Anda di halaman 1dari 10

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian
- Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah (Doenges, 1999).
- Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
- Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah
(Price, 2006 : 256).
- Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan /atau hitung eritrosit lebih rendah
dari harga normal. Dikatakan anemia bila Hb< 14g/dl dan Ht< 41% pada pria atau
Hb< 12g/dl dan Ht< 37% pada wanita ( Kapita Selekta Kedokteran ,1999 )

2. Epidemiologi
Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita ini
adalah ADB, terutama mengenai bayi,anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Di
Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangaan kalori protein,
vitamin A dan yodium. Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak
balita sekita 30-40%, pada anak sekolah 25-35% sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi
ADB pada balita sebesar 55,5%. ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi
kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan
daya konsentrasi serta kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di
sekolah.
3. Etiologi
Penyebab umum dari anemia:
Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Pecah pembuluh darah
Penyakit Kronik (menahun)
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kanker atau polip di saluran pencernaan
Tumor ginjal atau kandung kemih
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Kekurangan zat besi
Kekurangan vitamin B12
Kekurangan asam folat
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Meningkatnya penghancuran sel darah merah
Pembesaran limpa
Kerusakan mekanik pada sel darah merah
Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
Sferositosis herediter
Elliptositosis herediter
Kekurangan G6PD
Penyakit sel sabit
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin S-C
Penyakit hemoglobin E
Thalasemia (Burton, 1990)
4. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau


kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau
dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah,
1998).
5. Klasifikasi
a. Anemia mikrositik :
 Anemia defisiensi besi
 Anemia penyakit kronik
b. Anemia makrositik :
 Anemia defisiensi vitamin B12 ( Anemia Pernisiosa )
 Anemia defisiensi asam folat
c. Anemia karena perdarahan :
 Perdarahan akut
 Perdarahan kronik
d. Anemia hemolitik
e. Anemia aplastik
6. Gejala klinis
5L ( lemah, letih, lesu, lelah, lalai )
Kepala pusing
Palpitasi
Mata berkunang- kunang
Perubahan jaringan epitel kuku
Disphagia
Pembesaran kelenjar limfe
Perubahan kulit dan mukosa yang progresif, seperti lidah yang halus, keilosis
Terdapat tanda- tanda malnutrisi
Anoreksia
Diare
Dispepsia
Pucat
Agak ikterik
Adanya gangguan neurologis seperti parestesia, gangguan keseimbangan,
perubahan fungsu serebral, demensia
Splenomegali
Demam
Perdarahan
Sklera ( warna pucat pada kelopak mata bagian bawah )
7. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena
infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah
lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat
badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk
otak (Sjaifoellah, 1998).
8. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan DL : Hb dan Ht menurun
 Eritrosit : menurun pada anemia karena perdarahan dan anemia aplastik
 MCV dan MCH menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik ( pada ADB)
meningkat ( pada AP ) dan pansitopenia ( pada anemia aplastik )
 Jumlah retikulosit : menurun ( pada AP ), meningkat ( respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/ hemolisis )
 Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk ( dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia )
 LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan sel
darah merah atau penyakit malignasi
 Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,
misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih
pendek.
 Tes kerapuhan eritrosit : menurun (pada ADB )
 SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
 Jumlah trombosit : menurun (aplastik); meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
 Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin
 Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik)
 Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
 Besi serum : tak ada (ADB); tinggi (hemolitik)
 TBC serum : meningkat (ADB)
 Feritin serum : meningkat (ADB)
 Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
 LDH serum : menurun (ADB)
 Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
 Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (ADB)
 Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP)
 Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah
(aplastik)
 Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI (Doenges, 1999)
9. Theraphy / Tindakan Penanganan
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
 Transpalasi sel darah merah.
 Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
 Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
 Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
 Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
 Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
 Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan
seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
 Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
 Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
 Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian
cairan dan transfusi darah.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien gawat darurat terdiri dari primary survey dan secondary survey,
yaitu sebagai berikut :
a. Kaji identitas pasien (nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat,
jenis kelamin,status perkawinan, sumber informasi, hubungan)
b. Tanyakan keluhan utama pasien, mekanisme terjadinya penyakit, riwayat alergi,
riwayat pengobatan, makan terakhir, peristiwa sebelum/awal cedera.
c. Primary Survey :
Kaji A, B, C, D

1). Airway:
- Kaji kepatenan jalan nafas dengan look,listen, feel
- Kaji adanya obstruksi baik oleh karena ada benda asing, muntahan,atau darah
- Kaji suara nafas: snoring, gurgling, stridor
Kesimpulan: pada kasus untuk airway tidak ada masalah
2). Breathing:
- Kaji pola nafas: spontan/tidak spontan,dyspneu
- Kaji gerakan dinding dada: simetris/asimetris
- Auskultasi bunyi nafas
- Kaji apakah ada sesak napas/tidak
- Kaji frekuensi napas/RR
- Kaji napas cuping hidung ada/tidak
3). Circulation
- Kaji akral: pucat dengan sianosis, bibir dan dasar kuku abu-abu, hangat/dingin
- Kaji capilery refil: < 2 detik/ > 2 detik
- Nadi: teraba/tidak
- Kaji tekanan darah ( hipotensi )
- Kaji kelembaban kulit: normal/kurang
- Kaji suhu tubuh ( demam rendah )
- Kaji adanya perdarahan
- Kaji riwayat kehilangan cairan berlebihan
4). Disability
- Kaji kesadaran: composmentis, delirium, somnolen, apatis, coma
- Kaji GCS
- Kaji pupil: normal/tidak, respon cahaya +/ -, ukuran: isokor/anisokor, diameter
1mm/2m
- Kaji ekstremitas: respon sensorik, motorik
- Kaji kekuatan otot
d. Secondary Survey:
Kaji E, F, G, H, I
1). Exposure
- Kaji apakah ada trauma lain atau tidak
- Kaji apakah ada jejas atau tidak
- Kaji apakah ada oedema
- Pengkajian dengan membuka pakaian pasien, tetapi tetap menjaga privasi pasien
dan mencegah hipotermi
2). Five Intervention
- Kaji tanda-tanda vital: suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
- Lakukan pemasangan EKG, pulse oksimetri, kateter urine, pemeriksaan lab(darah
lengkap), pemberian O2, kaji saturasi O2
3). Give Comfort
- Kaji nyeri bila pasien mengeluh nyeri dengan PORST
4). History/ head to toe examination
- Tanyakan tentang riwayat anemia sebelumnya
- Tanyakan tentang pencetus terjadinya serangan
- Inspeksi daerah kepala, leher: apakah ada jejas, trauma, peningkatan tekanan vena
jugularis
- Inspeksi dada: gerakan seimbang kanan dan kiri, ada jejas, trauma
- Abdomen: ada jejas, trauma, distensi abdomen
5). Inspeksi Back/ posterior surface : ada jejas tidak
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif b/d penurunan sirkulasi O2 ke dalam darah
b. Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen seluler yang diperlukan untuk
mengirim O2 ke sel
c. PK anemia
d. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2,
kelemahan, kelelahan.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kegagalan untuk mencerna atau
ketidakmampuan mencerna makanan/ absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah
f. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan)).

3. Intervensi Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif b/d penurunan sirkulasi O2 ke dalam darah
Tujuan : setelah diberikan askep selama…x…menit, diharapkan pola nafas efektif
Kriteria Evaluasi :

o Pengembangan dada simetris antara kanan dan kiri


o Vokal premitus seimbang kanan dan kiri

o Suara napas vesikuler kanan dan kiri

o Suara napas wheezing, stridor, ronchi tidak ada

o Tanda vital dalam batas normal

o Penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada


o Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal
(PH : 7,35-7,45, PaO2 : 80-100 mmHg, PaCo2 : 35-45
mmHg, Hb : 8-10 mg/dl)

Intervensi :

- Auskultasi suara napas, perhtikan bunyi napas abnormal


- Pantau tanda-tanda vital terutama frekuensi napas

- Monitor usaha pernapasan, pengembangan dada, keteraturan pernapasan dan


penggunaan otot bantu napas.

- Kaji vocal premitus dengan meletakkan tangan di punggung pasien sambil


pasien mengucapkan angka 99 atau 77

- Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontraindikasi

- Berikan O2 sesuai indikasi

- Pemeriksaan AGD

- Pemeriksaan roentgen torak

b. Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen seluler yang diperlukan untuk
mengirim O2 ke sel
Tujuan : setelah diberikan askep selama….x….menit diharapkan perfusi jaringan
meningkat
Kriteria evaluasi :

o Perfusi adekuat
o Tanda vital dalam batas normal/ stabil

o Nadi perifer teraba kuat

o Warna kulit normal

o Capilery refiil< 2 detik


o Temperatur ekstremitas hangat

Intervensi :
-Pantau tanda-tanda vital
- Anjurkan pasien bed rest dan batasi aktivitas
- Catat adanya takikardi, penurunan capillary refiil
- Monitor status cairan meliputi intake dan output
- Observasi warna kulit, membrane mukosa,dasar kuku
- Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
- Auskultasi bunyi napas
- Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium.
- Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

c. PK anemia
Tujuan : setelah diberikan askep selama….x….menit komplikasi anemia dapat
diminimalkan
Kriteria evaluasi :

o Tanda vital dalam batas normal/ stabil


o Konjungtiva berwarma merah muda
o Hb dalam batas normal
o Mukosa bibir merah muda
o Klien mengatakan lemas dan lesu berkurang
Intervensi :
-Pantau tanda dan gejala amenia yang terjadi
-Pantau tanda-tanda vital
-Minimalkan prosedur yang bisa menyebabkan perdarahan
-Kolaborasi pemberian tranfusi darah sesuai indikasi

4. Implementasi
Sesuai intervensi
5. Evaluasi
a. DX 1 : pola nafas efektif
b. DX 2 : perfusi jaringan adekuat
c. DX 3 : komplikasi anemia tidak terjadi
WOC Terlampir

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Juall. ( 2000) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth. J. ( 2000) Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. ( 1999) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia A. ( 2005) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Edisi 6.


Jakarta : EGC.

Smeltzer & Brenda. ( 2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai