Anda di halaman 1dari 51

Sulisetijono Biologi UM

TIAP SEL INDUK POLEN / SEL INDUK MIKROSPORA MEIOSIS


MIKROSPOROSIT

TIAP MIKROSPORA ADA DUA TIPE


MEMBENTUK TETRAD PEMBELAHAN
MIKROSPORA YANG
SIFATNYA HAPLOID

BENTUK TETRAD DISELUBUNGI


LAPISAN KALOSE, SUSUNAN
TETRAD MEMBENTUK TETRA
HEDRAL ATAU ISOBILATERAL
TIPE SIMULTAN, sekaligus
TIPE SUKSESIF- YAITU PERKEMBANGANNYA
bertahap, YAITU APABILA ADA TEKANAN KE
SETIAP ARAH TEPI SETELAH KEEMPAT
POLEN-POLEN DIGABUNG PEMBELAHAN INTI INTI TERBENTUK, DAN
DALAM BENTUK POLINIUM IIKUTI PEMBENTUKAN DINDING KE
PEMBENTUKAN ARAH DALAM
DINDING
Sulisetijono Biologi UM
Gambar penampang lintang anthera/
Kepala sari bunga lily
Sulisetijono Biologi UM
Susunan tetrad, umumnya tetrahedral dan isobilateral
Berdasarkan cara pembentukan dinding dan pembelahan meiosis mikrosporosit
ada 2 cara,yaitu: tipe suksesif dan tipe simultan.
1. Tipe suksesif : yaitu setiap pembelahan inti diikuti dengan terbentuknya
dinding pemisah. Banyak didapatkan pada Monokotil.
2.Tipe simultan: yaitu pembentukan dinding manghasilkan tekanan ke dalam,
sedangkan tekanan ke arah tepi apabila keempat inti telah terbentuk, banyak
ditemukan pada dikotil.

sentrifugal/ /suksedan
Sulisetijono Biologi UM
Sel tetrad → dilapisi dinding khusus yang disebut: kalose
Mikrospora terpisah dari dinding megasporosit menjadi bulatan
dan membentuk eksin primer.

KALOSE

suksedan

Sulisetijono Biologi UM
Perkembangan dinding polen:
Dimulai pada saat keadaan tetrad & masih ditutup kalose → kemudian
kalose larut, maka mikrospora lepas → spora membesar, kemudian →
mengendapkan lapisan eksin dan membentuk lapisan SPOROPELENIN
yang meluas sampai ke daerah celah (porus). Intin mulai nampak
menebal dan akan menebal sampai ke daerah porus, kemudian
plasmalema menghilang

Sulisetijono Biologi UM
➢ Pelepasan mikrospora
Mikrospora mempunyai sebuah eksin (dinding terluar dari
sporopelenin), tetapi masih terisi bahan cadangan makanan.

Sulisetijono Biologi UM
Pollen Nucleus Number
Pollen grain is very simple, but multicellular structure. TWO cells:
1. Tube cell
2. Generative cell WITHIN the tube cell (which later divides to
produce two sperm).
A. One generative cell will fertilize embryo.
B. Other will contribute to triploid tissue called endosperm which
nourishes embryo.

Sulisetijono Biologi UM
B. BAGAN BUTIR POLEN
Analisis kimia butir polen (Mc Lean
& Ivimery-Cook, 1956):
❖ Protein: 7,0-26,0%
❖ Karbohidrat: 24,0-48,0%
❖ Lemak: 0,9-14,5%
❖ Abu: 0,9-5,4%
❖ Air: 7,0-16,0%
❖ Sporopeleinin dan lipoid pada eksin

Sulisetijono Biologi UM
Butiran tepung sari/polen tersusun atas empat komponen mendasar:
exine atau lapisan dinding terluar
intine atau lapisan dinding dalam
pollenkit atau mantel memberi warna pollen
(eksin dan intin : mengandung protein)
colpi atau lubang germinasi → mengandung lemak

Sulisetijono Biologi UM
C. Struktur dinding polen
1. Eksin ( lapisan luar )
Tersusun atas sporopelenin. Eksin terbagi menjadi lapisan seksin dan
neksin. Lapisan seksin terdiri dari tektum dan bakulum.
Struktur halus eksin dapat dibedakan menjadi 3 tipe: tektat, semitektat
dan intektat.
2. Intin ( lapisan dalam )
Tersusun atas selulosa.

Sulisetijono Biologi UM
The Pollen Grain Wall

Struktur eksin dan intin polen (Erdtman)

Morfologi eksin dinding polen (Morley, 1990)


Sulisetijono Biologi UM
Sulisetijono Biologi UM
Sulisetijono Biologi UM
D. Bagan tipe-tipe struktur eksin

POLEN HISBISCUS

Sulisetijono Biologi UM
Bagan tipe-tipe struktur eksin

Sulisetijono Biologi UM
Tipe- tipe polen Bagan tipe spora

Pada tumbuhan Pteridophyta maupun Bryophyta, spora


tidak memiliki apertura, namun mempunyai suatu area
tipis yang menyerupai apertura pada spora adalah bekas
luka tetrad → laesura yang tampak seperti garis pada sisi
luar. Ada 3 (tiga) bentuk: alete, monolete dan trilete

Tipe-tipe bentuk serbuk sari a. alete, b. monolete, c. trilete


Sulisetijono Biologi UM
Sulisetijono Biologi UM
BENTUK POLEN PADA MONOKOTIL SERING DIDAPATKAN BENTUK OVAL
DARI TETRAD TUNGGAL YANG TERSUSUN DALAM SATU BIDANG. DAN
MEMPUNYAI SATU TINGKAP (APERTURA)
APERTURA disebut juga TINGKAP ADALAH:
DAERAH EKSIN YANG TERBUKA SEBAGAI DAERAH GERMINASI , MENGATUR
VOLUME , SEBAGAI PELINDUNG DAN TEMPAT PERTUKARAN ION
SEDANGKAN PADA DIKOTIL, SUSUNANNYA TETRAHEDRAL, SEDANGKAN
APERTURANYA ADA TIGA,
KECUALI PADA PIPERACEAE DAN RANALIA DAN PADA NYMPHAEA ADA 2
GENUS : Yaitu : SATU APERTURA DAN TIGA APERTURA

Sulisetijono Biologi UM
Unit Polen, Bentuk dan Ukuran
Unit polen/serbuk sari dibedakan atas:
monad (sebagian besar), diad, tetrad dan
polyad.
ada pula serbuk sari yang dilepaskan dari
tumbuhan dalam bentuk massulau atau
polinia
Polen tetrad dibedakan atas 5 tipe yaitu:
tetrahedral, tetragonal, rhomboid,
decussata dan tetrad silang.
Tumbuhan Angiospermae → serbuk sari polyad ada lima
suku, yaitu: Annonaceae, Leguminosae, Hippocrateaceae
(pada marga Hippocraea), Asclepiadaceae, dan
Orchidaceae.
Sulisetijono Biologi UM
Bentuk polen dapat dicandra → kenampakan pada pandangan polar dan pandangan ekuatorial.
Bentuk ditentukan → perbandingan panjang aksis polar (P) dan diameter ekuatorial (E), atau lndeks
P/E.
Bentuk butir polen juga terkait erat dengan tipe apertura.
Contohnya: butir polen tipe apertura trikolpat cenderung berbentuk bulat hingga bulat telur,
Apertura monosulkat akan cenderung berbentuk seperti perahu.
Ukuran serbuk sari dibedakan dalam enam kelas, berdasarkan aksis terpanjang (kecuali pada
serbuk sari yang ekinat, maka durinya tidak dimasukkan dalam ukuran).

Pembagian kelas ukuran:


1. < 10 µm = sarigat kecil 4. 50 - 100 µm = besar
2. 10 - 25 µm = kecil 5. 100 - 200 µm = sangat besar
3. 25 - 50 µm = sedang 6. 200 µm = raksasa

Sulisetijono Biologi UM
Klasifikasi bentuk serbuk sari berdasarkan indeks P/E
indeks P/E Bentuk
>2,0 Perprolate
1,33 - 2,0 Prolate
0,75-1,33 Subspheroidal
0,50-0,75 Oblate
>0,5 Peroblate
Contoh: P/E = 3/2 = 1,5 → prolate

Sulisetijono Biologi UM
Bentuk polen dan spora (Morley, 1990)
MORFOLOGI SERBUK SARI DAN SPORA (BAGIAN 2)

Apertura: suatu area yang tipis pada eksin atau modifikasi dinding polen sebagai jalan keluarnya
isi polen atau yang berhubungan dengan perkecambahan serbuk sari.
Apertura → salah satu karakter serbuk sari yang sangat penting, yaitu bahwa evolusi apertura
sangat berguna dalam menentukan perjalanan evolus i tumbuhan berbiji.
Petridophyta, spora tidak memiliki apertura, dan tidak terdapat suatu homologi dengan apertura
tumbuhan berbiji.
Suatu area tipis yang menyerupai apertura pada spora Pteridophyta adalah bekas luka tetrad, yang
memiliki dua bentuk yaitu trilet atau monolet.
Apertura: dua tipe, yaitu 1) celah memanjang (disebut kolpus; colpi) dan 2)
celah pendek, atau berbentuk bulat (disebut porus/lubang)

Sulisetijono Biologi UM
MENURUT ERDTMAN (1952),
TIPE APERTURA ADA EMPAT, YAITU:

SULKUS: MEMANJANG TEGAKLURUS PADA SUMBU MEMANJANG KUTUB


SERBUK SARI.
KOLPA: MEMANJANG PADA SUDUT KANAN SAMPAI KE EQUATORIAL YANG
UJUNGNYA MENGARAH KE KUTUB SERBUK.

RUGA: MEMANJANG DENGAN ARAH BERBEDA DENGAN TIPE SULKUS DAN


TIPE KOLPA.
PORUS:APERTURA YANG MELINGKAR, APABILA PORI SEDIKIT, APERTURA
HANYA DI EQUATORIAL, BILA PORI BANYAK APERTURA DI SELURUH
PERMUKAAN SERBUK SARI.

Sulisetijono Biologi UM
The Pollen Grain

Skema susunan dinding polen (Morley, 1990)


Klasifikasi polen berdasarkan apertura (Tschudy & Scott, 1969)
1-6: BUTIR POLEN YANG MEMPUNYAI 3
APERTURA NAMPAK EQUATORIAL
7-12:BUTIR POLEN 3 APERTURA NAMPAK
POLAR.
13-18 BUTIR POLEN 4 APERTURA NAMPAK
POLAR.
19: BUTIR POLEN TETRAD
20-24:BUTIR POLEN DENGAN SULKUS

Sulisetijono Biologi UM
Ornamentasi berbagai macam serbuk sari

Sulisetijono Biologi UM
Ornamentasi Eksin

Pencandraan tipe ornamentasi eksin dibuat berdasarkan ukuran, bentuk, dan


susunan unsur ornamentasinya. Kapp (1969) dan Moore & Webb (1978)

Tipe ornamentasi eksin polen dan ciri-cirinya (Faegri & Iversen, 1989)
Sulisetijono Biologi UM
Sulisetijono Biologi UM
E.PERKEMBANGAN POLEN

Setiap polen tetrad berdiferensiasi

Dinding premexin
Inti membelah
menebal
(mitosis)
Tampak jelas Ribosom dan RE,
Vakoula bersatu, sitoplasma
tampak keruh
EXIN
INTIN
SEL SEL VEGETATIF
GENERATIF

Dibentuk pada
sperma : tabung polen
INTIN: MENGANDUNG PEKTIN DAN SELULOSA

F. PERKEMBANGAN SEL VEGETATIF:


SETELAH MITOSIS, SEL MEMBESAR, VAKUOLA BANYAK DAN MENYEBAR,
RNA DAN DNA MENINGKAT
MENURUT SANGER DAN JACKSON (1971):PERKEMBANGAN SEL VEGETATIF
MELALUI:
TAHAP IMMATURE : INTI KEHILANGAN BENTUK
TAHAP MATURE : DIKTIOSOM MENINGKAT, BUTIR-BUTIR LIPID MUNCUL,
AMILUM TERAKUMULASI DALAM BENTUK PLASTIDA
TAHAP INTI MELEKUK, BUTIR LIPID MENGHILANG
TAHAP PEMBENTUKAN TABUNG POLEN
PERKEMBANGAN SEL GENERATIF
MEMANJANGKAN SELNYA SEHINGGA MEMUDAHKAN MASUK KE DALAM
TABUNG POLEN,
BERISI KOLHISIN / N-FENILKARBAMAT
SITOPLASMA TEREDUKSI
TIDAK ADA PLASTIDA
MITOKONDRIA TIDAK BERKEMBANG
DIDAPTAKAN MIKROTUBUL, DIKTIOSOM, RIBOSOM DAN RETIKULUM
ENDOPLASMIK

TERBENTUK SPERMA
Polen (Tepung sari) Secara umum
Polen matang, secara otomatis antheranya akan pecah dan
menghamburkan butiran-butiran polen yang matang.

Kematangan polen berhubungan dengan penurunan kadar air


dan penyusutan jaringan pada anter, yang merupakan fungsi
higroskopis untuk membuka kantung polen.

Mekanisme ini diduga merupakan fungsi alami dari tanaman


untuk menghamburkan polen demi kepentingan penyebaran
alam dan regenerasi (Griffin dan Sedgley, 1989).
Secara visual, polen yang matang dapat dideteksi dari
perubahan warna dan kelengketan (stickiness) butiran-
butirannya (Griffin dan Sedgley, 1989; Ghazoul, 1997).

Perubahan warna permukaan polen dari kuning pucat menjadi


kuning terang mengindikasikan adanya peningkatan
sporopollenin – bagian dari exine yang merupakan ciri spesifik
dari suatu spesies yang mempengaruhi kenampakan luarnya;
dan pollenkit yang basah, lengket dan berwarna; mengandung
lemak, protein, karbohidrat, pigmen, senyawa fenolik dan
ensim.
Peningkatan kelengketan polen mengindikasikan polen
tersebut telah siap untuk berkecambah dengan
melakukan proses hidrasi dan melepaskan protein.

Mekanisme hidrasi inilah yang dianggap paling


menentukan dalam mengawali terjadinya proses
penyerbukan, yang merupakan rangkaian dari proses
interaksi jantan-betina (male-female interaction),
perkecambahan tepung sari (pollen germination) dan
pembentukan tabung tepung sari (pollen tube growth)
(Griffin dan Sedgley, 1989).
Perkecambahan polen pada stigma

➢ Perkecambahan polen dan pertumbuhan


tabung polen.
Ketika polen jatuh di atas stigma, polen
berkecambah dan membentuk tabung polen
yang berlanjut pada pemanjangan hingga
masuk pada stilus, masuk ke ovarium dan
kemudian masuk ke mikrofil dan
menempatkan sel sperma pada lokasi yang
spesifik termasuk kantung embrio.
Putik
Masa reseptif putik biasanya ditandai dengan :

-Perubahan warna putik menjadi lebih terang


-Pembesaran pori-pori pada kepala putik
-Tangkai putik berangsur menjadi lurus
-Permukaan putik memproduksi sekresi

Secara visual, reseptivitas putik dapat dideteksi dari :


-Perubahan kelekatan (stickiness),
-Warna dan bentuk, baik pada kepala maupun tangkai putik (Griffin dan Sedgley,
1989; Owens dkk, 1991).
Kepala putik yang reseptif tampak berwarna lebih terang dan lengket
dikarenakan adanya peningkatan sekresi ekstraseluler (Ghazoul, 1997).

Menurut Owens dkk (1991), sekresi ekstraseluler tersebut mengandung


lemak dan protein.
Sekresi ini berperan sebagai medium yang berfungsi untuk menangkap
butiran tepung sari, serta merupakan penentu keberhasilan
pembentukan buluh tepung sari (pollen tube) yang akan membawa sel
kelamin jantan menuju ke ovary (Griffin dan Sedgley, 1989).
Reseptifnya putik juga ditandai oleh perubahan warna permukaan putik dari hijau
menjadi kuning terang, yang dimulai dari pangkal tangkai putik (stylus).
Makin terangnya warna putik menunjukkan bahwa sel-sel epidermis terluar sedang
berkembang untuk meningkatkan produksi sekresi,
dan pori-pori membesar untuk meningkatkan kemampuan sekresi
Kepala putik (stigma) yang berangsur membengkak merupakan tanda bahwa
jaringan transmisi yang ada pada bagian tersebut mulai memperbesar rongga-
rongganya, untuk mempersiapkan diri dalam membentuk buluh tepung sari (pollen
tube).
Pembengkakan kepala putik juga merupakan mekanisme alami
untuk meningkatkan luas bidang penempelan tepung sari ketika
terjadi proses penyerbukan.
Tangkai putik yang berangsur menjadi lurus juga merupakan suatu
mekanisme alami untuk mempersiapkan diri dalam membentuk
buluh tepung sari (pollen tube).

a b c

Foto mikroskopis stigma: a.sebelum reseptif; b. saat reseptif; c. sesudah reseptif


PADA GYMNOSPERMAE

Masa reseptif biasanya ditandai dengan :


perubahan warna female cone menjadi lebih terang
scales terbuka perlahan-lahan dan akan tertutup kembali dalam waktu
yang singkat
G
PEMBENTUKAN TABUNG POLEN
DIPELAJARI SECARA IN VITRO (KULJAR)
CONTOH PERKECAMBAHAN POLEN
Scillia (Monokotil)
POLEN SETELAH DI ATAS STIGMA,selama
15 MENIT AKAN BERKECAMBAH; 1 JAM
KEMUDIAN PEMANJANGAN tabung;
1,5JAM KEMUDIAN SEL VEGETATIF
MENUJU UJUNG TABUNG DIIKUTI SEL
GENERATIF DAN 6JAM KEMUDIAN SEL
GENERATIF MENJADI SPERMA DAN
SELAMA 7 JAM SEL VEGETATIF berada
DIUJUNG TABUNG
Sulisetijono Biologi UM

Anda mungkin juga menyukai