Adoc - Pub Kekurangan Dan Kelebihan Kebijakan Otonomi Daerah
Adoc - Pub Kekurangan Dan Kelebihan Kebijakan Otonomi Daerah
Oleh ARISMAN
Widyaiswara Muda BPSDM Kementerian Hukum dan HAM RI
Secara luas, Winoto (1998) memberikan empat arti yang melekat dalam
perencanaan regional, yang tentunya berimplikasi pada pengembangan wilayah,
terdiri dari : pengintegrasian kebijakan pada tingkat lokal, pembuatan keputusan dan
disain investasi proyek pada tingkat regional, pengembangan ekonomi untuk wilayah
sub-nasional, dan pengembangan kota, pengelolaan sumber daya, pengembangan
masyarakat. Kemudian secara lebih khusus Azis (1989) dan Soegijoko (dalam
Soegijoko dan Kusbiantoro, …) menyatakan bahwa pengembangan wilayah pada
dasarnya berkaitan dengan tingkat dan perubahan menurut/dalam waktu dari
1
sejumlah variabel (produksi, populasi, angkatan kerja dan lain-lain) dalam batas
teritorial (wilayah) yang jelas. Aktivitasnya dapat berbentuk pengembangan
perkotaan (dalam kaitannya dengan perdesaan — rural urban linkages),
pengembangan/mobilisasi sumber daya dan pengembangan perdesaan. Keterangan
tersebut memberikan gambaran bahwa spektrum pengembangan wilayah adalah
sangat luas. Pengembangan wilayah dapat berada pada tingkat nasional sampai
tingkat lokal dengan kandungan kegiatan yang berbeda. Semua itu bukanlah kegiatan
yang masing-masing berdiri sendiri, melainkan bertujuan untuk mengintegrasikan
kepentingan nasional dengan kepentingan wilayah/lokal dan untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana posisi
otonomi daerah dalam kerangka pengembangan wilayah tersebut ?
Meskipun demikian tidak berarti otonomi daerah sudah menjadi sistem yang
sempurna. Belum lama ini, ada keinginan dari pemerintah untuk memperbaiki UU No
22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999 Tentang
Perimbangan Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat memberi waktu kepada
pemerintah untuk mengajukan perbaikan sampai pertengahan tahun ini. Ini
disebabkan karena adanya kelemahan-kelemahan pada kedua UU tersebut, disamping
tentunya ada kelebihannya. Bbeberapa kelebihan dan kelemahan yang dijumpai,
diantaranya adalah :
2
Dengan adanya kewenangan yang diberikan kepada daerah, daerah
mempunyai keleluasaan dalam melakukan pengelolaan pembangunan sesuai
dengan sumber daya yang tersedia.
Kewenangan yang diberikan kepada daerah juga memungkinkan bagi daerah
untuk mengambil keputusan secara cepat.
Bias ekonomi, bias luar jawa dan bias sumber daya alam.
3
Terdapat ambivalensi dan inkonsistensi khususnya di tingkat propinsi. UU
menyebutkan otonomi luas berada di kabupaten, tetapi banyak hal diambil
propinsi. Posisi Gubernur tidak jelas. Pada satu sisi adalah wakil pemerintah
dan oleh karena itu pejabatnya ditunjuk presiden; pada sisi lain propinsi adalah
daerah otonom yang seharusnya Gubernur menjadi jabatan politis yang dipilih
DPRD.
4
DAFTAR PUSTAKA
Haris Syamsuddin, Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Jakarta: LIPI Press, 2007
Syaukani, HR., Affan Gaffar dan Ryaas Rasyid, 2002, “Otonomi Daerah dalam Negara
Kesatuan”, Kerjasama PUSKAP dan Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI), Jakarta.
Thoha, Miftah. 2008. Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi. Jakarta: Kencana.