Kelompok 3 - Komoditas Kakao
Kelompok 3 - Komoditas Kakao
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh
Kelompok 3 :
TIP B -2019
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang, Kami Panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas laporan tentang identifikasi teknologi pengolahan produk dari
kakao, mata kuliah teknologi pengolahan agroindustri.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak dan sumber-sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi para pembaca.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Kakao adalah (Theobroma cacao L.) salah satu hasil perkebunan terbaik di
indonesia yang memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian nasional,
karena perkebunan kakao mampu menyediakan lapangan pekerjaan, sumber
pendapatan dan salah satu penyumbang devisa negara terbesar dibidang
perkebunan. Kakao merupakan salah satu bahan baku pembuatan coklat, coklat
dengan kandungan kakao (biji coklat) lebih dari 70% memiliki manfaat untuk
kesehatan, karena coklat kaya akan kandungan antioksidan yaitu fenol dan
flavonoid. Dengan adanya antioksidan, akan mampu untuk menangkap radikal
bebas dalam tubuh. Besarnya kandungan antioksidan ini bahkan 3 kali lebih banyak
dari teh hijau, minuman yang selama ini sering dianggap sebagai sumber
antioksidan. Dengan adanya antioksidan, membuat coklat menjadi salah satu
minuman kesehatan. Fenol, sebagai antioksidan mampu mengurangi kolesterol
pada darah sehingga dapat mengurangi risiko terkena serangan jantung juga
berguna untuk mencegah timbulnya kanker dalam tubuh, mencegah terjadinya
stroke dan darah tinggi (BPTP Sulawesi Tenggara, 2011).
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kakao
Theobroma cacao adalah nama biologi yang diberikan pada pohon kakao
oleh Linnaeus pada tahun 1753. Tempat alamiah dari genus Theobroma adalah di
bagian hutan tropis dengan banyak curah hujan, tingkat kelembaban tinggi, dan
teduh (Spillane, 1995). Sistematika tanaman kakao secara lengkap adalah sebagai
berikut.
Divisi: Spermatophyta
Subdivisi: Angiospermae
Kelas: Dicotyledoneae
Bangsa: Malvales
Famili: Sterculiaceae
Genus: Theobroma
1. Jenis Criollo, yang terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika
Selatan. Jenis ini menghasikan biji kakao yang mutunya sangat baik dan
dikenal sebagai kakao mulia. Jenis kakao ini terutama untuk blending dan
banyak dibutuhkan oleh pabrik-pabrik sebagai bahan pembuatan produk
cokelat yang bermutu tinggi. Saat ini bahan tanam kakao mulia banyak
digunakan karena produksinya tinggi serta cepat sekali mengalami fase
generative.
2. Jenis Forastero, banyak diusahakan diberbagai negara produsen cokelat dan
menghasilkan cokelat yang mutunya sedang atau bulk cacao, atau dikenal
juga sebagai ordinary cacao. Jenis Forastero sering juga disebut sebagai
kakao lindak. Kakao lindak memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih
baik, relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
3. Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hibrida dari jenis Criollo dan
Forastero secara alami, sehingga kakao ini sangat heterogen. Kakao jenis
Trinitario menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cacao dan ada yang
termasuk bulk cacao. Jenis Trinitario antara lain hybride Djati Runggo (DR)
dan Uppertimazone Hybride (kakao lindak).
1. Panen
Panen adalah proses awal penentuan kualitas biji kakao kering. Buah kakao
yang belum siap panen akan memberikan rendemen dan kualitas biji yang
rendah. Kematangan buah kakao ditandai dengan adanya perubahan warna kulit
kakao mencapai dua pertiganya dan apabila buah kakao digoyangkan, maka
akan terdengar biji kakao terkoyak.
Sortasi buah kakao disebut juga sortasi basah atau sortasi kebun. Sortasi ini
dilakukan sebelum pemecahan buah dan pengambilan biji dari dalam buah.
Sortasi ini bertujuan untuk menseleksi atau memisahkan buah kakao menjadi
dua kelompok besar yaitu buah yang sehat dan masak optimal dengan yang
tidak atau kurang sehat dan belum masak optimal (seperti: diserang ulat buah,
salah petik, dimakan tupai, dsb).
Pemecahan buah kakao bertujuan untuk mengambil biji dari dalam buah.
Alat pemecahan buah kakao disarankan menggunakan kayu atau bahan yang
tidak terbuat dari besi dan bersisi tumpul. Hal ini untuk menghindari luka pada
biji kakao yang menyebabkan kualitas biji kakao kering turun. Luka biji kakao
yang disebabkan oleh besi dan benda tajam mengakibatkan biji kakao segar
berwarna coklat hitam. Ini dikarenakan sifat besi sebagai katalisator apabila
kontak dengan senyawa polifenol pada biji kakao.
Proses seleksi atau pemilahan biji kakao sangat menentukan input sebelum
proses pemeraman atau fermentasi. Input yang baik akan memberikan hasil dan
kualitas yang baik dan persentase rendemen yang tinggi.
8. Pengeringan
Sebelum dikemas, biji kakao yang telah kering dan mencapai kadar air yang
ditetapkan, maka biji kakao perlu didiamkan/dihampar (tempering) untuk
menetralkan suhu didalam biji dengan suhu ruangan selama semalam atau
menyesuaikan dengan kelembaban relatif udara sekitar. Kemudian dilakukan
seleksi dan pengkelasan biji kakao yang baik dengan yang kurang baik sesuai
dengan ukuran dan tampilan visualnya. Pengkelasan mutu biji kakao ini telah
diatur di dalam SNI biji kakao 2323-2008.
10. Pengemasan dan Penyimpanan
Pengemasan biji kakao sebaiknya dilakukan setelah biji dingin dengan
menggunakan plastik PP (Poly Prophylene) dengan tebal 0,8 mm atau dapat
menggunakan karung goni/bagor yang bersih. Kemasan ditutup rapat untuk
menjaga kontaminasi dari serangga dan kotoran serta untuk mempertahankan
kadar air biji kakao. Biji kakao yang telah difermentasi dan dikeringkan hingga
kadar air < 7,5%, biasanya mengalami penyimpanan selama 9 sampai 12 bulan
di wilayah tropic .
2.2 Varietas kategori dan pemeliharaan tanaman kakao
1. Varietas
a. Criolo (Fine cocoa atau kakao mulia)
b. Forastero
b. Penyiangan
c. Pemupukan
d. Penyiraman
1. Tanah/Lahan
a. Tinggi tempat tanaman Kakao dapat tumbuh sampai ketinggian
tempat maksimum 1200 mdpl, ketinggian tempat optimum adalah 1-
600 mdpl.
b. Topografi kemiringan lereng maksimum 40°C.
c. Hidrologi Tanaman kakao sangat sensitif bila kekurangan air,
sehingga tanahnya harus memiliki penyimpanan/ketersediaan air
maupun saluran (drainase) yang baik.
d. Sifat fisik tanah Solum > 90 cm tanpa ada lapisan padas, Tekstur
lempung liat berpasir komposisi pasir 50%, debu 10 - 20%, liat 30 -
40%. Konsistensi gembur sampai agak teguh dengan permeabilitas
sedang sampai baik, kedalaman air tanah minimal 3 m. Kakao
memerlukan tanah dengan struktur kasar yang berguna untuk
memberi ruang agar akar dapat menyerap nutrisi yang diperlukan
sehingga perkembangan sistem akar dapat optimal.
e. Sifat kimia tanah Sifat kimia dari tanah bagian atas merupakan hal
yang paling penting karena akar-akar akan menyerap nutrisi.
Kemasaman tanah (pH) optimum 6.0—6.75, Kakao tidak tahan
terhadap kejenuhan Al tinggi, Kejenuhan basa minimum 35%, kalsit
(CaCO3) dan gips (CaSO2) masing-masing tidak boleh lebih dari
1% dan 0.5%, KTK top soil: 12 me/100 g, KTK sub soil: 5 me/100
g, KTK Mg:20 me/100 g, dan kandungan bahan organik > 3%.
f. Letak Lintang : 200 LU - 200 LS g. Jenis tanah sesuai pada tanah
regosol, sedangkan tanah latosol kurang baik.
2. Iklim
a. Curah hujan Curah hujan merupakan unsur iklim terpenting.
Pepohonan sangat sensitif terhadap kadar air. Curah hujan yang
dibutuhkan harus tinggi dan terdistribusi dengan baik sepanjang
tahun. Tingkat curah hujan yang baik per tahun berkisar antara 1500
mm – 2500 mm. Curah hujan saat musim kemarau sebaiknya lebih
kurang dari 100 mm per bulan dan tidak lebih dari tiga bulan.
b. Temperatur Temperatur maksimum 300 -320 C, minimum 180 -210
C, dan temperatur optimum 26.60 C.
c. Sinar matahari intensitas 75% dari cahaya penuh pada tanaman
dewasa, 50% pada tanaman muda, dan 25% di pembibitan.
d. Kelembaban > 80% e. Kecepatan angin ideal 2-5 m/detik akan
sangat membantu dalam penyerbukan.
3. Perkembangbiakan
a. Stek
Pohon dipotong antara 2 atau 5 daun dan 1 atau 2 pucuk. Dedaun
dipotong setengah dan potongan tadi ditanam di pot dengan ditutupi
lembaran polythene hingga akar mulai tumbuh.
b. Penyilangan
Pucuk dipotong dari pohon dan ditempel dibawah kulit kayu di
pohon lain. Potongan tadi kemudian diikat dengan tali rapia dan
plester lilin yang terbuat dari plastik bening untuk mencegah
hilangnya kelembaban. Bila pucuk mulai tumbuh maka pohon tua
yang terletak diatas harus dipotong.
c. Cangkok
Kulit kayu diambil potongannya kemudian ditutupi dengan serbuk
kayu dan sehelai polythene. Area tadi akan memproduksi akarakar
dan batang dapat dipotong untuk kemudian ditanam.
4. Panen
Buah kakao dapat dipanen apabila terjadi perubahan warna kulit pada
buah yang telah matang. Sejak fase pembuahan sampai menjadi buah dan
matang, kakao memerlukan waktu sekitar 5 bulan. Buah matang dicirikan
oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang lepas dari kulit bagian dalam.
Bila buah diguncang, biji biasanya berbunyi. Keterlambatan waktu panen
akan berakibat pada berkecambahnya biji di dalam.
Terdapat tiga perubahan warna kulit pada buah kakao yang menjadi
kriteria kelas kematangan buah di kebun-kebun yang mengusahakan kakao.
Secara umum kriteria tersebut tersaji pada Tabel.
1. Pertumbuhannya cepat,
2. Berbuah setelah dua tahun,
3. Bentuk buah panjang,
4. Sebagian besar buahnya berwarna hijau,
5. Mas panen sepanjang tahun, dan
6. Tahan terhadap penyakit VSD (Vascular Steak Dieback) (Sunanta,
1992).
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
2. Morfologi Tanaman
Tanaman ini pada garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu
bagianvegetatif yang meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif
yangmeliputi bunga, buah dan biji (Lukito, 2010).
a. Akar
b. Batang
c. Daun
d. Bunga
PEMBAHASAN
Coklat bubuk atau cocoa powder terbuat dari bungkil/ampas biji coklat yang
telah dipisahkan lemak coklatnya. Bungkil ini dikeringkan dan digiling halus
sehingga terbentuk tepung coklat. Coklat bubuk ada 2 jenis, yang pertama melalui
proses natural dan yang kedua melalui proses dutch. Cocoa natural sedikit asam,
sedangkan cocoa dutch warnanya lebih gelap dan coklatnya lebih lembut. Cocoa
proses dutch lebih disukai untuk membuat coklat panas karena aromanya lebih
lembut. Kebanyakan coklat bubuk yang dijual dipasaran adalah jenis cocoa natural.
Coklat bubuk natural dibuat dari bubur coklat atau balok coklat pahit, dengan
menghilangkan sebagian besar lemaknya hingga tinggal 18-23%. Coklat jenis ini
berbentuk tepung, mengandung sedikit lemak, dan rasanya pahit. Banyak sekali
yang menggunakan coklat bubuk jenis ini sebagai bahan campuran untuk membuat
kue.
Diagram Alir Pembuatan Cokelat Bubuk :
Cokelat proses dutch , atau cokelat Dutched, adalah cokelat yang sudah
diberi perlakuan dengan menambahkan larutan alkali untuk memodifikasi warna
dan memberikan rasa lebih ringan dibandingkan dengan "cokelat natural"
diekstraksi dengan proses Broma. Ini menjadi dasar untuk banyak coklat modern,
dan digunakan dalam es krim, cokelat panas, dan pembuatan kue. Pra Rencana
Pabrik Pengolahan Biji Kakao Menjadi Cokelat Bubuk Dan Lemak Cokelat.
Cokelat (cocoa) natural dibuat dari bubuk cokelat atau balok cokelat pahit,
dengan menghilangkan sebagian besar lemaknya hingga tinggal 18-23%. Bahkan
kini sudah ada pula produk cocoa bebas lemak, dan rasanya pahit. Cukup banyak
jenis kue yang diolah dengan campuran cokelat jenis ini. Kebanyakan merek
cokelat di pasaran adalah cocoa natural.
3. Penyaringan (Roasting)
4. Pengelupasan biji
Komponen biji kakao yang berguna untuk bahan pangan adalah daging
biji (nib), sedangkan kulit biji merupakan limbah yanng saat ini banyak
dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak (Mulato, dkk, 2005). Sebab,
adanya shell atau kulit yang terikut dalam produk cokelat akan memberikan
flavor inferior (Beckett, 1994). Oleh karena itu kulit biji perlu dikupas
sehingga terpisah antara kulit dengan daging biji kakao (nib kakao).
5. Pengepresan
Lemak kakao dikeluarkan dari biji kakao dengan cara dikempa atau di-
press. Karena tekanan hidrolik, lemak akan terpisah dari pusat dan keluar
dari saringan lewat dinding tabung dalam fase cair berwarna putih
kekuningan dan mempunyai bau khas cokelat.
6. Pengayakan
Nama Proses
Parameter
Proses Dutch Proses Konvensional
Kondisi Operasi :
lembut. Aromanya
Aroma
lembut Rasanya cenderung
Warna pahit.
Lebih gelap
Aromanya kasar
pH (kadar keasaman)
Rendah (6,5 – 8,1)
Lebih terang
Tinggi (5,2 – 5,9)
(Romalawati, 2012)
Merupakan lemak padat dengan titik leleh 32-35oC, berwarna kuning terang
yang diperoleh dari biji kakao atau Theobroma Cacao. Cocoa butter bersifat keras
dan rapuh di bawah suhu ruang, tetapi ketika dimakan cocoa butter meleleh
sempurna di mulut dengan tekstur yang lembut. Oleh karena itu, dalam industri
konfeksioneri, terutama produk-produk berbasis coklat, cocoa butter merupakan
bahan baku penting yang berkontribusi terhadap sifat-sifat tekstural dan sensori
produk. (Sokopitojo, 2008).
b. Alkalisasi (Alkalization)
c. Penyaringan
Pasta cokelat dikenal sebagai chocolate paste atau chocolate mass yang
merupakan produk sekunder berbahan baku biji kakao. Pasta cokelat atau cocoa
mass dibuat dari daging biji kakao kering (nib) melalui beberapa tahapan proses
pelumatan untuk mengubah biji kakao kering menjadi bentuk pasta. Hasil penelitian
Suprapti et al (2011) menunjukkan bahwa penyangraian sangat berpengaruh
terhadap kandungan polifenol pasta kakao non fermentasi. Semakin tinggi suhu
penyangraian, semakin rendah kadar polifenol pasta kakao yang dihasilkan.
a. Penyangraian
b. Pengayakan (Winnowing)
c. Penggilingan (Broyage)
d. Pengadukan (Stiring)
Cairan cokelat kental yang berbentuk pasta ini lalu diberi gula, susu atau
bahan pencampur lainnya untuk menambah cita rasa cokelat lalu cocoa
liquor akan diekstrak untuk mendapatkan kakao bermassa padat (cocoa
presscake) dan lemak coklat (cocoa butter).
e. Tempering
Proses Pembuatannya dibagi menjadi 2, yaitu proses pembuatan larutan soda api
dan proses pembuatan sabun kakao.
Kulit buah kakao belum dimanfaatkan secara optimal bahkan sebagian besar
masih merupakan limbah perkebunan kakao karena hanya dikumpulkan pada
lubang kemudian ditimbun. Limbah tersebut menjadi suatu masalah yang serius
yaitu menimbulkan penyakit inokulum yang signifikan bila digunakan sebagai
pupuk kompos pada tanaman dan bersifat toksik bila digunakan sebagai pakan
ternak. Untuk itu perlu dicari cara pemanfaatan kulit buah kakao yang lebih efisien
dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Puslitkoka, 2005).
Berikut merupakan cara pembuatan makser gel kulit kakao (Ufla dkk, 2019)
a. Timbangan analitik
b. Gelas ukur
c. Batang pengaduk
d. Corong
e. Erlenmeyer
f. Spatula
g. Kaca arloji
h. Cawan penguap
i. Spektofotometer UV-Vis
j. Rotary evaporator
k. pH meter
a. aquades
b. aseton
c. etanol
d. DPPH (1,1- Diphenyl-2 PicriHidrazyl)
e. Ekstrak kulit kakao
f. Metil paraben
g. Propil paraben
h. Propilen glikol
i. Gliserin
j. CMC
Sampel yang digunakanyaitu kulit buah kakao yang telah masak dipetik dari
perkebunan di Kabupaten Lampung Timur ProvinsiLampung, kemudian dipotong
secara melintang dan dikeluarkan bijinya menggunakan tangan. Selanjutnya kulit
buah kakaodipotong-potong kecil, lalu diangin-anginkan hingga keringsempurna,
ditimbang bobotnyasebanyak 800 gram kemudian diekstraksi dengan cara maserasi
menggunakan pelarut aseton. Setelah itu masing-masing disaring, kemudian
dirotarievaporator sampai diperolehekstrak kental.
CMC 1 viskositas
Propilenglikol 15 Humektan
Gliserin 10 Humektan
Etanol 15 Pelarut
Proses Pembuatan:
Tabel Hasil Evaluasi Fisika Sediaan Masker Gel Ekstrak Kulit Kakao
Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kakao
kering yang tidak difermentasi dari buah kakao yang diperoleh dari Kabupaten
Luwu Provinsi Sulawesi Selatan; madu lebah diperoleh dari tempat penangkaran
lebah di Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara.
Konsentrasi ekstrak methanol biji kakao non fermentasi : madu lebah pada
formula krim A adalah 2,34%: 1,56% dan pada formula krim B adalah ekstrak
methanol biji kakao non fermentasi: madu lebah adalah 1,56% : 2,34%. Bahan-
bahan fase minyak dilebur di atas penangas air (waterbath) hingga suhu mencapai
70o C. Saat mencapai suhu 70o C ditambahkan propil paraben dan tetap berada
dalam waterbath dengan suhu konstan 70o C.Pada waterbath yang lain dipanaskan
bahan-bahan fase air hingga mencapai suhu 70o C. Saat mencapai suhu 70o C
ditambahkan propilen glikol dan metil paraben dengan tetap mempertahankan suhu
70o C. Krim wajah dibuat dengan cara bahan-bahan fase minyak dituangkan sedikit
demi sedikit ke dalam bahan-bahan fase air sambil diaduk dengan mixerdengan
tetap mempertahankan suhu waterbath 70o C.
Setelah bahan-bahan fase minyak seluruhnya telah dituang ke dalam fase air
dilanjutkan dengan menambahkan novemmer sebagai jembatan antara fase minyak
dengan fase air. Pada saat novemmer telah ditambahkan, penangas air (waterbath)
dimatikan, dan tetap terus di mixer. Pada saat mencapai suhu 45o C ditambahkan
komponen aktif (ekstrak methanol biji kakao non fermentasi dan madu lebah) serta
parfum dan tetap terus di mixer hingga dihasilkan produk krim wajah.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Hasni Hasan, N., 2008. Pembuatan Alas Bedak Rose (Tidak Dipublikasikan)
Laboratorium Terpadu Program Profesi Apoteker. Fakultas Farmasi Unhas,
Makassar.
Jinap, S.; W.I. Wan Rosli; A.R. Russly & L.M. Nurdin (1998). Effect of roasting
time and temperature on volatile components profile during nib roasting of
cocoa beans (Theobroma cacao). Journal of the Science and Food
Agriculture, 77, 441– 448.
Jinap, S., P.S. Dimick, and R. Hollender. 1998. Flavour Evaluation of Chocolate
Formulated from Cocoa Beans from Different Countries. Food Control Vol.
6(2): 105-110
Lukito, A.M., Y. Mulyono, I. Tetty, Hadi dan R. Nofiandi. 2010. BudidayaKakao.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jakarta.