Anda di halaman 1dari 27

TUGAS INDIVIDU

KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN STRATEGIS PENDIDIKAN

“Kebijakan Praktek Kerja Lapangan di SMK Farmasi Pada Masa Pandemi

Dosen Pengampu:
Prof. Unifah,Rosyidi, M.Pd
Prof. Rugayah, M.Pd.

Disusun oleh:

Sapta Mupakat Tatar

NIM. 9911921005

PROGRAM STUDI DOKTOR MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI


JAKARTA
Kebijakan Pemerintah dalam Pelaksanaan Program Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di SMK pada Masa Pandemi

Abstrak

Kata kunci : Praktek kerja Lapangan, Pandemi, SMK Farmasi

Sapta Mupakat Tatar

Pelaksanaan PKL di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di masa pandemi


merupakan sebuah momentum dan kondisi baru dalam dunia Pendidikan. Kegiatan
PKL ini merupakan aktivitas rutin yang sudah berlansung selama bertahun-tahun.
Selama ini PKL bukan sesuat hal yang harus menjadi permasalahan di SMK. Namun
di masa pandemi lain lagi. Banyak kantor yang ditutup, sekolah ditutup, pabrik dan
perusahaan juga tutup. Hal ini dilakukan pemerintah untuk menjaga kesehatan
masyarakat, mencegah penularan virus yang berbahaya tersebut. Ada pendapat di
masayarakat yang menginginkan agar PKL tetap dilaksanakan, namun di sisi lain ada
yang menginginkan digantikan dengan tugas lainnya. Sulit membayangkan kesiapan
lulusan SMK memasuki dunia kerja apabila mereka tidak melakukan PKL.
Penelitian ini dilakukan di bulan Oktober 2021 sebagai bagian dari tugas mata
kuliah. Adapun metode penelitiannya adalah metode kualitatif deskriptif. Penelitaian
dilakukan dengan studi kepustakaan terhadap peraturan pemerintah, buku pedoman
PKL, dengan Teknik wawancara dengan mengirimkan google form juga.
Data diperoleh dari 16 peserta PKL di SMK Putra Jaya Batam dimana PKL
dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2021 di awal masa pandemi. Hasil Penelitian
menunjukkan banyak hal yang didapatkan siswa selama melaksanakan PKL seperti
pengalaman baru di dunia kerja, meracik obat, melayani pasien, memahami pembukuan di
sebuah Apotek ataupun Puskesmas, mengunjungi pabrik farmasi, membantu dokter dan
perawat dalam menangani pasien. Dari tingkat kepuasan dalam melaksanakan PKL
diperoleh data 50 % siswa sangat puas dengan pengalaman melaksanakan PKL, 18,25%
puas 31,25% cukup Puas. Dari 11 jenis Kompetensi Kefarmasian yang dinilai setelah PKL
data menunjukkan siswa mengalami peningkatan paling signifikan pada jenis tugas Menulis
etiket dan menempelkannya pada kemasan sediaan farmasi. Dari 16 Orang Siswa yang
dinilai terdapat 12 orang yang mengalami peningkatan kompetensi dalam melakukan
kegiatan ini sementara 4 orang lainnya tidak menunjukan kemampuan yang meningkat atau
tetap. Memberikan pelayanan obat bebas, bebas terbatas dan perbekalan kesehatan
Dari 16 Orang Siswa yang dinilai terdapat 15 orang yang mengalami peningkatan
kompetensi dalam melakukan kegiatan ini sementara 1 orang lainnya tidak menunjukan
kemampuan yang meningkat atau tetap. Untuk jenis kompetensi Melaksanakan prosedur
penyerahan obat dan berkomunikasi dengan pasien Dari 16 Orang Siswa yang dinilai
terdapat 15 orang yang mengalami peningkatan kompetensi dalam melakukan
kegiatan ini sementara 1 orang lainnya tidak menunjukan kemampuan yang
meningkat atau tetap
Ada beberapa saran yang diberikan peserta PKL terhadap guru, kepala sekolah
dan Pemerintah. Pelaksanaan PKL sudah selesai dilaksanakan, saatnya mereka
kembali lagi ke sekolah dan melanjutkan sekolah. PKL di masa pandemi dapat
terlaksana dengan protokol kesehatan yang ketat.

3
A. PENDAHULUAN

Bagi penyelenggara Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK), Praktek


kerja Lapangan adalah hal yang wajib dilakukan, karena merupakan bagian yang
sudah terintegrasi dalam kurikulum . Namun pada masa Pandemi banyak industry
yang tidak bersedia menerima kedatangan siswa untuk magang di kantor atau
perusahaan meskipun sudah bertahun-tahun melakukan kerjasama dengan sekolah.
Hal ini juga seiring kebijakan pemerintah yang menutup sekolah, perkantoran non
esensial, sementara para siswa SMK membutuhkan tempat praktek. Alasan utama
mengapa para siswa-siswi harus memiliki bekal ilmu pengetahuan dasar sesuai
bidangnya, agar dalam pelaksanaan PKL nanti tidak mengalami kendala yang berarti
dalam penerapan ilmu pengetahuan dasar.
Kemungkinan besar dalam proses praktek kerja industri mendapatkan ilmu-ilmu baru
yang tidak diajarkan di Lembaga Kejuruan terkait. Praktek kerja lapngan atau yang
disingkat dengan PKL merupakan kegiatan yang diupayakan dari sekolah yang
melibatkan siswa siswi khususnya SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dan
dilaksanakan di dunia industri untuk tujuan pendidikan. Dalam prakteknya, siswa
siswi yang terlibat dalam kegiatan PKL tentu akan mendapatkan bekal terlebih dahulu
dari pembimbingnya di sekolah.

Tujuan Pendidikan Menengah Farmasi yang merupakan bagian dari tujuan


pendidikan nasional adalah mendidik tenaga-tenaga farmasi yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila dan UUD 1945, 
memiliki integritas dan kepribadian, terbuka dan tanggap terhadap masalah yang
dihadapi masyarakat khususnya yang berhubungan dengan bidang kefarmasian.
            Menurut UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat
            Berdasarkan tujuan di atas, maka lulusan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Farmasi mampu:
1.  Melakukan profesinya dalam pelayanan kesehatan pada umumnya, khususnya  
pelayanan kefarmasian .
2.   Berperan aktif dalam mengelola pelayanan kefarmasian dengan menerapkan
prinsip administrasi, organisasi, supervisi dan evaluasi.
3.   Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, bersifat terbuka,
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan iptek dan berorientasi ke masa depan
serta mampu memberikan penyuluhan kefarmasian kepada masyarakat dengan
menjunjung tinggi martabat kemanusiaan.
4.    Membantu dalam kegiatan penelitian di bidang farmasi atau di bidang kesehatan
lainnya yang terkait.
Sekolah Menengah Kejuruan Putra Jaya Batam sebagai bagian tak
terpisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional juga wajib menterjemahkan tujuan
pendidikan kejuruan secara nasional menjadi tujuan pendidikan pada tingkat
kelembagaan dan/ atau sekolah
Dalam pelaksanaan pendidikan, proses pembelajaran yang terjadi tidak terbatas di
dalam kelas saja. Pengajaran yang berlangsung pada pendidikan ini lebih ditekankan
pada pengajaran yang menerobos di luar  kelas, bahkan di luar institusi pendidikan
seperti lingkungan kerja atau kehidupan masyarakat. Dalam hal ini praktek kerja
lapangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem program pengajaran
serta merupakan wadah yang tepat untuk mengaplikasikan pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diperoleh pada proses belajar mengajar (PBM).  
Menurut Undang Undang RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Praktek kefarmasian, maka
pekerjaan apoteker dan atau teknisi kefarmasian/Asisten Apoteker meliputi, industri
farmasi, (industri obat, obat tradisional, makanan dan minuman, kosmetika dan alat
kesehatan); Pedagang Besar Farmasi, Apotek, Toko Obat, Rumah Sakit, Puskesmas,
dan Instalasi Farmasi Kabupaten.
Sebelum pandemi, sekitar 4,33 juta atau 6 persen dari jumlah total anak
berusia 7-18 tahun putus sekolah karena berbagai sebab. Alasan utama adalah, faktor
5
ekonomi, baik karena harus bekerja, tidak ada biaya, menikah, mengurus rumah
tangga, maupun malu karena ekonomi (Susenas 2019). Semakin tinggi jenjang
sekolah, semakin tinggi proporsi angka putus sekolah. Tantangannya kemudian
semakin besar karena tidak semua provinsi mampu menyediakan anggaran yang
cukup dan memadai untuk menanggung pembiayaan Pendidikan di SMK. Krisis
akibat pandemi ini memberikan tantangan semakin besar dalam upaya meningkatkan
kualitas dan mengurangi kesenjangan pendidikan. Apa pun kebijakan yang diambil
akan menentukan masa depan Pendidikan.
Pemerintah di kemudian hari menerbitkan Peraturan tentang pelaksanaan
PKL di sekolah SMK, Ada beberapa ketentuan di dalamnya diantaranya…. Untuk
sekolah SMK yang harus bekerja dengan peralatan seperti mesin sulit untuk
melakukan PKL tanpa turun lapangan, berbeda dengan sekolah-sekolah yang bidang
keahliannya administrasi, jika dibat dalam bentuk video pembelajaran mungkin bisa
saja memahami, contohnya bidang marketing, Teknik-teknik pemasaran,
pembukuan, perjalanan wisata, dengan melihat video tutorial mereka aakan terbantu
dan bisa memahami pekerjaan d bidang tersebut. Namun praktik langsung di
lapangan akan sangat membantu mereka mendapatkan pengalaman langsung
berhadapan dengan calon costumer. Mentalitas mereka akan lebih teruji jika
mendapatkan pengalaman langsung di lapangan.
Pelaksanaan PKL ini, merupakan program SMK yang sangat ditunggu-
tunggu oleh peserta didik, karena saatnya bagi mereka menerapkan, memantapkan
dan meningkatkan kompetensi yang melibatkan praktisi ahli yang berpengalaman
dibidangnya melalui pembimbingan praktik. Peserta didik juga mendapat
pengalaman kerja langsung (real) di perusahaan/industri/instansi penempatan tentang
iklim kerja positif, etos kerja yang tinggi, budaya K3, wawasan pekerja,
produktivitas kerja yang berorientasi pada peduli mutu proses dan hasil kerja. Untuk
mengetahui bagaimana kebijakan pemerintah dalam melaksanakan PKL di masa
pandemi maka dibutuhkan suatu penelitian.

B. METODOLOGI
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2021 dengan lokasi di SMK Putra Jaya
Batam . Adapun pelaksanaan kegiatan PKL adalah pada BUlan Maret sampai
Agustus 2021. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif kualitatif
Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dengan mengkaji berbagai
pemerintah, buku pedoman siswa PKL, laporan PKL dan meminta siswa dan guru
mengisi google Form yang dibagikan lewat email dan Whats Up serta melakukan
wawancara online

Pertanyaan Penelitian yang diberikan adalah seputar kegiatan yang dilakukan oleh
siswa selama Mengikuti PKL di Masa Pandemi. Hasil Yang hendak diukur adalah
untuk mengetahui hasil penilaian kompetensi kefarmasian setelah mengikuti PKL di
beberapa Apotik dan Puskesmas adapun aspek yang diukur adalah antara lain
sebagaimana Penilaian standar kompetensi Tenaga Teknis Kefarmasian ini disusun
mengacu pada Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
573/MENKES/SK/VI/2008 tentang standar profesi Asisten Apoteker (Tenaga Teknis
Kefarmasian/TTK). Berikut adalah unit dan elemen kompetensi Tenaga Teknis
Kefarmasian sesuai jenjang pendidikan SMK Farmasi.

1.     Mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan:


o Memeriksa ketersediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
o Memeriksa persediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang
mendekati waktu kadaluarsa
2.     Memesan sediaan farmasi dan Perbekalan kesehatan:
o Memesan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan berdasarkan permintaan/
pesanan dari apoteker yang dituliskan dalam Surat Pesanan (SP)
3.     Menerima sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan:
o Menerima sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dan memeriksa
kesesuaian pesanan
o Memeriksa keadaan fisik sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
4.     Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi:
o Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai golongannya

7
o Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai bentuk
sediaannya
o Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai sifat fisika dan
kimia berdasarkan informasi dalam kemasan
5.     Melakukan administrasi dokumen sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan:
o Melakukan pengelompokan faktur pembelian dan resep
o Menyiapkan, mengisi dan menyimpan kartu stok
6.     Menghitung/kalkulasi biaya obat dan perbekalan kesehatan:
o Menghitung jumlah sediaan farmasi/ perbekalan kesehatan dalam resep
o Menghitung biaya
o Menginformasikan jumlah biaya
7.     Melaksanakan prosedur penerimaan dan penilaian resep:
o Mampu mambaca dan menilai kelengkapan resep
o Mampu membuat salinan resep
8.     Melaksanakan proses peracikan sediaan farmasi sesuai permintaan dokter:
o Menyiapkan/mengambil sediaan farmasi
o Meracik sediaan farmasi di bawah pengawasan Apoteker dan mengemasnya
9.     Menulis etiket dan menempelkannya pada kemasan sediaan farmasi
10.  Memberikan pelayanan obat bebas, bebas terbatas dan perbekalan kesehatan
11.  Melaksanakan prosedur penyerahan obat dan berkomunikasi dengan pasien
(memberikan KIE)
Yang ingin diketahui adalah bagaimana perkembangan kompetensi siswa selama
mengikuti PKL dalam aspek tersebut, apakah yan dialami oleh siswa dalam
menjalankan tugasnya selama PKL menunjukkan peningkatan ke arah yang lebih
baik?
II. KERANGKA TEORI

A. Praktik kerja Lapangan dan dunia kerja lulusan SMK

Tenaga kerja berkualitas akan terlahir dari sistem pendidikan yang juga
berkualitas, yang mampu mengimplementasikan ilmu dengan
keterampilan yang dibutuhkan dunia usaha maupun dunia industri
(DU/DI). Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tersebut, pemerintah
melaksanakan program pendidikan keahlian dan keterampilan melalui
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK memiliki peran strategis
dalam menghasilkan tenaga kerja menengah yang terampil. Pemerintah
telah melakukan berbagai upaya meningkatkan mutu SMK melalui
berbagai kebijakan, di antaranya melalui Instruksi Presiden (Inpres)
Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK). Inpres tersebut ditujukan kepada 12 menteri, 34 gubernur, dan 1
kepala badan. Inpres tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu lulusan
SMK dengan melakukan sinergi antara menteri, kepala lembaga, dan
gubernur untuk saling bekerja sama sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing.
.Lulusan dan angkatan kerja SMK didominasi oleh tiga bidang
keahlian, yaitu Teknologi dan Rekayasa, Bisnis dan Manajemen, dan
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Data menunjukkan bahwa jumlah
lulusan SMK tahun 2019 terbanyak pada bidang keahlian Teknologi dan
Rekayasa, Bisnis dan Manajemen, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(Tabel 1). Jumlah lulusan SMK bidang keahlian Teknologi dan Rekayasa

9
sebanyak 513.960 (32,4%), Bisnis dan Manajemen 398.774 (25,1%), dan
Teknologi Informasi dan Komunikasi sebanyak 360.997 (22,7%). Secara
akumulasi, jumlah lulusan dari tiga bidang keahlian tersebut mencapai
80,2% dari keseluruhan lulusan SMK di Indonesia. Sementara jumlah
lulusan SMK yang paling sedikit yaitu bidang keahlian Energi dan
Pertambangan 4.222 (0,3%) dan bidang keahlian Seni dan Industri kreatif
19.279 (1,2%).(Jawa, 2021)

Dalam data lulusan tersebut, data juga menunjukkan angkatan


kerja berlatar pendidikan SMK terbanyak juga pada bidang Teknologi dan
Rekayasa (48,15%), bidang Bisnis dan Manajemen sebesar (28,93%), dan
bidang Teknologi dan Informasi sebesar 7,75%. Jumlah angkatan kerja SMK
dari tiga bidang keahlian ini mencapai 84,83%. Direktorat Pembinaan
SMK, 2019

Menurut Spath et al dalam Hecklau et al (2016:2) menjelaskan bahwa


“the concept of industry 4.0 describes the increasing dignatization of the entire
value chain and the resulting interconnection of people, objects and system
throught real time and exchange”. Keahlian yang harus dimiliki oleh tenaga kerja
pada era revolusi industri 4.0 harus bisa mengikuti perkembangan zaman
sekarang. Keahlian itu seperti dinyatakan Gehrke et al (2015:13) diantaranya
yaitu, pengetahuan dan kemampuan IT, manajemen pengetahuan, kemampuan
pemrograman (coding), pemrosesan serta analisis data dan informasi,
pengetahuan tentang teknologi dan organisasi, pengetahuan tentang statistik,
kemampuan berinteraksi baik itu antara muka/modern (manusiamesin/ manusia-
robot), manajemen diri dan waktu,kemampuan beradaptasi, mengikuti
perkembangan teknologi baru, mempunyai pola pikir untuk terus belajar,
kemampuan kerja tim, keterampilan sosial dan kemampuan berkomunikasi.
(Sudana, 2017)

B. Perencanaan kebijakan Pendidikan SMK di Masa Pandemi.


Pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak hanya soal bagaimana guru
menyampaikan pembelajaran secara daring atau luring, tetapi juga bagaimana
menyesuaikan model pembelajaran dengan kondisi peserta didik. Perbedaan latar
belakang sosial peserta didik yang selama ini disetarakan melalui pembelajaran
tatap muka di sekolah, kini menjadi terbuka dan memunculkan kesenjangan. Guru
sebagai akronim dari “digugu” dan “ditiru”, adalah produksi kebudayaan manusia
Indonesia yang asli. Dengan hadir di dalam kelas secara langsung dan mengajari
murid-muridnya untuk mahir membaca, menulis, dan berbicara, guru leluasa
melakukan akulturasi. Lebih dari itu, guru berkesempatan untuk mengamati dan
menilai sikap dan perilaku murid-muridnya secara langsung. Cara murid duduk,
menatap, berekspresi, dan menunjukkan eksistensi diri, bisa dipantau langsung
dari waktu ke waktu. Bagaimana murid bersikap kepada guru dan teman-teman,
bekerja sama dan tenggang rasa, menghadapi masalah dan lain-lain, bisa
diobservasi juga dinilai oleh guru di dalam kelas.

Masalah utama pendidikan di Tanah Air selama ini kesenjangan


pendidikan, baik antara si kaya dan si miskin, antara kota dan desa, serta Jawa dan
luar Jawa. Kondisi ini berkorelasi positif pada akses pendidikan yang
berkualitas.Untuk mengatasi berbagai Pemerintah tidak bisa hanya
mengandalkan kemandirian guru dan sekolah untuk berinovasi menciptakan
berbagai solusi praktis pembelajaran di masa pandemi.  Pemerintah, baik di pusat
maupun daerah, harus mempunyai solusi praktis untuk membangun situasi
pembelajaran yang lebih adaptif, yang lebih memampukan peserta didik untuk
lebih bisa memanfaatkan berbagai media pembelajaran di sekitarnya, termasuk
kemampuan para guru. Harus dilakukan evaluasi secara menyeluruh pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh untuk mengetahui dan membenahi kekurangan
pembelajaran jarak jauh. Harus ada solusi dan petunjuk teknis yang konkrit dalam
penggunaan dana BOS untuk pembelian kuota internet , pembelajaran luring pun
tidak bisa optimal karena tempat tinggal peserta didik berjauhan dan banyak yang
berada di wilayah pegunungan dengan akses transportasi yang sulit. Permasalahan
PKL akibat pandemi, ada beberapa alternatif yang dapat ditawarkan seperti:

11
1. PKL Virtual
2. Kolaborasi dengan Dunia Usaha dan dunia Industri
3. Pembelajaran jarak jauh tidak harus mengandalkan teknologi. Misalnya, ada
guru-guru yang menggunakan jejaring Whatsapp, antar jemput tugas (peserta
didik), juga guru kunjung meski ada keterbatasan. Ini harus didorong secara
struktural melalui kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada seluruh peserta
didik, terutama peserta didik yang miskin
4. Pembelajaran semi daring atau kombinasi pembelajaran daring dan luring bisa
menjadi alternatif untuk menghadirkan pembelajaran yang efektif selama
pandemi Covid-19 di tengah keterbatasan akses teknologi dan akses internet.
Model pembelajaran ini juga untuk menjaga kedekatan guru dengan peserta
didik selama pembelajaran jarak jauh. Dalam model semi daring ini, guru
memanfaatkan telepon genggam untuk berkomunikasi dengan peserta didik,
baik ketika akan memberikan tugas-tugas maupun untuk memberikan
bimbingan kepada peserta didik yang membutuhkan.
5. Peserta didik hanya datang ke sekolah saat mengambil tugas dari guru dan
menyerahkan tugas yang sudah dikerjakan dengan tetap menjalankan protokol
kesehatan yang ketat. Karena tidak semua peserta didik mempunyai telepon
genggam, informasi yang diberikan guru melalui Whatsapp ke peserta didik
yang satu diteruskan ke peserta didik lainnya. Jadwal pengambilan tugas setiap
Senin untuk dikumpulkan setiap Sabt

C. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di SMK


Beberapa sekolah ada yang mewajibkan bagi peserta didiknya untuk
melakukan prakerin (Praktek Kerja Industri) selama beberapa bulan. Meskipun
banyak peserta didik sering mengeluh karena harus bekerja tanpa digaji, namun
prakerin penting dilakukan. Prakerin (Praktek Kerja Industri) adalah kegiatan
pendidikan, pelatihan dan pembelajaran yang dilaksanakan didunia usaha atau
dunia industri yang relevan dengan dengan kompetensi (kemampuan) peserta
didik sesuai bidangnya. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan prosedur
tertentu, bagi peserta didik yang bertujuan untuk magang di suatu tempat kerja,
baik dunia usaha maupun di dunia industri setidaknya sudah memiliki
kemampuan dasar sesuai bidang yang digelutinya. Dan juga sudah mendapatkan
bekal dari pembimbing di sekolah untuk memiliki ilmu-ilmu dasar yang akan
diterapkan dalam dunia usaha atau dunia Industri. Alasan utama mengapa para
peserta didik-siswi harus memiliki bekal ilmu pengetahuan dasar sesuai
bidangnya, agar dalam pelaksanaan prakerin nanti tidak mengalami kendala yang
berarti dalam penerapan ilmu pengetahuan dasar.Kemungkinan besar dalam
proses praktek kerja industri mendapatkan ilmu-ilmu baru yang tidak diajarkan di
Lembaga Kejuruan terkait.
Menurut Fitriyanto (2006), kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi
individu yang meliputi kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya
kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan
yang diperlukan pada setiap pekerjaan baik bagi orang yang sudah bekerja
maupun yang belum bekerja, sehingga mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan ketentuan. Kesiapan kerja menjadi penting untuk diteliti karena manusia
memiliki keinginan untuk hidup, untuk memenuhi kebutuhan seharihari manusia
membutuhkan kerja (Sugiarto, 2015), dan untuk memperoleh pekerjaan
dibutuhkan kesiapan kerja. Para pencari kerja yang belum mempunyai
pengalaman menjadi begitu rentan untuk sulit mendapat pekerjaan karena dari
berbagai penelitian seperti WEG dan PEG menunjukan bahwa pengalaman
sangatlah membantu (Pool dan Sewell, 2007). PKL (Peraktek Kerja Lapangan)
adalah bagian dari kurikulum pembelajaran SMK dimana penerapan peraktek
kerja lapangan (PKL) ini memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dikemenjur
(2008) menyebutkan bahwa tujuan praktek kerja lapangan adalah pemenuhan
kompetensi sesuai tuntutan kurikulum, implementasi komptensi kedalam dunia
kerja, dan penumbuhan etos kerja. Praktik kerja lapangan bermanfaat bagi peserta
didik untuk memperoleh pengalaman di dunia kerja.
Setelah melaksanakan praktik kerja lapangan, peserta didik diharapkan
dapat memiliki pengalaman dan sikap profesionalisme, serta keterampilan yang
matang untuk bekerja. Dalam realitanya, untuk memperoleh tempat praktik siswa
dihadapkan pada persoalan terbatasnya jumlah dan jenis dunia usaha/industri yang
mau menerimanya sebagai siswa praktikan, selain itu terkadang siswa
13
mendapatkan tempat praktek kerja lapangan yang fasilitas atau alat-alat yang
kurang. Persoalan tersebut seringkali membuka peluang bagi siswa untuk hanya
sekedar melewatinya sebagai bagian dari proses pendidikannya. Banyak siswa
yang tidak peduli bahwa praktik kerja yang dijalani sesuai atau tidak dengan
program keahliannya, bahkan praktik kerja yang dilakukan ada yang hanya
terkesan formalitas saja, sehingga pengalaman yang didapat ketika praktik kerja
lapangan belum sesuai dengan harapan dapat terserap oleh peserta didik.
(Psikologi & Samarinda, 2016)
Program pembelajaran dengan melibatkan industri, diharapkan peserta
didik mampu menguasai aspek-aspek kompetensi yang menjadi tuntutan
kurikulum industri dan peserta didik dapat mengenal lebih awal tentang dunia
kerja. Pelaksanaan Prakerin dengan melibatkan industri dalam bentuk kerjasama
SMK dan IDUKA, industry dapat berperan antara lain industry sebagai tempat
praktik bagi peserta didik, penyediaan dana untuk pelaksanaan sistem ganda,
merancang program pendidikan, dan implementasi program sampai pada evaluasi
hasil belajar peserta didik di pendidikan kejuruan. Pengelolaan hubungan kerja
dalam kegiatan praktik kerja industri diawali dengan perencanaan secara tepat
oleh pihak sekolah dan pihak industri, agar dapat terlaksana secara efektif dan
efisien. Realita di lapangan pelaksanaan prakerin masih jauh dari harapan seperti
kondisi ideal. Pelaksanaan Prakerin masih pada taraf formalitas, dimana program
prakerin dilaksanakan oleh semua SMK, dengan teknis peserta didik selama 4- 6
bulan melaksanakan Prakerin di industri atau di instansi terkait. Indikator
sinkronisasi kurikulum sekolah dan kurikulum masing-masing industri sebagai
tempat prakerin siswa SMK belum maksimal mencapai target program Prakerin.
(Nurita & Astuti, 2020)

Dalam rangka meningkatkan hasil lulusan yang sesuai dengan kebutuhan


dunia usaha dan industry, atau lulusannya dapat memiliki kemampuan untuk
bekerja, melanjutkan pendidikan dan wirausaha, maka setiap sekolah yang di
observasi menerapkan system manajemen mutu yang mengacu pada ISO
9001:2008, yaitu yang berkenaan dengan persyaratan system manajemen mutu
(Quality Management System Requirements). Dimana sekolah menerapkan
langkahlangkah system manajemen mutu sebagai berikut; (1) Identifikasi proses
pelayanan/ bisnis/pendidikan; (2) Menetapkan kebijakan mutu; (3) Menetapkan
sasaran mutu dan rencana manaj emen mutu; (4) Identifikasi kebutuhan dokumen;
(5) Membuat dokumen pedoman dan prosedur mutu; dan (6) Membuat dokumen
intruksi kerja Setelah hal tersebut dilakukan, selanjutnya sekolah melakukan
penerapan system manajemen mutu, dengan cara sebagai berikut; (1) Sosialisasi
dokumen yang digunakan; (2) Penerapan dokumen sistem 203 Pengembangan
Model Manajemen Mutu Pendidikan pada SMK di Kota Bandung...... (Endang
Herawan) ISSN 1412-565 X mutu; (3) Pemantauan penerapan ISO 9001; (4)
Melakukan tinjauan manajemen; (5) Mengumpulkan catatan; dan (6) Membuat
laporan kinerja penerapan ISO 900 .(Universitas & Indonesia, 2008)

Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) antara lain sebagai berikut: (a)
Mengaktualisasikan model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
antara SMK dan Institusi Pasangan Dunia Usaha atau Dunia Industri(DU/DI)
yang memadukan secara sistematis dan sistemik program pendidikan di sekolah
(SMK) dan program latihan penguasaan keahlian di dunia kerja (DU/DI); (b)
Membagi topik-topik pembelajaran dari Kompetensi Dasar yang dapat
dilaksanakan di sekolah (SMK) dan yang dapat dilaksanakan di Institusi Pasangan
(DU/DI) sesuai dengan sumberdaya yang tersedia di masing-masing pihak; (c)
Memberikan pengalaman kerja langsung (real) kepada peserta didik dalam rangka
menanamkan (internalize) iklim kerja positif yang berorientasi pada peduli mutu
proses dan hasil kerja; (d) Memberikan bekal etos kerja yang tinggi bagi peserta
didik untuk memasuki dunia kerja dalam menghadapi tuntutan pasar kerja global.
(Sudana, 2017)

Pandemi Covid-19 memaksa dunia pendidikan berakrobat agar proses


belajar-mengajar terus berlangsung dan tujuan pembelajaran di sekolah tercapai.
Tak mudah, terutama bagi sekolah menengah kejuruan (SMK) yang materi
ajarnya lebih banyak praktek. Para murid juga diwajibkan praktek kerja lapangan
(PKL) di perusahaan-perusahaan. Namun demikian, pandemi membuat
Pemerintah membatasi mobilitas sosial untuk mencegah penyebaran virus.

15
Pemerintah DKI Jakarta memulainya pada 10 April 2020. Perkantoran, kegiatan
usaha, dan transportasi umum dibatasi. Sekolah bahkan ditutup, dan proses belajar
mengajar dilakukan secara daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). PKL harus
dilaksanakan di tempat kerja atau perusahaan. Akibatnya, ketika peserta PKL
mengajukan permohonan PKL, banyak perusahaan yang menolak. "Entah itu
karena mereka masih menerapkan kebijakan WFH, juga karena perusahaan-
perusahaan itu tidak bisa memberikan tugas-tugas kepada peserta untuk
dikerjakan dari rumah." Karenanya, ia menambahkan, mau tidak mau sekolah
harus melakukan penyesuaian kembali agar para peserta didik tetap dapat
menerapkan program keahliannya sekaligus menyerap pengalaman di dunia kerja.
Salah satunya dengan mengarahkan para peserta didik agar dapat melaksanakan
PKL pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sekolah memilihkan
UMKM yang berlokasi di sekitar kediaman peserta didik. Selain pertimbangan
lokasi serta kuantitas yang jauh lebih banyak, dengan melaksanakan PKL pada
UMKM diharapkan para peserta didik juga dapat meningkatkan serta
memberdayakan usaha kecil yang ada saat ini.

D. Pelaksanaan PKL dan kebijakan Pemerintah

Pandemi Covid-19 yang mewabah di berbagai penjuru Tanah Air telah


memaksa proses pendidikan dilakukan melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ). Guna
meminimalisasi berbagai kendalanya, pemerintah pun melakukan “Penyesuaian
Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19”.
Dengan belajar dari rumah, baik siswa maupun guru memiliki pengalaman belajar
yang berbeda dibandingkan sebelumnya, baik dari sisi rutinitas maupun intensitas.
Dari sisi rutinitas, banyak siswa tidak setiap hari belajar dari rumah. Umumnya siswa
belajar 2-4 hari seminggu, khususnya siswa pada tingkat SMP, SMA, dan SMK.
Sedangkan sebagian besar siswa SD masih belajar setiap hari. Siswa SMK
merupakan yang paling rentan karena hampir 20% dari mereka melakukan
pembelajaran seminggu sekali atau tidak menentu. Hal ini terutama karena siswa
SMK membutuhkan kegiatan praktik yang sarananya ada di sekolah.(Jawa, 2021)
Terkait pembelajaran jarak jauh selama kondisi pandemi saat ini,
Kemendikbud telah menghadirkan beberapa inisiatif untuk mendukung pelaksanaan
belajar dari rumah guna memastikan hak belajar setiap anak terpenuhi. Meski,
sejumlah kendala kerap terjadi, di antaranya kesulitan guru dalam mengelola PJJ,
tidak semua orang tua dapat melakukan pendampingan secara sempurna kepada
anak-anak untuk belajar dirumah, serta peserta didik mengalami kesulitan dalam
berkonsentrasi untuk belajar. 
Pembelajaran praktik bagi peserta didik SMK kelas X dan XI tahun pelajaran
2019/2020 untuk program 3 (tiga) tahun atau peserta didik SMK kelas X, XI, dan
XII untuk program 4 (empat) tahun dapat dilaksanakan oleh SMK dengan ketentuan
sebagai berikut: a. Bagi peserta didik SMK yang tidak dapat melaksanakan
pembelajaran praktik secara daring dalam masa penetapan wabah Covid-19, maka
sekolah dapat memberikan materi pembelajaran praktik dimaksud di sekolah
sebelum berakhimya masa pelajaran tahun 2019/2020 atau pada tahun pelajaran
berikutnya setelah berakhimya masa penetapan wabah Covid-19 oleh pemerintah
pusat; b. Pembelajaran praktik pada huruff a dilaksanakan dengan sistem blok
setelah pembelajaran teori selesai dilaksanakan. 2. Praktik Keija Lapangan (PKL)
bagi peserta didik SMK kelas XI tahun pelajaran 2019/2020 untuk program 3 (tiga)
tahun atau peserta didik SMK kelas XI, dan XII untuk program 4 (empat) tahun
dapat dilaksanakan oleh SMK dengan ketentuan sebagai berikut: a. Peserta didik
yang belum menyelesaikan PKL sesuai dengan waktu yang ditetapkan sebagai akibat
penetapan masa Covid-19, maka peserta didik dimaksud dianggap telah
menyelesaikan PKL; b. Peserta didik yang sama sekali belum melaksanakan PKL
sebagai akibat penetapan masa Covid-19, maka sekolah dapat mengganti kegiatan
PKL dengan tugas sebagai berikut: 1) Melakukan tugas-tugas berbasis proyek
dan/atau pembelajaran berbasis masalah dapat dilakukan bekeijasama dengan DUDI
dan/atau dilakukan secara mandiri oleh sekolah; 2) melaksanakan kegiatan
kewirausahaan yang dilakukan oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok
kecil di bawah pengawasan guru ( dibuktikan dengan laporan kinerja dan portofolio
usaha, 3) Mengikuti pengenalan dunia kerja/job orientation yang dilakukam melalui
kegiatan kerjasama dengan mitra dudi.(No Title, 2020)

Pasal 4 (1) Peserta Didik pada SMK/MAK, SMALB, dan LKP melaksanakan
PKL di dunia kerja. (2) Dunia kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a.
17
dunia usaha; b. dunia industri; c. badan usaha milik negara/badan usaha milik
daerah; d. instansi pemerintah; atau e. lembaga lainnya. Pasal 8 (1) Penyelenggaraan
PKL dilaksanakan secara luring dan/atau daring. (2) PKL yang dilaksanakan secara
luring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan praktik pembelajaran
secara langsung oleh Peserta Didik di dunia kerja. (3) PKL yang dilaksanakan secara
daring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukkan bagi pembelajaran
kompetensi keahlian berbasis teknologi informasi dan komunikasi. (4) Selain untuk
pembelajaran kompetensi keahlian berbasis teknologi informasi dan komunikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), PKL dapat dilaksanakan secara daring dalam
keadaan tertentu. - 6 - jdih.kemdikbud.go.id (5) Keadaan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) meliputi: a. bencana alam; b. bencana non-alam; atau c.
kondisi geografis. (6) Pelaksanaan PKL secara daring sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dan ayat (4) dilakukan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari dunia
kerja.

Pemerintah melalui mendikbud pun menegaskan bahwa kelangsungan belajar


mengajar yang tidak dilakukan di sekolah tersebut juga menimbulkan dampak
negatif yang berkepanjangan. Itulah alasannya mengapa kita harus punya dua prinsip
kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19. Keempat kementerian ini pun
sepakat bahwa ada prinsip kesehatan dan keselamatan yang harus diprioritaskan.
Tapi, ada juga prinsip tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial yang
harus menjadi pertimbangan. Untuk mengantisipasi konsekuensi negatif dan isu dari
Pembelajkaran jarak jauh, Kemendikbud beserta tiga kementerian telah
mengeluarkan dua kebijakan baru. Yakni, perluasan pembelajaran tatap muka untuk
zona kuning dan meluncurkan kurikulum darurat. 
Artinya, untuk sekolah yang berada di zona hijau dan zona kuning, pemerintah
memperbolehkan sekolah melakukan pembelajaran tatap muka dengan tetap
mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Adapun ketentuan zona hijau dan kuning
merujuk pada monitoring Covid-19 yang ada di Satuan Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19. Pemerintah memperbolehkan, namun tidak mewajibkan.
Meski demikian, pembelajaran tatap muka sekolah yang berada di zona kuning dan
hijau tetap harus mendapat persetujuan dari berbagai pihak terkait, yakni pemda,
kepala dinas, pihak sekolah, dan juga orang tua. Adapun implementasi dan evaluasi
pembelajaran tatap muka merupakan tanggung jawab pemda yang didukung oleh
pemerintah pusat. Karenanya, dinas pendidikan, dinas kesehatan provinsi atau
kabupaten/kota, serta kepala satuan pendidikan agar terus berkoordinasi dengan
Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 untuk memantau risiko Covid-19 di
daerah. Adapun kurikulum darurat disiapkan untuk memudahkan proses
pembelajaran sehingga peserta didik merasa tidak terbebani dalam masa pandemi ini.
Kurikulum ini merupakan penyederhaan kompetensi dasar yang mengacu kurikulum
2013, sehingga fokus kepada kompetensi yang menjadi prasyarat kepada jenjang
selanjutnya dan berlaku sampai akhir tahun ajaran. Meski demikan, satuan
pendidikan juga tidak diwajibkan menggunakan kurikulum darurat. Khusus tingkat
PAUD dan SD, pemerintah sendiri telah menyiapkan  modul yang bisa dilaksanakan
oleh guru dan orang tua.
Dalam surat keputusan bersama (SKB) Menteri sebelumnya, pembelajaran
tatap muka dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.
Pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan yang memenuhi kesiapan
dilaksanakan secara bertahap, diawali dengan masa transisi selama dua bulan. Jika
aman, dilanjutkan dengan masa kebiasaan baru. Selain itu, kepala satuan pendidikan
juga wajib melakukan pengisian daftar periksa yang telah didapatkan dari standar
Kementerian Kesehatan dan Satuan Tugas

Pemerintah banyak menerima masukan dari peserta didik SMK yang merasa
kesulitan memahami pembelajaran melalui Pembelajaran . Jika kondisi ini terus
berlangsung, dikhawatirkan lulusan SMK pada masa pandemi juga menjadi tidak
kompeten. Karena itu,pemerintah telah melakukan penyesuaian terkait dampak yang
timbul akibat PJJ selama masa pandemi Covid-19. Keputusan tersebut juga telah
tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri Nomor 4/2020
tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi Covid-19.

Melalui keputusan tersebut, SMK di seluruh daerah diperbolehkan melakukan


pembelajaran secara tatap muka, namun hanya untuk pembelajaran praktik karena
adanya kebutuhan praktikum. Pembelajaran praktik tersebut pun tetap harus
dilakukan dengan menerapkan prokes yang ketat. Realisasinya di lapangan
19
diserahkan kepada SMK dengan tetap berkoordinasi dengan satuan gugus tugas
setempat dan dinas pendidikan," katanya. Direktur Sekolah Menengah Kejuruan
Kemendikbud, M. Bakrun menambahkan, diizinkannya pembelajaran tatap muka di
SMK karena mata pelajaran praktek merupakan keahlian inti SMK. Sehingga,
pembelajaran praktek sebagai mata pelajaran produktif bagi peserta didik diizinkan
di semua zona dengan wajib menerapkan protokol kesehatan.
“Direktorat SMK telah menerbitkan pedoman di antaranya pedoman pembelajaran
peserta didik, pengelolaan sarana dan prasarana termasuk dalam hal pelaksanaan
praktik. Kita sudah sebarkan ke Kepala Bidang SMK di tingkat provinsi. Menurut
mantan Direktur Utama PT Angkasa Pura I, Wimbo Hardjito, pendidikan di SMK
akan kehilangan esensinya jika peserta didik tidak bisa menjalankan praktek kerja
lapangan. "Pemerintah mestinya mencari jalan agar perusahaan tetap bersedia
menerima peserta didik SMK yang hendak kerja praktek," Tujuan PKL adalah
melahirkan insan akademis yang bisa menjembatani relevansi keilmuan teoritis dan
terapan dalam bidang keilmuannya. 2. Tujuan PKL adalah membina mentalitas dan
kompetensi Siswa yang sejalan dengan disiplin keilmuan program studi sesuai
keilmuannya. 3. Tujuan PKL adalah melatih kemampuan manajerial dan
keterampilan serta memupuk kemampuan beradaptasi dan daya tangkap Siswa dalam
menjalankan tugas dan kewajiban yang diembankan kepadanya. 4. Tujuan PKL
adalah membentuk pola pikir yang konstruktif pola pikir bagi siswa-siswi PKL.
Sehingga dapat melihat peluang di masa depan. 5. Tujuan PKL adalah melatih siswa
untuk berkomunikasi atau berinteraksi secara profesional di dunia kerja yang
sebenarnya. Sehingga tidak merasa takut atau canggung lagi berkomunikasi secara
profesional. 6. Tujuan PKL adalah membentuk etos kerja yang baik bagi siswa-siswi
PKL. Sehingga kedepannya siswa dapat menjadi sosok lulusan dan berkualitas. 7.
Tujuan PKL adalah dapat menambah jenis keterampilan yang dimiliki oleh siswa
agar dapat dikembangkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. 8.
Tujuan PKL adalah menjalin kerjasama yang baik antara sekolah dengan dunia
industri maupun dunia usaha.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Penelitian terhadap pelaksanaan PKL sebelumnya telah dilakukan oleh Nur
Aulya Rizki , Bambang Suyadi , Retna Ngesti Sedyati. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa praktik kerja industri memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kemampuan penguasaan hardskill siswa kelas XI Program Keahlian
Teknik Komputer dan Jaringan SMK Negeri 5 Jember Tahun Ajaran 2016/2017
dengan besaran pengaruh sebesar 72,3%, sedangkan sisanya yaitu 27,7%
dipengaruhi variabel bebas lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini meliputi
program Project Work, pendidikan informal, prestasi belajar kewirausahaan, dan
penguasaan mata diklat produktif.(Rizki et al., 2017) Kemudian peneliti lainnya
dengan judul Pengelolaan Praktik Kerja Industri Pada Program Keahlian Teknik
Pemesinan Smk Se-Kabupaten Kulon Progo oleh Suwarman SMKN 2 Pengasih
Kulon Progo. Evaluasi pembelajaran dilakukan oleh semua industri. Pada aspek
manfaat, siswa merasakan manfaat yang sangat besar dengan skor 340,16, sekolah
merasakan manfaat yang besar dengan skor 8,88, dan industri merasakan manfaat
yang besar dengan skor 57,5.(Yogyakarta, n.d.)

Dalam penelitian lain dengan judul Evaluasi Pelaksanan Praktik Kerja Industri
(Prakerin) Pada Mata Diklat Produktif Di Smk Sunan Giri Menganti Gresik oleh
Imam Susanto. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya perubahan
nilai dari tes setelah prakerin. Sedangkan dari angket respon siswa dan bengkel
masing-masing jawaban yang didapat mengacu pada perlu adanya evaluasi
terhadap bimbingan guru pendamping prakerin. Lahan rata-rata yang sangat tinggi.
(Pelaksanan et al., 2015)

Dalam Penelitian kali ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif,


karena bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan Pelaksanaan
Kegiatan Program Kerja Lapangan di SMK Swasta Putra Jaya Batam tahun
Pelajaran 2020/2021 Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengerti,
memahami dan menganalisis secara mendalam bagaimana pelaksanaan PKL di
Masa Pandemi, kemudian menafsirkan, memaknai fenomena dan peristiwa yang
sesuai dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan mengirimkan
instrument penelitian kepada pihak sekolah untuk diisi siswa, kemudian pertanyaan
tersebut dirangkum dan dianalisa. Pertanyaan ditujukan untuk melihat sejauh mana
hasil PKL yang dilakukan berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi
kefarmasian siswa. Ada 16 responden siswa yang mengisi link google form, 1

21
orang guru pembimbing dan 1 orang wakil kepala sekolah. Data juga didapatkan
dari telaah laporan PKL serta wawancara kepada guru pembimbing. Berikut
disajikah hasil PKL dari penilaian terhadap kompetensi kefarmasian pada siswa
setelah mengikuti PKL.
1.     Mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan:
o Memeriksa ketersediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
o Memeriksa persediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang
mendekati waktu kadaluarsa
Dari 16 Orang Siswa yang dinilai terdapat 13 orang yang mengalami
peningkatan kompetensi dalam melakukan kegiatan ini sementara 3 orang
lainnya tidak menunjukan kemampuan yang meningkat atau tetap
2.     Memesan sediaan farmasi dan Perbekalan kesehatan:
o Memesan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan berdasarkan
permintaan/ pesanan dari apoteker yang dituliskan dalam Surat Pesanan
(SP)
Dari 16 Orang Siswa yang dinilai terdapat 14 orang yang mengalami
peningkatan kompetensi dalam melakukan kegiatan ini sementara 2 orang
lainnya tidak menunjukan kemampuan yang meningkat atau tetap

3.     Menerima sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan:


o Menerima sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dan memeriksa
kesesuaian pesanan
o Memeriksa keadaan fisik sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
Dari 16 Orang Siswa yang dinilai terdapat 14 orang yang mengalami
peningkatan kompetensi dalam melakukan kegiatan ini sementara 2 orang
lainnya tidak menunjukan kemampuan yang meningkat atau tetap

4.     Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi:


o Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai golongannya
o Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai bentuk
sediaannya
o Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai sifat fisika
dan kimia berdasarkan informasi dalam kemasan
Dari 16 Orang Siswa yang dinilai terdapat 13 orang yang mengalami
peningkatan kompetensi dalam melakukan kegiatan ini sementara 3 orang
lainnya tidak menunjukan kemampuan yang meningkat atau tetap

5.     Melakukan administrasi dokumen sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan:


o Melakukan pengelompokan faktur pembelian dan resep
o Menyiapkan, mengisi dan menyimpan kartu stok
·        Dari 16 Orang Siswa yang dinilai terdapat 12 orang yang mengalami
peningkatan kompetensi dalam melakukan kegiatan ini sementara 4 orang
lainnya tidak menunjukan kemampuan yang meningkat atau tetap

6.     Menghitung/kalkulasi biaya obat dan perbekalan kesehatan:


o Menghitung jumlah sediaan farmasi/ perbekalan kesehatan dalam resep
o Menghitung biaya
o Menginformasikan jumlah biaya
Dari 16 Orang Siswa yang dinilai terdapat 13 orang yang mengalami
peningkatan kompetensi dalam melakukan kegiatan ini sementara 3 orang
lainnya tidak menunjukan kemampuan yang meningkat atau tetap

7.     Melaksanakan prosedur penerimaan dan penilaian resep:


o Mampu mambaca dan menilai kelengkapan resep
o Mampu membuat salinan resep
Dari 16 Orang Siswa yang dinilai terdapat 14 orang yang mengalami
peningkatan kompetensi dalam melakukan kegiatan ini sementara 2 orang
lainnya tidak menunjukan kemampuan yang meningkat atau tetap

8.     Melaksanakan proses peracikan sediaan farmasi sesuai permintaan dokter:


o Menyiapkan/mengambil sediaan farmasi

23
o Meracik sediaan farmasi di bawah pengawasan Apoteker dan mengemasnya
Dari 16 Orang Siswa yang dinilai terdapat 13 orang yang mengalami
peningkatan kompetensi dalam melakukan kegiatan ini sementara 3 orang
lainnya tidak menunjukan kemampuan yang meningkat atau tetap

9.     Menulis etiket dan menempelkannya pada kemasan sediaan farmasi


Dari 16 Orang Siswa yang dinilai terdapat 12 orang yang mengalami
peningkatan kompetensi dalam melakukan kegiatan ini sementara 4 orang
lainnya tidak menunjukan kemampuan yang meningkat atau tetap

10.  Memberikan pelayanan obat bebas, bebas terbatas dan perbekalan kesehatan
Dari 16 Orang Siswa yang dinilai terdapat 15 orang yang mengalami
peningkatan kompetensi dalam melakukan kegiatan ini sementara 1 orang
lainnya tidak menunjukan kemampuan yang meningkat atau tetap

11.  Melaksanakan prosedur penyerahan obat dan berkomunikasi dengan pasien


Dari 16 Orang Siswa yang dinilai terdapat 15 orang yang mengalami
peningkatan kompetensi dalam melakukan kegiatan ini sementara 1 orang
lainnya tidak menunjukan kemampuan yang meningkat atau tetap
D. Kesimpulan dan Saran
Dari Uji Kompetensi yang dilakukan terhadap 16 orang siswa setelah
mengikuti PKL terhadap 11 jenis kompetensi didapatkan temuan menarik
yaitu: Dalam beberapa ketrampilan sebagian besar siswa mengalami
peningkatan dan hanya beberapa orang saja yang tetap. Alasan untuk bagi
yang pengetahuannya tidak berkembang di ketrampilan tersebut adalah
kurangnya kesempatan penugasan yang diberikan. Hal lainnya adalah
ketrampilan menggunakan peralatan di IGD dan ambulans yang merupakan
pengalamn baru dalam pelaksanaan PKL bagi siswa SMK karena hal tersebut
belum pernah didapatkan langsung di pembelajaran kelas sebelumnya.
Pelaksanaan PKL di masa pandemi dengan menerapkan Protokol kesehatan
ternyata juga tetap dapat dilaksanakan sengan baik. Siswa banyak
mendapatkan pengalaman berharga. Dari tingkat kepuasan dalam
melaksanakan PKL diperoleh data 50 % siswa sangat puas dengan
pengalaman melaksanakan PKL, 18,25% puas 31,25% cukup Puas.

Saran dari para siswa


a. Saran Terhadap guru dan sekolah
(1) agar lebih matang dalam menyiapkan program PKL
(2) agar lebih detail menjelaskan hal apa saja yang dilakukan selama PKL
(3) menyematkan diri untuk datang minimal sekali seminggu untuk memonitor
pelaksanaan PKL
(4) agar lebih memonitor penulisan jurnal pelaksanaan PKL, memberi
tugas/materi
kepada siswa
(5) agar lebih semangat dalam mengajar
(6) lebih menyiapkan kebutuhan siswa dalam melaksanakan PKL
(7) lebih menyiapkan lagi materi praktikum

b. Saran terhadap pemerintah/tempat kerja


(1) memberi bekal yang lebih banyak lagi kepada siswa dalam melaksanakan
tugas PKL
(2) lebih bersabar dalam melakukan bimbingan
(3) lebih banyak lagi memberi ilmu tentang pekerjaan seorang siswa farmasi
(4) agar dapat lebih ditingkatkan lagi sistem kinerja mengenai kegiatan Prakerin
agar kegiatan
(5) pada kegiatan Prakerin tahun berikutnya dapat berjalan lebih baik lagi dan
lancar
dari sebelumnya.

25
Daftar Pustaka
Jawa, P. (2021). Meningkatkan Keterserapan Lulusan SMK dalam Dunia Industri dan Dunia
Kerja.
No Title. (2020). 1, 3–4.
Nurita, A., & Astuti, F. (2020). Pengembangan Model Praktek Kerja Industri ( Prakerin )
berbasis Integrited Blended Learning Unit Produksi ( IBL UP ) SMK Pascapandemi
Covid -19.
Pelaksanan, E., Kerja, P., Prakerin, I., Mata, P., Pendidikan, S., Mesin, T., Teknik, F.,
Surabaya, U. N., Pendidikan, S., Mesin, T., Teknik, F., & Surabaya, U. N. (2015). Imam
Susanto Aris Ansori Industry Employment Practices ( PRAKERIN ) is a form of
education that involves students working directly in DUDI .
Psikologi, P. S., & Samarinda, U. M. (2016). Pengaruh Pengalaman Praktek Kerja
Lapangan dan Kepercayaan Diri Terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMK. 4(3), 349–355.
Rizki, N. A., Suyadi, B., & Sedyati, R. N. (2017). PENGUASAAN HARDSKILL SISWA
KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK
NEGERI 5 JEMBER TAHUN AJARAN. 11, 89–95.
https://doi.org/10.19184/jpe.v11i2.6452
Sudana, I. M. (2017). Journal of Vocational and Career Education Keefektifan Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan Berbasis Industri pada Kompetensi Keahlian Teknik Audio
Video. 2(2).
Universitas, D., & Indonesia, P. (2008). PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN MUTU
PENDIDIKAN PADA SMK DI KOTA BANDUNG Endang Herawan , Dedy Achmad
Kurniady , Sururi
Yogyakarta, U. N. (n.d.). PENGELOLAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI PADA PROGRAM
KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN SMK SE-KABUPATEN THE INDUSTRIAL WORK
PRACTICUM MANAGEMENT OF THE MACHINERY TECHNICAL SKILL PROGRAM
OF SMK KULON PROGO REGENCY. 83–95.

27

Anda mungkin juga menyukai