Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PERAN DAN

MEKANISME PASAR

Dosen Pengampu :
Dr Husnul Khatimah, M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Nashrulloh Akbar Muslim 41183403200040


Siti Nurjanah 41183403200003
Viola Putri Rengganis 41183403200009

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI

1
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-Nya
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat lebih memahami materi mengenai “Peran dan Mekanisme Pasar” . Makalah
ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Kami juga selaku penyusun berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu dan
juga wawasan bagi para pembaca makalah ini. Dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari
merupakan rasa syukur dan juga terimakasih dari kami selaku penyusun makalah ini

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 05 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover Makalah....................................................................................................................1

Kata Pengantar.....................................................................................................................2

Daftar Isi..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4

1.3 Tujuan Pembahasan.......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5

2.1 Pengertian Pasar............................................................................................................5

2.2 Pasar dalam Perspektif Islam.........................................................................................5

2.3 Harga dan Persaingan Sempurna Pada Pasar Islami......................................................7

2.4 Kekuatan Pasar Dalam Ekonomi Islam.........................................................................10

2.5 Distorsi Pasar ...............................................................................................................11

2.6 Keseimbangan Pasar......................................................................................................14

BAB III PENUTUP.............................................................................................................16

A.Kesimpulan....................................................................................................................16

B.Saran..............................................................................................................................16

Daftar pustaka....................................................................................................................17

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam adalah agama yang sempurna. Hal ini dikarenakan didalamnya dibahas nilai-
nilai, etika, dan pedoman hidup secara komperhensif. Islam pula merupakan agama
penyempurna agama-agama terdahulu dan mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia baik persoalan aqidah maupun muamalah. Dalam hal muamalah, Islam
mengatur kaitannya dengan relasi manusia dengan sesama dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari termasuk didalamnya dituntun bagaimana cara
pengelolaan pasar dan segala bentuk mekanismenya.
Peranan ekonomi Islam dalam mekanisme pasar menyumbangkan andil yang amat
penting di tengah carut-marut kondisi perekonomian bangsa Indonesia. Praktek pasar
sejatinya harus ditampilkan nilai-nilaiyang sesuai dengan norma dan nilai yang
dibenarkan. Dua paham ekonomi yang selama ini menjadi acuan dan barometer dunia,
yaitu ekonomi kapitalis dan ekonomi sosialis ternyata tidak dapat mengatur
mekanisme kegiatan pasar saat ini yang serba tidak menentu dan tidak jelas, malah
semakin memperparah keadaan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian Pasar?
b. Bagaimana peranan pasar dalam perspektif islam?
c. Apa maksud dari Harga dan Persaingan Sempurna Pada Pasar Islami?
d. Bagaimana mekanisme pasar dalam islam?

1.3 Tujuan Pembahasan


a. Menjelaskan pengertian pasar.
b. Menjelaskan peranan serta mekanisme pasar.
c. Menjelaskan tentang kekuatan pasar dalam ekonomi islam.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pasar


Pasar adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli dan melakukan transaksi
barang atau jasa. Pasar merupakan sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa
yang alamiah dan telah berlangsung sejak awal peradaban manusia. Dalam Islam
pasar sangatlah penting dalam perekonomian. Pasar telah terjadi pada masa
Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin dan menjadi sunatullah yang telah di jalani selama
berabad-abad.

Al-Ghazali dalam kitab ihya’ menjelaskan tentang sebab timbulnya pasar, “Dapat saja
petani hidup di mana alat-alat pertanian tidak tersedia. Sebaliknya, pandai besi dan
tukang kayu hidup di mana lahan pertanian tidak ada. Namun, secara alami mereka
akan saling memenuhi kebutuhan masing-masing. Dapat saja terjadi tukang kayu
membutuhkan makanan, tetapi petani tidak membutuhkan alat-alat tersebut. Keadaan
ini menimbulkan masalah. Oleh karena itu, secara alami pula orang akan terdorong
untuk menyediakan tempat penyimpanan alat-alat di satu pihak, dan penyimpanan
hasil pertanian di pihak lain. Tempat inilah yang kemudian di datangi pembeli sesuai
kebutuhannya masing-masing sehingga terbentuklah pasar”. Pernyataan ini
menunjukkan bahwa pasar adalah tempat yang menampung hasil produksi dan
menjualnya kepada mereka yang membutuhkan. Pernyataan tersebut juga
menyebutkan bahwa pasar timbul dari adanya double coincidence yang sulit bertemu.
Maka, untuk memudahkan adanya tukar-menukar dalam memenuhi kebutuhan
diciptakanlah pasar.

2.2 Pasar dalam Perspektif Islam


Dalam hal mekanisme pasar dalam konsep Islam akan tercermin prinsip syariah dalam
bentuk nilai-nilai yang secara umum dapat dibagi dalam dua perspektif yaitu makro
dan mikro. Nilai syariah dalam prespektif mikro menekankan aspek kompetensi/
profesionalisme dan sikap amanah, sedangkan dalam prespektif makro nilai-nilai
syariah menekankan aspek distribusi, pelarangan riba dan kegiatan ekonomi yang

5
tidak memberikan manfaat secara nyata kepada sistem perekonomian. Oleh karena itu,
dapat dilihat secara jelas manfaat sistem perekonomian Islam dalam pasar yang
ditujukan tidak hanya kepada warga masyarakat Islam, melainkan kepada seluruh
umat manusia.

Konsep makanisme pasar dalam Islam dapat dirujuk kepada hadits Rasululllah Saw
sebagaimana disampaikan oleh Anas RA, sehubungan dengan adanya kenaikan harga-
harga barang di kota Madinah. Dengan hadits ini terlihat dengan jelas bahwa Islam
jauh lebih dahulu (lebih 1160 tahun) mengajarkan konsep mekanisme pasar dari pada
Adam Smith. Dalam hadits tersebut diriwayatkan sebagai berikut :

‫ غال السعر فسعر لنا رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬:
‫ان هللا هو الخالق القابض الباسط الرازق المس\عر وانى أرج\وا أن ألقى ربى وليس أح\\د منكم يطلب\نى بمظلم\\ة‬
)‫ظلمتها اياه بدم وال مال (رواه الدارمى‬

“Harga melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orang-orang ketika itu mengajukan
saran kepada Rasulullah dengan berkata: “ya Rasulullah hendaklah engkau menetukan
harga”. Rasulullah SAW. berkata:”Sesungguhnya Allah-lah yang menetukan
harga,yang menahan dan melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku harapkan
bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu
menuntutku tentang kezaliman dalam darah maupun harta.

Inilah teori ekonomi Islam mengenai harga. Rasulullah SAW dalam hadits tersebut
tidak menentukan harga. Ini menunjukkan bahwa ketentuan harga itu diserahkan
kepada mekanisme pasar yang alamiah impersonal. Rasulullah menolak tawaran itu
dan mengatakan bahwa harga di pasar tidak boleh ditetapkan, karena Allah-lah yang
menentukannya. Sungguh menakjubkan, teori Nabi tentang harga dan pasar.
Kekaguman ini dikarenakan, ucapan Nabi Saw itu mengandung pengertian bahwa
harga pasar itu sesuai dengan kehendak Allah yang sunnatullah atau hukum supply
and demand.

Menurut pakar ekonomi Islam kontemporer, teori inilah yang diadopsi oleh Bapak
Ekonomi Barat, Adam Smith dengan nama teoriinvisible hands.Menurut teori ini,

6
pasar akan diatur oleh tangan-tangan tidak kelihatan (invisible hands). Bukankah
teoriinvisible handsitu lebih tepat dikatakanGod Hands(tangan-tangan Allah).
Namun demikian, ekonomi Islam masih memberikan peluang pada kondisi tertentu
untuk melalukan intervensi harga (price intervention) bila para pedagang melakukan
monopoli dan kecurangan yang menekan dan merugikan konsumen.

Di masa Khulafaur Rasyidin, para khalifah pernah melakukan intrevensi pasar, baik
pada sisisupply maupun demand.Intrevensi pasar yang dilakukan Khulafaur Rasyidin
sisisupply ialah mengatur jumlah barang yang ditawarkan seperti yang dilakukan
Umar bin Khattab ketika mengimpor gandum dari Mesir untuk mengendalikan harga
gandum di Madinah. Sedang intervensi dari sisidemand dilakukan dengan
menanamkan sikap sederhana dan menjauhkan diri dari sifat konsumerisme.
Intervensi pasar juga dilakukan dengan pengawasan pasar(hisbah). Dalam
pengawasan pasar ini Rasulullah menunjuk Said bin Said Ibnul ‘Ash sebagai kepala
pusat pasar (muhtasib) di pasar Mekkah. Penjelasan secara luas tentang peranan
wilayah hisbah ini akan dikemukakan belakangan.

2.3 Harga dan Persaingan Sempurna Pada Pasar Islami


Terdapat beberapa Sarjana Muslim memberikan penjelasan mengenai mekanisme
pasar. Pertama, menurut Abu Yusuf, masyarakat luas memahami bahwa harga suatu
barang hanya ditentukan oleh jumlah penawarannya saja. Dengan kata lain, bila hanya
tersedia sedikit barang, maka harga akan mahal. Sebaliknya, jika tersedia banyak
barang, maka harga akan turun. Mengenai hal ini Abu Yusuf dalam kitab Al-Kharaj
(1997) mengatakan, “Tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat
dipastikan. Hal tersebut ada yang mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui,
murah bukan karena melimpahnya makanan, demikian juga mahal bukan karena
kelangkaan makan. Murah dan mahal merupakan ketentuan Allah (sunnatullah)”.

Menurut Ibnu Khaldun, di dalam Al-Muqaddimah, ia menulis secara khusus bab yang
berjudul, “Harga-harga di Kota”. Ia membagi jenis barang kepada dua
macam,pertama, barang kebutuhan pokok,kedua barang mewah. Menurutnya, bila
suatu kota berkembang dan populasinya bertambah, maka pengadaan barang-barang

7
kebutuhan pokok mendapat prioritas, sehingga penawaran meningkat dan akibatnya
harga menjadi turun. Sedangkan untuk barang-barang mewah, permintaannya akan
meningkat, sejalan dengan perkembangan kota dan berubahnya gaya hidup.
Akibatnya, harga barang mewah menjadi naik.
Selanjutnya Ibnu Khaldun mengemukakan mekanisme penawaran dan permintan
dalam menentukan harga keseimbangan. Pada sisi permintaandemand,ia memaparkan
pengaruh persaingan diantara konsumen untuk mendapatkan barang. Sedngkan pada
sisi penawaran(supply)ia menjelaskan pula pengaruh meningkatnyaa biaya produksi
karena pajak dan pungutan-pungutan lain dikota tersebut.
Selanjutnya ia menjelaskan pengaruh naik turunnya penawaran terhadap harga.
Menurutnya, ketika barang-barang yang tersedia sedikit, maka harga-harga akan naik.
Namun, bila jarak antara kota dekat dan amam, maka akan banyak barang yang
diimpor sehingga ketersediaan barang akan melimpah dan harga-harga akan turun
Paparan itu menunjukkan bahwa Ibnu Khaldun sebagaimana Ibnu Taymiyah telah
mengidentifikasi kekuatan permintaan dan penawaran sebagai penentu keseimbangan
harga.

Berdasarkan kajian para ulama klasik tentang mekanisme pasar, maka Muhammad
Najatullah Shiddiqi dalam bukuThe Economic Entreprise in Islam menulis “Sistem
pasar di bawah pengaruh semangat Islam berdasarkan dua asumsi. Asumsi itu adalah
rasionalitas ekonomi dan persaingan sempurna. Berdasarkan asumsi ini, sistem pasar
di bawah pengaruh semangat Islam dapat dianggap sempurna. Sistem ini
menggambarkan keselarasan antar kepentingan para konsumen”. Yang dimaksud
dengan rasionalitas ekonomi, adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh produsen
(penjual) dan konsumen (pembeli) dalam rangka memaksimumkan kepuasannya
masing-masing. Pencapaian terhadap kepuasan sebagaimana tersebut tentunya
haruslah diproses dan ditindak lanjuti secara berkesinambungan, dan masing-masing
pihak hendaknya mengetahui dengan jelas apa dan bagaimana keputusan yang harus
diambil dalam pemenuhan kepuasan ekonomi tersebut.
Sedangkan persaingan sempurna ialah munculnya sebanyak mungkin konsumen dan
produser di pasar, barang yang ada bersifat heterogen (sangat variatif) dan faktor
produksi bergerak secara bebas. Adalah satu hal yang sulit bagi kedua asumsi tersebut

8
untuk direalisasikan dalam kenyataan di pasar. Namun demikian, Islam memiliki
norma tertentu dalam hal mekanisme pasar.

Menurut Al-Ghazali, dalam Ihya ‘Ulumuddin, juga telah membahas secara detail
peranan aktivitas perdagangan dan timbulnya pasar yang harganya bergerak sesuai
dengan kekuatan penawaran dan permintaan. Menurutnya, pasar merupakan bagian
dari keteraturan alami. Walaupun al-Ghazali tidak menjelaskan permintaan dan
penawaran dalam terminologi modern, beberapa paragraf dari tulisannya jelas
menunjukkan bentuk kurva penawaran dan permintaan. Untuk kurva penawaran“yang
naik dari kiri bawah ke kanan atas”, dinyatakan dalam kalimat, “Jika petani tidak
mendapatkan pembeli barangnya, maka ia akan menjualnya pada harga yang lebih
murah. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut.
Pada tingkat harga P1 jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual adalah sebesar
Qs1, sementara jumlah barang yang diminta hanya sebesar Q1. Dengan demikian,
petani tidak mendapatkan cukup pembeli. Untuk mendapatkan tambahan pembeli ia
menurunkan harga jual produknya, dari P1 menjadi P2, sehingga jumlah pembelinya
naik dari Q1 menjadi Q2. Sementara untuk kurva permintaan, “yang turun dari atas ke
kanan bawah, dijelaskan dengan kalimat, harga dapat diturunkan dengan mengurangi
permintaan

Pemikiran al-Ghazali tentang hukum supply and demand, untuk konteks zamannya
cukup maju dan mengejutkan dan tampaknya dia paham betul tentang konsep
elastisitas permintaan. Ia menegaskan, “Mengurangi margin keuntungan dengan
menjual pada harga yang lebih murah, akan meningkatkan volume penjualan dan ini
pada gilirannya akan meningkatkan keuntungan. Bahkan ia telah pula
mengidentifikasikan produk makanan sebagai komoditas dengan kurva permintaan
yang inelastis. Komentarnya, “karena makanan adalah kebutuhan pokok, maka
perdagangan makanan harus seminimal mungkin didorong agar tidak semata dalam
mencari keuntungan. Dalam bisnis makanan pokok harus dihindari eksploitasi melalui
pengenaan harga yang tinggi dan keuntungan yang besar. Keuntungan semacam ini
seharusnya dicari dari barang-barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok.

9
2.4 Kekuatan Pasar Dalam Ekonomi Islam
Kontribusi dari para sarjana Muslim terdahulu belum mampu menyeimbangi dengan
keadaan yang terjadi saat ini, karena pada saat itu masih dalam mekanisme pasar
sederhana dan mengukurnya dari segi permintaan dan penawaran barang atau jasa.
1. Permintaan
Permintaan merupakan salah satu elemen yang menggerakkan pasar, istilah
yang digunakan oleh Ibnu Taimiyah untuk menunjukkan permintaan ini
adalah keinginan. Keinginan yang muncul pada konsumen sesungguhnya
merupakan sesuatu yang kompleks, dikatakan berasal dari Allah. Namun,
pada dasarnya ada faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ini, yaitu:
harga barang yang bersangkutan, pendapatan konsumen, harga barang lain
yang terkait, selera konsumen, ekspektasi (pengharapan), maslahah (tujuan
dalam mengonsumsi barang.
2. Penawaran
Definisi ini menurut Ibnu Taimiyah adalah kekuatan penting dalam pasar
sebagai ketersediaan barang yang ada di pasar. Menurutnya penawaran bisa
dari impor dan produksi lokal sehingga kegiatan ini dilakukan oleh produsen
maupun penjual. Dalam pencapaian maslahah penawaran sendiri dibutuhkan
keimanan yang ada pada diri produsen, apabila jumlah maslahah yang
terkandung dalam barang yang diproduksi maka akan meningkatkan jumlah
produksinya. Selain itu sebagai faktor dari penawaran sendiri tercermin dari
keuntungan yang didapat dan yang menjadi unsur dari keuntungan ini adalah
harga barang dan biaya produksi. Harga barang ini mempunyai pengaruh
kepada nilai keadilan, sebab dengan harga yang tidak adil akan menurunkan
penawaran di pasar yang akan berdampak buruk pada mekanisme pasar.
Sedangkan untuk biaya produksi yang menyesuaikan harga merupakan hal
yang wajar terjadi apabila mengalami kenaikan dengan penilai situasi dan
kondisi yang ada.

10
2.5 Distorsi Pasar
1. Penimbunan Barang (Ihtikar)
Di kalangan ulama memang terdapat perbedaan tentang barang yang terlarang
untuk dijadikan obyek ihtikar. Namun, tampaknya ada kesamaan persepsi
tentang tidak bolehnya ihtikar terhadap kebutuhan pokok. Imam Nawawi
dengan tegas mengatakan ihtikar terhadap kebutuhan pokok haram hukumnya.
Pendapat An-Nawawi ini sangat rasional, karena kebutuhan pokok menyangkut
hajat hidup orang banyak. Namun harus dicatat, bahwa banyak sekali terjadi
pergeseran kebutuhan. Dulu mungkin suatu produk tidak begitu dibutuhkan dan
tidak mengganggu kehidupan sosial, tetapi kini produk itu mungkin menjadi
kebutuhan utama, misalnya minyak, obat-obatan, dsb. Karena itu kita tak boleh
terjebak kepada klasifikasi barang yang tak boleh ditimbun dan barang yang
boleh, tetapi perlu dirumuskan bahwa setiap penimbunan yang bertujuan untuk
kepentingan spekulasi sehingga dampaknya mengganggu pasar dan soial
ekonomi, maka ia dilarang. Suatu kegiatan masuk dalam ketegori ihtikar apabila
tiga unsur berikut terdapat dalam kegiatan tersebut untuk mengupayakan adanya
kelangkaan barang baik dengan cara menimbun stock atau mengenakan entry
barrier, menjual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga
sebelum munculnya kelangkaan, serta mengambil keuntungan yang lebih tinggi
dibandingkan keuntungan sebelum komponen 1 dan 2 dilakukan.

2. Penentuan dan Penetapan Harga


Tas’ir (penetapan harga) merupakan salah satu praktek yang tidak dibolehkan
oleh syariat Islam. Pemerintah ataupun yang memiliki otoritas ekonomi tidak
memiliki hak dan wewenang untuk menentukan harga tetap untuk sebuah
komoditas, kecuali pemerintah telah menyediakan pada para pedagang jumlah
yang cukup untuk dijual dengan menggunakan harga yang ditentukan, atau
melihat dan mendapatkan kezaliman-kezaliman di dalam sebuah pasar yang
mengakibatkan rusaknya mekanisme pasar yang sehat. Tabi’at (tetap) ini dapat
kita lihat dari bagaimana sikap Rasulullah SAW terhadap masalah ini. Tatkala

11
rasulullah SAW didatangi oleh seorang sahabatnya untuk meminta penetapan
harga yang tetap. Rasulullah SAW menyatakan penolakannya. Beliau bersabda:
“Fluktuasi harga (turun-naik) itu adalah perbuatan Allah, sesungguhnya saya
ingin berjumpa dengan-Nya, dan saya tidak melakukan kezaliman pada seorang
yang bisa dituntut dari saya”(HR. Abu Dawud) .

Dari sini jelas bahwasanya tidak dibenarkan adanya intervensi atau kontrol
manusia dalam penentuan harga itu, sehingga akan menghambat hukum alami
yang dikenal dengan istilah supply and demand. Yang serupa dengan tas’ir
(penetapan harga) dan sama terkutuknya adalah praktek bisnis yang disebut
dengan proteksionisme. Ini adalah bentuk perdagangan dimana negara
melakukan pengambilan tax (pajak) baik langsung maupun tidak langsung
kepada para konsumen secara umum. Dengan kata lain, ini adalah sebuah proses
dimana negara memaksa rakyat untuk membayar harga yang sangat tinggi pada
produksi lokal dengan melakukan proteksi pada para pelaku bisnis agar
terhindar dari kompetisis internasional.
Proteksionisme tidak dihalalkan karena akan memberikan keuntungan untuk
satu pihak dan akan merugikan dan menghisap pihak lain, yang dalam ini adalah
masyarakat umum. Lebih dari itu, proteksi juga merupakan sebab utama
terjadinya inflasi dan akan mengarah pada munculnya kejahatan bisnis yang
berbentuk penyelundupan pasar gelap (black market), pemalsuan dan
pengambilan untung yang berlebihan. Ibnu Qayyim mengatakan, bahwa
proteksi merupakan bentuk tindakan ketidakadilan, yang terjelek/terburuk. Dia
menyatakan bahwa proteksi sangat berbahaya bagi kedua belah pihak baik
protektor maupun orang yang diproteksi, dengan alasan bahwa ini adalah
tindakan peningkatan hak kemerdekaan berdagang yang Allah SWT. Berikan.
Islam juga melarang praktek penimbunan makanan pokok, yang disengaja
dilakukan untuk menjual jika harganya telah melambung. Pada masa ke
khalifahannya, “Umar bin Khattab mengeluarkan sebuah peringatan keras
terhadap segala praktek penimbunan barang-barang yang menjadi kebutuhan
masyarakat. Dia tidak memperbolehkan seorang pun dari kaum muslimin untuk
membeli barang-barang sebanyak-banyaknya dengan niatan untuk dia timbun.

12
3. Riba
Salah satu ajaran Islam yang penting untuk menegakkan keadilan dan
menghapuskan ekploitasi dalam transaksi bisnis adalah dengan melarang Riba.
Al-quran sangat mengecam keras pemakan Riba dan menyebutnya sebagai
penghuni neraka yang kekal selamanya di dalamnya (QS.2:275). Riba termasuk
transaski yang bathil, bahkan hampir semua ulama menafsirkan firman Allah
”memakan harta dengan bathil” itu dengan Riba dalam firman Allah Al-
Baqarah: 188. “Dan janganlah sebagian kamu memakan sebagian harta yang
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui”. (QS. Al-Baqarah:188).

Riba secara etimologis berarti pertambahan. Secara terminoligi syar’i Riba


ialah, penambahan tanpa adanya ’iwadh. Secara teknis, maknanya mengacu
kepada premi yang harus dibayar si peminjam kepada pemberi pinjaman
bersama dengan pinjaman pokok yang disyaratkan sejak awal. Penambahan dari
pokok itu disyaratkan karena adanya nasi’ah (penangguhan).

4. Tindakan Melambungkan Harga


Islam sangat tidak mentolerir semua tindakan yang akan melambungkan harga-
harga dengan zalim. Beberapa praktek bisnis yang akan bisa menimbulkan
melambungnya harga-harga tersebut adalah sebagai berikut:
a. Larangan maks (pengambilan bea cukai/pungli). Pembebanan bea cukai
sangatlah memberatkan dan hanya akan menimbulkan melambungnya
secara tidak adil, maka Islam tidak setuju dengan cara ini. Rasulullah
Saw dalam hal ini bersabda, “Tidak akan masuk syurga orang yang
mengambil beacukai”, karena pembebanan beacukai sangat
memberatkan dan hanya akan menimbulkan melambungnya harga
secara tidak adil, maka Islam tidak setuju dengan cara ini. Khalifah
‘Umar bin ‘Abdul Aziz, telah menghapuskan bea cukai. Dia

13
menafsirkan bahwa maks serupa dengan bakhs (pengurangan hak milik
seseorang), yang secara keras ditentang oleh Alquran. (QS. Hudd: 85).
b. Larangan najsy. Najsy adalah sebuah praktek dagang dimana seseorang
pura-pura menawar barang yang didagangkan degan maksud hanya
untuk menaikkan harga, agar orang lain bersedia membeli dengan harga
itu, Ibnu ‘Umar r.a. berkata: “Rasulullah SAW melarang keras praktek
jual beli najsy”. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi,
Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu sekalian melakukan
penawaran barang tanpa maksud untuk membeli”. (HR.Tirmidzi).
Transaksi najsy diharamkan dalam perdagangan karena si penjual
menyuruh orang lain memuji barangnya atau menawar dengan harga
yang lebih tinggi, agar orang lain tertarik pula untuk membelinya. Si
Penawar sendiri tidak bermaksud untuk benar-benar membeli barang
tersebut. Ia hanya ingin menipu orang lain yang benar-benar ingin
membeli yang sebelumnya orang ini telah melakukan kesepakatan
dengan penjual. Akibatnya terjadi permintaan palsu (false demand).
Tingkat permintaan yang terjadi tidak dihasilkan secara alamiyah.

2.6 Keseimbangan Pasar


Keseimbangan atau ekuilibrium menggambarkan suatu situasi di mana semua
kekuatan yang ada dalam pasar, permintaan dan penawaran, berada dalam keadaan
yang seimbang sehingga setiap variabel yang terbentuk di pasar, harga dan kuantitas,
sudah tidak lagi berubah. Proses terjadinya keseimbangan dalam pasar berawal dari
mana saja, baik dari segi permintaan atau penawaran. Namun, dalam segi perubahan
akan terjadi pada satu sisi saja, sisi penawaran atau permintaan. Untuk proses
pencapaian keseimbangan pasar akan dijelaskan melalui grafik.

Pada grafik tersebut terlihat bahwa pada tingkat harga P1, maka barang yang
diminta akan sebesar QD1 sementara jumlah barang yang pasokan ke pasar akan
sebesar QS1. Bisa dilihat dalam gambar, bahwa jumlah barang yang dipasok melebihi
jumlah barang yang diminta sehingga terjadi kelebihan pasokan. Dalam situasi yang
seperti ini, maka harga cenderung tertekan ke bawah sehingga harga mengalami

14
penurunan. Ketika harga turun, maka hal ini di satu sisi akan mendorong permintaan
konsumen meningkat, tetapi di lain pihak penurunan harga ini akan menyebabkan
jumlah barang yang dipasok ke pasar menurun.

Tabel Analisis kemaslahatan masyarakat berdasarkan mekanisme pasar dalam


islam

Keadilan Menghindari Aktivitas Manfaat


yang Terlarang
Transparansi dan Larangan barang, produk jasa Produktif dan tidak
kejujuran dan spekulatif
proses yang merugikan dan
berbahaya
Transaksi yang fair Tidak menggunakan SDM Menghindari barang
atau barang atau
ilegal dan secara tidak adil penggunaan SDM yang
tidak efisien.
Persaingan yang sehat
Saling menguntungkan

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut pandangan Islam yang diperlukan adalah suatu regulasi secara benar serta
dibentuknya suatu sistem kerja yang bersifat produktif dan adil demi terwujudnya
pasar yang normal. Sifat produktif itu hendaklah dilandasi oleh sikap dan niat yang
baik guna terbentuknya pasar yang adil. Dengan demikian, model dan pola yang
dikehendaki adalah sistem operasional pasar yang normal.

Konsep makanisme pasar dalam Islam dapat dirujuk kepada hadits Rasululllah
SAW. Dengan demikian, Islam jauh mendahului Barat dalam merumuskan konsep
mekanisme pasar. Konsep mekanisme pasar dalam Islam selanjutnya dikembangkan
secara ilmiah oleh ulama sepanjang sejarah, mulai dari Abu Yusuf, Al-Ghazali,
Ibnu Taymiyah, Ibnu Khaldun, dsb. Para ulama tersebut telah membahas konsep
mekanisme pasar secara konprehensif. Mereka telah membahas kekuatan supply
and demand. Kajian mereka juga telah sampai pada faktar-faktor yang
mempengaruhi pasar.
Dalam ekonomi Islam harga ditentukan oleh kekuatan supply and demand. Jika
terjadi distorsi pasar maka pemerintah boleh intervensi pasar. Namun, ekonomi
Islam menentang adanya intervensi pemerintah dengan peraturan yang berlebihan
saat kekuatan pasar secara bebas bekerja untuk menentukan harga yang kompetitif.

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan disampaikan kepada
kami.
Apabila terdapat kesalahan baik penulisan atau penjelasan mohon dapat
memaafkan dan memakluminya.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.iainpalopo.ac.id
https://media.neliti.com
https://journal.iainkudus.ac.id

17

Anda mungkin juga menyukai