Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

(Bowel Training)

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Adinda Shaffira Putri P07120420002

Anisa Haryati P07120420006

I Gusti Ayu Devi Ariani P07120420018

Muhammad Rifki P07120420026

Nirwati Irmayanita P07120420029

Nur Fajriati P00620420031

Vira Ayu Lastari P07120420040

Anggi Rahmawati P00620420001

Irianingsih P00620420006

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bowel
Training” tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dewi Purnamawati, M.Ke selaku
dosen mata kuliah keperawatan medikal bedah 1 yang telah memberikan tugas ini
kepada penulis. Tak lupa, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam penulisan makalah ini baik secara lisan maupun
tulisan.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya tentang bowel training. Penulis juga
berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi tenaga kesehatan terutama perawat
dalam melaksanakan tugasnya.

Penulis menyadari makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, baik dari
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisan. Olah karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menjadi acuan agar penulis
dapat membuat makalah yang lebih baik di masa mendatang.

Mataram, 09 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Definisi Bowel Training ......................................................................... 3

2.2 Tujuan Bowel Training ........................................................................... 3

2.3 Prinsip Memberikan Bowel Training ...................................................... 4

2.4 Indikasi dan Kontraindikasi Bowel Training .......................................... 4

2.5 Masalah-Masalah Pada Eliminasi Feses .................................................. 4

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Defekasi ........................................... 8

2.7 SOP Bowel Training................................................................................ 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 15

3.2 Saran ...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup. Dikatakan sebagai
makhluk hidup karena manusia memiliki ciri-ciri diantaranya bernafas,
berkembangbiak, tumbuh, beradaptasi, memerlukan makan, dan mengeluarkan
sisa metabolisme tubuh (eliminasi). Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh
dikarenakan peranan masing-masing organ.
Membuang alvi (feses) merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus
dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap
manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguan atau masalah defekasi
seperti konstipasi, impaksi, diare, inkontinensia feses, flatulen, dan hemoroid.
Selain berbagai macam yang telah disebutkan diatas akan menimbulkan dampak
pada sistem organ lainnya seperti gangguan pada sistem pencernaan, ekskresi,
dan lain-lain.
Fekal atau defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini
juga disebut bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat
bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu.
Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik
mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam
rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk
defekasi. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk
fungsi tubuh yang normal.
Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain, karena fungsi usus tergantung pada
keseimbangan beberapa faktor seperti pola eliminasi dan kebiasaan masing-
masing orang. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk
memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari
mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai
kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal, lingkungan

1
rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas,
dan perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah
eliminasi klien seperti konstipasi dan inkontinensia fecal, perawat harus
mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi. Salah satu cara untuk mengatasi masalah pada gangguan eliminasi
fecal atau defekasi adalah dengan melakukan program Bowel Training.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan bowel training ?
2. Apakah tujuan dilakukannya bowel training ?
3. Bagaimanakah prinsip dalam melakukan bowel training ?
4. Apakah indikasi dan kontraindikasi dilakukannya bowel training ?
5. Apa sajakah masalah-masalah yang sering muncul berkaitan dengan
eliminasi feses ?
6. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi ?
7. Bagaimanakah prosedur tindakan bowel training ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep bowel training
2. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya bowel training
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam melakukan bowel training
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi bowel training
5. Untuk mengetahui masalah-masalah pada eliminasi feses
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi
7. Untuk mengetahui prosedur tindakan dalam melakukan bowel training
1.4 Manfaat penulisan
Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang bowel training

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bowel Training
Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari
dalam tubuh yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-
organ yang berperan dalam pembuangan. eleminasai bowel adalah saluran
gastrointestinal yang dimulai dari mulut sampai anus.
Bowel training (pelatihan defekasi) adalah program pelatihan yang
dilakukan pada klien yang mengalami inkontinentia usus atau tidak mampu
mempertahankan control defekasi. Dalam bahasa sederhana bowel training bisa
diartikan sebagai membantu klien untuk melatih defekasi. Program ini
dilakukan pada klien yang mengalami masalah eliminasi feses yang tidak
teratur. Dalam proses defekasi terjadi dua macam refleks yaitu :
1. Refleks Defekasi Intrinsic
Refleks ini berawal dari feses yang masuk rectum kemudian menyebabkan
rangsangan pada fleksus ingentikus dan terjadilah gerakan peristaltik.
Setelah feses tiba di anus secara sistematis spingter interna relaksasi maka
terjadi defekasi.
2. Refleks Defekasi Parasimpatis
Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang kemudian
diteruskan ke spinal cord dan merangsang ke kolon desenden ke sigmoid.
Rektum dengan gerakan peristaltic dan akhirnya terjadi relaksasi spinter
interna maka terjadilah defekasi. Dorongan feses juga dipengaruhi oleh
kontrol abdomen, diafragma, dan kontraksi otot.
2.2 Tujuan Bowel Training
Ada beberapa tujuan dilakukannya bowel training pada klien yang memiliki
masalah eliminasi feses yang tidak teratur, antara lain :
1. Program bowel taraining dapat membantu klien mendapatkan defekasi yang
normal terutama klien yang masih memiliki control neuromuskular.

3
2. Melatih defekasi secara rutin pada klien yang mengalami gangguan pola
eliminasi feses atau defekasi.
2.3 Prinsip Memberikan Bowel Training
Prinsip memberikan latihan defekasi (bowel training) diantaranya :
1. Asupan cairan sekitar 2500-3000 cc/hari.
2. Peningkatan diit tinggi serat.
3. Asupan air hangat, khusunya sebelum waktu defekasi.
4. Peningkatan aktivitas atau latihan.
2.4 Indikasi dan Kontraindikasi Bowel Training
Indikasi :
1. Konstipasi (susah BAB).
2. Inkontinensia usus (tidak bisa mengontrol pengeluran feses secara normal).
3. Membantu klien mendapatkan defekasi normal.
Kontraindikasi :
1. Klien dengan diare.
2.5 Masalah-Masalah Pada Eliminasi Feses
Adapun masalah-masalah yang sering muncul terkait dengan pengeluaran feses
diantaranya :
1. Konstipasi
Konstipasi berhubungan dengan jalan yang kecil, kering, kotoran yang
keras, atau tidak ada lewatnya kotoran di usus untuk beberapa waktu. Ini
terjadi ketika pergerakan feses melalui usus besar lambat, hal ini ditambah
lagi dengan reabsorbsi cairan di usus besar. Konstipasi berhubungan dengan
pengosongan kotoran yang sulit dan meningkatnya usaha atau tegangan dari
otot-otot volunter pada proses defekasi.
2. Impaksi feses (tertahannya feses)
Impaksi feses dapat didefinisikan sebagai suatu massa atau kumpulan
yang mengeras, feses seperti dempul pada lipatan rektum. Impaksi terjadi
pada retensi yang lama dan akumulasi dari bahan-bahan feses. Pada impaksi
yang gawat, feses terkumpul dan ada di dalam colon sigmoid. Impaksi feses

4
ditandai dengan adanya diare dan kotoran yang tidak normal. Cairan
merembes keluar feses sekeliling dari massa yang tertahan. Impaksi dapat
juga dinilai dengan pemeriksaan digital pada rektum, selama impaksi massa
yang mengeras sering juga dapat dipalpasi.
Diare yang bersama dengan konstipasi, termasuk gejala yang sering
tetapi tidak ada keinginan untuk defekasi dan nyeri pada rektum. Adanya
tanda-tanda umum dari terjadinya penyakit ini diantaranya klien menjadi
anoreksia, abdomen menjadi regang dan bisa juga terjadi muntah.
Penyebab dari impaksi feses biasanya kebiasaan buang air besar yang
jarang dan konstipasi. Obat-obat tertentu juga berperan serta pada impaksi.
Barium digunakan pada pemeriksaan radiologi pada saluran gastrointestinal
bagian atas dan bawah dapat menjadi faktor penyebab, sehingga setelah
pemeriksaan ini hasil pengukuran diperoleh untuk memastikan pergerakan
barium. Pada orang yang lebih tua faktor-faktor yang beragam dapat
menyebabkan impaksi seperti asupan cairan yang kurang, diet yang kurang
serat, rendahnya aktivitas, dan melemahnya tonus otot.
Pemeriksaan digital harus dilakukan dengan lembut dan hati-hati
karena perangsangan pada nervus vagus di dinding rektum dapat
memperlambat kerja jantung pasien.
3. Diare
Diare berhubungan dengan pengeluaran feses yang cair dan
meningkatnya frekuensi dari proses defekasi. Ini adalah lawan dari
konstipasi dan dampak dari cepatnya perjalanan feses melalui usus besar.
Cepatnya perjalanan chyme mengurangi waktu untuk usus besar
mereabsorbsi air dan elektrolit. Sebagian orang mengeluarkan kotoran
dengan frekuensi yang meningkat tetapi bukan diare, dikatakan diare jika
kotoran tidak berbentuk dan cair sekali. Pada orang dengan diare dijumpai
kesulitan dan ketidakmungkinan untuk mengontrol keinginan defekasi
dalam waktu yang lama. Diare dengan ancaman tidak terkontrolnya buang
air besar merupakan sumber dari perhatian dan rasa malu. Sering,

5
spasmodik dan kram abdomen yang sangat sakit berhubungan dengan diare.
Kadang-kadang klien mengeluarkan darah dan lendir yang banyak, mual
dan muntah juga bisa terjadi. Pada diare persisten, secara umum bisa terjadi
perluasan iritasi pada daerah anus ke daerah perineum dan bokong. Fatique,
kelemahan, malaise dan berat badan yang berkurang merupakan dampak
dari diare yang berkepanjangan.
Ketika penyebab diare adalah iritasi pada saluran intestinal, diare
diperkirakan sebagai mekanisme pembilasan sebagai perlindungan. Itu bisa
menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit dalam tubuh, bagaimanapun,
itu bisa berkembang menjadi sesuatu yang membahayakan dalam waktu
yang singkat, terutama pada bayi dan anak kecil.
4. Fekal inkontinentia
Inkontinen berhubungan dengan berkurangnya kemampuan voluntar
untuk untuk mengontrol feses dan keluarnya gas melalui spinkter ani.
Inkontinen bisa juga terjadi pada waktu yang spesifik, seperti setelah
makan, atau bisa juga terjadi ireguler. Fecal inkontinen secara umum
berhubungan dengan terganggunya fungsi spinkter ani atau suplai sarafnya,
seperti pada beberapa penyakit neuromuskular, trauma sumsum tulang
belakang, dan tumor pada otot spinkter ani external.
5. Flatulence
Flatulence adanya flatus yang banyak pada intestinal mengarah pada
peregangan dan pemompaan pada intestinal. Kondisi ini disebut juga
timpanites. Jumlah udara yang besar dan gas-gas lainnya juga dapat
berkumpul di perut dan berdampak pada distensi gaster. Udara atau gas di
saluran gastrointestinal disebut flatus. Ada tiga sebab utama flatus
diantaranya :
a. Kerja dari bakteri dalam chyme di usus besar.
b. Udara yang tertelan.
c. Gas yang berdifusi dari pembuluh darah ke dalam intestinal.

6
Pada orang dewasa biasanya terbentuk 7-10 liter flatus pada usus besar
setiap 24 jam. Gas-gas tersebut termasuk CO2, H2, dan N2. Beberapa gas
yang ditelan sebagian besar dihembuskan melalui mulut dengan erutcation
(bersendawa). Gas-gas yang terbentuk pada usus besar sangat sedikit
diabsorbsi melalui kapiler-kapiler intestinal ke dalam sirkulasi. Flatulence
dapat terjadi pada colon, bagaimanapun bisa juga dari beragam penyebab
yang lain seperti pembedahan abdomen, anastesi, dan narkotika. Jika gas
tidak dapat dikeluarkan dari anus mungkin penting untuk memasukkan
sebuah rectal tube atau menyediakan suatu enema yang dapat mengalirkan
kembali untuk menggerakkan gas tersebut.
Penyebab umum dari flatulence dan distensi adalah konstipasi. Codein,
barbiturat dan obat-obat lain yang dapat menurunkan motilitas intestinal dan
tingkat kecemasan sehubungan dengan besarnya jumlah udara yang tertelan.
Sebagian besar orang mempunyai pengalaman dengan flatulence dan
distensi setelah memakan makanan tertentu yang mengandung gas seperti
kacang buncis, kol.
Distensi post operasi setelah pembedahan abdomen sering dijumpai di
rumah sakit. Tipe distensi ini secara umum terjadi sekitar 3 hari post operasi
dan disebabkan oleh efek dari anastesi, narkotika, perubahan diet, dan
berkurangnya aktifitas.
6. Hemoroid
Hemoroid sering juga disebut wasir, yaitu adanya pelebaran pembuluh
darah vena di anus, dapat terjadi secara internal dan eksternal. Internal
terjadi pada canal anus, dimana venanya berada. Eksternal hemoroid
prolapsus melalui pembukaan anus dan dapat dilihat disana. Hemoroid
dapat terjadi dari dampak meningkatnya tekanan pada daerah anus, sering
terjadi karena konstipasi kronik, peregangan selama defekasi, kehamilan dan
obesitas.
Beberapa hemoroid tidak mempunyai gejala, pada lainnya dapat juga
menyebabkan nyeri, gatal-gatal, dan kadang-kadang perdarahan. Hemoroid

7
sering diobati secara konservatif dengan astringent (menciutkan jaringan)
dan anastesi lokal (untuk mengurangi nyeri). Kotoran yang lebih lunak bisa
mengurangi iritasi selama defekasi. Pada beberapa kasus hemoroid dibuang
dengan pembedahan.
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Defekasi
Ada beberapa factor yang mempengaruhi defekasi diantaranya :
1. Umur
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai
sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 sampai 3 tahun.
Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat
mempengaruhi proses pengosongan lambung. Diantaranya adalah
berkurangnya tonus otot yang normal dari otot-otot polos colon yang dapat
berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses,
dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yang juga menurunkan tekanan
selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga
mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat
berdampak pada proses defekasi.
2. Diet
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses.
Cukupnya selulosa dan serat pada makanan penting untuk memperbesar
volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa
dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan di
beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur
mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu
keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama
setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada
pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
3. Intake Cairan

8
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika
pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran contoh urine dan
muntah yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk
mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya
chyme menjadi lebih kering dari normal sehingga menghasilkan feses yang
keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat
perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi
cairan dari chyme.
4. Tonus otot
Tonus perut, otot pelvik , dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.
Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan
chyme sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada
peningkatan tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada
pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari
berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.
5. Faktor psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-
penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi
mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang
yang cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan
frekuensi diare. Ditambah lagi orang yang depresi bisa memperlambat
motilitas intestinal yang berdampak pada konstipasi.
6. Gaya hidup
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara.
Pelatihan buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan
defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan atau
bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari
fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privaci juga
mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan

9
dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin
menggunakan bedpan karena privaci dan kegelisahan akan baunya.
7. Obat-obatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi, seperti
penggunaan laksantik atau antasida yang terlalu sering. Kedua jenis obat
tersebut dapat melunakkan feses dan meningkatkan peristaltic usus.
Penggunaan jangka lama meyebabkan kehilangan tonus ototnya dan
menjadi kurang responsip terhadap stimulasi yang diberikan oleh laktansip.
8. Prosedur diagnostic
Prosedur diagnostik tertentu seperti sigmoidoscopy membutuhkan agar
tidak ada makanan dan cairan setelah tengah malam sebagai persiapan pada
pemeriksaan dan sering melibatkan enema sebelum pemeriksaan. Pada
tindakan ini klien biasanya tidak akan defekasi secara normal sampai ia
diizinkan makan. Barium digunakan pada pemeriksaan radiologi dan
menghasilkan masalah yang lebih jauh. Barium mengeraskan feses jika tetap
berada di colon, akan mengakibatkan konstipasi dan kadang-kadang suatu
impaksi.
9. Anastesi dan pembedahan
Anastesi umum menyebabkan pergerakan colon yang normal menurun
karena penghambatan stimulus parasimpatik pada otot colon. Klien yang
mendapat anastesi lokal akan mengalami hal seperti itu juga. Pembedahan
yang langsung melibatkan intestinal dapat menyebabkan penghentian dari
pergerakan intestinal sementara. Hal ini disebut paralytic ileus, suatu
kondisi yang biasanya berakhir 24 – 48 jam. Mendengar suara usus yang
mencerminkan otilitas intestinal adalah suatu hal yang penting pada
manajemen keperawatan pasca bedah.
10. Nyeri
Klien yang mengalami ketidaknyamanan defekasi seperti pasca bedah.
Hemorhoid biasanya sering menekan keinginan untuk defekasi guna

10
menghindari nyeri. Klien seperti ini akan mengalami konstipasi sebagai
akibatnya.
11. Iritan
Zat seperti makanan pedas, toxin bakteri dan racun dapat mengiritasi
saluran intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus.
12. Gangguan saraf sensorik dan motorik
Cedera pada sumsum tulang belakang dan kepala dapat menurunkan
stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisa membatasi
kemampuan klien untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia
tidak dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa
mengalami konstipasi atau seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia
karena sangat berkurangnya fungsi dari spinkter Ani.
2.7 SOP Bowel Training
Tahap Tindakan Nilai
0 1 2
Persiapan alat Obat-obatan (bila perlu)
dan bahan
Pispot
Kapas
Akuades
Kom kecil
Kom besar
Air
Perlak pengalas
Selimut mandi
Handuk mandi
Waslap
Bengkok
Handscoon

11
Handsanitizier
Pra interaksi Mengidentifikasi pasien dengan benar
Persiapan perawat (memasang APD)
Mempersiapkan alat dan bahan
Mencuci tangan
Orientasi Mengucapkan salam, memperkenalkan
diri, dan menyapa nama pasien
Menjelaskan tujuan dan prosedur yang
akan dilakukan
Menyampaikan kontrak waktu
Memberikan kesempatan pasien untuk
bertanya
Menanyakan persetujuan atau kesiapan
klien
Mempersiapkan lingkungan (menutup
sampiran)
Tahap kerja Sebelum memulai tindakan berikan
edukasi pada pasien untuk
meningkatkan asupan cairan, konsumsi
makanan tinggi serat, perbanyak asupan
air hangat, dan meningkatkan pola
aktivitas dan latihan agar merangsang
BAB
Pasang handscoon
Ganti selimut pasien dengan selimut
mandi
Lepaskan pakaian bawah pasien
Atur posisi pasien dengan posisi dorsal
recumbent

12
Pasangkan perlak pengalas di bawah
bokong pasien.
Letakkan pispot dibawah bokong
pasien
Lakukan massage pada daerah simfisis
pubis
Bila memungkinkan :
1. Perdengarkan kran air mengalir agar
pasien terangsang untuk BAB
2. Atur posisi pasien dengan jongkok
(posisi BAB) dan anjurkan untuk
mengedan supaya terangsang untuk
BAB
Jika belum terangsang untuk BAB,
berikan pelunak feses seperti obat
supositoria katartik (seperti dulkolax)
(kolon bagian bawah harus bebas dari
feses sehingga supositoria menyentuh
mukosa usus).
Bila pasien sudah selesai BAB,
bersihkan area genetalia pasien
kemudian keringkan dengan handuk
mandi
Rapikan pasien
Rapikan alat dan bahan
Cuci tangan
Terminasi Mengevaluasi perasaan pasien setelah
tindakan dilakukan
Kontrak waktu untuk tindakan

13
selanjutnya
Mengucapkan terima kasih dan salam
Dokumentasi Catat kriteria feses (warna, volume, dan
konsistensi) yang dikeluarkan pasien.
Catat keadaan pasien setelah dilakukan
tindakan

Nilai :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bowel training (pelatihan defekasi) adalah program pelatihan yang
dilakukan pada klien yang mengalami inkontinensia usus atau tidak mampu
mempertahankan control defekasi. Dalam proses defekasi terjadi dua macam
refleks yaitu refleks defekasi intrinsic dan refleks defekasi parasimpatis. Tujuan
dilakukannya bowel training ialah membantu dan melatih defekasi normal pada
pasien dengan konstipasi dan inkontinensia usus. Akan tetapi, perlu
diperhatikan bahwa tindakan ini tidak dapat dilakukan pada pasien diare.
Prinsip untuk melakukan bowel training ialah dengan memodifikasi cairan dan
nutrisi serta pola aktivitas dan latihan. Semua ini dilakukan untuk menormalkan
defekasi pasien. Masalah yang sering muncul berkaitan dengan defekasi ialah
konstipasi, impaksi feses, diare, fekal inkontinentia, flatulence, dan hemoroid.
Permasalahan ni dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, diet, intake
cairan, tonus otot, faktor psikologis, gaya hidup, obat-obatan, prosedur
diagnostic, anastesi dan pembedahan, nyeri, iritan, dan gangguan saraf sensorik
dan motoric.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan dapat menjadi bahan
pembelajaran agar dapat mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan
eliminasi termasuk prosedur pelaksanaannya.

15
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I Gusti Bagus Jenek Dwi. 2018. Makalah Praktik Memberikan Latihan
Defekasi (Bowel Training).
https://id.scribd.com/document/392802744/MAKALAH-PRAKTIK-
MEMBRIKAN-LATIHAN-DEFEKASI-BOWEL-TRAINING-docx, diakses
pada 09 September 2021
Siregar, Cholina Trisa. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3597/keperawatan-
cholina.pdf?sequence=1&isAllowed=y, diakses pada 09 September 2021

Anda mungkin juga menyukai