Anda di halaman 1dari 16

KONFLIK HUKUM

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Hukum Bisnis

Yang Dibimbing oleh Meta Bara Berutu, S.E., M.M.

Disusun oleh :

1. Juan Felix Audrey Pangaribuan (1705621082)


2. Muhammad Iqbal Yuliansyah (1705621091)
3. Sararya Haikal Perdana (1705621062)

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

FAKULTAS EKONOMI

JANUARI 2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….. 2

BAB I Konflik Hukum………..……....……………………………………….. 3

1. Lex Causae.......................................................................................... 3
2. Kontrak…….……………………..……………………………….… 4
3. Hukum Kontrak yang Tepat………………………………………… 6
4. Konvensi Roma……………………………………………………… 9
5. Penjualan Barang Secara Internasional……………………………… 10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 16

2
Konflik Hukum

1. Lex Causae

Dalam setiap proses pengambilan suatu keputusan hukum,terdapat yang namanya


Tindakan kualifikasi atau dalam Bahasa Inggris (Qualification, Classification,
Characterization). Pengertian dari kualifikasi hukum ini adalah bagian dari proses hukum
yang hampir pasti dilalui, karena dengan kualifikasi, orang mencoba untuk menata
sekumpulan fakta yang dihadapinya (sebagai persoalan hukum), mendefinisikannya dan
kemudian menempatkannya ke dalam suatu kategori yuridik tertentu. Mudahnya kualifikasi
ini berarti proses penyalinan fakta sehari-hari ke dalam istilah hukum.

Lex Causae merupakan salah satu dari jenis dari berbagai macam teori kualifikasi. Teori
ini diperjuangkan dan dipertahankan oleh Martin Wolff. Jadi setelah tahap kualifakasi
masalah ke dalam suatu kategori, kemudian pengadilan akan memutuskan kodifikasi(jenis)
hukum yang bagaimana yang akan diterapkan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Nah,
hukum yang berlaku untuk kasus tersebut itulah yang kita sebut sebagai lex causae. Menurut
Wikipedia, Lex Causae, dalam pertentangan hukum ini berarti hukum yang dipilih atau
ditetapkan pada pengadilan forum dari sistem hukum yang relevan/sejalan ketika
menghakimi suatu kasus Internasional atau antarbudaya.

Teori ini beranggapan bahwa proses kualifikasi dalam perkara HPI (Hukum Perdata
Internasional) dapat dijalankan sesuai dengan keseluruhan sistem-sistem hukum yang
bersangkutan dengan perkara. Tindakan ini dimaksudkan untuk menetapkan kaidah HPI
mana yang paling erat kaitannya dengan kaidah hukum asing yang mungkin diberlakukan.
Penentuan ini dilakukan dengan berdasar pada hasil kualifikasi yang dilakukan dan juga tetap
memperhatikan sistem hukum asing yang bersangkutan.

Sebagai contoh jika lex causae adalah sistem hukum negara asing, maka hukum ini harus
bisa dibuktikan di hadapan pengadilan Inggris dengan cara yang sama juga seperti bukti-bukti
yang lain. Untuk membuktikan kebenaran dari hukum asing tersebut, bukti tersebut harus
dibawa ke pengadilan oleh seorang saksi ahli. Orang yang menjadi saksi ahli tersebut tidak
harus memiliki latar belakang terkait hukum, seperti seorang pengacara ataupun ahli hukum,
namun saksi tersebut yang penting memiliki pengalaman praktik.

3
Dalam sebuah kasus, seorang uskup Katolik Roma diizinkan untuk bersaksi mengenai
hukum perwakinan Roma. Seorang sekretaris pada Kedutaan Besar Persia diizinkan pula
untuk memberikan kesaksian di bawah sumpah tentang hukum Persia. Pernyataan seorang
Direktur bank di London dengan pengalaman perbankan di Amerika Selatan, lebih
diutamakan sebagai saksi dibanding pernyataan pemuda yang sudah beberapa tahun
berprofesi sebagai pengacara di chili, jika kasus masalahnya menyangkut makna surat wesel
yang diberikan di chili.

Dalam kebebasan memilih, lex causae memiliki beberapa syarat sebagai batasnya.
Persyaratan tersebut diantaranya :

1. Tidak bertentangan dengan undang-undang atau ketertiban umum ;


2. Kebebasan tersebut harus dilaksanakan dengan itikad baik ;
3. Hanya berlaku untuk hubungan dagang dan dalam bidang hukum kontrak ;
4. Tidak berlaku untuk menyelesaikan sengketa tanah ;
5. Tidak untuk menyelundupkan hukum.

2. Kontrak

Kontrak adalah suatu Tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih di mana
masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya dituntut untuk melakukan prestasi baik satu
maupun lebih. Dalam pengertian yang sudah disebut tadi kontrak merupakan perjanjian yang
berbentuk tertulis.

Dengan demikian, dalam kontrak mengandung unsur-unsur: pihak-pihak yang


berkompeten, pokok yang disetujui, pertimbangan hukum, persetujuan timbal balik dari
masing-masing pihak, dan kewajiban timbal balik. Ciri kontrak yang utama adalah dia
merupakan satu tulisan yang memuat persetujuan dari para pihak, lengkap dengan syarat-
syarat, serta yang berfungsi sebagai alat bukti tentang adanya kewajiban. Unsur-unsur
kontrak seperti dirinci di atas, secara tegas memberikan gambaran yang membedakan antara
kontrak dengan pernyataan sepihak. Akhirnya secara singkat dapat dikatakan bahwa kontrak
adalah persetujuan yang dibuat secara tertulis yang melahirkan hak dan kewajiban para pihak
yang membuat kontrak.

Kontrak dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai “perjanjian”. Meski begitu, dalam
Bahasa Inggris contract ini tidak memiliki arti yang sepadan dengan kontrak. Istilah contract

4
biasanya digunakan dalam kerangka hukum nasional atau internasional yang bersifat perdata.
Namun dalam hukum internasional publik kata Bahasa inggris yang memiliki arti setara
dengan kontrak atau perjanjian yaitu treaty atau convenant. Esensi kontrak ada dua, yaitu :
agreement dan contractual right and obligation.

Kontrak atau perjanjian dalam bisnis merupakan suatu instrumen yang esensial karena
kontrak adalah aturan main yang membingkai suatu transaksi bisnis. walaupun pada
prinsipnya semua kontrak dibuat dengan itikad baik, tapi tak jarang sebuah kontrak berujung
dengan perselisihan. Kontrak dapat terjadi apabila adanya kesepakatan antara dua orang atau
lebih mengenai hal tertentu yang telah disetujui oleh mereka dan akhirnya menciptakan untuk
berbuat atau tidak berbuat suatu hal yang khusus.

Jika kita membahas tentang hukum dagang, tentu saja yang menjadi dasarnya adalah
kontrak. Zaman sekarang ini kita harus mempertimbangkan tindakan pengadilan di negeri
kita ini bila kita melakukakn kontrak dengan negara asing yang dimana hukumnya pasti akan
berbeda dari kedua belah pihak.

Membahas tentang kontrak, selalu ada kemungkinan perselisihan yang muncul dari para
pihak mengenai salah satu hal dasar kontrak (the essentials of the contract). Salah satu hal
dasar yang menghasilkan perumusan kontrak ialah kapasitas. Hal dasar kontrak meliputi
penawaran dan penerimaan, pertimbangan, dan niat untuk menciptakan hubungan yang sah
sehingga dapat terciptanya kesepakatan bersama. Aspek lain dari kontrak selanjutnya yaitu
kebasahan dari dasar kontrak/perjanjian itu sendiri dan perkara seperti kesalahan, akibat yang
timbul dari kesalahan, pernyataan yang tidak bener atau dibuat-buat, paksaan, dan adanya
tindakan melawan hukum. Lalu yang terakhir ada penafsiran kontrak dan akibat kontrak, tata
cara pelaksanaan dan metode pembebasan kontrak. Sengketa diantara para pihak dapat timbul
diantara hal-hal berikut. Lalu yang menjadi pertanyaan tetap, bila terdapat unsur asing,
hukum manakah yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku bagi sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Untuk
dianggap sah, perjanjian harus memenuhi 4 syarat berikut ini:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya sendiri


2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Mengenai suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal, tidak melanggar hukum atau kesusilaan.’[‘

5
Jika terjadi perselisihan dalam setiap kontrak yang dibuat, dapat diataso dengan salah satu
opsi yang ada di “Midnight Clause” yang terdiri dari opsi sebagai berikut :

1. Musyawarah mufakat/penyelesaian secara kekeluargaan;


2. Penyelesaian melalui pengadilan;
3. Penyelesaian diluar pengadilan.

3. Hukum Kontrak yang Tepat

Hukum Kontrak merupakan bagian dari hukum privat. Hukum ini terpusat pada
kewajiban kita dalam melaksanakan peraturan yang kita buat sendiri. Hukum kontrak
dipandang hukum privat dikarenakan apabila terjadi pelanggaran terhadap kewajiba-
kewajiban yang ada dalam hukum kontrak, urusan ini murni menjadi urusan antara pihak-
pihak yang berkontrak. Adapaun kontrak dalam bentuk klasik dipandang sebagai ekspresi
kebebasan kita dalam memilih dan mengadakan perjanjian.

Menurut Suhardana, ada 2 aspek yang perlu diperhatikan ketika merancang sebuah
kontrak, yaitu aspek akomodatif dan aspeklegalitas. Aspek akomodatif artinya perancangan
perjanjian atau kontrak harus mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan yang sah yang
terbentuk dalam transaksi bisnis mereka ke dalam kontrak bisnis yang dirancangnya. Aspek
legalitas sendiri dapat berarti perancang kontrak harus mampu menuangkan transaksi bisnis
para pihak ke dalam kontrak yang sah dan dapat dilaksanakan.

Dalam paradigma atau pemikiran baru-baru ini, moral dan hukum tidak dapat disatukan.
Disni muncul hukum tertinggi berarti ketidakadilan yang terbesar. Konsep seperti harga yang
adil dapat berarti kerugian terbesar atau penyalahgunaan hak. Apabila seseorang dirugikan
oleh suatu perjanjian disebabkan oleh kesalahannya sendiri, ia harus bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri dan menerima kewajiban itu secara sukarela, hal itu harus dipenuhi
meskipun orang itu mengalami kerugiaan, perjanjian tetap berlaku sebagai Undang-Undang
bagi para pihak yang membuatnya.

Di Indonesia, ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan dalam penyusunan sebuah
kontrak, yaitu :

1. Pembuatan draft pertama. Berisi : Judul Kontrak, Pembukaan, Pihak-pihak terkait,


premis, Isi Kontrak dan Penutup

6
2. Penukaran draft kontrak kedua belah pihak (Negoisasi)
3. Revisi draft (Jika diperlukan)
4. Penyelesaian akhir
5. Penutup (Penandatanganan Kontrak)

Di zaman sekarang ini dimana pemikiran cenderung ke arah ekonomi liberal yang mana
isi kontrak ditentukan oleh consensus (mufakat bersama) banyak merubah hukum kontrak
yang telah ada sebelumnya. Kontrak dalam sistem hukum di barat sudah menjadi konsep
dasar dan lazim yang memberikan efek terhadap perjanjian sukarela sesuai dengan yang
diinginkan para pihak. Konsep ini mengadaptasi perkembangan situasi ekonomi baru pada
abad XIX.

Dalam pemikiran baru ini, pada kontrak ini timbul dua aspek Pertama, kebebasan
(sebanyak mungkin) untuk mengadakan suatu kontrak. Kedua, kontrak tersebut harus
dihormati oleh pengadilan, karena pihak secara bebas dan tidak ada pembatasan dalam
mengadakan kontrak.

Dalam Hukum Inggris, bila ada kontrak dengan unsur asing,maka hukum yang digunakan
dalam menyelesaikan masalah tersebut ialah hukum yang tepat. Perlu kita ingat jika terdapat
sengketa di dalam akad perjanjian atau kontrak para pihak bebas menyebut hukum mana
yang ingin dipakai. Dalam keadaan jika para pihak belom bisa menentukan hukum mana
yang akan dipakai bila terjadi sengketa, kita dapat berpedoman pada sebuah kasus bernama
The Assunzione (1954). Kasus ini memberikan contoh yang tentang cara pengadilan
menentukan mana hukum yang tepat untuk sebuah kontrak.

Studi Kasus :

Dalam kasus ini, ada perjanjian pengangkutan yang telah disepakti diantara seorang
pengunggat berkebangsaan Prancis dan Pemilik kapal, Assunzione, yang berkebangsaan
Italia. Kapal itu digunakan untuk mengangkut biji-bijian dari Dunkirk ke sebuah Pelabuhan
Italia. Pertanyaanya hukum Prancis atau Italia-kah yang mengatur situasi itu. Kedua pihak
tidak menyebutkan bahwa hukum yang berlaku adalah hukum Inggris, walaupun kasus
tersebut di periksa di pengadilan negara Inggris. Disini ada beberapa hal yang berhubungan
dengan hukum Prancis.

1. Perjanjian pengangkutan ini diawali dengan Paris, 7 Oktober 1949; artinya perjanjian
itu diakhiri di Prancis.

7
2. Perjanjian pengangkutan ini ditulis dalam Bahasa Inggris, namun lampirannya ditulis
dalam Bahasa Prancis
3. Konosomen-konosomen (dokumen-dokumen dalam kontrak) ditulis dalam Bahasa
Prancis dan menggunakan formulir standar Prancis.
4. Pihak pencarter adalah pedagang perantara berkebangsaan Prancis dan bertindak atas
nama pemerintah Prancis.

Akan tetapi, ada beberapa hal seperti berikut ini yang berhubungan erat dengan hukum
Italia.

1. Kapal pengangkut berbendera Italia, pemiliknya adalah dua bersaudara dengan


kebangsaan Italia yang menjalankan bisnis di Genoa dan Naples.
2. Tempat pelaksaan kontrak di Italia, maksud disini yaitu kiriman tersebut diharapkan
tiba di Venezia
3. Biaya tambang dan biaya kelebihan waktu labuh harus dibayarkan di Naples dengan
mata uang Italia.
4. Konosomen-konosomen tersebut sudah diserahkan kepemilikannya pada penerima
kiriman di Italia

Jadi, berdasarkan fakta-fakta diatas tampaknya baik unsur Prancis maupun Italia
dalam kontrak ini seimbang. Tidak ada fakta menonjol yang cukup signifikan. Jadi,
pertanyaannya adalah keputusan apa yang paling masuk akal: lalu kontrak itu dianggap
sebagai kontrak Italia atau Prancis? Akhirnya, Court of Appeal memutuskan bahwa
kontrak tersebut harus disesuaikan hukum Italia. Court of Appeal menegaskan, intinya,
yang menjadi masalah utama disini yaitu pihak pencarter harus membayar biaya tambang
dan biaya kelebihan waktu labuh di Naples dibayar dengan mata uang Italia.

Karena kasus-kasus ini, perkara hukum yang tepat menjadi pertimbangan masyarakat
Eropa. Sebuah Konvensi pada 1990 di Roma dibuat dengan tujuan menyediakan metode
yang seragam untuk memutuskan hukum yang mengatur kontrak-kontrak internasional.
Komvensi ini berdampak terhadap semua hukum yang di seluruh dunia dan berlaku untuk
semua kontrak Internasional. Hukum yang termuat dalam konvensi ini sudah disahkan
oleh Parlemen Kerajaan Inggris dan sekarang hukum tersebut sudah dimuat dalam bentuk
undang-undang bernama Contracts (Applicable Law) Act 1990.

8
4. Konvensi Roma

Konvensi roma berlaku pada tahun 1961 terhadap negara-negara anggota persetujuan
trips, trips merupakan trade related aspects of intellectual property rights yang berarti aspek-
aspek perdagangan yang berhubungan dengan hak milik intelektual. Konvensi ini
memberikan pelindungan terhadap pelaku pertunjukan, produser rekaman suara atas karya
rekaman suara dan lembaga penyiaran atas karya siaran. Dalam treaty ini mengatur tentang
hak-hak ekonomi atau hak pemanfaatan atas karya pertunjukan, karya rekaman dan karya
siaran. Yang menjadi permasalahan pokok yang dituangkan dalam ketentuan-ketentuan
konvensi ini adalah menegenai perlindungan terhadap pelaku pertunjukan produser rekaman
dan organisasi penyiaran. Pemberian jaminan perlindungan seperti yang dimaksud dalam
konvensi ini didasarkan kepada beberapa syarat tertentu yaitu, Penampilan dilaksanakan di
negara yang ikut serta dalam penanda tanganan, pertunjukan tidak diselesaikan di sebuah
perusahaan rekaman, dan pertunjukan tersebut satu perusahaan dengan sebuah perusahaan
rekaman. Dalam treaty ini mengatur tentang hak-hak ekonomi atau hak pemanfaatan atas
karya pertunjukan, karya rekaman dan karya siaran. Konvensi Roma diprakarsai oleh Bern
Union, dalam rangka untuk lebih memajukan perlindungan hak cipta di seluruh dunia,
khususnya perlindungan hukum internasional terhadap mereka yang mempunyai hak-hak
yang dikelompok dengan nama hak-hak yang berkaitan.

Tujuan diadakannya konvensi adalah untuk menetapkan pengaturan secara internasional


perlindungan hukum tiga kelompok pemegang hak cipta atas hak- hak yang berkaitan. Tiga
kelompok pemegang hak cipta dimaksud adalah:

a. Artis-artis pelaku (Performance Artist), terdiri dari musisi, akktor, penari, dan
lain-lain. Pelaku yang menunjukkan karya-karya cipta sastra dan seni.
b. Produser-produser rekaman (Producers of Phonogram).
c. Lembaga-lembaga penyiaran .

Produser rekaman suara memiliki hak untuk mengizinkan atau melarang reproduksi
rekaman suara mereka secara langsung atau tidak langsung. Fonogram didefinisikan dalam
Konvensi Roma sebagai setiap fiksasi aural eksklusif dari suara pertunjukan atau suara
lainnya. Ketika rekaman suara yang diterbitkan untuk tujuan komersial menimbulkan
penggunaan sekunder (seperti penyiaran atau komunikasi kepada publik dalam bentuk
apapun), satu remunerasi yang adil harus dibayarkan oleh pengguna kepada pemain, atau

9
produser rekaman suara, atau keduanya. ; Negara peserta bebas, bagaimanapun, untuk tidak
menerapkan aturan ini atau membatasi penerapannya.

Konvensi Roma mengizinkan pengecualian berikut dalam hukum Nasional untuk hak-hak


yang disebutkan di atas:

 Penggunaan pribadi

 Penggunaan kutipan pendek sehubungan dengan pelaporan peristiwa terkini

 Fiksasi sementara oleh organisasi penyiaran melalui fasilitasnya sendiri dan untuk
siarannya sendiri

 Gunakan semata-mata untuk tujuan pengajaran atau penelitian ilmiah

 Dalam kasus lain kecuali untuk lisensi wajib yang tidak sesuai dengan Konvensi
Berne—di mana hukum nasional memberikan pengecualian terhadap hak cipta dalam
karya sastra dan seni.

Selanjutnya, setelah seorang pemain setuju untuk menggabungkan penampilannya dalam


fiksasi visual atau audiovisual, ketentuan tentang hak-hak pemain tidak berlaku lagi. Dengan
demikanlah ,dapat di simpulkan mengenai kovensi-konvensi tentang hak cipta yaitu konvensi
roma, dimana konvensi roma merupakan persetujuan dari TRIPs itu sendiri ,sedangkan
konvensi  berner merupakan konvensi yang mengatur tentang perlindungan karya-karya tulis
dan artistik, dan juga mengenai tujuan yang pasti bawadengan diadakannya perjanjian
internasional adalah untuk melindungi atau memberikan kepastian hak atau suatu hak yang
ditinjaukan dari suatu perjanjian tersebut kepada setiap peserta Negara anggota.

5. Penjualan Barang secara Internasional

Perdagangan internasional adalah suatu kegiatan transaksi jual beli antara suatu negara


dengan negara lainnya atas dasar kesepakatan bersama. Perdagangan internasional ini
mencakup di dalamnya kegiatan ekspor dan impor. Perdagangan internasional adalah
kegiatan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain.
Penduduk bisa seorang warga negara biasa, sebuah perusahaan, lembaga pemerintah, atau
sebuah organisasi nirlaba. Pada dasarnya perdagangan internasional bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri yang tidak dapat terpenuhi karena adanya keterbatasan-

10
keterbatasan tertentu. Maka tak heran dengan adanya kegiatan perdagangan internasional ini,
ada banyak manfaat yang bisa dirasakan penduduk tiap negara. 

Tujuan dari perdagangan internasional adalah untuk memperoleh keuntungan.


Perdagangan internasional ini diwujudkan melalui kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan
ekspor adalah kegiatan menjual barang atau jasa ke luar negeri. Sedangkan kegiatan impor
adalah kegiatan membeli barang atau jasa dari luar negeri. Kegiatan ekspor dan impor dalam
perdagangan internasional adalah kegiatan yang memberikan banyak keuntungan bagi kedua
belah pihak, salah satunya akan memperluas lapangan kerja. Bahkan keuntungan
perdagangan internasional adalah dapat menghasilkan devisa negara, hingga memiliki
keuntungan di bidang politik, pertahanan dan sosial budaya. Misalnya saja dalam pembelian
barang-barang elektronik. Indonesia mendapatkan keuntungan dengan terpenuhinya
kebutuhan masyarakat terhadap barang-barang tersebut. Sementara itu, negara yang membuat
barang-barang elektronik tersebut mendapat keuntungan berupa devisa dari penjualan barang
tersebut. Ada sejumlah hal yang menjadi penyebab terjadinya aktivitas perdagangan
internasional :

1. Perbedaan sumber daya alam

Tidak semua negara memiliki sumber daya alam yang sama. Sumber daya alam
menjadi penting dan krusial karena merupakan bahan baku produk tertentu. Negara yang
membutuhkan sumber daya alam itu akan mencari negara yang memiliki sumber daya alam
tersebut. Hal ini-lah yang memicu terjadinya perdagangan internasional. Sebagai contoh,
Indonesia dikenal kaya akan sumber daya alam. Namun, dalam urusan pengolahan, Indonesia
belum memadai sehingga mendorong Indonesia menawarkan hasil SDA ke negara lain
(ekspor) untuk memenuhi kebutuhan negara tersebut.

2. Penghematan biaya produksi, SDM dan ilmu pengetahuan

Setiap negara memiliki kemampuan SDM dan teknologi berbeda-beda. Negara yang
dibekali dengan SDM mumpuni dan teknologi canggih mampu memproduksi barang
berkualitas baik. Sementara bagi negara dengan SDM dan teknologi kurang memadai,
membeli dari negara pembuatnya (impor) bisa menjadi lebih murah ketimbang memproduksi
sendiri.

3. Pemenuhan kebutuhan nasional

11
Seperti penjelasan di atas, tidak semua negara mampu memenuhi kebutuhan pasar
dalam negeri atau penduduk negaranya. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan itu, negara
perlu melakukan aktivitas perdagangan internasional berupa impor barang dan jasa dari
negara lain.

4. Meningkatkan pemasukan negara

Aktivitas ekspor dan impor merupakan cara negara meningkatkan pendapatan. Negara
diuntungkan dari nilai pajak barang hasil ekspor dan impor tersebut. Negara juga dapat
melakukan ekspor melalui badan usaha milik negara dengan menjual bahan baku sumber
daya alam atau teknologi ke negara lain.

5. Memperluas pasar

Ekspansi produk ke berbagai negara juga menjadi salah satu faktor pendorong
terjadinya perdagangan internasional. Pengenalan bermacam produk berkualitas ke berbagai
negara mampu memberikan keuntungan besar dan meningkatkan hubungan kerja sama
dagang yang baik antar-negara.

6. Peningkatan produk UMKM

Kualitas produksi dalam negeri berpotensi memiliki nilai jual tinggi di pasar
internasional. Kebutuhan ini menjadi sebab terjadinya perdagangan internasional. Bahan
baku bisa didapatkan baik dari dalam negeri atau luar negeri. Produk kemudian dibuat sebaik
mungkin untuk bisa bersaing di pasar internasional.

7. Kerja sama antarnegara

Sering kali produsen dari suatu negara membuka produksinya di negara lain. Hal ini
memungkinkan jika terdapat kecocokan bisnis dan industri. Perdagangan internasional juga
membawa dampak positif bagi kedua negara yang bekerjasama. Dampak positif tidak hanya
dirasakan oleh negara sebagai institusi saja, namun juga warga negara.

8. Transportasi antarnegara. 

Kemudahan akses transportasi antarnegara turut memengaruhi perdagangan


internasional. Semakin mudah akses transportasi, maka peluang terjadinya ekspor-impor
semakin besar. Waktu tempuh distribusi pun dapat dipangkas lebih cepat dalam
mempermudah perdagangan. 

12
9. Kebutuhan terhadap dukungan luar negeri. 

Perdagangan internasional dapat dipakai sebagai salah satu cara memperluas


kesempatan berpartisipasi di dunia global. Semakin banyak memiliki mitra dagang maka
dukungan dari negara-negara lain ke suatu negara menjadi lebih besar. Ada imbal-balik yang
akan diterima pada negara-negara yang melakukan perdagangan.

10. Adanya Kelebihan Produk

Faktor yang mendorong terjadinya perdagangan internasional selanjutnya adalah adanya


kelebihan produk yang ada di dalam suatu negara. Saat pemenuhan kebutuhan akan suatu
barang atau produk dirasa sudah cukup, suatu negara bisa mengekspor barang tersebut ke
negara lain.

Kebijakan Perdagangan Internasional

Kebijakan Perdagangan Internasional adalah segala tindakan negara/pemerintah, baik


langsung ataupun tidak langsung untuk memengaruhi struktur, arah, komposisi, serta bentuk
perdagangan luar negeri atau kegiatan perdagangan. Adapun kebijakan yang dimaksud bisa
berupa tarif, larangan impor, kuota, dumping dan berbagai kebijakan lainnya.

A. Penerapan tarif

Tarif adalah sebuah pembebanan atas barang-barang yang melintasi daerah pabean
(costum area). Sementara itu, barang-barang yang masuk ke wilayah negara dikenakan bea
masuk. Dengan penerapan bea masuk yang besar atas barang-barang dari luar negeri,
memiliki tujuan untuk memproteksi industri dalam negeri sehingga diperoleh pendapatan
negara. Bentuk umum kebijakan tarif adalah penetapan pajak impor dengan prosentase
tertentu dari harga barang yang diimpor. Akibat dan pengenaan tarif dan bea masuk barang
impor adalah : Harga barang impor naik, Sehingga produksi dalam negeri menjadi lebih bisa
bersaing (karena lebih murah), Kemudian karena produksi dalam negeri mampu menyaingi
barang impor maka diharap impor barang menjadi turun.

B. Kuota impor

Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang-barang yang masuk dari
luar negeri. Akibat dari kebijakan kuota dan pembatasan impor biasanya akan terjadi : Jumlah

13
barang di pasar turun, harga barang naik, produksi dalam negeri meningkat, dan impor barang
turun.

C. Larangan ekspor impor

Kebijakan ini dimaksudkan untuk melarang masuknya produk-produk asing ke dalam


pasar domestik. Hal ini dilakukan karena alasan politik dan ekonomi. untuk alasan ekonomi
pelarangan impor bertujuan untuk melindungi dan meningkatkanproduksi dalam negeri

D. Subsidi

Subsidi merupakan kebijakan pemerintah untuk membantu mengurangi sebagian


biaya produksi per unit barang produksi dalam negeri. Sehingga produsen dalam negeri bisa
memasarkan barangnya lebih murah dan dapat bersaing dengan barang impor. Subsidi yang
diberikan dapat berupa tenaga ahli, mesin-mesin, peralatan, fasilitas kredit, keringanan pajak,
dll.

E. Premi

Premi adalah suatu kebijkan yang diambil oleh pemerintah dengan memberikan
tambahan dana pada produsen dalam negeri yang berhasil mencapai target produksi tertentu
yang telah ditetapkan.

F. Dumping

Dumping merupakan kebijakan pemerintah untuk mengadakan diskriminasi harga,


yakni produsen menjual barang di luar negeri dengan harga yang lebih murah dari dalam
negeri atau bahkan di bawah biaya produksi. Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume
perdagangan dan menguntungkan negara pengimpor, terutama menguntungkan konsumen
mereka. Namun, negara pengimpor kadang mempunyai industri yang sejenis sehingga
persaingan dari luar negeri ini dapat mendorong pemerintah negara pengimpor
memberlakukan kebijakan anti dumping (dengan tarif impor yang lebih tinggi), atau sering
disebut counterveiling duties hal tersebut dilakukan untuk melindungi industri yang sejenis di
negara pengimpor. Kebijakan dumping sendiri biasanya hanya berlaku sementara, harga
produk akan dinaikkan sesuai dengan harga pasar setelah berhasil merebut dan menguasai
pasar internasional. Biasanya kebijakan dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan

14
persaingan di luar negeri. Setelah persaingan di luar negeri mati maka harga di luar negeri
akan dinaikkan untuk menutup kerugian sewaktu melakukan kebijakan dumping. Namun,
pelaksanaan politik dumping dalam praktik perdagangan internasional dianggap sebagai
tindakan yang tidak terpuji (unfair trade) karena dapat merugikan negara lain.

G. Devaluasi
Devaluasi adalah tindakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang sendiri
dengan sengaja terhadap uang asing.
Akibat devaluasi:
1. harga barang-barang impor menjadi mahal
2. harga barang-barang dalam negeri menjadi lebih murah di pasaran luar negeri.
 
Tujuan devaluasi:

1. Memperbesar exspor
2. Memperkecil impor
3. Menambah devisa negara

15
DAFTAR PUSTAKA

Purwadi, Ari. (2016). Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional. Surabaya: Pusat


Pengkajian Hukum dan Pembangunan (PPHP)
Lewis, Arthur. (1998). Peraturan-Peraturan Eropa Mengenai Persaingan dan Konflik
Hukum: Seri Dasar-Dasar Hukum Bisnis. (D.S. Widowatie, Terjemahan). Jakarta:
Nusamedia.
En.wikipedia.org
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8339/2/T1_312009052_BAB%20II.pdf
https://m.liputan6.com/hot/read/4372915/perdagangan-internasional-adalah-transaksi-jual-
beli-antarnegara-kenali-manfaatnya

https://amp.tirto.id/faktor-faktor-yang-menyebabkan-terjadinya-perdagangan-internasional-
gjL1

https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Perdagangan%20Internasional-
KIS/topik5.html

https://m.liputan6.com/hot/read/4372915/perdagangan-internasional-adalah-transaksi-jual-
beli-antarnegara-kenali-manfaatnya

https://amp.tirto.id/faktor-faktor-yang-menyebabkan-terjadinya-perdagangan-internasional-
gjL1

https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Perdagangan%20Internasional-
KIS/topik5.html

16

Anda mungkin juga menyukai