Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL

TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS


MAKASSAR

I. Standar Rujukan / Acuan

1. Pemeriksaan karakteristik agregat kasar dan agregat halus

a. Analisa saringan Agregat

Standar Rujukan : Pemeriksaan Analisa saringan agregat kasar dan agregat halus mengacu

pada metode atau standar SNI ASTM C136 : 2012.

Maksud :

a. Untuk mengetahui ukuran butir agregat dan gradasi agregat dari kasar sampai halus.

b. Untuk keperluan desain dan campuran agregat.

Bahan dan alat :

- Agregat (kasar dan halus).

- Mesin analisa saringan.

- Saringan 1, 3/4, ½”, 3/8”, No. 4, No. 8, No.16, No.30 No.50, No 100 dan No. 200

- Penadah (PAN) dan penutup saringan.

- Timbangan ketelitian 0,1 gram dan Oven.

Prosedur Pengujian :

1) Agregat yang akan diuji dicuci terlebih dahulu, kemudian dikeringkan.

2) Agregat ditimbang 5000 gram (agregat kasar) dan 1000 gram (agregat halus).

3) Kemudian timbang berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan dan hitung nilai

gradasinya.

 Rumus perhitungan

% Lolos = 100% - % Kumulatif .......................................................(1)

% Tertahan = Σ .....................................................

(2)

Page 1 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

Sumber : Pedoman Praktikum Jalan dan Aspal, UKI-Paulus Makassar.

b. Pemeriksaan Berat Jenis Bulk dan Penyerapan Agregat Kasar

Standar Rujukan : Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar mengacu pada

standar rujukan SNI 1969:2016

Maksud : Untuk menentukan berat jenis agregat kasar

Bahan dan alat :

a. Agregat Kasar.

b. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.

c. Oven.

d. Lap / handuk.

Prosedur pengujian :

1) Benda uji disiapkan dalam keadaan kering dalam oven sebanyak lebih kurang 1000 gram.

2) Benda uji direndam dalam air selama 24 jam lalu dikeringkan dengan lap/handuk (kering

permukaan) lalu timbang benda uji dan catat beratnya.

3) benda uji ditimbang dalam air dan catat berat dalam air.

 Rumus Perhitungan Berat Jenis Agregat Kasar :

A
=
Berat Jenis (bulk specific gravity) B−C …………..……........................ (3)

B
=
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) B−C ………...................... ..(4)

A
=
Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) A−C ……........................ (5)

B− A
= x 100%
Penyerapan A ……………………..……………………. …....(6)

Page 2 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

Sumber : Pedoman Praktikum Jalan dan Aspal, UKI-Paulus Makassar.

c. Pemeriksaan berat jenis bulk dan penyerapan Agregat Halus

Standar Rujukan : Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus mengacu pada

standar rujukan SNI 1970:2016.

Maksud : Untuk menentukan berat jenis (Bulk and Apparent Specific Gravity) dan penyerapan

agregat halus.

Bahan dan alat :

a. Agregat halus

b. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.

c. Piknometer dan Oven.

d. Cetakan kerucut beserta tongkat pemadat.

Prosedur Pengujian :

1) Agregat halus disiapkan sebanyak 500 gram (telah dicuci) lalu direndam ± 24 jam.

2) Kemudian benda uji dimasukkan kedalam cetakan kerucut dan dipadatkan dengan jumlah

tumbukan 25 kali. Kondisi SSD diperoleh bila cetakan diangkat, butir-butir benda uji runtuh.

3) Benda uji dimasukkan ke dalam piknometer yang berisi air. Kemudian timbang dan catat berat

piknometer yang berisi agregat dan air.

4) Pisahkan contoh benda uji dari piknometer dan keringkan dalam oven lalu ditimbang. Timbang

juga piknometer yang digunakan yang berisi air.

 Rumus perhitungan

1. Berat jenis bulk (atas dasar kering oven)

Page 3 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

........................(7)

2. Berat jenis bulk (atas dasar kering permukaan)

........................(8)

3. Berat jenis semu

........................(9)

4. Penyerapan air

................... .(10)

Page 4 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

Sumber : Pedoman Praktikum Jalan dan Aspal, UKI-Paulus Makassar.

d. Pemeriksaan kadar lumpur (Sand Equivalent Test)

Standar Rujukan : Pemeriksaan kadar lumpur dan SE (Sand Equivalent) mengacu pada standar

rujukan - SNI 03-4428-1997.

Maksud : Untuk mengetahui tingkat persentase Kadar Lumpur dari suatu Agregat halus / pasir.

Bahan dan alat :

a. Agregat halus.

b. Air.

c. Tabung Sand Equivalent (S.E.).

d. Beban Equivalent.

e. Tin Box.

f. Saringan No. 4.

g. Cawan.

h. Gelas Erlenmeyer.

Prosedur Pengujian :

1) Agregat halus yang lolos saringan no. 4 dan kemudian dimasukkan kedalam tabung S.E yang

sebelumnya telah diisi air, diamkan 10 menit kemudian kocok sebanyak 90 kali.

2) Diamkan ± 24 jam, kemudian baca skala di atas permukaan lumpur.

 Rumus perhitungan :

SE (Sand Equivalent) = ................................. (11)

Kadar lumpur = 100% - SE .................................................(12)

Page 5 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

Sumber : Pedoman Praktikum Jalan dan Aspal, UKI-Paulus Makassar

e. Pengujian keausan Agregat (Los Angeles Abrassion Test)

Standar Rujukan : Pengujian Keausan (Abration) ini mengacu pada standar rujukan SNI

2417:2008.

Maksud : Untuk mengetahui keausan agregat akibat faktor-faktor mekanis. Keausan ini

dinyatakan dengan perbandingan antara berat benda yang aus (Lolos Saringan No.12 terhadap

berat total semula dan dinyatakan dalam (%).

Bahan dan alat :

a. Agregat kasar.

b. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.

c. Mesin Los Angeles.

d. Talang.

e. Bola baja.

f. Saringan mulai ukuran 37,5 mm (1,5”) sampai 2,36 mm (No. 8).

Prosedur Pengujian :

1) Bahan ditimbang sesuai gradasinya lalu dimasukkan kedalam mesin Los Angeles disertai dengan

bola-bola baja.

2) Kemudian bahan dikeluarkan, lalu saring menggunakan saringan No. 12 dan bahan yang tertahan

pada ditimbang saringan No. 12.

 Rumus :

Keausan = .................................................................... (13)

Sumber : Pedoman Praktikum Jalan dan Aspal, UKI-Paulus Makassar.

Page 6 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

Dimana :

A = Berat total benda uji sebelum dites (gram)

B = Berat benda uji yang tertahan pada saringan No.12 sesudah dites (gram)

f. Pengujian Kelekatan Agregat Pada Aspal

Standar Rujukan : Pengujian Kelekatan Aspal Pada Agregat mengacu pada SNI 2439:2011

Maksud : Pengujian ini bertujuan untuk mengukur angka kelekatan agregat terhadap

aspal, Penentuan nilai ini dilakukan secara visual dan dinyatakan dalam

persen.

Bahan dan alat :

a. Wadah untuk mengaduk, kapasitas minimal 500 ml;

b. Timbangan dengan kapasitas 200 gr, ketelitian 0,1 gr;

c. Pisau pengaduk dari baja lebar 25 mm panjang 100 mm;

d. Tabung gelas kimia (beker) kapasitas 600 ml;

e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (150±1)oC;

f. Saringan 6,3 mm (¼”) dan 9,5 mm (3/8”);

g. Termometer logam ±200oC dan ±100oC;

h. Air Suling dengan pH 6,0 sampai 7,0.

i. Benda uji adalah agregat yang lolos saringan 9,5 mm (3/8”) dan tertahan pada saringan 6,3 mm

(1/4”) sebanyak kira-kira 100 gr;

j. Benda uju dicuci dengan air suling kemudian dikeringkan pada suhu (140±5) oC. Setelah kering

benda uji didinginkan hingga berat tidak berubah (konstan); simpan dalam tempat yang tertutup

rapat dan siap untuk diperiksa;

Page 7 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

k. Untuk pelapisan agregat basah perlu ditentukan berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) dan

penyerapan dari agregat kasar.

Prosedur Pengujian :

1) Masukkan 100 gr benda uji kedalam wadah lalu panaskan wadah beserta benda uji sebanyak

100 gram selama 1 jam dalam oven dan masukkan aspal yang sudah panas 5,5 gram dan aduk

sampai merata.

2) Kemudian diamkan sampai suhu ruang dan pindahkan benda uji yang terselimuti aspal kedalam

tabung gelas kimia yang berkapasitas 600 ml dan diamkan benda uji selama 24 jam.

3) Perkirakan luas permukaan benda uji yang masih terselimuti aspal dengan angka lebih dari 95%

atau kurang dari 95%.

g. Pengujian Partikel Pipih dan Lonjong

Standar Rujukan : Pemeriksaan indeks kepipihan & kelonjongan mengacu pada standar rujukan

ASTM D 4791-10.

Maksud : Untuk menentukan indeks kepipihan dan kelonjongan agregat kasar.

Bahan dan alat :

a. Benda uji adalah agregat yang lolos saringan no. 1” (25,4 mm) dan tertahan di saringan no. ¼”
(6,3 mm).
b. Saringan yang digunakan adalah saringan no.1” (25,4 mm), 3/4” (19 mm). 1/2” (12,7 mm), 3/8”
(9,6 mm) dan 1/4” (6,3).
c. Timbangan dengan ketelitian maksimum 0,1 gr.
d. Saringan kepipihan dan kelonjongan.
e. Wadah agregat sebanyak saringan yang ada.
f. Oven dengan pengatur suhu sampai (110 ± 5) oC.

Prosedur Pengujian :

Page 8 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

1) Sampel agregat ± 1000 gram kemudian cuci dan keringkan, kemudian saring sampel dengan

urutan saringan yang telah disediakan.

2) Timbang sampel yang tertahan pada tiap ukuran saringan. Berat sampel pada masing-masing

saringan yang kurang dari 5% tidak diuji.

3) Jumlahkan semua sampel yang berat tertahannya pada masing-masing saringan lebih dari 5%,

kemudian diuji dengan menggunakan alat kepipihan dan kelonjongan.

4) Agregat yang lolos dan tidak lolos pada alat kepipihan dan kelonjongan kemudian ditimbang.

 Rumus perhitungan

Indeks Kepipihan (% = .............................................

(14)

Indeks Kelonjongan (%) = ........................................

(15)

Sumber : Penuntun Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal, UKI-Paulus

Keterangan :

M = Berat sampel pada masing-masing saringan (gram)


M1 = Berat awal sampel (gram)
M2 = Berat total sampel yang memenuhi syarat (gram)
M3F = Total berat sampel yang lolos alat pengujian kepipihan.
M3E = Total berat sample yang lolos alat pengujian kelonjongan.

i. Pengujian Material yang Lolos Saringan Nomor 200 (0,075 mm)

Standar Rujukan : Pemeriksaan material lolos saringan No.200 mengacu pada standar rujukan

SNI ASTM C 117:2012

Maksud : Pengujian ini bertujuan untuk mengukur Persentase jumlah bahan dalam agregat

lolos saringan No.200

Bahan dan alat :

Page 9 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

a. Saringan terdiri dari dua ukuran yang bagian bawah dipasang saringan Nomor 200 (0,075 mm)

dan di atasnya, saringan Nomor 16 (1,18 mm);

b. Wadah untuk mencuci mempunyai kapasitas yang dapat menampung benda uji sehingga pada

waktu pengadukan (pelaksanaan pencucian) benda uji dan air pencuci tidak mudah tumpah;

c. Timbangan dengan ketelitian maksimum 0,1 % dari berat benda uji;

d. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110-5)°C;

e. Saring contoh agregat sesuai SNI-1969-1990, tentang pengujian analisa saringan agregat halus

dan kasar, untuk mengetahui ukuran maksimum agregat;

f. Siapkan benda uji dalam kondisi kering oven dengan melalui alat pemisah contoh, tentukan

beratnya sehingga memenuhi ketentuan

Prosedur Pengujian :

1) Timbang wadah tanpa benda uji dan timbang benda uji. Lalu masukkan benda uji ke dalam

wadah, kemudian masukkan air pencuci hingga benda uji terendam dan aduk benda uji dalam

wadah.

2) Tuangkan air pencuci di atas saringan Nomor 16 (1,18 mm) yang dibawahnya dipasang saringan

Nomor 200 ( 0,075 mm ).

3) Ulangi pencucian hingga tuangan air pencuci terlihat jernih. Satukan benda uji yang tertahan

saringan Nomor 16 (1.18 mm) dan Nomor 200 (0,075 mm) ke dalam wadah lalu keringkan

dalam oven.

4) Setelah sampel kering, keluarkan dari oven dan tunggu sampai suhu sampel kurang lebih sama

dengan suhu ruang (25º C) lalu timbang dan catat beratnya.

 Rumus Perhitungan

 Berat kering benda uji awal :

Page 10 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

w3 = w1 - w2.................................................................................. .(16)

 Berat kering benda uji sesudah pencucian :

w5 = w4 – w2.................................................................................... (17)

 Bahan lolos saringan 200 :

W6 = .........................................................................(18)

Keterangan :

W1 = Berat kering benda uji + wadah (gram)


W2 = Berat wadah (gram)
W3 = Berat kering benda uji awal (gram)
W4 = Berat kering benda uji sesudah pencucian + wadah (gram)
W5 = Berat kering benda uji sesudah pencucian (gram)
W6 = % bahan lolos saringan No.200
Sumber : Penuntun Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal, UKI-Paulus

2. Pengujian Aspal

a. Pengujian Penetrasi pada 25°C

Standar Rujukan : Pengujian Penetrasi megacu pada SNI 06-2456-2011

Maksud : Untuk menentukan tingkat kekerasan aspal yaitu dalamnya suatu jarum masuk

kedalam aspal pada suhu tertentu yang dibebani dengan beban tertentu selama

waktu tertentu.

Bahan dan alat :

Page 11 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

a. Aspal penetrasi 60/70.

b. Alat penetrasi.

c. Tin box.

d. Jarum penetrasi.

e. Cawan perendam.

f. Stop watch.

Prosedur percobaan :

1) Panaskan aspal secukupnya, tuang pada tin box, pemanasan tidak boleh melebihi suhu 1100 C.

pada ruangan yang bertemperatur 15 - 300 C (suhu ruang).

2) Setelah benda uji mencapai suhu ruang, letakkan benda uji pada cawan perendam (berisi air

suling). Cawan perendam beserta benda uji diletakkan di bawah alat penetrasi.

3) Atur angka nol pada jarum pembacaan penetrasi, turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum

menyentuh permukaan benda uji dan tekan tombol on.

4) Setelah berhenti, baca angka pada jarum penetrasi. Ulangi dengan jarak antara titik-titik

pengujian minimal 1 cm dari pinggir tin box.

 Rumus :

( A)
Rata−Rata= =. . ..(0,1 )mm
Data I : 5

Dimana: (A) = Jumlah Pengamatan

Data II :

( A)
Rata−Rata = =. .. .(0,1)mm
5

Page 12 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

x+y
=. .. .(0,1)mm
Nilai Penetrasi = 2 …………...……………(19)

Dimana : x = Rata-Rata Data I

y = Rata-Rata Data II

(A) = Jumlah Pengamatan

b. Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar (°C) (Cleveland Open Cup)

Standar Rujukan : Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar mengacu pada SNI 2433-2011

Maksud : Untuk menentukan / mengetahui suhu dimana timbul nyala pada permukaan

benda uji (aspal) dan pada suhu berapa aspal mulai terbakar.

Bahan dan alat :

a. Kompor.

b. Aspal Penetrasi 60/70.

c. Termometer > 3000 C.

d. Cawan kuningan (Cleveland Cup).

e. Pelat pemanas dengan suhu pengaturan.

f. Batang nyala dengan pengatur.

Prosedur Pengujian :

1) Contoh aspal dipanaskan sampai cukup cair dan tuang pada Cawan Cleveland.

2) Cawan diletakkan di atas pelat pemanas sedangkan termometer diletakkan tegak lurus di atas

dasar cawan dan atur pada jarak 1/4 centi meter cawan dari tepi.

3) Batang nyala buner diputar melalui permukaan cawan (dari tepi cawan ke tepi cawan).

4) Pekerjaan ini diulang setiap kenaikan suhu sampai terlihat nyala singkat di atas permukaan

cawan. Temperatur dibaca dan dicatat titik nyalanya.

Page 13 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

5) Kemudian dilanjutkan sampai terlihat nyala agak lama diatas permukaan benda uji. Temperatur

dibaca dan dicatat titik bakarnya.

 Rumus :

x+ y
=. .. . 0 C
Titik lembek rata-rata = 2 …………………………(20)

Dimana: x = suhu pada sampel I (oC)

y = suhu padasampel II (oC)

c.Pengujian Titik Lembek (°C) (Softening Point With Ring And Ball)

Standar Rujukan : Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter mengacu pada SNI 2434-2011

Maksud : Untuk menentukan / mengetahui suhu dimana aspal mulai lembek

Bahan dan alat :

a. Kompor.

b. Aspal penetrasi 60/70.

c. Termometer.

d. Cincin kuningan.

e. Bola baja diameter 9,5 mm dan berat 3,45 - 3,55 gram.

f. Bejana gelas 1000 ml.

g. Dudukan benda uji.

h. Tungku dan Kasa asbes.

Prosedur Pengujian :

1) Contoh dipanaskan sambil diaduk terus secara perlahan-lahan hingga merata.

2) Dua buah cincin disiapkan dan diletakkan kedua cincin di atas pelat kuningan.

3) Contoh dituang ke dalam dua cincin.

Page 14 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

4) Kedua benda uji dipasang pada dudukan benda uji dan bola baja diletakkan di atas sampel benda

uji.

5) Kemudian seluruh peralatan di masukkan ke dalam bejana gelas yang telah diisi air suling.

6) Termometer diletakkan diantara kedua benda uji (pada tempatnya) dan bejana dipanaskan.

7) Suhu dicatat pada saat bola baja menyentuh pelat dasar (titik lembek).

 Rumus perhitungan :

Sampel I (A) : Dari hasil percobaan diperoleh titik lembek sampel I pada suhu ....°C.

Sampel II (B) : Dari hasil percobaan diperoleh titik lembek sampel II pada suhu ....°C.

Rata-rata titik lembek aspal yang diuji adalah

( A )+(B )
= . .. . °C
Titik lembek rata-rata = 2 ................................(21)

d. Berat Jenis Aspal Keras

Standar Rujukan : Berat jenis aspal mengacu pada SNI 2441-2011

Maksud : Untuk menentukan berat jenis aspal terhadap air suling.

Bahan dan alat :

a. Aspal penetrasi 60/70.

b. Termometer < 1000 C.

c. Water bath.

d. Piknometer.

e. Air suling.

f. Timbangan digital dengan ketelitian 0,1 gram.

g. Bejana gelas.

Prosedur Pengujian :

1. Contoh aspal dipanaskan sampai cair dan diaduk biar merata.

Page 15 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

2. Bejana diisi air suling dan direndam pada water bath.

3. Piknometer diangkat dari dalam bejana, dikeringkan dengan lap dan dicatat beratnya.

4. Tuang benda uji kedalam piknometer hingga terisi 3/4 nya.

5. Piknometer direndam dalam bejana selama 30 - 40 menit, kemudian dikeringkan dengan lap,

ditimbang dan dicatat.

6. Piknometer yang berisi benda uji kemudian diletakkan ke dalam bejana selama 30 menit.

7. Piknometer diangkat dari bejana, dikeringkan dengan lap, ditimbang dan dicatat.

 Berat jenis aspal dihitung dengan rumus :

(C−A)
BJ =
( B − A )− ( D − C ) ….…................................. (22)

Sumber : Pedoman Praktikum Jalan dan Aspal, UKI-Paulus Makassar


Dimana :
A = Berat piknometer (dengan penutup), (gram)
B = Berat piknometer berisi air, (gram)
C = Berat piknometer berisi bitumen, (gram)
D = Berat piknometer berisi bitumen dan air, (gram).

e.Pengujian Daktalitas pada 25°C (cm)

Standar Rujukan : Pengujian Daktilitas mengacu pada SNI 2432-2011


Maksud : Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kekenyalan aspal yang dinyatakan

dengan panjang pemuluran aspal yang dapat tercapai hingga sebelum putus.

Bahan dan alat :

a. Aspal penetrasi 60/70.

b. Cetakan daktilitas, cetakan ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang disebut clip dengan

sebuah lubang pada bagian belakang dan bagian samping cetakan yang berfungsi sebagai

pengunci clip sebelum cetakan diuji. Pada saat pengujian, bagian bawah harus dilepas.

c. Plat alas cetakan.

Page 16 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

d. Bak perendam, isi 10 liter yang dapat mempertahankan suhu pemeriksaan dengan toleransi yang

tidak lebih dari 0,5° C dari suhu pemeriksaan. Kedalaman air pada bak tidak kurang dari 100 mm

di bawah permukaan air. Bak tersebut haruslah diperlengkapi dengan dengan pelat dasar yang

berlubang yang diletakkan 50 mm dari dasar bak perendaman untuk meletakkan benda uji. Air di

dalam bak perendam harus bebas dari oli dan kotoran lain serta bebas dari bahan organik lain

yang mudah tumbuh dalam bak.

e. Termometer.

f. Mesin uji yang dapat menjaga sampel tetap terendam, tidak menimbulkan getaran selama

pemeriksaan dan dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap (konstan).

g. Alat pemanas, untuk mencairkan bitumen keras.

Prosedur Pengujian :

1. Siapkan cetakan dan alas yang akan digunakan.

2. Panaskan contoh bitumen kira-kira 100 gram, sehingga cair dan dapat dituang.

3. Tuang contoh bitumen dengan hati-hati ke dalam cetakan daktilitas dari ujung ke ujung hingga

penuh.

4. Dinginkan cetakan pada suhu ruang 30 sampai 40 menit lalu pindahkan seluruhnya ke dalam bak

perendaman yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan selama 30 menit.

5. Ratakan contoh yang berlebihan hingga rata.

6. Sampel didiamkan pada suhu 25º C dalam bak perendaman kemudian lepaskan cetakan sampel

dari alasnya dan lepaskan bagian samping dari cetakan.

7. Pasang cetakan daktilitas yang telah terisi sampel pada alat mesin uji dan jalankan mesin uji

sehingga akan menarik sampel secara teratur.

Page 17 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

8. Baca jarak antara pemegang cetakan, pada saat sampel putus (dalam cm). Selama percobaan

berlangsung sampel harus terendam sekurang-kurangnya 2,5 cm di bawah permukaan air.

 Rumus perhitungan :

Sampel 1

Pembacaan pengukuran pada alat = A cm

Sampel 2

Pembacaan pengukuran pada alat = B cm

( A )+( B)
=
Rata-rata 2 = (C) cm ……………….………..(23)

f. Pemeriksaan Berat yang Hilang (%) (Thin – Film Oven Test)

Standar Rujukan : Pemeriksaan kehilangan berat akibat pemanasan dengan Thin-Film Oven Test

mengacu pada SNI-06-2440-1991

Maksud :

a. Untuk mengetahui kehilangan minyak pada aspal akibat pemanasan yang berulang.

b. Pengujian ini juga bertujuan untuk mengukur perubahan kinerja aspal akibat kehilangan berat.

Bahan dan alat :

a. Termometer.

b. Aspal penetrasi 60/70.

c. Oven yang dilengkapi dengan :

- Pengatur suhu untuk memanasi sampai (180 ± 1)º C.

- Pinggan logam yang berdiameter 25 cm, menggantung dalam oven pada poros vertikal dan

berputar dengan kecepatan 5 sampai 6 putaran menit.

d. Cawan logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata.
Page 18 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

e. Neraca analitik dengan kapasitas (200 ± 0,001) gram.

Prosedur Pengujian :

1. Persiapan pemanasan : aduk dan panaskan contoh sampel sampai bebas air.

2. Timbang cawan yang digunakan (A)

3. Tuangkan contoh kira-kira (50.0 ± 0,5) gram ke dalam cawan dan setelah dingin timbanglah

dengan ketelitian 0,01 gram. (B)

4. Letakkan sampel di atas pinggan dan masukkan kedalam oven setelah oven mencapai suhu (163

± 1)º C.

5. Pasanglah termoter pada dudukannya sehingga terletak pada jarak 1,9 cm dari pinggir dengan

ujung 6 mm di atas pinggan.

6. Ambillah sampel dari oven setelah 5 jam dan dinginkan sampel pada suhu ruang, kemudian

timbanglah dengan ketelitian 0,01 gram. (D)

7. Berat aspal setelah di Oven (E) = D - A


P e r sia p a n a la t
P e r sia p a
n Benda

Panaskan contoh Aspal Kalibrasi alat Saybolt


8. Jumlah Kehilangan berat F = C - E
u ji

C : Panaskan hingga dapat dituang sebanyak 60


ml
Hitung faktor koreksi
9. Persentase Kehilangan Berat G = (F/C) x 100%
Siapkan bak perendam dengan memilih

Sumbersuhu
: Pedoman Praktikum
pengujian Jalan dan Aspal, UKI-Paulus Makassar
tertentu

Aduk contoh dalam viscosimeter dengan termometer

g. Pemeriksaan Viskositas Kinematis 135°C (cSt)


C : Ambil contoh yang berlebihan dgn penyedot sampai batas over flow
P e n g u jia n

Cabut gabus dari viscosimeter dan mulai nyalakan Pencatat


Standar Rujukan : Pemeriksaan Viskositas Mengacu pada ASTM D 2170-10
waktu

C : mulai nyalakan pencacat waktu saat contoh menyentuh dasar labu


Maksud : Untuk menentukan viskositas aspal keras (dengan menggunakan alat saybolt )
Matikan pencatat waktu apabila contoh tepat

maupun aspal
pada batas cairlabu
60 ml (dengan menggunakan alat Engler)
viscosimeter

Prosedur Pengujian Viskositas Bitumen Dengan Alat Saybolt


Catat waktu alir (t) dalam detik

Prosedur
Tutuppengujian viskositas
alat viscosimeter bitumen
dengan alat berdasarkan pada AASHTO T 72 – 90
penyumbat
P e rh itug na n d a n P e la p o ra n

Diagram Alir
Pencatatan data

C : Catat waktu alir (t) Page 19 of 23


d a ta

Perhitungan dan Pelaporan Data

C :Hitung viskositas kinetik


PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

Bahan & Alat :

 Aspal Keras / PEN


 Saybolt Viscosimeter dan bak peredam
 Penyumbat lubang tabung viscosimeter
 Dudukan atau penyangga termometer
 Termometer untuk viskositas saybolt
 Saringan dengan ukuran saringan no. 100
 Labu penampung
 Alat pencatat waktu dengan interval 0,1 detik dan mempunyai ketelitian 0.1 bila diuji
dengan menggunakan interval 60 menit.
 Lubang universal digunakan untuk bahan yang mempunyai kekentalan (32 – 1000) dtk
 Lubang furol digunakan untuk bahan yang mempunyai kekentalan yang > dari 25 detik

Page 20 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

Prosedur Pengujian :
1. sampel adalah contoh uji sebanyak ± 60 ml
2. panaskan contoh yang kental dan sulit untuk dituangkan pada suhu ruang, pada suhu > 50 0 C
beberapa menit sampai dapat dituang
3. jangan memanaskan bahan yang cepat menguap atau sedang menguap pada wadah yang
terbuka.
4. Aduk contoh hingga merata kemudian saring contoh melalui saringan dan langsung
masukan ke tabung Viscosimeter sampai pinggir tabung Viscosimeter.
5. Aduk contoh dalam Viscosimeter dengan menggunakan termometer Viscosimeter dengan
kecepatan 30 – 50 putaran per menit. Apabila suhu contoh tetap konstan dengan toleransi
0.05 ° C dari suhu pengujian selama pengadukan 1 menit, angkat termometernya
6. Ambil contoh yang berlebihan dengan penyedot sampai batas over flow.
7. Jika Suhu sudah tercapai, maka Cabut gabus dari Viscosimeter dan MULAI NYALAKAN
PENCATAT WAKTU SAAT CONTOH MENYENTUH DASAR LABU.
8. Matikan pencatat waktu apabila contoh tepat pada batas 60 ml labu Viscosimeter
9. Catat waktu alir dalam detik sampai 0.1 detik terdekat
10. Tutup lubang Viscosimeter dengan alat penyumbat
Viscositas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Viscositas Kinetik ( cts ) = SFS ( detik ) x FK ........................ (24)

dimana :
SFS = kekentalan saybolt furol yang telah dikoreksi dalm detik;
FK = faktor koreksi, FK = 2.18;
cst = Centi Stokes
Suhu Pencampuran = 170 ± 20 Cst
Suhu Pemadatan = 280 ± 20 Cst

Page 21 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

2100

1750

1400

Viscositas
Linear ()
1050

700

350 280
170
0 0
0
100 110 120Suhu 130 140 150
Grafik Hubungan Antara Suhu Dengan Viskositas

3. Pengujian Berat Jenis Bahan Pengisi (Filler)

Standar Rujukan : Pengujian bahan pengisi ( filler ) mengacu pada SNI 03-2417-1991.

Maksud : Untuk menentukan berat jenis filler abu batu terhadap air suling.

Bahan dan alat :

a. Semen / Abu batu (agregat kasar yang lolos saringan 200).

b. Air suling.

c. Timbangan digital dengan ketelitian 0,1 gram.

d. Bejana gelas dengan penutup.

Prosedur Pengujian :

1. Timbang bejana gelas serta tutupnya. (W1)

2. Bejana gelas diisi air suling hingga penuh dan tidak ada gelembung udara di dalamnya,

kemudian timbang dan catat beratnya. (W4)

3. Keringkan bejana gelas kemudian masukan benda uji secukupnya, timbang dan catat beratnya.

(W2)

4. Ambil piknometer yang berisi benda uji, masukkan air sampai penuh kemudian tutup piknometer

hingga tidak ada gelembung udara di dalam piknometer. Timbang dan catat beratnya. (W3)

Page 22 of 23
PANDUAN PRATIKUM JALAN & ASPAL
TEKNIK SIPIL UKI - PAULUS
MAKASSAR

 Berat jenis filler dapat dihitung dengan menggunakan rumus

( W2−W1)
BJ =
( W 4− W 1 ) − ( W 3− W 2 ) ........................…..……........(25)

Sumber : Pedoman Praktikum Jalan dan Aspal, UKI-Paulus Makassar

dimana :

A = Berat piknometer (dengan penutup), (gram)

B = Berat piknometer berisi air suling, (gram)

C = Berat piknometer berisi abu batu, (gram)

D = Berat piknometer berisi abu batu dan air, (gram).

Page 23 of 23

Anda mungkin juga menyukai