Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HERNIA

PADA TN.A DI RUANG BEDAH (IMAM BONJOL)


RSUD ARJAWINANGUN CIREBON
TAHUN 2019

Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar Profesi
Dosen Pengampu : Rully Annisa, S.Kep., M.Kep., Ners

Disusun Oleh :
Amrina Rosyada
NIM : 190721040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
“HERNIA”

A. Definisi

Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan dinding perut (Sjamsuhidayat, 2014).

Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya
yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat (Long, 2012.)

B. Etiologi
a. Umur

Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa
khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga
usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan  tekanan dalam
rongga perut .

b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan,
hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum
adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada
buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi  buruh yang sebagian besar pekerjaannya 
mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam
rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut

c. Penyakit penyerta

Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran
prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.

d. Keturunan

Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.

e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan
tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan organ melalui dinding
organ yang lemah.

f. Kehamilan

Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan


lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.

g. Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan


terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot
abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi
atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

h. Kelahiran prematur

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada
bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna,
sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui
kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar
kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2019)

C. Manifestasi Klinis/ tanda dan gejala


a. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang sering tampak benjolan di lipat
paha.
b. Adanya rasa nyeri pada benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
c. Terdpat gejala mual muntah atau distensi bila sudah terjadi komplikasi.
d. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi
kandung kencing’
D. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit.
E. Penatalaksanaan
a. Secara konservatif (non operatif)
- Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan

- Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,


misalnya pemakaian korset
b. Secara operatif
- Hernioplasti
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasti sering dilakukan
pada anak – anak

- Herniographi
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia di masukkan, kantong diikat, dan
dilakukan bainy plasty atau teknik yang lain untuk memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang dewasa

- Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada klien
dengan hernia yang sudah nekrosis.

F. PATHWAY

G. Patofisiologi
Pada hernia inguinal usus besar atau usus halus,omentum,atau kandung kemih
menonjol ke dalam kandung inguinal.pada hernia indirek,visera abdomen kluar dari
rongga abdomen melalui cicin dari rongga abdomen melalui cicin inguinal dan
mengikuti funikulus spermatikus (pada pria) atau sekitar ligamen (pada wanita);
hernia ini muncul pada cicin eksternal dan turun hingga mencapai kanal
inguinal,biasanya kedalam skrotum atau labia. Pada herna inguinal direk, bukan
masuk ke kanal melalui cicin internal,hernia melewati dinding inguinal posterior,
menonjol secara langsung melalui fasia kanal yang melintang (di area yang dikenal
dengan segitiga hesselbach),dan muncucul di dinding eksternal.

H. Komplikasi
a. Strangulasi : jenis hernia yang berbahaya
b. Obstruksi usus : penyumbatan pada usus
c. Infeksi (setelah pembedahan)

FOKUS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian ini adalah tahap awal dari proses keperawatan dan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data klien. Pengkajian meliputi:
1. Identitas (nama, usia, alamat, agama, pekerjaan dan pendidikan)
2. Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan cara mengkaji PQRSTUV, yaitu
P = apa yang menbuat nyeri itu muncul, Q = adalah kualitas nyeri
( contoh: seperti tertusuk-tusuk, seperi terbakar, seperti ditekan ), R =
adalah lokasi nyeri, U = pernah merasakan nyeri atau tidak sebelumnya, V
= adalah tujuan dan harapan.
3. Riwayat kesehatan :
a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri di daerah selangkangan
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan ada benjolan diselangkangan apabila BAB atau
mengejan muncul benjolan
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami hernia 2 tahun yang lalu apabila
digunkan untuk mengangkat beban berat terasa sakit.
d. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa dulu bapaknya menderita hernia
4. Pengkajian fisik
a. Kedaan umum
Composmetis, wajah tampak kesakitan, konjungtiva anemis
b. System respirasi
Frekuensi napas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya
sumbatan jalan napas, tidak ada gerakan cuping hidung.
c. System kardiovaskuler
TD 110/70 mmHg, tidak ada oedem, tidak ada pembesaran jantung
d. System urogenital
Ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pada skrotum, tidak
bisa mengeluarkan urin secara lancar
e. System muskulosketal
Ada kesulitan dalam pergerakan karena adanya benjolan di selakangan.
f. Abdomen
Inspeksi : abdomen keras
Auskultasi : ada bising usus pada benjolan
Palpasi : ada benjolan
Perkusi : hypertimpani
5. Pengkajian pola fungsional Gordon
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adakah kebiasaan merokok, pengunaan obat-obatan, alcohol, dan
olahraga.
b. Pola istirahat dan tidur
Biasanya pada penderita hernia jarang atau tidak dijumpai dengan
gangguan tidur.
c. Pola aktivitas
Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri akibat benjolan hernia.
d. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran yang baik dalam keluarga maupun dimasyarakat.
e. Pola kognitif
Penglihatan, perabaan, dan pendengaran normal.
f. Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin
BAB : adanya konstipasi
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Klien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti
ini lagi.
h. Pola mekanisme koping
Klien merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan
meringis kesakitan.
i. Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini
merupakaan cobaan dari Allah SWT.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan
operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi
3. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
3. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional


1. Nyeri akut NOC : NIC
berhubungan dengan  Pain level Pain Management.
diskontuinitas  Pain control a. Kaji adanya keluhan nyeri,
jaringan akibat  Comfort level catat lokasi, lamanya
tindakan operasi Kriteria Hasil : serangan, faktor pencetus
Setelah dilakukan tindakan atau memperberat..
keperawatan selama 2x24 jam b. Pertahankan tirah baring
diharapkan nyeri akut selama fase akut letakkan
berkurang, dengan kriteria hasil pasien pada posisi semi
: fowler.
a. Mampu mengontrol nyeri c. Batasi aktivitas selama fase
(tahu penyebab nyeri, akut sesuai dengan
mampu menggunakan kebutuhan.
teknik non farmakologi d. Instruksikan pada pasien
untuk mengurangi nyeri) untuk melakukan relaksasi..
b. Melaporkan bahwa nyeri e. Kolaborasi dalam
berkurang dengan pemberian terapi.
menggungakan manajemen
nyeri
c. Mampu mengenali
nyeri(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri).
d. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang

2. Resiko infeksi NOC : NIC :


berhubungan dengan  Immune status
luka insisi  Knowledge : infection a. Instruksikan pada
bedah/operasi control pengunjung untuk mencuci
 Risk control tangan saat berkunjung dan
Kriteria Hasil : setelah berkunjung
Setelah dilakukan tindakan meninggalkan pasien
keperawatan 2x24 jam b. Gunakan sabun antimikroba
diharapkan kebutuhan nutrisi untuk cuci tangan
dapat terpenuhi dengan kriteria c. Cuci tangan setiap sebelum
hasil : dan sesudah tindakan
a. Klien bebas dari tanda dan keperawatan
gejala infeksi d. Pertahankan lingkungan
b. Mendeskripsikan proses aseptic selama memasang
penularan penyakit, factor alat
yang mempengaruhi e. Monitor tanda dan gejala
penularan serta infeksi sistemik dan local
penatalaksanaannya f. Ajarkan pasien dan keluarga
c. Menunjukkan kemampuan tanda dan gejala infeksi
untuk mencegah timbulnya
infeksi
d. Jumla leukosit dalam batas
normal
e. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
3. Konstipasi NOC : NIC :
berhubungan dengan a. Bowl Elimination Manajemen Konstipasi
kelemahan otot b. Hidration a. Indentifikasi factor yang
abdomen Kriteria Hasil : menyebabkan kontripasi
Setelah dilakukan tindakan b. Monitor tanda rupture
keperawatan selama 2x24 jam bowel
diharapkan nyeri akut c. Jelaskan penyebab dan
berkurang, dengan kriteria hasil rasionalis tindakan pada
: pasien
a. klien dapat d. Konsultasikan dengan
mengeluarkan feces dokter tentang penimgkatan
dengan konsistensi dan penurunan bising usus
lembek. e. Kolaborasi jika ada tanda
b. Bising usus normal dan gejala konstipasi yang
(12-35 x/menit menetap
c. Pola BAB dalam batas f. Dorong peningkatan
normal aktivitas yang optimal
g. Sediakan privasi dan
keamanan selama BAB
a.
4. Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari  Kram abdomen a. Ketahui makanan kesukaan
kebutuhan tubuh b.d  Menolak makan pasien
mual muntah  Melaporkan perubahan b. Berikan informasi yang
sensai rasa tepat tentang kebutuhan
 Membrane mukosa pucat nutrisi dan bagaimana cara
Kriteria Hasil : memenuhinya
Setelah dilakukan tindakan c. Kolaborasikan dengan ahli
keperawatan selama 2x24 jam gizi jika diperlukan
diharapkan nyeri akut d. Berikan klien minuman dan
berkurang, dengan kriteria hasil kudapan bergizi
:
a. Mempertahankan berat
badan dalam batas normal
b. Makanan oral yang adekuat
c. Menoleransi diet yang
dianjurkan

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlynn F. (2015). Manual Diagnosa Keperawatan Rencana, Intervensi, &
Dokumentasi Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta :EGC

Herdman, kamitsuru. (2018). Nanda-1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2018-2020.Jakarta : EGC

Herdman, kamitsuru. (2018). Nanda-1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017, Edisi 10.Jakarta : EGC

Nurarif, Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawtan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc, jilid 2. Jogjakarta : Mediaction jogja

Long, Barbara C. (2012). Perawat Medical Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung

Poppy Kumala, dkk. (2015). Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta

R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai