Anda di halaman 1dari 84

PENDAHULUAN

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah selesai mengikuti perkuliahan ini, tugas-tugas dan ujian


peserta mampu menampilkan ketentuan, prosedur dan petunjuk dalam
tugas jaga navigasi dan pelabuhan dengan aman, baik dan benar
dalam rangka mengontrol operasional kapal dan keselamatan jiwa
secara efisien dan efektif.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :

Setelah mengikui perkuliahan ini, peserta diklat dapat menganalisa dan


menyimpulkan dengan baik dan benar tentang :
1. Ketentuan, prosedur dan aplikasi COLREG 1972.
2. Ketentuan, prosedur dan petunjuk jaga navigasi.
3. Ketentuan dan petunjuk tugas jaga dipelabuhan.
4. Ketentuan, prosedur dan petunjuk jaga radio.
5. Petunjuk tentang Bridge Resources Management.
6. Petunjuk tentang larangan pemakaian obat terlarang dan alkohol.
7. petunjuk tentang Fitness of Duty.

C. SISTIMATIKA PPTL 1972

Bagian A Umum Aturan 1 – 3

Bagian B Aturan – aturan penyimpangan dan Berlayar


Seksi I Aturan 4 – 10 Sikap kapal dalam setiap kondisi
penglihatan.

Seksi II Aturan 11 – 18 Sikap kapal dalam saling


melihat.

Seksi III Aturan 19 Setiap kapal dalam penglihatan


terbatas.
Bagian C Lampu – lampu dan sosok benda, Aturan 20 – 31

Bagian D Isyarat – isyarat bunyi dan cahaya, Aturan 32 – 37

Bagian E Pembebasan, Aturan 38


Lampiran I Penempatan dan Perincian Teknis Lampu –
lampu dan Sosok Benda.
Lampiran II Isyarat-isyarat Tambahan bagi kapal-kapal
layar yang sedang menangkap ikan yang
saling berdekatan
Lampiran III Perincian teknis tentang isyarat bunyi dan
cahaya
Lampiran IV Isyarat-isyarat bahaya

1
Bagian “A” Umum

ATURAN 1

Penerapan

a. P2Tl 1972 berlaku :


1. Untuk semua kapal dan pesawat terbang laut.

Gambar 1

2. Laut Lepas ( Internasional )


3. Laut Pedalaman ( Nasional ) :
a. Perairan Pelabuhan
b. Perairan bandar
c. Sungai
d. Danau
e. Terusan / Got ( Sepanjang dapat dilayari oleh kapal )

b. Laut Pedalaman dapat dibuat oleh pemerintah setempat dengan peraturan


khusus. Dengan Syarat Semirip mungkin dengan Aturan P2TL 1972.

c. Menyatakan bahwa Sarana, Sosok benda dan Isyarat-isyarat


tambahan untuk menarik perhatian khusus bagi kapal-kapa, seperti :
Kapal perang, kapal konvoi, dan kapal nelayan yang sedang
menangkap ikan yang merupakan suatu armada. Lampu-lampu dan
sosok benda serta isyarat suling tambahan ini sedapat mungkin tidak
menggangu dari peraturan yang ada

2
Gambar 2

d. Bagan-bagan pemisah lalu lintas dapat disahkan oleh organisasi untuk


maksud aturan ini. Syarat-syarat dari bagan pemisah ( Separation
Zone ) :
1. Diakui oleh International Maritime Organization ( IMO )
2. Daerah pelayaran sempit
3. Daerah yang ramai dengan lalu lintas laut

e. Manakala pemerintah yang bersangkutan berpendapat bahwa kapal


konstruksi atau kegunaan khusus tidak dapat memenuhi ketentuan dari
aturan-aturan ini sehubungan dengan jumlah, Jarak, busur, tampak
lampu-lampu atau sosok benda maupun penempatan dari ciri-ciri atau
isyarat bunyi, tanpa menghalangi tugas khusus kapal-kapal itu, maka
kapal yang demikian itu harus memenuhi ketentuan-ketentuan
tersebut. Kalau kapal kecil dapat diberi kelonggaran-kelonggaran
namun harus lengkap mengikuti ketentuan-ketentuan dalam P2TL
1972.

f. Manakala pemerintah yang bersangkutan berpendapat bahwa kapal


konstruksi atau kegunaan khusus tidak dapat memenuhi ketentuan dari
aturan-aturan ini sehubungan dengan jumlah, Jarak, busur, tampak
lampu-lampu atau sosok benda maupun penempatan dari ciri-ciri atau
isyarat bunyi, tanpa menghalangi tugas khusus kapal-kapal itu, maka
kapal yang demikian itu harus memenuhi ketentuan-ketentuan
tersebut. Kalau kapal kecil dapat diberi kelonggaran-kelonggaran
namun harus lengkap mengikuti ketentuan-ketentuan dalam P2TL
1972.

3
ATURAN 2

Tanggung Jawab

2a. Tidak ada suatu aturan apapun yang membebaskan oleh setiap
pemilik kapal,Nakhoda dan ABK untuk lalai berjaga-jaga. Oleh sebab
itu kapal dijaga selama 24 jam dan yang membagi penjagaan adalah
Nakhoda sebagaimana didalam tanggung jawab dan wewenang
Nahkoda sebagai pemegang kewibawaan umum diatas kapal dan
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas jaga, oleh sebab itu dalam
berjaga-jaga menggunakan pengamatan disekeliling kapal dengan
menggunakan mata, telinga bila kabut, dan alat navigasi ( radar )
Senter lene

112,5°
090°
22,5°

090°
22,5°
67,5°

135°
Gambar 3

2b. Dalam menafsirkan dan memenuhi aturan-aturan ini, harus benar-


benar memperhatikkan bahaya navigasi dan bahaya tubrukan serta
setiap keadaan khusus termasuk keterbatasan-keterbatasan kapal
yang terlibat yang dapat memaksa untuk meyimpang dari aturan-
aturan ini untuk menghidari bahaya mendadak
Aturan ini adalah sama dengan pasal 27 SOLAS 1960 untuk
menghidari bahaya tubrukan, maka dianjurkan untuk selalu mengikuti
aturan yang bersangkutan seteliti mungkin, tetapi bila 2 buah kapal
saling berhadapan sedemikian rupa sehingga apabila mengikuti aturan
ini akan menimbulkan bahaya mendadak, maka menurut aturan 2b ini
mengharuskan menyimpang dari aturan yang ada untuk
menyelamatkan kapal dan manusianya.

+++

Gambar 4

4
ATURAN 3

Defenisi-defenisi umum
Untuk memenuhi maksud aturan-aturan ini, kecuali apabila diisyaratkan
lain.
a. Kata kapal mencakup setiap jenis pesawat air, termasuk pesawat
tanpa berat benaman, dan pesawat terbang laut yang digunakan atau
yang dapat digunakan sebagai sarana angkutan diair.

b. Istilah-istilah kapal tenaga berarti setiap kapal yang digerakkan dengan


mesin.

c. Istilah “ Kapal layar “ berarti setiap kapal yang sedang berlayar dengan
menggunakan layar, dengan ketentuan bahwa mesin penggeraknya
tidak digunakan.

Gambar 5

d. Istilah “ kapal yang sedang menangkap ikan “ berarti setiap kapal yang
sedang menangkap ikan dengan pukat, tali, pukat harimau atau alat
penangkap ikan lain yang membatasi kemampuan olah gerak, tetapi
tidak termasuk kapal yang sedang menangkap ikan dengan tali tunda
atau kapal penangkap ikan lain yang tidak membatasi kemampuan
olah gerak.

e. Istilah “ pesawat terbang laut “ mencakup setiap pesawat udara yang


dirancang untuk berolah gerak diair.

5
Gambar 6

f. Istilah “ kapal yang tidak terkendalikan “ berarti kapal yang oleh karena
suatu keadaan luar biasa tidak mampu berolah gerak sebagaimana
yang diisyaratkan oleh aturan-aturan ini dan karenanya tidak mampu
menghindari kapal lain.

Gambar 7

g. Istilah “ kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas “. Berarti kapal


yang karena sifat pekerjaannya mengakibatkan kemampuan olah
geraknya sebagaimana yang diisyaratkan oleh aturan-aturan
inimenjaditerbatas dan karenanya tidak mampu menghidari kapal lain.
Kapal yang menggunakan trowler atau pukat mempunyai laju terhadap
air dan sedang mengarea jaringnya

Gambar 8

6
BAGIAN ” B ”

ATURAN MENGEMUDIKAN DAN MELAYARKAN KAPAL


Seksdi I
Sikap kapal dalam setiap kondisi penglihatan

ATURAN 4
Pemberlakuan
Aturan-aturan dalam seksi ini berlaku dalam setiap kondisi penglihatan

ATURAN 5
Pengamatan

Pengamatan yang baik dengan menggunakan :


1. Mata : Untuk melihat ke semua arah 360 derajat

2. Telinga . untuk mendegar

3. Semua alat navigasi :


1) Alat baring
2) Radar
3) Perum gema
4) Dsb.

Pemgamatan yang layak :


1. Baik
2. Menentukan ada tidaknya bahaya tubrukan
3. Mendeteksi keadaan-keadaan disekitarnya
4. Dsb.

a. Mata = Melihat semua arah ( 3600 )


Isyarat-isyarat yang menarik perhatian baik pada siang hari maupun
pada malam hari.

b. Mendengar ( Telinga )
Dalam penglihatan terbatas seperti :
1) Kabut
2) Hujan, Angin lebat
3) Asap tebal
4) Gerhana Matahari
5) Dsb

c. Menentukan ada tidaknya bahaya ( mendeteksi ) ada tidaknya bahaya


tubrukan.

7
ATURAN 6
Kecepatan Aman

Kecepatan aman adalah kecepatan yang dibuat sedemikian rupa


sehingga setiap kapal :
1. Dapat mengambil tindakan dengan layak.
2. Mengambil tindakan dengan efektif.
3. Dapat diberhentikan dalam setiap jarak henti yang dibutuhkan
untuk menghidari bahaya tubrukan dalam semua keadaan cuaca (
Sesuai dengan kondisi yang ada )
Misalnya , Berapa knots kecepatan aman ?
Ialah kecepatan tidak aman atau tidak konstan.

Olah gerak

Jarak henti

6x penjang kapal

Stop mesin
Rem
Mundur penuh

Gambar 9

Gambar 10

8
a. Bagi semua kapal harus berada dalam kecepatan aman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan aman :
1. Keadaan penglihatan.
2. Kepadatan lalu lintas kapal.
3. Kemampuan olah gerak kapal.
4. keadaan cahaya latar belakang.
5. Keadaan Cuaca ( Angin, Laut, Arus ).
6. Kedalaman air sekitarnya.

Gambar 11

b. Kapal-kapal yang dilengkapi dengan radar harus mengetahui :


1. Sifat atau karakteristik radar.
2. Skala jarak dari radar.
3. Sumber informasi cuaca dan keadaan laut
4. Sulit mendeteksi benda-benda kecil
5. Sulit mendeteksi jumlah posisi gerak benda disekitar.
6. Kepastian menentukan jarak

ATURAN 7

Bahaya Tubrukkan

a. Mempergunakan seluruh sarana yang ada :


1. Alat baringan
2. Radar
3. RDF ( Radio Direction Finder )
4. Dsbnya

b. Apabila menggunakan Radar harus :


1. Tepat
2. Pasti
Perhatian yang deteksi pasti :
1. Jarak jangan dikira-kira harus pasti
2. Sudut baringan jangan dikira-kira
3. Waktu juga harus pasti

9
c. Semua rasa
1. Ragu-ragu
2. Kira-kira
3. Harus dianggap bahwa bahaya tubrukan itu ada

d. Menentukan ada/tidak bahaya tubrukan dengan menggunakan alat


baring

II

Gambar 12

Ketentuan
Kalau Ø mengecil maka target lebih cepat
Kalau Ø membesar maka kapal kita lebih cepat

ATURAN 8
Tindakan untuk menghindari tubrukan

a. Jika mengijinkan harus :


4. Tegas ≥ 15 0

5. Dalam waktu yang cukup ( Jauh-jauh sudah merubah haluan) dapat


memperhatikkan kecakapan pelaut yang baik.

b. Perubahan haluan : Tegas


Perubahan kecepatan : Tegas ( Waktu yang tepat )

c. Hindarilah perubahan haluan untuk menghidari bahaya tubrukan I tapi


akan menimbulkan masalah ke II atau situasi terlalu dekat.

d. Jarak : Tidak konstan.

e. Mengurangi kecepatan atau stop mesin.

10
ATURAN 9

Alur pelayaran sempit


b. Kapal yang sedang berlayar menyusuri alur pelayaran sempit, harus
berlayar sedekat mungkin dengan batas alur pelayaran yang terletak di
sisi kanannya, bilaman hal itu aman dan dapat dilaksanakan
.
Sumbu pelayaran

Sisi kanan
+ 2 mil
Gambar 13

c. Kapal yang panjangnya kurang dari 20 m atau kapal layar tidak boleh
merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman di
dalam alur pelayaran sempit.

d. Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi jalan setiap
kapal lain yang sedang berlayar di alur pelayaran sempit.

e. Kapal tidak boleh alur pelayaran sempit jika pemotongan demikian


merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman di alur
pelayaran sempit, yang demikian itu. Kapal yang disebutkan
belakangan itu dapat membangkitkan isyarat bunyi yang ditentukan
dalam aturan 34 (d), jika ragu – ragu terhadap maksud kapal yang
memotong.

Gambar 14

11
f. (i) Di alur pelayaran sempit jika penyusulan hanya dapat dilakukan jika
kapal yang disusul itu melakukan tindakan untuk memungkinkan
kapal lain lewat dengan aman, maka kapal yang bermaksud
menyusul itu harus menyatakan maksudnya dengan
memperdengarkan isyarat yang sesuai dengan Aturan 34 c(i),
Kapal yang akan disusul itu jika menyetujui harus
memperdengarkan isyarat yang sesuai dengan aturan 34 c(ii)
dengan mengambil langkah untuk melewatinya dengan aman.
Jika ragu – ragu, kapal itu boleh memperdengarkan isyrat – isyarat
yang ditentukan didalam aturan 34 d.

— •— • ACC
H •••••

Z — — • •

— — • G

Gambar 15

b) Aturan ini tidak membebaskan kapal yang menyusul dari


kewajibannya menurut aturan 13.

g. Kapal yang mendekati tikungan di alur pelayaran sempit ditempat itu


kapal –kapal dapat terhalang oleh penglihatan, harus berlayar dengan
khusus dan berhati–hati serta harus memperdengarkan isyarat yang
sesuai dengan aturan 34 c.

gambar 16

h. Setiap kapal jika keadaan mengijinkan, harus menghindarkan dirinya


berlabuh jangkar di alut perlayaran sempit.

12
ATURAN 10

Bagan pemisah lalu lintas laut


( Separation Zone )

a. Aturan ini berlaku bagi Bagan Pemisah yang diakui oleh IMO.
Bagan pemisah adalah :
1. Daerah yang sempit
2. Ramai dilayarai oleh kapal – kapal.

Garis pemisah Daerah pemidah

Gambar 17

b. Kapal – kapal yang sedang berlar alur pemisah lalulintas harus :


1. Sesuai dengan arah yang ditentukan
2. Jauhi garis pemisah.
3. Masuk /Keluar ( Diujung Bagan Pemisah ) membuat sudut kecil

1 3

Gambar 18

13
c. Sedapat mungkin kapal harus menghindari memotong jalur – jalur
lalulintas, tetapi jika keadaan memaksa melakukannya, harus
memotong arah arus dengan sudut yang paling mendekati sudut siku –
siku.

Gambar 19

d. Zone – zone lalulintas dekat pantai pada umumnya tidak boleh


digunakan oleh lalulintas umum yang dengan aman dapat
menggunakan jalur lalulintas yang sesuai dengan bagan pemisah yang
berbatasan. Tetapi kapal – kapal yang panjangnya kurang dari 20 m
dan kapal – kapal layar dalam segala keadaan boloeh berada dalam
zone – zone lalulintas dekat pantai.

e. Kapal, kecuali sebuah kapal yang sedang memotong atau kapal yang
sedang memasuki / meninggalkan jalur, pada umumnya tidak boleh
memasuki atau memotong garis pemisah, kecuali :
1. Dalam keadaan darurat
2. Kapal ikan.

f. Kapal yang sedang berlayar di daerah – daerah ujung bagan pemisah


lalulintas harus berlayar dengan sangat hati – hati.

Gambar 20

14
g. Sedapat mungkin menghindari berlabuh jangkar di Bagan Pemisah.

h. Yang mengikuti aturan bagan pemisah lalulintas harus semua kapal.

i. Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh menghalangi jalan


setiap kapal lain yang sedang mengikuti jalur lalulintas.

j. Kapal yamg panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal layar tidak
boleh merintangi jalan aman kapal tenaga yang sedang mengikuti
bagan pemisah lalulintas.

k. Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, bila sedang


melakukan operasi untuk merawat sarana keselamatan pelayaran di
dalam bagan pemisah lalulintas dibebaskan dari kewajibannya untuk
memenuhi aturan ini karena pentingnya penyelenggaraan operasi itu.

l. Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, bila sedang


melakukan operasi untuk meletakkan, memperbaiki atau mengangkat
kabel laut, di dalam bagan pemisah lalulintas dibebaskan dari
kewajibannya untuk memenuhi aturan ini sekedar untuk melakukan
pekerjaannya.

SEKSI II

Sikap kapal dalam saling melihat

ATURAN 11

Penerapan

Aturan-aturan dalam seksi ini berlaku bagi kapal-kapal yang saling melihat
yang secara visual dan tidak berlaku bagi kapal lain yang melihat pada
layar radar dan akan menimbulkam bahaya tubrukan, tanpa terlihat
dengan mata telanjang.

15
ATURAN 12

Kapal layar

a. Apabila dua buah kapal layar saling mendekat satu sama lain sehingga
mengakibatkan bahaya tubrukan, salah satu daripadanya harus
meyimpangi yang lain dengan cara sebagai berikut :
1. Jika masing-masing mendapat angin pada lambung yang berlainan
maka kapal yang mendapat angin pada lambung kiri harus
meyimpangi kapal yang lain.

Gambar 21

2. Jika keduanya mendapat angin pada lambung yang sama, maka


kapal yang berada diatas angin, harus meyimpangi kapal yang
berada dibawah angin.

atas angina Atas angin

bawah angin bawah angin

Gambar 22

3. Jika kapal yang mendapat angin dilambung kiri melihat kapal yang
berada diatas angindan tidak dapat dipastikkan apakah kapal yang
lainitu mendapat angin pada lambung kiri atau kanannya, maka ia
harus meyimpangi kapal yang lain itu.

Gambar 23

16
b. Untuk memenuhi maksud-maksud aturan ini yang dimaksud disini yang
berlawanan dengan sisi dimana layar agung berada atau bagi sebuah
kapal debgan layar segiempat, adalah sisi yang berlawanan dengan
sisi dimana layar depan dan belakang itu berada.

Gambar 24

ATURAN 13

Penyusulan

a. Lepas dari segala sesuatu yang tercantum didalam aturan-aturan seksi


I dan II, setiap kapal yang sedang menyusul kapal lain bagian b harus
menghindari kapal lain yang disusul itu.

b. Kapal yang dianggap menyusul bilamana kecepatan kapal yang


menyusul itu lebih besar atau lebihcepat bila dilihat dari 22 1/20 arah
melintang sehingga kapal yang menyusul pada malam hari hanya
dapat melihat penerangan buritan, tetapi tidak satupun dari
penerangan-penerangan lambungnya.

090°
22.5°

135°

Gambar 25

17
c. Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah ia sedang menyusul
kapal lain atau tidak, kapal itu harus beranggapan bahwa demikianlah
hanya dan tidak sesuai dengan itu.

Gambar 26

d. Setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi kemudian


tidak akan mengakibatkan

Gambar 27

18
ATURAN 14

Situasi Berhadapan

a. Bilamana dua kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan


berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan
bahaya tubrukan, masing – masing harus mengubah haluannya ke
kanan sehingga masing – masing akan berpapasan dilambung kirinya.

b. Situasi demikian itu harus dianggap ada bilamana kapal melihat kapal
lain tepat atau hampir di depan dan pada malam hari kapal itu dapat
melihat penerangan tiang kapal lain tersebut terletak segaris atau
hampir segaris dan atau kedua penerangan lambung serta pada siang
kapal itu mengamati gatra (aspek) yang sesuai mengenai kapal lain
tersebut.

c. Bilamana kapal dalam keadaan ragu – ragu atas terdapatnya situasi


demikian, kapal itu harus beranggapan bahwa situasi itu ada dan
bertindak sesuai dengannya.

Berhadapan

Gambar 28

19
ATURAN 15

Situasi Menyilang

Bilamana dua kapal tenaga sedang berlayar dengan haluan saling


memotong sedemikian rupa sehingga akan mengakibatkan bahaya
tubrukan,

Gambar 29

ATURAN 29
Tindakan oleh kapal yang menyimpang

Setiap kapal yang harus diharuskan oleh aturan – aturan ini untuk
menyimpangi kapal lain sejauh mungkin harus mengambil tindakan secara
dini dan tegas untuk menjaga agar betul – betul bebas.

17

16

Gambar 30

20
ATURAN 17

Tindakan Kapal yang Bertahan


a. i Dimana salah satu dari dua buah kapal diharuskan meyimpang,
maka yang lainnya harus tetap mempertahankan haluan dan
kecepatannya.
ii Bagaimana pun juga, kapal yang tersebut belakangan boleh
mengambil tindakan untuk menghidari tubrukan dengan olah
geraknya sendiri, sehingga segera setelah jelas baginya bahwa kapal
yang diwajibkan meyimpang tidak mengambil tindakan yang sesuai
dalam memenuhi aturan-aturan ini.

17.a.ii & b

Gambar 31

b. Bilamana oleh suatu sebab, kapal yang diwajibkan mempertahankan


haluan dan kecepatannya mengetahui dirinya berada begitu dekat,
sehingga bahaya tubrukkan tidak dapat dihindari oleh tindakan kapal
yang meyimpang itu saja, sehingga merupakan bantuan yang sebaik-
baiknya untuk menghindari tubrukan

c. Kapal tenaga yang bertindak dalam situasi berpotongan sesuai dengan


sub-ayat ( a ii ) aturan ini, untuk menghindari tubrukan dengan kapal
tenaga lain, jika keadaan mengijinkan tidak boleh merubah haluannya
kekiri bagi kapal yang berada dilambung kirinya.

d. Aturan ini tidak membebaskan kapal yang menyimpang akan


kewajibannya untuk menghindari dari jalannya.

21
ATURAN 18

Tanggung jawab antara kapal-kapal

Kecuali yang diatur dalam aturan – aturan 9, 10 dan 13 mensyaratkan lain:

a. Sebuah kapal tenaga yang sedang berlayar harus menyimpang


jalannya :
(i). Sebuah kapal yang tidak dapat diolah gerak.
(ii). Sebuah kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas.
(iii). Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan.
(iv). Sebuah kapal layar.

b. Sebuah kapal layar yang sedang berlayar harus menyimpang jalannya


(i). Sebuah kapal yang tidak dapat diolah gerak.
(ii). Sebuah kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas.
(iii). Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan.

c. Sebuah kapal layar yang sedang menangkap ikan yang sedang


berlayar, sedapat mungkin menyimpang jalannya :
(i). Sebuah kapal yang tidak dapat diolah gerak.
(ii). Sebuah kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas.

d. (i). Setiap kapal, selain kapal yang tidak dapat diolah gerak atau
kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, jika keadaan
mengijinkan harus menghindari agar tidak menghalangi jalan
yang aman bagi kapal yang terkungkung oleh saratnya yang
memperlihatkan isyarat – isyarat sesuai ATURAN 28.
(ii). Kapal yang terkungkung oleh saratnya harus melakukan navigasi
dengan sangat hati – hati dengan memberikan perhatian penuh
atas keadaannya yang khusus itu.

e. Pesawat terbang laut di atas air, pada umumnya harus menjauhi


semua kapal dan menghindari agar tidak menghalang – halangi
navigasi mereka. Tetapi dalam setiap keadaan, di mana terdapat
bahaya tubrukan, ia harus memenuhi aturan – aturan dalam bagian ini.

Kapal 1 2 3 4 5 6
1. Tenaga 13-18 → → → →
2. Layar  12 → → →
3. Ikan   O → →
4. Tak dapat diolah   O O O
gerak
5. Terkekang oleh    O O
saratnya
6. Terbang laut Menjauhi Semu kapal
Keterangan :→ Menyimpang
• Tidak ada aturan yang mengatur

22
SEKSI III

SIKAP KAPAL DALAM PENGLIHATAN TERBATAS

ATURAN 19

Sikap kapal dalam penglihatan terbatas

a. Berlaku untuk semua kapal dalam daya tampak terbatas.

Gambar 32

b. Bergerak dengan kecepatan aman disesuaikan dengan keadaan


yang ada mesin stand by ( siap untuk olah gerak ).

c. Memperhatikkan dengan seksama keadaan dan suasana


penglihatan terbatas yang ada memenuhi aturan dari seksi I bagian
ini.

d. Kapal yang mendeteksi kapal lain hanya dengan radar harus


menentukan apakah sedang berkembang situasi saling mendekat
terlalu rapat dan atau apakh ada bahaya tubrukan. Jika demikian,
kapal itu harus melakukan tindakan dalam waktu yang cukup
lapang ketentuan bahwa bilaman tindakan demikian terdiri dari
perubahan haluan, maka sejauh mungkin harus dihindari hal-hal
berikut :

(i) Perubahan haluan kekiri terhadap kapal yang ada didepan


arah melintang, selain daripada kapal yang sedang disusul.
(ii) Perubahan haluan ke arah kapal yang ada diarah melintang
atau dibelakang arah melintang.

e. Kecuali apabila telah yakin bahwa tidak ada bahaya tubrukan,


setiap kapal yang mendengar isyarat kabut kapal lain yang menurut
pertimbangannya berada didepan arah melintangnya, atau yang
tidak dapat menghindari situasi saling mendekat terlalu rapat
hingga kapal yang ada didepan arah melintangnya, harus

23
mengurangi kecepatannya serendah mungkin yang dengan
kecepatan itu kapal dapat mempertahankan haluannya. Jika
dianggap perlu, kapal itu harus meniadakan kecepatannya sama
sekali dan bagaimanapun juga berlayar dengan kewaspadaan
khusus hingga bahaya tubrukan telah berlalu.

Tindakan :

Apabila dalam keadaan berkabut :

1. Kecepatan aman (stand by engine)

2. Lampu-lampu navigasi dinyalakan

3. Mendeteksi isyarat sesuai aturan 35

4. Kemudi tangan

5. Radar stand by (siap untuk di gunakan

6. VHF stem by pada chanel 16

7. Tempatkan pengamat

Dalam daya tampak terbatas, maka lampu-lampu dinyatakan. Kecepatan


bisa maju atau kecepatan penuh. Aturan 19 betul-betul kapal maju dan
stand by serta pelan mesin.

24
BAGIAN – C

LAMPU-LAMPU DAN SOSOK BENDA

ATURAN 20
Pemberlakuan

Pemberlakuan :
a. Harus dipenuhi dalam segala.

b. Penerangan pada malam hari yang diisyaratkan.

c. Pada siang hari penerangan boleh diperlihatkan bila dianggap perlu


misalnya : Keadaan daya tampak terbatas.

d. Penerangan dan sosok benda harus memenuhi ketentuan-


ketentuandalam aturan ini.

e. Penerangan dan jojok benda yang disebut secara terperinci harus


memenuhi dalam lampiran 1 peraturan ini

Malam hari, yang menggangu penglihatan :


1. Kain-kain jendela yang berwarna.
2. Lampu-lampu di dek dan kamar-kamar ( nyalanya lemah ).
3. Lampu kerja tidak membingungkan.
4. Lampu di anjungan (kamar peta) diusahakan tidak ada cahaya.

Gambar 33

25
Siang hari
Lampu-lampu dan sosok benda

Gambar 34

Aturan 21

Defenisi

a. “ Penerangan tiang “ berarti penerangan putih yang ditempatkan di


sumbu membujur kapal, memperlihatkan cahaya tidak terputus-
putus yang meliputi busur cakrawala 225 derajat dan dipasang
sedemikian rupa sehingga memperlihatkan cahaya dari arah lurus
kedepan sampai 22,5 derajat dibelakang arah melintang kedua sisi
kapal.

b. “ Penerangan lambung “ berarti penerangan hijau di lambung kanan


dan penerangan merah di lambung kiri, masing-masing
memperlihatkan cahaya tidak terputus-putus yang meliputi busur
cakrawala 112,5 derajat dan ditempatkan sedemikian rupa hingga
memperlihatkan cahaya dari arah kurus kedepan sampai 22,5
derajat dibelakang arah melintang di masing-masing sisinya.
Dikapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, penerangan-
penerangan lambung itu boleh digabungkan dalam satu lentera
yang ditempatkan di sumbu membujur kapal.

c. “ Penerangan Buritan “ berarti penerangan putih yang ditempatkan


sedekat mungkin dengan buritan, memperlihatkan cahaya tidak
terputus-putus yang meliputi busur cakrawala 135 derajat dan
dipasang sedemikian rupa hingga memperlihatkan cahaya 67,5
derajat dari arah lurus kebelakang dimasing-masing sisi kapal.

d. “ Penerangan tunda “ berarti penerangan kuning yang mempunyai


sifat-sifat khusus yang sama dengan “ Penerangan buritan “ yang
didefenisikan dalam paragraf © Aturan ini.

26
e. “ Penerangan kedip “ berarti penerangan yang berkedip-kedip
dengan selang waktu teratur dengan frekuensi 120 kedipan atau
lebih setiap menitnya.

f. “ Penerangan keliling “ Berarti penerangan yang memperlihatkan


cahaya tidak terputus-putus yang meliputi busur cakrawala 360
derajat.

g. Kapal yang panjangnya lebih dari 50 meter dan lebih kecil dari 50
meter

225°

112,5°
( 10 SURAT )

12 50 M

135°

( 12 SURAT )

Gambar 35

Penjelasan
1 surat = 11,25 0 ( 111/4 0)

27
ATURAN 22

Jarak tampak penerangan

Daya tampak lampu-lampu “


Lampu-lampu yang diisyaratkan hdalam aturan ini harus mempunyai
kekuatan cahaya yang disebutkan dalm seksi 8 terlampir T untuk
dapat kelihatan dari jaeak minimum sebagai berikut :
a. Dikapal-kapal dengan panjang 50 m atau lebih :
- Lampu tiang 6 mil
- Lampu lambung 3 mil
- Lampu buritan 3 mil
- Lampu tunda 3 mil
- Lampu keliling : - Putih 3 mil
- Merah 3 mil
- Hijau 3 mil
- Kuning 3 mil

b. Dikapal-kapal dengan panjang 12 meter atau lebih atau kurang dari


50 meter
- Lampu puncak tiang 5 mil, kecuali kalau panjang kapal  20 m,
3 mil
- Lampu lambung 2 mil
- Lampu buritan 2 mil
- Lampu keliling : - Putih 2 mil
- Merah 2 mil
- Hijau 2 mil
- Kuning 2 mil

c. Dikapal-kapal dengan panjang  12 m


- Lampu tiang 2 mil
- Lampu lambung 1 mil
- Lampu buritan 2 mil
- Lampu tunda 2 mil
- Lampu keliling : - Putih 2 mil
- Merah 2 mil
- Hijau 2 mil
- Kuning 2 mil

d. Di kapal-kapal yang terbenam sebagai atau benda-benda yang


sedang ditunda yang tidak kelihatan dengan jelas : penerangan
keliling putih 3 mil .

28
ATURAN 23

Kapal tenaga yang sedang berlayar

A. Kapal tenaga yang sedang berlayar harus memperhatikkan :


(i) Tiang depan
(ii) Penerangan tiang kedua dibelakang lebih tinggi dari penerangan
tiang depan, kecuali kapal yang panjangnya krang dari 50 meter
tidak wajib memperlihatkan penerangan demikian, tetapi boleh
memperlihatkannya

Gambar 36
Panjang kapal  50 meter adalah dari depan

(iii) Penerangan lambung

Gambar 37

panjang kapal  50 dilihat dari lambung kiri mempunyai


laju terhadap air

(iv) Penerangan buritan

b. Kapal bantalan udara bilamana sedang beroperasi dalam bentuk tanpa


berat benaman, disamping penerangan yang ditentukan di dalam
parafgraf A

29
Gambar 38

Panjang kapal lebih dari 50 meter dilihat dari lambung kiri pada malam
hari mempunyai laju terhadap air

Gambar 39

Panjang kapal lebih dari 50 meter mempunyai laju terakhir

(i) Kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 12 meter, sebagai


ganti penerangan-penerangan yang ditentukan di dalam paragraf
( a ) Aturan ini, boleh memperlihatkan penerangan keliling putih
dan penerangan-penerangan lambung.
(ii) kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 7 meter yang
kecepatan maksimumnya tidak lebih dari 7 mil setiap jam, sebagai
ganti penerangan yang ditentukan didalam paragraf (a) Aturan ini,
boleh memperlihatkan penerangan keliling putihdan jika mungkin,
harus juga memperlihatkan penerangan-penerangan lambung.
(iv) Penerangan tiang atau penerangan keliling putih di kapal tenaga
yang panjangnya kurang dari 12 meter boleh dipindahkan dari
sumbu membujur kapal ketika pemasangan di sumbu membujur
tidak dapat dilakukan. Dengan ketentuan bahwa penerangan-
penerangan lambung digabungkan dalam satu lentera yang harus
diperlihatkan di sumbu membujur kapal atau ditempatkan sedekat
mungkin di sumbu membujur yang sama dengan penerangan
tiang atau penerangan keliling putih.

30
ATURAN 24

Penundaan dan Pendorongan

a. Kapal tenaga bilamana sedang menunda, harus memperlihatkan :


(i) Sebagai pengganti penerangan yang ditentukan didalm aturan 23
a1 dan a2 penerangan tiang yang bersusun tegak lurus. Bilamana
panjang tundaan ,diukur dari buritan kapal yang sedang menunda
sampai keujung belakang tundaan :
- Kapal tenaga yang panjanngnya tidak lebih dari 200 m, tiga
penerangan bersusun tegak lurus.

Gambar 40

- Kapal tenaga panjang 50m atau lebih menunda di belakang


panjang tundaan lebih dari 200 m empat penerangan bersusun
tegak lurus

Gambar 41
(i) Penerangan-penerangan lambung
(ii) Penerangan buritan
(iii) Penerangan tundaan :
- Tegak lurus diatas penerangan buritan, kapal tenaga yang
panjanngya kurang dari 50 m dan panjang tundaanya lebih dari 200
m
Pandangan dari depan

Gambar 42

31
Kapal tenaga panjang 50 meter atau lebih menunda dibelakang atau lebih,
panjang tundaan lebih dari 200 meter bila dilihat dari depan

Gambar 43

(iv) Bilamana panjang tundaan lebih dari 200 meter, sosok belah
ketupat disuatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-
jelasnya.

b. Bilamana kapal yang sedang mendorong dan kapal yang sedang


didorong maju diikat erat-erat dalam suatu berangkat, kapal-kapal itu
harus dianggap sebagai sebuah kapal tenaga dan memperlihatkan
penerangan-penerangan yang ditentukan dalam aturan 23.

d. Kapal tenaga bilamana sedang mendorong maju atau sedang


menggandeng kecuali dalam hal suatu unit berangkat, harus
memperlihatkan :
i. sebagai pengganti penerangan yang ditentukan didalam aturan
23 (a) (i) at au (a) (ii), dua penerangan tiang yang bersusun tegak
lurus
ii. Penerangan-penerangan lambung
iii. Penerangan buritan

b. Kapal tenaga yang dikenai paragraf (a) atau (c) Aturan ini harus juga
memenuhi aturan 23 (a) (ii)

c. Kapal atau benda yang sedang ditunda, selain daripada yang


dinyatakan didalam paragraph Aturan ini harus meperlihatkan :
(i). Penerangan –penerangan lambung
(ii). Penerangan
(iii). Penerangan buritan

d. Dengan ketentuan bahwa berapapun jumlah kapal yang sedang


digandengatau didorong dalam satu kelompok , harus diberi
penerangan sebarai satu kapal.
i. Kapal yang sedang didorong maju yang bukan merupakan
merupakan bagian dari satu unit berangkai, harus
memperlihatkan penernagan-penerangan lambung di ujung
depan.

32
ii. Kapal yang sedang digandengharus memperlihatkan penerangan
buritan dan ujung depan, penerangan-penerangan lambung.

e. Kapal atau benda yang terbenam sebagian,, atau gabungan dari kapal-
kapal atau benda-benda, demikan yang sedang ditunda yang tidak
kelihatan dengan jelas. Harus memperlihatkan :
i. Jika lebarnya kurang dari 25 meter, satu penerangan keliling putih
diujung depan atau didekatnya dan satu di ujung belakang atau
didekatnya kecuali apabila naga umbang itu tidak perlu
memperlihatkan penerangan diujung ,depan atau didekatnya.
ii. Jika lebarnya 25 meter atau lebih, dua penerangan atau keliling
putih tambahan diujung-ujung paling luar dari lebarnya atau
dekatnya.
iii. Jika panjangnya lebih dari 100 meter, penerangan –penerangan
keliling putih tambahan diantara penerangan-penerangan yang
ditentukan di dalam sub paragraph (i) dan (ii) sedemikian rupa
hingga jarak antara penerangan penerangan itu tidak boleh lebih
dari 100 meter.
iv. Sosok belah ketupat di atau didekat ujung paling belakang dari
kapal atau benda paling belakang yang sedang ditunda dan jika
panjang tundaan itu lebih dari 200meter, sosok belah ketupat
tambahan di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-
jelasnya serta ditempatkan sejauh mungkin di depan.

f. Apabila karena suatu sebab yang cukup beralasan sehingga tidak


memungkinkan kapal atau benda yang sedang ditunda
memperlihatkan penerangan-penerangan atau sosok benda yang
ditentukan didalam paragraf (e) atau (g) Aturan ini, semua upaya yang
mungkin harus ditempuh untuk menerangi kapal atau benda yang
ditunda itu setidak-tidaknya menunjukkan adanya kapal atau benda
demikian itu.

g. Apabila karena suatu sebab yang cukup beralasan sehingga tidak


memungkinkan kapal yang tidak biasa melakukan operasi-operasi
penundaan untuk memperlihatan penerangan-penerangan yang
ditentukan di dalam paragraf (a) atau (c) aturan ini, maka kapal
demikian itu tidak disyaratkan untuk memperlibatkan penerangan-
penerangan itu bilamana sedang menunda kapal lain dalam bahaya
atau dalam keadaan lain yang membutuhkan pertolongan. Segala
upaya yang mungkin harus ditempuh untuk menunjukkan sifat
hubungan antara kapal yang sedang menunda dan kapal yang sedang
ditunda sebagaimana yang diharuskan dan dibolehkan oleh Aturan 36
terutama untuk menerangi.

33
ATURAN 25

Kapal Layar yang sedang Berlayar dan Kapal yang


sedang Berlayar dengan Dayung

a. Kapal layar yang sedang berlayar harus memperlihatkan :


i Penerangan-penerangan lambung
ii Penerangan buritan

Gambar 44

b. Di kapal layar yang panjangnya kurang dari 20 meter, penerangan-


penerangan yang ditentukan didalam paragraf (a) Aturan ini boleh
digabungkan didalam satu lentera yang dipasang di puncak tiang atau
didekatnya di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-
jelasnya.

Gambar 45

c. Kapal layar yang sedang berlayar, disamping penerangan-penerangan


yang ditentukan didalam paragraf (a) Aturan ini, boleh memperlihatkan
di puncak tiang atau didekatnya, disuatu tempat yang dapt kelihatan
dengan sejelas-jelasnya, dua penerangan keliling bersusun tegak
lurus, yang diatas merah yang dibawah hijau, tetapi penerangan-
penerangan ini tidak boleh diperlihatkan bersama-sama dengan lentera
kombinasi yang diboehkan paragraf (b) Aturan ini.

d. i Kapal layar yang panjangnya kurang dari 7 meter, jika mungkin,


harus memperlihatkan penerangan-penerangan yang ditentukan
didalam paragraf (a) atau (b) Aturan ini, tetapi jika tidak
memperlihatkannya, kapal yang sedang berlayar dengan dayung itu

34
harus selalu siap dengan sebuah lampu senter atau lentera yang
menyala yang memperlihatkan cahaya putih yang harus
ditunjukkan dalam waktu yang cukup untuk mencegah tubrukan.
ii Kapal yang sedang berlayar dengan dayung boleh memperlihatkan
penerangan-penerangan yang ditentukan didalam aturan ini bagi
kapal-kapal layar, tetapi jika tidak memperlihatkannya, kapal yang
sedang berlayar dengan dayung itu harus selalu siap dengan
sebuah lampu senter atau lentera yang menyala yang
memperlihatkan cahaya putih yang harus ditunjukkan dalam waktu
yang memadai untuk mencegah tubrukan.

e. Kapal yang seang berlayar dengan layar bilamana seang


digerakkan juga dengan mesin, harus memperlihatkan sosok benda
berbentuk kerucut dengan puncak kebawah, dibagian depan kapal
di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.

Gambar 46

ATURAN 26

Kapal Ikan
a. Kapal yang sedang menangkap ikan, apakah sedang berlayar atau
berlabuh jangkar, hanya boleh memperlihatkan penerangan-
penerangan dan soso-sosok benda dtentukan oleh Aturan ini.

b. Kapal yang sedang mendogol, maksudnya sedang menarik pukat


tarik atau perkakas lain didalm air yang digunakan sebagai alat
untuk menangkap ikan harus memperlihatkannya :
i Dua penerangan keliling bersusun tegak lurus, yang diatas hijau
dan yang dibawah putih, atau sosok benda yang terdiri dari dua
kerucut yang titik-titik puncaknya berimpit, bersusun tegak lurus,
kapal panjangnya kurang dari 20 meter, sebagai pengganti
sosok benda ini, boleh memperlihatkan keranjang.

35
Gambar 57

ii. Penerangan tiang lebih kebelakang dan lebih tinggi daripada


penerangan hijau keliling, kapal yang panjangnya kurang dari 50
meter tidak wajib memperlihatkan penerangan demikian itu,
tetapi boleh memperlihatkannya.
iii Bilamana mempunyai laju diair, sebagai tambahan atas
penerangan-penerangan yang ditentukan dalam paragraf ini,
penerangan-penerangan lambung dan penerangan buritan.

c. Kapal yang sedang menangkap ikan, kecuali yang sedang


mendogol, harus memperlihatkan :
i Dua penerangan keliling bersusun tegak lurus, yang diatas
merah dan dibawah putih, atau sosok benda yang terdiri dari
dua kerucut yang titik-titik puncaknya berimpit, bersusun tegak
lurus, kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, sebagai
pengganti sosok benda ini, boleh memperlihatkan keranjang.
ii Bilamana ada alat penangkap ikan yang terjulur mendatar dari
kapal lebih dari 150 meter, penerangan putih keliling atau
kerucut yang titik puncaknya keatas, diarah alat penangkap.

Gambar 48

Kapal yang panjangnya lebih dari 150 meter

36
iii. Bilamana mempunyai kecepatan di air, disamping penerangan-
penerangan yang ditentukan dalam paragraf ini, penerangan-
penerangan lambungdan penerangan buritan

d. Kapal yang sedang menangkap ikan berdekatan sekali dengan


kapal-kapal lain yang menagkap ikan, boleh memperlihatkan
isyarat-isyarat tambahan yang diuraikan dengan jelas di dalam
Lampiran II Peraturan ini.

Gambar 49
Kapal sedang mendogol berpasangan sedang mengarea jaring dan
mempergunakan lampu-lampu sorot. Panjang kapal kurang dari 150 meter.

e. Bilamana sedang tidak menangkap ikan ikan tidak boleh


memperlihatkan penerangan-penerangan atau sosok-sosok benda
yang ditentukan didalam Aturan ini tetapi hanya penerangan-
peneranganatau sosok-sosok benda yang ditentukan bagi kapal
yang panjangnya sama dengan panjang kapal itu.

Gambar 50

ATURAN 27

Kapal yang tidak Terkendalikan atau


yang Kemampuan Olahgeraknya terbatas

a. Kapal yang tidak terkendalikan harus memperlihatkan :

(i) Dua penerangan merah keliling bersusun tegaklurus di suatu


tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.

(ii) Dua bola atau sosok benda yang serupa, bersusun tegak lurus
di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.

37
(iii) Bilamana mempuyai laju di air, sebagai tambahan atas
penerangan-penerangan yang ditentukan di dalam paragraf
ini, penerangan-penerangan lambung dan penerangan buritan.

Gambar 51

b. Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, kecuali kapal yang


sedang melaksanakan pekerjaan pembersihan ranjau, harus
memperlihatkan :

(i) Tiga penerangan keliling bersusun tegaklurus di suatu


tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.
Penerangan yang tertinggi dan terendah harus merah,
sedangkan penerangan yang tengah harus putih.

(ii) Tiga sosok benda bersusun tegak lurus di suatu tempat yang
dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. Sosok benda yang
tertinggi dan yang terendah harus bola, sedangkan yang
ditengah sosok belah ketupat. Bilamana mepunyai laju di air
penerangan atau penerangan-penerangan tiang,
penerangan-penerangan lambung dan penerangan buritan,
sebagai tambahan atas penerangan-penerangan yang
ditentukan di dalam sub paragraf (i)

(iii) Bilamana berlabuh jangkar, sebagai tambahan atas


penerangan-penerangan atau sosok-sosok benda yang
ditentukan dalam sub paragraf (i) dan (ii), penerangan,
penerangan-penerangan atau sosok-sosok benda yang
ditentukan dalam Aturan 30.

Gambar 52

38
c. Kapal tenaga yang sedang melaksanakan pekerjaan penundaan
sedemikian rupa sehingga sangat membatasi kemampuan kapal
yang sedang menunda dan tundaanya itu untuk menyimpang dari
haluannya yang ditentukan dalam Aturan 24 (a) harus
meperlihatkan penerangan-penerangan atau soso-sosok benda
yang ditentukan didalam sub paragraf (b) (i) dan (ii) Aturan ini.

Gambar 53

d. Kapal yang sedang melaksanakan pengerukkan atau pekerjaan di


dalam air, bilaman kemampuan olah geraknya terbatas, harus
memperlihatkan penerangan-penerangan dan sosok-sosok benda
yang ditentukan didalam sub paragraf (b) (i) (ii) dan (iii) Aturan ini
dan sebagai tambahan bilamana ada rintangan harus
memperlihatkan :

(i) Dua penerangan merah keliling atau dua bola bersusun tegak
lurus untuk menunjukkan sisi tempat rintangan itu berada

(ii) Dua penerangan hijau keliling atau dua sosok belah ketupat
bersusun tegak lurus untuk menunjukkan sisi yang boleh
dilewati kapal lain

(iii) Bilamana berlabuh jangkar, penerangan atau sosok-sosok


benda yang ditentukan di dalam paragraf ini sebagai ganti
penerangan-penerangan atau sosok benda yang
ditentukan dalam Aturan 30.

Gambar 54

39
e. Bilamana ukuran kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan penyelaman itu membuatnya tidak mampu
memperlihatkan semua penerangan dan sosok benda yang
ditentukan di dalam paragraf (d) Aturan ini, harus diperlihatkan
yang berikut ini.

(i) Tiga penerangan keliling bersusun tegak lurus di suatu tempta


yang diperlihatkan sejelas-jelasnya. Penerangan yang tertinggi
dan terendah harus merah, sedangkan penerangan yang
ditengahharus putih.

(ii) Tiruan bendera kaku “ A “ dari Kode Internasional yang


tingginya tidak kurang dari 1 meter. Langkah-langkah harus
dilakukan untuk menjamin agar tiruan itu dapat keliling.

Gambar 55

f. Kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan pembersihan ranjau,


sebagai tambahan atas penerangan-penerangan yang ditentukan
bagi kapal di dalam Aturan 23 atau atas penerangan-penerangan
atau sosok benda yang ditentukan bagi kapal yang berlabuh
jangkar di dalam Aturan 30, mana yang sesuai, harus
memperlihatkan tiga penerangan hijau keliling atau tiga bola. Salah
satu dari penerangan-penerangan atau sosok-sosk benda ini harus
harus diperlihatkan di puncak tiang depan atau di dekatnya dan
satu di masing-masing ujung andang-andang depan. Penerangan-
penerangan atau sosok benda ini menunjukkan bahwa
berbahayalah kapal lain yang mendekat dalam jarak 1.000 meter
dari pembersih ranjau itu.

Gambar 56

40
g. Kapal-kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter, kecuali kapal-
kapal yang sedang menjalankan pekerjaan penyelaman, tidak wajib
memperlihatkan penerangan-penerangan dan sosok-sosok benda
yang ditentukan di dalam aturan ini.

h. Isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam Aturan ini bukan isyarat-


isyarat dari kapal-kapal dalam bahay dan yang membutuhkan
pertolongan. Isyarat-isyarat demikian tercantum di dalam Lampiran
IV Peraturan ini.

ATURAN 28

Kapal yeng Terkendala oleh Syaratnya


Kapal yang terkendala oleh saratnya, sebagai tambahan atas
penerangan-penerangan yang ditentukan bagi kapal-kapal tebaga
di dalm Aturan 23, boleh memperlihatkan tiga penerangan merah
keliling bersusun tegak lurus, atau sebuah silinder ditempat yang
dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.

Gambar 67

ATURAN 29

Kapal Pandu

a. Kapal pandu yang sedang bertugas memandu harus


memperlihatkan :
(i) Di puncak atau didekatnya, dua penerangan keliling
bersusun tegak lurus yang diatas putih dan yang dibawah
merah.
(ii) Bilamana sedang berlayar, sebagai tambahan, penerangan-
penerangan lambung dan penerangan buritan.
(iii) Bilamana berlabuh jangkar, sebagi atas penerangan-
penerangan yang ditentukan di dalam sub paragraf (i),

41
penerangan-penerangan atau sosok benda yang ditentukan
di dalam Aturan 30 bagi kapal-kapal yang berlabuh jangkar.

Gambar 58

b. Kapal pandu bilamana tidak sedang bertugas memandu harus


memerhatikkan penerangan-penerangan atau sosok-sosok benda
yang ditentukan bagi kapal yang serupa dengan panjangnya.

ATURAN 30

Kapal yang Berlabuh Jangkar dan Kapal yang


Kandas

a. Kapal yang berlabuh jangkar harus memperhatikkan suatu tempat


yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya :
(i) di bagian depan , penerangan putih keliling atau satu bola
(ii) Di buritan atau di dekatnya dan di suatu ketinggian yang lebih
rendah daripada penerangan yang ditentukan di dalam paragraf
(i) sebuah penerangan putih keliling.

Gambar 59

b. yang panjangnya kurang dari 50 meter boleh memperlihatkan


sebuah penerangan putih di suatu tempat yang dapat kelihatan
dengan sejelas-jelasnya :

c. Kapal yang berlabuh jangkar boleh juga menggunakan


penerangan-penerangan atau penerangan-penerangan yang
sepadan yang ada di kapal untuk menerangi geladak-geladaknya,
sedangkan kapal yang panjangnya 100 meter keatas harus
memperlihatkan penerangan-penerangan demikian itu.

42
d. Kapal yang kandas harus memperlihatkan penerangan-penerangan
yang ditentukan di dalam paragraf (a) atau (b) Aturan ini dan
sebagai tambahan, di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan
sejels-jelasnya.
(i) Dua penerangan merah keliling bersusun tegak lurus.
(ii) Tiga bola bersusun tegak lurus.

Gambar 60

e. Kapal yang panjangnya kurang dari 7 meter, bilamana berlabuh


jangkar, tidak di dalam atau di dekat alur pelayaran sempit, air
pelayaran atau tempat berlabuhjangkar, atau tempat yang biasa
dilayari oleh kapal-kapal lain, tidak disyaratkan memperlihatkan
penerangan-penerangan atau sosok-sosok benda yang ditentukan
di dalam sub paragraf (a) atau (b) Aturan ini.

f. Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter, bilamana kandas,


tidak disyaratkan memperlihatkan penerangan-penerangan atau
sosok-sosok benda yang di tentukan di dalam sub paragraf (d) (i)
dan (ii) Aturan ini.

ATURAN 31

Pesawat Terbang Laut


Apabila pesawat terbang laut tidak mampu memperlihatkan
penerangan-penerangan dan sosok-sosok benda dengan sifat-sifat
atau kedudukan-kedudukan yang ditentukan di dalam Aturan-
aturan bagian ini, pesawat terbang laut itu harus memperlihatkan
penerangan-penerangan atau sosok-sosok benda yang sifat-sifat
dan kedudukan-kedudukannya semirip mungkin dengan
penerangan-penerangan da sosok-sosok benda.

43
Gambar 61

BAGIAN “D” – ISYARAT BUNYI DAN ISYARAT


CAHAYA

ATURAN 32

Definisi
a. Kata “ Suling “ berarti setiap alat isyarat bunyi yang dapat
menghasilkan tiupan-tiupan yang ditentukan dan yang memenuhi
perincian-perincian di dalam Lampiran III Peraturan-peraturan ini.

b. Istilah “ Tiup Pendek “ berati tiupan yang lamanya kira-kira satu


detik

c. Istilah “ Tiup Panjang “ berarti tiupang yang lamanya empet sampai


enam detik.

44
ATURAN 33

Perlengkapan untuk Isyarat Bunyi

a. 12 meter atau lebih


Harus dilengkapi dengan suling dan genta.

Gambar 62

100 meter sebagai tambahan, harus dilengkapi dengan gong yang


nada bunyinya tidak dapat terkecualikan dengan nada dan bunyi
genta, suling, genta dan gong.

Harus memenuhi perincian-perincian di dalam Lampiran III ini,


genta atau gong kedua-duanya boleh dignti dengan perlengkapan
lain yag mempunyai sifat yang sama dengan bunyi masing-
masing dan dengan ketentuan alat isyarat yang ditentukan harus
selalu mungkin di bunyikan dengan tangan.

Gambar 63

b. 12 < meter
Tidak wajib memasang alat-alat isyarat bunyi yang ditentukan di
dalam paragraf (a) Aturan ini, tetapi jika tidak memasang, kapal
harus dilengkapi dengan beberapa sarana lain yang
menghasilkan isyarat bunyi yang efisien.

45
ATURAN 34

Isyarat Olah Gerak dan Isyarat Peringatan

a. kapal dalam keadaan saling melihat

Gambar 64

Kapal yang sedang berlayar, bilaman sedang berolah gerak sesuai


yang diharuskan atau di bolehkan oleh aturan-aturan ini harus
menunjukkan olah gerak tersebut. Dengan isyarat-isyarat yang
menggunakan sulingnya.
● → Saya sedang mengubah haluan saya ke kanan
●● → Saya sedang mengubah haluan saya ke kiri
●●● → Saya sedang menjalankan mundur mesin penggerak

b. Setiap kapal boleh memahami isyarat-isyarat suling yang


ditentukan di dalam paragraf (a) Aturan ini dengan isyarat-isyarat
cahay, diulang-ulang seperlunya sementara olah gerak, sedang
dilakukan.

(i) Isyarat-isyarat ini harus mempunyai arti:


Satu kedip → Saya sedang mengubah haluan saya ke kanan
Dua kedip → Saya sedang mengubah haluan saya kekiri
Tiga kedip → Saya sedang menjalankan mundur mesin
penggerak

(ii) Lamanya masing-masing kedip satu detik, selang waktu


antara kedip-kedip harus kira-kira satu detik, serta selang
waktu antara isyarat-isyarat beruntun tidak boleh kurang dari
10 detik.
(iii) Penerangan yang digunakan untuk isyarat ini, jika dipasang,
harus penerangan putih keliling yang dapat kelihatan dari jarak
minimum 5 mil dan harus memenuhi ketentuan Lampiran I
Peraturan ini.

c. Dalam keadaan saling melihat dalam alur pelayaran atau pelayaran


sempit.
Kapal yang bermaksud menyusul kapal lain

46
— •— • ACC
H •••••

Z — — • •

— — • G

Gambar 65

d. Ragu-ragu → ● ●●●●

e. Kapal yang sedang mendekati tikungan.

Gambar 66

f. Jika suling-suling di pasang di kapal secara terpisah dengan jarak


lebih dari 100 meter, hanya satu suling saja yang harus digunakan
untuk memberikan isyarat olah gerak dan isyarat peringatan.

47
ATURAN 35

Isyarat Bunyi dalam Penglihatan Terbatas

a. Dengan selang waktu tidak boleh dari 2 menit

Gambar 67

b. Tidak lebih dari 2 menit selang waktu tiupan kira-kira 2 detik.

Gambar 68

Kapal tenaga sedang melaju tetapi berhenti dan tidak


mempunyai laju terhadap air

c. Kapal yang tidak terkendalikan, atau kemampuan olah gerak


terbatas, terkendali oleh syaratnya, kapal layar, menangkap ikan,
sedang mendorongkapal lain.

••

d. Kapal yang sedang menangkap ikan berlabuh jangkar dan kapal


yang kemampuan olah geraknya terbatas bilamana sedang

48
menjalankan pekerjaannya dalam keadaan berlabuh jangkar,
sebagai pengganti isyarat-isyarat yang ditentukan dalam paragraf
(g) Aturan ini harus memperdengarkan yang ditentukan dalam
paragraf © Aturan ini.

e. Empat tiup beruntun :


── ●●● Dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit
memperdengarkan bila kapal sedang menunda lebih dari satu kapal
dan belakang dari tundaan yang diawaki

f. Kapal yang sedang mendorong / di dorong maju diikat erat-erat


dalam kesatuan gabungan, kapal-kapal harus danggap sebagai
sebuah kapal tenaga dan harus memperdengarkan isyarat-isyarat
yang ditentukan dalam paragraf (a) (b) Aturan ini.

g. Kapal harus membunyikan genta dengan cepat kira-kira selama 5


detik dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit kapal yang
panjangnya 100 meter ataulebih harus membunyikan dibagian
depan kapal dan segera setelah pembunyian genta, gong harys di
bunyikan dengan cepat selama kira-kira 5 detik dibagian belakang
kapal.
Kapal, sebagai tambahan boleh memperdengarkan tiup beruntung
● ● untuk memperingatkan kapal lain yang mendekat
menyamai kedudukannya dan adanya kemungkinan tubrukan.

h. Kapal handus (genta), (gong) yang ditentukan didalam paragraf (g),


sebagai tambahan harys memperdengarkan tiga ketukan terpisah
dan jelas dengan genta saat sebelum dan segera setelah
pembunyian genta yang cepat.
Kapal handus, sebagai tambahan boleh memperdengarkan isyarat
suling yang sesuai.

i. Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter tidak wajib


memperdengarkan isyarat-isyarat tersebut diatas tetapi jika tidak
memperdengarkan, kapal itu harus memperdengarkan isyarat bunyi
lain yang lebih efsien dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.

j. Kapal pandu yang sedang bertugas sebagai tambahan atau isyarat-


isyarat yang ditentukan didalam paragraf (a), (b) Aturan ini boleh
memperdengarkan.

49
ATURAN 36

Isyarat untuk menarik Perhatian

Setiap kapal boleh menggunakan :


1. Cahaya Tidak dapat terkelirukan dengan setiap isyarat yang
diharuskan dalam
2. Bunyi isyarat ini
3. Lampu sorot → Sembarang cahaya yang digunakan untuk menarik
perhatian.
4. Penerangan berselang-selang

ATURAN 37

Isyarat Cahaya

Kapal dalam bahaya dan membutuhkan pertolongan harus menggunakan


/ memperlihatkan isyarat-isyarat yang ditentukan dalam Lampiran IV
Peraturan ini.

50
BAGIAN “E” – PEMBEBASAN – PEMBEBASAN

ATURAN 38

Pembebasan

Setiap kapal ( atau kelas kapal-kapal ) dengan ketentuan bahwa kapal itu
memenuhi syarat-syarat Peraturan Internasional tentang Pencegahan
Tubrukan di Laut 1960, yang lunasnya di letakkan sebelum peraturan ini
mulai berlaku atau yang pada tanggal itu dalam tahapan pembangunan
yang sesuai dibebaskan dari kewajiban memenuhi peraturan ini sebagai
berikut :

a. Pemasangan penerangan-penerangan dengan jarak yang


ditentukan di dalam Aturan 22, sampai empat tahun setelah tanggal
mulai berlakunya peraturan ini.

b. Penerangan dengan perincian warna sesuai dengan seksi 7


Lampiran I Peraturan ini.

c. Penempatan kembali penerangan sebagai akibat dari pengubahan


satuan-satuan imperial ke satuan metrik dan pembulatan angka-
angka ukuran.

d. (i) Penempatan kembali penerangan-penerangan tiang di kapal-


kapal yang panjangnya kurang dari 150 meter.

(ii) Penempatan kembali penerangan-peneranagn tiang kapal yang


panjangnya 150 meter atau lebih akibat dari ketetapan seksi 3
(a) Lmpiran I Peraturan ini sampai dengan sembilan tahun.

e. Penempatan kembali penerangan-penerangan tiang sebagai akibat


dari ketetapan-ketetapan seksi 2 (g) dan 3 (b) Lampiran I Peraturan
ini.

f. Penempatan kembali penerangan-penerangan tiang sebagai akibat


dari ketetapan-ketetapan seksi 2 (g) dan 3 (b) Lampiran ini
Peraturan ini.

g. Syarat-syarat tentang alat isyarat bunyi yang ditentukan di dalam


lampiran III Peraturan ini, sampai sembilan tahun setelah tanggal
mulai berlaku Aturan - Aturan ini.

h. Penempatan kembali lampu – lampu keliling, sebagai akibat dari


ketetapan –ketetapan Seksi 9(b) Lampiran I dari Aturan –Aturan ini,
merupakan suatu pengecualian / pembebesan yang tepat.

51
LAMPIRAN I
PENEMPATAN DAN PERINCIAN TEKNIS
PENERANGAN –PENERANGAN DAN SOSOK-SOSOK
BENDA

• Defenisi
Istilah “tinggi diatas bulan“ berarti ketinggian diatas geladak jalan
terus yang teratas. Ketinggian ini harus diukur dari kedudukan
tegak lurus di bawah tempat penerangan.

• Penempatan dan pemisahan tegak lurus Penerangan


1. Di kapal tenaga yang panjangnya 20 meter atau lebih,
penerangan-penerangan tiang harus ditempatkan sebagau
berikut :
b. penerangan tiang depan, atau jika hanya dipasang satu
penerangan tiang saja, maka penerangan tersebut, pada
ketinggian di atas badan tidak kurang dari 6 meter, dan
jika lebar kapal lebih dari 6 meter, maka pada ketinggian
tidak kurang dari lebar tersebut tetapi sekalipun demikian
penerangan itu tidak perlu ditempatkan pada ketinggian
di atas badan lebuh dari 12 meter:
c. lamabina dipasang lebih dari dua penerangan tiang,
penarangan tiang belakang harus sekurang-kurangnya 4,5
meter tegak lurus lebih tinggi daripada penerangan tiang
depan.

2. Pemisahan secara tegak lurus penerangan-penerangan tiang dari


kapal-kapal tenaga harus sedemikian rupa sehingga dalam
segala keadaan trim normal, penerangan tiang belakang akan
terlihat diatas dan terpisah dari penerangan tiang depan,
bilamana dilihat dari permukaan laut pada jarak 1000 meter di
muka tinggi depan.

3. Penerangan tiang kapal tenaga yang panjangnya 12 meter atau


lebih tetapi kurang dari 20 meter harus ditempatkan pad
ketingian diatas tutup tajuk tidak kurang dari 2,5 meter.

4. Kapal tenaga yang panjangnya kurangnya dari 12 meter boleh


memasang penerangan yang teratas pada penerangan yang

52
tingginya kurang dari 2,5 meter di atas tutup. Tetapi bilamana
penerangan tiang dipasang sebagai tambahan penerangan-
penerangan lambung dan penerangan buritan, maka penerangan
tiang/demikian itu harus dipasang sekurang-kurangnya 1 meter
lebih tinggi daripada penerangan-penerangan lambung.

5. Salah satu dari dua atau tiga penerangan tiang yang ditentukan
bagi kapal tenaga yang sedang menunda atau mendorong kapl
lain harus ditempatkan yang sama dengan penerangan tiang
depan atau penerangan tiang belakang; dengan ketentuan bahwa
apabila dipasang di tiang belakang, penerangan tiang belakang
yang paling bawah harus sekurang-kurangnya 4,5 meter
tegaklurus lebuh tinggi daripada penerangan tiang depan.

f.(i) Penerangan atau penerangan-penerangan tiang yang


ditentukan di dalm aturan 23 (a) harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga berada diatas dan bebas dari
semua penerangan dan rintangan lain, kecuali
sebagaimana yang termaktub di dalam sub paragraph (ii).

c) Bilamana tidak dimungkinkan untuk memasang penerangan –


penerangan keliling yang ditentukan oleh Aturan 27 (b) (i) atau
Aturan 28 itu dibawah penerangan-penerangan tiang,
penerangan-penerangan itu oleh dipasang di atas penerangan-
penerangan tiang belakang atau tegaklurus di antara penerangan
tiang depan dan penerangan tiang belakang dengan ketentuang
bahwa dalam hal yang terakhir itu syarat-syarat Seksi 3 (c)
Lampiran ini harus dipeuhi.

g. Penerangan-penerangan lambung kappa tenaga harus


ditempatkan pada ketinggian di atas tidak boleh lebih dari
tiga perempat tinggi penerangan tiang depan. Penerangn-
penerangan lambung itu tidak boleh ditempatkan
sedemikian rendahnya sehingga akan terganggu oleh
penerangan-penerangan geladak.

h. Penerangan-penerangan lambung, jika dalam lentera


gabungan dan dipasang di kapal tenaga yang panjangnya
kurang dari20 meter, harus ditempatkan tidak kurang dari 1
meter dibawah penerangan tiang.

53
i. Bilamana aturan-aturan menentukan dua atau tiga
penerangan dipasang bersusun tegaklurus, penerangan-
penerangan demikian itu harus berjarak sebagai berikut :
(i) Di kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih,
penerangan-penerangan tersebut harus diberi berjarak
tidak kurang dari 2 meter, dan penerangan yang
terendah dari penerangan-penerangan ini, kecuali jika
wajib memperlihatkan penerangan tunda, harus
ditempatkan pada ketiggianyang tidak kurang dari 4
meter di atas badan.
(ii) Di kapal yang panjangnya kurang dari20 meter
penerangan-penerangan demikian itu harus diberi
berjarak tidak kurag dari 1 meter dan penerangan yang
terendah dari penerangan ini, kecuali jika wajib
memperlihatkan penerangan tunda, harus ditempatkan
pada ketinggian yang tidak kurang dari 2 meter di atas
badan;
(iii) Bilamana diperlihatkan tiga penerangan, penerangan-
penerangan itu harus dipisahkan dengan jarak antara
yang sama.

j. Penerangan yang terendah dari kedua penerangan keliling


yang ditentukan bagi kapal bilamana sedang menangkap
ikan harus berada padaketinggian di atas penerangan-
penerangan lambung tidak kurang dari dua kali jarak antara
kedua penerangan tegalurus itu.

k. Penerangan labuh depan yang ditentukan di dalam Aturan


30 (a) (i) bilamana dipasang dua penerangan labuh
belakang
Dikapal yang panjangnya 50 meter atau lebih, penerangan
labuh depan ini harus ditempatkan pada ketinggian yang
tidak kurang dari 4 meter diatas badan.

3. Penempatan dan Pemisahan mendatar Penerangan


• Bilamana dua penerangan tiang disyaratkan bagi kapal tenaga,
maka jarak mendatar antara penerangan itu tidak boleh kurang
setengah panjang kapal, tetapi tidak perlu lebih dari 100 meter.
Penerangan yang di depan harus ditempatkan tidak lebih dari
seperempat panjang kapal diukur dari linggi depan.

54
• Di kapal tenaga yang panjangnya 20 meter atau lebih,
penerangan-penerangan lambung tidak boleh ditempatkan di
depan penerangan tiang depan. Penerangan-penerangan
lambung itu haris ditempatkan di lambung atau di dekatnya.

• Bilamana penerangan-penerangan yang ditentukan di dalam


Aturan 27 (b) (i) atau Aturan 28 itu ditempatkan tegaklurus di
antara penerangan tiang depan dan penerangan tiang belakang,
penerangan-penerangan keliling ini harus ditempatkan di suatu
tempat yang jarak mendatarnya dalam arah melintang kapal
tidak kurang dari 2 meter diukur dari sumbu membujur kapal

4. Perincian tentang Letak Penerangan Penunjuk arah bagi


Kapal Ikan. Kapal keruk dan Kapl yang sedang
Menjalankan Pekerjaan di Dalam Air
a. Penerangan yang menunjukkan arah alat penangkap ikan yang
menjulur dari kapal yang sedang menangkapikan sebagimana
yang ditentukan di dalam Aturan 26 (c) (ii), harus ditempatkan
dengan jarak mendatar yang tidak kurang dari 2 meter diukur
dari dua penerangan merah dan putih keliling itu. Penerangan
ini harus ditempatkan tidak lebih tinggi dari penerangan keliling
yang ditentukan didalam Aturan 26 (c) (ii)dan tidak lebih
rendah daripada penerangan-penerangan lambung.

c. Penerangan-penerangan dan sosok-sosok benda di kapal yang


sedang mengeruk atau sedang melakukan pekerjaan di dalam air
untuk menunjukkan sisi yang ada rintangannya dan/atau sisi
yang dapat dilewati dengan aman yang ditentukan di dalam
Aturan 27 (d) (i) dan (ii), harus ditempatkan dengan jarak
mendatar sejauh mungkin, tetapi bagaimana pun juga tidak
kurang dari 2 meter diukur dari penerangan-penerangan atau
sosok-sosok benda yang ditentukan di dalam Aturan 27 (d) (i)
dan (ii).

Bagaimana juga penerangan atau sosok benda yang teratas dari


penerangan-penerangan atau sosok-sosok benda ini tidak akan
lebih tinggi dari pada penerangan atau sosok benda yang
terbawah dari tiga penerangan atau sosok bendayang ditentuan
di dalam Aturan 27 () (i) dan (ii).

55
5. Tedeng untuk Penerangan Lambung
Penerangan-penerangan lambung dari kapal-kapal yang
panjangnya 20 meter atau lebih harus dipasangi tedeng dalam yang
dicat hitam kusam, dan memenuhi syarat-syarat Seksi 9 Lampiran
ini. Di kapal-kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter
penerangan-penerangan lambung itu, jika harus memenuhi syarat-
syarat Seksi 9 Lampiran ini, harus dipasangi tedeng dalam yang
dicat hitam kusam. Di lentera gabungan yang menggunakan kawat
pijar tegaklurus tunggal dan penyekat yang sangat sempit di antara
bagian hijau dan bagian merah, tedeng luar tidak perlu dipasang.

6. Sosok-sosok Benda
a. Sosok-sosok benda harus berwarna hitam dan dengan ukuran-
ukuran berikut :

(i) Bola harus dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6
meter;
(ii) Kerucut harus dengan bidang alas yang garis tengahnya
tidak kurang dari 0,6 meter dan tingginya sama dengan
garis tengahnya.
(iii) Silinder harus dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6
meter dan tingginya sama dengan dua kai garis tengahnya.
(iv) Sosok belah ketupat harus terdiri dari dua
kerucutsebagaimana yang diuraikan dengan jelas di dalam
(ii) di atas yang mempunyai bidang alas persekutuan.

b. Jarak tegak lurus antara sosok-sosok benda harus sekurang-


kurangnya 1,5 meter.

c. Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, boleh digunakan


sosok-sosok benda dengan ukuran-ukuran yang lebih kecil tetapi
sebanding dengan ukuran kapal dan jarak antaranya boleh
dikurangi sesuai dengan itu.

7. Perincian Warna Penerangan


Kromatisitas semua penerangan navigasi, harus sesuai dengan
standar berikut, yang terletak di dalam batas-batas daerah diagram
yang untuk masing-masing warna telah ditentukan secara terperinci
oleh komisi Internasional tentang penerangan (CIE). Batas-batas

56
daerah untuk masing-masing warna ditentukan dengan
menunjukkan koordinat titik sudut, sebagai berikut :

(i) Putih
x 0,525 0,525 0,452 0,310 0,310 0,443
y 0,382 0,440 0,440 0,348 0,283 0,382

(ii) Hijau
x 0,028 0,009 0,300 0,203
y 0,385 0,723 0,511 0,356

(iii) Merah
X 0,680 0,660 0,735 0,721
y 0,320 0,320 0,265 0,259

(iv) Kuning
x 0,612 0,618 0,575 0,575
y 0,382 0,382 0,425 0,406

8. Intensitas Cahaya
b. Intensitas cahaya minimum dari penerangan-penerangan harus
dihitung dengan menggunakan rumus
I = 3,43 x 106 x T x D2 x K D
Dengan ketentuan :
I : Intensitas cahaya dalam lilin, dalam kondisi kerja
T : Faktor ambang 2 x 10-7 lux
D : jarak tampak ( jarak pancar ) penerangan dalam mil
laut
K : daya antar Atmosfera

Untuk penerangan-penerangan yang ditentukan, nilai K itu


harus = 0,8 sesuai dengan jarak pandang meteorology kira-kira
13 mil laut
\

57
c. Pilihan angka-angka yang diperoleh dari rumus itu diberikan di
dalam table berikut :

Jarak tampak (jarak pancar) Intensitas Cahaya Penerangan


Penerangan dalam mil laut Dalam lilin untuk
K = 0,8
D I
0,9
1
4,3
2
12
3
27
4
52
5
94
6

CATATAN : Intensitas cahaya maksimum dari


penerangan-penerangan navigasi harus
dibatasi untuk menghindar kilau yang
menggangu. Hal ini tidak boleh dicapai
dengan pengatur intensitas cahaya yang
dapat diatur.

9. Sektor-sektor Mendatar
a. (i) Ke arah depan, penerangan-penerangan lambung jika
dipasang dikapal, harus memperlihatkn intensitas cahaya
minimum yang disyaratkan. Intensitas cahaya harus
berkurang sampai praktis lenyap antara 1 derajat dan 3
derajat di luar sektor-sektor yang ditetapkan.
d) Bagi penerangan-penerangan buritan danpenerangan tiang
serta pada 22,5 derajat di belakang arah melintag bagi
penerangan-penerangan lambung, intensitas cahaya
minimum yang ditetapkan penerangan lambung, intensitas
cahaya minimum yang ditetapkan itu harus dipertahankan
meliputi busur cakrawala sampai dengan 5 derajat di dalam
batas-batas dari sekor-sektor yang ditentukan di dalam
Aturan 21. dari 5 derajat di dalam sektor-sektor yang
ditentukan ituintensitas cahaya tersebut boleh berkurang
dengan 50% sampai batas-batas yang ditentukan; kuat
cahaya harus berkurang secara berangsur-angsur sampai

58
praktis lenyap di arah yangtidak lebih dari 5 derajat di luar
sektor-sektor yang ditentukan.

b. Semua penerangan keliling harus ditempatkan sedemikian rupa


sehingga tidak akan terhalang oleh tiang-tiang, puncak-puncak
tiang atau bangunan-bangunan meliputi busur yang lebih besar
dari 6 derajat, kecuali penerangan-penerangan labuh yang
ditentukan di dalam Aturan 30, yang tidak perlu di suatu
ketinggian diatas badan yang tidak memungkinkan.

10. Sektor-sektor TegaklurusSektor-sektor tegaklurus penerangan


listrik, jika dipasang, kecuali penerangan-penerangan di kapal-
kapal layar, akan menjamin bahwa :
(i) sekurang-kurangnya intensitas minimum yang disyaratkan itu
dipertahankan di setiap sudut dari 5 derajat di atas sampai 5
derajat di bawah bidang mendatar.

(ii) Bagi penerangan-penerangan yang bukan penerangan listrik,


perincian-perincian ini sedapat mungkin harus disesuaikan.

(iii) sekurang-kurangnya intensitas minimum yang disyaratkan itu


dipertahankan di setiap sudut dari 5 derajat di atas sampai 5
derajat di bawah bidang mendatar.

(iv) Sekurang-kurangnya 50 persen intensitas minimum yang


disyaratkan itu dipertahankan dari 25 derajat di atas sampai
25 derajat di bawah bidang mendatar.

11. Intensitas Penerangan-penerangan Bukan Penerangan Listrik


Penerangan-penerangan yang bukan penerangan listrik sejauh
mungkin harus memenuhi intensitas cahaya minimum
sebagaimana yang diuraikan secara terperinci di dalam Tabel yang
diberikan di dalam Seksi 8 Lampiran ini.

12. Penerangan Olahgerak


Lepas daripada ketentuan-ketentuan paragraph 2 (f) Lampiran ini,
penerangan olahgerak yang ditentukan di dalam Aturan 34 (b) itu
harus ditempatkan di bidang tegaklurus membujur yang sama
dengan penerangan atau penerangan-penerangan tiang, dan
apabila mungkin, pada ketinggian minimum dua meter tegaklurus

59
diatas penerangan tiang depan, dengan ketentuan bahwa
penerangan olahgerak itu harus dipasang tidak kurang dari 2
meter tegak lurus diatas ataupun dibawah penerangan tiang
belakang.
Di kapal yang hanya dipasangi satu penerangan tiang, penerangan
olah gerak itu, jika dipasang, harus ditempatkan di suatu tempat
yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya, terpisah tegaklurus
dari penerangan tiang dengan jarak tidak kurang dari dua meter.

13. Persetujuan
Kontruksi penerangan-penerangan dan sosok-sosok benda serta
pemasangan penerangan-penerangan di kapal harus memperoleh
persetujuan dari negara yang benderanya dikibarkan oleh kapal
secara sah.

60
LAMPIRAN II
ISYARAT-ISYARAT TAMBAHAN BAGI
KAPAL-KAPAL NELAYAN YANG SEDANG
MENANGKAP IKAN YANG SALING
BERDEKATAN

1. Umum
Penerangan-peneranganyang disebutkan di sini, jika diperlihatkan
sesuai dengan Aturan 26 (d), harus ditempatkan di suatu tempat
yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. Penerangan-
penerangan itu arus terpisah sekurang-kurangnya 0,9 meter tetapi
pada ketinggian yang lebih rendah daripada penerangan-
penerangan yang ditentukan dalam Aturan 26 (b) (i), dan (c) (i).
Penerangan-penerangan itu harus dapat kelihatan keliling
cakrawala dari jarak sekurang-kurangnya 1 mil, tetapi dari jarak
yang lebih dekat daripada penerangan-penerangan yang ditentukan
oleh Aturan-aturan ini bagi kapal-kapal ikan.

2. Isyarat-isyarat bagi Kapal-kapal Dogol


a. Kapal-kapal bilamana sedang menagkap ikan dengan dogol,
entah menggunakan pukat dasar entah pukat laut dalam. Boleh
memperlihatkan :
(i) bilamana sedang memasang pukat-pukatnya: dua
penerangan putih bersusun tegaklurus;
(ii) bilamana sedang menarik pukat-pukatnya : satu
penerangan putih di atas satu penerangan merah bersusun
tegaklurus
(iii) bilamana pukat tersangkut di suatu rintangan : dua
penerangan merah bersusun tegak lurus.

b. Isyarat-isyarat bagi Kapal-kapal jarring Lingkar


Kapal-kapal yang sedang menangkap ikan dengan alat
penangkap ikan jaring lingkar boleh memperlihatkan dua
penerangan kuning bersusun tegaklurus. Penerangan-
penerangan ini harus berkedip secara berganti-ganti setiap detik
dan dengan waktu nyala dan waktu padam yang sama.
Penerangan-penerangan ini hanya boleh diperlihatkan bilamana
olah gerak kapal terganggu oleh alat penangkap ikannya.

61
LAMPIRAN III

PERINCIAN-PERINCIAN TEKNIS TENTANG


ALAT-ALAT ISYARAT BUNYI

1. Suling.
a. Frekuensi-frekuensi dan Jarak dengar
Frekuensi dasar isyarat harus terletak dalam batas 70 – 700 Hz
Jarak dengar isyarat dari suling harus ditentukan oleh frekuensi-
frekuensi itu, yang dapat meliputi frekuensi dasar dan / atau satu
atau beberapa frekuensi yang lebih tinggi, yang terletak dalam
batas 180 – 700 Hz (± 1 persen ) dan yang menghasilkan
tingkat-tingkat tekanan bunyi yang disebutkan secara terperinci
di dalam paragraph 1 © di bawah ini.

b. Batas-batas dari frekuensi-frekuensi dasar


Untuk menjamin keragaman yang luas dari ciri-ciri suling,
frekuensi dasar sebuah suling harus terletak diantara batas-batas
:
(i) 70 – 200 Hz, bagi kapal yang panjangnya 200 meter atau
lebih;
(ii) 130 – 350 Hz, bagi kapal yang panjangnya 75 meter,
tetapi kurang dari 200 meter.
(iii) 250 – 700 Hz, bagi kapal yang panjangnya kurang dari 75
meter.

c. Kekuatan isyarat Bunyi dan Jarak Dengar.


Suling yang dipasang di kapal di dalam arah kekuatan
maksimum dari suling dan di suatu tempat yang jaraknya 1
meter dari suling itu harus menghasilkan suatu tingkat tekanan
bunyi didalam sekurang-kurangnya 1 bidang 1/3 oktaf di dalam
batas frekuensi-frekuensi 180-700 Hz (± 1 Persen) yang tidak
lebih kecil daripada angka yang sesuai dengan yang tercantum
di dalam table di bawah ini :

62
Tingkat lebar bidang
Panjang Kapal 1/3 oktaf di 1 meter Jarak dengar
Dalam meter dalam dB dengan dalam mil laut
acuan 2 x 10 5 N/m2
143 2
200 atau lebih
75 atau lebih tetapi
138 1,5
kurang dari 200
20 atau lebih tetapi
kurang dari 75 130 1
kurang dari 20 120 0,5

Jarak dengar di dalam tabel di atas itu digunakan sebagai


informasi dan merupakan perkiraan jarak yang pada itu jarak
bunyi sulingdapat terdengar di sumbu depannya dengan 90
persen kemungkinan dalam keadaan cuaca tenang di sebuah
kapal dengan tingkat kebisingan latar belakang rata-rata di pos-
pos pendengaran (diambil sebesar 68 dB di dalam bidang oktaf
yang dipusatkan di 250 Hz dan 63 dB di dalam lebar bidang
oktaf yang dipusatkan di 500 Hz).
Di dalam praktek, jarak terdengarnya bunyi suling itu sangat
berubah-ubah dan tergantung sekali pada keadaan cuaca ; nilai-
nilai yang diberikan itu dapat dianggap sebagai nilai-nilai khas,
tetapi dalam kondisi angin kencang atau keadaan tingkat
kebisingan skitar yang tinggi di pos pendengaran, jarak dengar
itu dapat berkurang.

d. Sifat-sifat Arah.
Tingkat tekanan bunyi sebuah suling yang berarah di sumbu di
setiap arah di bidang mendatar di dalam ± 45 derajat dari sumbu
tidak boleh lebih dari 4 dB di bawah tingkat tekanan bunyi yang
ditentukan di sumbu. Tingkat tekanan bunyi di arah lain mana
pun di bidang datar itu tidak boleh lebih dari 10 dB di bawah
tekanan bunyi yang ditentukan di sumbu itu, sehingga jarak
dengan di setiap arah akan sekurang-kurangnya sama dengan
setengah jarak dengar di sumbu depan.
Tingkat tekanan bunyi itu haris diukur di dalam bidang 1/3
oktaf yang menentukan jarak dengar tersebut.

63
e. Penempatan Suling-suling
Bilamana sebuah suling bearah akan digunakan sebagai satu-
satunya suling di kapal, suling itu harus dipasang dengan
kekuatan maksimumnya diarahkan lurus kedepan.
Suling harus ditempatkan setinggi mungkin di kapal
mengurangi tertahannya bunyi yang dihasilkan itu oleh
rintangan-rintangan, demikian juga untuk membatasi bahaya
rusaknya indera pendengaran petugas hingga serendah
mungkin. Tingkat tekanan bunyi isyarat sendiri dari kapal di
pos-pos pendengar tidak boleh lebih dari 110 dB (A) dan
sedapat mungkin tidak lebih dari 100 dB (A).

f. Pemasangan lebih dari Satu suling.


Jika suling-suling dipasang dengan jarak lebih dari 100 meter,
maka harus ditata sedemikian rupa hingga suling-suling itu
tidak dibunyikan secara serentak.

g. Sistem Suling Gabungan


Jika oleh adanya rintangan-rintangan sehingga isyarat bunyi
dari suling tunggal atau salah satu dari suling-suling yang
diacuhkan di dalam paragraph 1 (f) di atas itu sekiranya
mempunyai zona yang tingkat isyaratnya sangat kurang,
dianjurkan agar memasang suatu system suling gabungan
dengan maksud untuk mengatasi pengurangan ini. Untuk
memenuhi maksud-maksud dari Aturan-aturan ini, system
suling gabungan harus dianggap sebagai suling tunggal. Suling-
suling dari sistem gabungan haus ditempatkan secara terpisah
dengan jarak yang tidak lebih dari 100 meter dan ditata untuk
dibunyikan secara serentak. Frekuensi salah satu suling yang
manapun harus berbeda dengan frekuensi suling-suling yang
lain dengan nilai sekurang-kurangnya 10 Hz.

2. Genta atau Gong


a. Intensitas Isyarat
Genta atau gong, atau alat bunyi lain yang mempunyai cirri-ciri
bunyi yang serupa harus menghasilkan tingkat tekanan bunyi
yang tidak kurang dari 110 dB pada jarak 1 meter dari genta
atau gong itu.

64
b. Konstruksi
Genta-genta dan gong-gong harus dibuat dari bahan tahan karat
dan dirancang untuk menghasilkan nada yang bening. Garis
tengah mulut genta tidak boleh kurang dari 300 mm bagi kapal-
kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih, dan tidak boleh
kurang dari 200 mm bagi kapal-kapal yang panjangnya 12
meter atau lebih tetapi kurang dari 20 meter. Bilamana
mungkin, dianjurkan menggunakan pemukul genta bertenaga
untuk menjamin terciptanya gaya yang tetap, tetapi pembunyian
dengan tangan harus dimungkinkan.
Massa pemukul genta tidak boleh kurang dari 3 persen dari
massa genta.

3. Persetujuan
Konstruksi alat-alat isyarat bunyi, cara kerjanya dan
pemasangannya di kapal harus dengan persetujuan penguasa yang
berwenang dari negara yang benderanya dikibarkan oleh kapal
secara sah.

65
LAMPIRAN IV
ISYARAT-ISYARAT BAHAYA

1. Isyarat-isyarat berikut ini digunakan atau diperlihatkan secara


bersama-sama atau sendiri-sendiri, menunjukkan bahaya dan
membutuhkan pertolongan :
a. Tembakan senjata atau isyarat ledak lainnya yang ditembakkan
dengan selang-selang waktu kira-kira 1 menit.
b. Membunyikan sembarang alat isyarat kabut secara terus-
menerus.
c. Roket-roket atau peluru-peluru yang menebarkan bintang-
bintang merah yang ditembakkan satu demi satu dengan selang
waktu singkat;
(v) Isyarat yang dipancarkan dengan telegrap radio atau
dengan cara lain manapun yang terdiri dari kelompok ●
● ● ─ ─ ─ ● ● ● (SOS) dalam kode Morse;
(vi) Isyarat yang dipancarkan dengan telepon radio yang
terdiri dari kata yang dituturkan “ MEDEY “;
(vii) Isyarat bahaya dari kode Internasional yang ditunjukkan
dengan NC ;
(viii) Isyarat yang terdiri dari dari sehelai bendera segi empat
yang dibawah atau di atasnya disambung dengan bola
atau sesuatu yang menyerupai bola ;
(ix) Nyala api di kapal ( misalnya dari tong ter, tong minyak
yang seang terbakar, dan sebagainya );
(x) Cerawat payung roket atau obor tangan yang
memperlihatkan cahaya merah:
(xi) Isyarat isap yang menghasilkan asap berwarna jingga;
(xii) Menaik-turunkan lengan-lengan yang terentang
kesamping secara perlahan-lahan dan berulang-ulang.
(xiii) Tanda bahaya telegrap radio;
(xiv) Tanda bahaya telepon radio;
(xv) Isyarat-isyarat yang dipancarkan oleh rambu-rambu
penunjuk kedudukan darurat.

66
2 Penggunaan atau akan setiap syarat yang manapun syarat tersebut di
atas kecuali dengan maksud untuk menunjukkan bahaya dan
membutuhkan pertolongan serta penggunaan isyarat-isyarat lain
yang dapat menimbulkan kekeliruan terhadap isyarat manapun dari
isyarat-isyarat tersebut diatas, dilarang.

2. Perhatian dicurahkan ke bagian-bagian kode Internasional yang


sesuai. Buku Petunjuk Pencarian dan Pemberian Pertolongan kapal
niaga serta isyarat-isyarat berikut :
(a) Sehelai kain terpal berwarna jingga denga segi empat dan
lingkaran hitam atau lambang lain yang sesuai ( untuk
pengenalan dari udara ).
(b) Penanda zat warna.

67
TUGAS JAGA DILAUT
( WATCH KEEPING AT SEA )

Prinsip-prinsip yang berlaku untuk tugas jaga pada umumnya

1. Pihak-pihak peserta Konvensi harus mengarahkan agar perhatian perusahaan ,


Nakhoda, Kepala kamar mesin dan personil tugas jaga, ditujukan pada prinsip-
prinsip dibawah ini, yang harus diperhatikkan untuk menjamin bahwa
pelaksanaan tugas jaga secara aman, selalu terpelihara.
2. Nakhoda setiap kapal wajib menjamin bahwa pengaturan tugas jaga telah
memadai untuk selalu dilaksanakan secara aman dibawah pengarahan
Nakhoda. Perwira tugas jaga bertanggung jawab melaksanakan navigasi
secara aman selamperiode tugas jaga masing masing
3. Melalui musyawarah dengan Nakhoda. Kepala kamar mesin wajib menjamin
bahwa pengaturan tugas jaga telah memadai untuk memelihara suatu tugas
jaga mesin yang aman.

Perlindungan lingkungan laut ( Protection of marine environments )

1. Setiap anggota tugas jaga harus memehami dan menyedari


sepenuhnya, akibat yang timbul apaabila terjadi pencemaran.
2. Untuk itu harus mengambil setiap tindakan pencegahan terdapat
terjadinya pencemaran.
3. Tindakan pecegahan mengacu pada pada peraturan-peraturan
internasional dan peraturan nasional / setempat yang berlaku.
Nakhoda, perwira, dan bawahan harus mengetahui akibat serius dari
pencemaran karena operasional atau pencemaran karena kecelakaan bagi
lingkungan laut, dan harus menjaga kecermatan untuk mencegah pencemaran,
terutama sesuai dengan peraturan-peraturan Internasional dan peraturan-peraturan
yang berlaku di suatu pelabuhan

Pengamatan ( Look – out)

• Suatu pengamatan yang baik harus selalu dilaksanakan sesuai dengan aturan
lima Peraturan Internasional Pencegahan Tubrukan di Laut, 1972 yang harus
sesuai dengan tujuan untuk :
1. Menjaga kewaspadaan secara terus – menerus dengan penglihatan dan
pendengaran dan juga dengan saran lain yang ada, sehubungan dengan
setiap perubahan penting dalam hal suasana pengoperasian.
2. Memperhatikkan sepenuhnya situasi – situasi dan resiko –resiko
tubrukan, kandas dan bahaya navigasi lain.
3. Mendeteksi kapal – kapal atau pesawat terbang yang sedang berada
dalam bahaya, orang – orang yang mengalami kecelakaan kapal,

68
kerangka kapal, dan bahaya – bahaya yang lain yang mengancam
navigasi.

a. Tugas seorang pengamat dan tugas seorang pemegang kemudi harus terpisah,
dan pemegang kemudi tidak boleh merangkap atau dianggap merangkap tugas
pengamatan kecuali pada kapal – kapal kecil dimana pandangan kesegala arah
tidak terhalang dari tempat kemudi, dan tidak ada gangguan pandangan malam
hari.

b. Perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi dapat merupakan satu –


satunya yang melakukan pengamatan pada siang hari, asalkan :
1. Situasi yang ada telah diperhitungkan secara cermat dan tidak diragukan
lagi keamanannya.
2. Seluruh faktor yang relevan telah diperhitungkan sepenuhnya termasuk :
f. Keadaan cuaca
g. Jarak Tampak
h. Kepadatan lalu lintas
i. Bahaya – bahaya Navigasi
j. Perhatian yang perlu diberikan jika sedang melakukan navigasi
didalam atau didekat jalur – jalur pemisah lalu lintas.
3. Bantuan secepatnya dapat diberikan ke anjungan jika setiap perubahan
situasi memang memerlukannya.

a. Dalam menentukan bahwa komposisi tugas jaga navigasi telah memadai utuk
menjamin dilaksanakannya pengamatan yang baik secara terus – menerus,
Nakhoda harus mempertimbangkan semua faktor yang relevan, termasuk yang
diuraikan dalam section Kode SCTW ini, dan juga faktor – faktor sebagai
berikut :
1. Jarak nampak, keadaan cuaca dan laut.
2. Kepadatan lalu lintas dan aktivitas – aktivitas lain yang terjadi di daerah
dimana kapal sedang melakukan navigasi.
3. Perhatian yang perlu jika sedang melakukan navigasi didalam atau
didekat jalur – jalur pemisah lalu lintas atau langkah –langkah lain yang
berkaitan dengan penentuan rute.
4. Beban kerja tambahan yang disebabkan oleh sifat fungsi kapal, oleh
kebutuhan pengoperasian yang bersifat mendadak dan olah gerak yang
diperkirakan harus dilakukan.
5. Kemampuan untuk menjalankan tugas setiap anggota tugas jaga.
6. Pengetahuan dan keyakinan kompetensi profesional para perwira dan
para awak kapal.
7. Pengalaman setiap perwira yang melakukan tugas jaga navigasi, dan
pengetahuan perwira yang melakukan tugas jaga yang bersangkutan
tentang peralatan, prosedur – prosedur dan kemampuan olah gerak kapal.
8. Kegiatan – kegiatan yang terjadi sewaktu – waktu, termasuk kegiatan -
kegiatan komunikasi radio dan tersedianya bantuan secepatnya ke
anjungan jika diperlukan.
9. Kemampuan operasional instrumen – instrumen dan alat – alat pengenali
di anjungan.
10. Daun kemudi, baling – baling, serta sifat olah gerak kapal.
11. Ukuran kapal dan medan pandangan dari tempat pengamat.

69
12. Tata ruang anjungan, sampai pada tingkat dimana tata ruang yang
bersangkutan mungkin dapat menghalangi seorang awak kapal, yang
melakukan tugas jaga, dalam mendeteksi setiap perkembangan situasi
dengan penglihatan dan pendengaran.
13. Setiap standart, prosedur atau pedoman relevan lain yang berkaitan
dengan pegaturan tugas jaga dan dengan kemampuan melaksanakan
tugas jaga, yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Prosedur Tugas Jaga di Anjungan


Jika mengambil keputusan tentang komposisi tugas jaga dianjungan, dan dapat
termasuk bawahan yang memenuhi syarat, faktor – faktor berikut harus
dipertimbangkan :
1. Anjungan tidak pernah boleh ditinggalkan tanpa seorang yang menjaganya.
2. Kondisi Cuaca, jarak tampak dan apakah siang atau malam hari.
3. Adanya bahaya – bahaya navigasi yang dapat memungkinkan perwira yang
sedang melaksanakan tugas jaga harus melaksanakan tugas – tugas tambahan.
4. Penggunaan dan kondisi alat bantu navigasi seperti radar atau alat penentu
posisi elektronik, dan peralatan lain yang mempengaruhi keamanan navigasi.
5. Apakah kapal yang bersangkutan dilengkapi dengan kemudi otomatis atau
tidak.
6. Apakah ada tugas – tugas radio yang harus dilaksanakan.
7. Pengendali UMS ( Unmanned Marchinary Space/kamar mesin yang tidak
jaga), tanda bahaya dan indikator yang ada dianjungan, prosedur untuk
penggunaannya dan keterbatasannya.
8. Setiap kebutuhan luar biasa pada tugas jaga navigasi, yang dapat terjadi karena
keadaan khusus.

Serah Terima Tugas Jaga

a. Perwira jaga harus menjamin bahwa anggota – anggota tugas jaga yang
membantunya sepenuhnya mampu menjalankan tugas – tugas, khusus
sehubungan dengan penyesuaian diri dengan pandangan di malam hari.
b. Perwira pengganti tidak boleh mengambil alih tugas jaga sebelum daya
pandangnya sepenuhnya telah menyesuaikan dengan kondisi cahaya yang ada.
c. Sebelum mengambil alih tugas jaga, perwira pengganti harus mendapat
kepastian tentang posisi yang sebenarnya atau posisi duga kapal, dan harus
mendapat kejelasan tentang haluan dan kecepatan kapal, pengedalian UMS (
Unmanned Machinary Space), dan harus mencatat setiap kemungkinan bahya
navigasi selam tugas jaganya.

Perwira pengganti harus memperoleh kepastian dalam hal :


1. Perintah – perintah harian dan petunjuk – petunjuk khusus lain dari nakhoda,
yang berkaitan dengan navigasi.
2. Posisi, Haluan, Kecepatan dan Sarat kapal.

70
3. Gelombang laut pada saat itu atau yang diperkirakan, arus laut, cuaca, jarak
tampak dan pengaruh faktor – faktor tersebut terhadap haluan dan kecepatan
kapal.
4. Prosedur – prosedur menggunakan mesin induk untuk olah gerak, jika mesin
induk berada dibawah kendali anjungan.
5. Situasi Navigasi, termasuk :
• Kondisi Operasional seluruh peralatan navigasi dan peralatan pengaman
yang sedang digunakan atau yang mungkin akan digunakan selama tugas
jaga.
• Kesalahan – kesalahan kompas gyro dan kompas magnetik.
• Adanya dan terlihatnya kapal –kapal lain atau adanya kapal – kapal lain
yang tidak terlalu jauh dari kapal sendiri.
• Kemungkinan kondisi – kondisi tertentu serta bahaya yang akan dihadapi
selama tugas jaga.
• Kemungkinan adanya efek – efek kemiringan, trim, berat jenis air dan
squat terhadap jarak lunas kapal dengan dasar laut.

Jika pada suatu saat perwira tugas jaga navigasi harus diganti dalam keadaan
sedang melakukan olah gerak atau tindakan tertetu lain untuk menghindari setiap
bahaya yang sedang mengancam, maka pergantian tugas jaga ini harus
ditangguhkan sampai tindakan olah gerak yang bersangkutan telah selesai.

Perwira melaksanakan tugas jaga navigasi harus :


1. Melaksanakan tugas jaga di anjungan.
2. Sama sekali tidak boleh meninggalkan anjungan sebelum diganti.
3. Terus melaksanakan tanggung jawab navigasi secara aman, meskipun
Nakhoda ada dianjungan, kecuali jika diberi tahu secara khusus bahwa
Nakhoda telah mengambil alih tanggung jawab, dan pemberitahuan ini harus
saling mengerti.
4. Jika merasa ragu tentang tindakan apa yang harus dilakukan demi keselamatan
kapal, harus memberitahu Nakhoda.
5. Selama tugas jaga, haluan, posisi dan kecepatan kapal harus diperiksa secara
berkala, dengan menggunakan setiap peralatan navigasi yang ada, untuk
menjamin bahwa kapal berada pada haluan yang telah direncanakan.
6. Perwira – perwira tugas jaga navigasi harus mengetahui sifat olah gerak kapal
termasuk jarak henti, dan juga harus mempertimbangkan bahwa kapal – kapal
lain memiliki sifat – sifat olah gerak yang berbeda – beda.
7. Perwira yang bertanggung jawab dalam tugas jaga navigasi tidak boleh
merangkap atau diberi tugas – tugas lain yang menggangu keselamatan
navigasi.
8. Perwira tugas jaga navigasi harus menggunakan seluruh peralatan navigasi
seefektif mungkin.
9. Jika menggunakan radar, perwira tugas jaga navigasi harus selalu mengingat
pada ketentuan – ketentuan yang termuat didalam Peraturan Internasional
Pencegahan Tubrukan di Laut, sehubungan dengan cara menggunakan radar.
10. Jika diperlukan perwira tugas jaga navigasi tidak boleh ragu untuk
menggunakan kemudi, mesin dan sistem semboyan bunyi yang ada. Tetapi,
pemberitahuan dalam waktu yang tepat tentang perubahan kecepatan mesin
yang harus dilakukan, atau pengendalian secara efektif alat kendali UMS (

71
Unmanned Machinary Space ) yang ada dianjungan harus sesuai dengan
prosedur – prosedur yang berlaku.
11. Harus dilakukan pencatatan secara baik selama tugas jaga, sehubungan dengan
olah gerak dan aktivitas – aktivitas yang berkaitan dengan navigasi.
12. Perwira tugas jaga harus menjamin bahwa pengamatan secara baik dilakukan
terus – menerus. Pada kapal yang memiliki kamar peta ini jika memang perlu
untuk kepentingan tugas navigasi, asalkan terlebih dahulu memastikan bahwa
tindakannya bersifat aman dan pengamatan tetap dilaksanakan.
13. Pengujian kemampuan operasional peralatan navigasi harus dilakukan
sesering yang dapat dilaksanakan dan sesuai dengan situasi yang ada,
khususnya sebelum terjadi situasi yang membahayakan. Pengujian –pengujian
semacam ini juga harus dilakukan sebelum tiba dan sebelum berangkat dari
pelabuhan.

Perwira tugas jaga navigasi harus melakukan pemeriksaan tetap untuk


menjamin bahwa :
1. Kemudi otomatis atau orang – orang yang menjalankan kemudi tangan
mengikuti haluan yang benar.
2. Kesalahn pada standart kompas ditentukan paling sedikit sekali setiap putaran
tugas jaga,dan setelah perubahan haluan yang cukup besar ; kompas standart
dan kompas gyro sering dibandingkan, dan repeater – repeater disamakan
dengan kompas induk.
3. Kemudi otomatis harus diuji secara manual paling sedikit setiap satu kali
putaran tugas jaga.
4. Lampu navigasi dan lampu isyarat dan peralatan navigasi lain berfungsi
dengan baik.
5. Peralatan radio berfungsi dengan baik sesuai dengan paragraf 86 dibawah ini.
6. Alat kemudi UMS, tanda bahaya indikator – indikator berfungsi dengan baik.

Perwira tugas jaga navigasi harus ingat untuk selalu mematuhi persyaratan
– persyaratan SOLAS tahun 1974. Dia harus mempertimbangkan :
1. Keharusan untuk menempatkan seorang awak kapal untuk mengemudikan
kapal dan untuk beralih ke kemudi tangan dalam situasi yang menginjinkan
guna memungkinkan penanggulangan setiap kemungkinan bahaya secara
aman.
2. Bahwa jika kapal sedang menggunakan kemudi otomatis, akan sangat
berbahaya jika membiarkan terus berkembangnya situasi sampai pada suatu
tingkat diaman perwira tugas jaga tidak memperoleh bantuan dan harus
menghentikkan pelaksanaan pengamatannya karena harus mengambil suatu
tindakan darurat tertentu.

Perwira – perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi harus sepenuhnya


mengenal penggunaan alat bantu elektronik, termasuk kemampuan – kemampuan
dan keterbatasan–keterbatasannya, dan juga harus menggunakan setiap alat bantu
yang sangat penting untuk navigasi.

Perwira tugas jaga navigasi harus menggunakan radar setiap kali terjadi atau
diperkirakan akan terjadi berkurangnya jarak tampak, dan secara terus – menerus
jika sedang ada perairan yang penuh dengan lalu lintas kapal lain, sambil
memperhatikkan keterbatasan – keterbatasan kemampuan radar yang ada.

72
Perwira tugas jaga navigasi harus menjamin bahwa skala jarak yang diterapkan
diubah secara berkala, sehingga setiap sasaran dapat terindeksi sedini mungkin.
Harus diingat bahwa sasaran kecil atau sasaran yang kurang jelas dapat lolos dari
pengamatan radar.
Jika menggunakan radar, perwira tugas jaga harus memilih suatu skala jarak yang
memadai, dan harus mengamati layar secara cermat, serta harus menjamin bahwa
analisis sistematis dan plotting mulai dilakukan sedini mungkin

Perwira tugas jaga navigasi harus memberitahu Nakhoda :


1. Jika terjadi atau diperkirakan akan terjadi berkurangnya jarak tampak.
2. Jika kondisi lalu lintas dan gerakan kapal – kapal lain mengharuskan
perhatian khusus.
3. Jika sulit mempertahankan haluan yang benar.
4. Jika tidak berhasil melihat adanya daratan, tidak ada rambu navigasi, atau
tidak mendengar semboyan bunyi pada waktu yang telah diperkirakan
5. Jika secara terduga melihat adanya daratan atau rambu navigasi, atau jika
terjadi perubahan semboyan bunyi.
6. Jika terjadi kerusakan mesin, telegrap, mesin kemudi, peralatan penting
untuk navigasi, sistem tanda bahaya dan indikator.
7. Jika peralatan radio tidak berfungsi.
8. Jika dalam cuaca buruk merasa ragu tentang kemungkinan akibat buruk
yang terjadi.
9. jika kapal menemui setiap bahaya navigasi, seperti gunung es atau kerangka
kapal.
10. Jika dalam keadaan darurat atau ragu untuk mengambil keputusan.

Meskipun ada keharusan untuk memberitahu Nakhoda seperti tersebut diatas,


perwira tugas jaga navigasi juga tidak boleh ragu untuk mengambil tindakan –
tindakan secepatnya demi keselamatan kapal jika situasi memang mengharuskan.
Perwira tugas jaga navigasi harus memberi petunjuk – petunjuk dan informasi
yang perlu kepada bawahan yang membantu tugasa jaga, yang akan menjamin
suatu pelaksanaan tugas jaga yang aman serta pengamatan yang baik.

Tugas jaga dalam kondisi–kondisi dan daerah–daerah yang


berbeda – beda:
1. Cuaca baik
• Perwira tugas jaga navigasi harus sering melakukan baringan – baringan
terhadap kapal– kapal yang mendekat secara tepat,

• untuk dijadikan petunjuk pendeteksian adanya resiko tubrukan secara dini,


dan harus selalu ingat bahwa resiko tubrukan masih tetap ada meskipun
adanya perubahan baringan yang cukup besar,

• khususnya jika sedang mendekati kapal yang sangat besar atau sebuah
kapal tunda, atau jika sangat dekat dengan sebuah kapal lain.

73
• Perwira tugas jaga harus mengambil tindakan dini yang positif sesuai
dengan Peraturan Internasional Pencegahan Tubrukan di Laut tahun 1972,
dan kemudian memastikan bahwa tindakannya telah memberikan hasil
yang diinginkan.
• Dalam cuaca baik dan kapanpun dapat dilakukan, perwira tugas jaga
navigasi harus melaksanakan pengoperasian radar.

2. Jarak Tampak Terbatas


Jika jarak tampak berkurang atau diperkirakan akan berkurang, tanggung
jawab pertama perwira jaga navigasi adalah menganut pada peraturan –
peraturan sesuai dengan Peraturan Internasional Pencegahan Tubrukan di Laut
Tahun 1972,dengan perhatian khusus pada isyarat kabut melaju dengan
kecepatan yang aman menyiapkan mesin untuk melakukan olah gerak setiap
saat. Selain itu, perwira tugas jaga navigasi ini juga harus :
1. Memberi tahu Nakhoda
2. Menempatkan seorang pengamat yang baik
3. Menghidupkan Lampu – lampu navigasi
4. Mengoperasikan dan menggunakan radar
5. Membuat situasi di di deck dalam keadaan aman
6. Kemudi otomatis segera diganti derndgan kemudi tangan
7. Semboyan kabut diperdengarkan.

3. Pada Waktu Gelap


Jika menyusun tugas pengamatan, Nakhoda dan perwira tugas jaga navigasi
harus mempertimbangkan peralatan yang ada dianjungan dan peralatan bantu
navigasi yang siap digunakan beserta keterbatasan – keterbatasannya, prosedur
– prosedur dan kecermatan yang harus dilakukan.

4. Perairan Pantai dan Perairan Padat Lalu Lintas


Harus menggunakan peta yang memiliki skala terbesar dan sesuai dengan
daerah yang bersangkutan dan harus dikoreksi sesuai dengan informasi yang
diperoleh paling akhir. Penentuan posisi harus sering dilakukan berbagai
macam cara.
Perwira tugas jaga navigasi harus mengidentifikasi seluruh rambu – rambu
navigasi yang relevan secara benar.

Navigasi Ketika Sedang Ada Pandu Diatas Kapal :


• Meskipun adanya tugas – tugas dan kewajiban seorang pandu, tetapi
keberadaan pandu diatas kapal tidak mengganti tugas dan tanggung jawab
Nakhoda dan perwira tugas jaga atas keselamatan kapal.
• Nakhoda dan pandu harus sering bertukaran informasi dalam hal prosedur –
prosedur navigasi, kondisi setempat, dan sifat – sifat kapal. Nakhoda dan/atau
perwira tugas jaga harus sering bekerja sama dengan pandu dan memeriksa
posisi dan gerak kapal secara akurat.

74
• Jika terjadi keraguan tentang tindakan dan maksud – maksud pandu, maka
perwira tugas jaga navigasi harus meminta penjelasan dari pandu, dan jika
keraguan tetap berlanjutharus memberi tahu Nakhoda secepatnya dan
mengambil tindakan apa saja yang perlu sebelum Nakhoda datang.

Kapal Berlabuh jangkar


Jika Nakhoda mempertimbangkan perlu, suatu tugas jaga navigasi harus terus
dilakukan ketika sedang berlabuh jangkar.

Ketika sedang berlabuh jangkar, perwira tugas jaga


harus :
1. Menentukan Dan Menggambar Posisi Kapal Pada Peta, Sedini Mungkin
2. Jika situasi mengijinkan, melakukan pemeriksaan dengan selang – selang
waktu yang memadai untuk memastikan bahwa kapal tetap posisi labuh
jangkar yang aman, dengan memeriksa baringan – baringan , rambu – rambu
navigasi permanen yang ada atau obyek–obyek pantai yang ada.
3. Menjamin bahwa pengamatan yang baik terus dilaksanakan.
4. Memastikan bahwa pemeriksaan kapal dilakukan secara berkala.
5. Mengamati keadaan gelombang dan cuaca serta keadaan laut.
6. Memberi tahu Nakhoda dan mengambil langkah –langkah yang perlu jika
jangkar menggaruk atau hanyut.
7. Memastikan bahwa kesiapan mesin induk dan mesin – mesin lain telah sesuai
dengan petunjuk – petunjuk Nakhoda.
8. Jika jarak tampak berkurang, Nakhoda harus diberi tahu.
9. Memastikan bahwa kapal menunjukkan lampu – lampu dan tanda – tanda
siang hari yang cukup, dan bahwa isyarat – isyarat bunyi dilakukan sesuai
dengan semua peraturan yang ada.
10. Mengambil langkah – langkah untuk melindungi linkungan dari pencemaran
oleh kapal, mematuhi peraturan pencemaran yang berlaku.

Perwira tugas jaga harus memiliki pengetahuan penuh tentang letak dan
pengoperasian seluruh peralatan navigasi yang ada, dan harus mengetahui dan
mempertimbangkan keterbatasan kemampuan operasional peralatan yang
bersangkutan.

75
KEMAMPUAN UNTUK BERTUGAS JAGA
( FITNESS FOR DUTY)

1. Jam istirahat minimum ( minimum rest )

a. Minimum jam istirahat bagi perwira jaga danbawahan tugas jaga navigasi
adalah 10 jam selama periode 24 jam
b. Jam jaga dapat dibagi menjadi 2 periode, dimana dalah satunya tidak
kurang dari 6 jam
c. Dalam keadaan darurat atau latihan bahaya, jam istirahat tersebut diatas
dapat tidak dipenuhi.
d. Meskipun jam istirahat minimum dapat dikurangi dari 10 jam menjadi 6
jam seperti tercantum di atas tapi hal itu tidak boleh terjadi selama 2 hari
berturyt-turut dan selama periode 7 hari, jumlah istirahat tidak boleh
kurang dari 70 jam.
e. Jadual jaga masing-masing awak kapal harus ditempatkan ditempat yang
mudah dilihat dan mudah dibaca dengan jelas.

2. Menjagah kelelahan ( Prevention of fatigue )

a. Pengertian kelelahan (ftigue ) tidak ada yang tegas tetapi harus diwaspadai
factor-paktor yang dapat menimbulkan kelelahan.
b. Suatu kegiatan terdesak hanya diartikanb sebagai kegiatan yang tidak
dapat ditunda demi keselamatan kapal atau pencegahan pencemaran
lingkungan.
c. Jam kerja yang berlebihan, walaupun tidak mengurangi jam istirahat, tidak
boleh dilaksanakan.
d. Tambahan waktu istirahat merupakan salah satu factor mencegah
terjadinya kelelahan.
e. Pengaturan jam kerja ditetapkan dan selalu dicatat dan diperiksa.
f. Apabila terjadi kecelakaan, harus ditinjau apakah penyebabnya adalah
kelelahan.

76
PEDOMAN TENTANG PENCEGAHAN
PEYALAHGUNAAN OBAT-OBATAN DAN ALKOHOL

Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, secara langsung mempengaruhi


kebugaran dan kemampuan seorang pelaut dalam melaksanakan tugas jaga.
Seorang pelaut yang terbukti sedang ada dibawah pengaruh obat-obatan atau
alkohol, tidak boleh melaksanakan tugas jaga sampai kemampuannya tidak lagi
terganggu.

Pemerintah-pemerintah harus menyusun peraturan nasional :

1. Yang menetapkan kadar alkohol dalamdarah (BAC = blood alcohol level )


maksimum sebesar 0,08 % selama tugas jaga, sebagai tanda standar
keamanan minimum dikapalnya.
2. Melarang menkonsumsi dalam waktu 4 jam menjelang tugas jaga yag akan
dilaksanakan

Pedoman–Pedoman Tentang Program Pemeriksaan Peyalahgunaan Obat


Dan Alkohol

Pemerintah harus menjamin dilakukannya langkah-langkah yang memadai untuk


mencegah terganggunya kemampuan personil tugas jaga, karena peyalahgunaan
obat atau alkohol, dan harus menerapkan program-program pemeriksaan yang
perlu untuk:
1. Megindentifikasi peyalahgunaan obat dan alkohol
2. Menghormati martabat, privacy, kerahasiaan dan hak-hak hukum orang-orang
yang terkait
3. Memperhatikan pedoman-pedoman yang relevan.

77
TEAM KERJA ANJUNGAN
(BRIDGE TEAM WORK)

1. PENDAHULUAN

Pada waktu kapala dalam pelayaran dari suatu tempat ke tempat lain
gerakannya dikendalikan dari anjungan dan pengontrolan dilakukan oleh
orang-orang
( perwira jaga, juru mudi jaga ) yang sedang bertugas disana. Keberhasilan
perjalanan sampai ketempat tujuan dengan selamat tanpa mengalami
kecelakaan dan tepat waktu, sangat tergantung kepada kemampuan
Pertugas-petugas tersebut.
Kegiatan mengendalikan kapal dari suatu pelabuhan ke pelabuhan tujuan,
dikerjakan secara rutin, tampaknya cukup sederhana tanpa banyak
berpikir. Namun sebenernya di dalamnya terkandung berbagai aspek yang
sangat membutuhkan perhatian dan profesionalisme dan ditunjang
menajeman yang baik.
Hasil analisa Maritime Safety Committee, menunjukkan bahwa faktor
terbesar yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kapal, antara lain
tubrukan dan kandas, adalah kesahan manusia. Kesalahan manusia tidak
lain menyangkut menejemen di anjungan. Control sederhana adalah
Mualim jaga tertidur karena kelelahan, kurang istirahat sebelum
melaksanakan tugas jaga akibat yang terjadi adalah tubrukan
Setiap pelayaran kapal, jarak jauh dekat adalah suatu pelayaran yang
penuh dfengan resiko. Resiko yang dapat terjadi selama pelayaran harus
dapat ditekan sekecil mungkin, kalau mungkiun ditiadakan. Untuk
mencapai maksud ini, haruslah ditunjang dengan pemanpaatan sumber
daya manusia yang tersedia dan peralatan yang ada di anjungan, dimana
seluruh personil yang sedang terlibat dengan kegiatan, merupakan satu
kelompok kerja sama yang solid .

2. SASARAN BRIDGE TEAM MANAGEMENT

Nahkoda dan perwira jaga memahami sepenuhnya, bahwa pelaksanaan dinas


jaga harus diatur dengan baik untuk mencapai keamanan pelayaran dan
perlindungan yang maksimal szerta secera ekonomi.
Bridge Tiam Management mengandung aspek keterampilan teknis dari
Nahkoda, perwira jaga, dan bawahan, dimana masing-masing mempunyai
tugas individu, tetapi harus saling menunjang dimana pusat perhatian adalah
pada pengontrolan gerakan kapal ( haluan, kecepatan, posisi ) dan
lingkungan.
Besarnya Bridge Team tidaklah sama untuk setiap kapal, tergantung
berbagai faktir yang harus doperhatikan. Secara umum dapatlah
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1). Wilaya perairan dimana kapal berada.
Situasi perairan tidak selalu sama, sehingga terbuka kemungkinan untuk
merubah susunan Bridge Team setiap saat, menyesuaikan situasi
perairan tersebut. Ditengah laut bebas, mesalnya, dimana tidak tampak

78
satu kapalpun, maka Bridge Team dapat dikurangi / diperkecil,misalnya
hanya seorang perwira jaga saja, dengan catatan setiap saat dapat
mengambil anggota jaga lainnya. Diperairan padat, atau pada tampak
terbatas, maka jumlah pengamat harus ditambah atau mengganti periode
jaga adalah langkah yang juga bisa dilakukan apabila diperlukan.
2). Kehadiran pandu dianjungan.
Keberadaan pandu di anjungan merupakan pendukung yang sangat
menguntungkan, karena informasi-informasi penting tentang situasi
perairan dan lingkungan, banyak diperoleh dari seorang pandu. Perlu
disadari sepenuhnya, bahwa walaupun seorang pandu berada di
anjungan, tanggung jawab sepenuhnya tidaklah berpindah kepadanya.
3). Kemampuan personil.
Kemampuan masing-masing anggota Bridge Team sesuai tugas masing-
masing merupakan faktor yang penting. Kesalahan ataupun kelalaian
individu sering menyebabkan kecelakaan kapal, misalnya juru mudi
salah melaksanakan perintah kemudi, sehingga kapal menuju arah yang
salah pada situasi yang sangat kritis ( dekat bahaya navigasi dibawah air
), walaupun kadang-kadang juga kecelakaan timbul akibat kesalahan
alat.
4). Sarana navigasi yang tersedia.
Makin cenggih dan makin lengkap peralatan yang tersedia, dapat
dipertimbangkan sebagai factor penunjang kekuatan Bridge Team.

Team kerja anjungan, perusahaan memaksudkan kerja sama dan pembagian


tanggung jawab yang ada di antara perwira deck, anjungan dan pengawasan.
Perusahaan mengharapkan semua perwira deck memberikan yang terbaik dalam
melaksanankan tugas di anjungan dengan disiplin yang tinggi.
 Diharapkan agar bernavigasi dalam semua kondisi dilakukan
dengan kewaspadaan dan disiplin tinggi karena hanya dengan cara
ini kompetensi kita mampu untuk bereaksi dengan percaya diri dan
dapat mengambil tindakan yang tepat sesuai kondisi dan situasi.
Nakhoda memiliki tanggung jawab keseluruhan dalam hal navigasi
ini, juga dalam hal – hal lain, dan merupakan salah satu dari
tanggung jawabnya mengatur dan merinci tugas perwira, untuk
melaksanakan tugas jaga. Nakhoda memutuskan sampai batasan
mana dan pada penggantian jaga para perwira jaga membantu di
anjungan secara terus – menerus sepanjang kapal dapat
dikendalikan.
 Jika nakhoda minta pelayanan beberapa perwira geladak di
anjungan, masing – mereka harus mengetahui stasiun / tugasnya
dan sepenuhnya sadar akan tugas – tugasnya, apakah
mengoperasikan telegraph mesin, menggunakan radar atau
menentukan posisi kapal dan lain – lain. Perwira jaga harus
melakukan tugas – tugasnya dengan penuh tanggung jawab.
 Dalam kondisinya navigasi yang normal, hal itu merupakan bagian
dari disiplin anjungan yang baik, khusunya bagi mereka yang
bertugas di anjungan untuk memberitahu satu sama lain segala

79
sesuatu mengenai pelaksanaan tugas navigasi dengan jelas dan
tepat.
 Perwira jaga secara terus – menerus bertanggung jawab untuk
melaksanakan navigasi yang aman walaupun Nakhodaberada di
anjungan, sampai Nakhoda memberitahunya secara pasti bahwa ia
telah mengambil tanggun jawab itu. Fakta bahwa Nakhoda telah
mengambil alih navigasi, tidak melepaskan perwira itu dari tugas
jaga dalam membantu Nakhoda dari dekat dan juga untuk
menentukan posisi kapal di peta sesering mungkin yang diperlukan
dalam memperhatikan kondisi – kondisi lokal. Adalah merupakan
tugas dari perwira jaga untuk segera memberitahu Nakhoda jika ia
mengira bahwa posisi tidak tidak mengikuti jalur yang
direncanakan.
 Pada waktu kapakl tiba dan berangkat, lebih baik ada perwira jaga
atau yang akan bertugas jaga di anjungan. Penggantian jaga di
anjungan tidak harus terjadi pada kondisi – kondisi di mana
kesibukan bernavigasi di anjungan sedang tinggi atau pada perairan
– perairan sempit dan atau yang berhubungan dengan ketibaan /
pemberangkatan kapal.
 Berlayar pada perairan – perairan yang sempit, Nakhoda harus
mempertimbangkan apakah perlu sebagai tambahan terhadap
dirinya harus ada dua perwira di anjungan. Dalam hal seperti itu,
salah satu perwira hanya harus bertanggunga jawab dalam
membereskan posisi kapal, di mana yang lain akan membantu
Nakhoda dalam peng-check-an posisi dan juga haluan dan tugas –
tugas navigasi lainnya.
 Jika jarak pandang kurang dari lima (5) mil, Nakhoda harus
mempertimbangkan apakah sebagai tambahan terhadap dirinya
sendiri harus ada dua dua perwira di anjungan. Dalam keadaan
seperti itu, salah satu perwira harus terlibat pada pengawasan
kemajuan kapal dengan alat radar utama dan dari stasiun itu ia
harus melaporkan dengan suara eras dan jelas semua informasi
yang penting untuk navigasi, seperti penetapan posisi, posisi kapal
– kapal lain, serta haluan dan kecepatan mereka.
 Perwira lain menentukan posisi di peta yang didapat dari baringan
biasa atau yang didapat dari baringan radar dan kemudian
menchecknya dengan cara SAT / NAV, perum gema atau alat lain
yang lebih akurat.
 Jika jarak pandang kurang dari lima (5) mil dan kapal – kapal yang
berada pada perairan sempit atau kapal – kapal yang terkungkung
oleh saratnya, harus mendapatkan dua perwira di anjungan sebagai
tambahan terhadap Nakhoda itu.

80
RENCANA PELAYARAN
( VOYAGE PLANNING )

Persyaratan – persyaratan Umum


 Pelayaran yang akan dilakukan harus direncanakan terlebih dahulu :
 Mempertimbangkan seluruh informasi yang terkait
 Setiap haluan yang ditetapkan harus diperiksa sebelum pelayaran
dilaksanakan
 Musyawarah dengan Nakhoda :
 Kapal kamar mesin harus terlebih dahulu menentukan kebutuhan –
kebutuhan untuk pelayaran yang akan dilakukan.
 Mempertimbangkan persyaratan – persyaratan tentang :
 Bahan Bakar
 Air
 Minyak Lumas
 Bahan – bahan Kimia
 Suku Cadang
 Alat – alat
 Persediaan
 Persyaratan – persyaratan lain.
 Perencanaan setiap kali akan melakukan pelayaran :
• Nakhoda harus menjamin bahwa rute yang telah ditetapkan dari
pelabuhan– pelabuhan pemberangkatan menuju kepelabuhan berikutnya
yang pertama,
• harus direncanakan dengan menggunakan peta – peta dan publikasi
nautika lain yang memadai,
• memuat informasi terbaru yang lengkap dan tepat sehubungan dengan
bahaya – bahaya dan kesulitan – kesulitan navigasi yang tetap/dapat
diramalkan terlebih dahulu dan yang relevan dengan pelaksanaan
navigasi yang aman.
Verifikasi dan Membuat Haluan yang telah Direncanakan
Setelah membuat verifikasi terhadap perencanaan rute telah mempertimbangkan
seluruh informasi yang terkait :
 Haluan yang telah direncanakan akan diteliti dan harus dibuat pada peta –
peta yang sesuai.
 Harus selalu siap digunakan sewaktu – waktu oleh perwira yang sedang
melakukan tugas jaga.
 Harus meneliti ketepatan setiap haluan yang akan diikuti selama pelayaran.
Penyimpangan dari Rute yang Telah Direncanakan:
 Selama pelayaran diambil suatu keputusan untuk mengubah pelabuhan tujuan
yang telah ditetapkan.
 Jika memang diperlukan untuk mengubah arah dari rute yang telah ditetapkan
karena alasan – alasan tertentu.
 Rute baru yang bersangkutan harus direncanakan terlebih dahulu sebelum
mengubah arah dari rute aslinya.

81
TUGAS JAGA DI PELABUHAN
( WATCH KEEPING IN PORT )

Prinsip-Prinsip Yang Berlaku Untuk Semua Tugas Jaga


Uraian :
Pada setiap kapal yang sandar dengan aman sesuai situasi normal
dipelabuhan, Nahkoda harus mengatur agar tugas jaga yang memadai dan efektive
tetap dijalankan untuk tujuan keselamatan.
Persyaratan-persyaratan mungkin diperlukan untuk jenis-jenis khusus
sistem penggerak kapal /peralatan bantu, untuk kapal yang membawa muatan
berbahaya, beracun,/mudah terbakar, atau jenis-jenis muatan lain.

Pengaturan tugas jaga deck ketika kapal di pelabuhan harus


selalu memadai
1. Menjamin keselamatan :
- Jiwa
- Kapal
- Pelabuhan dan lingkungan
- Suatu pengoperasian seluruh peralatan yang berkaitan dengan pegamanan
muatan.
2. Memperhatikkan aturan-aturan international, nasional dan setempat
3. Menjaga ketertiban dan rutinitas normal kapal.
4. Nahkoda menempatkan susuna jaga dan laman tugas jaga, tergantung kondisi
sandar, jenis kapal dan sipat tugas jaga
5. Jika dipertimbangkan perlu, seorang perwira ditunjuk untuk bertanggung
jawab jaga pelabuhan.
6. Peralatan yang diperlukan harus dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga
menghasilkan pelaksanaan jaga secara efisien.

Serah terima tugas jaga


Perwira perwira yang melaksanakan tugas jaga deck atau mesin :
1. tidak boleh meyerahkan tugasnya kepada perwira pengganti yang
bersangkutan tidak mampu melaksanakan tugas secara efektif
2. Dan jika demikian maka Nakhoda / kepala kamar mesin harus diberitahu.
3. perwira perwira pengganti tugas jaga deck/mesin harus memastikkan bahwa
seluruh anggota jaga mampu melaksanakantugas masing-masing secara
efektif,
4. tekhnik-tekhnik metode dan prosedur yang perlu untuk mencegah pelanggaran
peraturan pencemaran setempat.
5. Keadaan got-got

82
Materi serah terima jaga pelabuhan:
Sebelum menyerahkan tugas jaga harus dijelaskan beberapa hal kepada perwira
pengganti:
1. Kedalaman air di mana kapal sandar atau berlabuh pada saat itu.
2. Sarat kapal pada saat itu.
3. Waktu dan ketinggian pasang-surut yang akan terjadi
4. Keadaan jangkar dan rantai yang dipakai
5. Tali-taki yang dipakai untuk sandar, serta keadaan saat itu.
6. Keadaan dan kesiapan mesin induk sehubungan dengan tiap keadaan darurat
yang mungkin terjadi.
7. Kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan di atas kapal dan kamar mesin.
8. Keadaan dansisi yang dibongkar dan di muat, termasuk jumlah dan sisa yang
ada di kapal
9. Tngkat ketiangian air got dan tangki balast
10. Lampu-lampu dan sosok benda yang dipasang, atau isyarat bunyi yang
harus di bunyikan
11. Jumlah awak kapal yang harus ada di kapal
12. Kesiapaan alat-alat pemadam kebakaran
13. Peraturan-peraturan setempat yang harus di perhatikan
14. Perintah umum dan khusus dari Nahkoda
15. Jalur komunikasi yang dapat dipergunakan dalam keadaan darurat
16. Setiap keadaan yang dapat mempengaruhi keselamatan kapal, prang dan
muatan, serta pencegahann pencemaran lingkingan.
17. Prosedur memberitahukan pengusa terkait di darat apabila terjadi
pencemaran lingkungan akibat kegiatan di kapalk.

Perwira pengganti memperhatikan secara khusus :


1. Rantai jangkat dan tali-tali untuk sandar cukup terpasang dalam keadaan baik
2. Semua sosok benda atau lampu-lampu terpasang secara baik
3. Tindakan keselamatan dan pengaturan-pengaturan yang terkait dengan
keselamatan dijalankan dengan sepenuhnya
4. Perhatian terhadap setiap jenis muatan berbahaya yang dimuat dan dibangkar
telah dilaksanakan sepenuhnya
5. Langkah-langkah pencemaran terhadap kemungkinan tumpahan minyak dan
bahaya kebakaran telah diambil
6. Tidak ada sesuatu keadaan di luar kapal yang mungkin menimbulkan akibat
berbahaya bagi kapal.

Tugas jaga pelabuhan dikapal yang mengangkut muatan


berbahaya
Umum :
Nakhoda setiap kapal yang membawa muatan berbahaya harus menjamin bahwa :
1. Pengaturan tugas jaga yang aman terus dipelihara
2. pada kapal yang membawa muatan berbahaya dalam jumlah besar
3. Jaminan tersebut dapat tercapai dengan kesiapan perwira-perwira yang
memenuhi syarat diatas kapal
4. juga termasuk juga ketika kapal sedang sandar atau berlabuh jangkar dilaut

83
Pada kapal yang membawa muatan berbahaya yang tidak dalam
jumlah besar :
- Nakhoda harus mempertimbangkan sifat-sifat muatan
- Kemasan dan pemadatan muatan yang berbahaya bersangkutan
- Dan juga harus mempertimbangkan setiap kondisi khusus dikapal atau
didarat

Tugas dan Tanggung jawab mualim jaga di pelabuhan


Mualim jaga diharuskan untuk selalu berada dikapal dan melaksanakan tugasnya
dibantu oleh juru mudi atau pancawala secara bergiliran dan pada waktu-waktu
tertentu harus mengadakan ronda keliling.

Secara umum tanggung jawab mualim jaga di pelabuhan :


1. menjaga keamanan kapal antara lain :
- pencurian
- hanyut
- kandas
- kebakaran
- dll

2. Menjalankan perintah Nakhoda :


- Standing order Nakhoda
- Peraturan perusahaan dan lain-lain

3. Menjalankan peraturan atau ketenruan yang berlaku :


- pemasangan Penerangan
- ikut membantu mencegah polusi air atau udara
- memasang bendera atau semboyan yang diharuskan
- mengikuti peraturan bandar

Tugas Jaga Kapal Sandar Di Dermaga


1. Ronda keliling pada saat tertentu pada bagian kapal
2. Memperhatikkan pasang surut air dipelabuhan
3. Memperhatikkan tangga kapal
4. Tros tros serta memasang rat guard pada tali kapal
5. Melarang orang-orang yang tidak berkepentingan naik kekapal
6. Mencegah terjadinya polusi air atau udara
7. Membaca draft dan mencatat ship’s condition
8. Mengontrol pemakaian air tawar dan menjaga stabilitas kapal
9. Lampu-lampi dan sosok benda diperhatikan

Tugas Mualim Jaga Pada Waktu Kegiatan Muat Bongkar


1. Membaca stowage plan muatan yang dimuat dan dibongkar, memperhatikan
sifat-sifat muatan
2. Mengontrol pekerjaan, perlatan muat bongkar seperti block, segel, ganco, tali
guih, tali muat.
3. Membaca draft dan membuat ship’s condition
4. Ronda keliling palka sehubungan dengan stowage, pencurian, lashing, tally
muatan maupun pemasangan alat alat keselamatan seperti jala-jala dan lain-
lain.

84

Anda mungkin juga menyukai