Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS STROKE NON HEMORAGIK

DIPOLI SARAF RSUD dr.H.MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Disusun Oleh :

NAMA : Agus Rudiyanto

NIM : 11409719042

TINGKAT : II

SEMESTER : III

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNG PURA
BANJARMASIN
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Agus Rudiyanto

Nim : 11409719042

Ruangan : Poli Saraf

Saya yang bertanda tangan dibawah ini telah menyelesaikan laporan


pendahuluan dengan kasus stroke non hemoragik di poli saraf, RSUD dr.
H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

Banjarmasin, 4 Januari 2021

Mengetahui

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

................................ .......................................

2
I. Konsep Teori
A. Pengertian
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi
saraf otak. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk
menjelaskan infark serebrum (Nurarif & Hardhi, 2015).
Stroke Non Hemoragik adalah Suatu gangguan peredaran darah otak
tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai dengan kelemahan pada
satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual,
muntah, pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non
haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke
trombotik
Terdapat dua tipe utama dari stroke yaitu stroke iskemik (non hemoragik)
akibat berkurangnya aliran darah sehubungan dengan penyumbatan
(trombosis, emboli), dan hemoragik akibat perdarahan (WHO, 2014).
B. Anatomi dan fisiologi
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah.
Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi
koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa,
otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total,
tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di
dalam darah arterial. Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah
per menit, yaitu sekitar 15% dari darah total yang dipompa oleh jantung
saat istirahat agar berfungsi normal. Otak mendapat darah dariarteri.
Yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis
(kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah
vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri
serebrum anterior bertemu dengansirkulasi arteri serebrum posterior
membentuk suatu sirkulus willisi.Ada dua hemisfer di otak yang memiliki
masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi dari otak adalah otak merupakan
pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai area

3
broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara
sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi
sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan
serabut serabut saraf ke target organ. Jika terjadi kerusakan gangguan
otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada anggota
gerak,gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan nafas dan
tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena adanya serangan
stroke.
C. Etiologi
Beberapa faktor resiko yang menjadikan kemungkinan berkembangnya
penyakit degenerative. Faktor resiko vaskuler diantarnya adalah : umur,
riwayat penyakit vaskuler dalam keluarga, hipertensi, DM, kontrasepsi
oral, dan fibrinogen plasma Stroke biasanya diakibatkan dari salah satau
kejadian dibawah ini :
a. Trombus Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi pad jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti disekitarnya
b. Emboli
Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Emboli menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis
c. Iskemia Penurunan aliran darah ke area otak
D. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala stroke non hemoragik Menurut Indrawati, Sari, & Dewi
(2016), gejala dan tanda stroke sering muncul secara tiba-tiba dan cepat.
Oleh karena itu penting mengenali tanda-tanda atau gejala stroke.
Beberapa gejala stroke antara lain sebagai berikut.
a. Nyeri kepala hebat secara tiba-tiba
b. Pusing, yakni merasa benda-benda disekitarnya berputar atau merasa
goyang bila bergerak atau biasanya disertai mual dan muntah
c. Bingung, terjadi gangguan orientasi ruang, waktu atau personal
d. Pengelihatan kabur atau ketajamanpengelihatan menurun, bisa pada
salah satu mata ataupun kedua mata

4
e. Kesulitan bicara secara tiba-tiba, mulut terlihat tertarik ke satu sisi atau
“perot” f. Kehilangan keseimbangan, limbung, atau jatuh
g. Rasa kebas, yakni mati rasa, atau kesemutan pada satu sisi tubuh
h. Kelemahan otot-otot pada satu sisi tubuh.
Berdasarkan gejala dan tanda serta waktu terjadinya serangan, dapat
diperkirakan letak kerusakan jaringan otak serta jenis stroke yang
menyerang yakni :
a. Kesemutan atau kelemahan otot pada sisi kanan tubuh menunjukkan
terjadinya gangguan pada otak belahan kiri
b. Kehilangan keseimbangan menunjukkan gangguan terjadi di pusat
keseimbangan, yakni antara lain daerah otak kecil (cerrebellum).
Serangan stroke yang terjadi saat penderita sedang istirahat atau tidur
umumnya adalah stroke iskemik. Gejala munculnya secara bertahap
dan kesadaran umum baik, kecuali iskemiknya terjadi karena
sumbatan embolus yang berasal dari jantung maka gejala muncul
mendadak dan sering disertai nyeri kepala.
E. Komplikasi
Komplikasi pada pasien stroke non hemoragik yang berbaring lama dapat
terjadi masalah fisik dan emosional diantaranya:
a. Bekuan darah (Trombosis) Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh
menyebabkan penimbunan cairan, pembengkakan (edema) selain itu
juga dapat menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang
terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru.
b. Dekubitus Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul,
pantat, sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik
maka akan terjadi ulkus dekubitus dan infeksi.
c. Pneumonia Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan
sempurna, hal ini menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan
selanjutnya menimbulkan pneumoni.
d. Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur) Hal ini disebabkan karena
kurang gerak dan immobilisasi.
e. Depresi dan kecemasan Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke
dan menyebabkan reaksi emosional dan fisik yang tidak diinginkan
karena terjadi perubahan dan kehilangan fungsi tubuh.

5
F. Patofisiologi
Stroke non hemoragik terjadi karena sumbatan yang diakibatkan oleh
bekuan di dalam arteri besar pada sirkulasi sereberum, sumbatan atau
obstruksi ini dapat disebabkan oleh emboli maupun thrombus . Thrombus
terbentuk akibat plak dari arteosklerosis sehingga sering kali terjadi
penyumbatan pasokan darah ke organ di tempat terjadinya thrombosis.
Aterosklerosis merupakan insiator utama thrombosis yang berikatan
dengan kehilangan endotel dan aliran vascular abnormal, selain itu akan
menimbulkan obstruksi. Potongan potongan thrombus terutama thrombus
kecil yang biasanya disebut dengan emboli akan lepas dan berjalan
mengikuti aliran darah (Ganong, 2016). Trombus dan emboli di dalam
pembuluh darah akan terlepas dan terbawa hingga terperangkap dalam
pembuluh darah distal, sehingga hal itu menyebabkan aliran darah menuju
ke otak menjadi berkurang. Sel otak yang kekurangan oksigen dan
glukosa dapat menyebabkan asidosis, akibat asidosis natrium, klorida dan
air masuk ke dalam sel otak dan kalium meninggalkan sel otak. Hal
tersebut dapat mengakibatkan edema setempat. Kalsium akan masuk dan
memicu serangkaian radikal bebas, kemudian terjadi kerusakan
membrane sel dan tubuh mengalami gangguan neuromuscular

6
G. Pathway
STROKE NON HEMORAGIK

Thrombus/emboli di cerebral

Suplai darah ke jaringan cerebral


tidak adekuat

Perfusi jaringan cerebral


tidak adekuat

Vasospasme arteri
cerebral/saraf cerebral
Hemisfer kiri

Hemisparese/plegi kanan
Iskemik/infark

Defisit neurologi

Area grocca Gagguan mobilitas fisik


Hemisfer kanan

Kerusakan fungsi
N.VII dan N.XII Hemisparese/plegi kiri Kurang
pengetahuan

Kerusakan
komunikasi verbal
Defisit perawatan diri

Resiko kerusakan integritas kulit

7
H. Data Penunjang

1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri Pungsi Lumbal
a. Menunjukan adanya tekanan normal
b. Mekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan
adanya perdarahan
3. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
4. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
5. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
6. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal

I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan medis meliputi:
a. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat
maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
b. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi
dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
c. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting
dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pemasangan jalur intravena dengan cairan normal salin 0,9% dengan
kecepatan 20 ml/jam. Cairan hipotonis seperti dekstrosa 5%
sebaiknya tidak digunakan karena dapat memperhebat edema
serebri.
b. Pemberian oksigen melalui nasal kanul.
c. Jangan memberikan apapun melalui mulut.
d. Pemeriksaan EKG
e. Pemeriksaan rontgen toraks.

8
f. Pemeriksaan darah: Darah perifer lengkap dan hitung trombosit,
Kimia darah (glukosa, ureum, kreatinin dan elektrolit), PT
(Prothrombin Time)/PTT (Partial Thromboplastin time)

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Adapun pengkajian pada klien dengan stroke adalah :
1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia),
merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri/ kejang otot).
Tanda : gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), dan terjadi
kelemahan umum, gangguan penglihatan, gangguan tingkat
kesadaran.
2. Sirkulasi
Gejala : adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi
postural.
Tanda : hipertensi arterial sehubungan dengan adanya
embolisme/ malformasi vaskuler, frekuensi nadi bervariasi, dan
disritmia.
3. Integritas Ego
Gejala : perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
Tanda : emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih,
dan gembira, kesulitan untuk mengekspresikan diri
4. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih
Tanda : distensi abdomen dan kandung kemih, bising usus
negatif.
5. Makanan/ Cairan
Gejala : nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut,
kehilangan sensasipada lidah, dan tenggorokan, disfagia, adanya
riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : kesulitan menelan, obesitas.
6. Neurosensori

9
gejala : sakit kepala, kelemahan/ kesemutan, hilangnya rangsang
sensorik kontralateral pada ekstremitas, penglihatan menurun,
gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Tanda : status mental/ tingkat kesadaran biasanya terjadi koma
pada tahap awal hemoragis, gangguan fungsi kognitif, pada wajah
terjadi paralisis, afasia, ukuran/ reaksi pupil tidak sama, kekakuan,
kejang.
7. Kenyamanan / Nyeri
Gejala : sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda
Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada
otot
8. Pernapasan
Gejala : merokok
Tanda : ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas,
timbulnya pernafasan sulit, suara nafas terdengar ronchi.
9. Keamanan
Tanda : masalah dengan penglihatan, perubahan sensori
persepsi terhadap orientasi tempat tubuh, tidak mampu mengenal
objek, gangguan berespons terhadap panas dan dingin, kesulitan
dalam menelan, gangguan dalam memutuskan.
10. Interaksi Sosial
Tanda : masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
11. Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala : adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke,
pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alkohol
B. Diagnosa

1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d O2 otak menurun

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d


ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrient

3. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot.

4. Risiko kerusakan integritas kulit b.d faktor risiko lembap

10
5. Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular,
kerusakan sentral bicara

C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

1. Gangguan Gangguan perfusi 1. Pantau TTV tiap jam 1. Peningkatan


perfusi jaringan dapat dan catat hasilnya tekanan darah
jaringan tercapai secara sistemik yang diikuti
2. Kaji respon motorik
serebral b.d optimal dengan penurunan
terhadap perintah
O2 otak tekanan darah
Kriteria hasil : sederhana
menurun diastolik merupakan
a) Mampu 3. Pantau status tanda peningkatan
mempertahankan neurologis secara TIK. Napas tidak
tingkat kesadaran teratur teratur
menunjukkan
b) Fungsi sensori 4. Dorong latihan kaki
adanya
dan motorik aktif/ pasif
peningkatan TIK
membaik
5. Kolaborasi pemberian
2. Mampu mengetahui
obat sesuai indikasi
tingkat respon
motorik pasien

3.Mencegah/
menurunkn
atelektasis

4. Menurunkan statis
vena

5. Menurunkan resiko
terjadinya

11
komplikasi

2 Ketidakseim 1. Status gizi 1. Pengelolaan


bangan gangguan makanan
2. Asupan makanan
nutrisi:
2. Pengelulaan nutrisi
kurang dari 3. Cairan dan zat
kebutuhan gizi Kritria evaluasi: 3. Bantuan menaikkan
tubuh b.d BB
a) Menjelaskan
ketidakmamp
komponen Aktivitas keperawatan
uan untuk
kedekatan diet 1. Motivasi klien
mengabsorp 1. Tentukan motivasi
mempengaruhi
si nutrient b) Nilai laboratorium klien untuk mengubah
dalam perubahan
kebiasaan makan
c) nutrisi
(mis,trnsferin,albu 2. Ketahui makanan
2. Makanan kesukaan
min, kesukaan klien
klien untuk
dan eletrolit) 3. Rujuk kedokter untuk mempermudah
menentukan pemberian nutrisi
d) Melaporkan
penyebab perubahan
keadekuatan 3. Merujuk kedokter
nutrisi
tingkat gizi e) untuk mengetahui
Nilai laboratorium 4. Bantu makan sesuai perubahan klien
(mis : dengan kebutuhan serta untuk proses
trasferin,albomen klien penyembuhan
dan eletrolit
5. Ciptakan lingkungan 4. Membantu makan
f) Toleransi terhadap yang menyenangkan untuk mengetahui
gizi yang untuk makan perubahan nutrisi
dianjurkan. serta untuk
pengkajian

5. Menciptakan
lingkungan untuk
kenyamanan
istirahat klien serta

12
utk ketenangan
dalam
ruangan/kamar.

3. Hambatan Klien diminta 1. Terapi aktivitas, 1. Mengajarkan klien


mobilitas fisik menunjukkan tingkat ambulasi tentang dan pantau
b.d mobilitas, ditandai penggunaan alat
2. Terapi aktivitas,
penurunan dengan indikator bantu mobilitas
mobilitas sendi.
kekuatan berikut (sebutkan klien lebih mudah.
otot nilainya 1 – 5) : 3. Perubahan posisi
2. Membantu klien
ketergantungan Aktivitas Keperawatan
dalam proses
(tidak berpartisipasi)
1. Ajarkan klien tentang perpindahan akan
membutuhkan
dan pantau membantu klien
bantuan orang lain
penggunaan alat latihan dengan cara
atau alat
tersebut.
membutuhkan 2. Bantu mobilitas.
bantuan orang lain, 3. Pemberian
3. Ajarkan dan bantu
mandiri dengan penguatan positif
klien dalam proses
pertolongan alat selama aktivitas
perpindahan.
bantu atau mandiri akan mem-bantu
penuh). 4. Berikan penguatan klien semangat
positif selama dalam latihan.
Kriteria Evaluasi :
beraktivitas.
4. Mempercepat klien
a) Menunjukkan
5. Dukung teknik latihan dalam mobilisasi
penggunaan alat
ROM dan
bantu secara
mengkendorkan
benar dengan 6. Kolaborasi dengan tim
otot-otot
pengawasan. medis tentang
mobilitas klien 5. Mengetahui
b) Meminta bantuan
perkembngan
untuk beraktivitas
mobilisasi klien
mobilisasi jika
sesudah latihan
diperlukan.
ROM

13
c) Menyangga BAB 6. Kolaborasi dengan
tim medis dapat
d) Menggunakan
membatu
kursi roda secara
peningkatkan
efektif
mobilitas pasien
seperti kolaborasi
dengan fisioterapis

4 Risiko Tissue Integrity : 1. Anjurkan pasien untuk 1. Kulit bisa lembap


kerusakan Skin and Mucous menggunakan pakaian dan mungkin
integritas Membranes Kriteria yang longgar merasa tidak dapat
kulit b.d Hasil : beristirahat atau
2. Hindari kerutan pada
faktor risiko perlu untuk
a) Integritas kulit tempat tidur
lembap bergerak
yang baik bisa
3. Jaga kebersihan kulit
dipertahankan 2. Menurunkan
agar tetap bersih dan
(sensasi, terjadinya risiko
kering
elastisitas, infeksi pada bagian
temperatur, 4. Mobilisasi pasien kulit
hidrasi, (ubah posisi pasien)
3. Cara pertama untuk
pigmentasi) setiap dua jam sekali
mencegah
b) Tidak ada 5. Monitor kulit akan terjadinya infeksi
luka/lesi pada adanya kemerahan
4. Mencegah
kulit
6. Oleskan lotion atau terjadinya
c) Menunjukkan minyak/baby oil pada komplikasi
pemahaman derah yang tertekan selanjutnya
dalam proses
7. Kolaborasi pemberian 5. Mengetahui
perbaikan kulit
antibiotik sesuai perkembangan
dan mencegah
indikasi terhadap terjadinya
terjadinya sedera
infeksi kulit
berulang
6. Menurunkan
d) Mampu
pemajanan
melindungi kulit
terhadap kuman

14
dan infeksi pada kulit
mempertahankan
7. Menurunkan risiko
kelembaban kulit
terjadinya infeksi
dan perawatan
alami

5 Gangguan Komunikasi dapat 1. Lakukan komunikasi 1. Mencek komunikasi


komunikasi berjalan dengan dengan wajar, bahasa klien apakah benar-
verbal b.d. baik Kriteria hasil : jelas, sederhana dan benar tidak bisa
kerusakan bila perlu diulang melakukan
a) Klien dapat
neuromuscul komunikasi
mengekspresikan 2. Dengarkan dengan
ar,
perasaan tekun jika pasien mulai 2. Mengetahui
kerusakan
berbicara bagaimana
sentral b) Memahami
kemampuan
bicara maksud dan 3. Berdiri di dalam
komunikasi klien
pembicaraan lapang pandang
tersebut
orang lain pasien pada saat
bicara 3. Mengetahui
c) Pembicaraan
derajat /tingkatan
pasien dapat 4. Latih otot bicara
kemampuan
dipahami secara optimal
berkomunikasi klien
5. Libatkan keluarga
4. Menurunkan
dalam melatih
terjadinya
komunikasi verbal
komplikasi lanjutan
pada pasien
5. Keluarga
6. Kolaborasi dengan ahli
mengetahui &
terapi wicara
mampu
mendemonstrasikn
cara melatih
komunikasi verbal
pada klien tanpa
bantuan perawat

15
6. Mengetahui
perkembangan
komunikasi verbal
klien

D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses
keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan
dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. Pengertian tersebut menekankan bahwa
implementasi adalah melakukan atau menyelesaikan suatu
tindakan yang sudah direncanakan pada tahapan sebelumnya.
E. Evaluasi
merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan penilaian dalam keperawatan bertujuan
untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

16
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.
Yogyakarta : Mediaction Jogja.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar diagnosa keperawatan indonesia. In
Dewan Pengurus Pusat. https://doi.org/10.1103/PhysRevLett.77.1889

17

Anda mungkin juga menyukai