Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENGARUH PENAMBAHAN ABU TONGKOL JAGUNG


DAN GYPSUM PADA TANAH LEMPUNG DESA
TLOGOREJO KECAMATAN KARANGAWEN
KABUPATEN DEMAK TERHADAP KUAT DUKUNG
TANAH
Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Menempuh Ujian Akhir
Program S1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang

USM

Oleh:
MUHAMMAD ABDUL KHAMID M. C.111.16.0029
IQBAL BAYU AJI C.111.16.0050

YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
UNIVERSITAS SEMARANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENGARUH PENAMBAHAN ABU TONGKOL JAGUNG


DAN GYPSUM PADA TANAH LEMPUNG DESA
TLOGOREJO KECAMATAN KARANGAWEN
KABUPATEN DEMAK TERHADAP KUAT DUKUNG
TANAH

Disusun oleh :

MUHAMMAD ABDUL KHAMID M. C.111.16.0029

IQBAL BAYU AJI C.111.16.0050

Laporan Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu


persyaratan menempuh Ujian Akhir

Semarang, 5 Oktober 2020

Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping

Kusrin, ST. MT Ir. Diah Setyati Budiningrum, MT


NIS.06557003102012 NIS.06557003102020

Mengetahui :
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Semarang

Ir. Diah Setyati Budiningrum, MT


NIS.06557003102020
`
KATA PENGANTAR

Assalammu’allaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah meberikan limpahan rahmat dan
hidayah-Nya dan tak lupa Shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan
baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Purwanto ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Semarang.
2. Bapak Kusrin ST , MT selaku Dosen pembimbing Utama.
3. Ibu Ir. Diah Setyati Budiningrum,MT selaku Dosen Pembimbing
Pendamping dan Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan Proposal Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempuraan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, agar
Laporan Tugas Akhir ini dapat diperbaiki dan bermanfaat bagi pembaca dikemudian hari.
Terima Kasih.

Semarang, 5 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iv
LEMBAR SOAL.................................................................................................................vi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Masalah.............................................................................................................2
1.3. PerumusanMasalah...........................................................................................3
1.4. Maksud..............................................................................................................4
1.5.Tujuan................................................................................................................4
1.6.Manfaat..............................................................................................................4
1.7.Keaslian..............................................................................................................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Umum ...............................................................................................................6
2.2. Berat Volume Tanah dan Hubungan-Hubunganya...........................................6
2.3. Batas-Batas Atterberg........................................................................................8
2.3.1. Batas Cair (Liquid Limit)........................................................................9
2.3.2. Batas Plastis (Plastic Limit)....................................................................9
2.3.3. Indeks Plastisitas (Plasticity Index)......................................................10
2.4.Klasifikasi Tanah.............................................................................................10
2.4.1. Sistem Klasifikasi Unified....................................................................10
2.4.2. Sistem Klasifikasi AASHTO................................................................13
2.5. Sifat Mekanis Tanah.......................................................................................13
2.6. Stabilisasi Tanah.............................................................................................15
2.7. Abu Tongkol Jagung.......................................................................................16
2.8. Gypsum...........................................................................................................16
2.9. Tanah Lempung..............................................................................................17
2.10. Kapasitas Dukung Tanah..............................................................................17
2.10.1. Teori Terzaghi (Mengenai Daya Dukung Tanah) ...........................18
2.10.2. Metode Hansen.................................................................................21
2.10.3. Metode Vesic....................................................................................23
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Bagan Alur Penelitian....................................................................................27
3.2. Jenis Data.......................................................................................................28
3.3. Metode Pengumpulan Data............................................................................28
3.4. Waktu Pelaksanaaan.......................................................................................28
3.5. Sistematika Penulisan.....................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tahap paling awal dalam pengerjaan sebuah konstruksi adalah perencanaan
pondasi. Pondasi adalah bagian paling penting dari sebuah konstruksi, karena
pondasi penerima beban dari struktur konstruksi atas dan diteruskan ke tanah atau
batuan yang ada di bawahnya. Sebelum kita menentukan pondasi yang akan kita
gunakan/buat seharusnya kita adakan penelitian tanah terlebih dahulu terhadap
tanah yang akan dipergunakan untuk sebuah bangunan konstruksi. Hal ini
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kapasitas dukung tanah guna untuk
menentukan pondasi apa yang cocok.
Tanah sendiri mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu pekerjaan
konstruksi baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai pendukung beban. Maka
dalam hal pengerjaan suatu konstruksi kita memerlukan pemahaman dan pengertian
tentang hal – hal yang berkaitan dengan tanah misalnya jenis tanah tersebut dan
sifat – sifat tanah tersebut jika dilakukan pembebanan terhadapnya. Hampir semua
bangunan di atas atau di permukaan tanah, maka harus dibuat pondasi yang dapat
menyokong beban bangunan tersebut atau gaya yang bekerja pada bangunan
tersebut.
Pada saat berada di lapangan sering kita jumpai kondisi tanah yang tidak
memenuhi kualitas persyaratan fisik maupun teknis. Karena itu perlu dilakukan
usaha perbaikan sifat-sifat tanah untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Usaha perbaikan sifat-sifat tanah ini disebut stabilisasi tanah (Hardiyatmo, 2006).
Kondisi dan jenis tanah disetiap daerah atau tempat tidaklah sama. Hal
tersebut dikarenakan sifat tanah yang tidak homogen dan tidak berwujud satu
kesatuan. Bisa ditemukan tanah yang bersifat padat, kering, dan keras. Namun bisa
juga ditemui jenis tanah yang bersifat sangat lepas atau lunak dan tidak mendukung
dalam pembuatan pondasi suatu bangunan. Dengan jenis tanah yang seperti itu,
diperlukan stabilisasi untuk meningkatkan daya dukung tanah.
Stabilisasi tanah adalah usaha untuk memperbaiki tanah yang bermasalah
agar tanah memenuhi syarat sesuai dengan fungsinya.Stabilisasi dapat dilakukan

1
2

dengan cara mekanis,fisis dan kimiawi. Secara umum maksud dan tujuan
stabilisasi tanah secara kimia adalah menambah kuat dukung, mengurangi
kompresibilitas, mengurangi perubahan volume,dan mengurangi kapileritas.
Stabilisasi tanah dapat dilakukan dengan cara mencampur tanah dengan berbagai
macam material yang mempunyai sifat mengikat seperti kapur, semen, flyash atau
abu batubara, belerang, serbuk batubata, serbuk genteng tanah, serbuk arang kayu
dan masih banyak lagi.
Daya dukung tanah (bearing capacity) adalah kekuatan tanah untuk menahan
suatu beban yang bekerja padanya yang biasanya disalurkan melalui pondasi.
Kapasitas/daya dukung tanah batas (qu = qult = ultimate bearing capacity) adalah
tekanan maksimum yang dapat diterima oleh tanah akibat beban yang bekerja tanpa
menimbulkan kelongsoran geser pada tanah pendukung tepat di bawah dan
sekeliling pondasi. Dalam analisis daya dukung tanah, yang dipelajari adalah
kemampuan tanah dalam mendukung beban pondasi yang bekerja diatasnya
Pada penelitian ini dilakukan stabilisasi dengan cara pencampuran kapur dan
serbuk arang kelapa yang akan dicampur dengan tanah yang berasal dari Desa
Tlogorejo Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak. Dalam hal ini akan dicoba
topik penelitian Tugas Akhir dengan “Pengaruh Penambahan Abu Tongkol
Jagung dan Gypsum Pada Tanah Lempung Desa Tlogorejo Kecamatan
karangawen Kabupaten Demak Terhadap Kuat Dukung Tanah”.

1.2 Masalah
Setiap jenis tanah di setiap daerah pastilah selalu berbeda. Pada sampel
tanah yang diuji pada penelitian ini, mengambil sampel tanah sawah di daerah
Demak, tepatnya di Desa Tlogorejo. Jenis tanah di daerah tersebut berupa tanah
lempung yang sangat basah, karena saat pengambilan sampel, galian tanah untuk
mengambil tanah uji digenangi oleh air.
Seperti yang diketahui, jenis tanah lempung mempunyai daya dukung tanah
yang tidak begitu besar. Hal itu menjadi salah satu problem atau masalah yang
selalu dihadapi saat melakukan pembangunan suatu bangunan baik gedung maupun
rumah. Terutama untuk pembuatan pondasi, karena daya dukung tanah yang baik
sangat dibutuhkan untuk mendapatkan pondasi pada tanah yang stabil.
3

Beberapa upaya dilakukan untuk memperoleh stabilitas tanah dengan


melakukan uji laboratorium pada sampel tanah yang telah diambil. Pencampuran
abu tongkol jagung dan gypsum dengan variasi 0%, 6%, 12%, 18%, dan 22%.
Dengan banyaknya variasi pada uji laboratorium, dapat membandingkan pengaruh
penambahan campuran serta memperoleh komposisi campuran terbaik yang dapat
meningkatkan daya dukung tanah.

1.3 Perumusan Masalah


Agar ruang lingkup penelitian lebih jelas dan terarah diperlukan adanya batasan -
batasan masalah yaitu:
1. Pencampuran variasi abu tongkol jagung dan gypsum terhadap berat tanah
basah sebesar 0%, 6%, 12%, dan 18%.
2. Dilakukan upaya untuk meningkatkan stabilitas tanah lempung dengan
menggunakan abu tongkol jagung dan gypsum.
3. Sampel tanah yang diambil didaerah Desa Tlogorejo Kecamatan Karangawen
Kabupaten Demak, Jawa Tengah pada kedalaman 0,4 m karena kedalaman
pondasi harus disesuaikan dengan kedalaman sample tanah.
4. Pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Semarang.
5. Bentuk pondasi yang digunakan adalah Bujur sangkar, dengan ( B=D ) / lebar =
panjang
a. Dengan lebar ( B ) = 1 m
b. Kedalaman pondasi ( Df ) = 1 m, dari muka air tanah setempat ( ± 0,0 m )
c. Faktor - faktor
1) Beban ( V ) vertical (δ = 0 )
2) Sample tanah diambil ditempat yang datar. Dasar pondasi dan
permukaan tanah datar ( α=0 dan β=0)
3) Sf diambil = 1,5
4) γ yang digunakan sesuai dengan perhitungan atau kondisi tanah
sebelum dan sesudah distabilisasi
5) Kelongsoran dan penurunan tanah tidak diperhitungkan .
4

1.4 Maksud
Analisa ini diharapkan untuk mengetahui klasifikasi tanah daerah Desa
Tlogorejo Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak berdasarkan sifat fisik
dan mekanis tanah lempung. Mengetahui pengaruh penambahan abu tongkol
jagung dan gypsum terhadap kekuatan daya dukung tanah lempung sebagai
bahan campuran dan menganalisa berapa persen campuran abu tongkol jagung
dan gypsum agar memperoleh hasil yang maksimal.

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Menentukan nilai propertis tanah diantaranya kadar air (w), porositas (n),
angka pori (e), berat volume basah (γb), berat volume kering (γd), berat
volume butiran padat (γs), berat jenis (Gs)dancohesi ( c ).
2. Analisis daya dukung pondasi dangkal.
3. Membandingkan kemampuan dukung tanah yang sudah distabilisasikan
dengan tingat campuran yang berbeda dengan tanah aslinya dengan
menggunakan rumus kemampuan dukung berdasarkan Terzaghi Hansen
dan Vesic.
4. Mengetahui jenis tanah di daerah tersebut.

1.6 Manfaat
Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Diharapkan mendapatkan hasil daya dukung tanah yang lebih baik dari pada
tanah aslinya.
2. Mengetahui daya dukung tanah di Daerah Desa Tlogorejo Kecamataan
Karangawen Kabupten Demak dengan campuran abu tongkol jagung dan
gypsum serta diharapkan pula dapat menjadi referensi guna merencanakan
pondasi untuk bangunan konstruksi di Daerah Desa Tlogorejo Kecamataan
Karangawen Kabupten Demak
5

1.7 Keaslian
Penelitian di Daerah Desa Tlogorejo Kecamataan Karangawen Kabupten
Demak dengan campuran abu tongkol jagung dan gypsum untuk stabilisasi tanah
belum pernah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum
Dalam pengertian secara umum tanah didefinisikan sebagai material yang
terdiri dari agregat mineral – mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu
sama lain dan dari bahan – bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat
cair dan gas yang mengisi ruang - ruang kosong di antara partikel – pertikel padat
tersebut.
Tanah selalu mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu lokasi
pekerjaan konstruksi. Tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan, atau bahan
konstruksi dari bangunan itu sendiri (Sosrodarsono, 2000). Dalam suatu pekerjaan
konstruksi tanah mendapat posisi yang sangat penting. Kebanyakan problem tanah
dalam bidang keteknikan adalah tanah lempung yang merupakan tanah kohesif.
Tanah kohesif ini didefinisikan sebagai kumpulan partikel mineral yang
mempunyai tingkat sensitifitas tinggi terhadap perubahan kadar air sehingga
perilaku tanah sangat tergantung pada komposisi mineral, unsur kimia, teksture dan
partikel serta pengaruh lingkungan sekitarnya.

2.2. Berat Volume Tanah dan hubungan-hubungannya


Segumpal tanah dapat terdiri dari dua atau tiga bagian. Dalam tanah yang
kering, hanya akan terdiri dari dua bagian, yaitu butir-butir tanah dan pori-pori
udara. Dalam tanah yang jenuh juga terdapat dua bagian, yaitu bagian padat atau
butiran dan air pori. Dalam keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari tiga bagian, yaitu
bagian padat (butiran), pori-pori udara dan air pori. Bagian-bagian tanah dapat
digambarkan dalam bentuk diagram fase, seperti ditunjukkan Gambar.
Gambar (a) memperlihatkan elemen tanah yang mempunyai volume v dan
berat total W, sedang gambar (b) memperlihatkan hubungan berat dengan
volumenya.
7

Gambar 2.1 Diagram Fase Tanah


Sumber : Hardiyatmo, 2006, Teknik Pondasi 1
dengan:
Va = volume udara
Vw= volume air
Vs = volume butiranpadat
Vv = volume rongga pori = Va + Vw
V = volume total = Vv + Vs
Berat udara (Wa) dianggap sama dengan nol. Hubungan-hubungan volume
yang sering digunakan adalah kadar air (w), angka pori (e), porositas (n) dan derajat
kejenuhan (S).
Beberapa persamaan dalam hubungan volume berat ini adalah sebagai berikut
1. Kadar Air (w)
Adalah perbandingan antara berat air (Ww) dengan berat butiran padat (Ws)
dari volume tanah yang diselidiki. Dinyatakan dalam persen.
w = Ww/Ws x 100%
2. Porositas (n)
Adalah perbandingan antara volume rongga (Vv) dengan volume total (V).
Nilai n dapat dinyatakan dalam persen atau desimal.
e = Vv/V
3. Angka pori (e)
Didefinisikan sebagai perbandingan antara volume rongga (Vv) dengandengan
volume butiran (Vs), biasa dinyatakan dalam persen atau desimal.
e = Vv/Vs
8

4. Berat Volume Basah (γb)


Adalah perbandingan antara berat butiran tanah termasuk air dan udara (W)
dengan volume tanah (V).
γb = W/ V
dimana W = Ws + Ww + Wa
5. Berat Volume Kering (γd)
Adalah perbandingan antara berat butiran (Ws) dengan volume total (V) tanah.
γd = Ws/V
6. Berat volume butiran padat (γs)
Adalah perbandingan antara berat butiran padat (Ws) dengan volume butiran
padat (Vs).
γs = Ws/Vs
7. Berat Jenis (specific gravity, Gs)
Adalah perbandingan antara berat volume butiran padat (γ s) dengan berat
volume air (γw) pada temperatur 4o C.
Gs = γs / γw
8. Derajat kejenuhan (S)
Adalah perbandingan antara volume air (Vw) dengan volume total rongga pori
tanah (Vv), biasanya dinyatakan dalam persen,
S (%) = Vw/Vv x 100

2.3. Batas-batas Atterberg


Suatu hal yang penting pada tanah berbutir halus adalah sifat plastisitasnya.
Plastisitas disebabkan adanya partikel mineral lempung dalam tanah. Istilah
plastisitas menggambarkan kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan
bentuk pada volume yang konstan tanpa retal-retak atau remuk.
9

batas susut batas plastis batas cair

padat semi padat plastis cair

w (%)
penambahan kadar air (w)

Gambar 2.2 Batas-batas Atterberg


Sumber : Hardiyatmo, 2002, Mekanika Tanah 1

2.3.1. Batas Cair (Liquid Limit)


Batas cair (LL) didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas
antara keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis.
Batas cair biasanya ditentukan dari uji casagrande.
Hasil uji batas cair dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Kurva pada penentuan batas cair tanah lempung


Sumber : Hardiyatmo, 2002, Mekanika Tanah 1

2.3.2. Batas Plastis (Plastic Limit)


Batas plastis (PL) didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan
antara daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air dimana
tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung.
10

2.3.3. Indeks Plastisitas (Plasticity Index)


Indeks plastisitas (PI) adalah selisih batas cair dan batas plastis :
IP = LL – PL ………………………………….(2.9)
Indeks plastisitas merupakan interval kadar air, yaitu tanah masih
bersifat plastis. Jika tanah mempunyai PI tinggi, maka tanah mengandung
banyak butiran lempung, Jika PI rendah, seperti lanau, sedikit pengurangan
kadar air berakibat tanah menjadi kering. Batasan mengenai indeks
plastisitas, sifat, macam tanah, dan kohesi diberikan oleh Atterberg terdapat
dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Batasan Indeks Plastis Menurut Atterberg

PI Sifat Macam Tanah Kohesi


0 Non Plastis Pasir Non Kohesif
Kohesif
<7 Plastisitas Rendah Lanau
sebagian
7 – 17 Plastisitas Sedang Lempung berlanau Kohesif
>17 Plastisitas Tinggi Lempung Kohesif
Sumber : Hardiyatmo, 2002, Mekanika Tanah 1

2.4. Klasifikasi Tanah


Umumnya, penentuan sifat-sifat tanah banyak dijumpai dalam masalah
teknis yang berhubungan dengan tanah. Hasil dari penyelidikan dari sifat – sifat ini
kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi masalah-masalah seperti :
1. Penentuan penurunan bangunan, yaitu dengan menentukan kompresibilitas
tanah. Dari sini selanjutnya digunakan dalam persamaan penurunan yang
didasarkan pada teori konsolidasi.
2. Penentuan kecepatan air yang mengalir lewat benda uji guna menghitung
koefisien permeabilitas. Dari sini kemudian dihubungkan dengan hukum Darcy
dan jaring arus (flownet) untuk menentukan debit aliran yang lewat struktur
tanah.
3. Untuk mengevaluasi stabilitas tanah yang miring yaitu dengan menetukan kuat
geser tanah. Dari sini kemudian disubstitusikan dalam rumus statika (stabilitas
lereng).
11

Kebanyakan klasifikasi tanah menggunakan indeks tipe pengujian yang


sangat sederhana untuk memperoleh karakteristik tanah. Karakteristik tersebut
digunakan untuk menentukan kelompok klasifikasi. Umumnya, klasifikasi tanah
didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisis saringan (dan uji
sedimentasi) dan plastisitas.
Terdapat dua sistem klasifikasi yang sering digunakan, yaitu Unified Soil
Classification System dan AASHTO (American Associaton of State Highway and
Transportation Officials). Sistem – sistem ini menggunakan sifat-sifat indeks tanah
yang sederhana seperti distribusi butiran, batas cair, dan indeks plastisitas.

2.4.1. Sistem Klasifikasi Unified


Pada sistem Unified, suatu tanah diklasifikasikan ke dalam tanah
berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika lebih dari 50 % tinggal dalam saringan
nomer 200, dan sebagai tanah berbutir halus (lanau dan lempung) jika lebih
dari 50 % lewat saringan 200. Yang selanjutnya tanah diklasifikasikan
dalam sejumlah kelompok dan sub kelompok.
12

Tabel 2.2 Sistim Klasifikasi Tanah ( ASTM D 2487 – 66T )


Simbol
Klasifikasi umum Nama Jenis
klasifikasi
Lanau inorganik, pasir
sangat halus, debu padas,
ML
pasir halus berlanau atau
berlempung
Lanau dan Lempung inorganik dengan
lempung plastisitas rendah atau
LL ≤ 50 % sedang,lempung dari
CL kerikil, lempung berpasir,
lempung berlanau, lempung
dengan berviskositas
rendah
Lanau organik dengan
Tanah berbutir halus
OL plastisitas rendah dan
lebih dari 50% lolos
lempung berlanau organik
ayakan 74µ Lanau inorganik dengan
plastisitas rendah atau
sedang, lempung dari
MH
kerikil, lempung berpasir,
Lanau dan
lempung berlanau, lempung
lempung
dengan viskositas rendah
LL > 50 %
Lempung inorganik dengan
CH plastisitas tinggi, lempung
dengan viskositas tinggi
Lempung organik dengan
OH plastisitas sedang sampai
tinggi
Sumber : Sosrodarsono, 2000, Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

Batas konsistensi tanah menurut sistem klasifikasi tanah unified


13

Gambar 2.4. Grafik Sistem Klasifikasi Tanah Unified

Sumber : Sosrodarsono, 2000, Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

2.4.2. Sistem Klasifikasi AASHTO


Sistem klasifikasi AASHTO berguna untuk menentukan kualitas
tanah untuk perencanaan timbunan jalan, subbase dan subgrade. Sistem ini
terutama ditujukan untuk maksud-maksud dalam lingkup tersebut.

2.5. Sifat Mekanis Tanah


Sifat mekanis tanah yaitu perilaku tanah akibat diberikannya gaya terhadap
tanah. Sifat-sifat mekanis tanah antara lain : kuat geser tanah, sudut geser dalam,
dan nilai kohesi tanah.
Sifat-sifat mekanis tanah tersebut dapat diketahui dengan melakukan
pengujian geser langsung (Direct Shear Test). Dalam pengujian uji geser langsung,
terdapat beberapa batasan, antara lain :
1. Tanah benda uji dipaksa untuk mengalami keruntuhan (fail) pada bidang yang
telah ditentukan sebelumnya.
2. Distribusi tegangan pada bidang kegagalan tidak uniform.
3. Tekanan air pori tidak dapat diukur.
4. Deformasi yang diterapkan pada benda uji hanya terbatas pada gerakan
maksimum sebesar alat geser langsung dapat digerakkan.
5. Pola tegangan pada kenyataannya adalah sangat kompleks dan arah dari bidang-
bidang tegangan utama berotasi ketika regangan geser ditambah.
14

6. Drainasi tidak dapat dikontrol, kecuali hanya dapat ditentukan kecepatan


penggeserannya.
7. Luas bidang kontak antara tanah di kedua setengah bagian kotak geser
berkurang ketika pengujian berlangsung. Koreksi mengenai kondisi ini
diberikan oleh (Petley, 1966, dalam Hardiyatmo, 2002). Tetapi pengaruhnya
sangat kecil pada hasil pengujiannya, hingga dapat diabaikan.

Gambar 2.5 Alat Uji Geser Langsung


Sumber : Hardiyatmo, 2002, Mekanika Tanah 1
Tegangan normal dapat dihitung dengan persamaan :

σ (tegangan normal) =

Tegangan geser yang melawan pergerakan pergeseran geser dapat dihitung


dengan persamaan :

τ( tegangan geser) =
15

Shear Stress (kg/cm2)


f(x) = 0.16
f(x)x=+0.16
0.12x + 0.12
R² = 1 R² = 1

Normal Stress (kg/cm2)

gambar 2.6 Grafik hubungan τ (kg/cm2) dengan σ (kg/cm2)


Sumber : Hardiyatmo, 2002, Teknik Pondasi 1

Analisisnya dilakukan dengan menganggap bahwa tanah berkelakuan


sebagai bahan yang bersifat plastis. Pada umumnya didasarkan pada persamaan
Mohr - Coulomb :

τ = c + σ tg φ (2.12)

dengan :
τ = tahanan geser tanah (kN/m2)
c = kohesi tanah (kN/m2)
σ = tegangan normal (kN/m2)
φ = sudut geser dalam tanah (º)

2.6. Stabilisasi Tanah


Stabilisasi tanah adalah usaha untuk memperbaiki tanah yang bermasalah
agar tanah memenuhi syarat sesuai dengan fungsinya. Stabilisasi dapat dilakukan
dengan cara mekanis, fisis dan kimiawi. Secara umum maksud dan tujuan
stabilisasi tanah secara kimia adalah menambah kuat dukung, mengurangi
kompresibilitas, mengurangi perubahan volume, dan mengurangi kapileritas.
Apabila dalam suatu proyek bangunan terdapat tanah yang tidak memenuhi
persyaratan daya dukungnya disebabkan sifatnya yang lunak,mempunyai indeks
16

konsistensi yang terlalu tinggi, mempunyai permeabilitas yang terlalu tinggi, atau
mempunyai sifat lain yang tidak diinginkan maka tanah tersebut harus distabilkan.
Stabilisasi tanah dapat terdiri dari salah satu kombinasi dari pekerjaan berikut :
a) Stabilisasi Mekanik
Stabilisasi mekanik adalah stabilisasi yang dilakukan untuk mendapatkan
kepadatan tanah yang maksimum yang dilakukan dengan menggunakan peralatan
mekanis seperti mesin gilas (roller), benda berat yang dijatuhkan (pounder),
ledakan(explosive), tekanan statis, tekstur, pembekuan, dan pemanasan.
b) Stabilisasi Fisik
Stabilisasi fisik adalah stabilisasi yang dilakukan untuk merubah sifat-sifat
tanah dengan cara pemanasan (heating), pendinginan (cooling), dan menggunakan
arus listrik. Salah satu jenis stabilisasi fisik yang sering dipakai adalah pemanasan.
c) Stabilisasi Kimia
Stabilisasi kimia adalah stabilisasi yang dilakukan dengan memberikan
bahan kimia pada tanah sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan sifat-sifat
tanah tersebut. Pencampuran kimia yang sering dilakukan adalah dengan
menambahkan semen, kapur, abu batu bara, aspal, geosta dan lain sebagainya pada
tanah.

2.7. Abu Tongkol Jagung


Abu tongkol jagung adalah abu dari hasil pembakaran tongkol jagung. Jagung
adalah salah satu bahan makanan yang sangat potensial untuk dijadikan bahan
produksi berbagai makanan. Akan tetapi tetapi tongkol jagung atau biasanya orang
menyebut bonggol / janggel jagung akan menjadi limbah yang berbahaya untuk
lingkungan jika tidak ada penanganan secara tepat. Tapi jika tongol jagung
dimanfaatkan dengan baik, akan menjadi tongkol jagung yang bernilai guna.
Limbah tongkol jagung bila dibakar akan menghasilkan abu yang memiliki
kandungan silika oksida sebesar 68,5%. Silika oksida ini memiliki kerekatan seperti
semen yang dapat digunaka sebagai bahan tambahan atau pengganti semen.

2.8. Gypsum
Gypsum adalah salah satu contoh mineral dengan kadar kalsium yang
mendominasi pada mineralnya. Gipsum yang paling umum ditemukan adalah jenis
17

hidrat kalsium sulfat dengan rumus kimia CaSO4.2H2O. Gipsum adalah salah satu


dari beberapa mineral yang teruapkan.

2.9. Tanah Lempung


Tanah lempung dan mineral lempung adalah tanah yang memiliki partikel –
partikel mineral tertentu yang “menghasilkan sifat - sifat plastis pada tanah bila
dicampur dengna air” (Risman,2011 ). Partikel - partikel tanah berukuran yang
lebih kecil dari 2 mikron (=2μ), atau <5 mikron menurut sistem klasifikasi yang
lain, disebut saja sebagai partikel berukuran lempung daripada disebut lempung
saja. Partikel – partikel dari mineral lempung umumnya berukuran koloid (<1μ)
dan ukuran 2μ merupakan batas atas (paling besar) dari ukuran partikel mineral
lempung.
Untuk menentukan jenis lempung tidak cukup hanya dilihat dari ukuran
butirannya saja tetapi perlu diketahui mineral yang terkandung didalamnya ASTM
D- 653 memberikan batasan bahwa secara fisik ukuran lempung adalah partikel
yang berukuran antara 0,002 mm samapi 0,005 mm. Sifat -sifat yang dimiliki tanah
lempung (Hardiyatmo, 1999) adalah sebagai berikut:
1. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm
2. Permeabilitas rendah
3. Kenaikan air kapiler tinggi
4. Bersifat sangat kohesif
5. Kadar kembang susut yang tinggi
6. Proses konsolidasi lambat

2.10 . Kapasitas Dukung Tanah

Analisis kapasitas dukung tanah mempelajari kemampuan tanah dalam


mendukung beban pondasi dari struktur yang terletak diatasnya. Kapasitas dukung
menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan penurunan akibat pembebanan,
yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah disepanjang bidang-bidang
gesernya. Apabila beban yang bekerja pada tanah pondasi telah melampaui daya
dukung batasnya, tegangan geser yang ditimbulkan didalam tanah pondasi
melampaui ketahanan geser tanah pondasi maka akan berakibat keruntuhan geser
18

dari tanah pondasi. Analisis kapasitas dukung, dilakukan dengan cara pendekatan
untuk memudahkan hitungan. Persamaan-persamaan yang dibuat, dikaitkan dengan
sifat-sifat tanah dan bentuk bidang geser yang terjadi saat keruntuhan

2.10.1. Teori terzaqhi ( Mengenai Daya Dukung Tanah )


Dimisalkan pondasi lajur dengan lebar B, yang dalamnya Df dan
memikul beban QkN/m² ( Lihat Gambar ), Pada tanah dasar bekerja tekanan
s = Q/BkN/m². Jika Q atau σ terlalu besar, pondasi akan turun , jika
tercapai ultimit tanah akan runtuh dan menggeser ke samping.

Gambar 2.7 : Tekanan pada tanah akan menyebabkan keruntuhan dan


menimbulkan tekanan aktif dan pasif sehingga tanah menggeser ke
samping.
Pada gambar di atas disederhanakan dan dianggap sebagai berikut:
- Bidang longsoran dianggap garis lurus.
- Yang mendorong tekanan aktif, yang melawan tekanan pasif.
- Muka tanah dianggap satu bidang dengan dasar pondas, berat tanah
setebal Df dianggap beban terbagi rata q = Df γ kN/m²
Dianggap tekanan aktif dan pasif pada bidang vertikal fiktif KM sebagai
berikut,
19

Gambar 2.8. Tekanan aktif dan pasif yang disebabkan tekanan normal.

Pada keadaan ultimit sama dengan kondisi seimbang yang terakhir sebelum
runtuh σ = σ untuk lebar a meter

Ea = ½ H2 g Ka + g H Ka - 2H c

Ep = ½ H2 g Kp + q H Kp- 2H c
Pada keadaan ini :
Ea = Ep = σ ult maka didapat :

σ ult = Ka 2 H c ( + ) + H q Kp + H2 g ( Kp-Ka)
Dengan H = B

σ ult =2c +q + 0,5 Bγ


/a/
Dan dapat ditulis sebagai berikut :
σ ult = c. Nc + q.Nq + 0,5 BγNγ (Rumus Terzaghi) /b/
Oleh Terzaqhi digunakan rumus dengan bentuk persamaan /b/ tetapi
nilainya tidak sama persis seperti persamaan /a/, diadakan koreksi
mengingat
- Bidang longsor buang garis lurus
- Diperhitungkan terhadap bentuk pondasi
 Persegi ( square)
- Dibedakan keadaan :
 Kondisi general shear
 Kondisi lokal shear
Ditulis dalam beberapa Rumus ;
1) General Shear
20

- Continuous footing
σult = c. Nc + q. Nq + 0,5 B . γ Nγ
- Square footing
σult = 1,3 c . Nc + q. Nq + 0,4 B . γ Nγ
- Round footing
σult = 1,3 c. Nc + q. Nq + 0,3 B.γ Nγ
2) Local Shear
- Continuous footing
σult = C’. Nc’ + q’. Nq’.0,5 B.γ Nγ
- Square footing
σult = 1,3 c’.Nc’.+ q’.Nq’ + 0,4 B.γ Nγ
- Round footing
σult = 1,3 c’. Nc’ + q’. Nq’ +0,3 B.γ Nγ
Rumus – rumus di atas agak disederhanakan menjadi 2 rumus :
General Shear :
σult = α c.Nc + q.Nq+β B.γ Nγ
Lokal Shear :
σult = αc’.Nc’ + q’. Nq’ +β B.γ Nγ
Dalam rumus tersebut :
1) α dan β adalah faktor bentuk pondasi dimana :
Bentuk Pondasi α β
Lajur (c) 1,0 0,5
Persegi (s) 1,3 0,4
Bulat (r) 1,3 0,3

2) Nc, Nq, Nγ serta Nc’,Nq’,Nγ’ adalah


- Koefisien daya dukung tanah untuk general shear dan lokal shear.
- Besarnya ditentukan oleh tanah di bawah dasar pondasi.
- Disajikan dalam tabel dan grafik atau rumus tapi bukan seperti
persamaan /a/
3) Lebar Pondasi ( B)
- Untuk pondasi lajur adalah lebarnya.
21

- Untuk lingkaran dimana B adalah diameter.


- Untuk segi empat diambil sisi yang kecil.
4) Nilai parameter f, c , g yang dipakai pada rumus adalah parameter dari
tanah yang ada di bawah dasar pondasi.
- Jika tanah ada di bawah muka air terendam maka digunakan berat
volume terendam (γ)
- Jika kondisi tanah di bawah dasar pondasi itu tidak homogen atau
berlapis – lapis digunakan nilai φ, c, dan γ rata – rata

2.10.2 Metode Brinch Hansen


Teori Brinch Hansen mengenai persamaan daya dukung pada
dasarnya sama dengan Terzaghi. Yang membedakan adalah Brinch Hansen
memperhatikan pengaruh bentuk pondasi, kedalaman pondasi, inklinasi
beban, inklinasi dasar dan inklinasi permukaan tanah.

Qu = = sc.dc.ic.bc.gc.cNc + sq.dq.iq.bq.gq.po.Nq + s.d. i.b.g.0,5 .B N


Dengan :
Qu = komponen vertikal ultimit
B = lebar pondasi (m)
L’, B’ = panjang dan lebar efektif pondasi (m)
 = berat volume tanah (kN/m3)
C = kohesi tanah (kN/m2)
Po = tekanan overburden di dasar pondasi (kN/m2)
scsqs = faktor-faktor bentuk pondasi
dcdqd = faktor-faktor kedalaman pondasi
iciqi = faktor-faktor kemiringan beban
bcbqb = faktor-faktor kemiringan dasar
gcgqg = faktor-faktor kemiringan permukaan
NcNqN = faktor-faktor kapasitas dukungHansen.
Nilai faktor daya dukung lainnya terdapat pada tabel 2.4. Dalam
perhitungan faktor kemiringan beban nilai kohesi c diganti dengan nilai ca
(adhesi) apabila dasar pondasi tidak terlalu kasar. Nilai adhesi ca ini
diperoleh dari mengalikan faktor adhesi dengan nilai kohesi.
22

φ (°) N N N φ (°) N N N
c q γ c q γ
0 5,14 1,00 0,00 26 22,25 11,85 7,94
1 5,38 1,09 0,00 27 23,94 13,20 9,32
2 5,63 1,20 0,01 28 25,80 14,72 10,94
3 5,90 1,31 0,02 29 27,86 16,44 12,84
4 6,19 1,43 0,05 30 30,14 18,40 15,07
5 6,49 1,57 0,07 31 32,67 20,63 17,69
6 6,81 1,72 0,11 32 35,49 23,18 20,79
7 7,16 1,88 0,16 33 38,64 26,09 24,44
8 7,53 2,06 0,22 34 42,16 29,44 28,77
9 7,92 2,25 0,30 35 46,12 33,30 33,92
10 8,34 2,47 0,39 36 50,59 37,75 40,05
11 8,80 2,71 0,50 37 55,63 42,92 47,38
12 9,28 2,97 0,63 38 61,35 48,93 56,17
13 9,81 3,26 0,78 39 67,87 55,96 66,76
14 10,37 3,59 0,97 40 75,31 64,20 79,54
15 10,98 3,94 1,18 41 83,86 73,90 95,05
16 11,63 4,34 1,43 42 93,71 85,37 113,9
6
17 12,34 4,77 1,73 43 105,11 99,01 137,1
0
18 13,10 5,26 2,08 44 118,37 115,31 165,5
8
19 13,93 5,80 2,48 45 133,87 134,87 200,8
1
20 14,83 6,40 2,95 46 152,10 158,50 244,6
5
21 15,81 7,07 3,50 47 173,64 187,21 299,5
2
22 16,88 7,82 4,13 48 199,26 222,30 368,6
7
23 18,05 8,66 4,88 49 229,92 265,50 456,4
0
24 19,32 9,60 5,75 50 266,88 319,06 568,5
7

Tabel 2.3. Faktor Daya Dukung Hansen


(Sumber : Hary C.H., 2002)

Hansen menganalisa daya dukung dalam kondisi plane strain seperti yang
dilakukan Meyerhof dimana analisa ini hanya dapat digunakan apabila
pondasi berbentuk memanjang tak berhingga. Oleh karena itu, Hansen
menyarankan adanya koreksi sudut geser dalam sehingga nilai sudut geser dalam φ
23

ps = 1,1 φtr dengan φ ps adalah sudut geser dalam yang digunakan dalam
perhitungan daya dukung tanah dan φ Dr adalah sudut geser dalam dari uji triaksial.

2.10.3 Metode Vesic

Fase-fase keruntuhan fondasi pada pembebanan yang berangsur-angsur :

Fase I. Saat awal penerapan beban, tanah di bawah fondasi turun yang diikuti oleh
deformasi tanah ke arah lateral dan vertikal kebawah. Sejauh beban yang diterapkan
relatif kecil, penurunan yang jadi kira-kira sebanding dengan besarnya beban yang
diterapkan. Dalam keadaan ini, tanah masih dalam kondisi keseimbangan elastis.
Massa tanah yang terletak di bawah fondasi mengalami kompresi atau pemadatan
yang mengakibatkan kenaikan kuat geser tanah, sehingga menambah kapasitas
dukungnya.
Fase II. Pada penambahan beban selanjutnya, baji tanah terbentuk tepat di dasar
fondasi dan deformasi plastis tanah menjadi semakin nampak. Gerakan tanah pada
kedudukan plastis dimulai dari tepi fondasi. Dengan bertambahnya beban. zona plastis
berkembang. Gerakan tanah ke arah lateral menjadi semakin nyata yang diikuti oleh
retakan lokal dan geseran tanah di sekeliling tepi fondasi. Dalam zona plastis, kuat
geser tanah sepenuhnya berkembang untuk rnenahan beban yang bekerja.

Fase III. Fase ini dikarakteristikkan oleh kecepatan deformasi yang semakin
bertambah seiring dengan penambahan beban. Deformasi tersebut diikuti oleh gerakan
tanah ke luar yang disertai dengan menggelembungnya tanah permukaan, dan
kemudian tanah pendukung fondasi mengalami keruntuhan dengan bidang runtuh
yang berbentuk lengkungan dan garis, yang disebut bidang geser radial dan bidang
geser linier.
Berdasarkan hasil uji model, Vesic (1963) membagi mekanisme keruntuhan fondasi
menjadi 3 macam :

(1) Keruntuhan geser umum (general shear failure)


(2) Keruntuhan geser lokal (local shear failure).
(3) Keruntuhan penetrasi (penetration failure atau punching shecir failure)
24

Gambar 2.9 Fase-fase keruntuhan pondasi a) Fase I, b) Fase II,


c) Fase III (Vesic 1963)

Analisis kapasitas daya dukung dilakukan dengan cara pendekatan untuk


mempermudah perhitungan-perhitunganya. Persamaan-persamaan yang dibuat
dikaitkan dengan sifat-sifat tanah dan bentuk bidang geser yang terjadi saat
keruntuhan . Vesic menyarankan penggunaan faktor-faktor kapasitas daya dukung
yang diperoleh oleh beberapa peneliti. Persamaan kapasitas daya dukung
selengkapnya memberikan pengaruh-pengaruh seperti kedalaman, bentuk pondasi,
kemiringan dan eksentrisitas beban, kemiringan dasar dan kemiringan permukaan.

Rumus perhitungan kapasitas dukung (qu) yang digunakan adalah :

Qu = = sc.dc.ic.bc.gc.cNc + sq.dq.iq.bq.gq.po.Nq + s.d. i.b.g.0,5 .B N

Dengan :
Qu = komponen vertikal ultimit
B = lebar pondasi (m)
L’, B’ = panjang dan lebar efektif pondasi (m)
 = berat volume tanah (kN/m3)
C = kohesi tanah (kN/m2)
Po = tekanan overburden di dasar pondasi (kN/m2)
25

scsqs = faktor-faktor bentuk pondasi


dcdqd = faktor-faktor kedalaman pondasi
iciqi = faktor-faktor kemiringan beban
bcbqb = faktor-faktor kemiringan dasar
gcgqg = faktor-faktor kemiringan permukaan
NcNqN = faktor-faktor kapasitas dukung Vesic

Faktor-faktor bentuk pondasi Vesic :

Tabel 2.8 Faktor bentuk pondasi Vesic(2005)

Faktor bentuk Pondasi Pondasi empat Pondasi bujur


memanjang persegi panjang sangkar atau
lingkaran

Sc 1 1 + (B/L) (Nc/Nq) 1 + (Nc/Nc)


Sq 1 1 + (B/L) tg φ 1 + tg φ
Sy 1 1 – 0,4(B/L) ≥ 0,6 0,6

Tabel 2.9 Faktor bentuk pondasi Vesic(2005)

Faktor bentuk Nilai Keterangan

dc 1 + 0,4 (D/B) Batasan :


dq 1+2 (D/B) tg φ(1sin φ)2 Bila (D/B) > 1, maka (D/B)
dy 1 Diganti dengan arc tg (D/B)

Tabel 2.10 Pertimbangan pemakaian persamaan kapasitas dukung

Cara Sangat Baik digunakan untuk

Terzaghi Tanah berkohesi, dimana D/B ≤ 1 atau untuk


estimasi qu secaracepat untuk dibandingkan dengan
cara lain. Jangan digunakan digunakan bila pondasi
mengalami momen ( beban tidak sentris) dan atau
26

gaya horisontal , atau bila dasar pondasi miring.


Hansen, Meyerhoff, Sembarang situasi dapat diterapkan, tergantung pada
dan kesukaan pemakai
Vesic
Jika dasar pondasi miring atau pondasi pada lereng
atau bila D/B > 1
Hansen, Vesic
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bagan Alur Penelitian

Mulai

Mengumpulkan buku referensi


tentang
Tanah dan bahan Stabilisasi

Pengambilan Tanah Desa Tlogorejo Kecamatan Karangawen


Kabupaten Demak dengan campuran Abu tongkol jagung dan
Gypsum

Penelitian di Laboratorium

Pengujian Tanah Asli Pengujian Tanah dicampur Abu tongkol


1. Soil Properties jagung dan gypsum 0%, 6%, 12%, 18%
2. Batas Atterberg 1. Direct Shear Test
3. Direct Shear Test 2. Soil Properties
4. Sieve Analysist Hydrant 3. Batas Atterberg ( PL, LL )
5. Uji pemadatan proctor 4. Uji pemadatan proctor

Hasil Uji Penelitian Laboratorium

Analisa Kapasitas Dukung Pondasi Dangkal


dengan Metode Terzaghi Hansen dan Vesic

Kesimpulan& Saran

Selesai
3.2 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data primer hasil dari
uji penelitian laboratorium.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Uji laboratorium, yaitu
pengujian kualitas material yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanika Tanah
Fakultas Teknik Universitas Semarang berupa pengujian soil properties, batas-batas
atterberg, analisa saringan, Proctor Standart, dan uji kadar lumpur. Pengumpulan
data menggunakan metode observasi (pengamatan) pada obyek yang diuji di
laboratorium.Mengamati hasil uji penelitian laboratorium dan mencatat data secara
sistematik. Kemudian mengolah data tersebut dengan bantuan data penunjang
lainnya.

3.2 Waktu Pelaksanaan


Tabel 3.1 Time Schedule

URAIAN SEP SEP OKT OKT NOV DES


NO
PEKERJAAN 2020 2020 2020 2020 2020 2020

Pengajuan
I
Proposal

Ijin Pemakaian
II
Laboratorium
Pengambilan
tanah dan
III
bahan
campuran
Uji
IV
Laboraturium
Penyusunan
V
Laporan

3.5 Sistematika Penulisan


29

Laporan Penelitian ini disusun dalam 3 (tiga) bagian yang mencakup bagian
awal, bagian pokok, dan bagian akhir. Bagian awal yang terdiri dari Halaman Judul,
Halaman Pengesahan, Lembar Persembahan, Kata Pengantar, Abstraksi, Daftar Isi,
Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Daftar Lampiran. Pada bagian akhir terdiri dari
Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran. Sebagian besar dari penyusunan laporan
penelitian ini terletak pada bagian pokok yang terdiri dari 5 (lima) bab. Untuk garis
besarnya sistematika penulisan Laporan ini adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN
Dalam bagian ini diuraikan tentang : latar belakang, identifikasi masalah, batasan
masalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini merupakan Studi Pustaka yang berisi Tinjauan Umum, yakni
membahas stabilisasi tanah dengan bahan campuran lainnya. Dalam bagian ini
diuraikan mengenai pengertian dasar teori.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara melakukan penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam bagian ini berisi uraian mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan
di laboratorium dan pembahasan perhitungan stabilitas dengan metode Terzaghi
dan Analisis Skempton.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pedoman Praktikum Mekanika Tanah, Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan


Teknik Sipil Semarang.
Borneo, 2009(26), 160-169. Retrived from Jurnal Riset Industri Hutan Vol 8, No 2,
Desember 2016 53-64

Gogot, Setyo, Budi, 2011, Pondasi Dangkal, Penerbit Andi Publisher, Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady, 1999, Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady, 2002, Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady, 2003, Mekanika Tanah II, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Hardiyatmo, Hary Christady, 2006, Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Henry, D Foth, 1994, Dasar Dasar Ilmu Tanah, Jilid 6.Penerbit Erlangga, Jakarta.

Lempang,M., 2014. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Balai Penelitian


Kehutanan Makasar, 11 (2): 65-80
Risman, 2011 (hal:66), Analisis Daya Dukung Tanah Lempung yang Distabilisasi dengan
Kapur dan Pasir, Wahana TEKNIK SIPIL, Volume 16 nomor 2. Desember 2011.
ISSN:0853-8727 e-ISSN:2527-4333. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang
jurnal.polines.ac.id/jurnal/index.php/wahana/article/view/107
Soedarmo, G. Djatmiko, Mekanika Tanah 1, Kanisius, Malang.
Sosrodarsono, Suyono ,2000, Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai