Anda di halaman 1dari 26

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
Terjemahan Jurnal
Perawatan Gigi pada Anak Selama dan Pasca Era COVID-19: Perubahan
dan Tantangan ke Depan
(Paediatric dental care during and post-COVID-19 era: Changes and challenges ahead)

OLEH:

Nama : Sultan Iskandar Majid


NIM : J014201090
Pembimbing :
Sumber : Pediatric Dental Journal 2021;31(1):33-42

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
Perawatan Gigi pada Anak Selama dan Pasca Era COVID-19: Perubahan
dan Tantangan ke Depan

Abstrak
Latar Belakang: COVID-19 adalah sebuah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus ini ditularkan melalui droplet
pernapasan dan kontak fisik dari permukaan yang terkontaminasi ke mukosa. Rute transmisinya
telah menyebabkan tantangan yang signifikan dalam dunia medis dan perawatan gigi.
Tujuan: Artikel ini bertujuan untuk meninjau literatur dan informasi yang tersedia tentang
penyediaan perawatan gigi anak selama dan pasca-pandemi dan untuk memberikan rekomendasi
khusus tentang penyediaan perawatan gigi anak yang aman.
Hasil: Anak-anak yang terinfeksi SARS-CoV-2 tidak memiliki gejala COVID-19 atau hanya
berupa gejala ringan dan merupakan vektor potensial dalam penyebaran penyakit. Perawatan gigi
rutin ditangguhkan di banyak negara karena meningkatnya risiko infeksi silang dalam praktik
kedokteran gigi. Hanya perawatan gigi darurat yang disediakan untuk kondisi yang mendesak.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengembalikan perawatan gigi secara bertahap pada pasien anak
dan menjaga kesehatan mulut mereka dengan baik. Untuk mengontrol penularan penyakit dan
menjaga kesehatan mulut pada populasi, diterapkan teknik intervensi minimal yang mampu
mengurangi atau menghilangkan pembentukan aerosol, ditambah tindakan pencegahan kesehatan
mulut yang komprehensif harus dipraktikkan untuk menjaga keselamatan praktik kedokteran gigi
di masa yang belum pernah terjadi sebelumnya ini.
Kesimpulan: Pedoman pengendalian infeksi yang kuat harus diterapkan di klinik gigi untuk
meminimalkan risiko infeksi dan untuk memastikan keselamatan pasien dan staf selama
pandemi. Tiga tingkat perawatan preventif harus dilakukan untuk mencegah penyakit mulut dan
meningkatkan kesehatan mulut anak-anak di era COVID-19 ini. Perawatan harus diprioritaskan
pada pasien dengan kebutuhan mendesak dan prosedur yang menghasilkan aerosol harus lebih
diminimalkan.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Peristiwa Covid-19
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 adalah strain
ketujuh dari keluarga coronaviridae yang ditemukan. Epidemi COVID-19 pertama kali
dilaporkan pada Desember 2019 di Wuhan, Cina ketika ada sekelompok pasien yang datang
dengan pneumonia atipikal. Virus ini telah menyebar dengan cepat di dunia. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan COVID-19 sebagai bencana darurat kesehatan
masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC) pada 30 Januari 2020 dan mencirikan
wabah tersebut sebagai pandemi global pada 11 Maret 2020 [1]. Pada 24 Oktober 2020, SARS-
CoV-2 telah menginfeksi lebih dari 42 juta orang dengan lebih dari 1,1 juta kematian di lebih
dari 200 negara sejak kemunculannya [2]. Mutasi SARS-CoV-2 yang meningkatkan infektivitas
dan reinfeksi COVID-19 pada pasien yang sehat juga telah dilaporkan [3,4]. Hal ini
menimbulkan kekhawatiran bahwa COVID-19 dapat terus beredar di antara populasi dan dapat
menjadi virus endemik lain di komunitas kita.
1.2 Manifestasi Klinis Covid-19
Berdasarkan literatur yang tersedia hingga saat ini, masa inkubasi rata-rata COVID-19
adalah sekitar 5-6 hari, dengan 99% kasus tidak melebihi 14 hari setelah terpapar [5,6]. Oleh
karena itu, orang yang berpotensi terpapar virus harus menjalani observasi medis dan karantina
minimal 14 hari. Virus ini mengikat reseptor host angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2),
yang merupakan membran protein tipe 1 yang diekspresikan oleh sel epitel yang biasa ditemukan
di paru-paru, usus, ginjal, dan pembuluh darah. Sel paru-paru lebih rentan terhadap serangan
COVID-19 karena memiliki jumlah reseptor ACE2 yang tinggi [7].
Tanda dan gejala klinis COVID-19 dikategorikan menjadi asimtomatik, ringan, berat, dan
kritis. Mayoritas pasien dengan COVID-19 mewakili kasus yang relatif ringan. Penderita bisa
mengalami demam, batuk kering, sakit tenggorokan, sesak napas, malaise dan mialgia. Banyak
pasien juga melaporkan kehilangan indera perasa atau penciuman. Tanda dan gejala yang kurang
umum juga dapat terjadi, seperti kebingungan, diare, muntah, konjungtivitis, sakit kepala, ruam
pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau kaki [9,10]. Seperempat hingga sepertiga
pasien COVID-19 dapat mengalami komplikasi serius, seperti sindrom gangguan pernapasan
akut, aritmia, dan syok. Untuk pasien parah dan kritis, mereka memiliki gejala yang jelas dan
memerlukan rawat inap di fasilitas kesehatan yang diperuntukkan bagi pasien COVID-19.
Beberapa dari mereka bahkan mungkin memerlukan perawatan intensif. Orang yang lebih tua (di
atas 65 tahun) dan orang yang memiliki penyakit sistemik, terutama penyakit yang berhubungan
dengan sistem pernapasan, kanker, obesitas, dan sistem imunitas yang lemah memiliki risiko
yang lebih tinggi dan prognosis yang lebih buruk.
Sementara gejala COVID-19 pada anak--anak cenderung muncul dengan gejala yang lebih
ringan atau bahkan asimptomatik [11,12]. Anak-anak memiliki manifestasi yang lebih ringan
karena mereka memiliki lebih sedikit reseptor ACE2 untuk SARS-CoV-2 [13]. Gejala yang
paling sering dilaporkan pada anak-anak termasuk demam, batuk, rinore, sakit tenggorokan,
diikuti muntah, diare, dan sakit perut. Beberapa anak yang terinfeksi berkembang dengan respon
inflamasi yang mirip dengan penyakit langka pada anak yaitu penyakit Kawasaki [14]. Bayi dan
anak-anak dengan kondisi komorbiditas dasar mungkin berisiko lebih tinggi untuk komplikasi
parah [8]. Kematian telah dilaporkan pada anak-anak dengan COVID-19 tetapi angkanya masih
sangat jarang. Anak-anak mewakili sebagian kecil dari kasus COVID-19 yang dikonfirmasi.
Hanya 1-5% dari infeksi yang dilaporkan di Cina, Italia dan Amerika Serikat terjadi pada orang
di bawah 18 tahun [7,15,16].
1.3 Transmisi Covid-19
COVID-19 ditularkan melalui droplet, aerosol, maupun kontak fisik langsung. SARS-
CoV-2 paling banyak ditemukan di daerah nasofaring dan sekresi saliva pada individu yang
terinfeksi. Ketika orang yang terinfeksi mengalami batuk, bersin atau berbicara, droplet ini dapat
menginfeksi orang lain melalui kontak langsung, atau membentuk aerosol [17]. Beberapa pasien
COVID-19 mungkin adalah carrier tanpa gejala atau hanya dengan gejala ringan, tetapi mereka
masih dapat bertindak sebagai vektor yang secara tidak sengaja menyebarkan virus ke orang lain
di komunitas. Anak-anak yang biasanya tidak memiliki infeksi atau yang hanya bergejala ringan
dapat menjadi vektor penyebaran COVID-19 tanpa disadari. Infeksi juga dapat terjadi dengan
menyentuh permukaan yang terinfeksi dan kontak langsung dengan mata, hidung atau mulut,
yang dapat beretensi selama beberapa jam hingga beberapa hari secara natural [18,19]. Virus
memiliki masa inkubasi yang lama dan dapat dideteksi pada permukaan dari jam ke hari
tergantung pada sifat permukaan [19].
1.4 Setting Dental dan Covid-19
Praktisi gigi telah menghadapi tantangan dalam memberikan perawatan kepada pasien
sejak mewabahnya COVID-19, seperti semua praktisi kesehatan lainnya di seluruh dunia.
Kondisi kerja khusus para praktisi gigi termasuk jarak dengan pasien, intensitas menangani
cairan tubuh dan penggunaan instrumen penghasil aerosol menjadikan klinik gigi sebagai area
potensial penularan COVID-19. Kebanyakan prosedur gigi melibatkan penggunaan high speed-
handpiece atau low speed-handpiece, surgical handpiece, three way syringe (spuit udara/air),
scaler ultrasonik, perangkat air polishing, dan laser. Prosedur penghasil aerosol (AGP) ini
(menggunakan udara, air, dan pemotongan abrasif) menghasilkan sejumlah besar tetesan aerosol
dan percikan dari cairan tubuh pasien termasuk sekresi pernapasan, air liur, dan darah. Aerosol
dapat bertahan di udara setidaknya selama 30 menit setelah prosedur perawatan gigi dan dapat
dihirup oleh orang-orang di sekitar meskipun peralatan vakum gigi digunakan. Patogen penyakit
yang ditularkan melalui udara seperti wabah pneumonia, campak, TBC, dan influenza dapat
dibawa dan ditularkan melalui aerosol [20]. Sebuah penelitian menemukan bahwa SARS-CoV-2
dapat tetap hidup dalam aerosol hingga 3 jam setelah menjadi aerosol dan mendarat di
permukaan hingga 72 jam [19]. Dengan demikian, diyakini bahwa COVID-19 dapat bertahan di
udara dan ditularkan melalui jalur udara juga.
SARS-CoV-2 dapat ditemui pada saliva, pernapasan bagian atas dan spesimen nasal dari
pasien yang terinfeksi baik simtomatik atau asimtomatik. Prosedur penghasil aerosol dapat
membuat saliva menjadi aerosol dan menyebabkan kontaminasi udara dengan patogen. Aerosol
dan tetesan droplet yang dihasilkan kemudian dapat menyebar dengan cepat dalam kondisi
klinik. Aerosol yang terkontaminasi dengan SARS-CoV-2 dapat bertahan di permukaan seperti
kursi dental, lampu dental, spittoon, dan instrumen dental selama beberapa jam, atau bahkan
hingga beberapa hari, khususnya jika tidak dilakukan tindakan desinfeksi yang tepat.
Penggunaan peralatan suction volume tinggi dan ruangan bertekanan negatif menjadi penting
untuk menghilangkan udara yang terkontaminasi sekaligus mengontrol arah aliran udara.
Profesional dental berada pada tingkatan risiko tinggi infeksi silang COVID-19 bukan
hanya karena aerosol yang dihasilkan dari prosedur dental. Mereka bekerja dalam jarak dekat
dengan pasien (~50 cm dari mulut pasien) dan terpapar sembilan kali lebih banyak droplet dan
aerosol dibandingkan dengan jarak sosial biasa yaitu 1,5 m. Potensi penyebaran infeksi dari poli
gigi ke masyarakat juga dapat terjadi apabila terjadi kesalahan penanganan material dari
pasien/staf yang terinfeksi, seperti limbah terkontaminasi atau cetakan gigi [21]. Untuk
meminimalkan risiko infeksi COVID-19, hanya pasien dengan kondisi darurat yang dirawat
selama beberapa bulan pertama saat pandemi di banyak bagian dunia. Perawatan gigi elektif dan
segera baru-baru ini dilanjutkan di negara-negara di mana COVID-19 dibatasi.
1.5 Kesehatan gigi anak dan COVID-19
Wabah COVID-19 menghadirkan beragam tantangan yang belum pernah terjadi
sebelumnya bagi dokter gigi anak. Sulit untuk memastikan status infeksi pada anak-anak. Anak-
anak yang terinfeksi sebagian besar tidak menunjukkan gejala atau hanya dengan manifestasi
ringan COVID-19 dan mereka dapat bertindak sebagai vektor dalam penularan penyakit di
masyarakat [22-24]. Selain itu, anak-anak yang tidak kooperatif mungkin menangis atau
berteriak selama perawatan. Hal ini bisa menghasilkan aerosol yang lebih alami jika
dibandingkan dengan perawatan pada orang dewasa. Perawatan gigi di bawah sedasi atau
anestesi umum di ruang operasi selama pandemi juga berkurang secara signifikan untuk
meringankan beban sistem kesehatan [25].
Pada kondisi pandemi COVID-19, memastikan keamanan dalam praktik kedokteran gigi
dan melindungi kesehatan praktisi, pasien dan masyarakat adalah hal yang sangat penting.
Semua tenaga kesehatan gigi harus tetap update tentang pandemi COVID-19. Tindakan
pengendalian infeksi yang ketat dan efektif harus dilakukan setiap saat selain kewaspadaan
universal standar untuk meminimalkan risiko paparan SARS-CoV-2 dan infeksi silang dalam
praktik kedokteran gigi. Praktisi harus memiliki persediaan alat pelindung diri (APD) yang
memadai untuk melindungi diri mereka sendiri dan pasien. Beberapa perubahan dalam tata letak
praktik dan proses perawatan gigi diperlukan untuk menyelaraskan dengan ukuran jarak fisik.
Makalah ini mengulas dan merangkum pedoman dan protokol yang tersedia tentang pemberian
perawatan gigi kepada pasien anak dalam memerangi COVID-19 atau wabah infeksi apa pun.
2. Tindakan yang direkomendasikan terkait perawatan kesehatan gigi anak selama
COVID-19
Pedoman pemberian perawatan gigi selama COVID-19 atau wabah infeksi harus
mencakup tindakan administratif, pendidikan dan pelatihan pencegahan infeksi, keselamatan
petugas kesehatan gigi, evaluasi program, kebersihan tangan, alat pelindung diri (APD),
kebersihan pernapasan/etika batuk, keselamatan benda tajam, praktik penyuntikan yang aman,
sterilisasi dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan perawatan pasien, pencegahan dan
pengendalian infeksi lingkungan, dan kualitas air dental unit. Berdasarkan informasi dan bukti
ilmiah yang tersedia tentang COVID-19, World Health Organization (WHO), Centers for
Disease Control and Prevention (CDC), American Association of Pediatric Dentists (AAPD),
Australian Dental Association (ADA) dan beberapa otoritas lainnya telah membuat rekomendasi
dan pedoman untuk penyediaan perawatan gigi selama wabah infeksi [26-28].
2.1 Rekomendasi tentang tindakan perlindungan pribadi terhadap COVID-19
Tindakan perlindungan pribadi harus dilakukan untuk mengurangi risiko terinfeksi atau
menyebarkan COVID-19 [29-32]. Tidak hanya tenaga kesehatan, masyarakat umum juga harus
mengikutinya.
 Bersihkan tangan dengan hand rub berbasis alkohol atau cuci dengan sabun dan air
secara teratur dan menyeluruh.
 Kenakan masker wajah (3-ply) untuk aktivitas apa pun di tempat umum.
 Pertahankan kebersihan respirasi yang baik, seperti memakai masker, menutup mulut
dengan siku saat bersin.
 Hindari menyentuh wajah Anda, terutama mata, hidung dan mulut, atau masker dengan
tangan yang belum dicuci.
 Pertahankan sosial distancing setidaknya 1-2m (3-6 kaki) antara Anda dan orang lain.
Hal ini membantu melindungi diri Anda dari kontak dengan droplet yang mengandung
COVID-19 yang disebarkan oleh orang yang terinfeksi ketika mereka batuk, bersin, atau
berbicara.
 Hindari pergi ke tempat ramai. Akan sulit untuk menjaga jarak fisik 1-2m (3-6 kaki)
dengan orang-orang.
 Tetap di rumah dan isolasi diri jika Anda merasa tidak sehat dan dengan tanda/gejala
seperti batuk, sakit kepala, dan demam.
 Cari perawatan medis sesegera mungkin dan ikuti petunjuk dari otoritas kesehatan
setempat ketika Anda mengalami demam tinggi, batuk, sakit tenggorokan, kesulitan
bernapas atau gejala mirip flu.
 Tetap dapatkan informasi tentang pandemi dari sumber tepercaya, seperti WHO, CDC,
atau otoritas kesehatan lokal dan nasional Anda.
2.2 Pedoman untuk mengelola pasien dalam praktik kedokteran gigi selama COVID-19
Di bawah wabah infeksi, pengaturan khusus harus dibuat ketika memberikan layanan
perawatan kesehatan mulut dalam praktik kedokteran gigi [28,33].
2.2.1 Screening dan triase primer
Anggota tim dental harus berkomunikasi dengan pasien atau orang tua pasien sebelum
membuat janji. Pasien dan pendampingnya harus dievaluasi risiko tertular COVID-19 melalui
telepon dan saat melakukan kunjungan. Informasi tentang kesehatan fisik pasien (tanda/gejala
COVID-19), riwayat perjalanan dalam sebulan terakhir, riwayat kontak dengan pasien yang
dikonfirmasi atau diduga menderita COVID-19 harus ditanyakan. Formulir pernyataan untuk
filterisasi harus ditandatangani oleh orang tua/pendamping sebagai catatan hukum (Gbr. 1)
Pasien dapat diidentifikasi memiliki risiko rendah atau tinggi memiliki COVID-19 setelah
dilakukan pemeriksaan. Pengaturan kemudian dapat dibuat sesuai (Gbr. 2). Untuk pasien
berisiko tinggi, mereka harus diprioritaskan oleh praktisi gigi untuk kebutuhan gigi mereka
sebelum membuat pengaturan lebih lanjut. Perawatan gigi yang tidak mendesak harus ditunda
sampai akhir masa karantina, atau ketika risiko infeksi telah diturunkan. Jika perawatan gigi
mendesak dianggap perlu, tindakan pengendalian infeksi ekstra akan diperlukan. Keamanan tim
gigi dan pasien lain dalam praktek harus selalu dipertimbangkan. Pasien dengan risiko tinggi
harus diisolasi dari pasien lain dengan risiko rendah ketika mereka berada di praktik kedokteran
gigi. Idealnya, manajemen ruangan bertekanan negatif harus diatur dan hanya prosedur umum
non-aerosol (non-AGP) yang harus dilakukan.
2.2.2 Tindakan keamanan di ruang tunggu
Seluruh pengunjung klinik harus mengukur suhu tubuh. Mereka juga harus disarankan
untuk membersihkan tangan dengan disinfektan berbasis alkohol dan memakai masker saat
berada di klinik gigi [28,29,31].
Ruang tunggu pasien risiko rendah dan risiko tinggi harus dipisahkan. Kursi di ruang
tunggu harus ditempatkan pada jarak 2 m (6 kaki) untuk mengurangi risiko penyebaran COVID-
19. Untuk mengurangi keramaian di klinik, pasien tidak boleh didampingi lebih dari satu orang.
Langkah-langkah standar pengendalian infeksi operasi termasuk: kebersihan tangan dan
pernapasan, penggunaan alat pelindung diri (APD), keselamatan injeksi, sterilisasi instrumen,
pengelolaan limbah, dan pembersihan lingkungan harus dilakukan dalam praktik kedokteran gigi
Pernyataan/formulir screening infeksi Covid-19

Nama pasien :........................................... Usia : ...................................


Jenis kelamin :__laki-laki__perempuan
Telepon :...................................... e-mail :.................................
Alamat :......................................................................................................................................................
Suhu tubuh :
Screening Covid-19
Ya Tidak
1 Apakah kamu memiliki gejala dibawah?
Demam
Batuk kelelahan atau myalgia?
Panas dingin atau tremor
Sakit tenggorokan
Diare
Malaise
Myalgia
Nafas pendek atau kesulitan bernafas
Lainnya , spesifikkan :
2 Apakah anda telah melakukan perjalanan ke luar kota/negara
dalam sebulan?
Jika ya, spesifikkan lokasi dan tanggalnya :
3 Apalah anda telah mengunjungi fasilitas kesehatan dalam sebulan
terakhir?
Jika ya, spesifikkan lokasi dan tanggalnya :
4 Kontak dengan pasien terkonfirmasi atau dicurigai Covid-19
dalam sebulan terakhir?
Jika ya, spesifikkan lokasi dan tanggalnya :
__ Risiko tinggi (setidaknya ada 1 jawaban YA)

__Risiko rendah (seluruh jawabannya TIDAK)

Pernyataan : -saya menyatakan bahwa informasi yang saya berikan diatas benar dan akurat
-saya mengerti bahwa penghilangan informasi adalah sangat tidak beretika dan melawan
populasi dunia yang tengah berjuang melawan pandemi
-data tersebut hanya digunakan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan dari
pengunjung rumah sakit dibawah wabah ini. Data dapat dikirimkan ke departemen
kesehatan terkait untuk aksi follow-up. Akses data terbatas hanya di administrasi rumah
sakit dan pejabat yang berwenang.

Tanda tangan pasien :___________Tanda tangan staff : ____________Tanggal:______________

Gbr. 1 Sampel formulir screening infeksi Covid-19


Langkah I : Screening Covid-19

Risiko rendah Risiko tinggi

Ruang tunggu I Ruang tunggu II

Langkah II : pemeriksaan kegawatdaruratan gigi anak

Perawatan elektif Perawatan immediate Darurat

Kontak pemeriksaan melalui via


online/telepon

Kontak pemeriksaan dengan


melalui janji temu

Persiapan perawatan dental/ruangan sebelum perawatan


berdasarkan tinggi/rendahnya risiko Covid-19

Gbr. 2 Alur screening dan triase untuk janji temu gigi

untuk mengurangi risiko infeksi silang. Benda-benda yang berpotensi menjadi agen transmisi
seperti kursi di ruang tunggu, gagang pintu dan pegangan harus sering didisinfeksi.
2.2.3 Tindakan keamanan perawatan gigi
2.2.3.1 Obat kumur pra-prosedur
Obat kumur pra-prosedur setidaknya digunakan selama 30 detik direkomendasikan untuk
mengurangi muatan virus di lingkungan rongga mulut untuk mengurangi risiko penularan [34].
Sekarang harus menjadi praktik rutin sebelum perawatan gigi apa pun. Agen desinfeksi oksidasi
dalam obat kumur dapat menghancurkan lapisan ganda lipid dalam membran coronavirus. Anak-
anak harus menggunakan obat kumur sebelum perawatan di bawah pengawasan dokter gigi, atau
setidaknya rongga mulutnya dibersihkan dengan kain kasa yang dibasahi dengan bahan yang
sesuai (untuk anak-anak yang tidak bisa meludah). Chlorhexidine 0.12-0.2% telah
direkomendasikan. Chlorhexidine telah lama digunakan oleh tim dokter gigi untuk mengurangi
beban bakteri intra-oral dari aerosol yang dihasilkan. Namun, sifat virucidalnya rendah dan
efektivitasnya dalam mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2 masih dipertanyakan [18,35].
Povidone-iodine 1% mungkin merupakan agen yang lebih baik karena dapat mengurangi muatan
virus SARS-CoV-2 secara efektif [34]. Larutannya dapat menonaktifkan SARS-CoV-2 bahkan
pada konsentrasi rendah 0,5% selama 15 detik. Namun, mungkin tidak cocok untuk orang
dengan hipersensitivitas yodium, penyakit tiroid, gangguan fungsi ginjal, wanita hamil dan
menyusui. Hidrogen peroksida pada 0,5-1% dan natrium hipoklorit pada 0,21-0,25% juga telah
direkomendasikan dan terbukti efektif melawan virus SARS-CoV-2 [18,35].
2.2.3.2 Prosedur penghasil aerosol (AGP)
Sifat COVID-19 yang ganas dan sangat menular telah terbukti. Virus ini dapat ditularkan
melalui jalur udara. COVID-19 juga telah terbukti mampu bertahan dalam aerosol selama
berjam-jam. Meskipun penularan SARS-CoV-2 selama praktik kedokteran gigi belum
dilaporkan, semua prosedur penghasil aerosol gigi (AGPs) yang menggunakan udara, air, dan
pemotongan abrasif berisiko tinggi menyebarkan infeksi [36]. Oleh karena itu, untuk
meminimalkan risiko penularan, prosedur non-AGP harus selalu dipertimbangkan bila
memungkinkan. Jika AGP harus dilakukan, kewaspadaan ekstra harus dilakukan untuk
mencegah infeksi silang [37]. Protokol yang diatur secara ketat dengan pengaturan yang tepat
dan peralatan pelindung diri harus dipatuhi.
 Pasien harus diatur untuk menjalani perawatan di satu ruangan dengan ventilasi yang baik
(ventilasi alami dengan aliran udara minimal 160 L/s per pasien) atau di ruangan
bertekanan negatif dengan setidaknya 12 pergantian udara per jam.
 Semua petugas gigi harus memakai alat pelindung diri yang tepat dengan masker bedah
(pada level 2 atau 3; respirator N95 dapat digunakan untuk kasus yang meragukan jika
tersedia), pelindung mata (kacamata) atau pelindung wajah (pelindung wajah) sekali pakai,
gaun tahan cairan lengan panjang sekali pakai, dan sarung tangan.
 Staf harus menahan diri dari menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan sarung tangan
atau tangan kosong yang berpotensi terkontaminasi.
 Rubber dam dan suction volume tinggi harus digunakan selama perawatan. Suction
eksternal harus dipertimbangkan.
 Bersihkan dan disinfeksi secara rutin semua permukaan yang terbuka setelah setiap pasien
selesai.
 Ruang perawatan harus dibersihkan dari semua kertas dan peralatan yang tidak dapat
dibersihkan. Kotak sarung tangan dan masker serta berkas pasien harus disimpan di luar
ruang perawatan atau di dalam laci.
 Batasi jumlah pasien dan orang yang menemani di ruang perawatan.
 Hindari membuka laci atau lemari selama prosedur.
 Atur personel tambahan untuk menjadi runner untuk membantu operator dan asisten, dan
mengurangi keluar ruangan selama prosedur.
 Diperlukan periode kosong minimal 30 menit setelah perawatan pasca-AGP untuk
memungkinkan pembersihan aerosol yang menular.
2.2.3.3 Pembersihan pasca perawatan
Setelah selesai melakukan tahapan perawatan gigi, petugas harus melakukan pembersihan
secara menyeluruh.
 Doffing dan pembuangan semua APD dengan hati-hati dan ganti dengan yang baru.
 Lakukan kebersihan tangan lagi segera setelah melepas semua APD.
 Semua permukaan dalam klinik harus didesinfeksi secara menyeluruh menggunakan bahan
kimia yang direkomendasikan untuk menghilangkan SARS-CoV-2 (misalnya alkohol 75%,
natrium hipoklorit 5,25% encer 1:49). Untuk permukaan yang terkontaminasi darah atau
tumpahan cairan tubuh, harus digunakan larutan natrium hipoklorit 5,25% encer 1:4.
 Pengelolaan limbah biomedis yang tepat dan protokol pembuangan yang
direkomendasikan oleh otoritas setempat harus diikuti dengan cermat.
2.2.4 Tindakan follow-up
Pasien diingatkan untuk menghubungi klinik gigi jika orang yang mendampinginya
terinfeksi COVID-19 dalam 14 hari setelah perawatan gigi.
2.3 Pendekatan manajemen gigi anak selama wabah infeksi
Praktisi gigi harus berkomunikasi dengan pasien atau orang tua pasien sebelum kunjungan
gigi untuk memahami masalah kesehatan mulut pasien dan melakukan triase [38,39].
Berdasarkan keluhan utama pasien, kebutuhan perawatan gigi dapat dikategorikan menjadi
perawatan elektif, perawatan segera, dan atau darurat (Tabel 1).
Perawatan gigi tradisional untuk karies gigi sulung melibatkan pembuangan lesi karies
yang membutuhkan penggunaan handpiece berkecepatan tinggi. AGP ini berisiko tinggi dan
harus diminimalkan untuk menjaga lingkungan yang sehat di klinik gigi bagi pasien dan staf gigi
selama pandemi. Perawatan gigi berisiko rendah dengan jumlah aerosol yang dihasilkan lebih
sedikit harus dilakukan bila memungkinkan (Tabel 1). Instrumen tangan lebih disukai jika
dibandingkan dengan AGP.
Teknik intervensi minimal untuk mengurangi atau menghilangkan pembentukan aerosol
sekaligus mengendalikan perkembangan karies gigi memiliki keunggulan selama era COVID-19.
Atraumatic restorative technique (ART) dan teknik Hall crown adalah pendekatan alternatif
untuk manajemen karies gigi selama pandemi. ART melibatkan tindakan preventif dan restoratif
dengan tingkat keberhasilan yang baik. Teknik hall crown dapat mengembalikan gigi molar
sulung dengan mahkota stainless steel yang telah dibentuk sebelumnya tanpa memerlukan
anestesi lokal, preparasi gigi atau penghilangan karies.
Tabel 1. Intervensi perawatan gigi anak pada risiko rendah dan risiko tinggi
Prosedur risiko rendah dan
Level Kondisi gigi Tanda dan risiko tinggi berdasarkan
intervensi
kategori anak gejala oral jumlah aerosol yang
dihasilkan
Risiko rendah Risiko tinggi
Perawatan Konsultasi Nyeri transien Manajemen
elektif erupsi gigi Kecemasan melalui
Konsultasi dental berat beberapa
kesehatan Bau mulut arahan
mulut anak Akumulasi melalui ✔
plak online,
Penyakit Pigmentasi panggilan
mukosa telepon, atau
mulut/trauma pesan text
Perawatan Pencegahan White spot Fluoride ✔
segera karies varnish

Hall crown
Pit dan ✔
fissure sealant

Karies (early Warna gigi Foto
childhood berubah diagnostik ✔
caries/karies menjadi Silver
gigi kuning/cokelat diamine ✔

permanen / hitam fluoride
muda) Nyeri Restorasi

Kerusakan gigi Pulp capping

Apeks terbuka indirect/
direct
Pulpotomi
Apeksifikasi
Pulpitis Nyeri Foto ✔
kronis diagnostik
Bengkak Terapi ✔
saluran akar
Ekstraksi gigi
Nekrosis Nyeri Foto ✔
pulpa diagnostik
Bengkak Terapi ✔
saluran akar
Ekstraksi gigi
Gingivitis/ Plak Hand scaling ✔
penyakit Gingiva Ultrasonic ✔
periodontal bengkak scaling

Kalkulus Pembedahan
Perdarahan
Kehilangan
gigi
Frenulum Frenulum Observasi ✔
lingual/labial lingual/labial Bedah ✔
terlalu pendek
atau terlalu
panjang yang
menganggu
fungsi oral
Kista dental/ Dento-alveolar CBCY, MRI, ✔
odontoma patologi CT
Bedah ✔
Malformasi Malformasi CBCT, MRI, ✔
kongenital/ kraniofasial CT
herediter dari seperti CLP Perawatan ✔
rahang/ ortodonti
wajah/ gigi awal

Bedah
Darurat Perdarahan Perdarahan Haemostasis ✔
gusi tanpa Nyeri
henti
Pulpitis akut Nyeri pada Foto ✔
malam hari diagnostik
Nyeri tajam Terapi ✔
dan persisten saluran akar
Trauma pada Gigi fraktur Observasi ✔
gigi sulung/ dengan atau Foto ✔

fraktur tanpa diagnostik



melibatkan CBCT, MRI,
pulpa CT
Restorasi ✔
Pulp capping ✔

indirect/
direct

Ekstraksi gigi
Trauma pada Gigi fraktur Observasi ✔
gigi dengan atau Foto ✔

permanen tanpa diagnostik



muda/ fraktur melibatkan CBCT, MRI,
pulpa CT
Pulpotomi ✔
Apeksifikasi ✔
Dukungan ✔

ortodonti
Splinting
pada gigi

trauma
Replantasi
gigi

2.3.1 Perawatan elektif


Teledentistry dapat mengurangi kontak tatap muka dan membantu meminimalkan risiko
selama periode puncak penularan komunitas. Beberapa masalah kesehatan mulut dan perawatan
lanjutan, misalnya, monitoring perkembangan gigi, instruksi kebersihan mulut, saran diet, dapat
dikelola melalui teleconsultation, atau panggilan telepon. Teknologi video dapat digunakan
untuk melakukan pemeriksaan intraoral ekstraoral terbatas pada pasien. Dokter gigi anak dapat
mengatasi kondisi tersebut dan memberikan saran dan perawatan yang diperlukan melalui tele-
dentistry.
2.3.2 Perawatan Segera
Pasien-pasien ini memiliki kebutuhan perawatan gigi tetapi tidak dalam keadaan darurat.
Janji temu harus dijadwalkan untuk pasien ini. Perawatan dapat diberikan sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan. Instrumen/pengaturan yang diperlukan untuk kunjungan harus
direncanakan dengan cermat. Instrumen tangan harus dipertimbangkan untuk menghindari
menghasilkan droplet atau aerosol. Ketika perawatan melibatkan AGP, protokol AGP harus
dipatuhi dengan ketat.
2.3.3 Perawatan darurat
Dalam situasi di mana perawatan darurat diperlukan, terlepas dari risiko COVID-19, pasien
harus segera diperiksa dan perawatan gigi harus dilakukan sesegera mungkin. Kondisi gigi yang
memerlukan perawatan darurat meliputi:
 Pendarahan yang tidak terkontrol: Tindakan hemostasis harus segera diambil untuk
mengurangi dan menghentikan pendarahan.
 Pulpitis akut: Nyeri hebat dan tajam yang dapat berlangsung sepanjang waktu dapat terjadi.
Terapi pulpa segera harus dilakukan untuk menghilangkan rasa sakit.
 Trauma/fraktur gigi (gigi sulung): Pergeseran gigi yang parah dapat mempengaruhi benih
gigi permanen yang belum erupsi. Ini harus segera ditangani.
 Trauma/fraktur gigi permanen: Jika gigi permanen terbentur hingga keluar dari rongga
mulut (avulsi), gigi tersebut harus ditanam kembali ke dalam tulang sesegera mungkin.
Jika gigi permanen mengalami fraktur dengan pulpa terbuka, perawatan segera seperti
apeksifikasi atau pulp capping langsung harus dilakukan untuk meningkatkan prognosis.
2.4 Perawatan gigi preventif
Perawatan gigi preventif harus ditekankan selama dan pasca era COVID-19. Tiga tingkat
perawatan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah penyakit mulut dan meningkatkan
kesehatan mulut anak [40,41].
Perawatan pencegahan primer ditujukan di tingkat individu. Tindakan pencegahan
termasuk saran diet untuk mengurangi asupan gula dan frekuensi ngemil, kebiasaan menyikat
gigi yang benar dan penggunaan pasta gigi berfluoride harus diperkenalkan kepada setiap pasien.
Promosi kesehatan mulut secara individu membantu menurunkan risiko karies dan mencegah
berkembangnya penyakit mulut.
Perawatan gigi preventif sekunder bertujuan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
pada tahap awal dan memberikan perawatan pencegahan yang diperlukan. Deteksi penyakit dini
adalah penting dan intervensi pencegahan selanjutnya membantu menghentikan masalah agar
tidak semakin berkembang. Sebagai contoh, anak-anak yang diperiksa memiliki lesi white spot
(tahap awal karies gigi) perlu mendapatkan aplikasi fluoride topikal dan penguatan kebiasaan
menyikat gigi dan pola makan yang tepat untuk mencegah lesi berkembang. Contoh lain dari
perawatan pencegahan sekunder termasuk penerapan fissure sealant pada pit dan fissure, dan
infiltrasi resin untuk lesi karies interproksimal yang baru jadi. Kedua intervensi tersebut untuk
lesi karies non-kavitas yang baru jadi, dengan tujuan menunda atau mencegah kebutuhan AGP
untuk pasien.
Pencegahan tersier berfokus pada orang-orang yang sudah terkena suatu penyakit. Sasaran
pencegahan tersier adalah mengobati penyakit rongga mulut sedini mungkin sehingga mencegah
kemungkinan komplikasi, dan mengurangi dampak negatif penyakit tersebut terhadap fungsi
rongga mulut dan kualitas hidup. Hal ini biasanya dilakukan dengan mengobati penyakit dan
memberikan rehabilitasi, misalnya aplikasi silver diamina fluorida, scaling, restorasi, dan
perawatan pulpa.
2.5 Kesehatan mulut untuk anak berkebutuhan khusus
Untuk anak berkebutuhan khusus, seperti disabilitas intelektual, cerebral palsy, disabilitas
fisik, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, atau anak dengan penyakit sistemik lainnya,
perawatan kesehatan mulut dapat menjadi tantangan, khususnya selama pandemi COVID-19.
Mereka berada pada risiko yang lebih tinggi dari masalah kesehatan mulut [42]. Mencegah selalu
lebih baik daripada mengobati. Perawatan pencegahan pada tiga tingkat harus diberikan untuk
anak berkebutuhan khusus. Perkembangan masalah kesehatan gigi dan mulut dapat dicegah dan
demikian konsekuensinya kebutuhan perawatan gigi dapat diturunkan. Perawatan preventif dan
pendekatan manajemen perilaku untuk anak-anak dengan kebutuhan perawatan khusus
tercantum dalam Tabel 2.
Tabel 2. Perawatan kesehatan mulut pada anak dengan kebutuhan khusus
Kondisi yang membutuhkan Manajemen kebiasaan
Manajemen preventif
perawatan khusus khusus
Gangguan intelektual 1. Pre-edukasi dan perawatan  Membantu anak untuk
(contoh : down’s syndrome agar memiliki kemauan familiar dengan persoalan
untuk ke dokter gigi gigi
2. X ray dibutuhkan  Bicara perlahan, ulangi,
3. Penilaian perawatan dan dengar
preventif kesehatan mulut  Berikan urutan satu-per-
dibutuhkan termasuk satu
perawatan gigi di rumah,  Kurangi durasi perawatan
Cerebral palsy makanan dan nutrisi,  Gunakan penyangga
aplikasi fluoride, pit dan mulut
fissure sealing, dan  Pertimbangan sedasi dan
kunjungan regular analgesic
Tidak mampu secara fisik 4. Penilaian proteksi dan
 Dukungan khusus untuk
fiksasi
pemeriksaan fisik
Gangguan penglihatan 5. Arahan orang tua
 Metode tell-show-do
(TSFD)
Gangguan pendengaran
 Metode tell-show-do
(TSFD)
Anak dengan penyakit  Menyiapkan kebutuhan
sistemik lainnya atau pemeriksaan khusus

3. Dimulainya kembali praktik kedokteran gigi anak


Tingkat penularan COVID-19 di setiap negara berbeda-beda. Regulasi dan respon
kebijakan terhadap pandemi dilakukan sesuai dengan tingkat transmisi di area tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia terus memperbarui kasus baru di seluruh dunia seminggu sekali
[43]. Tingkat penularan COVID-19 dapat dikategorikan ke dalam area berisiko rendah (<100
kasus baru dalam tujuh hari terakhir), area berisiko sedang (~100-1000 kasus baru dalam tujuh
hari terakhir), dan area berisiko tinggi (>1000 kasus baru dalam tujuh hari terakhir).
Di area berisiko tinggi, penegakan social distancing atau lockdown akan diberlakukan
untuk memperlambat laju infeksi. Seperti pedoman yang dikeluarkan oleh banyak otoritas
kesehatan di dunia, prosedur yang menghasilkan aerosol harus diberikan untuk perawatan darurat
dan perawatan darurat lainnya pada gelombang pasang pandemi. Kunjungan gigi elektif harus
ditunda. Di daerah berisiko sedang, klinik gigi atau rumah sakit dapat mengurangi pembatasan
sampai batas tertentu sambil mempertahankan semua tindakan pencegahan. Dokter gigi
disarankan untuk mengikuti pedoman yang ditetapkan untuk manajemen pasien. Sebelum
mengunjungi klinik, orang tua harus membantu anak-anak mereka untuk mengevaluasi kondisi
mulut mereka sendiri. Pemberian nasihat kesehatan mulut secara online atau konsultasi jarak
jauh dapat ditawarkan sebelum kunjungan ke dokter gigi. Orang tua dan anak-anak harus
mengenakan masker pelindung di klinik gigi atau rumah sakit, sambil secara ketat
mempraktikkan social distancing. Pendekatan intervensi minimal, Atraumatic restorative
technique (ART), dan prosedur non-AGP lainnya seperti aplikasi silver diamine fluoride,
pembuangan selektif karies, dan Hall crown harus digunakan. Untuk daerah berisiko rendah,
prosedur gigi rutin dapat dilakukan di praktik gigi. Tindakan perlindungan dan tindakan
pencegahan harus diikuti dengan ketat. Klinik gigi atau rumah sakit harus mengikuti pedoman
yang dikembangkan oleh otoritas lokal mereka.
4. Praktek kedokteran gigi dengan vaksin COVID-19
Beberapa vaksin COVID-19 dikembangkan dan diluncurkan secara cepat [44]. Analisis
sementara data dari uji klinis vaksin fase III menunjukkan bahwa vaksin tersebut dapat
mencegah orang terkena COVID-19 dan mengurangi keparahan gejala. Efektivitas vaksin
berkisar antara 70% hingga 95%. Ini adalah berita penting dan mungkin menawarkan
kesempatan untuk melupakan pandemi. Namun, masih diperlukan tindak lanjut jangka panjang
untuk mengevaluasi efektivitas akhir vaksin, durasi perlindungan, dan kemungkinan komplikasi
vaksinasi. Vaksin COVID-19 dapat melindungi penduduk dari sakit, tetapi tidak dapat
menghilangkan virus atau menghentikan penularannya [44,45]. Vaksin juga membutuhkan
waktu untuk menjangkau seluruh populasi di seluruh dunia (setidaknya 60-70% populasi harus
divaksinasi untuk mencapai kekebalan kelompok). Mengenakan masker, menjaga jarak sosial
dan menjaga kebersihan tangan tetap penting dalam kehidupan kita sehari-hari untuk jangka
waktu tertentu. Tindakan pencegahan khusus yang dibahas masih harus diterapkan di klinik gigi
untuk mencegah penularan di antara pasien dan staf untuk saat ini.
5. Kesimpulan
SARS-CoV-2 bermutasi terus menerus dan menjadi lebih menular. Para ahli penyakit
menular terkenal telah memperkirakan bahwa COVID-19 dapat seperti flu musiman dan
bertahan di antara kita di masyarakat. Para peneliti masih mengeksplorasi pengobatan yang
paling efektif untuk mengendalikan COVID-19. Vaksin COVID-19 yang canggih sedang
dikembangkan, tetapi dengan kebutuhan tindak lanjut jangka panjang untuk memastikan
efektivitas, durasi perlindungan, dan kemungkinan komplikasi. Untuk saat ini, kita tidak boleh
lengah terhadap pandemi COVID-19. Perhatian yang cermat pada tindakan pencegahan berbasis
transmisi adalah pendekatan utama untuk membatasi penyebaran virus corona. Penyediaan
perawatan dan perawatan gigi tidak akan sama seperti dulu. Pendekatan tradisional yang
digunakan untuk menangani masalah kesehatan gigi dan mulut anak sebelum pandemi COVID-
19 perlu disesuaikan dengan era baru. Teknik intervensi minimal yang meminimalkan atau
menghilangkan pembentukan aerosol, ditambah tindakan pencegahan kesehatan mulut yang
komprehensif harus dipraktikkan untuk menjaga keselamatan praktik kedokteran gigi di masa
yang belum pernah terjadi sebelumnya ini untuk mengendalikan penyakit dan menjaga kesehatan
mulut populasi.
Referensi
[1] World Health Organization (WHO). Timeline of WHO’s response to COVID-19. 2020.
Available from: URL: https:// www.who.int/news-room/detail/29-06-2020-covidtimeline.
[Accessed 4 January 2021].
[2] Center for Systems Science and Engineering (CSSE). COVID- 19 dashboard at Johns
Hopkins University. 2020. Available from: URL: https://coronavirus.jhu.edu/map.html.
[Accessed 4 January 2021].
[3] Korber B, Fischer WM, Gnanakaran S, Yoon H, Theiler J, Abfalterer W, et al. Tracking
changes in SARS-CoV-2 spike: evidence that D614G increases infectivity of the COVID-19
virus. Cell 2020;182:812e27.
[4] To KK, Hung IF, Ip JD, Chu AW, Chan WM, Tam AR, et al. COVID-19 re-infection by a
phylogenetically distinct SARS- coronavirus-2 strain confirmed by whole genome sequencing.
Clin Infect Dis 2020:ciaa1275.
[5] Li Q, Guan X, Wu P, Wang X, Zhou L, Tong Y, et al. Early transmission dynamics in
wuhan, China, of novel coronavirus-infected pneumonia. N Engl J Med 2020;382:1199e207.
[6] Backer JA, Klinkenberg D, Wallinga J. Incubation period of 2019 novel coronavirus (2019-
nCoV) infections among travellers from Wuhan, China, 20-28 January. Euro Surveill
2020;25:2000062.
[7] Wu Z, McGoogan JM. Characteristics of and important lessons from the coronavirus disease
2019 (COVID-19) outbreak in China: summary of a report of 72 314 cases from the Chinese
center for disease control and prevention. J Am Med Assoc 2020;323:1239e42.
[8] Dong Y, Mo X, Hu Y, Qi X, Jiang F, Jiang Z, et al. Epidemiology of COVID-19 among
children in China. Pediatrics 2020;145:e20200702.
[9] Guan WJ, Ni ZY, Hu Y, Liang WH, Ou CQ, He JX, et al. China medical treatment expert
group for covid-19. Clinical characteristics of 2019 novel coronavirus infection in China. N Engl
J Med 2020;382:1708e20.
[10] Wang D, Hu B, Hu C, Zhu F, Liu X, Zhang J, et al. Clinical characteristics of 138
hospitalized patients with 2019 novel coronaviruseinfected pneumonia in Wuhan, China. J Am
Med Assoc 2020;323:1061e9.
[11] Ludvigsson JF. Systematic review of COVID-19 in children shows milder cases and a better
prognosis than adults. Acta Paediatr 2020;109:1088e95.
[12] Bi Q, Wu Y, Mei S, Ye C, Zou X, Zhang Z, et al. Epidemiology and transmission of
COVID-19 in 391 cases and 1286 of their close contacts in Shenzhen, China: a retrospective
cohort study. Lancet Infect Dis 2020;20:911e9.
[13] Brodin P. Why is COVID-19 so mild in children? Acta Paediatr 2020;109:1082e3.
[14] Jones VG, Mills M, Suarez D, Hogan CA, Yeh D, Segal JB, et al. COVID-19 and Kawasaki
disease: novel virus and novel case. Hosp Pediatr 2020;10:537e40.
[15] Lu X, Zhang L, Du H, Zhang J, Li YY, Qu J, et al. Chinese pediatric novel coronavirus
study team. SARS-CoV-2 infection in children. N Engl J Med 2020;382:1663e5.
[16] Sun K, Chen J, Viboud C. Early epidemiological analysis of the coronavirus disease 2019
outbreak based on crowdsourced data: a population-level observational study. Lancet Digit
Health 2020;2:e201e8.
[17] Setti L, Passarini F, De Gennaro G, Barbieri P, Perrone MG, Borelli M, et al. Airborne
transmission route of COVID-19: why 2 meters/6 feet of inter-personal distance could not Be
enough. Int J Environ Res Publ Health 2020;17:2932.
[18] Peng X, Xu X, Li Y, Cheng L, Zhou X, Ren B. Transmission routes of 2019-nCoV and
controls in dental practice. Int J Oral Sci 2020;12:9.
[19] van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A, Williamson BN, et
al. Aerosol and surface stability of SARS-CoV-2 as compared with SARS-CoV-1. N Engl J Med
2020;382:1564e7.
[20] Harrel SK, Molinari J. Aerosols and splatter in dentistry: a brief review of the literature and
infection control
implications. J Am Dent Assoc 2004;135:429e37.
[21] Sudhakar V, Vinodhini TS, Mohan AM, Srinivasan B, Rajkumar BK. The efficacy of
different pre- and post- operative analgesics in the management of pain after orthodontic
separator placement: a randomized clinical trial. J Pharm BioAllied Sci 2014;6:S80e4.
[22] Balasubramanian S, Rao NM, Goenka A, Roderick M, Ramanan AV. Coronavirus disease
2019 (COVID-19) in children - what we know so far and what we do not. Indian Pediatr 2020
May 15;57(5):435e42. https://doi.org/10.1007/ s13312-020-1819-5.
[23] Brodin P. Why is COVID-19 so mild in children? Acta Paediatr 2020 Jun;109(6):1082e3.
https://doi.org/10.1111/apa.15271.
[24] Zhou MY, Xie XL, Peng YG, Wu MJ, Deng XZ, Wu Y, et al. From SARS to COVID-19:
what we have learned about children infected with COVID-19. Int J Infect Dis 2020
Jul;96:710e4. https://doi.org/10.1016/j.ijid.2020.04.090.
[25] Matava CT, Kovatsis PG, Lee JK, Castro P, Denning S, Yu J, et al.
Pediatricairwaymanagement inCOVID-19patients: consensus guidelines from the society for
pediatric anesthesia’s pediatric difficult intubation collaborative and the Canadian pediatric
anesthesia society. Anesth Analg 2020 Jul;131(1):61e73. https://
doi.org/10.1213/ANE.0000000000004872.
[26] World Health Organization (WHO). Considerations for the provision of essential oral health
services in the context of COVID-19. 2020. Available from: URL: https://www.who.int/
publications/i/item/who-2019-nCoV-oral-health-2020.1. [Accessed 4 January 2021].
[27] Center for Disease Control and Prevention (CDC). Guidance for dental settings. 2020.
Available from: URL: https://www. cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/dental-settings.
html#section-2. [Accessed 4 January 2021].
[28] Australian Dental Association (ADA). Resources for dental professionals. 2020. Available
from: URL: https://www.ada. org.au/Covid-19-Portal/Dental-Professionals. [Accessed 4 January
2021].
[29] World Health Organization (WHO). Infection prevention and control during healthcare
when COVID-19 is suspected. 2020. Available from: https://www.who.int/emergencies/diseases/
novel-coronavirus-2019/advice-for-public. [Accessed 4 January 2021].
[30] World Health Organization (WHO). When and how to use masks. 2020. Available from:
URL: https://www.who.int/ emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-for-
public/when-and-how-to-use-masks. [Accessed 4 January 2021].
[31] Center for Disease Control and Prevention (CDC). How to protect yourself & others. 2020.
Available from: URL: https:// www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/prevent-getting-sick/
prevention.html. [Accessed 4 January 2021].
[32] Center for Disease Control and Prevention (CDC). Respirator awareness: your health may
depend on it-personal protective equipment for healthcare workers. 2018. Available from: URL:
https://www.cdc.gov/niosh/docs/2013-138/ default.html. [Accessed 4 January 2021].
[33] Center for Disease Control and Prevention (CDC). Protecting healthcare personnel. 2019.
Available from: URL: https://www. cdc.gov/hai/prevent/ppe.html. [Accessed 4 January 2021].
[34] Meister TL, Bru¨ ggemann Y, Todt D, Conzelmann C, Mu¨ ller JA, Groß R, et al. Virucidal
efficacy of different oral rinses against severe acute respiratory syndrome coronavirus 2. J Infect
Dis 2020;222:1289e92.
[35] KampfG,TodtD,PfaenderS,Steinmann E. Persistence of coronaviruses on inanimate surfaces
and their inactivation with biocidalagents. JHospInfect 2020;104:246e51.
[36] Kumbargere Nagraj S, Eachempati P, Paisi M, Nasser M, Sivaramakrishnan G, Verbeek JH.
Interventions to reduce contaminated aerosols produced during dental procedures for preventing
infectious diseases. Cochrane Database Syst Rev 2020;10:CD013686. https://doi.org/10.1002/
14651858.CD013686.pub2.
[37] Chanpong B, Tang M, Rosenczweig A, Lok P, Tang R. Aerosol- generating procedures and
simulated cough in dental anesthesia. Anesth Prog 2020;67(3):127e34. https://doi.org/
10.2344/anpr-67-03-04.
[38] Academic American of Pediatric Dentidtry (AAPD). Re- emergence pediatric dentistry
practice checklist. 2020. Available from: URL: https://odontopediatria.cl/wp-content/
uploads/2020/04/aapd-practicechecklist.pdf. [Accessed 4 January 2021].
[39] Wang Y, Zhou CC, Shu R, Zou J. Oral health management of children during the epidemic
period of coronavirus disease 2019. Sichuan da Xue Xue Bao Yi Xue Ban 2020;51(2):151e4.
https://doi.org/10.12182/20200360101.
[40] Robert V, Faller BS. Caries process and prevention strategies: prevention. 2020. Available
from: URL: https://www. dentalcare.com/en-us/professional-education/ce-courses/
ce375/prevention-strategy-types-of-prevention. [Accessed 4 January 2021].
[41] Kisling LA, Das JM. Prevention strategies. 2020. Available from: URL:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537222/ . [Accessed 4 January 2021].
[42] Department of Health. The British Society of Paediatric Dentistry. Valuing People’s Oral
Health: a good practice guide for improving the oral health of disabled children and adults. 2007.
Available from: URL: http://www.dchs.nhs.uk/ assets/valuing_peoples_oral_health1.pdf.
[Accessed 4 January 2021].
[43] World Health Organization (WHO). Coronavirus disease (COVID-19) weekly
epidemiological update and weekly operational update. 2020. Available from: URL:
https://www. who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/ situation-reports. [Accessed
4 January 2021].
[44] Graham BS. Rapid COVID-19 vaccine development. Science 2020 May
29;368(6494):945e6. https://doi.org/10.1126/ science.abb8923.
[45] Clemente-Suarez VJ, Horme~no-Holgado A, Jim?enez M, Benitez-Agudelo JC, Navarro-
Jim?enez E, Perez-Palencia N, et al. Dynamics of population immunity due to the herd effect in
the COVID-19 pandemic. Vaccines (Basel) 2020 May 19;8(2):236.
https://doi.org/10.3390/vaccines8020236.

Anda mungkin juga menyukai