,4 trilyun, peningkatan
unit produksi 65.000 l/detik sebesar Rp. 17 trilyun, dan peningkatan unit distribusi dan
sambungan rumag sebesar Rp. 54 trilyun Pembangunan IKK yang telah dimulai kembali tahun
2007 juga dilanjutkan dengan membangun 150an IKK (bp).

C. KENDALA PDAM
Ketersediaan sumber air baku berupa mata air yang biaya operasionalnya paling effisien
semakin sulit diperoleh sehingga untuk peningkatan cakupan pelayanan harus memanfaatkan air
bawah tanah dengan sumur bor atau mengolah air sungai yang biaya operasionalnya lebih mahal.
Investasi pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) cukup besar 150 juta
sampai dengan 200 juta untuk setiap penambahan 1 l/dt dan untuk mendapatkan pembiayaan dari
APBN harus ada dana pendamping dari APBD
Kenaikan harga beberapa komponen biaya seperti BBM, TDL, Bahan Kimia, dan
Pendataan Teknik sangat mempengaruhi biaya operasional penyediaan air minum sehingga harus
diikuti dengan kenaikan tarif.

D. SIFAT DAN TUJUAN PDAM


Berdasarkan Perda Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 1976 pasal 3, dan pasal 4 disebutkan
bahwa sifat dan tujuan didirikan PDAM adalah: (1) Pasal 3 menyebutkan sifat Perusahaan
Daerah Air Minum adalah memberi jasa dan menyelenggarakan manfaat umum, dan (2) Pasal 4
menyebutkan tujuan didirikan PDAM adalah memberi pelayanan air minum bagi seluruh
masyarakat secara adil dan merata serta secara terus-menerus memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Sebagai perusahaan pemberi jasa dan menyelenggarakan manfaat umum yang
sifatnya nirlaba, PDAM tidak seharusnya berorientasi pada keuntungan, melainkan harus
lebih berorientasi pada mutu pelayanan yang berkualitas, mampu menyediakan air dengan mutu
tinggi yang memenuhi syarat-syarat kesehatan (tidak berwarna, dan tidak berbau), kontinuitas,
inovatif, sehingga PDAM dapat mempertahankan diri, dan di masa depan diharapkan dapat
menjadi sebuah perusahaan pemberi jasa yang mandiri, memiliki performanceyang dapat
dipercaya serta dibanggakan oleh masyarakat khususnya Kota Surabaya.
E. VISI PDAM
1.      Memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
2.      Memproduksi dan mendistribusikan air minum berstandart kesehatan.
3.      Mengoptimalkan profesionalisme sumber daya manusia.
4.      Meningkatkan kinerja perusahaan melalui pengelolaan efisien.

F. MISI PDAM
1.      Memberikan pelayanan prima
2.      Memperoleh keuntungan untuk kelangsungan perusahaan
3.      Memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah
4.      Meningkatkan SDM yang profesional
5.      Meningkatkan kesejahteraan pegawai perusahaan
BAB III

PENUTUP

A . KESIMPULAN

1.      Membantu masyarakat dalam kesulitan mendapatkan air bersih

2.      Memanfaatkan sumber air agar dapat digunakan secara optimal

3.      Menambah pendapatan pemerintah daerah

4.      Memberikan lapangan pekarjaan bagi masyarakat sekitar

5.      PDAM sangat berperan untuk memberikan air bersih kepada masyarakat

B . SARAN

1.      Pengelolaan dengan teknologi yang lebih maju

2.      Pendistribusian air kepada masyarakat terus dioptimalkan

3.      Memperbesar volume air yang akan diolah

4.      Mempercepat proses pengelolaan

5.      Lebih memperhatikan kebersihan pengelolaan

6.      Merawat peralatan yang digunakan untuk mencegah kerusakan


DAFTAR PUSTAKA

https://pdampacitan.co.id/

Al-Fatta, Hanif, 2007, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi, Andi Offset, Yogyakarta.

Handayani, Putri, Kurnia, Anteng Widodo, 2015, dalam jurnal dengan judul Analisis dan
perancangan sistem penentuan biaya iklan radio.

Jogiyanto, 2005, ”Analisis dan Desain Sistem Informasi”, ANDI, Yogyakarta.

Keputusan Bupati Kabupaten Kudus Nomor 01 Tahun 2004 tanggal 12 Januari 2004 tentang
Penyesuaian Tarif Air Minum pada PDAM Kabupaten Kudus

Ladjamudin, Al-bahra, 2005, ”Analisis dan Desain Sistem Informasi”, GHARA ILMU,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai