Komunikasi Efektif Dalam Hubungan Interpersonal Dengan Sesama Perawat
Komunikasi Efektif Dalam Hubungan Interpersonal Dengan Sesama Perawat
Perawat
Kelompok 6 :
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan Makalah Komunikasi Keperawatan tepat pada
waktunya.
Ucapan terima kasih yang ditujukan kepada Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah ,
dosen pembimbing, beserta rekan-rekan. Untuk memenuhi Tugas komunikasi Keperawatan
yang di buat sebagai salah satu bentuk melatih kemandirian di bidang Pendidikan dan
Kesehatan.
Adapun tujuan dilaksanakan Komunikasi Keperawatan adalah untuk menambah
wawasan, juga meningkatkan prestasi Mahasiswa, dengan dilaksanakan ini penulis dapat
mengembangkan, melaksanakan dan mempraktikkan ilmu yang telah di dapat.
Penulis menyadari bahwa pembuatan Makalah ini masih terdapat kekurangan baik
dalam bentuk tulisan, isi, informasi maupun dalam bentuk penyajian. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik serta saran untuk perbaikan makalah ini. Semua untuk
mendukung agar yang penulis buat dapat lebih baik lagi di kemudian hari.
Penulis
Kelompok 6
i
BAB I
Pendahuluan
3.1. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara berkomunikasi perawat dengan perawat
2. Untuk mengetahui proses komunikasi perawat dengan perawat
1
BAB II
Pembahasan
2.2. Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa,melakukan
kerjasama dalam asuhan kesehatan,saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing
bertanggung jawab pada pekerjaannya.
Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan apa yang
sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National Joint
Practice Commision (1977) yang dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak ada
definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam
kontek perawatan kesehatan berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah
bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan pemikiran.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray (1989) menggambarkan bahwa
kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terklibat memandang aspek-aspek
perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan
keterbatasan padangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.
American Medical Assosiation (AMA), 1994, setelah melalui diskusi dan negosiasi yang
panjang dalam kesepakatan hubungan professional dokter dan perawat, mendefinisikan istilah
kolaborasi sebagai berikut ; Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat
merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam
batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan
menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan
masyarakat.
Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-masalah tentang klien dan
untuk meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim serta untuk
mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien.Agar hubungan kolaborasi dapat
optimal,semua anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama.Perawat dan
dokter merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega,bekerja saling ketergantungan
dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagai nilai-nilai dan pengetahuan serta respek
terhadap orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan individu,keluarga dan
masyarakat.
Untuk memperoleh pekerjaan yang betul-betul sesuai dengan kemampuan standar yang telah
dugariskan oleh pendidikan yang telah diikutinya,sangatlah sulit. Karena basarnya persaingan
antara jumlah tenaga yang ada dan jumlah lahan tempat bekerja, Karena itu sering terjadi
bahwa perawat berpendapat lebih baik bekerja dulu, Soal penempatan kerja yang sesuai atau
tidak, akan dipakirkan kemudian.Hal ini sangat berpengaruh terhadap motivasi untuk bekerja.
Bila pekerjaan yang diberikan sesuai dengan keinginan dan kemampuannya. Maka motivasi
kerja akan meningkat, Akan tetapi bila volume pakerjaan yang didapatkannya tidak sesuai
dengan keinginan dan cita-citanya maka akan terjadi penurunan motivasi kerja yang
menjurus kepada terjadinya konflik anytara nilai (value). Sebagai perawat dengan kebijakan
institusi tempat bekerja. Bila terjadi penumpukan konflik nilai didalam pelaksanaan
pekerjaannya setaiap hari, akan terjadi:
1. Buruknya komunikasi antara perawat sebagai pekerja dengan institusi selaku pemberi
kebijakan.
2. Tumbuh sifat masa bodoh terhadap tugas yang merupakan tanggung jawabnya.
3. Kinerja menjadi menurun.
Agar dapat terbina hubungan kerja yang adekuat antara perawat dengan institusi tempat
bekerja,perlu diperhatikan sebagai berikut:
1. Perlu ditanamkan dalam diri perawat bahwa pekerja iti tidak sekedar mencari nafkah
atau mencari uang,Tapi perlunya hati yang ikhlas.
2. Pekerjaan juga merupakan ibadah berarti bahwa hasil yang dapat diperolah dari
pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggung jawab,
Dapat memenuhi kebutuhan lahir maupun batin.
3. Tidak semua keinginan individu perawat akan pekerjaan dan tugasnya dapat
terealisasi dangan baik sesuai nilai yang ia miliki.
4. Upayakan untuk memperkecil terjadinya konflik nilai dalam melaksanakan tugas
keperawatan debgan menyesuaikan situasi dan kondisi tempat bekerja.
5. Menjalin karja sama yang baik dan dapat memberikan kepercayaan kepada pembari
kebijakan bahwa tugas dan tanggung jawab keperawatan selalu mengalami perubahan
(dinamis) sesuai iptek.
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
Perawat dalam menjalankan tugasnya, harus dapat membina hubungan baik dengan
semua perawat yang berada dilingkungan kerjanya. Dalam membina hubungan tersebut,
sesama perawat harus terdapat rasa saling menghargai dan tenggang rasa yang tinggi agar
tidak terjebak dalam sikap saling curiga dan benci. Tunjukkan selalu sikap memupuk rasa
persaudaraan dengan silih asuh, silih asih, silih asah.
Koordinasi dan komunikasi tidak hanya diperlukan antartenaga professional
kesehatan, tetapi juga dalam suatu tim profesi, termasuk perawat. Dengan demikian, perawat
mampu melaksanakan peran dan fungsinya secara berkesinambungan.
3.2. Saran
1. Perlu adanya sosialisasi praktik kolaborasi dan managed care diantara tim kerja
kesehatan atau profesi kesehatan mulai dari situasi pendidikan.
2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan kesehatan perlu adanya
peningkatan pendidikan perawat dan komunikasi yang baik ke pasien maupun antar
tim kerja, dan untuk meningkatkan praktik kolaborasi perlu adanya komitmen
bersama antara pemimpin (struktural) dan fungsional (profesi kesehatan), dimana
pimpinan dapat mengadopsi managed care dan mensosialisasikan serta dapat
diterapkan pada pelayanan.
Daftar Pustaka