Anda di halaman 1dari 14

TABEL ANALISIS STATE OF THE ART

JUDUL DISERTASI :

NO PENULIS/JUDUL/ TAHUN VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KELEBIHAN KEKURANGAN PERBEDAAN
1/FOKUS 2/FOKUS 3/FOKUS 4/FOKUS 5/FOKUS 6/FOKUS

1 Maureen, I.Y., Meij, H.v.d., Jong, literacy digital literacy storytelling - - - metode quasi-eksperimen; 3 kelas preschool negeri di Indonesia, 45 anak (25 pr & 20 lk) usia 5-6 tahun; Pada kelas yang diberikan digital storytelling, literacy skills anak menungkat signifikan dibandingkan dengan anak yang diberikan Pengukuran meliputi asesmen pada aspek keterampilan kognitif dan Diperlukan penelitian lebih lanjut yang melibatkan aktivitas storytelling Penelitian ini mengukur digital literacy skills pada anak,
T.D. (2018). Supporting literacy activities (oral & aktivitas storytelling biasa. Hasil analisis data exploratory menunjukkan bahwa kedua aktivitas storytelling tersebut meningkatkan digital sosioemosional yang dipandang merupakan prasyarat pada digital literacy yang melibatkan partisipan yang lebih banyak sedangkan topik yang akan diangkat peneliti pada
and digital literacy development in digital literacy skills. anak; penelitian mengindikasikan bahwa pendekatan storytelling dengan disertasi adalah digital competence guru PAUD
early childhood education using storytelling pendekatan didactic Gagne yang meliputi 9 instruksi merupakan pendekatan
storytelling activities. activities) yang dapat digunakan untuk meningkatkan literasi dan perkembangan literasi
digital pada anak usia dini.
2 Tomczyk, K. (2019). Skills in the digital literacy: the assessing the secure online maintaining safe logging-in intellectual 701 guru SD kelas 4 - 6; 601 pr dan 100 lk. Data dianalisis dengan teknik korelasi Pearson DL adalah konsep heterogen; responden memiliki tingkat pengetahuan terendah di bidang hukum kekayaan intelektual dan paling tahu Hasil penelitian sesuai dengan wacana alih fungsi sekolah di era digital. membutuhkan diskusi yang lebih luas tentang perubahan dalam Penelitian ini mengukur tentang digital safety sebagai
area of digital safety as a key ergonomics of credibility of communication anonymity in the property tentang ergonomi; tidak menentukan tingkat pengetahuan dan kompetensi dalam kelompok. Lebih lanjut, efek Dunning-Kruger terlihat di Sekolah modern merupakan institusi yang tidak hanya menerapkan solusi IT komunitas informasi dan konsekuensi positif dan negatif yang terkait komponen kunci dari digital literacy. Sedangkan pada
component of digital literacy using ICT information digital world kalangan guru, dalam rangka evaluasi DL terkait keamanan digital. Kita juga perlu menekankan bahwa bagi guru, DL adalah salah satu dan manajemen untuk praktik pendidikannya tetapi juga mempersiapkan disertasi, peneliti tidak hanya mengukur tentang digital
among teachers faktor perlindungan utama dalam keselamatan digital, dilihat secara holistik, di sekolah. Dengan demikian, mendiagnosis dan siswa untuk melindungi diri mereka terhadap meningkatnya jumlah ancaman safety saja, tetapi juga mengukur aspek informasi,
memfasilitasi pengembangan DL telah menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh sekolah saat ini. melalui online komunikasi, pembuatan konten, dan pemecahan masalah

3 Martínez-Bravo, María-Cristina; riset tentang 11 istilah yang - - - - Literatur reviu secara sistematis dan analisis jaringan menggunakan Gephi. Jumlah artikel yang dianalisis Input terhadap istilah kunci sebagai peta dari kata kunci dan kerangka konseptual dalam berbagai level analisis. Istilah yang biasanya Studi ini mengidentifikasi istilah kunci "literasi digital" sebagai sumbu bersama istilah-istilah lainnya yang tidak disertakan dalam analisis adalah Topik pada disertasi hanya tentang kompetensi digital saja
Sádaba-Chalezquer, Charo; literasi digital berhubungan sebanyak 16.753 artikel dari WoS dan 5.809 dari Scopus, dari tahun 1968 s.d. 2017 digunakan oleh peneliti tentang literasi digital adalah literasi informasi, kompetensi digital, keterampilan digital, literasi baru, multiliterasi, dan terintegrasi yang mencakup beragam perspektif. literasi komputer, literasi elektronik, literasi internet
Serrano-Puche, Javier (2020). selama 50 tahun dengan literasi Data dianalisis dengan cara meta-analisis yang dimulai dari reviu secara sistematis terhadap metadata literasi media, e-literasi, literasi internet, keterampilan TIK, kompetensi TIK, literasi TIK, meta-literasi, literasi komputer, keterampilan Selain itu, integrasi ini memungkinkan untuk mendefinisikan literasi digital dari
“Fifty years of digital literacy terakhir digital (kata kunci) dari 25.562 artikel di bidang akademik, yang menghasilkan 73.523 data koneksi, yang komputer, e-competence, e-skills, dan literasi teknologi. dua perspektif. Pertama, fokus pada kompetensi-keterampilan untuk
studies: A meta-research for diproses menggunakan analisis jaringan Literasi digital mencakup dua perspektif: yang pertama, berfokus pada kompetensi-keterampilan untuk penggunaan teknologi di tingkat penggunaan teknologi; kedua, tentang belajar-mengajar dan strateginya.
interdisciplinary and conceptual pribadi, profesional, dan warga negara; yang kedua, tentang belajar-mengajar dan strateginya, baik dalam konteks pembelajaran seumur Perspektif ganda ini memungkinkan untuk mendefinisikan "literasi digital"
convergence”. Profesional de la hidup dan kompetensi abad ke-21. Ini juga mengintegrasikan dua aktor dalam peran yang berbeda: 1) instruktur / pelaksana dan 2) tidak hanya sebagai penjumlahan dari sejumlah kompetensi tetapi sebagai
información, pelajar-pengguna. proses yang dimulai dari desain dan implementasi hingga evaluasi
v. 29, n. 4, e290428. kompetensi yang melibatkan beberapa fitur

4 Daniels, K., Bower, K., Burnett, C., teachers' children's use of - - - - wawancara semi-structured selama 6 bulan pada tahun 2017 terhadap 8 pr dan 2 lk guru anak usia 2 - 8 Guru memanfaatkan berbagai wacana yang terkait dengan konseptualisasi masa kanak-kanak ketika memikirkan tentang teknologi Penelitian ini menghasilkan wawasan tentang persepsi guru mengenai literasi Penelitian selanjutnya hendaknya melihat cara baru untuk memahami Topik pada disertasi akan membahas tentang faktor-faktor
et.al. (2019). Early years teachers perspective on digital tahun dengan pengalaman mengajar selama 6 - 36 tahun. Lokasi penelitian: Early Years centre, a private digital dan anak-anak. Guru mengartikulasikan pemahaman mereka tentang penggunaan teknologi digital oleh anak-anak yang digital dalam kehidupan dan peran profesional guru, serta dalam kehidupan potensi keterlibatan anak dalam praktik penggunaan literasi digital, yang mempengaruhi kompetensi digital guru ketika
and digital literacies: Navigating a digital technologies nursery, dan 8 SD. Data yang dikumpulkan tentang penggunaan literasi digital partisipan dalam berhubungan langsung dengan praktik literasi anak anak-anak yang mereka ajar. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk tidak hanya pada eksplorasi terhadap aktivitas yang menggunakan mereka menjadi mahasiswa (in-service teacher)
kaleidoscope of discourses technologies within and kehidupan sehari-hari, pendangan mereka terhadap penggunaan pada anak, dan bagaimana literasi menyelidiki faktor-faktor pribadi, sosial, kelembagaan atau lain yang media digital oleh anak-anak kecil
within their outside digital digunakan di kelas mereka. mempengaruhi, mendukung atau membatasi integrasi literasi digital di dalam
personal and educational kelas.
professional lives settings

5 Castellví, J., Díez-Bedmar, M. C., critical digital attitudes social problems - - - Sampel: 322 mahasiswa Pendas tahun ketiga dan keempat di 5 universitas di Spanyol. Data Calon guru mengalami kesulitan dalam menyusun materi penting tentang masalah sosial yang diperoleh melalui internet. Hanya sedikit Penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak hal yang harus dilakukan Program pelatihan guru perlu dipikirkan kembali dengan tujuan Penelitian disertasi lebih difokuskan pada masalah
& Santisteban, A. (2020). Pre- literacy skills dikumpulkan menggunakan aktivitas dan kuesioner berupa pertanyaan terbuka kepada masing-masing yang meragukan, membandingkan, menganalisis, dan bernalar. Nilai rendah ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa (1) pendidikan, di oleh mahasiswa mengenai masalah sosial pada inti kegiatan terkait membaca memasukkan literasi media yang kritis. Selain itu, mereka harus pembelajaran PAUD
service teachers’ critical digital mahasiswa selama 45 menit. Data yang terkumpul dianalisis kedalam tiga kategori, yaitu beginning, tingkat manapun, kebanyakan memberikan mahasiswa keterampilan tidak kritis terlihat netral secara politik; (2) ruang sosialisasi seperti media secara kritis, seperti halnya pada penelitian lain. memasukkan studi tentang masalah sosial atau topik kontroversial
literacy skills and attitudes to emerging, dan mastery. internet atau media dapat berdampak lebih besar terhadap opini masyarakat dibandingkan dengan pendidikan formal dan non-formal; (3) yang dapat menimbulkan pertanyaan bagaimana kita mendekati media
address social problems Wacana politik membangkitkan emosi; merupakan alat yang ampuh untuk menyebarkan ide tanpa membuat refleksi kritis tentangnya. dan menafsirkan informasi.
Data yang diperoleh dalam dua kegiatan menunjukkan sangat sedikit mahasiswa yang merumuskan wacana kritis pada tingkat
penguasaan dibawah 20% pada kedua kegiatan. Persentase ini mengkhawatirkan, terutama mengingat fakta bahwa para mahasiswa ini
akan memiliki tanggung jawab untuk mengajar warga negara yang kritis di masa depan. Jika mereka sendiri tidak mampu
mempertanyakan informasi di dunia didominasi oleh berbagai media digital, maka mereka cenderung tidak dapat membantu murid-murid
mereka yang mempertanyakan hubungan kekuasaan dan bekerja untuk mempromosikan keadilan sosial dan demokrasi.

6 Clark, D. (2020). Tech and me: An referensi identitas, - - - - - Metode yang digunakan: autoetnografi. Postingan dari blog pribadi peneliti yang berfokus pada teknologi Temuan ini menyoroti tidak hanya pada pentingnya identitas tetapi juga kebutuhan akan pemahaman identitas yang lebih rinci daripada Dalam konteks individu dan organisasi yang memprioritaskan peningkatan Karena penelitian ini menggunakan metode autoethnography, dimana Penelitian disertasi mengukur tidak hanya pada aspek
autoethnographic account of baik dalam pendidikan yang ditulis antara tahun 2011 dan 2019, dianalisis dan diberi kode. Analisis awal yang disediakan oleh model ini. Temuan terkait identitas kemudian dianalisis lebih lanjut. Dalam prosesnya, empat tema spesifik dan literasi digital, penelitian ini menunjukkan bahwa peran identitas dalam diambil dari pengalaman satu orang dan satu sumber data, maka identitas, tetapi pada aspek lainnya
digital literacy as an identity hubungan menggunakan kerangka kerja, yang melihat literasi digital sebagai interaksi antara keterampilan, praktik, kontradiktif terungkap - advokat teknologi, skeptis teknologi, ahli teknologi, dan pemula teknologi. Selain itu, pentingnya identitas lain peningkatan literasi digital sangat penting hasilnya tidak bisa digeneralisasikan. Diperlukan penelitian lain tentang
performance langsung maupun dan identitas. dalam kaitannya dengan teknologi dieksplorasi lebih lanjut. peningkatan literasi digital yang berhubungan dengan identitas dan
tidak langsung Dari 104 postingan, sebanyak 26 postingan dikeluarkan karena tidak relevan dengan topik penelitian. penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut
dengan teknologi Kemudian peneliti mengidentifikasi 86 referensi yang terkait dengan identitas, 74 terkait praktek, dan 45
digital terkait dengan keterampilan.

7 Handley, F. J. L. (2018). proyek besar - - - - - Penelitian ini mengkaji teknologi nasional yang dapat meningkatkan inisiatif pembelajaran "Changing th DLF dikembangkan sebelum Jisc Digital Literacies Framework atau DigComp diterbitkan. Karena itu, empat kategori pembelajaran dan Penelitian ini membahas tentang SCONUL's 7 pillar's model 2011 dan Penekanan pada penelitian ini lebih pada evaluasi terhadap efektivitas Penelitian ini mengkaji digital literacies framework yang
Developing digital skills and beberapa Learning Landscape (CLL) dan Developing Digital Literacies", dan mempertimbangkan dampak dari pengajaran, penelitian, komunikasi dan kolaborasi, dan administrasi didasarkan pada kebutuhan Universitas Brighton pada saat itu. memasukkan Jisc's 2014 Digital Literacies Framework, serta Jisc's 2015 penggunaan keterampilan dan literasi digital, sehingga membutuhkan digunakan di University of Brighton, sementara disertasi
literacies in UK higher education: organisasi kedua skema ini pada satu proyek yang dihasilkan dari mereka, yaitu Kerangka Literasi Digital Kategori belajar dan mengajar, dan banyak literasi dalam komunikasi dan kolaborasi, dikembangkan dengan ide yang jelas untuk Digital Capabilities Framework sebagai referensi. Laju perubahan yang penelitian lanjutan akan mengkaji tentang digital competence menurut
Recent developments and a case nasional dan Universitas Brighton. Lalu mengeksplorasi perubahan pada kerangka kerja tersebut sehubungan dengan mendukung staf dalam mengembangkan praktik pengajaran dan penilaian mereka. Hal ini juga melayani tujuan untuk menjadikannya disajikan pada penelitian ini mencerminkan pesatnya evolusi terminologi yang European Comission
study of the digital literacies dampaknya perkembangan kerangka kerja dan inisiatif keterampilan digital lainnya, dan mempertimbangkan inklusif bagi staf akademik yang hanya terlibat dalam penelitian, dan unutk staf layanan profesional yang terlibat dalam administrasi. berkaitan dengan teknologi. Selain itu, dikaji pula pemahaman tentang
framework at the university of terhadap program kekuatan dan kelemahan menggunakan kerangka kerja tersebut sebagai pendekatan untuk Literasi dalam kategori tersebut diusulkan oleh anggota proyek dan memasukkan literasi inti dan lebih lanjut untuk identitas yang bagaimana orang belajar dan menggunakan keterampilan digital.
Brighton, UK peningkatan pengembangan keterampilan digital. diperlukan oleh kebijakan literasi digital dan yang dirasa penting untuk dimasukkan.
keterampilan dan
literasi digital
NO PENULIS/JUDUL/ TAHUN VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KELEBIHAN KEKURANGAN PERBEDAAN
1/FOKUS 2/FOKUS 3/FOKUS 4/FOKUS 5/FOKUS 6/FOKUS

8 Chetty, K., Qigui, L., Gcora, N., digital literacy - - - - - Tinjauan sistematis terhadap tren yang diidentifikasi secara internasional oleh akademisi dan organisasi Kata kunci dan judul yang ada pada database akademik adalah: Penelitian ini membahas kerangka literasi digital dan database yang biasanya Pertimbangan penting adalah kebutuhan untuk memastikan strategi Sumber referensi pada disertasi lebih banyak
Josie, J., Wenwei, L., & Fang, C. framework internasional. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi studi relevan yang menginformasikan garis besar - OneFile (GALE): 18 artikel digunakan oleh para peneliti di seluruh dunia yang mencari referensi tentang pengumpulan data, yang menginformasikan pembangunan indeks, menggunakan database Wiley dan Proquest dalam
(2018). Bridging the digital divide: kerangka literasi digital dan melakukan pencarian kata kunci dan judul untuk artikel jurnal di seluruh - ABI/INFORM Complete: 7 artikel literasi digital menggunakan kata kunci "digital literacy" didasarkan pada pengambilan sampel representatif yang mencakup pencarian artikel
measuring digital literacy database di bidang akademis. Kata kunci yang digunakan adalah "literasi digital" dan "definisi". Kriteria - ABI/INFORM Global: 4 artikel semua anggota populasi suatu negara. Tujuan utamanya adalah
pencarian tambahan adalah studi yang dilakukan antara tahun 2005 dan 2016 dan hanya menyertakan - Taylor and Francis Online - Journals: 4 artikel membantu pembuat kebijakan untuk dapat menemukan area yang
artikel jurnal online. Literasi digital sendiri merupakan topik yang populer, dengan lebih dari 59.000 artikel - ERIC (U.S. Dept of Education): 4 artikel paling membutuhkan dan mengarahkan sumber daya yang langka
muncul. Namun minat kami adalah untuk fokus pada studi yang mencoba untuk mendefinisikan literasi - SAGE Journals: 4 artikel secara optimal.
digital. tetapi pada tinjauan lebih dekat dari abstrak studi, hanya beberapa makalah yang berguna, - Agricultural and Environmental Science Database: 3 artikel
karena konteks penelitian tidak sesuai, atau makalah hanya secara sempit mendefinisikan komponen - SpringerLink: 3 artikel
literasi digital. - ABI/INFORM Dateline: 1 artikel
Tahap kedua dari tinjauan pustaka melibatkan tinjauan studi yang dihasilkan oleh badan-badan - JSTOR Current Journals: 3 artikel
internasional antara tahun 2010 dan 2016. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi bagaimana - Directory of Open Access Journals (DOAJ): 2 artikel
organisasi tersebut mengenali tantangan literasi digital dan untuk meninjau lebih lanjut studi yang - Emerald Insight: 1 artikel
membawa mereka ke kesimpulan mereka. - Literature Resource Center (Gale): 1 artikel
- Medline/Pubmed (NLM): 2 artikel
- ScienceDirect Journals (Elsevier): 2 artikel
- Oxford Journals (Oxford University Press): 1 artikel
UNESCO (2011) menggambarkan literasi digital sebagai seperangkat keterampilan dasar yang diperlukan untuk bekerja dengan media
digital, pemrosesan dan pengambilan informasi. Literasi digital juga memungkinkan partisipasi seseorang dalam jaringan sosial untuk
kreasi dan berbagi pengetahuan, dan kemampuannya mendukung berbagai keterampilan komputasi profesional. Literasi digital, seperti
halnya literasi umum, memberikan kemampuan kepada individu untuk mencapai keluaran berharga lainnya dalam kehidupan, terutama
dalam ekonomi digital modern.
Dari berbagai penelitian, literasi informasi secara sederhana dapat disaring untuk merujuk pada kemampuan mencari, mengambil,
memanipulasi, mengevaluasi, mensintesis, dan membuat konten digital. Evaluasi dan sintesis berbagai aliran informasi berada dalam
perspektif kognitif. Efektivitas pada sintesis dan evaluasi akan memungkinkan produksi konten baru. Dari perspektif etika, kemampuan
untuk mengevaluasi konten juga mendukung pemahaman tentang apa yang merupakan penggunaan yang tepat dari konten tersebut,
termasuk masalah hak cipta dan perlindungan kekayaan intelektual.

9 Godhe, A. L. (2019). Digital konsep literasi konsep kurikulum untuk Membandingkan konsep literasi digital dan kompetensi digital yang digunakan pada kurikulum wajib Hasil analisis mengungkapkan bahwa istilah berbeda digunakan dalam kurikulum di berbagai negara terkait dengan tema atau Membandingkan kurikulum dari berbagai negara merupakan tantangan Peneliti hanya memiliki beberapa pengetahuan tentang aspek sejarah Disertasi disesuaikan dengan kurikulum yang ada pada
literacies or digital competence: digital kompetensi pendidikan sekolah-sekolah yang ada di Negara-negara Nordic area, yaitu Denmark, Finland, Norway, dan Swedia permasalahan antar disiplin ilmu untuk dimasukkan kedalam mata pelajaran sekolah. Konseptualisasi istilah tersebut menekankan pada karena cara penulisan dan pengorganisasiannya berbeda dalam konteks Swedia, sehingga pengetahuan tersebut terbatas pembelajaran di Indonesia
conceptualizations in nordic digital wajib di negara- isu masalah sosial dan pendekatan kritis, menyoroti interpretasi khusus tentang literasi digital dan kompetensi digital. dalam konteks lain. Ruang lingkup artikel ini
curricula. negara Nordic tidak memungkinkan untuk analisis mendalam dari keempat kurikulum,
oleh karena itu penelitian lebih lanjut diperlukan di bidang ini.
Menganalisis dan membandingkan silabus untuk mata pelajaran yang
berbeda dan membandingkan kurikulum Nordik dengan kurikulum di
belahan dunia lain, adalah bidang menarik lainnya yang
perlu diselidiki lebih lanjut.

10 Ata, R., & Yıldırım, K. (2019). pre-service digital literacy pre-service - - - Partisipan pada penelitian ini adalah 295 pre-service teachers yang menjadi mahasiswa semester 1 di Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian yang baik antara data dan bobot regresi standar, yaitu faktor sikap, teknis, kognitif, dan sosial Peneliti menggunakan desain metode campuran konvergen untuk Ada beberapa batasan yang mungkin perlu diteliti lebih lanjut, seperti Responden pada disertasi adalah in-service teachers
Exploring turkish pre-service teacher's teacher's universitas negeri yang ada di wilayah provinsi Turkey's Mugla, dengan jurusan social studies, merupakan prediktor signifikan dari literasi digital. Selain itu, teridentifikasi bahwa guru calon guru memiliki persepsi yang tinggi dan mengeksplorasi persepsi dan pandangan guru pra-jabatan tentang literasi dalam hal jumlah sampel yang digunakan. Meskipun cukup untuk
teachers’ perceptions and views of perception quantity matematika, sains, art and craft, pendidikan jasmani dan olahraga, bimbingan dan konseling, bahasa positif terhadap literasi digital. Namun, diamati dalam pertanyaan terbuka bahwa mereka tidak memiliki keterampilan kognitif yang baik digital dan untuk meningkatkan keluasan dan kedalaman pemahaman mewakili populasi di perguruan tinggi, merekrut sampel
digital literacy characteristics Jerman, dan Turkish Language Arts. Metode penelitian yang digunakan adalah Mixed method; kuantitatif untuk menemukan, mengevaluasi, membuat, dan berkomunikasi. Penemuan ini kemudian didiskusikan berdasarkan literatur yang mereka terkait dengan masalah penelitian yang dipelajari dari lebih banyak universitas dan menggunakan pendekatan sampling
menggunakan teknik analisis statistik ANOVA, t-test dan Tukey HSD test; kualitatif menggunakan metode relevan acak dapat meningkatkan generalisasi temuan. Batasan lainnya
content analysis. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala Likert dan pertanyaan adalah bahwa hasil keseluruhan dapat diubah dengan variabel yang
terbuka. berbeda. Selain itu, batasan lain mungkin tentang sifat skala Likert.
Skala Likert pada dasarnya adalah ukuran skala ordinal, dan ada
pertanyaan yang sangat lama dan kontroversial tentang apakah
responden dapat melakukan operasi aritmatika. Meskipun kontroversi
seputar apakah skala Likert dapat diperlakukan sebagai ukuran
kontinu, dan karenanya operasi aritmatika dapat digunakan semakin
meningkat, ada beberapa argumen yang mendukung
mempertimbangkan skala Likert sebagai skala interval kontinu. Studi
lebih lanjut dapat dilakukan dengan mempertimbangkan masalah ini.

11 Spante, M., Hashemi, S. S., digital competence digital literacy database - - - Reviu sistematis mengenai konsep kompetensi digital dan literasi digital yang digunakan di pendidikan Penelitian menunjukkan bahwa ada berbagai definisi yang digunakan dalam penelitian pendidikan tinggi. Variasi tersebut tergantung Membahas tentang database yang digunakan di perguruan tinggi dalam penelitian lebih lanjut di pendidikan tinggi dengan cara: i) melakukan Penelitian disertasi fokus pada digital competence.
Lundin, M., & Algers, A. (2018). pencarian tinggi. Menggunakan 3 database, yaitu Web of Science, Scopus, dan Education Resources Information pada apakah konsep ditentukan oleh kebijakan, penelitian, atau keduanya. Selain itu apakah fokus pada keterampilan sosial atau praktik pencarian artikel tentang digital competence dan digital literacy lebih banyak penelitian berdasarkan perspektif kritis, ii) pengembangan Pencarian referensi menggunakan database Wiley dan
Digital competence and digital artikel yang Centre, dengan pembatasan pencarian mengenai judul, abstrak, dan kata kunci pada database. sosial. definisi konsep iii) menghindari ketidaksesuaian referensi silang, iv) Proquest, selain database lainnya
literacy in higher education digunakan di Sebanyak 107 publikasi rentang tahun 1997 dan 2017, meliputi 28 artikel tentang kompetensi digital dan Publikasi tentang literasi digital dikaitkan dengan banyak agenda dan perspektif penelitian yang berbeda, mulai dari deskripsi konkret terlibat dalam penyelidikan kritis mengenai legitimasi kebijakan
research: Systematic review of perguruan 79 artikel tentang literasi digital. praktik pendidikan tinggi hingga pendekatan yang lebih normatif dan bagaimana guru harus menggunakan teknologi digital dalam praktik berakhir
concept use tinggi Setelah pengkodean awal dan pembacaan berulang dari 107 publikasi, penulis secara kolaboratif pengajaran pendidikan tinggi. penelitian dalam domain penelitian pendidikan tinggi.
mengidentifikasi enam jenis penggunaan konsep yang berbeda. Enam jenis yang muncul dalam materi Publikasi tentang kompetensi digital bersifat strategis dan didukung secara politis melalui definisi yang digunakan dari laporan kebijakan,
tersebut adalah: dan berorientasi pada penggunaan teknologi dengan cara yang bertujuan secara profesional dalam berbagai konteks.
(1) Hanya disebutkan
(2) Digunakan tanpa mendefinisikan atau merujuk
(3) Didefinisikan dengan mengacu pada dokumen kebijakan
(4) Didefinisikan dengan mengacu pada penelitian dan kebijakan
(5) Didefinisikan dengan mengacu pada penelitian
(6) Definisi yang didiskusikan atau dikembangkan

12 Gudmundsdottir, G. B., & Hatlevik, initial teacher information and - - - - Partisipan pada penelitian ini adalah 356 guru yang baru berkualifikasi. Data diambil dari survei skala Sekitar setengah dari guru tampaknya percaya bahwa ITE mereka memiliki kontribusi yang sangat buruk atau cukup buruk untuk Penelitian ini mengukur persepsi guru baru terhadap penguasaan TIK Sampel terbatas sehingga belum dapat mewakili distribusi keseluruhan Responden pada disertasi tidak dibatasi pada guru baru
O. E. (2018). Newly qualified education (ITE) communication nasional yang dikirim kepada guru yang baru berkualifikasi, yaitu guru yang memiliki pengalaman mengembangkan kompetensi digital profesional mereka. Selain itu, lebih dari 80% guru memiliki keyakinan positif tentang kegunaan TIK, mereka. populasi saja, tetapi guru yang memiliki pengalaman mengajar
teachers’ professional digital technology (ICT) mengajar maksimal 2 tahun dan baru lulus kurang dari 2 tahun ketika penelitian dilakukan. Data awal dan sekitar setengah dari mereka percaya bahwa TIK dapat menyebabkan gangguan diantara siswa selama praktik mengajar. yang lebih bervariasi
competence: implications for yang diperoleh sebanyak 1016 nama, tetapi hanya 925 yang valid. Pengumpulan data dilakukan oleh Studi menunjukkan bahwa hampir setengah dari guru baru yang memenuhi syarat dalam studi tersebut menemukan bahwa kualitas
teacher education TNS Gallup mulai awal November sampai dengan pertengahan Desember 2013. pelatihan TIK mereka cukup buruk dan bahwa ITE memiliki kontribusi yang cukup buruk untuk pengembangan PDC (RQ1) mereka.
Data yang terkumpul dari 581 sekolah hanya 375 guru, 19 data dikeluarkan dari analisis, sehingga data Studi menunjukkan bahwa lebih dari 80% guru memiliki keyakinan positif tentang
akhir sampel penelitian hanya berjumlah 356 guru kelas 1 s.d. 10. kegunaan TIK. Meskipun demikian, sekitar setengah dari mereka memiliki keyakinan negatif dan menjawab bahwa TIK menyebabkan
Data yang diperoleh melalui kuesioner dianalisis menggunakan teknik analisis statistik SEM. gangguan selama praktik mengajar mereka (RQ2). Temuan menunjukkan bahwa banyak guru baru yang memenuhi syarat menyadari
Empat indeks digunakan untuk mengevaluasi seberapa baik model yang diuji cocok dengan data: baik keuntungan dan kerugian TIK dan bahwa mereka secara kritis merefleksikan penggunaan TIK mereka sendiri dalam praktik
comparative fit index (CFI), Tucker-Lewis fit index (TLI), root mean square error of aproximation (RMSEA) mengajar mereka.
dan root mean square residual (SRMR). Tingkat CFI dan TLI mendekati atau di atas 0,95, nilai RMSEA di Guru memandang TIK sebagai gangguan dan responden laki-laki memiliki hubungan yang signifikan dengan efikasi diri TIK (RQ3).
bawah 0,08 dan nilai SRMR di bawah 0,06 dianggap dapat diterima. Ada hubungan positif antara pengembangan PDC selama ITE dan efikasi diri TIK. Temuan ini bisa menunjukkan hubungan antara
Secara total, 356 guru (74,2% perempuan dan 25,8% laki-laki) berpartisipasi dalam penelitian ini. kegiatan terkait TIK selama ITE dan keyakinan guru yang baru berkualifikasi tentang peluang mereka sendiri untuk menggunakan TIK.
Jawabannya menunjukkan bahwa 48% guru dalam penelitian ini berusia 25 tahun atau lebih muda.
Selain itu, 39% guru berusia antara 26 dan 30 tahun, dan 13% guru berusia di atas 30 tahun.
NO PENULIS/JUDUL/ TAHUN VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KELEBIHAN KEKURANGAN PERBEDAAN
1/FOKUS 2/FOKUS 3/FOKUS 4/FOKUS 5/FOKUS 6/FOKUS

13 Casillas Martín, S., Cabezas early childhood attitude knowledge use of ICT - - Metode non-eksperimen dan deskriptif kuantitatif, menggunakan survey elektronik (online). Populasi 332 Peserta didik ini mengevaluasi diri mereka sendiri terhadap penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai hal yang Penelitian berfokus pada mencari tahu bagaimana guru PAUD menilai Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kompetensi digital masih Disertasi mengukur faktor lain di luar attitude
González, M., & García Peñalvo, education calon guru. Sampel pada penelitian ini berjumlah 308 orang berusia 17 - 24 tahun, 1,4% lk dan 98.6% pr. menguntungkan. Mereka tidak memiliki tingkat kompetensi digital yang cocok untuk disebut 'digital natives', atau kemampuan yang kompetensi digital mereka. Diagnosa kompetensi ini pada awal pelatihan belum dapat dicapai oleh mahasiswa yang memulai pendidikan S1
F. J. (2020). Digital competence of teachers' digital Mereka semua memiliki smartphone, laptop, dan kamera digital. 73% memiliki alat GPS, 67.6% memiliki memadai untuk menggunakan TIK dalam kehidupan akademis atau masa depan profesional mereka. calon guru pendidikan anak penting dan diperlukan agar program pelatihan Pendidikan Anak Usia Dini. Dengan demikian, pengembangan
early childhood education competence PC dan tablets. Data diperoleh menggunakan kuesioner dengan skala Likerts 0 - 10 (data ordinal). Data Tidak ada korelasi antara memiliki lebih banyak perangkat dan pengetahuan konseptual yang lebih besar. Tidak ada konfirmasi bahwa tersebut memenuhi kebutuhan sesuai hasil identifikasi kompetensi ini harus didorong kuat dalam kurikulum saat ini untuk
teachers: attitude, knowledge and dianalisis menggunakan SPSS dan fokus kepada analisis deskriptif dan inferensial. Sampel normal diuji semakin banyak perangkat yang dimiliki siswa, semakin besar pengetahuan konseptual mereka atau semakin baik kemampuan mereka gelar pendidikan.
use of ICT menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk test, dan homoscedastisitas diukur menggunakan untuk menggunakannya. Akhirnya, ada korelasi yang signifikan pada tingkat 0,01 antara penggunaan perangkat TIK,
Levene's test. alat dan layanan. Semakin banyak mereka menggunakan perangkat, semakin banyak mereka menggunakan alat (r = 0,527 p = 0,000)
Hasil analisis sebelumnya menunjukkan distribusi normal untuk semua dimensi, yang melibatkan dan layanan (r = 0,361 p = 0,002). Semakin tinggi penggunaan alat maka semakin tinggi pula penggunaan jasanya (r = 0,446 p = 0,000).
penggunaan perbandingan hipotesis parametrik Mengingat variabel gender, memang terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik, yang sesuai dengan hasil penelitian terbaru
pengujian. Tepatnya, uji-t Student dipilih untuk sampel independen, menggunakan variabel jenis kelamin, tentang topik tersebut oleh penulis lain. Pria menilai sendiri pengetahuan dan penggunaan TIK mereka lebih positif daripada wanita yang,
yang memungkinkan peneliti untuk memastikan apakah sampel tertentu berasal dari populasi dimana sebaliknya, memiliki skor sikap yang lebih tinggi.
variabel yang bersangkutan memiliki mean tertentu. Demikian juga, bagian umum kuesioner diuji korelasi Hasilnya menunjukkan korelasi positif antara pengetahuan dan penggunaan, semakin banyak pengetahuan tentang TIK, semakin baik
menggunakan uji Pearson r, yang memungkinkan untuk membangun hubungan di antara berbagai penggunaan yang dibuat darinya, terutama mengenai alat, daripada perangkat dan layanan. Namun, pengetahuan dan penggunaan
bagian yang dinilai dalam kuesioner. tidak berkorelasi dengan sikap yang lebih baik terhadap TIK, karena skor wanita lebih rendah dalam pengetahuan dan penggunaan,
tetapi lebih tinggi dalam sikap. Juga tidak ada korelasi antara pengetahuan dan kepemilikan perangkat.

14 Krumsvik, R. J., Jones, L. Ø., digital competence demographic personal professional - - Analisis Faktor yang mengukur hubungan antara kompetensi digital guru SMA dengan demografi, Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa karakteristik demografis, pribadi dan profesional, seperti usia guru, pengalaman kerja, jenis Penelitian ini membahas tentang model kompetensi digital guru dari Krumsvik Indeks kompetensi digital dalam penelitian ini didasarkan pada Disertasi mengukur faktor yang mempengaruhi
Øfstegaard, M., & Eikeland, O. J. characteristics characteristics karakteristik individu, dan karakteristik profesional guru; meliputi jenis kelamin, pengalaman kerja, usia, kelamin, waktu layar dan pendidikan TIK, memprediksi kompetensi digital guru yang tinggi atau rendah di sekolah menengah atas hingga 2007, 2012, 2014 penilaian diri guru, kompetensi digital guru PAUD
(2016). Upper secondary school tipe/jenis pendidikan TIK, serta teachers' screen time. tingkat tertentu.
teachers’ digital competence: Enam area indikator terdiri dari strategi implementasi, akses ke PC, peningkatan kurikulum dan Secara statistik menggunakan model teoritis untuk mengeksplorasi hubungan antara kompetensi digital individu guru dan karakteristik
Analysed by demographic, kompetensi, infrastruktur untuk mendukung pembelajaran, tingkat penggunaan TIK dalam kegiatan demografis, pribadi dan profesional.
personal and professional pengajaran dan pendidikan. Melalui analisis regresi peneliti menemukan bahwa variabel pendidikan formal dan waktu layar guru berkontribusi sebagian besar untuk
characteristics Survei terdiri dari empat bagian, yaitu data demografi, kompetensi digital, pendekatan sumber daya menjelaskan kompetensi digital individu tertinggi diantara para guru. Peneliti juga menemukan bahwa guru yang melanjutkan pendidikan
pendidikan digital, dan kepatuhan antara pengelolaan kelas dan kompetensi digital. Bagian kompetensi TIK memiliki lebih banyak kompetensi digital dibandingkan mereka yang tidak memiliki pendidikan tersebut. Hasilnya berarti bahwa
digital guru dibagi lagi menjadi lima kategori: variabel-variabel ini dapat memprediksi beberapa kompleksitas dari apa yang kompetensi digital individu di sekolah menengah atas,
1 TIK Dasar tetapi pada saat yang sama membutuhkan lebih banyak penelitian tentang faktor dan karakteristik lain yang dapat memberikan
2 Keterampilan TIK dasar gambaran pelengkap tentang apa yang merupakan kompetensi digital individu guru.
3 Kompetensi TIK didaktik Konsistensi internal indeks kompetensi digital diukur menjadi tinggi, yang menunjukkan bahwa model teoritis memiliki potensi tertentu
4 Strategi pembelajaran digital dalam area ini dan dapat ditindaklanjuti dengan, misalnya, analisis faktor konfirmatori untuk menguji potensi model lebih lanjut.
5 Bildung Digital

15 Cantabrana, J. L. L., Rodríguez, teacher digital pre-service - - - - Metode penelitian: mixed method. Untuk Pengujian A, diperoleh k2 = 0.472 (p ≤ .005, n = 25). Untuk Uji B, koefisien Livingston adalah k2 = 0,723 (p ≤ 0,005, n = 25). Penelitian ini mengkaji TDC frameworks dan models yang biasanya tes harus dilakukan oleh Disertasi akan menggunakan framework European
M. U., & Cervera, M. G. (2019). competence (TDC) teachers Setelah studi pustaka dan proses desain soal COMDID-C selesai, penelitian dilakukan dalam dua tahap: Secara konseptual, k2 dapat diartikan sebagai persentase kasus yang akan diklasifikasikan dalam kategori yang sama jika dilakukan digunakan, yaitu: sarana solusi teknologi yang memungkinkan siswa memperoleh Commission
Assessing teacher digital knowledge pertama menghubungi kelompok ahli (sampel 1), kemudian sekelompok siswa (sampel 2) berpartisipasi pengujian yang sama kembali. Seperti koefisien reliabilitas tradisional, nilai yang sama dengan atau melebihi 0,70 dapat dianggap dapat ICT standards for FID (Ministry of Edication, Chile) umpan balik dan rekomendasi langsung tentang bagaimana mereka
competence: The construction of dalam uji coba. tahap. Para ahli yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah peneliti dan guru dengan diterima. Atas dasar ini, formulir B dari tes tersebut dapat diandalkan menurut data, tetapi formulir A tersebut akan memerlukan studi NETS-T (ISTE) dapat meningkatkan keterampilan mereka. Dengan demikian, evaluasi
an instrument for measuring the pengalaman setidaknya di satu dari dua bidang: pelatihan guru awal atau pelatihan TDC. Periode lebih lanjut sebelum validitasnya karena versi COMDID dapat dikonfirmasi Teachers ICT competence standards (UNESCO) akan lebih berorientasi pada pembelajaran dan pembinaan
knowledge of pre-service teachers minimal pengalaman mengajar di antara sampel ahli adalah dua tahun dan maksimal 30 tahun. Teachers ICT competencies (Ministry of Education, Chile) kemampuan pengaturan diri siswa
Pengalaman di TDC berkisar antara satu sampai tujuh tahun. Secara total, enam wanita dan lima pria DIgiLit Leicester (Leicester City Council)
(selanjutnya disebut para ahli) dari Rovira i Virgili University berpartisipasi dalam penelitian ini. Ahli ICT competences for professional teacher development (Ministry of National
termuda berusia 23 tahun dan tertua 56 tahun (M = 39,4; SD = 12,34). Mereka semua adalah bagian dari Education, Colombia)
penilaian COMDID-A. Common Framework for TDC (Ministry of Education, Government of Spain)
Sampel 2 pada tahap uji coba terdiri dari 25 mahasiswa tahun kedua program double degree di PAUD TDC Rubric (ARGET, Universitat Rovira i Virgili)
dan SD dengan peminatan bahasa Inggris di Rovira i Virgili University. Usia rata-rata dalam sampel ini TDC definition (Generalitat de Catalunya)
adalah 22,41 tahun (SD = 2,71). Secara total terdapat tiga laki-laki (12%) dan 22 perempuan (88%) yang DIGCOMP-EDU (European Commission)
berpartisipasi dalam validasi COMDID-C CRT untuk evaluasi kompetensi digital.

16 Rolf, E., Knutsson, O., & digital competence design patterns - - - - Metode penelitian: analisis kualitatif Pola dapat digunakan untuk mengidentifikasi kompetensi yang diyakini guru relevan untuk diperoleh peserta didik. Oleh karena itu, Peneliti bermaksud untuk mengeksplorasi pedagogi yang diusulkan oleh guru Hasil analisis berdasarkan pada bukti yang terbatas sehingga temuan Disertasi akan membahas kompetensi digital guru PAUD,
Ramberg, R. (2019). An analysis Data utama untuk analisis terdiri dari kegiatan pembelajaran yang diambil dari kumpulan pola desain. hasilnya melibatkan aspek bagaimana guru memandang kompetensi digital peserta didik saat menggunakan teknologi dalam desain untuk mengembangkan kompetensi digital peserta didik. Selanjutnya spesifik tidak dapat digeneralisasikan. bukan dalam hal pola desain penggunaan teknologi di PT
of digital competence as Analisis kegiatan pembelajaran didasarkan pada komponen kunci kompetensi digital, sebagaimana pengajaran. mendukung penggunaan teknologi di pendidikan menengah atas dengan
expressed in design patterns for didefinisikan dalam DigComp 2.0. Pendekatan kami adalah kualitatif, meskipun statistik deskriptif Guru berharap bahwa kolega mereka dan calon pengguna pola desain memiliki perhatian yang sama terhadap kompetensi digital siswa. memperluas pemahaman tentang bagaimana kumpulan pola desain yang
technology use in teaching digunakan untuk menyajikan gambaran kegiatan dan karakteristiknya dalam hal kompetensi digital. Hasilnya menegaskan Studi Literasi Komputer dan Informasi Internasional di mana para guru ditanyai apakah mereka dianalisis dapat diterapkan. Selain itu, metodologi untuk menganalisis pola
Analisis dilakukan dalam dua langkah: (1) mengidentifikasi kegiatan pembelajaran mini; dan (2) mempertimbangkan keterampilan TIK peserta didik mereka ketika merencanakan dan melaksanakan pengajaran mereka. desain dalam hal kompetensi digital akan diterapkan oleh desainer ahli di
mengidentifikasi bidang kompetensi digital. Untuk tahapan, definisi konsep yang digunakan dan deskripsi perguruan tinggi.
tentang bagaimana analisis dilakukan diberikan. Bagian metode dimulai dengan gambaran umum
tentang bagaimana pola desain dikumpulkan.
Pengumpulan data dilakukan melalui rangkaian lokakarya yang diadakan dengan sekelompok guru
menengah atas di kota Stockholm, Swedia.

17 He, T., & Li, S. (2019). A digital competence technology digital informal - - - Data empiris dikumpulkan dari survei yang dilakukan baik di China maupun Belgia, total sampel terdiri Peran penting kompetensi digital dan harapan teknologi di DIL. Perbedaan budaya menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap pola Penelitian ini memberikan kontribusi penting untuk memperkaya pemahaman Penelitian ini merupakan cross-sectional study sehingga terbatas Disertasi tidak membahas tentang technology expectancy
comparative study of digital expectancy learning (DIL) dari 335 China dan 197 Belgia. Teknik analisis data menggunakan SEM Partial least square dengan motif perilaku DIL. Studi ini mengangkat beberapa implikasi utama bagi para peneliti dan praktisi pendidikan. dan penelitian tentang persepsi dan penggunaan teknologi dalam konteks dalam penentuan kausalitas. Penelitian selanjutnya dapat dan digital informal learning (DIL)
informal learning: The effects of penilaian formatif untuk menguji model yang diusulkan dan analisis perbandingan multi-kelompok Semua koefisien jalur signifikan pembelajaran informal. Pertama, penelitian ini secara empiris memvalidasi menggunakan data longitudinal untuk menguji model ini. Kedua,
digital competence and dilakukan untuk memeriksa efek moderasi dari perbedaan budaya pada faktor-faktor yang berpengaruh menggunakan model yang diusulkan yang sejalan dengan penelitian sebelumnya mengklaim bahwa teknologi diharapkan. Jalur yang model prediksi yang baru dikembangkan dalam konteks pembelajaran temuan hanya mewakili kecenderungan awal. Teknologi dan alat
technology expectancy yang terkait dengan perilaku DIL siswa. signifikan juga mengungkapkan pengaruh yang berbeda dari variabel tertentu pada proses DIL siswa. Dalam hal latar belakang budaya, informal. Studi ini menyarankan digital sering kali menonjolkan tingkat kompleksitas dan kemungkinan
Untuk menguji secara empiris model teoritis yang diusulkan, pengambilan sampel acak sederhana penelitian ini menunjukkan dengan cara tertentu perbedaan budaya berkontribusi pada DIL mahasiswa. Dibandingkan dengan siswa yang tinggi, dan studi di masa depan dapat mengeksplorasi perangkat
digunakan dalam setiap universitas yang dipilih: Metode berbasis daftar email digunakan untuk Belgia, siswa China akan lebih cenderung terlibat dalam DIL ketika mereka menganggap teknologi digital berguna untuk kinerja digital khusus untuk pembelajaran informal dan mengumpulkan data
mengambil sampel secara acak satu persen siswa dari setiap universitas, dan semua alamat email yang pembelajaran mereka. Efek positif dari kompetensi digital pada perilaku DIL siswa juga lebih berpengaruh bagi siswa China. Namun, kualitatif tambahan untuk mempelajari lebih lanjut sifat DIL. Ketiga,
dikumpulkan oleh Universitas Pembelajaran Database Sistem Manajemen (LMS) di tingkat administrasi. kedua sampel menunjukkan kecenderungan perilaku pembelajaran digital yang serupa, meskipun kekuatan hubungan antar sub- konstruksi kompetensi digital menggunakan skala formatif penilaian diri
Survei online terstruktur dibuat dan diberikan kepada siswa melalui email. konstruksi DIL berbeda sampai batas tertentu di kedua sampel. karena aksesibilitasnya, penelitian selanjutnya dapat menggunakan
Peserta Tionghoa adalah mahasiswa di tiga universitas negeri. Universitas-universitas ini dipilih untuk Satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa mahasiswa lebih sering menggunakan teknologi baru daripada pendekatan lain seperti berbasis kinerja.
memastikan keterwakilan geografis: satu dari Beijing yang berada di utara Cina, satu dari Xi'an di barat bagian lain dari populasi, dan globalisasi digital memerlukan proses homogenisasi dari banyak aspek kehidupan anak muda, terutama tes untuk mengukur kompetensi digital dengan lebih akurat. Terakhir,
dan satu dari Guangzhou yang di selatan Cina. Sementara itu, peserta Belgia dari dua universitas negeri penggunaan teknologi mereka. sulit untuk mendefinisikan pembelajaran informal dengan teknologi
besar mengikuti studi ini. Sebanyak 431 mahasiswa China dan 287 mahasiswa Belgia secara sukarela digital karena pembelajaran informal mungkin tidak dinilai atau hanya
berpartisipasi dalam penelitian ini. dibedakan dari pembelajaran formal pada kenyataannya. Siswa dapat
Setelah membuang tanggapan yang tidak lengkap, total 335 (Cina) dan 197 (Belgia) kasus yang valid menggunakan berbagai media digital termasuk podcast,
dipertahankan. forum online dan video streaming untuk berbagai tujuan. Oleh karena
itu, penelitian masa depan di bidang ini harus fokus pada satu mode
atau tahap DIL tertentu.
NO PENULIS/JUDUL/ TAHUN VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KELEBIHAN KEKURANGAN PERBEDAAN
1/FOKUS 2/FOKUS 3/FOKUS 4/FOKUS 5/FOKUS 6/FOKUS

18 Alarcón, R., del Pilar Jiménez, E., educator's digital DIGIGLO - - - - Metode penelitian kuantitaif. Teknik analisis data CFA dan SEM. Sampel terdiri dari 509 orang — 331 DIGIGLO adalah alat yang valid dan dapat diandalkan untuk menilai kompetensi digital pendidik guru. Analisis faktor konfirmasi Penelitian ini memasukkan referensi mengenai area kompetensi digital guru Alat yang diusulkan divalidasi dalam bahasa Spanyol pada sampel Disertasi hanya menyoroti area facilitating learners' digital
& de Vicente-Yagüe, M. I. (2020). competence (64,9%) perempuan dan 178 (35,1%) laki-laki — dengan rentang usia antara 28 dan 70 tahun (M = mendukung model yang diusulkan dari delapan faktor urutan pertama (delapan area yang dipertimbangkan oleh kuesioner) memuat berdasarkan DigCompEdu Framework, meliputi: professional engagement, pendidik guru yang ditarik secara eksklusif dari Spanyol dan Amerika competence jika merujuk pada DigCompEdu Framework
Development and validation of the 45,92, SD = 10,23). Mereka semua bekerja atau pernah bekerja sebagai pendidik bagi calon guru pada satu faktor urutan kedua (skor total sebagai ukuran digital keseluruhan kompetensi). Konsistensi internal (alfa Cronbach) sangat digital resources, teaching and learning, assessment, empowering learners, Latin
DIGIGLO, a tool for assessing the sekolah dasar dan / atau menengah. Dalam hal posisi akademik mereka, responden diklasifikasikan tinggi untuk masing-masing dari delapan faktor (semua koefisien di atas .90) dan memuaskan untuk kuesioner secara keseluruhan dan facilitating learners' digital competence.
digital competence of educators sebagai berikut: 28 profesor (10 pria dan 18 wanita), 99 profesor asosiasi (42 pria dan 57 wanita), 108 (.813). Oleh karena itu, pertimbangkan bahwa instrumen tersebut adalah alat yang cocok untuk menilai berbagai bidang kompetensi
asisten profesor (32 pria dan 76 perempuan), 71 profesor madya (29 laki-laki dan 42 perempuan), 137 digital pendidik dan dapat digunakan baik oleh pendidik sendiri untuk tujuan penilaian diri, atau oleh lembaga sebagai alat evaluasi
dosen tidak tetap (44 laki-laki dan 93 perempuan) dan 66 lainnya (21 laki-laki dan 45 perempuan). kinerja, mengidentifikasi area di mana pendidik individu perlu meningkatkan dan orang lain di mana kekuatan mereka harus didorong dan
Mayoritas berasal dari Spanyol (n = 427) dan mewakili universitas di seluruh negeri, termasuk universitas dimanfaatkan.
pembelajaran jarak jauh, UNED. Responden dari Amerika Latin berasal dari Meksiko (n = 19), Chile (n =
17), Peru (n = 17), Ekuador (n = 10), Venezuela (n = 8), Argentina (n = 7) dan Kolombia ( n = 4).
Prosedur: Sebuah surat massal dikirim melalui database Asosiasi Spanyol untuk Pemahaman Membaca,
yang memiliki lebih dari 60.000 anggota di seluruh Spanyol dan Amerika Latin. Email tersebut
menjelaskan bahwa agar memenuhi syarat untuk menyelesaikan kuesioner, responden harus menjadi
profesor atau dosen universitas yang bekerja atau pernah bekerja sebagai pendidik guru dasar atau
menengah di masa depan.
Mereka yang merespons bekerja di berbagai bidang, termasuk seni (n = 26), pendidikan jasmani (n =
41), musik (n = 38), metode penelitian (n = 51), psikologi pendidikan (n = 69), Spanyol bahasa dan
sastra (n = 163), sains (n = 19), psikologi perkembangan (n = 44), pedagogi (n = 21) dan linguistik (n =
37). Kuesioner dihosting di Google Drive, sehingga memungkinkan data respons disusun dalam file Excel
untuk analisis berikutnya menggunakan IBM SPSS. Sesuai dengan prinsip-prinsip etika penelitian ilmu
sosial yang melibatkan sukarelawan, telah jelas pada awal kuesioner bahwa tidak ada informasi pribadi
identifikasi yang diperlukan, bahwa semua data akan tetap anonim dan bahwa proses penyelesaian
kuesioner dapat ditinggalkan kapan saja tanpa penjelasan. Instrumen
DIGIGLO adalah kuesioner yang dirancang untuk menilai kompetensi digital pendidik. Ini terdiri dari 29
item, masing-masing dinilai pada skala 6-titik jenis Likert (1 = Benar-benar tidak setuju, 2 = Tidak setuju,
3 = Setuju sebagian, 4 = Setuju, 5 = Sangat setuju dan 6 = Benar-benar setuju), mengacu pada delapan
bidang kompetensi digital. Enam area pertama ini sesuai dengan yang dijelaskan dalam Kerangka Kerja
DigCompEdu, yaitu: 1) Keterlibatan profesional (3 item), 2) Sumber daya digital (3 item), 3) Belajar
Mengajar (4 item), 4) Penilaian (3 item), 5) Pemberdayaan peserta didik (3 item) dan 6)
Memfasilitasikompetensi digital peserta didik (5 item). Dua bidang lainnya menyangkut sumber daya dan
peluang digital (layanan pendukung logistik dan TIK) yang tersedia bagi pendidik dalam konteks kerja
mereka: 7) Lingkungan digital (5 item) dan 8) Keterlibatan digital Ekstrinsik (3 item). Semakin tinggi total
skor pada kuesioner (rentang 29 hingga 174) semakin besar tingkat kompetensi digital. Dengan cara ini,
skor total mencerminkan kemajuan di enam tahap yang diusulkan dalam Kerangka Kerja DigCompEdu
(dari A1 hingga C2).
19 Caena, F., & Redecker, C. (2019). teacher European Digital - - - - Metode peneltiian: comparative view Kerangka Kerja Eropa untuk Kompetensi Digital Pendidik (DigCompEdu) menggambarkan bagaimana kerangka kerja dapat berkontribusi Penelitian ini menyajikan contoh proficiency levels of DigCompEdu Artikel ini tidak menjelaskan secara detail mengenai tahapan penelitian Disertasi menggunakan area 6 DigCompEdu, yaitu
Aligning teacher competence competence Competence Di tingkat mikro, dapat mendukung dan membimbing praktik guru dan pengembangan profesional tidak hanya untuk menetapkan target atau standar resmi untuk pengembangan kompetensi digital guru, tetapi juga untuk melibatkan competence pada area teaching, yaitu level newcomer, explorer, integrator, facilitating learners' digital competence
frameworks to 21st century framework Framework for berkelanjutan. Pada tataran meso tata kelola pendidikan daerah, dapat mendukung pengembangan guru itu sendiri dalam proses reflektif untuk memahami tingkat kompetensi dan profesional mereka. tujuan pembangunan. Ini expert, leader, pioneer
challenges: The case for the Educators lembaga sekolah sebagai organisasi pembelajaran, menunjukkan bahwa kerangka kerja yang dirancang dengan baik mampu mendamaikan berbagai tujuan pemangku kepentingan dan
European Digital Competence (DigCompEdu) memberikan landasan bersama untuk dialog, kolaborasi, dan refleksi dalam komunitas praktik bertindak sebagai pendorong inovasi dalam pedagogi abad ke-21.
Framework for Educators profesional. Di Dari sudut pandang ilmiah, harus didasarkan pada penelitian yang menyeluruh, pada pemahaman yang jelas tentang kebutuhan
( Digcompedu) penjaminan mutu tingkat makro, dapat memberikan standar acuan bagi pendidikan awal guru, dan mutu pembelajaran profesional, disertai dengan upaya untuk secara konseptual membentuk berbagai aspek menjadi model yang konsisten,
profesional pendidikan sepanjang kontinum karir. Kerangka Kerja Eropa untuk Kompetensi Digital ringkas, fleksibel, dan dapat dipahami secara intuitif. Untuk mendukung komunikasi tujuan kebijakan dan persyaratan profesional kepada
Pendidik dirancang untuk menyelaraskan dengan persyaratan kelembagaan dan kontekstual di berbagai praktisi, harus disertai dengan deskriptor dan indikator yang jelas untuk tingkat perkembangan yang berbeda untuk setiap kompetensi.
negara, sementara tetap terbuka untuk adaptasi dan pembaruan.
Pengembangan kompetensi kerangka kerja dalam enam tahap diubah menjadi skala lima poin —
mempertimbangkan tahap perkembangan yang diharapkan lazim di antara guru saat ini. Skala yang
mendasari kerangka tersebut didasarkan pada asumsi bahwa pengembangan kompetensi digital
melibatkan tahapan berikut: tidak ada gunanya — penggunaan dasar — diversifikasi — penggunaan
yang berarti — penggunaan sistematis — inovasi.
Instrumen yang dihasilkan menggunakan lima opsi jawaban yang skornya berkisar dari 0 hingga 4.
Dalam laporan umpan balik, skor total — mulai dari 0 hingga 88 poin — dipetakan ke dalam enam tingkat
kecakapan dari kerangka kerja. Modifikasi lebih lanjut akan dilakukan, setelah lebih banyak data tentang
bahasa yang berbeda dan versi sektor alat tersedia dan dianalisis.

20 Almerich, G., Suárez-Rodríguez, ICT competences higher order teamwork - - - Metode penelitian: studi korelasional menggunakan survey (cross-sectional study) Hasil penelitian disajikan dalam empat bagian; yang pertama menyajikan statistik deskriptif dari dimensi tiga set kompetensi 21stcentury. Penelitian ini membahas tentang hubungan ICT competences dengan higher Itu dilakukan dengan sampel siswa dari satu universitas, Universidad Responden pada disertasi hanya mahasiswa yang
J., Díaz-García, I., & Cebrián- thinking competences Sampel terdiri dari 983 siswa pada 11 tingkatan di Universidad de Valencia (Spanyol), yang merupakan Bagian kedua menunjukkan hubungan antara kompetensi TIK dan kapasitas berpikir yang lebih tinggi. Bagian ketiga menunjukkan order thinking capacities dan teamwork competencies de Valencia, jadi perlu untuk mereplikasi di area lain dan di universitas merupakan guru PAUD saja
Cifuentes, S. (2020). 21st-century capacities universitas negeri. 61,5% (605) mahasiswa berasal dari bidang Ilmu Sosial (Pedagogi, Pendidikan Sosial, hubungan antara kompetensi TIK dan kompetensi kerja tim. Keempat, mempertimbangkan hubungan yang menghubungkan tiga set. lain untuk mencapai generalisasi yang lebih besar.
competences: The relation of ICT Aktivitas Fisik dan Ilmu Olahraga, Pariwisata dan Terapi Bicara) dan sisanya 38,5% (378) berasal dari Ada hubungan positif dan signifikan secara statistik antara kompetensi TIK dengan dua set lain yang dipertimbangkan: kapasitas berpikir
competences with higher-order Teknik (Teknik Kimia, Teknik Elektronik Telekomunikasi, Teknik Elektronik Industri, Teknik Komputer, yang lebih tinggi dan kompetensi kerja tim. Selain itu, kompetensi pedagogis lebih terkait dengan dua set kompetensi keterampilan tinggi.
thinking capacities and teamwork Teknik Multimedia dan Teknik Telematika). Jenis pengambilan sampel digunakan adalah sampling non- Ini menunjukkan perlunya rencana pelatihan yang mendukung pembelajaran kompetensi abad ke-21 dan untuk menekankan kompetensi
competences in university probabilistik insidental. pedagogis di TIK.
students
NO PENULIS/JUDUL/ TAHUN VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KELEBIHAN KEKURANGAN PERBEDAAN
1/FOKUS 2/FOKUS 3/FOKUS 4/FOKUS 5/FOKUS 6/FOKUS

21 van de Oudeweetering, K., & teacher's curricular - - - - Metode penelitian: exploratory factor analysis Enam dimensi yang koheren dari kegiatan kelas yang menumbuhkan kompetensi abad kedua puluh satu: literasi digital, pemikiran Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai representasi dari persepsi guru Pertama, keterwakilan temuan penting untuk dipertimbangkan. Sampel Disertasi tidak membahas tentang konsep kompetensi
Voogt, J. (2018). Teachers’ conceptualization guidelines Responden: 2.084 guru SD dan SMP melalui web-survey. inovatif, pemikiran kritis dan komunikasi, kewarganegaraan (digital), pembelajaran mandiri, dan pembelajaran kolaboratif (didukung berkenaan dengan dimensi yang relevan dan praktis koheren dalam kegiatan mencakup sejumlah kecil perempuan, guru sekolah dasar, guru pra- abad 21 menurut guru yang dikaitkan dengan kurikulum
conceptualization and enactment of twenty-first Metode penelitian: exploratory factor analysis komputer). Namun demikian, ada hubungan timbal balik yang substansial di antara keenam dimensi tersebut. Hal ini menunjukkan kelas yang menumbuhkan kompetensi abad kedua puluh satu. Dengan kejuruan dan guru berusia di bawah 36 tahun. Selain itu, representasi
of twenty-first century century Berdasarkan pilihan alamat email acak dalam database nasional Belanda untuk guru, 15.000 guru bahwa guru tidak menganggap kompetensi abad kedua puluh satu dipupuk oleh kegiatan kelas yang terputus, tetapi mereka sudah demikian, enam dimensi yang diidentifikasi dapat berfungsi sebagai masukan perempuan dan guru yang lebih tua secara signifikan dalam jumlah
competences: exploring competence sekolah dasar dan 18.000 guru sekolah menengah telah dihubungi per email untuk berpartisipasi dalam memiliki konsepsi yang lebih integratif dari inovasi kurikuler. Implikasi dari temuan ini untuk kurikulum, praktik mengajar dan penelitian untuk pengembangan kurikulum yang selaras dengan pemahaman guru pengurangan mungkin menunjukkan ketidaksepakatan atau
dimensions for new curricula survei web. Survei web dikirim pada bulan April 2014. Responden dapat memberikan tanggapan dalam dibahas. tentang inovasi pendidikan dan yang mendukung lembaga mereka. Pada ketidakterikatan mereka dengan kompetensi abad kedua puluh satu
waktu tiga minggu. Untuk dilibatkan dalam penelitian ini, responden harus (a) dipekerjakan di pendidikan kegiatan pembelajaran yang mendorong pemecahan masalah dan kreativitas saling melengkapi dalam pengembangan kemampuan gilirannya, ini dapat berkontribusi pada kelangsungan dan kualitas seperti yang dirumuskan dalam survei. Oleh karena itu, hasil yang
dasar atau menengah dan (b) memiliki tanggung jawab mengajar setidaknya paruh waktu. Akhirnya, inovatif siswa. Selain itu, kreativitas sebagai tujuan pembelajaran abad kedua puluh satu telah dikonseptualisasikan tidak hanya implementasi kurikulum. Karena dimensi yang belum diintegrasikan ke dalam diberikan mungkin tidak menggambarkan keseluruhan populasi
sampel akhir mencakup N = 2.804 responden. menargetkan kebaruan dan kegunaan ide siswa, tetapi juga kesesuaian mereka untuk mendekati masalah yang ditentukan. Pemahaman kebijakan pendidikan dianggap kurang terintegrasi ke dalam praktik, termasuk pengajar. Kedua, perlu diperhatikan bahwa item untuk setiap skala
teoritis dan interpretasi praktis para guru ini menunjukkan bahwa praktik untuk pemecahan masalah dan kreativitas mungkin sangat literasi digital dan pemikiran inovatif, dimensi ini mungkin perlu mendapat disajikan dalam cluster. Artinya, empat soal kreativitas disajikan dalam
selaras dalam pedoman kurikuler. perhatian lebih dalam pedoman kurikulum. Namun, pengembangan kurikulum satu kelompok, diikuti empat soal berpikir kritis, dan seterusnya.
Literasi digital adalah dimensi berbeda yang menggabungkan item untuk literasi TIK, literasi media, dan literasi informasi. Dimensi ini didorong untuk memperhatikan saling ketergantungan antara dimensi Karena urutan item adalah potensi
selaras dengan kategori kompetensi digital dalam kerangka konseptual P21. Selain itu, karena literasi digital adalah dimensi yang kegiatan kelas yang berbeda. Misalnya, kurikulum dapat menyajikan Sumber bias (Rattray & Jones, 2007), penyajian item dapat
menjelaskan bagian terbesar dari varian dalam konsep kegiatan kelas untuk kompetensi abad kedua puluh satu, hal ini menggarisbawahi kelompok kegiatan kelas untuk kompetensi tertentu, seperti menentukan atau setidaknya mempengaruhi komposisi dimensinya.
status prioritas yang dirasakan dalam inovasi pendidikan. kewarganegaraan digital. Selain itu, keterkaitan dengan kegiatan kelas lain Ketiga, hasil didasarkan pada kegiatan kelas yang dilaporkan sendiri
Kegiatan pembelajaran yang mendorong pemecahan masalah dan kreativitas saling melengkapi dalam pengembangan kemampuan yang menumbuhkan kompetensi lain dapat dijelaskan. Untuk oleh guru. Karena laporan tersebut rentan terhadap validasi subyektif,
inovatif siswa. Selain itu, kreativitas sebagai tujuan pembelajaran abad kedua puluh satu telah dikonseptualisasikan tidak hanya mempertahankan dukungan dari sektor pendidikan, guru dan pemimpin laporan tersebut mewakili persepsi guru tentang praktik mereka
menargetkan kebaruan dan kegunaan ide siswa, tetapi juga kesesuaian mereka untuk mendekati masalah yang ditentukan. Pemahaman sekolah dapat diundang untuk merefleksikan kelayakan dan relevansi daripada aktivitas sebenarnya. Selain itu, ada banyak faktor lain dalam
teoritis dan interpretasi praktis para guru ini menunjukkan bahwa praktik untuk pemecahan masalah dan kreativitas mungkin sangat pedoman kurikuler yang dikembangkan untuk kompetensi abad 21 konteks sekolah, seperti penilaian, tolok ukur, atau sumber materi yang
selaras dalam pedoman kurikuler. mempengaruhi pelaksanaan kelas dua puluh satu.
Hasil pada bidang critical-thinking and communication, memperkuat bagaimana guru memandang bahwa kegiatan kelas untuk kompetensi abad. Meskipun tidak mungkin untuk mengatasi semua
kompetensi ini dapat bersinggungan. Pada area digital citizenship, guru mengakui tanggung jawab sosial dalam lingkungan yang luas: di faktor ini atau untuk menangkap praktik yang sebenarnya, data
sekolah, di masyarakat, dan di web. memiliki relevansi untuk memahami persepsi guru tentang tindakan
Pada bidang self-regulated learning, guru memandang kegiatan kelas yang mendorong kompetensi ini menjadi koheren dan, sampai profesional mereka. Akhirnya, penting untuk diingat bahwa faktor-
batas tertentu, berbeda dari kegiatan lain. Hal ini dapat terjadi karena fakta bahwa pembelajaran mandiri telah diakui sebagai tujuan faktor yang ditetapkan didasarkan pada sekumpulan gagasan terbatas
pembelajaran dalam kebijakan pendidikan Belanda tahun 1990-an. pada kompetensi abad kedua puluh satu dan praktik yang
Pada bidang computer-supported collaboration, kesimpulan yang lebih ragu-ragu tentang relevansi TIK dalam dimensi kolaborasi adalah menyertainya. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk memasukkan
tepat, mengingat hal itu diinformasikan oleh satu-satunya item dengan pemuatan sedang. semua konseptualisasi yang relevan. Misalnya, item dalam survei tidak
mewakili komponen visual atau prokreasi dalam mengajar literasi
digital atau dimensi hukum, komersial atau terkait kesehatan dalam
kewarganegaraan digital.

22 Romero-Tena, R., Barragán- training of early technologies Metode penelitian: descriptive and contrast analysis. Data menunjukkan bahwa siswa memiliki persepsi menengah-tinggi tentang keterampilan digital mereka di semua bidang yang Peneliti mengkaji kompetensi digital mahasiswa yang diadaptasi dari berbagai Perlu untuk mengelola rencana pelatihan untuk memungkinkan calon Disertasi akan menggunakan framework European
Sánchez, R., Llorente-Cejudo, C., childhood Sampel terdiri dari 535 siswa tahun ke-4 dari gelar Pendidikan Anak Usia Dini di University of Seville. diikutsertakan dalam pembelajaran, meskipun bidang komunikasi dan kolaborasi (𝑥 ̅ = 6.04; 𝜎 = 7.62) dan berpikir kritis (𝑥 ̅ = 6.22; 𝜎 = referensi, meliputi technological literacy, search and treatment of information, guru memposisikan diri mereka pada tingkat ahli. Commission
& Palacios-Rodríguez, A. (n.d.). education Pembagiannya adalah 184 dari tahun ajaran 2016/2017, 242 dari tahun ajaran 2017/2018, dan 101 dari 1,79) menerima inti terendah. Kewarganegaraan digital (𝑥 ̅ = 7.62; 𝜎 = 1.67) dan pencarian serta penanganan informasi (𝑥 ̅ = 7.00; 𝜎 = critical thinking, communication and collaboration, digital citizenship, dan
The Challenge of Initial Training teachers tahun ajaran 2018/2019. Untuk pemilihan mereka, kriteria insidental atau kenyamanan dipilih, sesuai 1.54) merupakan wilayah dengan skor tertinggi. Sehubungan dengan data yang diperoleh setelah menyelesaikan mata pelajaran creativity and innovation
for Early Childhood Teachers. A dengan ketersediaan mereka untuk menjawab kuesioner. Perhatikan bahwa semua kelompok, selama (posttest), terjadi peningkatan di semua bidang kompetensi. Dengan kata lain, persepsi diri siswa meningkat, semuanya berada di atas 7
Cross Sectional Study of Their tiga tahun akademik, menerima pelatihan yang sama dari profesor yang sama. poin. Dibandingkan dengan pretest, kewarganegaraan digital adalah area yang sedikit meningkat, dengan selisih 0,52 poin. Sedangkan
Digital Competences Sebagian besar pesertanya adalah perempuan (93%). Mengenai profil teknologinya, hampir semua bidang komunikasi dan kolaborasi mengalami peningkatan tertinggi dibandingkan pretest, dengan selisih 0,98 poin.
memiliki komputer pribadi (98,9%) dan perangkat seluler (99,6%). Akses dan koneksi internet hampir Pelatihan yang diterima siswa merupakan elemen kunci untuk meningkatkan persepsi diri tentang kompetensi digital. Terdapat
digeneralisasikan (99,8%). Sebagian besar terhubung ke internet dari mana saja (78%). Hanya sebagian perubahan yang signifikan secara statistik antara sebelum dan sesudah menerima pelatihan. Perubahan yang dihasilkan selalu berarti
yang melakukannya dari rumah (18%), atau secara eksklusif di universitas (3%). Semua peserta peningkatan persepsi diri siswa. Dalam studi profil mereka, perubahan yang relevan juga diidentifikasi. Sedangkan sebelum diklat
menggunakan Internet setiap hari, dengan koneksi lebih dari 10 jam seminggu (66%), antara 5 dan 10 dikelompokkan ke dalam kategori pendatang dan penjelajah, setelah diklat dikelompokkan ke dalam profil tertinggi: integrator, ahli, dan
jam (31%), dan 1 jam atau kurang (3%). perintis.

23 Langub, L. W., & Lokey-Vega, A. instructional pedagogy for - - - - Metode: design case Pertama, banyak peserta kursus mencatat bahwa mereka tidak mengintegrasikan teknologi sebaik yang mereka kira, sebagian karena Perbedaan antara kursus ini di tingkat pascasarjana, kursus untuk guru Perlunya kemampuan peserta kursus untuk membuat rancangan Disertasi fokus pada guru PAUD yang menjadi mahasiswa
(2017). Rethinking Instructional technology digital literacy Design case adalah sarana ilmiah mereka mengontrol teknologi, atau siswa mereka bertindak lebih sebagai konsumen teknologi daripada produsen. praktik, dan pengajaran di tingkat sarjana adalah signifikan, karena teknologi terintegrasi yang dapat meningkatkan pengajaran dan aktif
Technology to Improve Pedagogy untuk mengkomunikasikan pengetahuan unik yang menginformasikan dan menghasilkan peristiwa Kedua, komponen eksplorasi alat dari kursus ini sangat positif, dengan peserta kursus yang mencatat paparan berbagai alat teknologi pengalaman hidup dan basis pengetahuan tentang kurikulum dan pengajaran mendukung pengembangan pribadi dan prodesional guru
for Digital Literacy: A Design Case desain tertentu. Design case adalah deskripsi artefak atau pengalaman nyata yang telah dirancang memungkinkan mereka membayangkan aplikasi teknologi di ruang kelas mereka yang tidak akan mereka alami sebelumnya. memungkinkan lebih banyak sintesis dan evaluasi tujuan pembelajaran dan
in a Graduate Early Childhood dengan sengaja. Penulis menggunakan preseden atau pengetahuan tentang pengalaman dan produk Ketiga, matriks untuk integrasi teknologi muncul sebagai alat ampuh lainnya, dengan sejumlah siswa menyatakan bahwa mereka akan konten kursus ketika mempertimbangkan desain kurikulum dan integrasi
Education Course desain sebelumnya, dan kumpulan teori pendidikan untuk menginformasikan desain ulang kursus membuat matriks ini tetap terlihat saat membuat perencanaan pembelajaran sebagai pengingat untuk memikirkan bagaimana mereka teknologi pada tingkat P-5.
Romero-Tena, R., Barragán- teknologi pendidikan anak usia dini untuk guru pra-jabatan. menggunakan teknologi. Akhirnya, beberapa peserta kursus menyatakan kesadaran bahwa pilihan siswa dalam alat teknologi untuk
Sánchez, R., Llorente-Cejudo, C., Seperti banyak kasus desain, kasus desain ini memiliki fitur kontekstual yang membatasi penerapan ketat menunjukkan pemahaman lebih dihargai daripada alat khusus mengajar, yang berbicara kepada komponen berpikir kritis integrasi
& Palacios-Rodríguez, A. (2017). kerangka atau model desain tertentu. Pada metode ini, penulis merupakan perancang dari kasus teknologi.
The Challenge of Initial Training tersebut.
for Early Childhood Teachers. A
Cross Sectional Study of Their
Digital Competences

24 Gallego Arrufat, M.-J., Torres- future teachers' digital security - - - - Metode: evaluasi kompetensi digital calon guru menggunakan DigCompEdu framework. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 47% peserta termasuk dalam profil guru dengan risiko digital menengah, membuktikan praktik Keamanan di DTC melibatkan perlindungan informasi dan komunikasi Studi ini memiliki keterbatasan metodologis. Guru pra-jabatan diambil Disertasi tidak hanya mengkaji aspek safety saja tetapi
Hernández, N., & Pessoa, T. competence area 317 mahasiswa sarjana berusia 18-43 tahun (M = 22.2; DT = 4.8). Para siswa berasal dari empat kebiasaan yang melibatkan risiko seperti berbagi informasi dan konten digital secara tidak tepat, tidak menggunakan kata sandi yang pengguna terhadap masalah yang ditimbulkan oleh penggunaan TIK. Ini hanya dari bidang pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar, juga mengkaji asepk lain pada kompetensi digital guru
(2019). Competence of future universitas Spanyol dan satu universitas Portugis; 248 (78,2%) adalah perempuan dan 69 (21,8%) laki- kuat, dan mengabaikan konsep seperti identitas, jejak “digital”. "Dan reputasi digital. Penilaian rata-rata dari setiap item dalam tujuh terkait dengan privasi, integritas, dan efisiensi teknologi dan informasi dan partisipasi mereka dalam mengisi kuesioner online bersifat
teachers in the digital security laki. Kuesioner terdiri dari 59 item, divalidasi oleh para ahli, untuk menilai tingkat dan profil kompetensi kategori menunjukkan bahwa calon guru memiliki kompetensi rata-rata di bidang keamanan digital. Mereka memiliki sikap yang baik Internet. Keselamatan mengacu pada pengetahuan, kemampuan, dan sikap sukarela. Kondisi ini mencegah hasil generalisasi ke tingkat pendidikan
area utama dalam pelatihan awal (termasuk pengetahuan, penggunaan dan interaksi serta pola sikap). terhadap keamanan tetapi lebih sedikit pengetahuan dan lebih sedikit keterampilan dan praktik yang terkait dengan penggunaan Internet guru untuk merancang dan mengembangkan pengalaman belajar yang lain. Selain itu, mempengaruhi ukuran sampel. Sehingga perlu
Kuesioner memiliki 59 item yang dibagi menjadi tujuh kategori dan divalidasi oleh delapan ahli dari yang aman dan bertanggung jawab. Bidang pekerjaan masa depan diusulkan, yang ditujukan untuk menanggapi permintaan akan warga mempromosikan, mencontohkan, dan melatih siswa sebagai warga negara penelitian lanjutan yang membahas tentang aturan untuk komunikasi
universitas Spanyol dan Portugis dengan pengalaman mengajar dan penelitian dalam teknologi negara yang lebih siap dan lebih kompeten secara digital. Tuntutan untuk pendidikan dalam keamanan, privasi, dan identitas digital yang bertanggung jawab secara digital. dan perilaku online (netiket), tindakan dan protokol untuk mencegah
pendidikan. Kami mendapatkan Alpha Cronbach sebesar = 0,923, serta nilai untuk kriteria kejelasan menjadi semakin penting, dan elemen-elemen ini merupakan bagian penting dari pelatihan awal. risiko di Internet dan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental,
(0,916), relevansi (0,914), dan kepentingan (0,946). Item dibagi menjadi pengetahuan (K = 24 item), Di antara calon guru, 18% menunjukkan tingkat rendah dan dengan demikian dianggap sebagai "guru dengan risiko digital". Para konsep yang terkait dengan keamanan digital (reputasi, identitas,
kemampuan dan praktik (A & P = 23 item), dan sikap (A = 10 item). Analisis statistik dilakukan dengan peserta ini selalu terhubung ke Internet, memiliki lebih dari lima perangkat, dan menggunakan akun email yang berbeda dan lebih dari kesenjangan digital dan sidik jari), perlindungan data pribadi di bidang
SPSS 24.0. Dengan menggunakan prosedur cluster dua tahap, penulis mengklasifikasikan peserta lima jejaring sosial (ITT). Mereka mampu mengunggah dan berbagi foto dan umumnya tidak mengalami kesulitan dalam mengelola pendidikan, dan perlindungan aman dari perangkat dan pembuatan
menurut tingkat kompetensi, dengan solusi tiga kategori (tingkat signifikansi 5%). Penulis juga melakukan jejaring sosial (ISDC). Mereka tidak tahu, dan dengan demikian tidak mengikuti, aturan untuk komunikasi dan perilaku (N). Terlepas dari kata sandi.
analisis deskriptif univariat, menghitung mean dan interval kepercayaan sebesar 95%, serta standar kelompoknya, hanya 7% responden survei yang pernah mengikuti beberapa kegiatan pelatihan tentang topik terkait keamanan digital.
deviasi. Untuk variabel kualitatif, penulis menghitung frekuensi dan persentase, dan menganalisis Kelompok usia 20-24 tahun merupakan jumlah peserta terbanyak (50%) di ketiga tingkat kompetensi keselamatan. Siswa di atas 24
hubungan antar variabel tersebut menggunakan uji Chi-square. Dengan koefisien korelasi nonparametrik mewakili 17%. Kami dapat mengidentifikasi "guru pra-jabatan yang aman secara digital", yang menunjukkan kompetensi yang lebih
Spearman's rho, kami menganalisis hubungan antara variabel numerik. Untuk mempelajari hubungan besar dalam netiket (8,62), berbagi informasi dan konten digital (7,76), perlindungan data pribadi (7,64), dan perlindungan kesehatan
antara variabel numerik dan dikotomis, kami menerapkan uji nonparametrik Mann-Whitney, menghitung (7,64). Kelompok ini menunjukkan nilai yang lebih rendah untuk penindasan di jejaring sosial, Internet, dan ponsel (6,87); manajemen
ukuran efek. Hubungan antara variabel kategorikal dan numerik dianalisis dengan menggunakan uji identitas digital (6.59); dan interaksi melalui teknologi (6.27).
Kruskal-Wallis nonparametrik. Untuk tes dengan hasil yang signifikan secara statistik, penulis
menggunakan tes Mann-Whitney untuk membandingkan kategori berdasarkan pasangan.
NO PENULIS/JUDUL/ TAHUN VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KELEBIHAN KEKURANGAN PERBEDAAN
1/FOKUS 2/FOKUS 3/FOKUS 4/FOKUS 5/FOKUS 6/FOKUS

25 Portillo, J., Garay, U., Tejada, E., educator's self digital different - - - Kuesioner diberikan kepada guru dari setiap tahap pendidikan di Basque Country (Pra-sekolah, Analisis statistik dari data menunjukkan bahwa kesulitan terbesar yang dilaporkan oleh pendidik adalah kekurangan dalam pelatihan Penelitian ini membahas persepsi guru dari berbagai tingkatan pendidikan Artikel ini menyajikan hasil berdasarkan persepsi diri guru sehingga Disertasi hanya melibatkan guru pada tingkat PAUD saja.
& Bilbao, N. (2020). Self- perception competence educational Pendidikan Dasar dan Menengah, Pelatihan Profesional, dan Pendidikan Tinggi) mendapatkan total 4586 keterampilan digital mereka, yang membuat mereka merasakan beban kerja yang lebih tinggi selama penguncian bersama dengan dan menyajikan gap antara penelitian sebelumnya dengan penelitian saat ini. memunculkan berbagai interpretasi. Mungkin guru yang lebih tua
perception of the digital stages tanggapan. emosi negatif. Temuan lainnya adalah masih adanya kesenjangan digital antar guru berdasarkan jenis kelamin, usia, dan jenis sekolah. merasa bahwa keahlian teknologi mereka tidak cukup bagi mereka
competence of educators during Metode pengambilan sampel non-probabilistik dipilih dengan memperhatikan keterbatasan untuk Hasil mengkhawatirkan lebih lanjut adalah kompetensi teknologi yang lebih rendah di tingkat pendidikan yang lebih rendah, yang paling untuk mengembangkan dalam lingkungan digital kompleksitas inkuiri
the covid-19 pandemic: A cross- mengakses populasi sasaran. Secara khusus, sampling praktis dilakukan dengan mengirimkan kuesioner rentan dalam pengajaran jarak jauh. Hasil ini menyebabkan penulis merefleksikan langkah-langkah yang akan diambil untuk dan instruksi proyek yang dapat mereka kelola dalam lingkungan tatap
analysis of different educational melalui email ke semua pusat pendidikan Komunitas Otonomi Negara Basque (ACBC) dalam dua versi meningkatkan kesetaraan, keadilan sosial, dan ketahanan sistem pendidikan, yang sejalan dengan beberapa Tujuan Pembangunan muka berkat pengalaman mereka. Sehingga perlu adanya penelitian
stages menggunakan bahasa Basque dan Spanyol. Teknik 'bola salju' juga digunakan untuk pengambilan Berkelanjutan. lebih lanjtu mengenai hal ini.
sampel non-probabilistik dalam kondisi akses yang sulit, memanfaatkan jejaring sosial (Facebook dan Guru merasa dirinya sebagian kompeten mengembangkan Emergency Remote Teaching (ERT). Selain itu, mereka merasa lebih
Twitter) dan jaringan pengajaran lainnya yang diartikulasikan melalui grup WhatsApp. Informasi terampil dalam penggunaan alat digital untuk komunikasi umum tetapi mereka merasa kurang percaya diri tentang alat khusus yang
dikumpulkan selama tiga minggu di bulan Mei 2020. Akhirnya, 4589 tanggapan atas kuesioner diperoleh; digunakan untuk memfasilitasi proses belajar-mengajar.
Artinya, hampir 10,5% dari semua staf pengajar di Negara Basque berpartisipasi secara sukarela dalam Terdapat peningkatan linier dalam nilai rata-rata DCE seiring dengan pertumbuhan nilai pendidikan, dengan perbedaan 2,65 poin (dari
penelitian ini. Mengenai konektivitas internet, 1,5 juta orang (80,2% dari populasi) di Negara Basque 10,46 di pendidikan Anak Usia Dini menjadi 13,11 di pendidikan Universitas), dengan deviasi standar juga lebih rendah seiring dengan
memiliki koneksi broadband. Kuesioner ad hoc dengan empat pertanyaan (usia, jenis kelamin, tahap peningkatan tingkat pendidikan.
pendidikan mengajar, dan jenis pusat pendidikan) digunakan untuk mengetahui profil sosio-demografis. Ada tiga kesenjangan digital lain yang terungkap dari hasil: kesenjangan gender antara guru aktif, kesenjangan usia, dan kesenjangan
Dari 4.589 guru dalam sampel penelitian ini, 23,3% adalah laki-laki, 75,5% perempuan, dan 0,2% non- yang muncul terkait dengan jenis pusat pendidikan (swasta dan publik). Dalam hal kesenjangan gender, penelitian ini menunjukkan nilai
biner, dengan usia rata-rata 54 tahun (SD = 6,24). Para profesional ini bekerja pada tahap pendidikan rata-rata yang lebih rendah di DCE untuk guru perempuan, serta kemungkinan lebih besar menderita campuran emosi negatif dan beban
yang berbeda (Pendidikan Pra-sekolah, 10,8%; Pendidikan Dasar, 31,6%; Pendidikan Menengah dan kerja yang tinggi selama kurungan. Data dari studi ini menguatkan apa yang telah diamati di wilayah geografis lain, serta di bidang lain di
Sarjana Muda, 38,3%; Pelatihan Kejuruan, 5,3%; Pendidikan Tinggi, 8,6%; Lainnya, 5,4%) dan di tempat luar pendidikan. Sejalan dengan ini, publikasi Komisi Eropa "Women in the Digital Scoreboard" menunjukkan bahwa Spanyol berada
berbeda. jenis pusat pendidikan (pusat umum, 77,2%; pusat swasta, 22,8%). pada posisi rendah dalam semua indikator yang berkaitan dengan semua jenis keterampilan yang terkait dengan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) dan bahwa perbedaan antara jenis kelamin sangat signifikan, jelas menciptakan perbedaan yang menguntungkan
laki-laki dalam semua keterampilan yang dianalisis.

26 Instefjord, E. J., & Munthe, E. integration of initial teacher - - - - Data yang dianalisis berasal dari tiga survei kuesioner nasional yang dilakukan antara pendidik guru, Studi menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang lemah antara manajemen positif, dukungan pengembangan manajemen, dan Studi ini telah memberikan Ada keterbatasan penelitian terutama dalam variasi tanggapan dari Disertasi akan mengukur kompetensi digital guru dalam
(2017). Educating digitally professional digital education guru pembimbing dan guru pra-jabatan di Norwegia. kompetensi digital pendidik guru, tetapi korelasi positif yang lebih kuat antara efikasi yang dilaporkan sendiri oleh pendidik guru dan wawasan tentang sifat yang saling terkait dari pengembangan kompetensi HEI. Sebuah studi dengan desain respons yang lebih seimbang juga jabatan (in-service teachers)
competent teachers: A study of competence programmes Tiga survei kuesioner dikirim secara digital kepada calon guru dalam 4 tahun bersamaan Pendidikan kompetensi digital. Hasil dibahas dalam kaitannya dengan peran pendidikan guru dalam memenuhi syarat untuk pekerjaan profesional di digital profesional calon guru dalam konteks Norwegia. Hasil yang disajikan dapat melakukan analisis lain, termasuk analisis multi-level untuk
integration of professional digital Guru Awal (ITE) (kerangka waktu tanggapan: 23 April - 6 Juni 2014), kepada pendidik guru di semua 17 ruang kelas digital. mencerminkan hubungan yang diharapkan antar variabel, yang merupakan menyelidiki pengaruh variabel dukungan tempat kerja pada
competence in teacher education Institusi Pendidikan Tinggi (HEI) di Norwegia yang memberikan program pendidikan guru empat tahun Studi menunjukkan bahwa pada tingkat rata-rata, pendidik guru mempersepsikan kompetensi digital mereka sendiri pada kisaran indikasi validitas konstruk. penggunaan teknologi pembelajaran. Studi masa depan juga dapat
awal untuk memenuhi syarat untuk mengajar di tahun-tahun wajib sekolah (kelas satu sampai sepuluh) menengah pada skala 6 poin, dengan M = 3,54. Namun, deviasi standar adalah 1,07, yang menunjukkan tingkat variasi yang cukup mengembangkan ukuran laten urutan kedua untuk mengatasi
(kerangka waktu tanggapan: 12 Agustus-4 November 2014), dan untuk sekolah mitra yang berpartisipasi dalam respons. Sebagaimana ditinjau sebelumnya, sejumlah studi melaporkan bahwa akses dan sikap terhadap teknologi, bersama multidimensi dari konsep "kompetensi digital profesional".
dan guru pembimbing yang bertanggung jawab untuk mengawasi pra-jabatan guru selama praktik dengan kompetensi digital guru memengaruhi apakah mereka memutuskan untuk mengintegrasikan teknologi dalam praktik pengajaran
lapangan mereka (kerangka waktu respons: 12 Agustus-4 November 2014). Jumlah nasional siswa tahun mereka atau tidak.
keempat, pendidik guru, dan sekolah mitra merupakan populasi, dan partisipasi didasarkan pada seleksi
mandiri. Guru pra-jabatan yang berpartisipasi semuanya adalah siswa tahun keempat, menyelesaikan
tahun terakhir mereka, atau yang telah memilih MA lima tahun dan mengambil tahun keempat sebagai
tahun pertama program MA 2 tahun. Jumlah populasi responden yang mungkin adalah 1.436 (Panel
untuk reformasi pendidikan guru, 2015), dan jumlah peserta 654, dengan tingkat tanggapan 45,5%. Guru
pra-jabatan dari 17 PTK ikut serta, tetapi tingkat tanggapan dari setiap PTK bervariasi dari 17,6% hingga
88,5%. Komposisi kelompok responden guru pra-jabatan adalah komparatif dengan jumlah penduduk
terkait jenis kelamin, dan diyakini juga sebanding dengan usia. Namun, distribusi antar tingkatan usia
tidak diketahui untuk total populasi pada tahun keempat karena jumlah lulusan awal yang mungkin telah
mengubah profil usia kelompok sejak mereka mulai tahun 2010. Sedikit kurang dari 70% siswa di
penelitian saat ini berusia di bawah 26 tahun, sementara sedikit lebih dari 30% berusia di atas 26 tahun.
Pendidik guru di kampus dihubungi melalui narahubung di setiap HEI yang menerima tautan ke survei
online dan meneruskan tautan tersebut ke semua pendidik guru yang terlibat dalam ITE selama musim
semi 2014. Berdasarkan laporan dari semua kecuali satu HEI, total populasi Jumlah pendidik guru
diperkirakan 810. 387 guru menanggapi, memberi kami tingkat tanggapan 47,8%. Tingkat tanggapan
sangat bervariasi dari satu lembaga ke lembaga lainnya, dari hanya 2,2% di PTK dengan tingkat
terendah hingga 93,8% di PTK dengan tingkat tertinggi.

27 Aesaert, K., & Van Braak, J. gender economic performance - - - Untuk mengumpulkan informasi tentang kompetensi TIK siswa, tes yang dikembangkan diberikan kepada Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa sekolah dasar pada umumnya memiliki kesulitan tertentu dalam kompetensi TIK tingkat Penelitian ini sangat penting, karena penggunaan TIK siswa dan kompetensi Kekurangan penelitian ini adalah tidak adanya pengujian invariansi Disertasi akan mengukur kompetensi digital guru PAUD,
(2015). Gender and based ICT 378 siswa kelas enam dari 58 sekolah dasar di Flanders (wilayah berbahasa Belanda di Belgia). Untuk tinggi yang berfokus pada komunikasi dengan cara yang dapat diterima secara sosial dan dapat dipahami dengan jelas. Selain itu, hasil TIK dapat membuat perbedaan dalam kinerja terkait akademik mereka. Ini pengukuran sebelum membuat perbandingan antara jenis kelamin dan bukan anak PAUD
socioeconomic related differences competences menjamin bahwa sekolah mewakili total populasi sekolah Flemish, desain sampel bertingkat digunakan. menunjukkan bahwa anak perempuan memiliki keterampilan TIK teknis yang lebih baik dan kompetensi TIK tingkat tinggi daripada anak berarti bahwa perbedaan terkait SES dalam kompetensi TIK juga dapat kelompok SES. Meskipun ditemukan perbedaan dalam kompetensi
in performance based ICT Lebih khusus lagi, total populasi sekolah Flemish secara eksplisit dikelompokkan untuk jaringan laki-laki. Berkenaan dengan status sosial ekonomi, hasil menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu berhubungan positif dengan memperbesar perbedaan dalam kinerja terkait akademik, dan pada akhirnya TIK antara kelompok SES, sulit untuk mengatakan apakah perbedaan
competences pendidikan (pendidikan publik resmi, pendidikan otoritas publik bersubsidi dan pendidikan otoritas swasta keterampilan TIK teknis siswa dan kompetensi TIK tingkat tinggi. mempertahankan perbedaan sosial ekonomi. ini dapat dikaitkan dengan karakteristik kelompok SES atau
bersubsidi) dan ukuran sekolah (sekolah kecil <180 siswa; sekolah besar> 180 siswa), dan secara karakteristik tes. Dengan demikian, penelitian selanjutnya harus
implisit bertingkat untuk provinsi (5 provinsi di Flanders). Berdasarkan dua faktor stratifikasi eksplisit menyelidiki apakah pengujian saat ini ditafsirkan dengan cara yang
tersebut, dibuat matriks 3 x 2 - 6 subpopulasi sekolah (strata). Di setiap strata, sekolah diurutkan menurut sama dalam kelompok yang berbeda sebelum membuat perbandingan
provinsi. Setelah itu, sekolah dipilih secara acak dari strata yang berbeda. Di setiap sekolah, siswa dipilih antar kelompok. Untuk tujuan ini, variabel laten yang mendasari item
secara acak dengan rata-rata 6,52 siswa / sekolah. Berkenaan dengan latar belakang sosial budaya, pengujian harus diidentifikasi terlebih dahulu. Setelah itu harus
penggunaan desain sampel bertingkat juga menjamin bahwa sekolah yang dipilih dan siswanya berlokasi diperiksa apakah fungsi matematika yang menghubungkan variabel
di pedesaan dan perkotaan. Selanjutnya, siswa berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi laten ini dengan data sama di setiap SES dan kelompok gender.
yang berbeda: 19,1% berasal dari keluarga dengan gaji bersih 0-2000 euro / bulan; 57,6% berasal dari
keluarga dengan gaji bersih 2000-4000 euro / bulan; dan 23,3% berasal dari keluarga dengan gaji bersih
4000 euro / bulan atau lebih. Usia siswa berkisar antara 10,79-13,85 tahun dengan rata-rata usia 12,06
tahun (SD = 0,46). Dari
siswa, 50,0% adalah laki-laki dan 50,0% adalah perempuan. Informasi tentang jenis kelamin siswa dan
SES diminta dari siswa dan orang tua mereka masing-masing (N = 378).

28 Guillén-Gámez, F. D., Mayorga- teacher's - - - - - Model regresi linier berganda, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kompetensi digital: jenis Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara pengetahuan dan penggunaan alat 2.0 dan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini dapat membantu Perlu untuk terus memperluas pemahaman tentang topik dan Disertasi akan menggunakan metode penelitian yang
Fernández, M. aJ, Bravo-Agapito, pedagogical digital kelamin, usia dan tingkat pendidikan. Dengan tujuan ini, jenis penelitian noneksperimental, ex post facto Modul Moodle. Selain itu, hasil penelitian menemukan bahwa variabel usia dan jenis kelamin berpengaruh terhadap prediksi tingkat mengembangkan intervensi pendidikan yang difokuskan pada peningkatan memperluas sampel ke lebih banyak peserta. Hal ini memungkinkan berbeda dengan penelitian ini
J., & Escribano-Ortiz, D. (2020). competence telah dilakukan dengan populasi penelitian 81 guru dari komunitas Madrid (Spanyol). kompetensi pedagogik digital staf pengajar, sedangkan tingkat pendidikan tempat mereka mengajar tidak berpengaruh. kompetensi digital guru yang kurang baik. untuk menggeneralisasi data yang diperoleh secara lebih luas dalam
Analysis of Teachers’ Pedagogical Untuk penelitian, survei dirancang melalui Google Drive. Tautan tersebut diberikan kepada sederet guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru saat ini memiliki level PDC sedang, meskipun mereka memiliki level yang lebih tinggi dalam kaitannya dengan variabel akademik lainnya (lembaga swasta dan
Digital Competence: Identification yang, melalui aplikasi WhatsApp, terus menyebarkan survei ke berbagai guru (snowball sampling). Dalam subdimensi pengetahuan sehubungan dengan subdimensi penggunaan edukatif. Ini mengarah pada asumsi bahwa meskipun kita hidup publik, tingkat pendidikan lain, tingkat pendidikan yang dicapai). Selain
of Factors Predicting Their judul kuesioner, partisipasi guru diminta, menjamin anonimitas dalam pengolahan data. dalam masyarakat pengetahuan dan informasi, para guru masih belum memiliki pelatihan TIK yang solid, yang secara langsung itu, akan menarik untuk mengetahui bagaimana motivasi guru dalam
Acquisition memengaruhi pengajaran mereka. Hal ini mungkin disebabkan oleh kekurangan dalam pelatihan maupun pembelajaran sepanjang praktik mengajar dapat memengaruhi tingkat PDC mereka di kelas.
hayat, karena TIK masih belum dimasukkan secara transversal ke dalam proses belajar-mengajar. Selain itu, mungkin karena guru masih
belum memiliki sumber daya yang diperlukan untuk digunakan di kelas, karena mereka masih menggunakan alat-alat tradisional.
NO PENULIS/JUDUL/ TAHUN VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KELEBIHAN KEKURANGAN PERBEDAAN
1/FOKUS 2/FOKUS 3/FOKUS 4/FOKUS 5/FOKUS 6/FOKUS

29 Jiménez-Hernández, D., teachers' digital gender age branch of - - Metode penelitian: investigasi. Pengumpulan data dilakukan selama bulan pertama kelas di salah satu Kompetensi digital jelas terkait dengan persepsi diri tentang keterampilan teknologi sehari-hari, tetapi juga dengan perbedaan gender. penelitian ini membahas berbagai digital competence framework, meliputi Penelitian ini didasarkan pada kuesioner persepsi diri, dan bukan pada Disertasi akan mengevaluasi kompetensi digital guru
González-Calatayud, V., Torres- competence knowledge program Magister Pendidikan di Spanyol, selama tiga tahun akademik berturut-turut (2017-18 hingga Namun, cabang pengetahuan yang menjadi langganan gelar, tidak berkontribusi untuk menjelaskan perbedaan statistik pada kompetensi NETS-T, Teachers ICT Competence Standards, DigiLit Leicester, DIGCOMP- evaluasi objektif kompetensi digital. Sifat obyektif dari skor dalam secara objektif melalui kuesioner dan dokumen lain yang
Soto, A., Mayoral, A. M., & 2019-20), dengan mengisi kuesioner online sukarela yang diteruskan kepada siswa yang memulai digital dari perspektif global. Kompetensi digital global adalah -0,108 lebih kecil untuk perempuan dibandingkan laki-laki (interval kredibel EDU, dan common Framework for TDC. Penilaian kompetensi pengajaran dimensi yang dipertimbangkan ditingkatkan dengan menggunakan mendukung
Morales, J. (2020). Digital master. Penelitian ini dilakukan mengikuti semua prinsip etika yang ditetapkan oleh Kantor Penelitian 95% (-0,245, 0,029)). Selain itu, semakin kecil persepsi keterampilan teknologi pada rutinitas sehari-hari, semakin kecil kompetensi digital digital dilakukan sesuai dengan kerangka DigCompEdu, yang paling dihargai rata-rata dari beberapa item yang membentuk setiap dimensi.
competence of future secondary Universitas Miguel Hernández dari Elche. global yang dinilai oleh kuesioner survei (yang terbukti konsisten): perbedaan rata-rata antara tingkat ETS med dan min adalah 0,288, oleh para ahli.
school teachers: Differences Responden berjumlah 485 orang, diklasifikasikan menurut jurusan dan usia (generasi Z), jenis kelamin, dan probabilitas (posterior) untuk lebih besar dari -0,022 adalah 0,975. Perbedaan antara level ETS maks dan min adalah 0,931, dengan
according to gender, age, and dan keterampilan teknologi sehari-hari yang dirasakan, dan cabang ilmu (AH = seni dan humaniora, S = probabilitas 0,975 lebih besar dari 0,636 (seperti yang diberikan oleh interval kredibel 95%). Varians yang tidak dapat dijelaskan oleh
branch of knowledge sains, HS = ilmu kesehatan, SLS = ilmu sosial dan hukum, EA = teknik dan arsitektur). model, yaitu, varian dari residual, sangat kecil 0,272, seperti interval kredibel 95% (0,228, 0,324), yang memberikan keandalan pada
Kuesioner yang disederhanakan berdasarkan model DigComp digunakan. Ini mencakup lima bidang hasil.
kompetensi, yaitu: A1, literasi informasi dan informasi (3 item); A2, komunikasi dan kolaborasi (6 item);
A3, pembuatan konten digital (4 item); A4, keamanan (4 item); dan A5, pemecahan masalah (4 item).
Semua item diskalakan dari 1 sampai 5, 1 sebagai tingkat minimal perolehan kompetensi dan 5
maksimal. Reliabilitas kuesioner di tingkat area telah dipelajari melalui koefisien alpha Cronbach untuk
setiap kelompok item yang mendefinisikan area kompetensi A1 hingga A5.

30 Touron, J., Martin, D., Navarro teachers' digital INTEF - - - - Metode: validasi konstruk kuesioner untuk mengukur kompetensi digital guru. Hasil kesesuaian keseluruhan untuk kedua skala menunjukkan hasil yang optimal, dengan nilai lebih rendah dari 3 untuk indeks chi- Ini merupakan instrumen praktis yang dimaksudkan untuk memfasilitasi Penggunaan instrumen ini dimungkinkan mengingat karakteristik Disertasi menggunakan DigCompEdu Framework
Asencio, E., Pradas, S., & Inigo, competence (TDC) framework Sampel sebanyak 426 guru digunakan dalam proses validasi. Ini didekati melalui proses online. kuadrat ternormalisasi, nilai di bawah 0,06 di RMSEA, dan nilai 0,9 di IFI dan CFI. Data juga meliputi validitas konvergen dan diskriminan analisis posisi terkait pengetahuan dan penggunaan strategi digital tertentu metriknya yang sesuai yang akan menjadi objek studi baru dengan
V. (2018). Validation de constructo Reliabilitas total instrumen, diestimasi menggunakan Cronbach's Alpha, adalah 0,98. Keandalan untuk yang signifikan dan dapat diterima. Reliabilitas konstruk untuk validitas konvergen dalam semua kasus mendekati 0,90. Sedangkan oleh guru, sehingga jalur pelatihan dapat ditawarkan berdasarkan hasil yang sampel yang lebih besar di masa mendatang karena validasi suatu
de un instrumento para medir la dimensi pada skala «Pengetahuan» bervariasi dari 0,89 hingga 0,94 dan untuk skala «Penggunaan» dari untuk validitas diskriminan, model yang diusulkan lebih baik daripada alternatif, dengan variasi kecil pada skala «Use» yang akan sesuai dan dipersonalisasi. instrumen merupakan proses yang selalu belum selesai.
competencia digital docente de los 0,87 hingga 0,92. Validitas konstruk telah dimodifikasi dari model awal dengan 5 faktor ke faktor lainnya menjadi objek analisis selanjutnya. Instrumen ini akan memungkinkan untuk mengevaluasi kompetensi guru dan membantu dalam
profesores (CDD) dengan 4 faktor dan 4 sub faktor. Faktor beban barang dengan dimensi tempatnya sebagian besar di perencanaan jalur pelatihan yang dipersonalisasi tergantung pada hasil mereka.
atas 0,5 dan dalam banyak kasus di atas 0,70. Pada skala «Pengetahuan» hanya ada 1 bobot yang tidak Model lima dimensi awal memiliki kesesuaian yang cukup baik dan menampilkan indeks kecocokan keseluruhan yang dapat diterima
mencapai nilai ini. tetapi dapat ditingkatkan. Meskipun demikian, file
kecocokan inkremental dan indeks kesesuaian sampel menyarankan perubahan harus dilakukan. Setelah melakukan modifikasi, struktur
baru terdiri dari empat dimensi atau faktor umum (Mengelola informasi, Komunikasi dan Kolaborasi, Masalah dan Keamanan, dan
Membuat Konten Digital) dan empat sub-dimensi (Penyimpanan Cloud, Keamanan dan Pemeliharaan, Proyek di Sekolah dan Evaluasi).

31 Amhag, L., Hellström, L., & teacher educators' needs for digital - - - - Survei digital didistribusikan melalui email ke 405 guru yang mewakili dua fakultas di kedua universitas; Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru tidak menggunakan alat digital terutama untuk tujuan pedagogis. Oleh karena itu, mereka Tingkat respons yang rendah dapat dijelaskan dengan waktu pengumpulan Pertama, jumlah responden yang relatif rendah dalam studi harus Disertasi hanya mengukur kompetensi digital guru PAUD
Stigmar, M. (2019). Teacher use of digital tools competence Secara total, 105 guru menanggapi. Survei mencakup 16 pertanyaan, dengan variasi tertutup dan membutuhkan dukungan pedagogis yang luas dalam menciptakan pengajaran digital. Selanjutnya, guru perlu mengidentifikasi nilai lebih data: tepat sebelum akhir periode musim semi, dan hanya dengan satu diperhitungkan, karena ini berarti hanya sedikit kasus yang yang menjadi mahasiswa pada FKIP-UT
Educators’ Use of Digital Tools terbuka. Dua landasan teoritis digunakan: model TPACK dan, sebagai pelengkap, kemampuan mandiri pedagogis dalam konteks belajar mengajar mereka sendiri dengan alat digital untuk meningkatkan motivasi untuk contoh sukses yang pengingat partisipasi yang diedarkan. Lebih lanjut, tingkat respons yang dimasukkan dalam analisis. Kedua, karena penelitian ini menggunakan
and Needs for Digital Competence komputer. Melalui analisis penggunaan yang dilaporkan sendiri, kompetensi, dan kebutuhan pelatihan konkret, efektif, dan berorientasi mata pelajaran seperti yang disajikan oleh guru berpengalaman. rendah dapat membatasi keterwakilan dan generalisasi hasil. Dengan sampel desain cross-sectional, maka tidak memungkinkan untuk menarik
in Higher Education profesional dalam digitalisasi dalam pengajaran. Temuan utama tentang bagaimana guru menggunakan alat digital dan mengevaluasi kompetensi mereka tentang bagaimana yang lebih besar, hubungan antara penggunaan alat digital pendidik guru dan kesimpulan mengenai arah kausalitas antara faktor-faktor yang diteliti.,
Studi ini mencakup data kuantitatif dan kualitatif dari survei digital dengan pertanyaan tertutup dan mempraktikkan TIK secara efektif dalam situasi pengajaran adalah bahwa mereka semua menggunakan beberapa bentuk alat digital kompetensi yang dilaporkan sendiri dalam menggunakan TIK dalam situasi walaupun hal ini bukan merupakan tujuan penelitian. Terakhir,
terbuka dari dua fakultas pendidikan guru di dua universitas berbeda di Swedia. Peserta: survei digital dalam pekerjaan mereka. Hampir semua orang menggunakan laptop, sementara satu dari lima menggunakan papan interaktif. Layanan pengajaran dapat dianalisis pada tingkat yang lebih tinggi. Misalnya, semua menggunakan kuesioner yang menanyakan kepada responden
didistribusikan melalui email ke semua pendidik guru (N = 405), mewakili dua fakultas di dua universitas dan program digital yang paling umum digunakan oleh pendidik guru adalah platform siswa digital, alat komunikasi digital, dan alat kategori respons dapat digunakan dalam analisis. Namun, memilih pengajar layanan atau program spesifik mana yang mereka gunakan dalam
berbeda di Swedia. Guru melaporkan (kemungkinan jawaban ganda) mengajar dalam pelatihan guru pertemuan elektronik; alat-alat ini digunakan untuk pengajaran, komunikasi dan pertemuan, administrasi harian, dan penelitian. Sepertiga guru dari dua universitas yang berbeda dari departemen yang berbeda pekerjaan mereka yang dapat membatasi penilaian mereka terhadap
prasekolah (19,2%), pelatihan guru sekolah dasar, tahun 1-3 (27,9%), pelatihan guru sekolah dasar, pendidik guru menilai kompetensi mereka terkait digitalisasi pengajaran sebagai tinggi, sedangkan sekitar seperlima melaporkan meningkatkan kredibilitas data, karena hal ini menawarkan variasi dan contoh yang diberikan.
tahun 4–6 (32,7%), pelatihan guru sekolah dasar , pusat waktu senggang (20,2%), pelatihan guru mata kompetensi mereka rendah. Lebih lanjut, kompetensi yang dilaporkan sendiri juga terkait dengan persepsi menciptakan lingkungan pemahaman yang lebih kaya tentang penggunaan dan kebutuhan pendidik
pelajaran (38,5%), pelatihan guru kebutuhan khusus (11,4%), dan pendidikan lanjutan guru (18,1%). pembelajaran digital sebagai sesuatu yang bermasalah. Responden yang melaporkan kompetensi tinggi tentang digitalisasi laporan guru akan kompetensi digital untuk mendukung pembelajaran online siswa
Sampel terdiri dari 105 responden (62,5% perempuan). Frekuensi menjawab secara keseluruhan adalah pengajaran yang menciptakan lingkungan pembelajaran digital sebagai sesuatu yang tidak bermasalah ke tingkat yang lebih tinggi guru. Tanggapan atas pertanyaan tentang jenis teknologi digital apa yang
26%. Di antara peserta, sebagian besar telah bekerja 1-5 tahun di universitas (30,7%), berusia 51-60 secara statistik (p <0,001) dibandingkan dengan responden yang melaporkan kompetensi rendah. Kedua, untuk memeriksa pelatihan digunakan responden dalam pekerjaan mereka diberi kata-kata sehingga
tahun (36,5%), dan memiliki gelar doktor (58,8%). apa yang dibutuhkan pendidik guru untuk membuat siswanya berfungsi secara online, pertama-tama mereka diminta untuk tidak harus menyiratkan situasi pengajaran secara khusus (yaitu, "Jenis
memperkirakan kebutuhan pelatihan terkait digitalisasi pengajaran. Secara total, 13,0% melaporkan kebutuhan rendah, 50,0% teknologi digital apa yang Anda gunakan dalam pekerjaan Anda; jenis apa
kebutuhan sedang, dan 37,0% kebutuhan tinggi. layanan / program yang Anda gunakan dalam pekerjaan Anda ”). Namun,
Fisher's test menunjukkan bahwa responden yang melaporkan kompetensi rendah mengenai digitalisasi pengajaran mengkomunikasikan meskipun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi penggunaan
kebutuhan yang lebih besar secara statistik untuk pelatihan (p <0,05) dibandingkan dengan responden yang melaporkan kompetensi teknologi pendidik guru dalam situasi pengajaran, hasilnya menunjukkan
tinggi. Artinya, kebutuhan akan pelatihan profesional yang dilaporkan sendiri lebih besar di antara responden yang melaporkan bahwa teknologi digital tidak digunakan terutama untuk tujuan pedagogis.
kompetensi digital mereka rendah. Menariknya, di antara responden yang menilai kompetensi digital mereka tinggi, proporsi yang sama Kepercayaan ditingkatkan dengan melibatkan tiga peneliti dalam proses
melaporkan kebutuhan pelatihan yang sederhana (24,1%) dan kebutuhan pelatihan yang signifikan (27,6%). Singkatnya, ada responden analisis untuk mencapai konsensus dan dengan memasukkan kutipan dari
yang menganggap dirinya memiliki kompetensi digital yang tinggi dan merasa puas dengan kompetensinya serta tidak membutuhkan teks yang ditranskrip, sehingga menunjukkan persamaan dan perbedaan
pelatihan lebih lanjut. Namun, banyak responden dengan kompetensi tinggi yang masih ingin belajar lebih banyak dan menerima lebih hasil.
banyak pelatihan. Ini menggambarkan dua kebutuhan yang berbeda dalam kelompok dengan kompetensi tinggi. Lebih lanjut, sedikit
lebih dari setengah (55,4%) responden melaporkan telah mengikuti pelatihan tentang digitalisasi pengajaran. Di antara mereka, 8,9%
menilai kompetensi mereka tentang digitalisasi pengajaran sebagai rendah, sedangkan 37,5% melaporkan kompetensi mereka tinggi.
Proporsi responden yang melaporkan kompetensi mereka tinggi secara signifikan lebih tinggi (p <0,05) di antara mereka yang pernah
mengikuti semua jenis pelatihan dibandingkan dengan mereka yang melaporkan bahwa mereka tidak pernah mengikuti jenis pelatihan
apa pun (17,8%).

32 Maderick, J. A., Zhang, S., preservice self-assessing - - - - Metode: literature review dan survey online tentang digital competence Hasilnya, sesuai dengan studi sebelumnya, mengkonfirmasi bahwa guru pra-jabatan yang berpartisipasi secara tidak akurat menilai diri Penelitian ini menyajikan gap antara subjective dan objective assessment, Keterbatasan utama dalam studi ini dan studi serupa terletak pada Disertasi akan mengukur in-service teachers' digital
Hartley, K., & Marchand, G. teachers digital Sekelompok 174 guru preservice di universitas negeri Southwestern yang besar berpartisipasi dalam sendiri kompetensi digital mereka. Studi tersebut menyimpulkan bahwa penilaian diri subyektif kurang validitas yang sesuai dan bukan yaitu bahwa tujuan penelitian adalah untuk menguji validitas penilaian diri sifat teknologi digital yang ada di banyak tingkatan dan tunduk pada competence
(2015). Preservice Teachers and competence survei online yang terdiri dari tiga segmen: penilaian diri subjektif, penilaian pilihan ganda yang objektif, merupakan prediktor mandiri yang akurat dari kompetensi digital di antara calon guru. Namun, jika dipertimbangkan dalam hubungannya subjektif dari kompetensi digital dan menemukan bahwa hal tersebut bukan keanehan dari berbagai platform. Termasuk dalam ketidakteraturan
Self-Assessing Digital dan demografi. Proses rekrutmen diselesaikan dengan mengirimkan 1.187 undangan email kepada calon dengan cara lain, penilaian diri mungkin terbukti berguna bagi guru pra-jabatan untuk membantu dalam refleksi kompetensi, cara yang akurat atau valid untuk menilai kompetensi. Secara keseluruhan, tersebut adalah luasnya materi yang tersedia mengenai tingkat
Competence peserta di kumpulan penelitian departemen. Mereka yang diberi pemberitahuan tentang penelitian dan keterampilan, dan pengetahuan mereka dan untuk membantu mereka dalam menyesuaikan persepsi dan sikap mereka mengenai peserta calon guru studi secara konsisten menilai lebih kompetensi digital penggunaan di area topik tertentu
memilih untuk menanggapi dimasukkan ke dalam sampel peserta untuk penelitian tersebut. Siswa yang teknologi selama praktik profesional mereka. . Selain itu, penilaian diri dalam hubungannya dengan cara lain dapat membantu pendidik mereka. Di seluruh literatur, individu dengan tingkat keahlian terendah, baik
tidak menjawab dikirim kedua dan jika perlu, email undangan ketiga untuk memastikan bahwa minimal guru dalam memberikan kesempatan untuk meningkatkan kompetensi dalam program pelatihan guru. dari pengalaman, kurangnya pelatihan, kurangnya pengetahuan sebelumnya,
160 peserta diamankan. Sampel peserta yang diambil untuk penelitian ini berasal dari 1.187 siswa calon Skor z menunjukkan penilaian kompetensi digital yang berlebihan di semua tujuh pengelompokan topik digital konseptual. Hasil atau hanya individu yang berkinerja buruk, secara konsisten menilai lebih
guru yang terdaftar di kelas untuk sertifikasi guru K-12 di Sekolah Tinggi Pendidikan universitas. Di penelitian menunjukkan bahwa penilaian diri subjektif tidak secara akurat mencerminkan kesepakatan dengan kinerja yang ditunjukkan kompetensi, keterampilan, atau pengetahuan mereka.
Amerika Serikat, ada lebih banyak guru perempuan daripada laki-laki; pada tahun 2011, perempuan oleh penilaian objektif. Hasil perbandingan nonparametrik Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan secara
merupakan 84% dari populasi guru A.S. Hal ini tercermin dalam sampel studi dari 174 subjek dengan statistik antara hasil SSAI subjektif dan hasil OAI objektif yang sesuai. Semua kelompok demografis dari guru preservice yang
83,3% perempuan (N = 145), dan 16,7% laki-laki (n = 29). Tidak ada generalisasi yang dibuat untuk berpartisipasi menunjukkan bias kelonggaran dalam penilaian diri atas kompetensi digital mereka.
populasi secara umum berdasarkan persentase proksimal. 174 subjek juga dibagi menurut tahun lahir
mereka. Ini menunjuk orang-orang yang lahir setelah 1980 sebagai Digital Natives, sedangkan mereka
yang lahir sebelum 1980 diklasifikasikan sebagai Digital Immigrants. Oleh karena itu, tahun 1980
digunakan sebagai titik pemisah antar mata pelajaran. Dari 174 subjek, 15,5% lahir sebelum 1980 (n =
27), dan 84,5% lahir setelah 1980 (n = 147).
NO PENULIS/JUDUL/ TAHUN VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KELEBIHAN KEKURANGAN PERBEDAAN
1/FOKUS 2/FOKUS 3/FOKUS 4/FOKUS 5/FOKUS 6/FOKUS

33 Kuzminska, O., Mazorchuk, M., students' digital teachers' digital - - - - Metode: descriptive statistics. Data dianalisis dengan menggunakan ANOVA. Mengenai masalah Guru dan siswa memiliki tingkat penggunaan alat dan komunikasi digital di atas rata-rata. Namun, tingkat kompetensi tidak bergantung Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi digital mempengaruhi Harus ada lingkungan yang seragam dari pengelolaan kompetensi Disertasi hanya mengukur kompetensi digital guru PAUD
Morze, N., Pavlenko, V., & competence competence kesiapan guru dan siswa untuk pendidikan digital dan hidup di dunia digital, peneliti memilih skema pada cara keterampilan tersebut diperoleh. Tingkat kompetensi penggunaan TI secara profesional jauh lebih tinggi bagi siswa daripada struktur program pelatihan, pengembangan profesional guru dan layanan digital di universitas. Hal ini memungkinkan penyediaan di dalam saja
Prokhorov, A. (2018). Digital penelitian tunggal cross-sectional. Sampel populasi berupa pegawai, guru dan mahasiswa perguruan guru. Guru memiliki tingkat penggunaan TI yang lebih tinggi untuk melakukan tugas pendidikan. Tingkat kompetensi dalam ilmu eksakta serta sumber daya yang ditujukan untuk mahasiswa di universitas. universitas: ruang informasi umum untuk kontrol, pengembangan, dan
competency of the students and tinggi dari berbagai bidang: matematika dan informatika, spesialisasi kemanusiaan, hak dan hukum, berbeda dengan yang lainnya. Tingkat kompetensi responden yang memiliki akses terbatas (atau tidak memiliki akses sama sekali) ke transfer kompetensi digital; komunikasi yang dioptimalkan antara
teachers in Ukraine: kedokteran dan ilmu kedokteran hewan, dll. Daftar lengkap perkiraan fitur yang mencerminkan data sumber daya dengan literatur jauh lebih rendah, dibandingkan dengan tingkat responden yang memiliki akses penuh ke sumber tersebut. siswa, guru dan administrasi universitas; perencanaan individu,
Measurement, analysis, pribadi responden disediakan. Karena tujuan dari penelitian ini bukanlah penilaian yang tepat dari tingkat Tidak ada perbedaan pada jenis kelamin, usia dan ketersediaan sarana teknis. pemantauan dan pengelolaan lintasan pendidikan secara pribadi untuk
development prospects kompetensi di masing-masing bidang, tetapi mendefinisikan komunikasi antar kelompok responden yang setiap siswa
berbeda usia, jenis kelamin, status (siswa, guru), dan bidang pekerjaan (teknis). atau nonteknis),
kesalahan keterwakilan tidak melebihi 8% dari total responden yang diwawancarai (193 orang).
Responden terbanyak adalah para guru dan mahasiswa perguruan tinggi seperti Universitas Nasional
Ilmu Kehidupan dan Lingkungan Ukraina, Universitas Dirgantara Nasional "KHAI", dan Universitas Boris
Grinchenko Kyiv. Kuesioner disebarkan dalam dua cara: di halaman web Universitas dan melalui jejaring
sosial.

34 Artacho, E. G., Martínez, T. S., digital competence teaching - - - - Teknik analisis data: statistik non-parametrik. Untuk melakukan statistik inferensial, peneliti sebelumnya menggunakan normalitas dan homogenitas varians. Tes Kolmogorov-Smirnov Peneliti membangun pendekatan terhadap realitas Lifelong Learning Akses ke sampel peserta, karena jumlah guru berkurang dan mereka Disertasi mengkaji digital competence guru PAUD di
Ortega Martín, J. L., Marín Marín, innovation Evaluasi pengembangan kompetensi digital pada guru tahap Lifelong Learning di komunitas Andalusia dan Shapiro-Wilk diterapkan, memperoleh hasil yang menguatkan bahwa distribusi data yang dikumpulkan tidak sesuai dengan tren teachers, untuk mencoba mengkontekstualisasikan kepada komunitas berasal dari lokasi berbeda di Andalusia. Dianggap bahwa skala Indonesia
J. A., & García, G. G. (2020). (Spanyol). Untuk itu, digunakan desain kerja kuantitatif dan transversal, dengan sampel 142 guru dari normal (p <0,01). Uji Levene dihitung yang memungkinkan kami untuk menguatkan ide sebelumnya, karena tidak ada persamaan antara peneliti tentang keberadaan tahap pendidikan dan kebutuhan yang tersebut dapat mencerminkan nilai yang lebih terbatas untuk menjamin
Teacher training in lifelong berbagai sekolah di wilayah ini. varian yang diperoleh (p> 0,05). Setelah tes ini ditentukan, pengukuran statistik nonparametrik digunakan. Secara khusus, tes Mann- dihadirkannya pada saat yang bersamaan. Studi tersebut menunjukkan statistik yang lebih andal. Penelitian ini bersifat deskriptif dan tidak
learning-the importance of digital Whitney U dan Wilcoxon W digunakan, yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pengembangan kompetensi bahwa kesulitan guru dalam memulai kontak nyata dengan TIK masih dapat disimpulkan dari konteks lain di Spanyol, karena masing-masing
competence in the digital guru yang disurvei berdasarkan variabel independen “pelatihan TIK sebelumnya”. Hanya hubungan antara variabel independen berlaku. Selain itu, penelitian juga menjelaskan bahwa pelatihan TIK komunitas otonom memiliki desain kurikuler yang serupa, namun
encouragement of teaching dan komunikasi dan kolaborasi dan dimensi pembuatan konten digital dianggap signifikan (p <0,05). Kekurangan guru di lima dimensi sebelumnya bagi para guru bukanlah faktor penentu dalam tingkat dengan dinamika organisasi dan kinerja yang berbeda.
innovation digital, terutama dalam pembuatan konten digital. Ada hubungan langsung antara pelatihan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) kompetensi yang ditunjukkan, dengan pengecualian kreasi konten mereka
sebelumnya dan dimensi komunikasi dan kolaborasi, dan pembuatan konten. Para guru yang peduli dengan pelatihan TIK pra-jabatan sendiri. Hal ini mengarah pada kesimpulan bahwa pelatihan TIK yang ada
masih muda dan dengan pengalaman kurang dari 10 tahun. Kesimpulannya, pengembangan kompetensi pengajaran digital terus perlu ditingkatkan guna meningkatkan level kompetensi digital guru yang
menjadi tantangan bagi sistem pendidikan yang harus diatasi, dan akan terus menjadi isu utama dalam pelatihan guru saat ini, karena disajikan.
memang merupakan pilar fundamental untuk mempromosikan cara baru dalam mengajar, menjadi satu-satunya cara untuk
mengembangkan panorama inovasi pengajaran wilayah.

35 Maina, M. F., Santos-Hermosa, open educational digital - - - - Studi ini mengadopsi pendekatan penelitian berbasis desain yang dibuka melalui tiga fase Desainer pembelajaran, di sisi lain, mengidentifikasi tiga hambatan dalam penerapan pendekatan berbasis kompetensi. Pertama-tama, Penelitian ini menunjukkan bagaimana adopsi perspektif OEP berkontribusi Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang OEP di K-12 tentang literasi Disertasi fokus pada guru PAUD
G., Mancini, F., & Guàrdia Ortiz, L. practices (OEP) competence pengembangan: fase pertama desain bersama CAS (dari Januari hingga Mei 2018), fase kedua sepertiga dari draf awal CAS mempertahankan peran pasif yang dominan bagi siswa, dan strategi penilaian tidak sepenuhnya selaras pada penerapan pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi di K-12. guru, kebijakan organisasi, dan kerja sama antar lembaga terlepas dari
(2020). Open educational assessment difokuskan pada adaptasi dan implementasi CAS (dari Juli hingga September 2018) , dan fase ketiga dengan pedagogi aktif yang diadopsi dalam skenario. Kedua, interaksi reguler dengan guru mengungkapkan kesulitan mereka dalam Fokus pada DC adalah kesempatan untuk menerapkan dan menguji batas geografis harus memberikan pengetahuan empiris dan teoritis
practices (OEP) in the design of adopsi model secara luas (dari November 2018 hingga Juli 2019). Proses desain partisipatif melibatkan mengintegrasikan pendekatan perkembangan untuk menilai. Hal ini diwujudkan dalam beberapa persyaratan untuk klarifikasi pada pendekatan penilaian kompetensi baru di sekolah-sekolah di seluruh Eropa. yang berkontribusi pada agenda Pendidikan Terbuka dan komitmen
digital competence assessment guru dari berbagai negara Uni Eropa, dua desainer pembelajaran, dan empat peneliti. Titik fokus aturan 2/3 dan gagasan acara sebagai strategi yang menyediakan siswa dengan banyak hal. peluang untuk menunjukkan kapasitas global menuju pendidikan berkualitas yang inklusif dan setara untuk
menargetkan proses sebagai file perkembangan mereka. Ketiga, guru enggan mengembangkan sepenuhnya strategi penilaian kompetensi (mengidentifikasi kriteria dan semua.
praktik yang sedang berlangsung di mana guru berpartisipasi dalam desain CAS, sementara juga indikator kinerja), karena dianggap memakan waktu dan terkadang sulit diterapkan. Penuturan para desainer pembelajaran menunjukkan
berkontribusi pada peningkatan instrumen desain dan untuk membentuk solusi e-portfolio digital. jarak tertentu antara praktik mengajar yang sudah mapan dengan implementasi paradigma kompetensi. Adapun bidang konten praktik,
Pengumpulan data: Data tahap 1, dengan fokus pada proses desain dan keluaran desain (CAS), guru bekerja sama dalam tim dan menghasilkan 20 CAS, yang dirilis di bawah lisensi Creative Commons BY-NC-SA. Semua tim
dikumpulkan melalui kelompok fokus dengan guru dan wawancara dengan desainer pembelajaran. Data berpartisipasi dalam penyempurnaan CAS untuk membangun satu set CAS yang terdiri dari 10 CAS. Mereka juga berkontribusi pada
fase 2 berasal dari kuesioner untuk guru mengenai adaptasi dan implementasi CAS pada platform peningkatan proses desain dan perangkat desain, juga didistribusikan dengan lisensi yang sama. Sesuai dengan area praktik pengajaran
khusus. Terakhir, data tahap 3 diperoleh melalui kuesioner untuk peserta MOOC, dan kuesioner akhir OEF, sebagian besar guru setuju bahwa CAS koheren dengan aktivitas pengajaran mereka karena mereka terkadang menggunakan
untuk guru yang berpartisipasi dalam uji coba. Minat khusus diarahkan pada perubahan dalam praktik pedagogi aktif dan instrumen penilaian seperti rubrik atau skala, meskipun tidak sepenuhnya terintegrasi seperti yang diusulkan oleh
mengajar seperti yang dirasakan oleh guru itu sendiri, dan tingkat penerimaan mereka terhadap model CAM. Terakhir, terkait dengan praktik penilaian guru OEF, perubahan utama yang dirasakan oleh para guru adalah bahwa pendekatan
tersebut. penilaian yang dipromosikan oleh CAM melibatkan perpindahan dari fokus pada tujuan pembelajaran ke pengembangan kompetensi,
dari kegiatan penilaian terisolasi menjadi penilaian yang diintegrasikan ke dalam kegiatan kontekstual, dan dari fokus pada hasil akhir
hingga proses pembelajaran.

36 Çebi, A., & Reisoglu, I. (2020). digital competence perspective of - - - - Dalam penelitian ini, model survei cross-sectional digunakan. Model survei cross-sectional merupakan Respons item kompetensi digital guru pra-jabatan untuk bidang literasi informasi dan data, komunikasi dan kolaborasi, dan keamanan hasil studi akan memandu peneliti saat mereka mengungkapkan kebutuhan Karena pengumpulan data yang diperoleh melalui survei, analisis Disertasi fokus pada in-service teachers
Digital competence: A study from preservice model penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pendapat individu terhadap subjek yang diteliti pada lebih tinggi daripada bidang pembuatan konten digital dan pemecahan masalah. Pengetahuan dan keterampilan calon guru khususnya guru pra-jabatan dan berisi informasi tentang apa yang harus difokuskan dilakukan berdasarkan item dan hasilnya dievaluasi melalui analisis ini.
the perspective of pre-service teachers waktu tertentu. Peserta: Survei ini melibatkan 587 guru pra-jabatan dari 51 provinsi di Turki yang belajar dalam mengembangkan konten dalam bentuk sederhana dengan menggunakan teknologi digital dan menyelesaikan masalah teknis saat pada pelatihan atau kegiatan yang akan diselenggarakan untuk memenuhi Oleh karena itu, mungkin berguna untuk fokus pada studi pengukuran
teachers in Turkey di 63 universitas berbeda dan yang mendaftar online untuk pendidikan kompetensi digital. Namun, 69 menggunakan media dan perangkat digital memiliki rata-rata yang rendah dibandingkan dengan kompetensi pengetahuan dan kebutuhan tersebut. yang dikembangkan untuk mencakup semua bidang kompetensi digital
kuesioner tidak diisi dengan benar dan tidak dimasukkan dalam penelitian. Penelitian dilakukan dalam keterampilan digital lainnya. Ini mungkin karena fokus pada pengetahuan teoritis dalam program pelatihan guru, kurangnya praktik untuk dalam studi selanjutnya. Dengan demikian, penelitian berdasarkan
kerangka data yang diperoleh dari 518 guru pra-jabatan. 79,2% dari peserta penelitian adalah pengembangan konten dan masalah teknis. Fakta bahwa guru pra-jabatan merasa lebih maju di bidang literasi informasi dan data, hubungan sebab-akibat dapat dilakukan ketika hasil yang dapat
perempuan (n = 410) dan 20,8% adalah laki-laki (n = 108). Usia rata-rata guru pra-jabatan dihitung komunikasi dan kolaborasi, dan keselamatan mungkin karena penggunaan teknologi digital mereka dalam kehidupan sehari-hari sejalan digeneralisasikan mengenai kompetensi digital dapat diperoleh. Selain
sebagai 22,06 (SD = 2,39). Cabang guru preservice didistribusikan sebagai berikut: 22,0% pendidikan dengan bidang-bidang ini. itu dapat dikatakan bahwa calon guru hendaknya mengembangkan diri
komputer dan teknologi pembelajaran (CEIT) (n = 114), 24,3% sekolah dasar Fakta bahwa guru pra-jabatan merasa lebih maju di bidang literasi informasi dan data, komunikasi dan kolaborasi, dan keselamatan di bidang pembuatan konten digital dan pemecahan masalah sejalan
pengajaran (n = 126), 12,9% pengajaran IPS (n = 67), 10,8% pengajaran pra-sekolah (n = 56), 10,4% mungkin karena penggunaan teknologi digital mereka dalam kehidupan sehari-hari sejalan dengan bidang-bidang ini. Dalam literatur, dengan hasil yang diperoleh dari pembelajaran.
pengajaran sains (n ​= 54), 7,5% bimbingan dan konseling psikologis (PCG) ( n = 39), 4,6% pengajaran ditentukan bahwa calon guru menganggap dirinya memiliki tingkat kompetensi yang rendah di bidang pembuatan konten digital,
matematika (n = 24), 4,4% pengajaran bahasa Turki (n = 23), dan 2,9% cabang pengajaran lainnya (n = keamanan, dan pemecahan masalah.
15). Terakhir, guru pra-jabatan ditanyai tentang tingkat persepsi kompetensi digital, dan tingkat
kompetensi digital yang dipersepsikan sebesar 17,2% telah diidentifikasi sebagai rendah, 68,5% sebagai
sedang.
(n = 355), dan tinggi 14,3% (n = 74). Alat Pengumpul Data Kuesioner kompetensi digital yang
dikembangkan peneliti berdasarkan kerangka DigComp digunakan sebagai alat pengumpul data dalam
penelitian. Kuesioner disusun untuk mencakup lima dimensi kompetensi digital (“literasi informasi dan
data”, “komunikasi dan kolaborasi”, “pembuatan konten digital”, “keamanan”, dan “pemecahan masalah”).
Dalam pengembangan kuesioner, panduan untuk DigComp digunakan.

37 Guillén-Gámez, F. D., & Mayorga- digital competence students graduates professors of investigasi ex post facto telah dilakukan dengan 715 peserta, menggunakan teknik ANOVA satu arah Ada perbedaan yang signifikan dalam sikap terhadap teknologi digital di antara mahasiswa dan lulusan terkait dengan staf pengajar Penelitian ini dapat menjadi acuan yang berguna untuk menunjukkan tingkat Penelitian ini terbatas pada proses penilaian diri sendiri terhadap Disertasi hanya mengukur tingat kompetensi guru PAUD
Fernández, M. aJ. (2020). faculty education dengan beberapa perbandingan. universitas. Berkaitan dengan dimensi pengetahuan dan pemanfaatan, tidak terdapat perbedaan antara lulusan dan tenaga pengajar, pelatihan awal siswa, lulusan, dan guru universitas terkait dengan kompetensi tingkat perolehan kompetensi digital yang menjadi mahasiswa pada FKIP-UT
Quantitative-comparative research Sampel intentional non-probabilistik dipilih dari Fakultas Pendidikan di Universitas Kepausan Salamanca namun terdapat perbedaan antara kedua kelompok dengan mahasiswa. digital mereka. Demikian pula, dapat menjadi pedoman bagi universitas
on digital competence in students, (UPSA, Spanyol). Sampel terdiri dari 675 mahasiswa, yaitu 416 mahasiswa, 259 lulusan dan 40 tenaga dalam merancang dan mengembangkan tindakan pelatihan yang bertujuan
graduates and professors of pengajar universitas. Untuk memastikan bahwa hasil tidak dipengaruhi oleh luasnya sampel mahasiswa untuk meningkatkan tingkat pengembangan kompetensi tersebut.
faculty education: an analysis with dibandingkan dengan staf pengajar universitas karena sampel ini lebih rendah, maka dalam SPSS
ANOVA dilakukan pemilihan sampel kelompok mahasiswa dan lulusan secara acak. Untuk siswa, 11% dari total
(47 siswa) dipilih secara acak, dan untuk lulusan, 21% dari total (54 lulusan) dipilih secara acak.
NO PENULIS/JUDUL/ TAHUN VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KELEBIHAN KEKURANGAN PERBEDAAN
1/FOKUS 2/FOKUS 3/FOKUS 4/FOKUS 5/FOKUS 6/FOKUS

38 Ghomi, M., & Redecker, C. DigCompEdu teachers' digital - - - - Pengembangan dan evaluasi instrumen, dan menganalisis hasil penelitian dengan 335 peserta di Jerman Ada perbedaan yang signifikan, meskipun kecil, antara STEM dan non-STEM Instrumen memberikan titik awal yang menjanjikan untuk pengembangan alat Pengumpulan data tidak dilakukan di bawah pengaturan yang Pengumpulan data pada disertasi dikontrol hanya pada
(2019). Digital competence of competence berdasarkan reliabilitas dan validitas alat. Untuk menentukan konsistensi internal, alpha Cronbach guru, dan guru ilmu komputer dan ilmu nonkomputer. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan antara guru yang bersikap negatif penilaian DigCompEdu lebih lanjut. Untuk memverifikasi temuan ini untuk terkontrol. Survei ini tersedia online untuk digunakan siapa saja, responden yang mewakili keseluruhan populasi
educators (DigCompedu): dipertimbangkan untuk seluruh instrumen serta secara terpisah untuk enam bidang kompetensi. Untuk terhadap manfaat teknologi dibandingkan dengan guru yang bersikap netral atau positif. Guru yang berpengalaman dalam menggunakan versi bahasa lain dan adaptasi kontekstual untuk pendidikan tinggi dan orang sehingga tidak mungkin memastikan bahwa semua peserta adalah
Development and evaluation of a menyelidiki validitas, hipotesis didasarkan pada kelompok teknologi di kelas memiliki skor yang jauh lebih tinggi, yang semakin menegaskan validitas instrumen. Singkatnya, hasil analisis dewasa, studi serupa harus dilakukan dengan varian alat yang berbeda. Alat guru yang sebenarnya mengisi survei. Selain itu, semua hasil
self-assessment instrument for dengan atribut yang diketahui diuji menggunakan uji Mann-Whitney-U dan korelasi rank Spearman. menunjukkan bahwa survei merupakan instrumen yang andal dan valid untuk mengukur kompetensi digital guru. ini memberi kesempatan kepada guru (1) untuk mempelajari lebih lanjut didasarkan pada data yang dilaporkan sendiri yang diketahui memiliki
teachers’ digital competence tentang kerangka DigCompEdu, yaitu tentang apa artinya menjadi pendidik bias individu dan budaya. Saat menilai kompetensi digital guru,
yang kompeten secara digital, (2) untuk mendapatkan pemahaman pertama misalnya, akan berguna untuk melengkapi laporan diri guru dengan tes
tentang kekuatan individu mereka sendiri, dan (3) untuk mendapatkan ide berbasis pengetahuan, kuesioner siswa atau data observasi. Ini juga
tentang bagaimana meningkatkan kompetensi mereka. Demikian pula, guru dapat meningkatkan pengukuran kualitas penggunaan teknologi digital
dapat mengidentifikasi kebutuhan dan kekuatan peserta PKB mereka dan, dalam praktik pengajaran.
misalnya memilih atau merancang kursus pelatihan yang sesuai. Secara
prospektif, peneliti berencana melakukan studi untuk memvalidasi instrumen
lebih lanjut dan juga untuk mengevaluasi kesesuaian umpan balik. Terutama
dalam umpan balik individu, peneliti melihat potensi untuk membantu pendidik
untuk lebih mengembangkan kompetensi digital mereka.

39 Cheng, X., Wang, X., Huang, J., Likelihood Shift Utility Shift (US) satisfaction with satisfaction with - - Penelitian ini mengadopsi teori kausal yang menjelaskan kepuasan batin. Dalam percobaan tersebut, YST terbukti dapat diterapkan dalam konteks ini dan kepuasan lebih tinggi dalam pembelajaran kolaboratif online dengan thinkLets. menggunakan thinkLets yang terintegrasi dalam GSS adalah cara untuk Ukuran sampel penelitian sebaiknya lebih besar agar perbandingan Collaborative learning merupakan bagian dari kompetensi
Zarifis, A. (2016). An experimental (LS) process (SP) outcome (SO) 113 mahasiswa dari Universitas di Beijing, China dipilih sebagai sampel. 113 peserta — 54 laki-laki dan Menggunakan thinkLets untuk merancang proses kolaboratif berkontribusi pada respons kepuasan yang lebih tinggi dari peserta dalam meningkatkan pergeseran hasil dan tanggapan kepuasan dalam lebih dapat diandalkan. Selain itu, studi eksplorasi seperti ini sampai digital yang akan diukur pada disertasi
study of satisfaction response: 59 perempuan — ambil bagian dalam penelitian ini, semuanya adalah mahasiswa sarjana di universitas pembelajaran kolaboratif online. Dalam mendesain perangkat lunak kolaboratif, ada lebih banyak aspek yang perlu diperhatikan. Tidak pembelajaran kolaboratif online. taraf tertentu memerlukan ketelitian untuk situasi kehidupan nyata.
evaluation of online collaborative China di Beijing, termasuk Universitas Bisnis Internasional dan Ekonomi, Universitas Pos dan hanya fungsi dasar perangkat lunak, tetapi juga proses pendukung yang mengarah ke hasil yang lebih baik dan kepuasan pengguna Dalam kelompok pembanding, sulit untuk memastikan bahwa
learning Telekomunikasi Beijing, Universitas Jiaotong Beijing, dan Pertanian China Universitas. Mereka perlu dipertimbangkan. perbedaan dalam respons kepuasan tidak disebabkan oleh perbedaan
menyatakan bahwa mereka belum pernah menggunakan thinkLets sebelumnya. Masing-masing kualitas dalam implementasi alat (misalnya kegunaan yang lebih baik
memberikan informasi pribadi yang relevan dengan penelitian tersebut. Pada awalnya 113 siswa dibagi dari versi thinkLet karena peningkatan upaya implementasi atau alat
menjadi dua kelompok secara acak, kelompok A dengan 59 anggota dan kelompok B dengan 54 berbeda yang mengarah ke pengalaman pengguna yang berbeda).
anggota. Grup A, usia 18 sampai 22 (usia rata-rata A = 19.915), terdiri dari 28 laki-laki dan 31 Eksperimen terkontrol dapat dilakukan untuk memanfaatkan YST dan
perempuan. Grup B, usia 18 sampai 21 tahun (rata-rata usia B = 19.981), terdiri dari 26 laki-laki dan 28 melakukan studi yang lebih ilmiah.
perempuan. Grup A dan Grup B dibagi menjadi beberapa grup kecil. Setiap kelompok kecil ditugaskan
seorang fasilitator. Kami mendemonstrasikan cara mengoperasikan sistem kolaborasi online dan
menjelaskan langkah-langkah proses kolaborasi dengan skrip. Fasilitator lah yang menguasai proses dan
kerangka waktu pertemuan. Anggota kelompok lainnya bekerja sama di bawah instruksi dan bimbingan
fasilitator. Dalam grup A, Brainstorming, PopcornSort, BucketWalk, dan StrawPoll diadopsi dengan
panduan skrip thinkLet dan dengan sistem pertemuan yang dikembangkan sendiri. Diskusi membantu
mendiskusikan topik tertentu dalam 20 menit. Pada percobaan kali ini, kami mensimulasikan kelas online
dan menetapkan sistem seperti apa yang akan dikembangkan untuk tugas akhir mata kuliah: Sistem
Basis Data sebagai topik pembahasan. Grup B membahas topik yang sama dalam waktu yang sama
dengan pendampingan QQ Group.

40 Rozitis, C. P. (2017). Instructional instructional - - - - - Penelitian ini menggunakan desain Delphi untuk mencapai konsensus di antara 38 peserta dari lima Beberapa peserta menekankan bahwa banyak guru tidak memiliki waktu, sumber daya, kemampuan, atau kewajiban profesional untuk Penelitian ini menyajikan daftar kemampuan yang harus dimiliki oleh guru studi mengasumsikan bahwa semua kompetensi yang tersedia Disertasi hanya akan membahas tentang kompetensi
design competencies for online design kelompok (praktisi online sekolah menengah, akademisi desain instruksional, instruktur preservice mengikuti perkembangan teknologi. Banyak peserta juga menyoroti keprihatinan mereka tentang pelatihan desain instruksional guru sekolah tinggi dalam rangka memodifikasi pembelajaran mereka tersedia pada instrumen awal. Partisipan diasumsikan mewakili seluruh digital guru PAUD saja
high school teachers modifying competencies universitas, administrator sekolah menengah online dan desainer instruksional online sekolah menengah) sekolah menengah online. Seorang peserta mencatat bahwa ada pengembangan profesional terbatas sehubungan dengan desain populasi dan memahami arti dari setiap item pada instrumen. Asumsi
their own courses untuk menentukan kompetensi desain instruksional mana dari tujuh organisasi yang paling cocok untuk instruksional yang mungkin mengarah pada kreativitas dan keberhasilan siswa dalam kursus online. terakhir adalah bahwa semua Skala, berdasarkan pengetahuan
guru sekolah menengah online yang memodifikasi kursus mereka sendiri. Desain Delphi adalah metode mereka sebelumnya. Studi ini juga dibatasi oleh keterbatasan desain
yang kuat untuk menentukan kebijakan, posisi — atau, dalam hal ini, kompetensi desain instruksional Delphi. Penelitian ini dibatasi pada 38 peserta dari lima kelompok
mana yang dianggap paling penting. berikut: praktisi, akademisi desain instruksional, instruktur preservice
universitas, administrator sekolah online, dan desainer sekolah
menengah. Grup tidak terdistribusi secara merata dan sebagian besar
berasal dari Amerika Serikat dan oleh karena itu mungkin tidak
mewakili konsensus internasional. Keterbatasan, seperti penggunaan
41 Ally, M. (2019). Competency Competency - - - - - Penelitian ini melakukan FGD dan wawancara dengan pakar pendidikan dari enam negara untuk Kompetensi yang Dibutuhkan oleh Guru Digital untuk Pendidikan Masa Depan: Profil kompetensi digital guru 2030 dapat digunakan oleh organisasi Sulit untuk
Internet, memprediksi
tingkat gesekan,teknologi
konsensusapadiyang akan
antara tersedia
peserta dandipeserta
tahun itu Kompetensi digital yang akan diukur pada disertasi
profile of the digital and online Profile for Digital mengidentifikasi kekuatan yang membentuk pendidikan di masa depan dan kompetensi yang dibutuhkan Umum. Data menunjukkan bahwa guru digital perlu memiliki beberapa kualitas umum yang memungkinkan mereka memberikan pendidikan dan pemerintah untuk mengembangkan program pelatihan di 2030;
sendiri,namun, pelatihpenggunaan
ada dengan guru harus tetap
desainmengikuti perkembangan
Delphi sebagai metode menggunakan framework DigCompEdu
teacher in future education Teacher (CPDT) oleh guru digital agar berfungsi secara efektif. Data dikumpulkan dari 34 ahli dari enam negara (Austria, dukungan berkualitas secara virtual kepada peserta didik. Studi ini mengidentifikasi 12 kompetensi umum untuk guru digital masa depan. masa depan dan digunakan sebagai panduan untuk menginformasikan teknologi.
penelitian.Di masa depan,
Instrumen awal dengan
memilikikecerdasan
116 item danbuatan,
untuk robotika,
beberapadan
Kanada, Cina, Yunani, Malaysia, dan Swedia). Para ahli dipilih berdasarkan keahlian mereka Gunakan teknologi digital. Di era digital, terutama dalam evolusi Industri Keempat, guru harus melek digital untuk menggunakan "pelatih guru" sehingga mereka dapat memperoleh keahlian untuk mendidik internet
peserta dalam
memakanRevolusi
waktuIndustri Keempat,
lama untuk guru manusia dapat
menyelesaikannya. Untuk studi
menggunakan teknologi inovatif untuk mengajar, dengan pengalaman menggunakan teknologi yang teknologi dalam menyampaikan dan mendukung pendidikan. Studi ini mengidentifikasi 15 kompetensi untuk guru digital di bawah bidang calon guru secara efektif, serta model perilaku yang harus digunakan guru. mengajar bersama
ini, peringkat denganSetuju'
60% 'Sangat guru robot.
digunakan untuk menunjukkan
muncul dan pedagogi inovatif seperti MOOC (Kursus Online Terbuka Besar-besaran), kecerdasan "Menggunakan Teknologi Digital". konsensus pada item di babak pertama untuk memastikan item tidak
buatan, augmented reality, realitas maya, pembelajaran online, dan pembelajaran seluler. Sebagian Kembangkan sumber belajar digital. Sebagai ahli di bidangnya, guru perlu mengembangkan sumber daya pembelajaran digital untuk terlewat. Item nomor 4, 5, dan 10 tidak akan berhasil melewati babak
besar ahli terlibat dalam pelatihan guru, perancang instruksional, dan instruktur untuk mempersiapkan diakses peserta didik dengan menggunakan teknologi. Penelitian ini mengidentifikasi sembilan kompetensi dalam bidang pengembangan pertama jika peringkat 60% di 'Sangat Setuju' tidak digunakan.
mereka menerapkan teknologi inovatif dalam kursus mereka sendiri. Studi kualitatif ini menggunakan sumber daya pembelajaran digital bagi guru digital.
kelompok fokus, wawancara, dan tanggapan tertulis untuk mengumpulkan data. Masukan internasional Gabungkan kembali sumber belajar. Karena ketersediaan sumber daya pendidikan terbuka, guru harus memilih sumber belajar yang
yang dikumpulkan penting untuk studi ini karena tujuannya adalah untuk mengembangkan profil sesuai dan mencampurkan kembali sumber daya tersebut untuk memungkinkan peserta didik mencapai hasil belajar. Terdapat lima
kompetensi yang dapat digunakan secara global. Wawancara dilakukan dengan basis satu-ke-satu dan kompetensi sumber belajar re-mix yang diidentifikasi dalam penelitian ini.
berlangsung antara 20 hingga 30 menit. Kelompok fokus, yang melibatkan kelompok kecil ahli,
berlangsung selama 30 menit. Tanggapan tertulis diberikan secara individual; Oleh karena itu, tidak
diketahui berapa lama waktu yang dihabiskan para ahli untuk menentukan kompetensi tersebut.

42 Korhonen, A. M., Ruhalahti, S., online learning scaffolding student - - - Makalah ini menjelaskan bagaimana merancang proses pembelajaran online yang memungkinkan Untuk memastikan apakah model DIANA termasuk elemen scaffolding atau tidak, aktivitas model lima tahap dibandingkan dengan Cara paling penting dan produktif untuk membangun perancah adalah melalui Keterbatasan penelitian ini meliputi kecilnya ukuran sampel dan Disertasi menggunakan framework DigCompEdu
Veermans, M. (2018). The online process teachers' pembelajaran mendalam melalui PLE berdasarkan studi tentang proses perancah yang didukung oleh aktivitas model DIANA. Beberapa aktivitas mengikuti model DIANA dan model lima tahap. Sementara model DIANA berkonsentrasi pada komentar dan penilaian guru di PLEs, blog lingkaran belajar. Namun, juga keterbatasan perspektif yang digunakan untuk menangani data yang
learning process and scaffolding personal alat Web 2.0. Guru siswa profesional mengembangkan blog mereka sendiri sebagai PLE, dan mereka pembelajaran mendalam menggunakan kegiatan dialogis tertentu, model lima tahap berfokus pada kegiatan online guru secara umum. menjadi jelas bahwa proses perancah umum juga diperlukan untuk seluruh dikumpulkan. Misalnya, pertanyaan tambahan dapat
in student teachers' personal learning mengumpulkan data dari lima kelompok guru siswa. Mereka menggunakan model pedagogis DIANA Model DIANA mencakup semua aktivitas scaffolding dalam model lima tahap. Implikasi dari kegiatan membandingkan model adalah kelompok, karena seluruh kelompok bekerja sama secara kolaboratif selama mempertimbangkan asumsi dan harapan siswa guru dari filosofi
learning environment environment untuk merancang proses pembelajaran yang dialogis, kolaboratif, dan otentik sebelum membandingkan kedua model tersebut mendukung kegiatan ketat, dimana guru sebagai manajer, moderator, dan fasilitator; Dalam pengertian ini, guru landasan A dan D. Blog guru berfungsi sebagai pusat proses pembelajaran: Lingkungan Pembelajaran Pribadi. Studi ini hanya memasukkan
aktivitasnya dengan aktivitas model perancah lima tahap yang dirancang untuk proses pembelajaran memungkinkan proses pembelajaran kolaboratif dan dialogis (sosial) dengan sasaran konstruksi pengetahuan. Sepanjang proses termasuk berbagi materi, instruksi umum, dan refleksi guru pada seluruh sejumlah kecil kursus dan iterasi, yang juga merupakan batasan. Oleh
online. pembelajaran, kedua model memberikan ruang bagi pelajar untuk menjadi mandiri dengan tujuan menciptakan otonomi di akhir kursus. kelompok. Ini juga berfungsi sebagai contoh bagaimana menggunakan blog karena itu, penelitian ini adalah studi skala kecil dan tidak dapat
sebagai alat pengajaran. digeneralisasikan; Namun, hal ini memberikan kontribusi penting untuk
mengatur proses pembelajaran saat PLE digunakan.
NO PENULIS/JUDUL/ TAHUN VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KELEBIHAN KEKURANGAN PERBEDAAN
1/FOKUS 2/FOKUS 3/FOKUS 4/FOKUS 5/FOKUS 6/FOKUS

43 Blayone, T. J. B., Mykhailenko, O., self report Digital - - - - Campuran data kualitatif dan kuantitatif dihasilkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Ini termasuk Studi percontohan tekno-metodologi ini memberikan beberapa kontribusi untuk penelitian. Pertama, ia menawarkan desain penelitian Temuan ditinjau dan diinterpretasikan untuk mengeksplorasi bagaimana DCP Kompetensi digital dikonseptualisasikan dan diukur sebagai konstruksi Disertasi mengukur digital competence menggunakan
vanOostveen, R., Barber, W. Competency respon survei, rekaman audio-visual dari kegiatan peserta dan wawancara pasca kegiatan, dan artefak digital untuk menilai pertunjukan otentik dengan: (a) memanfaatkan rekaman audio-visual multi-stream dalam pengaturan observatorium dapat digunakan paling efektif sebagai instrumen kesiapan. Titik awalnya tingkat individu. Dalam konteks pembelajaran kolaboratif, penggunaan framework DigCompEdu
(2017). Ready for digital learning? Profiler (DCP) pertunjukan. Selain itu, statistik dasar yang dipilih dihitung dari basis data DCP yang terkumpul dari digital; dan (b) menggunakan The Observer XT untuk menghasilkan kode, visualisasi garis waktu dari data tersebut, menunjukkan durasi adalah peserta dengan kompetensi digital tertinggi dan terendah yang kemampuan digital yang efektif melibatkan aktivitas individu dan
A mixed-method exploration of hampir 700 profil, pada saat penulisan. Setelah mendapat persetujuan dari Badan Etika Riset UOIT, tugas, strategi penyelesaian, tampilan kompetensi, masalah (atau gangguan) dalam aliran kinerja, dan berbagai pengaruh situasional. dilaporkan. Setelah menjelajahi tujuan ini, perhatian diberikan untuk kelompok yang membangun kehadiran sosial dan kognitif. Sampel
surveyed technology peserta direkrut dari populasi mahasiswa di Universitas Ontario of Technology (UOIT), Kanada melalui Kedua, ini menunjukkan kegunaan aplikasi DCP generasi kedua untuk memisahkan yang berkinerja tinggi dan rendah, dan mengusulkan skor laporan diri yang mungkin berfungsi sebagai ambang dibatasi hingga 15 siswa yang diambil dari satu universitas teknologi
competencies and authentic proses rekrutmen email yang difasilitasi oleh administrator departemen. Ukuran sampel target awalnya mengidentifikasi segmen yang mungkin kesulitan sebagai pelajar digital. Ketiga, memperkenalkan perangkat tablet sebagai dasar batas, dimana individu yang melakukan skenario mereka dapat ditemukan. Kanada. Tercatat bahwa, sebagian besar, kompetensi digital yang
performance activity ditetapkan pada 30 mengikuti aturan umum dalam penelitian kualitatif terkait dengan titik jenuh yang kegiatan kinerja untuk mengatasi kesenjangan dalam penelitian observasi kompetensi digital. Terakhir, ini menyoroti potensi dilaporkan dari peserta ini diposisikan di atas rata-rata yang dihitung
diharapkan. Namun, karena kerangka waktu pengumpulan data yang agresif, peneliti mengadopsi 15 berkelanjutan dari kerangka GTCU dan aplikasi DCP sebagai alat yang efektif untuk menyelidiki kesiapan pembelajaran digital. dari database DCP lengkap. (Yang penting, bagaimanapun, sampel ini
sebagai sampel minimum untuk mencapai kejenuhan. Peserta secara acak ditugaskan ke salah satu dari memberikan peserta yang berjuang untuk menggunakan teknologi
tiga kelompok skenario. Pesertanya adalah 73% perempuan, dan sebagian besar mahasiswa sarjana. digital secara efektif untuk menyelesaikan skenario yang ditugaskan).
Usia rata-rata adalah 29 tahun, dengan enam peserta berusia di atas 30 tahun. Sebagian besar Ketiga, prosedur reliabilitas antar penilai tidak diterapkan dalam
mempelajari pendidikan, dengan tiga menunjukkan spesialisasi lain. Sebagian besar (80%) penelitian ini. Ini karena kerangka waktu yang agresif untuk
menggunakan komputer laptop, smartphone, dan tablet secara rutin. penyelesaian, dan keputusan bahwa, mengingat sifat studi sampel
kecil ini, sedikit manfaat akan diperoleh dengan mempersiapkan
beberapa peneliti untuk melakukan analisis di The Observer XT pada
stasiun kerja lisensi tunggal. . Memang, peneliti digitallearning telah
menyoroti kesulitan mencapai tingkat keandalan antar penilai yang
tinggi ketika secara mandiri mengkode interaksi pembelajaran digital,
tanpa memasukkan proses negosiasi tambahan.

44 Ramadiani, Rodziah, A., Hasan, e-learning integrated model - - - - Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 di Kursus Pusat Bahasa Sekolah Bahasa Inggris di model antarmuka pengguna e-learning memiliki nilai korelasi yang sangat signifikan dan konstruksi yang kuat antar variabel, yang Penelitian ini mengembangkan prototipe evaluasi penerimaan e-learning. Model mungkin perlu dikustomisasi untuk mendapatkan model fit yang Salah satu pengukuran kompetensi digital guru PAUD
S. M., Rusli, A., Noraini, C. (2016). Universitas Putra Malaysia. Ada sembilan tingkat kelas bahasa Inggris di Sekolah Bahasa Inggris; setiap dibuktikan dengan ukuran nilai reliabilitas konstruk diatas 0,70 dan nilai variansnya diekstraksi 0,50. User interface sangat penting untuk Aplikasi dibangun dengan menggunakan Learning Management System lebih baik, sehingga memperkirakan hubungan antar variabel yang pada disertasi tidak hanya menggunakan Moodle, namun
Integrated model for e-learning level terdiri dari sekitar sepuluh hingga 20 siswa. Penulis melibatkan semua siswa di setiap level untuk mendorong pengguna menggunakan aplikasi. Kegagalan dalam penggunaan antarmuka e-learning dapat disebabkan oleh Moodle v1.9. diharapkan juga LMS lainnya.
acceptance menjadi responden penelitian. Angket dibagikan setelah siswa menyelesaikan latihan di laboratorium pengembangan aplikasi yang tidak memberikan kemudahan penggunaan; tidak ada yang menjawab tugas sulit yang dihadapi para
bahasa (LTC). Ukuran sampel minimum yang direkomendasikan untuk sampel dalam penelitian ini, penggunanya. Oleh karena itu, user interface perlu dievaluasi dalam hal kegunaan user interface dan penerimaan teknologi. Namun,
bergantung pada jumlah variabel yang akan diteliti. Rumusnya adalah sebagai berikut: k (k + 1) / 2, di banyak teori membahas evaluasi kegunaan user interface dan penerimaan teknologi secara terpisah. Oleh karena itu, perlu adanya
mana k adalah banyaknya variabel. Setidaknya diperlukan sampel untuk menghitung model minimal korelasi antara evaluasi kegunaan antarmuka dan penerimaan pengguna.
dalam penelitian ini yaitu: 12 (12 + 1) / 2 = 78 responden dalam penelitian ini.
Dalam pengumpulan data penelitian, penulis menyebarkan 125 kuesioner dan hanya 120 yang
dikembalikan. Setelah kuesioner disabilitas dieliminasi, total sampel yang digunakan 116 responden.

45 Mirķe, E., Cakula, S., & Tzivian, L. teachers' digital teachers' study online - - - 1.092 guru dari 100 sekolah mengisi formulir survei evaluasi diri secara online. survei dengan 44 Perbedaan dalam keterampilan digital dan kesiapan untuk belajar online ditemukan di semua tingkat pendidikan menurut jenis kelamin, Studi sampel yang besar merupakan kekuatan utama dari penelitian ini (n = Responden hanya mewakili sekolah percontohan (n = 100) dari proyek Selain jenis kelamin, kelompok usia, dan tempat tinggal,
(2019). Measuring teachers-as- skills readiness pertanyaan jawaban tipe Likert berkisar dari satu (sangat tidak setuju) hingga lima (sangat setuju). Survei kelompok usia, atau tempat tinggal responden. Responden yang lebih muda, laki-laki atau penduduk kota menunjukkan angka yang lebih 1092). Berdasarkan perhitungan post hoc menggunakan subskala Academic Pendidikan Berbasis Kompetensi yang dilaksanakan oleh NCE yang disertasi akan mengukur kompetensi digital guru
learners’ digital skills and online dilakukan dari November 2017 hingga Januari 2018. Semua responden adalah guru (usia 21-65), tinggi. Kursus e-learning harus disesuaikan, dengan mempertimbangkan parameter sosio-demografis pelajar dan tingkat kesiapan skill daya belajar sebesar 0,99 yaitu kesalahan tipe II sebesar 0,01. Kekuatan dipilih dari semua wilayah Latvia berdasarkan pilihan otoritas regional berdasarkan keterampilan mengajar, pengalaman
readiness to study online for bekerja di sekolah percontohan dari proyek Pendidikan Berbasis Kompetensi yang dilaksanakan oleh belajar online.aan yang signifikan secara statistik ditemukan di semua sub-skala survei. lain dari studi ini adalah menjadi penelitian ilmiah pertama tentang kesiapan setempat. Ini adalah survei penilaian diri - jawaban dievaluasi oleh mengajar, dan lainnya
successful e-learning experience NCE (WEB, d). Kuesioner dibagikan melalui email ke semua sekolah percontohan proyek tersebut. Sampel penelitian terdiri dari 1.092 partisipan, 95,1% diantaranya adalah perempuan, sebagian besar berdomisili di kota kecil e-learning di wilayah tersebut dan dengan guru-sebagai-siswa sebagai peserta sendiri; oleh karena itu, ini bisa agak subjektif. Perbedaan
Peneliti menentukan besar sampel dari populasi menurut literatur, dimana ukuran sampel untuk tingkat (42,5%). Kelompok usia terbesar yang disajikan adalah dari 50 hingga 59 tahun (38%). Hanya 0,4% dari semua responden yang responden. Survei semacam itu penting dilakukan sebelum meluncurkan dianalisis berdasarkan tingkat signifikansi 0,05; namun, hal itu bisa
ketelitian + 3% (tingkat kepercayaan 95% dan p = 0,5). mengajar anak-anak di semua jenjang pendidikan (pra-sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas). kursus e-learning besar-besaran untuk semua guru di pendidikan umum berubah dengan meningkatkan jumlah peserta dalam kasus
Analisis univariat dilakukan untuk menilai perbedaan di antara peserta menurut lima subskala dan Mereka kebanyakan adalah guru seni (musik, budaya, dan seni visual), olah raga dan kesehatan atau sejenisnya. 18,9% responden tentang kurikulum baru dan pendekatan pengajaran. Karena reformasi signifikansi batas. Menurut OECD, pada 2018 ada 89% guru
Kesiapan untuk belajar online. Untuk menilai perbedaan antara jenis kelamin dan variabel dependen adalah guru pra-sekolah dasar. pendidikan adalah proyek pemerintah, sebagian dari hasil penelitian akan perempuan di Latvia. Menurut Biro Pusat Statistik Latvia, pada 2018
yang berdistribusi normal, dilakukan uji-t sampel independen. Untuk perbedaan antara jenis kelamin diterapkan untuk mengembangkan lingkungan e-learning untuk kursus guru. terdapat 90,2% guru perempuan (pendidikan umum dan pra-sekolah).
dalam variabel dengan distribusi nonnormal, kami melakukan uji Mann-Whitney. Untuk menilai Mereka mengakui bahwa ukuran sampel studi mereka mendekati
perbedaan antara kelompok umur dan tempat tinggal, dilakukan uji ANOVA satu arah untuk variabel populasi; Namun persentase guru laki-laki / perempuan dalam populasi
berdistribusi normal, dan uji Kruskal-Wallis untuk variabel berdistribusi di luar normal. Tingkat signifikansi Latvia merupakan parameter yang dinamis, dimana proporsi guru
kurang dari a = 0,05 dianggap signifikan secara statistik. Data dikumpulkan dan diproses dengan perempuan meningkat setiap tahun.
perangkat lunak IBM Statistics Package for the Social Sciences (SPSS) Versi 20 (WEB, h).

46 Shahmoradi, L., Changizi, V., e-learning system - - - - - Penelitian ini bersifat deskriptif dan cross sectional yang dilakukan pada tahun 2016-2017. Populasi Berdasarkan temuan penelitian ini, sekitar setengah dari peserta (40%) mengalami masalah dalam mengakses teknologi, dan hanya penggunaan sistem e-learning, sebagai perlu untuk menciptakan infrastruktur dan standar teknologi dan Disertasi menggunakan jumlah responden yang lebih
Mehraeen, E., Bashiri, A., Jannat, statistik adalah semua siswa yang mengikuti kursus E-learning di Tehran University of Medical Sciences, 26,4% peserta yang memiliki persiapan yang baik untuk menggunakan sistem e-learning. Selanjutnya, perbedaan yang signifikan Pendekatan penting dalam mengelola pengetahuan dan kebutuhan menggunakan pengalaman negara maju dalam kaitannya dengan e- banyak
B., & Hosseini, M. (2018). The 300 dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian menggunakan metode pengambilan sampel acak ditemukan antara tantangan keterampilan dan budaya peserta (nilai P = 0,01). pendidikan perguruan tinggi, menimbulkan beberapa tantangan learning. Lebih jauh lagi, perlu diciptakan budaya yang sesuai, dan
challenges of E-learning system: berstrata. Alat bantu penelitian ini adalah kuesioner yang dibuat peneliti. Data dianalisis melalui software Keberhasilan penerapan sistem pendidikan e-learning sebagai salah satu pendekatan utama dalam mengelola pengetahuan dan membiasakan guru dan peserta didik dengan mengembangkan dan
Higher educational institutions SPSS. kebutuhan pendidikan organisasi pendidikan tinggi tidak akan tercapai tanpa mengidentifikasi perbedaan keterampilan, teknis dan menggunakan sistem e-learning.
perspective tantangan budaya. Untuk mengatasi tantangan ini, membangun infrastruktur dan standar TI, menggunakan pengalaman negara-negara
terkemuka di bidang E-learning, menciptakan budaya yang tepat, dan membiasakan peserta didik dan pengajar untuk pengembangan
dan penggunaan materi E-learning diperlukan.

47 Jokiaho, A., May, B., Specht, M., e-learning use Metode: literature review. Untuk mengidentifikasi hambatan dalam menggunakan E-Learning dari sudut Hambatan yang teridentifikasi dibagi menjadi tiga bidang berbeda: faktor pribadi, faktor kelembagaan dan budaya, dan faktor teknis. Penelitian ini mengkaji berbagai penggunaan e-learning di berbagai negara Para peserta dalam penelitian ini mengidentifikasi kurangnya waktu Disertasi menggunakan metode kuantitatif
& Stoyanov, S. (2018). Barriers to pandang dosen, dilakukan tinjauan pustaka. Kata kunci yang digunakan untuk penelitian dalam database Faktor pribadi mencakup semua hambatan yang bergantung pada orang tersebut. Faktor kelembagaan dan budaya mengandung menggunakan metode studi literatur sebagai masalah paling signifikan untuk ditangani. Itu didefinisikan
using E Learning in an Advanced pendidikan umum adalah "hambatan, hambatan, jebakan" serta "E-Learning, pengajaran online, dan hambatan yang dibentuk oleh institusi dan tidak dapat dikontrol oleh dosen. Hambatan teknis mengacu pada penggunaan teknologi dan sebagai masalah yang paling penting tetapi sangat sulit untuk
Way sistem manajemen pembelajaran". Selain itu, kajian harus memenuhi kriteria sebagai berikut: kajian infrastruktur. terkait ketersediaan alat E-Learning, dipecahkan. Para peserta dalam penelitian ini tampaknya memiliki
harus dilaksanakan di bidang pendidikan tinggi, kajian harus fokus pada hambatan penggunaan E- kebutuhan akan dukungan teknis dan pedagogis oleh organisasi, waktu yang tidak cukup untuk mempelajari alat E-Learning dan keefektifan tinggi yang percaya bahwa masalah yang terkait dengan
Learning bagi dosen, serta kajian empiris, dan dipublikasikan. di tahun 2010 atau setelahnya. Studi menerapkannya ke dalam praktik pengajaran, rendahnya kemanjuran diri guru dalam pengetahuan dan keterampilan teknologi kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru dan siswa dapat
tersebut berasal dari pendidikan, dan kurangnya pengakuan atas upaya yang telah dilakukan guru. Masalah khusus yang disorot oleh GCM adalah kurangnya diselesaikan dengan relatif mudah.
Amerika Serikat, Eropa, Portugal, Polandia, Spanyol, Inggris, Tanzania, Timur Tengah, Yordania, pengetahuan, keterampilan, dan motivasi di antara siswa. Beberapa masalah yang lebih spesifik dalam kategori ini adalah kebutuhan
Australia, dan Asia. untuk beradaptasi dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan siswa yang berbeda, upaya untuk menggabungkan teknologi dengan
metode pengajaran yang efektif, dan kurangnya apresiasi dari siswa. Rendahnya motivasi guru seperti yang diidentifikasi dalam tinjauan
pustaka, tidak muncul sebagai cluster terpisah dalam studi GCM tetapi semua hambatan lain yang digambarkan dalam penelitian
tersebut berdampak negatif terhadap motivasi guru untuk menerapkan aplikasi E-Learning.

48 Ghasia, M., Machumu, H., Zhu, e-learning system deployment implementation utilisation - - Makalah ini didasarkan pada penelitian studi kasus, menggunakan observasi dan data sekunder yang Temuan menunjukkan bahwa kesadaran akan sistem e-learning, tingkat adopsi, dan penggunaan telah meningkat, yang mengarah ke Proyek penerapan e-learning di MU tidak pernah berjalan mulus karena Penelitian ini tidak membahas batasan penelitian Disertasi akan memasukkan variabel implementasi e-
C., & Depryck, K. (2020). of e-learning dihasilkan dari laporan pemanfaatan e-learning sebelumnya. Ini membahas tren adopsi sistem e-learning, hasil yang signifikan seperti menerima liputan ekstensif dalam agenda universitas sehingga kampanye tentang pemanfaatannya telah terlalu mengandalkan pendekatan tatap muka tradisional untuk mengajar dan learning sebagai bagian dari instrumen pengukuran
Reflection on e-learning system of penerapan, implementasi dan pemanfaatan di Universitas Mzumbe. terbukti. Selain itu, hasil menunjukkan adanya beberapa tantangan kritis termasuk infrastruktur Teknologi Komunikasi Informasi (TIK) belajar. Dengan demikian, seperti dijelaskan di atas, proyek ini memberi para kompetensi digital guru
the Mzumbe University in yang terbatas, keterampilan didaktis TIK yang tidak memadai di antara siswa dan guru, kurangnya keahlian teknis dalam desain dan teknokrat, pendidik, mahasiswa, serta manajemen Universitas beberapa
Tanzania: Successes, challenges produksi konten digital, serta ketergantungan yang berlebihan pada tradisional. filosofi belajar mengajar. Berdasarkan temuan ini, tantangan dan pelajaran yang bisa dipetik.
and way forward direkomendasikan untuk mendorong dukungan pengguna yang berkelanjutan, lebih dari sekadar mengunggah dan mengunduh
kebijakan strategis Universitas. Terlepas dari keberhasilan e-learning yang diamati, MU masih membutuhkan keterampilan mengajar dan
belajar abad ke-21 yang memadai, maju, dan berkualitas di antara para guru dan siswa.

49 Kabakci Yurdakul, I. (2018). TPACK digital nativity - - - - Data dikumpulkan dari 1493 guru pra-jabatan Turki. Dua instrumen digunakan dalam pengumpulan data; Ditemukan bahwa guru pra-jabatan menganggap dirinya memiliki Penelitian ini menyelidiki secara mendalam TPACK dan variabel digital Data dikumpulkan dengan menggunakan Pada disertasi, TPACK menjadi salah satu bagian dari
Modeling the relationship between skala dalam TPACK dan adaptasi Turki dari Digital Native Assessment Scale (DNAS). Structural kemampuan tingkat tinggi dalam kompetensi kelahiran digital dan TPACK. Temuan paling menonjol dari penelitian ini adalah bahwa nativity dengan peserta guru pra-jabatan Adaptasi bahasa Turki dari DNAS dan skala dalam TPACK yang pengukuran kompetensi digital guru PAUD
pre-service teachers’ TPACK and Equation Modelling (SEM) dilakukan untuk menyelidiki asumsi bahwa kelahiran digital adalah prediktor kelahiran digital adalah prediktor signifikan dari kompetensi TPACK. dikembangkan oleh peneliti. Oleh karena itu, basis pengetahuan
digital nativity kompetensi TPACK. tentang topik tersebut dapat diperluas dengan membandingkan
temuan studi ini dengan studi masa depan yang menggunakan skala
dan struktur lain. Selain itu, penelitian ini hanya menggunakan
instrumen pengumpulan data laporan sendiri. Penelitian selanjutnya
dapat mengumpulkan data dari populasi yang berbeda melalui cara
lain, sehingga pengaruh latar belakang partisipan juga dapat diselidiki.
NO PENULIS/JUDUL/ TAHUN VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KELEBIHAN KEKURANGAN PERBEDAAN
1/FOKUS 2/FOKUS 3/FOKUS 4/FOKUS 5/FOKUS 6/FOKUS

50 Erstad, O., Eickelmann, B., & strategies future challenge Metode: case study Penelitian terhadap model ini dan implementasinya menunjukkan bahwa keempat elemen harus dikoordinasikan untuk menyeimbangkan Penelitian membahas strategi dan tantangan yang dialami oleh guru di Penelitian tidak membahas detail mengenai batasan penelitian Disertasi tidak membahas strategi guru
Eichhorn, K. (2015). Preparing secara efektif, tetapi implementasi tersebut bekerja paling baik ketika faktor manusia (visi dan keahlian) datang sebelum faktor materi sekolah
teachers for schooling in the (materi dan infrastruktur pembelajaran digital). Dengan kata lain, koordinasi yang digerakkan oleh pendidikan memiliki peluang sukses
digital age: A meta-perspective on yang lebih baik daripada pendekatan di mana teknologi lebih maju dari pedagogi.
existing strategies and future
challenges

51 Ersoy, M., Yurdakul, I. K., & pre-service ICT skills - - - - Metode: studi eksperimen sejumlah kemajuan ditemukan dalam subdimensi TPACK-deep yaitu desain, tenaga, etika, dan kemahiran. Di akhir intervensi, juga Penelitian membahas tentang kompetensi TPACK berdasarkan keterampilan Penelitian terbatas karena menggunakan MANOVA, tingkat Disertasi akan menggunakan metode analisis faktor
Ceylan, B. (2016). Investigating teachers' TPACK Sebuah desain kuasi-eksperimental pretest-posttest tanpa kelompok kontrol telah diterapkan. Studi ini ditentukan bahwa fase penggunaan TIK guru pra-jabatan meningkat. Akibatnya, peningkatan tingkat penggunaan TIK dari guru pra- ICT guru penggunaan TIK dipisahkan di antara 3 kategori sebagai rendah-
preservice teachers’ TPACK telah mencakup 61 guru pra-jabatan yang menghadiri fakultas pendidikan universitas negeri antara tahun jabatan juga meningkatkan kompetensi TPACK mereka. Namun tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara kompetensi sedang-tinggi
competencies through the lenses akademik 2011-2012. Survei TPACK-deep Scale, Tingkat Penggunaan TIK dan Fase Penggunaan TIK TPACK dan jenis kelamin. Sebagian besar korelasi antara fase penggunaan TIK dan subdimensi kompetensi TPACK berada pada
of ICT skills: An experimental telah digunakan. Kompetensi TPACK yang berada pada level medium sebelum mengambil aktivitas signifikansi tingkat menengah.
study berbasis TPACK ditingkatkan ke level yang lebih tinggi pada akhir proses.

52 Arnold, D., & Sangrà, A. (2018). e-leadership technology- - - - - Metode: tinjauan pustaka periode 2103-2017. Penelitian ini menganalisis 49 artikel yang mengeksplorasi Temuan menunjukkan bahwa sementara tidak ada studi empiris yang diidentifikasi dalam literatur merujuk secara eksplisit ke e- Makalah ini diakhiri dengan rekomendasi untuk penelitian multidisiplin lebih Kajian penelitian hanya pada rentang tahun 2013-2017 Disertasi tidak membahas tentang e-leadership
Dawn or dusk of the 5 th age of enhanced konsep khusus e-leadership serta pekerjaan lain yang secara umum berhubungan dengan leadership, ada sejumlah wawasan menarik yang dapat ditemukan dalam artikel teoritis. Hasil ini juga menyoroti interpretasi dan aplikasi lanjut di persimpangan bidang teknologi pendidikan dan manajemen
research in educational learning kepemimpinan dan perubahan organisasi untuk TEL di pendidikan tinggi yang sangat berbeda dari konsep e-leadership dan kebutuhan konsekuensinya untuk penyempurnaan definisi. pendidikan, dengan fokus pada nilai, strategi, organisasi dan interaksi
technology? A literature review on kepemimpinan di tingkat meso, ekonomi dan kebijakan publik di tingkat
(e-)leadership for technology- makro, dan pengajaran dan pembelajaran di tingkat tingkat mikro, serta untuk
enhanced learning in higher penelitian Pengembangan Kepemimpinan untuk TEL.
education (2013-2017)

53 Zhou, Y., Sing Chai, C., Liang, J.- teachers' online TPACK educational use - - - Penelitian ini menggunakan dua kuesioner: kuesioner yang dikembangkan sendiri untuk TOHG dan Hasil temuan guru menunjukkan bahwa bimbingan pekerjaan rumah online Hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan antara panduan pekerjaan Data yang diperoleh merupakan data laporan diri sendiri (self-report) Disertasi akan mengukur kompetensi digital menggunakan
C., Jin, M., & Tsai, C.-C. (2017). homework of web kuesioner TPACK-W yang telah direvisi untuk mempelajari bagaimana TOHG dikaitkan dengan korelasi secara signifikan terkait dengan TPACK-W mereka, dan dua faktor Pengetahuan Pedagogis Web dan Pengetahuan Konten Pedagogis rumah online guru dan pengetahuan konten pedagogis guru tentang DigCompEdu
The Relationship Between guidance TPACK-Wthrough dan analisis regresi. Dua ratus delapan puluh empat guru peserta dari Web dalam kuesioner TPACK-W dapat memprediksi TOHG. Pengembangan profesional guru masa depan untuk pembangunan TPACK- penggunaan Web untuk pendidikan.
Teachers’ Online Homework China yang memiliki pengalaman dalam memberikan pekerjaan rumah online diminta untuk mengisi W harus mencakup diskusi dan pedoman pekerjaan rumah online.
Guidance and Technological kuesioner. Penelitian ini memvalidasi kuesioner dan membangun hubungan yang signifikan antara TOHG
Pedagogical Content Knowledge dan TPACK-W. Studi ini memperluas pemahaman TPACK saat ini melalui faktor-faktor yang terkait
about Educational Use of Web dengan pekerjaan rumah online.

54 Esfijani, A., & Zamani, B. E. utilisation of ICT in-service in-service total sampel 180 guru sekolah menengah direkrut secara acak dan survei diselesaikan. Kuesioner Guru memiliki akses yang memadai ke perangkat keras di rumah dan sekolah. Namun, tingkat akses ke perangkat lunak bukanlah pada Penelitian ini menunjukkan hasil yang kontroversial dibandingkan dengan Partisipan pada penelitian ini menunjukkan bahwa mereka tidak Disertasi akan mengukur kompetensi digital guru PAUD
(2020). Factors influencing training courses training access dikembangkan untuk mengukur tingkat akses peserta ke sumber daya TIK, keterampilan TIK dan praktik tingkat yang diinginkan. Meskipun menghadiri kursus pelatihan TIK, guru sekolah menengah tidak mahir dalam menggunakan alat TIK hasil penelitian lain dimana aksesibilitas teknologi menjadi penghalang utama mampu mengintegrasikan teknologi kedalam kelas mereka yang menjadi mahasiswa PGPAUD FKIP UT
teachers’ utilisation of ict: The role integrasi TIK mereka. Metode validitas konten digunakan untuk memperkirakan validitas kuesioner dan dan penggunaan teknologi mereka di bidang pendidikan, penelitian, dan komunikasi kurang dari tingkat yang diinginkan. Hasil penelitian di sekolah menengah untuk integrasi TIK.
of in-service training courses and koefisien alpha Cronbach dihitung untuk memverifikasi reliabilitasnya. Hasilnya dianalisis dengan menunjukkan bahwa meskipun ada kecenderungan untuk mendapatkan komputer dan menggunakan Internet, tetap menggunakannya di
access menggunakan metode statistik deskriptif dan inferensial area yang berbeda tetap menjadi masalah yang belum terpecahkan. Temuan ini membahas implikasi bagi guru
pendidik dan penyedia program pengembangan profesional.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anggaran Kementerian Pendidikan telah dialokasikan untuk
pengadaan perangkat keras dan perlengkapan laboratorium komputer di sekolah menengah. Sebaliknya, fasilitas perangkat lunak
seperti perangkat lunak pendidikan untuk bidang studi, bank perangkat lunak yang up-to-date dan sesuai dalam bahasa Persia dan -
yang paling penting - ahli teknis penuh waktu dengan tugas tertentu dan tingkat pengetahuan yang optimal diabaikan oleh Kementerian.
Pendidikan. Hasil tersebut sejalan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian sebelumnya. Studi yang dikutip menunjukkan bahwa
dimensi perangkat lunak kurang dihargai di negara berkembang.
Hasilnya juga menunjukkan bahwa kursus pelatihan dalam jabatan tidak meningkatkan kualitas dan kuantitas praktik integrasi TIK di
antara guru sekolah menengah. Guru-guru ini menganggap kursus pelatihan tidak efisien dan tidak puas dengan kualitas kursus.
Nampaknya Dinas Pendidikan Menengah perlu mereview pelatihan PD secara khusus mengenai pengetahuan integrasi TIK.

55 Habibi, A., Razak, R. A., Yusop, F. ICT integration teaching - - - - Metode: literature review (kualitatif). beberapa studi kasus untuk membahas informasi yang lebih Temuan penelitian ini mencakup dua tema utama, hambatan dan pendorong, sebagai faktor yang mempengaruhi integrasi TIK guru pra- Peneliti menggunakan temuan dari penelitian ini untuk mengembangkan Model konseptual yang dikemukakan dalam penelitian ini merupakan Disertasi hanya akan menggunakan guru PAUD sebagai
D., Mukminin, A., & Yaqin, L. N. practices mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi TIK guru pra-jabatan Indonesia selama jabatan di Indonesia selama praktik mengajar. Selain itu, peneliti juga menguraikan tentang sikap peserta terhadap TIK dan integrasinya model teoritis untuk mengkonseptualisasikan masalah organisasi seputar versi sederhana dari kerangka konseptual, sehingga penelitian responden
(2020). Factors affecting ict praktik pengajaran. Peneliti menggunakan studi kasus ganda karena peneliti ingin fokus pada diskusi yang mengarah pada integrasi TIK selama praktik mengajar. Kurangnya waktu untuk mengintegrasikan TIK selama praktik pengajaran integrasi TIK selama praktik pengajaran di PTTPs Indonesia. Temuan selanjutnya diharapkan dapat memodifikasi ide mengenai cara
integration during teaching berbasis utama yang melibatkan pendidikan sains, pendidikan ilmu sosial, pendidikan bahasa, dan adalah salah satu hambatan paling signifikan yang mencegah integrasi TIK guru pra-jabatan di Indonesia selama praktik pengajaran. didiskusikan dalam kategori yang muncul dari proses analisis data. Elaborasi akademisi membangun pekerjaan satu sama lain.
practices: A multiple case study of pendidikan prasekolah dan dasar. Partisipan pada penelitian ini adalah delapan puluh guru pra-jabatan Studi tentang integrasi TIK dalam pendidikan juga mendukung kasus ini. Diketahui bahwa kurangnya waktu adalah hambatan utama dan utama dari penelitian ini telah mendapatkan wawasan yang mendalam
three indonesian universities dari tiga universitas Indonesia (Universitas A, Universitas B, dan Universitas C). Dua puluh guru krusial untuk mengintegrasikan TIK dalam pendidikan. Dalam konteks studi ini, waktu menghadiri praktik mengajar berbeda-beda untuk tentang faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi TIK guru pra-jabatan
prajabatan tidak menanggapi undangan sementara lima guru prajabatan berhalangan hadir karena setiap jurusan. Namun, durasi maksimal mereka mengikuti kursus adalah satu tahun. Oleh karena itu, sangat penting bagi pembuat selama praktik pengajaran. Studi tersebut telah mengidentifikasi dan
beberapa kondisi seperti masalah kesehatan dan kondisi cuaca. Lima puluh lima guru prajabatan kebijakan untuk memperpanjang waktu praktik mengajar bagi guru pra-jabatan di Indonesia. Selain itu, kompleksitas juga menjadi salah membahas faktor-faktor yang secara positif atau negatif mempengaruhi
akhirnya menghadiri Focus Group Discussions (FGDs) satu penghambatnya. Temuan FGD juga menginformasikan pemungkin integrasi TIK. Guru pre-service Indonesia memiliki pengetahuan integrasi TIK. Penelitian ini mengembangkan integrasi model TIK yang
TIK yang baik karena mereka adalah generasi milenial yang terbiasa menggunakan perangkat teknologi seperti smartphone, laptop, mempertimbangkan hambatan dan pendorong yang menjelaskan integrasi
tablet, dan proyektor. TIK selama praktik pengajaran.

56 Romero-Tena, R., Barragán- digital teacher's - - - - Metodologi yang digunakan adalah pretest-posttest melalui studi deskriptif cross sectional. Sampel terdiri Pelatihan yang diterima mahasiswa merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan persepsi diri terhadap kompetensi digital. Terdapat Mengatasi keterbatasan jumlah sampel, penelitian ini menggunakan studi Penelitian ini terbatas pada jumlah sampel yang digunakan. Disertasi akan menggunakan sampel guru PAUD yang
Sánchez, R., Llorente-Cejudo, C., competences relationship with dari 535 siswa tahun ke-4 dari gelar Pendidikan Anak Usia Dini di University of Seville. Analisis deskriptif perubahan yang signifikan secara statistik antara sebelum dan sesudah menerima pelatihan. Perubahan yang dihasilkan selalu berarti cross-sectional selama tiga tahun akademik. Temuan penelitian mendukung menjadi mahasiswa pada berbagai angkatan
& Palacios-Rodríguez, A. (2020). technology dan kontras dilakukan serta statistik kontras dan effect size. peningkatan persepsi diri siswa. Dalam studi profil mereka, perubahan yang relevan juga diidentifikasi. Sedangkan sebelum pelatihan kebutuhan studi dan penelitian terkait topik ini. Selain itu, menurut bagian
The challenge of initial training for Sampel terdiri dari siswa tahun ke-4 Pendidikan Anak Usia Dini di University of Seville selama tahun subjek dikelompokkan ke dalam kategori pendatang dan penjelajah, setelah pelatihan dikelompokkan ke dalam profil tertinggi: integrator, pendidikan dan pendekatan berkelanjutan, topik pada penelitian ini
early childhood teachers. A cross akademik 2016/2017, 2017/2018, dan 2018/2019; ada total 535 siswa. Pembagiannya adalah 184 dari pakar, dan perintis. Untuk alasan ini, perlu untuk mengelola rencana pelatihan untuk memungkinkan calon guru memposisikan diri diintegrasikan kedalam bidang minat yang terkait dengan pendidikan,
sectional study of their digital tahun ajaran 2016/2017, 242 dari tahun ajaran 2017/2018, dan 101 dari tahun ajaran 2018/2019. Untuk mereka pada tingkat ahli. budaya, serta keberlanjutan ekonomi dan sosial.
competences pemilihan mereka, kriteria insidental atau kenyamanan dipilih, sesuai dengan ketersediaan mereka untuk
menjawab kuesioner. Bahwa semua kelompok, selama tiga tahun akademik, mendapat pelatihan yang
sama oleh profesor yang sama. Sebagian besar pesertanya adalah perempuan (93%). Mengenai profil
teknologinya, hampir semua memiliki komputer pribadi (98,9%) dan perangkat seluler (99,6%). Akses
dan koneksi internet hampir digeneralisasikan (99,8%). Sebagian besar terhubung ke internet dari mana
saja (78%). Hanya sebagian yang melakukannya dari rumah (18%), atau secara eksklusif di universitas
(3%). Akhirnya, semua peserta menggunakan Internet setiap hari, dengan koneksi lebih dari 10 jam
seminggu (66%), antara 5 dan 10 jam (31%), dan 1 jam atau kurang (3%).
NO PENULIS/JUDUL/ TAHUN VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KELEBIHAN KEKURANGAN PERBEDAAN
1/FOKUS 2/FOKUS 3/FOKUS 4/FOKUS 5/FOKUS 6/FOKUS

57 Atmacasoy, A., & Aksu, M. (2018). blended learning pre-service - - - - Proses tinjauan sistematis digunakan untuk mengungkapkan perbedaan antara pengetahuan yang nyata Secara total, 55 artikel dan 19 tesis tentang pendidikan guru pra-jabatan dalam lingkungan pembelajaran campuran diklasifikasikan Ulasan ini berusaha untuk menjawab dampak pembelajaran campuran pada hanya 13 dari studi yang disintesis dalam tinjauan ini menilai Disertasi akan mengukur kompetensi digital pada in-
Blended learning at pre-service teacher dan yang diasumsikan dengan mengumpulkan semua bukti empiris yang sesuai dengan kriteria berdasarkan proses penyaringan. Diantaranya, 21 artikel dan 10 tesis yang memenuhi kriteria 3 (yaitu, desain penelitian kuantitatif atau prestasi akademik dan sikap peserta didik dalam program pendidikan guru keefektifan pembelajaran campuran yang dikembangkan dengan service teachers
teacher education in Turkey: A education kelayakan yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah menggambarkan ruang lingkup penelitian, peneliti aspek kuantitatif dalam pengumpulan data) akhirnya dimasukkan ke dalam ruang lingkup tinjauan ini. Studi yang ditinjau terutama pra-jabatan. Kita dapat menyimpulkan bahwa alasan utama mengapa pendekatan yang diinfuskan teknologi dalam kursus seperti pada
systematic review menentukan jenis penelitian yang akan disaring untuk menyusun bukti empiris yang relevan. Pada tahap dilakukan dengan menggunakan desain penelitian eksperimental dan di departemen Pendidikan Komputer dan teknologi Instruksional. pembelajaran campuran lebih efektif daripada pembelajaran konvensional metode penelitian ilmiah, psikologi perkembangan, dan perencanaan
selanjutnya, pencarian literatur ekstensif dilakukan yang diikuti dengan penyaringan hasil berdasarkan Di hampir semua studi, metode blended learning digunakan untuk merancang mata kuliah yang dilaksanakan sepanjang masa. atau pembelajaran online sepenuhnya terletak pada ketergantungannya pada dan evaluasi sedangkan pengaturan pembelajaran campuran yang
kriteria yang telah ditentukan kemudian menilai studi yang disertakan dan mensintesis temuan yang pengintegrasian aspek terbaik dari pembelajaran tatap muka dan dikembangkan lainnya pada kursus terkait TIK.
merupakan tahap akhir dari tinjauan. pembelajaran online. Karena itu, kami menggarisbawahi bahwa aspek tatap
muka dan online saling melengkapi; yang satu tidak harus menggantikan
yang lainnya. Oleh karena itu, program pendidikan guru pra-jabatan dengan
memasukkan TIK ke dalam kursus dalam mode pembelajaran campuran
dapat membantu calon guru dalam memperoleh pengetahuan teknis,
pedagogis, dan konten yang memadai.

58 Valverde-Berrocoso, J., del e-learning - - - - - tinjauan literatur sistematis (SLR) adalah untuk Tema utama dan sub-tema penelitian, modalitas e-learning yang paling banyak diteliti, kerangka teoritis paling relevan tentang e- Penelitian ini membahas bahwa sejak tahun 2009, penelitian tentang Semua artikel yang dianalisis ditulis dalam bahasa Inggris; Oleh Disertasi akan mengkaji kompetensi digital guru PAUD
Carmen Garrido-Arroyo, M., mengidentifikasi (a) topik penelitian; (b) teori yang paling relevan; (c) modalitas yang paling banyak learning, dan tipologi metodologi penelitian. Kata kunci yang paling sering digunakan dalam penelitian e-learning diidentifikasi: MOOC, perangkat dan aplikasi beralih ke proses pedagogis dan agen utamanya, karena itu, penelitian di masa depan harus mempertimbangkan untuk ketika mengikuti e-learning dengan budaya, sosial
Burgos-Videla, C., & Morales- diteliti; dan (d) metodologi penelitian yang digunakan. Untuk tujuan ini, protokol PRISMA diikuti, dan alat pendidikan tinggi, strategi belajar-mengajar, dan lingkungan belajar interaktif, yang merupakan konsep utama. Kata kunci tingkat pertama yaitu siswa, guru, dan kurikulum. menyertakan publikasi dalam bahasa lain, karena e-learning adalah ekonomi, dan kondisi pendidikan di Indonesia.
Cevallos, M. B. (2020). Trends in yang berbeda digunakan untuk manajemen bibliografi dan penambangan teks. Pemilihan literatur pendidikan tinggi dikaitkan dengan tingkat pendidikan lainnya, seperti pendidikan menengah, yang merupakan tingkat kedua yang paling fenomena pendidikan global yang menarik bagi peneliti pendidikan di
educational research about e- dilakukan di tiga jurnal kuartil pertama yang diindeks di JCR-SSCI khusus dalam Teknologi Pendidikan. banyak dipelajari, pembelajaran orang dewasa, dan pendidikan pasca sekolah menengah, yang berada di tingkat ketiga, dan terakhir seluruh dunia, terutama sebagai konsekuensi dari efek pandemi
Learning: A systematic literature Sebanyak 248 artikel menyusun sampel akhir. Analisis teks mengidentifikasi tiga simpul utama: (a) siswa studi gender, yang memiliki representasi yang sangat buruk dalam contoh artikel ini. Lingkungan belajar interaktif kata kunci tingkat COVID-19 pada sistem pendidikan. Selain itu, akan lebih mudah untuk
review (2009-2018) online; (b) guru online; dan (c) kurikulum- lingkungan belajar interaktif. Terungkap bahwa MOOC adalah pertama dikaitkan dengan dua konsep yang dipelajari secara luas: komunitas penyelidikan (CoI) dan komunikasi yang dimediasi melakukan SLR serupa tentang topik ini mendekati periode yang lebih
modalitas e-learning yang paling banyak diteliti. The Community of Inquiry dan Technological Acceptance komputer (tingkat 2). Meskipun pada tingkat ketiga, komunitas belajar dan desain instruksional juga terkait. Salah satu komponen CoI, pendek, untuk mendapatkan evolusi minat penelitian yang lebih akurat
Model, adalah teori yang paling banyak digunakan dalam studi yang dianalisis. Metodologi yang paling teaching presence, berada di tingkat keempat, bersamaan dengan evaluasi sistem CAL dan model penerimaan teknologi (TAM). Tingkat dan terkini. SLR ini juga harus mempertimbangkan konteks
sering digunakan adalah studi kasus. terendah (kelima) meliputi kehadiran sosial (CoI), antarmuka manusia-komputer, sistem bimbingan cerdas, dan sistem manajemen pendidikan, sosial ekonomi, dan budaya yang berbeda.
pembelajaran (LMS). Konsep strategi belajar-mengajar tingkat pertama berkorelasi dengan metodologi evaluasi kata kunci tingkat kedua
dan pembelajaran mandiri, yang dipelajari secara luas dalam periode analisis. Tingkat ketiga meliputi motivasi dan pembelajaran
kooperatif-kolaboratif. Dengan frekuensi yang lebih rendah, kepuasan dan inovasi siswa berada di peringkat keempat. Terakhir, efikasi
diri dan keterlibatan siswa diidentifikasi sebagai penggunaan kata kunci terendah.

59 Wasserman, E., & Migdal, R. teacher's attitude online courses traditional - - - Metode penelitian: kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah para guru yang mendapatkan pelatihan Temuan menunjukkan empat faktor yang terkait dengan sikap guru: efektivitas dan Aplikasi, Lingkungan, Tugas Kursus, dan Sikap Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mata kuliah pelatihan online Batasan utama dari penelitian ini adalah kurangnya kemampuan Disertasi tidak membandingkan antara pembelajaran
(2019). Professional development: training courses dalam kerangka Pisgah Center di Israel selama tahun ajaran 2015-2016 baik kursus tradisional maupun terhadap TIK (teknologi informasi dan komunikasi). Perbedaan yang signifikan ditemukan dalam faktor lingkungan dan faktor Sikap terdapat perasaan keterkaitan pribadi antara mahasiswa dengan dosen, menggeneralisasi karena sifat sampel yang relatif homogen. Karena online dengan pembelajaran tradisional (tatap muka)
Teachers’ attitudes in online and kursus online asynchronous. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Kuesioner terhadap TIK antara pelatihan online dan tradisional, yang mendukung pelatihan online. Analisis multi-regresi menemukan bahwa suasana mendengarkan dan keterbukaan, dan dosen dapat menjawab semua responden adalah guru yang belajar di Pisgah Center yang
traditional training courses dikirim ke semua peserta di akhir kursus melalui Google Docs. Peserta pelatihan diminta untuk mengisi efektivitas kursus dapat dijelaskan oleh Lingkungan, Tugas kursus, dan Sikap terhadap faktor TIK kebutuhan individu mahasiswa meskipun dengan kurangnya kehadiran fisik di sama, mereka mungkin mirip satu sama lain. Batasan lain yang perlu
kuesioner sebagai persyaratan untuk menyelesaikan kursus. Ditekankan kepada peserta bahwa ruang yang sama. dipertimbangkan adalah bahwa karena kuesioner dikaitkan dengan
kuesioner tersebut tidak disebutkan namanya. Populasi Studi: kuesioner dikirim ke 494 guru yang penyelesaian kursus, orang yang diwawancarai mungkin merujuk pada
mengajar di berbagai institusi pendidikan di Israel. Dari jumlah tersebut, 469 menjawab. Para guru ini program studi khusus mereka dan tidak selalu mengacu pada sifat
menerima pelatihan di sekolah dan program pelatihan regional. Populasi penelitian adalah 14,3% laki-laki kursus online atau tradisional.
dan 85,7% perempuan. Distribusi senioritas dalam tahun mengajar adalah sebagai berikut: 21,4% mata
pelajaran telah mengajar selama 1-5 tahun; 19,8% mengajar selama 6-10 tahun, 24,1% mengajar
selama 11-15 tahun, 23,6% mengajar dari 16-24 tahun dan 11,1% mengajar selama 25 tahun atau lebih.
Alat Penelitian dan Keandalan: pernyataan dalam kuesioner ditulis oleh para guru yang mengkhususkan
diri di bidang pengajaran dan koordinator evaluasi ahli regional untuk kursus pengembangan profesional.

60 Buabeng-Andoh, C. (2019). teachers' - - - - - Pesertanya adalah 376 guru yang dipilih secara acak dari 24 sekolah negeri dan swasta. Data yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan TIK oleh guru masih terbatas pada kegiatan dasar dan tradisional seperti pencarian Studi ini menemukan bahwa dukungan kepemimpinan sangat terkait dengan Penelitian ini terbatas pada guru di sekolah menengah. Penelitian di Disertasi khusus mengkaji kompetensi digital pada guru
Factors that influence teachers’ pedagogical use of dikumpulkan dari partisipan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan analisis varians. informasi, presentasi kelas, dll. Faktor internal dan eksternal ditemukan mempengaruhi penggunaan TIK guru. Juga, guru perempuan integrasi TIK oleh guru. Temuan ini memberikan bukti yang cukup bahwa masa depan dapat diperluas ke guru di Sekolah Tinggi Pendidikan, PAUD saja
pedagogical use of ICT in ICT Dalam studi ini, 24 sekolah menengah negeri dan swasta dipilih secara acak dari daftar semua sekolah melaporkan bahwa mereka menggunakan TIK lebih banyak daripada guru laki-laki. Secara umum, penelitian ini telah memberikan integrasi TIK yang efektif ke dalam pengajaran membutuhkan dukungan dan perguruan tinggi. Studi tersebut menyelidiki faktor-faktor yang
secondary schools: A case of menengah negeri dan swasta di Ghana. Sekolah dengan rasio siswa-komputer terendah dipilih dari kontribusi pada literatur tentang penggunaan TIK pedagogis guru di sekolah menengah dan juga perbedaan gender mereka dalam kepemimpinan sekolah yang menyediakan keterampilan yang diperlukan guru mempengaruhi penggunaan TIK oleh guru di sekolah menengah. Guru
Ghana empat wilayah yaitu Greater-Accra, Central, Eastern, dan Ashanti. Sekolah-sekolah tersebut terdiri dari penggunaan TIK. untuk berhasil menggunakan TIK dalam pengajaran di kelas mereka. Guru yang dipilih untuk penelitian ini berasal dari semua disiplin ilmu (Sains,
tiga sekolah menengah negeri dan tiga sekolah menengah swasta di setiap wilayah. Kategorisasi yang yakin bahwa mereka dapat memperoleh dukungan kepemimpinan Matematika, Bahasa Inggris, dll.). Penelitian selanjutnya dapat
sekolah adalah sekolah perkotaan, sekolah semi perkotaan, dan sekolah pedesaan. Partisipan dipilih sekolah untuk mengimplementasikan TIK dengan sukses lebih cenderung mempertimbangkan untuk mengubah populasi, prosedur pengambilan
secara acak menggunakan metode “tabel nomor acak”. Metode ini melibatkan pemberian nomor seri menggunakan komputer di ruang kelas mereka sampel atau pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.
identifikasi kepada setiap peserta dalam populasi dan kemudian memilih 850 nomor acak dari populasi. Misalnya, peneliti masa depan dapat menyelidiki faktor-faktor yang
Kuisioner kemudian dibagikan kepada 850 peserta. Total 650 kuesioner yang diterima mewakili 77% mempengaruhi penggunaan TIK oleh guru dengan memilih guru dari
tingkat pengembalian dari 850 kuesioner yang dibagikan kepada guru. Dari jumlah tersebut, 85 kuesioner disiplin mata pelajaran tertentu (seperti Matematika atau Sains). Studi
dianggap tidak dapat digunakan, karena ketidaklengkapan data, dan kemudian dihapus dari kumpulan saat ini menggunakan pendekatan cross-sectional untuk
data sehingga menyisakan 575 kuesioner untuk penyaringan data. Dari jumlah tersebut, 199 kuesioner mengumpulkan data tentang populasi guru, penelitian masa depan
terdeteksi sebagai pencilan (yaitu kasus dengan nilai ekstrim yang mendistorsi statistik) dan dihapus dari perlu mempertimbangkan desain longitudinal untuk menguji peran TIK
kumpulan data menyisakan 376 untuk analisis data. Kuesioner terdiri dari 47 item dan dikategorikan ke dari waktu ke waktu.
dalam bagian A, B, dan C. Bagian 'A' terdiri dari tujuh item demografis. Bagian 'B' terdiri dari konstruksi
penggunaan TIK yang berisi pernyataan lima item pada skala lima mulai dari 1 (tidak pernah) sampai 5
(setiap hari). Bagian 'C' berisi enam konstruksi faktor TIK dengan 33 pernyataan item. Konstruksi ini
termasuk (1) Kompetensi komputer berisi enam item pernyataan pada skala lima salep mulai dari 1 (tidak
ada kompetensi) sampai 5 (kompetensi sangat tinggi), (2) konstruksi akses terdiri dari tiga item
pernyataan, (3) kepemimpinan konstruk yang berisi empat item pernyataan, (4) konstruk self-efficacy
yang terdiri dari lima item pernyataan, (5) konstruk nilai yang dirasakan yang terdiri dari enam item
pernyataan, (6) konstruk harapan keberhasilan yang terdiri dari empat item pernyataan. Akses,
kepemimpinan, nilai yang dirasakan, dan harapan dari konstruksi sukses semuanya berada pada skala
lima poin mulai dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju). Uji reliabilitas dilakukan untuk
mengetahui konsistensi internal item. Reliabilitas Cronbach alpha (α) dari skala untuk konstruksi skala
penggunaan TIK, skala kompetensi, skala kepemimpinan, nilai yang dirasakan dan efikasi diri masing-
masing adalah 0,94, 0,92, 0,85, 0,73, dan 0,82.
Analisis data
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis demografi peserta. ANOVA dilakukan untuk
menganalisis perbedaan tanggapan guru berdasarkan program dan lokasi sekolah. Analisis korelasi
pearson dilakukan untuk mengetahui korelasi antar variabel. Akhirnya, analisis regresi berganda
dilakukan untuk menentukan kepentingan relatif dari faktor-faktor yang berhubungan dengan integrasi
TIK.
NO PENULIS/JUDUL/ TAHUN VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KELEBIHAN KEKURANGAN PERBEDAAN
1/FOKUS 2/FOKUS 3/FOKUS 4/FOKUS 5/FOKUS 6/FOKUS

61 Preradović, N. M., Lešin, G., & kindergarten kindergarten ICT-supported - - - para pendidik disurvei di salah satu lembaga pendidikan anak usia dini besar di ibu kota Kroasia. Terkait profil demografi pendidik, semuanya adalah perempuan. Menganalisis kepemilikan komputer, tablet, atau perangkat serupa, kami Penelitian ini telah memberikan wawasan baru untuk mendukung studi Ukuran sampel yang kecil tidak memungkinkan generalisasi yang luas Disertasi akan melibatkan lebih banyak sampel penelitian,
Boras, D. (2017). The role and educators' role educators' Instrumen survei dikembangkan untuk mengetahui sikap pendidik terhadap penggunaan TIK oleh anak menemukan bahwa persentase pendidik yang sangat tinggi (86,67%) memiliki setidaknya satu perangkat. Sedangkan untuk frekuensi terbaru yang menyarankan bahwa pengembangan profesional pendidik harus dari data yang tersedia. Meskipun diambil dari salah satu taman sehingga dapat mewakili seluruh populasi
attitudes of kindergarten attitudes usia dini dan prasekolah, baik di taman kanak-kanak maupun di rumah. Tujuan tambahan dari survei ini penggunaan TIK oleh pendidik anak usia dini, 42 dari 46 pendidik menggunakan komputer beberapa kali dalam seminggu (57,14%), mempertimbangkan tingkat kompetensi mereka dan penggunaan TIK yang kanak-kanak terbesar di ibu kota Kroasia, sampel tidak mewakili
educators in ICT-supported early adalah untuk mengidentifikasi cara pendidik menggunakan TIK dalam pekerjaan sehari-hari mereka. sementara hanya satu yang menggunakan komputer setiap hari (2,38%). Selain itu, sebagian besar pendidik menggunakan komputer di sebenarnya. pendidik taman kanak-kanak di seluruh negeri.
childhood education Instrumen ini dikembangkan oleh koordinasi ahli pendidikan anak usia dini dan ahli TIK. Ini berusaha rumah (82,6%), sedangkan sebagian kecil dari mereka juga menggunakan komputer di tempat kerja (26,1%). Hasil ini menunjukkan
untuk menentukan apakah pendidik menggunakan PC / smartphone / tablet dan perangkat serupa dalam bahwa pendidik umumnya melek komputer.
kehidupan sehari-hari mereka, untuk memeriksa preferensi mereka untuk menggunakan komputer,
Internet dan TIK secara umum dan untuk menentukan sikap mereka terhadap membiasakan anak-anak
dengan TIK (misalnya, kamera, komputer , ponsel) di taman kanak-kanak pada usia dini. Instrumen
survei yang dirancang untuk mengukur persepsi dan sikap pendidik adalah kuesioner dengan 11
pertanyaan berisi variabel independen dan dependen. Delapan pertanyaan diakhiri dengan kategori
jawaban tidak berurutan, sedangkan tiga item
adalah pertanyaan tertutup dengan kategori respon (pertanyaan skala likert). Responden survei (total 46
responden) adalah pendidik dari taman kanak-kanak negeri yang memiliki 486 anak terdaftar dan 85
pendidik yang bertanggung jawab atas anak-anak tersebut pada tahun ajaran 2014-15.

62 Ihmeideh, F., & Al-Maadadi, F. ICT early learning - - - - Studi ini menggunakan pendekatan studi kasus, yang terdiri dari dua sumber informasi: wawancara dan Hasil mengungkapkan bahwa program pelatihan integrasi TIK berdampak pada persepsi dan praktik guru karena meningkatkan Studi ini menyoroti perlunya program pelatihan TIK yang lebih banyak dan Karena studi kasus ini melibatkan sejumlah kecil guru, maka sulit untuk Disertasi akan menggunakan sampel guru PAUD yang
(2018). Towards Improving settings observasi kelas yang digunakan sebelum dan sesudah program pelatihan. Sampel penelitian terdiri dari kesadaran dan pemahaman guru tentang nilai dan penerapan alat TIK pada anak-anak. lebih baik untuk guru anak usia dini sehingga dapat meningkatkan integrasi menggeneralisasikan hasilnya, karena hasil tersebut jelas tidak tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan menggunakan
Kindergarten Teachers’ Practices tiga guru taman kanak-kanak dari taman kanak-kanak Qatar yang berbeda dan mereka sengaja dipilih. belajar. Praktik guru telah berubah secara positif karena penggunaan TIK dan program pelatihan membantu TIK yang berhasil dalam pengaturan tahun-tahun awal. mencerminkan keseluruhan populasi guru Qatar. metode penelitian kuantitatif
Regarding the Integration of ICT Kriteria seleksi untuk guru taman kanak-kanak yang berpartisipasi adalah sebagai berikut: (1) mereka guru meningkatkan kualitas praktik TIK mereka. Terakhir, program pelatihan bermanfaat dalam mengurangi hambatan yang
into Early Years Settings memiliki akses ke TIK di taman kanak-kanak; (2) mereka berada di dekat peneliti; dan (3) mereka menghambat integrasi TIK ke dalam praktik pengajaran
bersedia secara sukarela berpartisipasi dalam studi dan menghadiri pelatihan lokakarya implementasi
TIK. Para peserta belum pernah menerima pelatihan teknologi sebelumnya dan usia mereka beragam.
PArtisipan berusia 22 sampai 30 tahun. Studi ini menggunakan nama samaran untuk guru taman kanak-
kanak agar identitas mereka tetap anonim.

63 Voogt, J., & McKenney, S. (2017). TPACK technology early literacy - - - Lima TEI yang mempersiapkan guru sekolah dasar yang didistribusikan di seluruh Belanda diminta untuk Studi ini berusaha untuk memahami apakah dan bagaimana TEI mengintegrasikan teknologi untuk membina literasi awal dalam Hasil penelitian dapat berkontribusi untuk penelitian yang akan datang Sampel terbatas sehingga hasil peneltiian tidak dapat Disertasi menggunakan TPACK sebagai indikator
TPACK in teacher education: are berkontribusi dalam penelitian ini. Di setiap TEI peneliti meminta kehadiran dua atau tiga guru pendidik kurikulum mereka untuk mengembangkan TPACK calon siswa dalam keaksaraan awal. Temuan menunjukkan bahwa TEI dalam studi dengan mendokumentasikan skenario yang efektif dan efisien untuk digeneralisasikan. Selain itu, hanya sebagian guru yang ikut dalam keterampilan mengajar guru (salah satu faktor yang
we preparing teachers to use dengan keahlian yang berbeda: seorang guru pendidik dengan keahlian di bidang keaksaraan awal / tersebut hampir tidak menghabiskan waktu untuk mengajar tentang teknologi dengan nilai tambah untuk literasi awal dalam kurikulum mengembangkan TPACK di antara pendidik guru pra-jabatan FGD, sehingga mungkin saja guru yang berpartisipasi dalam penelitian mempengaruhi kompetensi digital guru PAUD)
technology for early literacy? anak-anak, seorang guru pendidik yang bertanggung jawab untuk teknologi dalam kurikulum dan, jika mereka saat ini. Karena itu, mereka setuju bahwa memperhatikan teknologi dalam kurikulum keaksaraan awal adalah relevan. Secara merupakan guru yang tertarik pada topik penelitian tersebut, sehingga
mungkin, seorang guru pendidik dengan gambaran kurikulum secara keseluruhan. Secara total, 12 guru khusus, mereka melihat nilai pengajaran tentang potensi buku elektronik. Kelima TEI menganggap penting bahwa calon guru bisa terjadi bias dalam hasil penelitian.
pendidik dilibatkan dalam penelitian ini. Responden didorong untuk merefleksikan dan mendiskusikan menggunakan teknologi - dan dengan demikian belajar tentang teknologi untuk keaksaraan awal - berdasarkan pemahaman dasar
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam focus group dari situasi di TEI mereka. Responden yang tentang apa itu keaksaraan awal dan bagaimana itu harus diajarkan.
berbeda memberikan informasi yang saling melengkapi, yang menghasilkan gambaran situasi di TEI
tentang teknologi dan keaksaraan awal. Kelompok fokus memberikan contoh perwakilan dari keahlian
yang relevan di TEI tipikal.

64 Castéra, J., Marre, C. C., Yok, M. seven factor teacher's - - - - Sampel terdiri dari 574 guru pendidik yang berasal dari total delapan sekolah lembaga pendidikan dari Hasil penelitian menunjukkan empat hasil utama: 1) stabilitas relatif dari struktur model tujuh faktor di berbagai negara; 2) perbedaan Penggunaan bahasa Inggris dari sampel dan kebiasaan menyebarkan Pengumpulan data dilakukan sambil mencoba menghormati protokol Disertasi akan menguji faktor lain disamping TPACK
C. K., Sherab, K., Impedovo, M. TPACK model demographic enam negara. Kuesioner 26 item, berdasarkan skala Likert empat poin, menyelidiki tujuh faktor model relatif persepsi TPACK guru universitas di enam negara di Eropa dan Asia; 3) ketergantungan usia dan faktor TPACK; dan 4) informasi dalam bahasa Inggris, serta kuesioner yang dapat dengan mudah pengambilan sampel. Namun, pada beberapa kelompok jumlah
A., Sarapuu, T., Pedregosa, A. D., factors TPACK sebagai skala independen yang diberikan secara online dan anonim. Analisis faktor konfirmatori kemandirian gender / tingkat akademik dan TPACK. Hasil menunjukkan konsistensi dengan model tujuh faktor asli dalam mengukur dijawab memberikan keyakinan pada validitas hasil yang diperoleh. peserta lebih rendah dari yang diharapkan. Karena ukuran sampel
Malik, S. K., & Armand, H. (2020). menggunakan metode kemungkinan maksimum yang kuat dan uji chi-kuadrat Kruskal-Wallis dilakukan. persepsi TPACK. Stabilitas relatif dari struktur model di seluruh negara mendukung relevansi penggunaan model tujuh faktor saat rendah, sulit untuk mendeteksi perbedaan yang signifikan dalam
Self-reported TPACK of teacher 26 item didasarkan pada skala Likert empat poin (dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju) dan menganalisis survei lintas nasional. Perbedaan skor untuk tujuh faktor TPACK terutama terkait dengan sampel Bhutan. Jika tidak beberapa kasus; misalnya, mendeteksi perbedaan antara kelompok
educators across six countries in menyelidiki tujuh faktor dari model TPACK sebagai skala independen. kesesuaian model diukur dengan dimasukkan, hanya ada sedikit perbedaan pada PCK, di mana Prancis memiliki skor yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Estonia Estonia dan Denmark dapat menjadi faktor pembatas. Namun
Asia and Europe analisis faktor konfirmatori (CFA) menggunakan metode kemungkinan maksimum yang kuat. Indikator dan Pakistan, dan di TPK, di mana Pakistan memiliki skor yang jauh lebih tinggi daripada Prancis. Tidak ada perbedaan yang signifikan demikian, beberapa perbedaan terdeteksi di antara negara-negara
klasik digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian model: chi-square relatif. untuk faktor lainnya. Nilai guru universitas Prancis mengenai PCK dapat dikaitkan dengan tradisi panjang didakti Prancis dalam pelatihan lain, yang menggambarkan konteks ketergantungan tingkat TPACK
guru. Perbandingan global kelompok usia hampir semuanya signifikan (kecuali untuk skor PK), menunjukkan hubungan yang jelas antara pendidik guru. Studi perbandingan saat ini dibatasi dengan
usia dan persepsi TPACK. Tidak ada perbedaan gender dalam persepsi TPACK, berbeda dengan karya lain di mana perempuan lebih menggunakan dua versi kuesioner, satu dalam bahasa Prancis dan
banyak menunjukkan kesulitan dengan pengetahuan terkait teknologi. Tidak adanya perbedaan antara tingkat awal pelatihan pendidik satu lagi dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, risiko kesalahan
dapat dijelaskan dengan adanya program pengembangan keterampilan di semua lembaga yang berkontribusi pada pengembangan penerjemahan konsep telah diperkenalkan sehingga mengurangi
kapasitas mengajar staf universitas. Dengan demikian, pelatihan seumur hidup dan program pengembangan keterampilan yang diizinkan validitas perbandingan.
oleh universitas berkontribusi untuk mengurangi perbedaan keterampilan profesional di antara para pendidik guru.

65 Kıray, S. A., Çelik, İ., & Çolakoğlu, TPACK self-efficacy - - - - Metode penelitian: relational scanning model. TK dan CK secara langsung dan positif mempengaruhi TCK. Sejalan dengan itu, kemampuan memilih teknologi yang paling tepat untuk Penelitian ini menunjukkan bahwa model bertahap yang mencakup CK dan Sampel penelitian ini hanya terbatas pada guru sains di Turkey Disertasi tidak mengukur efikasi diri guru dalam TPACK
M. H. (2018). TPACK Self-Efficacy Penelitian ini dilakukan dengan 563 guru sains yang bekerja di 81 sekolah untuk mewakili guru sains di mata pelajaran yang diajarkan di kelas sains oleh guru yang melihat diri mereka secara memadai dalam dimensi pengetahuan teknologi PCK dapat diusulkan ketimbang pendekatan berbasis teknologi langsung
Perceptions of Science Teachers: Turki. Dalam studi tersebut, guru sains yang bekerja di semua provinsi di Turki pertama kali diidentifikasi dan konten sains juga meningkat. Temuan studi ini, pengaruh positif dan langsung dari TK dan CK pada TCK menunjukkan bahwa untuk program pengembangan profesional yang dapat meningkatkan efikasi
A Structural Equation Modeling dengan teknik pengambilan sampel bertingkat (36.546 guru pada tahun akademik 2016-2017). Berapa kedua jenis pengetahuan ini meningkatkan TCK guru pada saat yang bersamaan. Namun, investigasi menunjukkan bahwa secara diri guru
Study banyak guru sains dari provinsi mana yang akan terlibat dalam penelitian ditentukan dengan membagi mandiri memiliki pengetahuan yang cukup di dua domain ini tidak cukup untuk TCK, dan integrasi kedua area ini harus diajarkan secara
jumlah guru sains yang bekerja di suatu provinsi dengan jumlah semua guru sains di Turki (koefisien khusus.
rasio: 0,015). Misalnya, 16 dari 1.089 guru yang bekerja di Adana dan 33 dari 2.219 guru yang bekerja di Pengetahuan konten pedagogis merupakan komponen integral dari integrasi teknologi dalam pendidikan. Dengan kata lain, seorang
Ankara berpartisipasi dalam survei. 296 guru yang berpartisipasi dalam survei adalah laki-laki, 267 guru yang tidak tahu bagaimana cara terbaik untuk mengajarkan konsep sains tidak akan dapat mengintegrasikan teknologi ke dalam
perempuan. Lulus dari Fakultas Pendidikan 497 orang, Institut Pendidikan 12 orang, Fakultas Sains dan proses pengajaran pada tingkat yang memadai, tidak peduli seberapa banyak pengetahuan teknologi yang dimilikinya.
Sastra 46 orang, dan Fakultas Teknik 8 orang. Usia rata-rata guru adalah 32,63 tahun.
NO PENULIS/JUDUL/ TAHUN VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN KELEBIHAN KEKURANGAN PERBEDAAN
1/FOKUS 2/FOKUS 3/FOKUS 4/FOKUS 5/FOKUS 6/FOKUS

66 Glover, T. A., Nugent, G. C., teachers' teachers' perceptions instructional - - Responden merupakan guru TK sampai dengan guru kelas 5, termasuk 268 guru pedesaan dan 327 Meskipun ada kendala dan keterbatasan sumber daya untuk sekolah pedesaan yang diidentifikasi, guru pedesaan tampaknya tidak Temuan kunci dari studi ini penting untuk dipertimbangkan dalam kaitannya Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini mungkin berbeda Disertasi tidak hanya menggunakan sampel dari rural area
Chumney, F. L., Ihlo, T., Shapiro, professional knowledge practice guru non-pedesaan (kota, pinggiran kota, kota) yang sekolahnya dipilih melalui pengambilan sampel dirugikan, setidaknya dalam hal pengalaman PD terbaik mereka. Di seluruh lokal (kota, pinggiran kota, kota, pedesaan), guru dengan penelitian yang ada dan kebutuhan untuk pekerjaan di masa depan dari populasi umum. Meskipun cakupan pertanyaan yang diberikan
E. S., Guard, K., Koziol, N., & knowledge acak berstrata. mengabdikan jumlah jam yang sebanding untuk PD dan mengalokasikan proporsi yang sama dari waktu mereka untuk berlatih dan untuk menginformasikan praktik dengan lebih baik. Temuan dari penelitian ini berguna untuk mengumpulkan informasi ekstensif tentang peserta
Bovaird, J. (2016). Investigating memberi umpan balik peluang dan peluang untuk interaksi / kolaborasi dengan rekan kerja. Proporsi guru pedesaan yang menunjukkan penting untuk memajukan pemahaman tentang pengalaman dan karakteristik Pengalaman PD, persepsi, pengetahuan, dan praktik, lamanya survei
Rural Teachers’ Professional bahwa pengalaman terbaik mereka melibatkan lokakarya / institut dengan pembinaan lanjutan (25%) sebanding dengan yang ada di PD guru pedesaan yang memengaruhi pengetahuan dan praktik guru. mungkin membuat beberapa individu tidak menyelesaikannya.
Development, Instructional sekolah kota dan pinggiran kota, menunjukkan bahwa sekolah pedesaan tidak dirugikan dibandingkan dengan lokal lain dalam hal akses Informasi dari penelitian ini dan yang sedang berlangsung, penyelidikan Akibatnya, mungkin ada perbedaan sistematis antara mereka yang
Knowledge, and Classroom ke personel yang dapat memberikan dukungan berkualitas di luar acara atau rangkaian pelatihan yang berdiri sendiri. Beberapa temuan eksperimental yang sangat dibutuhkan dari dampak aspek PD pada hasil menanggapi dan yang tidak menanggapi survei ini.
Practice dari penelitian ini juga menggambarkan hubungan penting antara karakteristik PD, pengetahuan guru, persepsi guru, dan pembelajaran siswa
praktek.

67 Ahmed, A., & Qasem, A. (2016). blended learning TPACK - - - - Penelitian dilakukan pada sampel 60 peserta pelatihan guru IPA di kota Ibb. Skala pengetahuan TIK Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa TPACK telah memberikan alat yang berharga untuk menilai pengetahuan guru di Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan TIK guru berada di atas Kurangnya penelitian empiris tentang penerapan pembelajaran Disertasi khusus mengkaji tentang kompetensi digital guru
Blended Learning Approach to digunakan berdasarkan TPACK. Untuk menganalisis data digunakan uji-t. Penelitian ini bersifat kuasi- bidang integrasi teknologi, pengetahuan TIK guru di atas rata-rata dalam dua kelompok, dan ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata pada kedua kelompok. Hal ini dapat dikaitkan dengan pengetahuan campuran untuk pengembangan profesional guru di Yaman. PAUD melalui pembelajaran online, bukan pembelajaran
Develop the Teachers’ TPACK eksperimental di mana desain kelompok non-ekuivalen pretest-posttest digunakan. Kelompok-kelompok kelompok eksperimen dan kontrol pada skala pengetahuan TIK. Diindikasikan bahwa kelompok tersebut setara dalam skor pengetahuan tentang teknologi baru yang digabungkan dengan konten guru dan campuran (blended learning)
tersebut adalah sebagai berikut: Kelompok Eksperimen di mana para guru telah dilatih di mana TIK mereka; dengan kata lain, telah diamati bahwa guru di kedua kelompok itu dekat satu sama lain ketika skor pengetahuan TIK pengetahuan pedagogis, yang mungkin telah berkontribusi dalam tingkat
lingkungan pembelajaran terpadu telah disediakan; Kelompok Kontrol di mana para guru telah dilatih di mereka dipertimbangkan. Berdasarkan hasil uji-t, ditemukan perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kesadaran guru tentang pengetahuan TIK untuk mengintegrasikan TIK dalam
mana lingkungan belajar tradisional ditawarkan. Sampel terdiri dari 60 guru IPA dalam kelompok kontrol kontrol dalam perolehan mean pada pengetahuan TIK. Untuk semua subkomponen skala, skor posttest guru telah menunjukkan desain kursus online
dan kelompok eksperimen (masing-masing 30). Kelompok-kelompok tersebut dicocokkan sesuai dengan peningkatan dibandingkan skor pretest. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa rata-rata perolehan skor kelompok eksperimen lebih
level guru seperti yang ditunjukkan dalam profil pelatihan dalam-layanan mereka untuk menggunakan tinggi daripada kelompok kontrol pada pengetahuan TIK (TK, TPK, TCK, dan TPACK). Untuk menguji metode mana yang lebih baik dari
komputer dan Internet. Subjek secara acak setelah pencocokan untuk kelompok eksperimen dan kontrol. yang lain, rata-rata perolehan digunakan untuk perbandingan antara kelompok eksperimen (pendekatan pembelajaran campuran) dan
kelompok kontrol (metode tradisional).

68 Papanikolaou, K., Makri, K., & learning design TPACK blended technology - - Kerangka kerja ini diuji dalam dua siklus berturut-turut yang memberikan pengalaman yang memadai Mengenai hubungan antara elemen TPACK dan CoI, perbedaan koefisien yang signifikan secara statistik, meskipun relatif kecil, Analisis konten secara kualitatif menejlaskan hubungan antara TPACK Tugas individu pada siklus 2 terbatas, sehingga kegiatan grup Disertasi tidak membahas kaitan TPACK dengan CoI
Roussos, P. (2017). Learning teacher training enhanced untuk mengevaluasi dan mengoptimalkan persimpangan TPACK dengan CoI dan cara keduanya dapat mengungkapkan hubungan antara TPACK dan Kehadiran Kognitif serta potensi untuk lebih menyempurnakan elemen CoI Pengajaran dengan Community of Inquiry (CoI) dilaksanakan melalui FGD
design as a vehicle for developing learning mendukung dan Kehadiran Sosial. Kehadiran kognitif, yang berada di pusat rekayasa tantangan desain menunjukkan tingkat asosiasi yang lebih
TPACK in blended teacher desain kursus pelatihan guru pra-jabatan dengan perspektif yang berpusat pada desain kolaboratif. besar dengan TPACK, sebuah temuan yang sejalan dengan kebutuhan untuk integrasi dua kerangka kerja a) untuk menguraikan TPACK
training on technology enhanced Dalam kedua siklus, guru pra-jabatan bekerja secara individu dan kelompok berdasarkan lebih lanjut dalam pengaturan yang berbeda dan dengan audiens yang berbeda.
learning ciri-ciri kepribadian mereka (berdasarkan model kepribadian lima faktor) dan variabel psikologis lainnya,
seperti efikasi diri, kecemasan dan sikap.

69 Martin, B. (2018). Faculty belief practices TPACK - - - Penelitian dilakukan di Midwest State University (MSU; nama samaran), sebuah universitas dengan Studi menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam tingkat praktik integrasi teknologi lintas jenis Temuan studi menunjukkan bahwa sebagian besar praktik teknologi fakultas Salah satu batasan terkait dengan sampel penelitian. Hasil dari Disertasi hanya fokus pada guru PAUD saja
technology beliefs and practices in populasi sekitar 20.000 mahasiswa sarjana. Secara geografis, MSU terletak di kawasan perkotaan yang kelamin, departemen, status masa jabatan, posisi, kursus per semester atau tahun pengajaran. Artinya fakultas yang berpartisipasi yang berpartisipasi dalam survei memiliki konten yang tidak spesifik atau penelitian ini mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke lingkungan
teacher preparation through a lebih kecil di tengah-tengah antara dua kota metropolitan besar. Tingkat kelulusan 4 tahun MSU (71,8%) dalam studi ini mempraktikkan integrasi dengan cara yang sama saat mengajar mata kuliah pendidikannya. Para peserta ini umumnya digunakan dengan praktik pedagogi terbaik. universitas lain karena sampel dalam penelitian ini kecil, dan tidak
TPaCK lens berada di antara 10% teratas dari semua universitas AS dan hampir 99% fakultas jalur tetap / masa percaya bahwa teknologi merupakan komponen penting dari kursus pendidikan dan mencoba untuk mempraktikkan integrasi teknologi mewakili semua disiplin ilmu karena hanya Pendidikan Anak Usia Dini,
jabatan sampai memperoleh gelar dalam kursus mereka. Sekolah Dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Dasar Bilingual dan
Pendidikan Luar Biasa yang disertakan. Itu tidak termasuk program
Sekolah Menengah dan K-12 seperti Pendidikan Guru Bisnis,
Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Guru
Matematika. Kedua, penggunaan convenience sampling memiliki
batasan karena ketergantungan pada peserta kesediaan dan
ketersediaan untuk menyelesaikan survei. Ketiga, karena hanya
bertenor /
staf pengajar tetap diundang untuk berpartisipasi, sampel penelitian
dapat memiliki karakteristik yang serupa dan oleh karena itu
menghasilkan sedikit variasi dalam data. Keempat, penelitian ini
terutama kuantitatif, dan banyak peserta tidak menjawab pertanyaan
terbuka; oleh karena itu, pemahaman tentang praktik integrasi fakultas
masih terbatas.

70 Fabian, K., Clayes, E., & Kelly, L. TPACK - - - - - Data dikumpulkan melalui survei online. Sebanyak 112 dosen berpartisipasi dalam survei tersebut. Dari Ada perbedaan yang signifikan pada skor TPACK gabungan dari staf yang memiliki tingkat interaktivitas yang lebih tinggi dalam desain Studi ini merupakan respon positif terhadap gap studi TPACK di level HE. Peneliti menemukan bahwa kualifikasi mengajar dan status pekerjaan Disertasi akan mengkaji TPACK sebagai indikator
(2019). Putting design into responden, 58 (52%) hanya mengajar modul HE, sedangkan sisanya (n = 54; 48%) memiliki peran ganda pembelajaran mereka versus staf yang menggabungkan desain pembelajaran dengan tingkat interaktivitas rendah, F (3, 84) = 4,511, p = Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan dosen dalam memengaruhi skor TPACK, meskipun mungkin perlu untuk keterampilan mengajar guru
practice: an investigation of baik sebagai dosen FE dan HE. Dari pengajar, 65 (59%) berasal dari seni, humaniora dan ilmu sosial, 0,006 (lihat Tabel 5). Perbedaan ini signifikan secara statistik untuk PCK (p = 0,027), TCCK (p = 0,036) dan TK (p = 0,041), menunjukkan mengintegrasikan teknologi ke dalam proses belajar mengajar yang diukur mengeksplorasi sifat pelatihan dan pengalaman lebih jauh untuk
TPACK scores of lecturers in a sedangkan sisanya (n = 45; bahwa mereka yang menggunakan lebih banyak interaktivitas dalam desain pembelajaran mereka juga memiliki TPACK yang lebih dengan instrumen TPACK. memastikan bahwa hasilnya dapat diandalkan
networked institution 41%) berasal dari disiplin ilmu dan teknik. Enam puluh satu dosen (55,5%) bekerja penuh waktu, tinggi.
sedangkan dosen lainnya memiliki kontrak kerja paruh waktu (n = 49; 44,5%). Data dianalisis
menggunakan MANOVA.

State of the art penelitian disertasi: Disertasi menganalisis manajemen kurikulum Ekopesantren…

Anda mungkin juga menyukai