Terbaru
Terbaru
Smester : 5
NPM : 219116145
SIFAT HURUF LAZIMAH
Sifatul huruf menurut bahasa adalah suatu keadaan yang menetap pada suatu yang lain.
Sedangkan menurut istilah berarti keadaan yang baru datang yang berlaku bagi suatu huruf
yang dibaca tepat keluar makhrojnya.
Lazimah mempunyai macam-macam huruf lazimah yang jumlahnya ada 17 sifat yaitu :
Yang dimaksud dengan sifat huruf lazimah adalah sifat bacaan yang tetap ada pada satu
persatuannya huruf, baik huruf-huruf tersebut masih berdiri sendiri atau telah dirangkaikan
dengan huruf-huruf lain.
MAKHRAJ DAN SIFAT HURUF HIJAIYAH
Makhraj ( ) َم ْخر ٌجadalah tempat keluarnya huruf, yakni terdengarnya huruf dengan jelas yang
ditentukan oleh bunyi pengucapannya. Perbedaan makhraj menjadi pembeda bunyi huruf yang
satu dengan yang lainnya. Secara umum makhraj huruf Hijaiyah terdapat pada lima tempat,
yaitu: rongga mulut dan rongga tenggoroka()الجوف, tenggorokan ()الحلق, lidah ( )السان, dua bibir (
)الشفتين, dan hidung ( )الخيشوم. Kelima tempat tersebut dinamakan al-makhrij al-‘ammah.
Sifat huruf menurut bahasa adalah karakteristik dari sesuatu (watak) seperti putih, hitam,
merah dan sebagainya. Sifat huruf dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a) Sifat Lazimah yaitu sifat-sifat yang tetap dalam masing-masing huruf hijaiyah, sifat ini
selamanya konstan, tidak pernah berubah selama huruf tersebut digunakan. Sifat lazimah
dibagi menjadi dua bagian: Sifat yang mempunyai lawan, dan sifat yang tidak mempunyai
lawan.
b) Sifat Ar-ridhah adalah sifat bacaan yang baru timbul dan terjadi dari sifat al-lazimah (pada
huruf) setlah huruf-huruf itu dirangkaikan dengan huruf-huruf lain, seperti tafkhimul
musta’al, tarqiqul mustafil yakni tebalnya huruf-huruf isti’la’ dan tipisnya huruf-huruf istifal
dan juga tafkkim dan tarqiqnya lam ra’ dan juga semua bacaan yang sudah tersusun sebab
bertemu dengan huruf yang lain, baik dalam bacaan ikhfa’, iqlab atau idgham (asal tidak
pada bacaan idzhar).
Menurut Imam Abu Al-Fadl Al-Razi mengatakan bahwa keberagaman lafadz atau kalimat
yang terdapat dalam Al-Qur’an itu tidak lepas dari tujuh hal berikut:
a) Keberagamaan yang berkenaan dengan ( )االسمatau kata benda.
b) Keberagamaan yang berkenaan dengan fi’il atau kata kerja.
c) Keberagamaan bentuk ibdal yaitu penggantian suatu huruf atau lafadz tertentu dengan
huruf atau lafadz lain yang maknanya sama.
d) Keberagamaan dalam bentuk taqdim dan ta’khir, mendahulukan dan mengemudiankan
lafadz-lafadz tertentu.
e) Keberagamaan dalam segi i’rab yaitu kedudukan atau status suatu lafadz dalam suatu
kalimat.
f) Keberagamaan dalam bentuk penambahan ( )الزيادةatau pengurangan ()النقصر
g) Keberagamaan yang berkenaan dengaan lahjah() الهجه.
Pengaruh dialek bedaerahan penyebabnya adalah karena faktor geografis, minimnya
fasilitas-fasilitas yang tersedia, kurangnya wawasan untuk memahami pengucapan Al-Qur’an
yang sesuai tajwid, dan minimnya orang-orang yang menguasai pelafalan Al-Qur’an dengan
benar.
IDGHAM SAGHIR
Idghom Shogir terjadi apabila huruf pertama mati, dan sedangkan huruf yang kedua dalam
keadaan berharokat. Kemudian dalam nazam Kitab Ar-Ra’id Fil Tajwidil Qur’an dijelaskan
kemudian jika huruf tersebut, huruf yang pertama mati, maka ia dinamakan dengan Idghom
Shogir. Contoh Idghom Shogir: = ادذهبId-Dzahaba, dalam contoh tersebut terdapat dalam
hukum Idghom Mutamasilain Shogir, yakni bertemunya huruf دdengan huruf ذ.
SAKTAH
Saktah merupakan bahasa arab yang berasal daripada kata dasar (diam). Dari segi bahasa ia
bermaksud diam dan tidak berbicara. Manakala dari segi istilah Ilmu Tajwid pula, ia bermaksud
memutuskan suara seketika tanpa bernapas selama satu Alif atau dua ketukan tanpa mengambil
nafas dengan maksud (niat) tetap ingin meneruskan bacaan al-qur’an tersebut.
Contoh-contoh bacaan saktah: Di dalam Al-Qur‟an menurut riwayat Imam Hafsh, saktah
hanya terdapat empat tempat, yaitu: Surat Al Kahfi (18) ayat 1-2, juz 15, Surat Yasin (36) ayat
52, juz 23, Surat Al Qiyamah (75) ayat 27, juz 29, Surat Al Muthoffifin (83) ayat 14, juz 30.
TAFKHIM DAN TARQIQ
Tafkhim ( )تَ ْف ِخ ْي ُمmerupakan masdar dari Fakhama ( )فَ َّخ َمyang berarti menebalkan. Sedang yang
disebut dengan bacaan Tafhkim adalah menyembunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara
َ َّ)رقyang
atau bacaan tebal. Tarqiq merupakan bentuk Masdar dari raqqaqa ( ق َ berarti
menipiskan. Sedang yang dimaksud bacaan Tarqiq adalah menyembunyikan huruf-huruf
tertentu dengan suara atau bacaan tipis.
Hukum Bacaam Lam:
Tafhkim: Didahului oleh huruf yang berbaris Fathah atau Dhammah ( ُ) قُلْ هُ َواللَّه
Tarqiq: Didahulu oleh huruf yang berbaris Kasrah ( ِ ) بِس ِْم هَّللا
Menurut bahasa waqaf, artinya berhenti/menahan, Menurut istilah ilmu tajwid, pengertian
waqaf adalah memutuskan suara diakhir kata untuk bernafas sejenak dengan niat meneruskan
bacaan selanjutnya. Kata Ibtida` dalam bahasa arab adalah bentuk masdar dari fi`il madhi,
ibtada`a. Kata dasarnya adalah Bada`a, artinya memulai suatu pekerjaan. Dapat disimpulkan
bahwa Ibtida` ialah memulai untuk membaca Al-Qur`an baik setelah qat` maupun setelah
Waqaf.
MUSYKILATUL KALIMAT
Musykilat adalah bacaan-bacaan yang antara tulisan dengan cara membacanya berbeda. Hal
ini bertujuan agar kita dalam membacanya lebih berhati-hati dan terhindar dari kesalahan
membaca.
Adapun Sebab-sebab terjadinya perbedaan : 1. Ada huruf yang tertulis tapi dibaca dengan
suara atau bunyi lain 2. Ada huruf dalam kata tertulis tapi tidak dibaca. 3. Ada tandan shifir
(bulatan kecil di atas alif) ada 2 yaitu : Shifir Mustadhir, Shifir Mustahil .
Jenis-jenis bacaan musykilat
a) Perubahan suara, yaitu suara huruf صdi ganti dengan suara huruf س.
b) Huruf Ro’ dibaca tebal biasanya jika ada Ro’sukun di dahului dengan harakat kasrah,
maka Ro’ tersebut dibaca tipis, tetapi pada kata-kata tertentu justru harus dibaca tebal.
c) Huruf wawu tidak dibaca Yaitu terdapat huruf wawu dalam sebuah kata, tapi tidak
dibaca. Misal: kata صلوه، كوه َزdan lainnya.
d) ““ واdibaca pendek Yaitu terdapat واdalam sebuah kata, tapi dibaca pendek, misal: kata
انب. ًوا
e) Harakat “ “ىهDalam Al-Qur’an terdapat beberapa kata yang membacanya tidak sesuai
dengan kaidah penulisannya. Misal: فيه، عليهdan lainnya.
f) Nun washol/nun iwadl Nun washol/nun iwadl adalah jika ada tanwin yang bertemu
dengan hamzah washol, maka cara membacanya suara tanwin harus di ganti dengan nun
kasrah. Misal: خيرن الوصيه
g) Hamzah sukun saat waqaf dan washol Dalam Al-Qur’an terdapat hamzah sukun yang jika
dibaca setelah waqaf (ibtida’), maka suara hamzah sukun menjadi suara Ya’ sukun
(panjang), namun jika dibaca washol , maka hamzah sukun tidak berubah. Misal: ايتونى
menjadi ونيًاتsaat washol tidak berubah/tetap ايتوني.
h) ““ ئdibaca pendek Yaitu terdapatnya ئdalam sebuah kata, tapi dibaca pendek. Misal:
kata .sebagainya dan ورائ،تلقائ
i) ““ أوdibaca pendek Yaitu terdapatnya dalam sebuah kata , tapi dibaca pendek. Misal:
kata ، أولوا أولئكdan sebagainya.
j) Huruf alif tidak baca Yaitu terdapatnya huruf alif dalam sebuah kata, tetapi tidak baca.
Misal: . تايئسوا،جايء
k) “...“ ا...dibaca pendek Terdapatnya “...“ ا...dalam sebuah jata, tapi dibaca pendek. Misal:
kata .sebagainya dan افائن،مالئه
l) “... اdibaca pendek Terdapatnya ... اdalam sebuah kata. Tapi dibaca pendek. Misal: kata ،
ندعوا ثموداdan sebagainya.
m) “... اsaat waqof Terdapatnya ... اdalam sebuah kata, saat waqof dibaca panjang.
Misal: .sebagainya dan 5 الرسوال،السبيال
n) “... اsaat washal Terdapatnya ... اdalam sebuah kata, saat washal dibaca pendek. Misal:
السبيال، للرسوالdan sebagainya.
Dalam ilmu tajwid, kesalahan dalam membaca al Quran atau yang sering disebut dengan
lahn ada dua jenis, yaitu yang disebut dengan ‘Lahn Jaliyy’ dan ‘Lahn Khafiyy’. Lahn Jaliyy adalah
kesalahan yang besar sedangkan kesalahan Khafiyy adalah kesalahan yang ringan seperti tidak
menyempurnakan kaidah panjang sebagaimana yang diminta atau tidak menahan dengungan
‘ghunnah’ kaidahnya. Faktor utama penyebab munculnya lahn bagi masyarakat non, Arab
(Indonesia) adalah konstrastif sistem fonetik antara bahasa setempat dengan bahasa Arab.
Macam-macam Lahn terbagi menjadi dua yaitu, Lahn Jaliy (kesalahan yang jelas) dan Lahn
Khafiy (kesalahan yang tersembunyi).
Mushaf al-Qur’an Standar Usmani Indonesia merupakan salah satu dari ketiga jenis Mushaf
al-Qur’an Standar Usmani Indonesia yang ditashih di bawah lembaga Lajnah Pentashihan
Mushaf al-Qur’an atau yang disingkat LPMA. Metode penulisan al-Qur’an standar Indonesia
secara umum terdapat prinsip-prinsip yang harus diikuti: Penulisan rasm, penulisan harakat,
penulisan alif Qata’ dan Alif Wasl, penulisan Hamzah, nun silah (nun wasl), Sifr (bulatan), tanda-
tanda waqaf. Al-Qur’an standar Usmani Indonesia memiliki keistimewaan dan ciri-ciri yang
berbeda sebagaimana mushaf Usmani yang dijadikan standar bacaan Internasional, terutama
mushaf Induk mushaf rasm Usmani standarisasi Khalifah Usman bin ‘Affan. Secara umum,
terdapat ciri-ciri mushaf Usmani versi Indonesia, antara lain:
a) Bersumber pada al-Qur’an Usmani menurut bacaan Imam Hafs dan rasmnya sesuai dengan
rasm al-Qur’an yang terkenal dengan nama Bahriyah cetakan Istanbul.
b) Pembakuan dalam tanda-tanda baca.
c) Pengunaan Harakat.
d) Letak Nisf al-Qur’an (wal Yatalattaf) berada di tengah halaman sebelah kiri.
e) Bentuk Khat dalam penulisan mushaf lebih memilih bentuk khat naskhi.
f) Tidak Menggunakan Nun Kecil untuk Tanda Idzhar.
g) Harakat atau Tanda Baca ditempatkan pada tempat yang tepat.
h) Tidak Menulis Kata-kata yang Bertumpuk-tumpuk atau Berhimpitan.
i) Pembenahan Potongan Kalimat (kata) yang tidak tepat.
j) Konsistensi antara Waqaf dengan Harakat atau Tanda Baca.
Mushaf Madinah merupakan mushaf standar Usmani yang menjadi standar bacaan wilayah
Madinah dan sekitarnya. Mushaf ini mengadopsi kaidah-kaidah sebagaimana rasm Usmani
standarisasi bacaan khalifah Usman. Adapun mushaf Madinah yang menjadi sorotan utama
pada penelitian ini adalah mushaf Madinah terbitan Mujamma’ al-Malik Fahd Litiba’ati al
Mushaf al-Syarif bi al-Madinah al-Munawwarah, tahun 1427 H. Secara umum, metode
penulisan al-Qur’an mushaf Madinah dapat terbagi dalam dua bagian, antara lain: Sumber
penyalinan, aspek Riwayat.
Mushaf Madinah dikatakan dalam pengantar penerbit Mujamma’ Malik Falid sebagai
mushaf berasm Usmani sebagaimana rentetan jalur sanad hingga sampai kepada perawi akhir.
Maka dapat dikatakan ini sebagai mushaf berstandar Usmani yang didaulat di wilayah Madinah.
Secara umum, ciri-ciri mushaf Madinah antara lain (ciri fisik mushaf) :