Anda di halaman 1dari 21

PEMBERIAN OBAT PADA BAYI DAN BALITA

Pemberian Obat Pada Bayi dan Balita Sesuai Wewenang dan Standar yang Berlaku Dosis
Pemberian obat
Banyak perbedaan penentuan pemberian dosis obat pada anak, tetapi pada prinsipnya
penentuan dosis dapat disimpulkan oleh dua standar, yaitu berdasarkan luas permukaan tubuh
dan berat badan.
a. Young
Da = n/n+12 Dd (mg) (tidak untuk anak >12 tahun)
Keterangan :
Da : Dosis Anak
Dd : Dosis Dewasa
n : Usia anak dalam tahun
b. Dilling
Da = n/20 Dd (mg)
c. Gaubius
Da = 1/12 Dd (mg) (Untuk anak sampai usia 1 tahun)
Da = 1/8 Dd (mg) (Untuk anak usia 1-2 tahun)
Da = 1/6 Dd (mg) (Untuk anak usia 2-3 tahun)
Da = ¼ Dd (mg) (Untuk anak usia 3-4 tahun)
Da = 1/3 Dd (mg) (Untuk anak usia 4-7 tahun)
d. Fried
Da = 1/150 Dd (mg)
e. Sagel
Da = (13w+15)/100 Dd (mg) (usia 0-20 minggu)
Da = (8w+7)/100 Dd (mg) (usia 20-52 minggu)
Da = (3w+12)/100 Dd (mg) (usia 1-9 tahun)
Keterangan:
W : berat badan (Kg)
f. Clark
Da = w anak/w dewasa Dd (mg) (usia 0-20 minggu)

Efek Samping
Paracetamol
Obat ini tidak dianjurkan untuk bayi berusia di bawah 3 bulan, penggunaan obat ini
sebaiknya berdasarkan resep dan setelah berdiskusi dengan dokter atau setelah bayi
mendapatkan vaksinasi pertama kali. Parasetamol bisa menghambat beberapa enzim yang
berbeda di dalam otak dan ikatan tulang belakang yang terlibat dalm perpindahan rasa sakit.
Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol pada bayi bisa
meningkatkan risiko asma 5 tahun mendatang sebesar 46 persen.
Indikasi dan Kontra Indikasi
Berikan obat sesuai aturan yang tertera pada label, misalnya 3 kali sehari.Atau, berikan sesuai
anjuran dokter/petugas kesehatan yang meresepkanobat tersebut.
Baca semua aturan pemberian obat. Penjelasan ini ada yang tercantumdalam kotak kemasan
dan ada pula yang tertulis pada lembaran kertasyang dilipat dan dimasukkan ke dalam kotak
kemasan.
Berikan obat sesuai waktunya, misalnya harus diberikan sebelum atausesudah makan.
Berikan sesuai dosis anjuran. Sebaiknya gunakan sendok takar yang adadalam kemasan obat
tersebut.
Perhatikan apabila muncul gejala alergi, stop pemberian obat dan segerakonsultasikan dengan
dokterBerikan obat antibiotik sampai habis.
Jangan mengulang pemberian obat yang sama pada anak, walau dengangejala dan penyakit
yang sama dengan sebelumya. Konsultasi dulu ke dokter.
Hindari pemberian obat bebas yang tidak jelas kandungan/komposisinya.
Gunakan alat bantu:
Resmi
a. Sendok takar/gelas takar
b. Alat ukur obat berupa suntikan
c. Siring atau pipet (untuk obat tetes)
Tidak resmi
a. Jus buah, campur dalam jumlah yang tidak terlalu banyak
b. Jeli/agar-agar/pudding buah untuk menyembunyikan puyer
c. Sendok/alat makan yang berbentuk dan bermotif lucu
d. Susu biasa atau susu cokelat. Pastikan obat bercampur de. ngan baik.
e. Makanan kesukaan si kecil. Bisa diberikan bersama potongan kue,dicampur madu
(untuk anak usia diatas setahun). Atau berikan makanan kesukaan anak sebelum atau
sesudah minum obat.
Kesimpulan
Ada beragam alat bantu untuk meminumkan obat pada bayi, seperti pipet,sendok takar, atau
sepuit (tanpa jarum suntik, tentunya). Alat-alat ini memiliki keuntungan dan kerugian
masing-masing. Cara lain meminumkan obat pada bayi adalah dengan menggunakan botol
dotnya. . Campur obat dengan air gula lalu masukkan ke dalam botol dot si kecil. Sebaiknya
air jangan terlalu banyak, takarannya kira-kira cukup untuk melarutkan obat saja. Misal, 1
bungkus puyer atau 1 sendok teh obat siropdengan 5-10 cc air. Kocok atau aduk terlebih
dahulu hingga tercampur merata sebelum diberikan kepada bayi.
Thanks!
Any questions?
PERTOLONGAN PERTAMA
Pengertian
Pertolongan pertama adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap
korban kecelakaan sebelum mendapatkan pertolongan yang lebih sempurna dari
dokter (Abu Al Fatih, 2014).
Tujuan dari pertolongan pertama adalah menyelamatkan nyawa atau mencegah
kematian, mencegah cacat yang lebih berat (mencegah kondisi memburuk), dan
menunjang penyembuhaan dengan mengurangin rasa sakit, takut dan mencegah
infeksi.
Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Korban
Pelatihaan pertolongan pertama pada korban dinamakan Medical First Respondent
(MFR) ini adalah pelatihaan dasar untuk seorang penolong yang pertama kali tiba di
lokasi kejadian. Seorang penolong harus memilikin kemapuan dalam penanganan
kasus gawat darurat dan terlatih dalam tingkatan paling dasar untuk menolong.
Sebelum korban di bawa ke rumah sakit penolong mempunyai kewajiban yaitu:
1. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, korban dan orang-orang di sekitar
2. Menjangkau korban
3. Dapat mengenalin dan mengatasin masalah yang mengancam jiwa
4. Meminta bantuan
5. Memberikan pertolongan pertama berdasarkan keadaan korban
6. Membantu pelaku pertolongan lainnya
7. Ikut menjaga kerahasian medis korban
8. Berkomonikasi dengan pertugas lainnya
9. Mempersiapkan korban untuk di bawa ke tempat medis

Seorang penolong harus mempunyain kualitas yang bertanggung jawab, kemapuan


bersosialisasi, jujur, dan percaya diri, kematangan emosi, berpilaku professional.
Peralatan dasar MFR yang harus di gunakaan saat menolong korban yaitu berupa
sarung tangan, kacamata, pelindung, baju pelindung, masker penolong, masker
resusitasi jantung paru (RJP). Perlindungan diri seorang penolong di lakukan
dengan dasar pemikiran bahwa semua darah dan cairan yang keluar dari tubuh
korban bersifat menular sehingga perlu perlindungam terhadap tubuh seorang
penolong sebagai upaya pencegahan. Beberapa tindakaan umum untuk
perlindungan diri yaitu mencuci tangan, membersihkan dengan desinfektan memakai
bahan pembunuh kuman sehingga membuat sterilisasi.
Dalam melakukan pertolongan pertama seorang penolong jangan panik,
memperhatikan pernapasaan dan denyut jantung, menghentikan pendarahan
secepat mungkin, perhatikan tanda-tanda syok dan segera di tanganin, jangan
memindahkan korban dengan buru-buru bila tidak ada keadaan bahaya lain.
Melakuakan pemeriksaan fisik kepada korban sehingga kita dapat mengetahuin apa
yang harus kita lakukan pertolongan ke pada korban, pemeriksaan fisik ini di lakukan
secara menyeluruh dapat di lakukan dari ujung kepal sampai ujung kaki namun bisa
juga berubah sesuai dengan kondisi korban hal ini di lakukan supaya mudah dalam
menangani korban.

1. KERACUNAN
Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya keracunan karena
terminum cairan atau bahan yang bersifat korosif seperti : minyak tanah, bensin,
karbol, asam, lindi, keracunan karena tumbuhan, makanan,minuman,obat-obatan
atau gigitan ular.
Racun merupakan suatu bahan dimana suatu ketika diserap oleh organisme hidup
dapat melukai bahkan membunuhnya. Racun dapat diserap melalui pencernaan,
hisapan, intravena, kulit atau melalui rute lain. Reaksinya seketika itu juga, cepat,
lambat atau kumulatif.
CONTOH KERACUNAN
Keracunan Bensin, Minyak Tanah dan Sejenisnya
Keracunan Karbol, Desinfektan dan Sejenisnya
Keracunan pada Anak
Keracunan Asam (Asam Belerang, Asam Salpeter dan Sejenisnya)
Keracunan Lindi (Lysol, Amoniak, Kapur dan Sejenisnya)
Keracunan Tumbuhan
Keracunan Makanan dan Minuman
Keracunan Obat (Pil, Tablet, Kapsul, dan Cairan)
Keracunan Gas
Keracunan akibat Gigitan Ular
 Keracunan Bensin, Minyak Tanah dan Sejenisnya
Gejala
Mual
Muntah
Sakit kepala
Penglihatan terganggu
Tidak sadar

Pertolongan
Bawa korban ke tempat berudara bersih
Berikan es krim, susu atau minyak kelapa sebanyak 1 sendok makan
Antar ke rumah sakit dalam posisi setengah tertelungkup dengan muka menghadap
ke bawah. Muntah minyak tanah yang masuk ke paru-paru sangat berbahaya untuk
korban

 Keracunan Tumbuhan
1. Keracunan Singkong (Manihot utilissima) merupakan bahan makanan yang
mengandung ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN
yang sangat toksit.
Gejala
Pusing
Gangguan kesadaran
Kekuatan otot mengurang
Muntah
Pernafasan susah
Pertolongan
Pemberian antidot HCN yang terdiri dari garam ferro dan garam ferri dalam air
hangat
2. Keracunan Jengkol (Pithecolobium lobatum) dalam bijinya terdapat ikatan
organik yang disebut Asam Jengkol dan ikatan eterik yang menyebabkan bau
menyengat pada jengkol dan penyebab keracunan

Gejala
Sakit pinggang
Sakit pada ari-ari
Sakit pada kandung kencing
Air kencing keluar sedikit-sedikit atau bahkan berhenti sama sekali nafas, air
kencing dan mulut bau jengkol
Pertolongan
Usahakan muntah
Berikan serbuk norit 3 kali sendok makan secara berturut-turut tiap jam
Atau berikan segelas susu dengan sebutir telur ayam
Daun melinjo sering digunakan dengan cara segenggam daun melinjo dimasak
dengan 1 gelas air mengantar kerumah sakit dalam keadaan setengah
tertelungkup

 Keracunan Makanan dan Minuman


Keracunan Daging Busuk, Ikan Busuk, Makanan Kaleng atau karena Alergi
Gejala
Muntah
Mencret
Gatal-gatal (pada alergi)
Pertolongan
Usahakan muntah
Berikan obat pencuci perut
Berikan serbuk norit 3 kali sendok makan secara berturut-turut tiap jam
Mengantar kerumah sakit dalam keadaan setengah tertelungkup
 Keracunan Gas
Keracunan gas merupakan suatu kecelakaan atau tindakan bunuh diri dan dapat
merupakan komplikasi dari efek obat tidur. Jenis gas beracun:
a) Gas alam Gas alam relatif rendah tingkat toksisitasnya dan dapat
menyebabkan asfiksia dengan mengurangi persediaan oksigen tetapi
tidak berefek pada hemoglobin darah. Gas ini sangat mudah terbakar,
bahkan dalam ruang tertutup dapat menyebabkan ledakan meskipun
pada konsentrasi rendah.
b) Gas produksi kota Gas produksi kota adalah beracun dan menyebabkan
hemoglobin terikat dengan karbonmonoksida di dalam gas. Pencegahan
terjadinya keterikatan antara hemoglibin dan darah sangat penting.
Penanganan
Penanganan secara langsung untuk menjaga darah tetap memungkinkan
mendapatkan oksigen secara penuh dengan cara mempertahankan ventilasi
yang memadahi.
Korban harus dipindahkan ke udara segar untuk membantu mengeluarkan gas
dari paru-paru dan mengurangi resiko terjadinya luka karena ledakan.
Resusitasi harus memberikan udara bersih, bebas dari udara yang tercemar.
Bila memungkinkan oksigen murni diberikan secara interinten dengan tekanan
positif, tetapi jarang ada bila dipelukan.

 Keracunan akibat Gigitan Ular


Sebagian besar ular gigitannya mengandung bisa yang beracun bahkan dapat
menyebabkan kematian.
Gejala
Pusing
Berkerigat
Muntah
Diare
Nyeri perut bahkan seluruh badan
Hilang kesadaran jarang terjadi.
Menggigil
Susah bernafas
Pertolongan
Bagian tergigit tidak boleh bergerak, agar racun ular tidak menyebar
Gigitan ular sering diobati dengan batang pisang muda yang dipotong
kemudian dipasang pada luka gigitan. Bisa ular akan terhisap seperti akar
tanaman menghisap air dalam tanah
Menutup area gigitan dengan perban kering
Beri obat penghilang rasa nyeri seperti aspirin
Antar ke rumah sakit

2. LUKA BAKAR (COMBUSTIO/BURN) DAN TERSIRAM AIR PANAS


Luka bakar adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar
dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau
radiasi (radiation). Luka bakar merupakan bahaya yang potensil terjadi di setiap
rumah tangga; banyak laporan menunjukkan, luka bakar oleh karena air
panas/cairan panas adalah jenis yang paling sering terjadi pada anak.
Bayi dan anak kecil lebih rentan terkena sebab rasa ingin tahu yang besar serta
kulit mereka yang sangat sensitif. Luka bakar yang kecil biasanya dapat ditangani
dengan aman di rumah, tapi luka bakar yang cukup luas tentu saja memerlukan
perawatan medis. Yang penting ialah melakukan tindakan pencegahan sederhana di
rumah.
Lepuh disebabkan oleh cairan panas dan menyebabkan kerusakan pada bagian
epidermis saja, dengan pembentukan vsikel berisi air dan pengelupasan kulit.
Namun anak yang masih kecil kadang mengalami kerusakan seluruh ketebalan kulit
akibat lepuh minor.
 ETIOLOGI
Menurut dr Sunarso K, Sp B (2009) panas bukan merupakan satu-satunya
penyebab dari luka bakar, beberapa jenis bahan kimia dan arus listrik juga bisa
menyebabkan terjadinya luka bakar. Menurut A.A.GN. Asmarajaya (2003),
berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
• Fase akut
• Fase sub akut
• Fase lanjut

 KLASIFIKASI
Perhatikan kondisi luka yang dialami anak jika tersiram air panas. Luka tersiram
air panas termasuk luka bakar. Untuk memudahkan perawatan, perlu juga
diketahui beratnya luka bakar tersebut. Tentukan berat ringannya, beratnya luka
bakar dibagi menjadi tiga derajat, yaitu:
• Luka bakar derajat satu
• Luka bakar derajat dua
• Luka bakar derajat tiga
 Penanganan Luka Bakar
Hal-hal yang boleh dilakukan:
Bukalah pakaian
Lepaskan semua atribut yang melekat, kecuali yang melekat di luka bakar. Hal
ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam penanganan medis nantinya. Dan
juga untuk menurunkn suhu tubuh, terutama jika luka bakar akibat panas
lingkungan.
Siram dengan air bersih
Ini bertujuan untuk melokalisir kerusakan jaringan agar tidak luas. Siram
dengan air mengalir atau celupkan langsung ke bak mandi selama ± 10-15
menit, tergantung keadaan. Luka bakar akibat apapun inilah perawatan
pertamanya.
Mendapat perawatan medis secepatnya
Pada luka bakar berat, perlu mendapat perawatan medis sesegera
mungkin, karena luka bakar akan mengkerut.
 Hal-hal yang tidak boleh dilakukan :
• Jangan melumuri dengan kecap, margarine, salep, dan lain-lain.
• Jangan diperban
• Jangan menekuk tubuh
 Penanganan Tersira Air Panas
Hal-hal dilakukan
• Jangan panic
• Rendam bagian tubuh yang tersiram air panas selama 15-20 menit
didalam air yang sejuk bukan air dingin, misalnya air kran.
 Yang tidak boleh dilakukan
• Jangan mengobati luka bakar dengan mengoleskan pasta gigi, kecap,
mentega dan lain-lain
• Jangan membalut luka dengan kapas
• Jangan memecahkan gelembung kulit yang timbul akibat luka

3. KECELAKAAN LALU LINTAS


Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu faktor kelalaian
manusia (host ), faktor kendaraan (agent) dan faktor lingkungan (environment ) yang
saling berkaitan antara satu faktor dengan faktor yang lain. Faktor-faktor tersebut
berpengaruh terhadap tingkat keparahan cedera yang dialami oleh korban
kecelakaan disamping beberapa faktor yang lain seperti faktor penanganan cedera
baik di pra rumah sakit dan di rumah sakit ( Riyadina & Subik, 2007 : 66).
Pertolongan pertama untuk kecelakaan di jalan berfokus pada menyelamatkan
nyawa korban. Bukan hanya itu, Anda juga harus memastikan keadaan cukup aman
untuk melakukan pertolongan.
Bila Anda masih bingung bagaimana cara menolong korban kecelakaan, coba ikuti
langkah-langkah berikut ini:
1. Bersikap tenang
2. Kuasai keadaan
3. Hubungi nomor darurat
4. Amankan keadaan sekitar
5. Periksa keadaan korban
6. Balut luka perdarahan
7. Berikan bantuan pernapasan
8. Beri kesaksian dan amankan barang bukti

4. TENGGELAM (DROWNING)
Tenggelam merupakan cedera oleh karena perendaman
(submersion/immersion) yang dapat mengakibatkan kematian dalam waktu kurang
dari 24 jam. Apabila korban mampu selamat dalam waktu kurang dari 24 jam maka
disebut dengan istilah near drowning. Tenggelam dapat terjadi pada air tawar
maupun air laut dan merupakan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada
kematian jika terlambat mendapat pertolongan.
Inisiansi pemberian pertolongan pertama sangat penting untuk segera dilakukan
agar korban dapat terhindar dari kematian atau kecacatan yang lebih parah. Oleh
karena itu, pengetahuan mengenai teknik pemberian bantuan hidupdasar dan
penanganan korban tenggelam. sangat diperlukan dalam menghadapi situasi seperti
ini sehingga pertolongan yang diberikan akan lebih tepat.
Bantuan hidup dasar dewasa
Bantuan hidup dasar merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas dan
membantu pernafasan dan sirkulasi tanpa menggunakan alat selain alat bantu nafas
sederhana. Kombinasi nafas bantuan dan kompresi dada disebut resusitasi jantung
paru (RJP). Sebelum melakukan RJP, penolong harus segera menilai segala
sesuatu yang dapat membahayakan pasien dan penolong itu sendiri. Kemudian
menilai kesadaran pasien dengan cara mengoyang-goyangkan tubuh pasien atau
memanggil pasien.
5. KEMASUKAN BENDA ASING (TERSEDAK)
Tersedak merupakan kegawatdaruratan yang harus memperoleh penanganan
segera dan tersedak terjadi akibat benda kecil, mainan atau sepotong makanan
yang menghalangi jalan napas. Bayi dan anak-anak kecil memiliki saluran udara
yang sangat kecil sehingga membuat lebih mudah bagi mereka untuk tersedak
(Seattle Children’s, 2018). Benda asing biasanya tersangkut pada bronkus (paling
sering pada paru bagian kanan) dan dapat mengakibatkan kolaps pada bagian distal
lokasi penyumbatan (WHO, 2009).
ANAK DI BAWAH 1 TAHUN
Untuk anak di bawah satu tahun, penanganan awal yang dapat dilakukan
adalah back blows dan chest thrusts.
ANAK DI ATAS 1 TAHUN
Bila anak masih mampu untuk mengeluarkan sedikit suara dan bernapas, mintalah
dia batuk dengan keras. Cara lain yang dapat dilakukan adalah back blows, chest
thrusts, dan abdominal thrusts.
PERTOLONGAN PERTAMA MENGELUARKAN BENDA ASING DI HIDUNG
Hidung adalah sebuah organ penting yang berfungsi untuk membantu sistem
pernafasan atas. Hidung terdiri dari dua lubang luar yang kemudian memanjang
langsung masuk ke bagian wajah. Bagian paling depan hidung terhubung dengan
luar dan bagian belakang hidung berhubungan dengan bagian bawah hingga sampai
ke belakang mulut. Kasus hidung anak kemasukan benda asing memang sangat
sering terjadi. Ada banyak jenis benda yang bisa masuk seperti mainan yang kecil,
manik-manik, pulpen, tisu, batu dan jenis benda lain. Beberapa benda berbahaya
juga bisa masuk ke hidung anak seperti jarum, dan semua benda berbahaya. Jika
benda masuk ke hidung dan tidak dikeluarkan maka bisa berbahaya untuk tubuh
anak
• Jangan mencoba mengeluarkan benda asing dengan kapas atau alat lainnya.
• Jangan mencoba menghirup bendanya dengan cara bernapas kuat-kuat.
• Embuskan napas dari bagian hidung yang kemasukan benda asing dengan
lembut, untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Tutup salah satu lubang
hidung yang tidak kemasukan benda asing, lalu embuskan napas lagi dengan
lembut.
• Jika benda asing terlihat dari luar, coba keluarkan dengan bantuan pinset.
PERTOLONGAN PERTAMA SAAT TELINGA KEMASUKAN SERANGGA
• Jangan Panik Untuk bisa mengeluarkan serangga dari telinga
• Jangan Masukkan Jari Atau Benda Lain Ke Dalam Telinga
• Miringkan Kepala Saat telinga kemasukan serangga
• Beri Minyak Ke Dalam Telinga Masih dalam kondisi kepala dimiringkan
• Keluarkan Serangga Dari Telinga Setelah itu miringkan kepala pada sisi yang
berlawanan

6. GIGITAN BINATANG BERBISA (ULAR)


Pertolongan pertama Pertolongan pertama dilakukan segera setelah gigitan
ular dan sebelum pasien sampai di rumah sakit atau klinik, dapat dilakukan oleh
korban maupun orang lain dengan prosedur yang sesuai. Pertolongan pertama yang
direkomendasikan adalah upaya menenangkan korban, melakukan imobilisasi
seluruh tubuh korban dengan membaringkannya dalam recovery position¸ dan
melakukan imobilisasi pada tangan/kaki yang terkena gigitan baik menggunakan
sling, splint, maupun metode pressure bandage immobilization (PBI). Selain itu,
transportasi secepat mungkin korban menuju ke fasilitas kesehatan terdekat dan
apabila memungkinkan bersama dengan ular yang menggigit, karena akan sangat
berpengaruh terhadap hasil akhir dari penanganan medis korban. Pressure Bandage
Immobilizaition (PBI) pada kaki Usaha pertolongan pertama yang tradisional dan
populer di masyarakat seperti membuat insisi local “tattooing” pada area gigitan
ular, menghisap bisa dari luka gigitan, memasangkan tourniquet ketat pada
tangan/kaki yang terkena gigitan ular, menggunakan herbal-herbal tertentu, dan
lainlain tidak direkomendasikan karena berpotensi untuk membahayakan korban
maupun penolong. Penanganan di Rumah Sakit Gigitan ular merupakan suatu
kegawatdaruratan medis, sehingga riwayat, tanda dan gejala pasien harus
didapatkan secepat mungkin agar penatalaksanaan yang sesuai dapat dilakukan.
Pasien harus ditenangkan terlebih dahulu untuk mengurangi tingkat kecemasannya,
penanganan awal berupa primary survey yang direkomendasikan oleh panduan
Advance Trauma Life Support dengan mempertahankan Airway, Breathing, dan
Circulation serta memperhatikan tanda hemodinamik dan gejala penyebaran bisa
ular. Pemberian profilaksis tetanus, antibiotik, dan analgesic selain NSAID dapat
diberikan mengingat terdapat resiko pendarahan.

Peniliaian klinis secara detail dan identifikasi spesies:


a) Anamnesis Terdapat 4 pertanyaan awal yang sangat baik untuk digunakan:
1. Dimana (di bagian tubuh) Anda yang digigit? Tunjukkan tempatnya.
2. Kapan Anda digigit? Dan apa yang sedang Anda kerjakan ketika digigit?
3. Seperti apa bentuk ular yang menggigit Anda? Apakah ada yang memotretnya?
4. Bagaimana perasaan Anda saat ini? Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari
penyebaran bisa ular sangat beragam, namun pada umumnya gejala awal yang
ditimbulkan adalah muntah, penurunan kesadaran, pingsan, pendarahan dari bekas
gigitan dan reaksi anafilaksis.
Pemeriksaan fisik Dapat dimulai dari area gigitan, dilanjutkan dengan pemeriksaan
fisik secara umum dan spesifik. Pada area gigitan ular dapat ditemukan
pembengkakan, nyeri tekan palpasi, tanda drainase limfonodi, ekimosis, dan tanda-
tanda awal nekrosis (melepuh, perubahan warna, dan bau pembusukan.
Manifestasi klinis yang dapat di temukan pada pemeriksaaan fisik antara lain:
 Vital sign: denyut nadi dan perbedaan tekanan darah saat duduk dan berdiri
untuk melihat adanya postural drop.
 Kulit dan membran mukosa: ptekie, purpura, ekimosis, dan pendarahan
konjungtiva.
 Sulcus gingivalis: tanda perdarahan sistemik spontan
 Hidung: epistaksis
 Abdomen: nyeri tekan abdomen sebagai tanda pendarahan intrabdomen atau
retroperitoneal
 Neurologis: lateralisasi, paralisis flaksid otot
 Gejala berupa nyeri seluruh tubuh dan warna urin yang gelap merupakan
indikasi kuat terjadinya rhabdomyolisis.

Pada kasus gigitan ular yang terjadi pada ibu hamil dapat terjadi abortus, kelahiran
prematur, dan pendarahan antepartum/postpartum yang ditandai dengan
pendarahan vaginal. Identifikasi spesies ular harus dilakukan guna meningkatkan
efektivitas penanganan medis, apabila memungkinkan ular dibawa atau
didokumentasikan untuk diidentifikasi oleh ahli dibidang tersebut, namun bila tidak
memungkinkan informasi terkait ciri khas ular yang menggigit dapat diambil dari
keterangan pasien.
SOP
• Tenangkan pasien dan immobilisasi bagian tubuh yang terkena gigitan ular
berbisa, karenakontraksi otot dapat meningkatkan penyerapan bisa kedalam
aliran darah dan getah bening.
• Cuci tangan
• Mengatur posisi
• Bersihkan luka dengan cairan NaCl 0,9%
• Buat sayatan silang pada luka sehingga mudah untuk membersihkan bekas
gigitan.
• Sedot darah dari suction atau alat sedot pada bekas gigitan.
• Tutup luka dengan kasa sterile.
• Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun elastis/kasa,
yang dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari ujung jari
kaki sampai bagian yang terdekat dengan gigitan. Bungkus rapat dengan perban
seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan jangan terlalu kencang agar
aliran darah tidak terganggu.
• Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi
penatalaksanaan jalan nafas; penatalaksanaan fungsi pernafasan;
penatalaksanaan sirkulasi
• Pemberian sedasi atau analgesik untuk menghilangkan rasa takut cepat
mati/panik
• Pemberian serum antibisa (Serum antibisa ini hanya diindikasikan bila terdapat
kerusakan jaringan lokal yang luas)
• Catat kegiatan dan hasil observasi.
• Pasien dirapikan.
• Alat dibereskan dan dibersihkan.
• Cuci tangan.
• Observasi 3x24 jam di puskesmas jika keadaan memburuk
rujuk rumah sakit.

KESIMPULAN
Pertolongan pertama adalah Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit
atau cedera / kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar. Pertolongan
pertama merupakan hal penting yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan
nyawa seseorang. Seseorang yang menjadi korban kecelakaan atau yang tiba-tiba
terkena serangan penyakit harus ttap segera dirujuk ke UGD (unit gawat darurat)
terdekat. Namun, sebelum ada bantuan ahli, perlu dilakukan penanganan untuk
meringankan penderitaan korban bahkan menyelamatkan nyawa penderita.
Gigitan ular dapat menjadi masalah kegawatdaruratan medis yang dapat
mengancam hidup manusia, bisa ular mampu mengganggu fungsi pernapasan,
menyebabkan gangguan perdarahan, fungsi ginjal, serta merusak jaringan lokal
yang menyebabkan terjadinya disabilitas permanen dan amputasi
TERIMAKASIH
SISTEM RUJUKAN

A. Sistem Rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam
arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan
lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang
sama
(Undang-Undang Nomor. 44 Tahun 2009) Rujukan medis adalah pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab untuk masalah kedokteran sebagai respon terhadap
ketidakmampuan fasilitas kesehatan untuk memenuhi kebutuhan para pasien
dengan tujuan untuk menyembuhkan dan atau memulihkan status kesehatan pasien.

B. Macam-Macam Sistem Rujukan


1. Sistem Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam yaitu:
a. Rujukan Kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan.
Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan teknologi, sarana,
dan operasional
Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan
atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap.
b. Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta
pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan pada dasarnya berlaku untuk
pelayanan kedokteran (medical service).

Rujukan yaitu pelimpahan tanggung jawab secara balik atas satu kasus yang timbul
baik secara maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu
menangani secara rasional. Jenis rujukan medis antara lain:

a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis,


pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang
lebih lengkap.
c. Transfer of knowledge/personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau
ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.
2. Menurut tata hubungan, yaitu:
a. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk.
b. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
3. Rujukan secara konseptual
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah
medik perorangan yang antara lain meliputi:
1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operasional dan lain-lain.
2) Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih
lengkap.
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim
tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi
pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas
pelayanan.
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah
kesehatan masyarakat yang meluas meliputi:
1) Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium dan teknologi
kesehatan.
2) Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu
penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam, gangguan
kamtibmas, dan lain-lain.
c. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat
terjadi bencana, pemeriksaan bahan spesimen) bila terjadi keracunan massal,
pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.
d. Puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun lintas
sektoral.
e. Bila rujukan di tingkat kabupaten atau kota masih belum mampu
menanggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat.

C. Karekteristik Sistem Rujukan


1. Menurut WHO (pada Referral Health System), karakteristik rujukan medis adalah:
a. Adanya kerjasama antara fasilitas pelayanan kesehatan;
b. Kepatuhan terhadap SOP rujukan;
c. Kelengkapan sumber daya pendukung, termasuk transportasi dan komunikasi;
d. Kelengkapan formulir rujukan;
e. Komunikasi pra rujukan dengan fasilitas tujuan rujukan; dan
f. Ketentuan rujuk balik.
2. Menurut UNFPA (dalam The Health Referral System in Indonesia), karakteristik
rujukan medis dinyatakan sebagai berikut:
a. Ketepatan dalam merujuk;
b. Pertimbangan kemampuan bayar pasien;
c. Kelayakan dan keterjangkauan fasilitas rujukan;
d. Kepatuhan terhadap kebijakan dan SOP rujukan;
e. Kelengkapan fasilitas kesehatan rujukan lebih baik dari pada perujuk;
f. Melakukan rujukan balik dan juga feedback ke fasilitas perujuk. (Karleanne Lony
Primasari, 2015)
3. Menurut KEMENKES dalam Pedoman Sistem Rujukan Nasional, yaitu sebagai
berikut: (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012)
a. Rujukan berdasarkan indikasi;
b. Prosedur rujukan pada kasus kegawatan;
c. Melakukan rujukan balik ke fasilitas perujuk;
d. Keterjangkauan fasilitas rujukan; dan
e. Rujukan pertama dari fasilitas primer;

D. Prosedur Rujukan
Pada dasarnya, prosedur fasilitas pemberi pelayanan kesehatan pengirim rujukan
adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan kepada para pasien atau keluarganya tentang alasan rujuk;
2. Melakukan komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang dituju sebelum merujuk;
3. Membuat surat rujukan dan juga melampirkan hasil diagnosis pasien dan catatan
medisnya;
4. Mencatat pada register dan juga membuat laporan rujukan;
5. Stabilisasi keadaan umum pasien, dan dipertahankan selama dalam perjalanan;
6. Pendampingan pasien oleh tenaga Kesehatan
7. Menyerahkan surat rujukan kepada pihak-pihak yang berwenang di fasilitas
pelayanan kesehatan di tempat rujukan;
8. Surat rujukan pertama harus berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan primer,
kecuali dalam keadaan darurat; dan
9. Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada Askes, Jamkesmas, Jamkesda, SKTM dan
badan penjamin kesehatan lainnya tetap berlaku.

Adapun prosedur sarana kesehatan penerima rujukan adalah:

1. Menerima rujukan pasien dan membuat tanda terima pasien;


2. Mencatat kasus-kasus rujukan dan membuat laporan penerimaan rujukan;
3. Mendiagnosis dan melakukan tindakan medis yang diperlukan, serta melaksanakan
perawatan disertai catatan medik sesuai ketentuan;
4. Memberikan informasi medis kepada pihak sarana pelayanan pengirim rujukan;
5. Membuat surat rujukan kepada sarana pelayanan kesehatan lebih tinggi dan
mengirim tembusannya. kepada sarana kesehatan pengirim pertama; dan
6. Membuat rujukan balik kepada fasilitas pelayanan perujuk bila sudah tidak
memerlukan pelayanan medis spesialistik atau subspesialistik dan setelah kondisi
pasien
E. Manfaat Sistem Rujukan
Menurut Azwar (1996), beberapa manfaat yang akan diperoleh ditinjau dari unsur
pembentuk pelayanan kesehatan terlihat sebagai berikut:
1. Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
2. Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
3. Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai