ID Potensi Penerapan Polimer Nanokomposit D
ID Potensi Penerapan Polimer Nanokomposit D
E-mail: asdibyo_as@yahoo.co.id
ABSTRAK
Hingga saat ini bahan yang digunakan untuk kemasan pangan merupakan bahan yang tidak mudah diurai dan
menimbulkan permasalahan terhadap lingkungan. Sifat permeabilitas dan mekanis serta hambatannya yang
rendah terhadap uap dan gas yang dimiliki oleh matriks polimer, telah mendorong ketertarikan dalam strategi
baru untuk mengembangkan perbaikan sifat-sifat tersebut. Penelitian dan pengembangan bahan polimer dengan
cara memadukan bahan pengisi yang tepat, melalui interaksi matriks bahan pengisi dan strategi formula baru
untuk pembuatan polimer nanokomposit mempunyai potensi untuk diterapkan dalam kemasan pangan. Partikel
nano secara proporsional mempunyai luas permukaan lebih besar dibandingkan dengan bentuk skala mikronya,
sehingga lebih sesuai digunakan sebagai matriks bahan pengisi untuk menjaga kinerja bahan nanokomposit
yang dihasilkan. Pada tulisan ini, beberapa potensi penerapan bahan polimer nanokomposit dalam kemasan
pangan telah dibahas, termasuk : bahan nanokomposit untuk kemasan dan teknologi pembuatannya,
nanokomposit tanah liat-polimer sebagai bahan kemasan yang mempunyai sifat penghambat terhadap uap dan
gas yang tinggi, partikel nano perak, dan partikel lain yang berpotensi sebagai antimikroba dalam kemasan
pangan, sebagai integrator dan sensor nano serta sebagai material nanokomposit yang berbasis pengujian
untuk mengidentifikasi dan mendeteksi bahan-bahan yang dianalisis pada produk pangan (misalnya : gas, uap,
dan bakteri patogen penyebab keracunan).
ABSTRACT
Currently materials used for food packaging are generally non-degradable and therefore generating
environmental problems. Inherent permeability of polymeric materials to gases and vapors, and poor barrier and
mechanical properties of biopolymers have boosted interest in developing new strategies to improve those
properties. Research and development in polymeric materials coupled with appropriate fillers, matrix filler
interaction and new formulation strategies to develop forming polymeric nanocomposites have potential
applications in food packaging. Nano-particles have proportionally larger surface area than their microscale,
which favors the filler matrix interaction and the performance of the resulting materials. In this article, several
potential applications of polymeric nanomaterials in food packaging are reviewed, including : nanocomposites for
packaging and its preparation technology, polymer/clay nanocomposites as high barrier packaging materials,
silver and other nanoparticles as potent antimicrobial agents in food packaging, and nanosensor and
nanomaterials based on assays for the detection and identification of food relevant analytes (gases, vapors and
food-borne pathogens) .
PENDAHULUAN
Pada beberapa tahun terakhir ini, yang dihadapi oleh industri pangan untuk
permintaan konsumen terhadap produk pangan meningkatkan jaminan mutu dan keamanan
yang diolah dengan prinsip minimal (minimally pangan. Sebagai konsekuensinya, akhir-akhir ini
processed), mudah disajikan dan/atau siap banyak kegiatan penelitian dan pengembangan
santap (ready-to-eat) dalam keadaan segar, yang dilakukan secara ekstensif oleh industri
serta adanya pengaruh globalisasi perdagangan pangan untuk mengembangkan teknik/teknologi
pangan dan distribusi dari pengolahan yang pengolahan pangan secara non-thermal (tanpa
terpusat merupakan salah satu tantangan utama proses pemanasan) seperti penggunaan
Tabel 1. Teknologi proses pembuatan komposit nano polimer dan sistemnya (*)
Proses Sistem Prosedur
Pelarutan melalui Tanah liat (clay) dengan asam - Digunakan untuk melapis m ateri yang diperkuat dalam polimer
proses penyisipan/ polilaktik, HDPE (High Density yang mengalami penyisipan (interkalasi)
interkalasi prapolimer Poly Ethilene), PVA (Poly - Terutama untuk pelapisan silikat yang mengalami
atau monomer Vynil Acide) penyisipan/interkalasi dengan polimer/prapolimer dalam
pelarutan
- Menggunakan pelarut, dimana senyawa polimer/prapolimer
(mono-mer) dapat larut dan lapisan silikat dapat
menggelembung
Polimerisasi Tanah liat (clay) - Penyarungan lapisan silikat dalam cairan atau larutan
penyisipan secara montmorillorate dengan N6/ monomer sehingga membentuk polimer di antara lembar
alamiah (in situ) Poly Chloro Lactic/Epoksi penyisipan/interkalasi
- Polimerisasi dilakukan dengan panas atau irradiasi, dengan
adanya difusi dari iniator yang sesuai atau dengan suatu
katalis tetap melalui proses pertukaran kation di dalam antar
lapisan, sebelum dilakukan tahap penggelembungan
Penyisipan/interkalasi Montmorillonate dengan poli - Penguatan dan pemanasan campuran polimer dan bahan
secara peleburan stirene, poli propilen, poli vinil pelapis yang digunakan di atas titik pelunakan dari polimer
propelin, tanah liat (clay) Poly secara statis atau di bawah pemotongan;
Vinyl Phenyl Hydroksi (PVPH) - Terjadi difusi ikatan polimer dari pelelehan polimer kamba ke
dalam serambi/bilik di antara kelompok lapisan selama proses
penguatan
Sintesis dalam Baki Tanah liat (clay) Hektorit - Pembentukan secara alamiah (in situ) struktur lapisan materi
(Template) dengan Poly Vinyil Phenyl inorganik dalam larutan/air yang berisi polimer;
Rubber (PVPR), Hectorite - Polimer yang larut dalam air bertindak sebagai tempat
Poly Montmorillonate Clay penampung (baki) untuk pembentukan formasi lapisan-lapisan
(HPMC) ;
- Banyak digunakan untuk sintesis Low Density Hektorit
komposit nano, tetapi masih sedikit digunakan untuk melapisi
silikat.
(*) Sumber : Camargo et al. (2009)
Polimerisasi penyisipan Prosedurnya mudah berdasarkan dispersi - Sulit mengendalikan proses polimerisasi
secara alamiah (in situ) dari bahan pengisi dalam prekursor polimer intra-serambi atau antar bilik ;
- Penggunaan terbatas
Penyisipan dengan cara - Tidak berbahaya terhadap lingkungan ; Terbatas penggunaannya terhadap senyawa
peleburan - Penggunaan polimer tidak sesuai untuk poli-olefin ; yang merepresentasikan
cara lain ; penggunaan terbesar dari polimer
- Cocok/sesuai untuk proses industri
polimer
Metode/cara peleburan atau cara ketiga menyatakan bahwa biostruktur polimer yang
merupakan cara yang biasa (umum) dipakai digabung/dipadu dengan tanah liat nano dapat
sebagai akibat karena kurangnya bahan pelarut mengurangi/meminimisasi atau pembatasan gas
(solvent). Dalam hal ini, pada cara peleburan, atau uap pada lapisan tipis biopolimer.
bahan pengisi komposit nano direaksikan atau Selanjutnya, banyak hasil penelitian lain
disatukan dengan polimer yang sudah dilebur, melaporkan pula bahwa tanah liat nano efektif
lalu dibentuk ke dalam material akhir (Brody et dalam mengurangi gas oksigen untuk masuk ke
al. 2008). dalam kemasan (Koh et al. 2008; Lotti et al.
Informasi secara lengkap dan ringkas 2008) dan permeabilitas uap air (Jawahar dan
tentang metode/cara dan teknologi pembuatan Balasubramanian 2006; Lotti et al. 2008).
sistem polimer berdasarkan komposit nano Polimer nano-komposit tanah liat dilaporkan
disajikan pada Tabel 1; sedangkan keuntungan pula dapat memperbaiki sifat kekuatan mekanis
dan keterbatasan dalam pembuatan senyawa biopolimer (Cyras et al. 2008), membuat
komposit nano polimer menggunakan teknologi komposit nano tanah liat-polimer tersebut
atau cara di atas disajikan pada Tabel 2. menjadi lebih memungkinkan dapat dikerjakan
dengan mudah (Weiss et al. 2006). Manfaat lain
Potensi Penerapan Polimer Nano-Komposit dari polimer nano komposit tanah liat dalam
Dalam Kemasan Pangan kemasan pangan adalah terhadap kinerja
Potensi penerapan polimer nano-komposit berbagai jenis polimer yang lebih baik karena
dalam kemasan pangan sebenarnya cukup luas, adanya partikel nano tanah liat, termasuk
namun secara garis besar pada prinsipnya meningkatnya transisi gelas/glass trancisition
mencakup 4 (empat) hal sebagai berikut : (1) (Peterson dan Oksman, 2006/ serta suhu
Aplikasi komposit nano polimer tanah liat, (2) degradasi thermal polimer (Bertini et al. 2006).
Aplikasi polimer matriks nano-komposit, (3) Karena bahan pengemas dari polimer
Aplikasi polimere nano-komposit sebagai bahan nano-komposit tanah liat biasanya relatif tidak
antimikroba dan (4) Aplikasi polimer nano- mahal untuk diproduksi dalam skala industri;
komposit sebagai alat sensor dan pendeteksi maka telah terdapat sejumlah perusahaan
gas pada kerusakan pangan. industri kemasan yang memproduksi
material/bahan tersebut secara komersial.
Aplikasi Polimer Nano-Komposit Tanah liat Beberapa perusahaan industri tersebut
Aplikasi polimer nano-komposit-tanah liat adalah Nanocor yang menghasilkan beragam
untuk kemasan pangan pertama kali diilhami jenis polimer nano-komposit tanah liat dalam
hasil temuan dan teori yang dikembangkan oleh bentuk pelet; dan terdapat beberapa produk
Nielsen (1967) tentang sistem permeabilitas yang telah bermerk seperti Aegis (Honeywell
pada bahan komposit nano tanah liat-polimer Polymers), Durethan (Lanxess Deutschands),
yang menunjukkan dapat mencapai kurang dari Imperm (Color Matrix Corp.), Tuff (Nylon
1 persen; kemudian diperkuat oleh hasil temuan Corporation of America) dan Nano-seal (Nano
penelitian Adame dan Beall (2009) yang Park Inc.) (Duncan 2011). Bahkan perusahaan
Honey Well Nylon-6 Barrier nylon Tanah liat organik - Manfaat ganda (multipurpose)
(Organoclay) - Botol dan lapisan tipis
Dalam hal ini, sellulosa mikrokristalin dibentuk pangan menarik untuk dikembangkan sejak
dari partikel-partikel sellulosa yang sudah bahan berukuran nano diketahui mempunyai
terhidrolisis dan berisi mikrokristalin dalam nisbah/ ratio perbandingan permukaan terhadap
jumlah yang banyak bersama-sama area tempat isi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan
amorf-nya (Peterson dan Oksman 2006 a). tersebut pada skala usuran mikro. Bahan/
Proses untuk mendapatkan sellulosa material komposit nano secara umum diketahui
mikrokristalin ini dilakukan dengan cara telah digunakan sebagai lapisan tipis
menghilangkan pada bagian area/daerah amorf antimikroba pada kemasan pangan berdasarkan
berdasarkan perusakan oleh asam sehingga penggunaan partikel perak (Ag) yang telah
meninggalkan area kristalin yang kurang mudah diketahui dengan baik sebagai bahan beracun
diakses dalam bentuk kristal-kristal murni yang kuat pada berbagai jenis mikroorganisme
dengan ukuran panjang 200 nm sampai 400 nm (Liau et al. 1997), dengan keunggulan
dan mempunyai ukuran nilai aspek mempunyai stabilitas pada suhu tinggi dan sifat
perbandingan 10 serta derajat polimerisasi volatilitasnya yang rendah (Kumar dan Munstedt
kurang lebih 140 – 400; tergantung pada sumber 2005). Perak atau Argentum (Ag) juga telah
asal sellulosa dan prosedur perlakuannya (Wu lama digunakan sebagai bahan antimikroba
et al. 2007). pada penyimpanan produk makanan dan
Potensi penerapan matriks polimer nano- minuman (Duncan 2011).
komposit yang cukup menarik ádalah dalam Mekanisme polimer nano-komposit
pengembangan kemasan plastik berbasis pati sebagai bahan antimikroba dalam lapisan tipis
untuk produk pangan yang mudah didegradasi untuk kemasan pangan berdasarkan
secara alamiah. Namun, sifat kerapuhan pati penggunaan partikel nano perak (Ag)
memerlukan penggunaan bahan plasticisers digambarkan dalam beberapa keterangan
seperti senyawa polimer poliol yang dapat mekanisme yang berbeda sebagai berikut : (1)
memperbaiki sifat fleksibelitas pati (Azeredo Adanya adhesi pada permukaan sel, dan
2009). Menurur Lima dan Borsali (2004), terjadinya perusakan/ degradasi dari
penambahan serat rambut halus polimer dalam lipopolisakarida sehingga membentuk formasi
sistem pati dapat memperkuat sifat-sifat “pits” didalam membran, lalu meningkatkan sifat
thermomekanis, mengurangi sensitivitas permeabilitas yang lebih besar (Sandi dan
terhadap uap air dan menjaga sifat kemampuan Salopek-Sandi 2004), (2) Adanya penetrasi ke
biodegradasinya. Perbaikan sifat komposit nano dalam sel bakteri lalu merusak DNA bakteri (Li
matriks polimer untuk kemasan pangan dengan et al. 2008), (3) Melepaskan partikel ion Ag+
cara/teknologi penguatan kembali antimikroba sebagai akibat terputusnya/
(reinforcement) serat nano sellulosa telah terlepasnya dari partikel-partikel nano perak
dilakukan pula oleh Svagan et al. (2009). atau Ag (Morones et al. 2005).
Dengan adanya serat-serat kristalin dalam Mekanisme berikutnya ádalah konsisten
komposit nano matriks polimer dapat dengan pendapat/temuan Kumar dan Munstedt
meningkatkan sifat kemampuan turtositas (2005) yang dinyatakan bahwa partikel ion Ag+
(turtoisity) dalam bahan sehingga berdampak yang sudah terlepas dari partikel nano perak
pada lebih lambatnya proses diffusi dan dapat bereaksi dengan gugus/kelompok thiol
akhirnya lebih menurunkan sifat dalam senyawa protein, sehingga menyebabkan
permeabilitasnya (Sanchez-Garcia et al. 2008). bakteri menjadi terinaktifasi, mengalami
kondensasi molekul DNA dan kehilangan
Aplikasi Polimer Nano-Komposit Sebagai kemampuan untuk bereplikasi (Emamifar et al.
Bahan Antimikroba 2010). Beberapa mekanisme aktifitas
Potensi penerapan polimer nano-komposit antimikroba dari bahan komposit nano dapat
sebagai bahan antimikroba dalam kemasan dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Beberapa mekanisme aktifitas antimikroba yang digunakan oleh bahan komposit nano (Sumber:
Emamifar, 2010)