Proposal Tugas Akhir Iqbal Mex
Proposal Tugas Akhir Iqbal Mex
USM
Oleh:
MUHAMMAD ABDUL KHAMID M. C.111.16.0029
IQBAL BAYU AJI C.111.16.0050
Disusun oleh :
Mengetahui :
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Semarang
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iv
LEMBAR SOAL.................................................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Masalah.............................................................................................................2
1.3. PerumusanMasalah...........................................................................................3
1.4. Maksud..............................................................................................................4
1.5.Tujuan................................................................................................................4
1.6.Manfaat..............................................................................................................4
1.7.Keaslian..............................................................................................................5
1
2
dengan cara mekanis,fisis dan kimiawi. Secara umum maksud dan tujuan
stabilisasi tanah secara kimia adalah menambah kuat dukung, mengurangi
kompresibilitas, mengurangi perubahan volume,dan mengurangi kapileritas.
Stabilisasi tanah dapat dilakukan dengan cara mencampur tanah dengan berbagai
macam material yang mempunyai sifat mengikat seperti kapur, semen, flyash atau
abu batubara, belerang, serbuk batubata, serbuk genteng tanah, serbuk arang kayu
dan masih banyak lagi.
Daya dukung tanah (bearing capacity) adalah kekuatan tanah untuk menahan
suatu beban yang bekerja padanya yang biasanya disalurkan melalui pondasi.
Kapasitas/daya dukung tanah batas (qu = qult = ultimate bearing capacity) adalah
tekanan maksimum yang dapat diterima oleh tanah akibat beban yang bekerja tanpa
menimbulkan kelongsoran geser pada tanah pendukung tepat di bawah dan
sekeliling pondasi. Dalam analisis daya dukung tanah, yang dipelajari adalah
kemampuan tanah dalam mendukung beban pondasi yang bekerja diatasnya
Pada penelitian ini dilakukan stabilisasi dengan cara pencampuran kapur dan
serbuk arang kelapa yang akan dicampur dengan tanah yang berasal dari Desa
Tlogorejo Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak. Dalam hal ini akan dicoba
topik penelitian Tugas Akhir dengan “Pengaruh Penambahan Abu Tongkol
Jagung dan Gypsum Pada Tanah Lempung Desa Tlogorejo Kecamatan
karangawen Kabupaten Demak Terhadap Kuat Dukung Tanah”.
1.2 Masalah
Setiap jenis tanah di setiap daerah pastilah selalu berbeda. Pada sampel
tanah yang diuji pada penelitian ini, mengambil sampel tanah sawah di daerah
Demak, tepatnya di Desa Tlogorejo. Jenis tanah di daerah tersebut berupa tanah
lempung yang sangat basah, karena saat pengambilan sampel, galian tanah untuk
mengambil tanah uji digenangi oleh air.
Seperti yang diketahui, jenis tanah lempung mempunyai daya dukung tanah
yang tidak begitu besar. Hal itu menjadi salah satu problem atau masalah yang
selalu dihadapi saat melakukan pembangunan suatu bangunan baik gedung maupun
rumah. Terutama untuk pembuatan pondasi, karena daya dukung tanah yang baik
sangat dibutuhkan untuk mendapatkan pondasi pada tanah yang stabil.
3
1.4 Maksud
Analisa ini diharapkan untuk mengetahui klasifikasi tanah daerah Desa
Tlogorejo Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak berdasarkan sifat fisik
dan mekanis tanah lempung. Mengetahui pengaruh penambahan abu tongkol
jagung dan gypsum terhadap kekuatan daya dukung tanah lempung sebagai
bahan campuran dan menganalisa berapa persen campuran abu tongkol jagung
dan gypsum agar memperoleh hasil yang maksimal.
1.6 Manfaat
Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Diharapkan mendapatkan hasil daya dukung tanah yang lebih baik dari pada
tanah aslinya.
2. Mengetahui daya dukung tanah di Daerah Desa Tlogorejo Kecamataan
Karangawen Kabupten Demak dengan campuran abu tongkol jagung dan
gypsum serta diharapkan pula dapat menjadi referensi guna merencanakan
pondasi untuk bangunan konstruksi di Daerah Desa Tlogorejo Kecamataan
Karangawen Kabupten Demak
5
1.7 Keaslian
Penelitian di Daerah Desa Tlogorejo Kecamataan Karangawen Kabupten
Demak dengan campuran abu tongkol jagung dan gypsum untuk stabilisasi tanah
belum pernah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Dalam pengertian secara umum tanah didefinisikan sebagai material yang
terdiri dari agregat mineral – mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu
sama lain dan dari bahan – bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat
cair dan gas yang mengisi ruang - ruang kosong di antara partikel – pertikel padat
tersebut.
Tanah selalu mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu lokasi
pekerjaan konstruksi. Tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan, atau bahan
konstruksi dari bangunan itu sendiri (Sosrodarsono, 2000). Dalam suatu pekerjaan
konstruksi tanah mendapat posisi yang sangat penting. Kebanyakan problem tanah
dalam bidang keteknikan adalah tanah lempung yang merupakan tanah kohesif.
Tanah kohesif ini didefinisikan sebagai kumpulan partikel mineral yang
mempunyai tingkat sensitifitas tinggi terhadap perubahan kadar air sehingga
perilaku tanah sangat tergantung pada komposisi mineral, unsur kimia, teksture dan
partikel serta pengaruh lingkungan sekitarnya.
w (%)
penambahan kadar air (w)
σ (tegangan normal) =
τ( tegangan geser) =
15
τ = c + σ tg φ (2.12)
dengan :
τ = tahanan geser tanah (kN/m2)
c = kohesi tanah (kN/m2)
σ = tegangan normal (kN/m2)
φ = sudut geser dalam tanah (º)
konsistensi yang terlalu tinggi, mempunyai permeabilitas yang terlalu tinggi, atau
mempunyai sifat lain yang tidak diinginkan maka tanah tersebut harus distabilkan.
Stabilisasi tanah dapat terdiri dari salah satu kombinasi dari pekerjaan berikut :
a) Stabilisasi Mekanik
Stabilisasi mekanik adalah stabilisasi yang dilakukan untuk mendapatkan
kepadatan tanah yang maksimum yang dilakukan dengan menggunakan peralatan
mekanis seperti mesin gilas (roller), benda berat yang dijatuhkan (pounder),
ledakan(explosive), tekanan statis, tekstur, pembekuan, dan pemanasan.
b) Stabilisasi Fisik
Stabilisasi fisik adalah stabilisasi yang dilakukan untuk merubah sifat-sifat
tanah dengan cara pemanasan (heating), pendinginan (cooling), dan menggunakan
arus listrik. Salah satu jenis stabilisasi fisik yang sering dipakai adalah pemanasan.
c) Stabilisasi Kimia
Stabilisasi kimia adalah stabilisasi yang dilakukan dengan memberikan
bahan kimia pada tanah sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan sifat-sifat
tanah tersebut. Pencampuran kimia yang sering dilakukan adalah dengan
menambahkan semen, kapur, abu batu bara, aspal, geosta dan lain sebagainya pada
tanah.
2.8. Gypsum
Gypsum adalah salah satu contoh mineral dengan kadar kalsium yang
mendominasi pada mineralnya. Gipsum yang paling umum ditemukan adalah jenis
17
dari tanah pondasi. Analisis kapasitas dukung, dilakukan dengan cara pendekatan
untuk memudahkan hitungan. Persamaan-persamaan yang dibuat, dikaitkan dengan
sifat-sifat tanah dan bentuk bidang geser yang terjadi saat keruntuhan
Gambar 2.8. Tekanan aktif dan pasif yang disebabkan tekanan normal.
Pada keadaan ultimit sama dengan kondisi seimbang yang terakhir sebelum
runtuh σ = σ untuk lebar a meter
Ea = ½ H2 g Ka + g H Ka - 2H c
Ep = ½ H2 g Kp + q H Kp- 2H c
Pada keadaan ini :
Ea = Ep = σ ult maka didapat :
σ ult = Ka 2 H c ( + ) + H q Kp + H2 g ( Kp-Ka)
Dengan H = B
- Continuous footing
σult = c. Nc + q. Nq + 0,5 B . γ Nγ
- Square footing
σult = 1,3 c . Nc + q. Nq + 0,4 B . γ Nγ
- Round footing
σult = 1,3 c. Nc + q. Nq + 0,3 B.γ Nγ
2) Local Shear
- Continuous footing
σult = C’. Nc’ + q’. Nq’.0,5 B.γ Nγ
- Square footing
σult = 1,3 c’.Nc’.+ q’.Nq’ + 0,4 B.γ Nγ
- Round footing
σult = 1,3 c’. Nc’ + q’. Nq’ +0,3 B.γ Nγ
Rumus – rumus di atas agak disederhanakan menjadi 2 rumus :
General Shear :
σult = α c.Nc + q.Nq+β B.γ Nγ
Lokal Shear :
σult = αc’.Nc’ + q’. Nq’ +β B.γ Nγ
Dalam rumus tersebut :
1) α dan β adalah faktor bentuk pondasi dimana :
Bentuk Pondasi α β
Lajur (c) 1,0 0,5
Persegi (s) 1,3 0,4
Bulat (r) 1,3 0,3
φ (°) N N N φ (°) N N N
c q γ c q γ
0 5,14 1,00 0,00 26 22,25 11,85 7,94
1 5,38 1,09 0,00 27 23,94 13,20 9,32
2 5,63 1,20 0,01 28 25,80 14,72 10,94
3 5,90 1,31 0,02 29 27,86 16,44 12,84
4 6,19 1,43 0,05 30 30,14 18,40 15,07
5 6,49 1,57 0,07 31 32,67 20,63 17,69
6 6,81 1,72 0,11 32 35,49 23,18 20,79
7 7,16 1,88 0,16 33 38,64 26,09 24,44
8 7,53 2,06 0,22 34 42,16 29,44 28,77
9 7,92 2,25 0,30 35 46,12 33,30 33,92
10 8,34 2,47 0,39 36 50,59 37,75 40,05
11 8,80 2,71 0,50 37 55,63 42,92 47,38
12 9,28 2,97 0,63 38 61,35 48,93 56,17
13 9,81 3,26 0,78 39 67,87 55,96 66,76
14 10,37 3,59 0,97 40 75,31 64,20 79,54
15 10,98 3,94 1,18 41 83,86 73,90 95,05
16 11,63 4,34 1,43 42 93,71 85,37 113,9
6
17 12,34 4,77 1,73 43 105,11 99,01 137,1
0
18 13,10 5,26 2,08 44 118,37 115,31 165,5
8
19 13,93 5,80 2,48 45 133,87 134,87 200,8
1
20 14,83 6,40 2,95 46 152,10 158,50 244,6
5
21 15,81 7,07 3,50 47 173,64 187,21 299,5
2
22 16,88 7,82 4,13 48 199,26 222,30 368,6
7
23 18,05 8,66 4,88 49 229,92 265,50 456,4
0
24 19,32 9,60 5,75 50 266,88 319,06 568,5
7
Hansen menganalisa daya dukung dalam kondisi plane strain seperti yang
dilakukan Meyerhof dimana analisa ini hanya dapat digunakan apabila
pondasi berbentuk memanjang tak berhingga. Oleh karena itu, Hansen
menyarankan adanya koreksi sudut geser dalam sehingga nilai sudut geser dalam φ
23
ps = 1,1 φtr dengan φ ps adalah sudut geser dalam yang digunakan dalam
perhitungan daya dukung tanah dan φ Dr adalah sudut geser dalam dari uji triaksial.
Fase I. Saat awal penerapan beban, tanah di bawah fondasi turun yang diikuti oleh
deformasi tanah ke arah lateral dan vertikal kebawah. Sejauh beban yang diterapkan
relatif kecil, penurunan yang jadi kira-kira sebanding dengan besarnya beban yang
diterapkan. Dalam keadaan ini, tanah masih dalam kondisi keseimbangan elastis.
Massa tanah yang terletak di bawah fondasi mengalami kompresi atau pemadatan
yang mengakibatkan kenaikan kuat geser tanah, sehingga menambah kapasitas
dukungnya.
Fase II. Pada penambahan beban selanjutnya, baji tanah terbentuk tepat di dasar
fondasi dan deformasi plastis tanah menjadi semakin nampak. Gerakan tanah pada
kedudukan plastis dimulai dari tepi fondasi. Dengan bertambahnya beban. zona plastis
berkembang. Gerakan tanah ke arah lateral menjadi semakin nyata yang diikuti oleh
retakan lokal dan geseran tanah di sekeliling tepi fondasi. Dalam zona plastis, kuat
geser tanah sepenuhnya berkembang untuk rnenahan beban yang bekerja.
Fase III. Fase ini dikarakteristikkan oleh kecepatan deformasi yang semakin
bertambah seiring dengan penambahan beban. Deformasi tersebut diikuti oleh gerakan
tanah ke luar yang disertai dengan menggelembungnya tanah permukaan, dan
kemudian tanah pendukung fondasi mengalami keruntuhan dengan bidang runtuh
yang berbentuk lengkungan dan garis, yang disebut bidang geser radial dan bidang
geser linier.
Berdasarkan hasil uji model, Vesic (1963) membagi mekanisme keruntuhan fondasi
menjadi 3 macam :
Dengan :
Qu = komponen vertikal ultimit
B = lebar pondasi (m)
L’, B’ = panjang dan lebar efektif pondasi (m)
= berat volume tanah (kN/m3)
C = kohesi tanah (kN/m2)
Po = tekanan overburden di dasar pondasi (kN/m2)
25
Mulai
Penelitian di Laboratorium
Kesimpulan& Saran
Selesai
3.2 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data primer hasil dari
uji penelitian laboratorium.
Pengajuan
I
Proposal
Ijin Pemakaian
II
Laboratorium
Pengambilan
tanah dan
III
bahan
campuran
Uji
IV
Laboraturium
Penyusunan
V
Laporan
Laporan Penelitian ini disusun dalam 3 (tiga) bagian yang mencakup bagian
awal, bagian pokok, dan bagian akhir. Bagian awal yang terdiri dari Halaman Judul,
Halaman Pengesahan, Lembar Persembahan, Kata Pengantar, Abstraksi, Daftar Isi,
Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Daftar Lampiran. Pada bagian akhir terdiri dari
Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran. Sebagian besar dari penyusunan laporan
penelitian ini terletak pada bagian pokok yang terdiri dari 5 (lima) bab. Untuk garis
besarnya sistematika penulisan Laporan ini adalah sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bagian ini diuraikan tentang : latar belakang, identifikasi masalah, batasan
masalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini merupakan Studi Pustaka yang berisi Tinjauan Umum, yakni
membahas stabilisasi tanah dengan bahan campuran lainnya. Dalam bagian ini
diuraikan mengenai pengertian dasar teori.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara melakukan penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam bagian ini berisi uraian mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan
di laboratorium dan pembahasan perhitungan stabilitas dengan metode Terzaghi
dan Analisis Skempton.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Gogot, Setyo, Budi, 2011, Pondasi Dangkal, Penerbit Andi Publisher, Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady, 1999, Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady, 2002, Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady, 2003, Mekanika Tanah II, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Hardiyatmo, Hary Christady, 2006, Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Henry, D Foth, 1994, Dasar Dasar Ilmu Tanah, Jilid 6.Penerbit Erlangga, Jakarta.