Anda di halaman 1dari 5

KAJIAN REGULASI PENANGGULANGAN BENCANA

Undang – Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Undang – Undang ini memberikan garis besar penyelenggaraan penanggulangan


bencana yang pada prinsipnya mengatur tahapan – tahapan bencana meliputi pra bencana,
saat tanggap darurat dan pasca bencana. Terdapat beberapa substansi pokok di Undang –
Undang ini antara lain ;
1) Penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab dan wewenang
Pemerintah dan pemerintah daerah;
2) Penyelenggaraan penanggulan bencana yang mencakup pencegahan bencana,
penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara
melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana serta Badan Penanggulangan Bencana
Daerah;
3) Pengaturan tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam penyelenggaran
penanggulangan bencana;
4) Pemberian kesempatan secara luas kepada lembaga usaha dan lembaga internasional
dalam kegiatan dan penyelenggaraan penanggulangan bencana;
5) Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan pada tahap pra bencana, saat
tanggap darurat, dan pasca bencana;
6) Penyelenggaraan penanggulangan bencana selain didukung dana APBN dan APBD juga
disediakan dana siap pakai pada saat terjadinya kondisi tanggap darurat;
7) Seluruh tahap penyelenggaraan penanggulangan bencana diawasi oleh pemerintah dan
pemerintah daerah;dan
8) Dalam rangka menjamin penyelenggaraan penanggulangan bencana, pengaturan pidana
diberlakukan terhadap berbagai bentuk kelalaian maupun kesengajaan yang
menyebabkan kerugian harta benda maupun matinya orang, menghambat kemudahan
akses dalam kegiatan penanggulangan bencana, dan penyalahgunaan pengelolaan
sumber daya bantuan.

Pengaturan penyelenggaraan penanggulangan bencana ini didukung juga dengan


penerbitan tiga Peraturan Pemerintah yaitu

1) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan


Bencana,
2) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan
Bantuan Bencana,
3) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional
dan Lembaga Asing Non-pemerintah dalam Penanggulangan Bencana.
Selain itu juga ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan
Nasional Penanggulangan Bencana.1

Permendagri No. 101 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Sub-Urusan Bencana Daerah Kabupaten/Kota

Peraturan Menteri ini mengatur tentang Jenis Pelayanan Dasar sub – urusan bencana
Daerah kabupaten/kota, standar Mutu Pelayanan Dasar, kriteria penerima, dan tata cara
penerapan Standar Pelayanan Minimal sub-urusan bencana Daerah kabupaten/kota. 2

1
Undang – Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
2
Praturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2018 tentang Standar Teknis
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Sub-Urusan Bencana Daerah Kabupaten/Kota.
Kajian

Penghujung awal tahun 2021 kasus infeksi virus corona di Indonesia sudah mencapai
angka 1 juta kasus, diikuti dengan berbagai macam bencana alam yang melanda diberbagai
wilayah di Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat sepanjang 1 – 28
Januari, telah terjadi 237 bencana, 193 korban meninggal, 3655 luka – luka, dan lebih dari 1,5
juta masyarakat menderita dan mengungsi yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia 3.
Melihat realita tersebut maka Kementerian Dalam Negeri mempunyai peran yang penting
dalam hal penanggulangan bencana di berbagai daerah. Sebagaimana yang sudah diamanatkan
didalam pasal 7 ayat (1) Undang – Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
yaitu pemerintah melakukan peran pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaran
Urusan Pemerintah oleh Daerah, peran tersebut termasuk juga dalam rangka pembinaan dan
pengawasan penanggulangan bencana yang menjadi urusan wajib terkait pelayanan dasar
pemerintah daerah sebagaimana yang tertuang pada Pasal 12 ayat (1) huruf e 4. Kendala dalam
penanggulangan bencana merupakan soal kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah
yang tidak terkoodinasi dengan baik. Oleh karena itu diperlukannya pengkajian kebijakan
pemerintah khsususnya dilingkungan Kementerian Dalam Negeri antara lain ;

1) Memperjelas dan memperkuat koordinasi antara pusat dan daerah terkait dengan
penanggulangan bencana; Kondisi rill bahwa pemerintah daerah sulit menerjemahkan
kebijakan pusat pada saat penanganan situasi bencana dilapangan, Kementerian Dalam
Negeri dalam rangka menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan perlu membentuk
dan menyelaraskan kebijakan ditingkat pusat yang mudah dipahami oleh pemerintah
provinsi dalam rangka pemberian fasilitas kepada pemerintah kabupaten/kota untuk
mengeksekusi berbagai kebijakan khususnya mengenai penanggulangan bencana yang
sangatlah rentan terhadap munculnya kondisi tanggap darurat. Selain itu dengan
adanya koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah dapat melahirkan

3
http://gis.bnpb.go.id/, pada tanggal 28 Januari 2021 pukul 22:24 WIB
4
Undang – Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
standar operasional prosedur atau kebijakan standar yang sama dalam rangka integrasi
penanggulangan bencana.5
2) Mengatur hubungan relasi kewenangan di pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota; lemahnya pengaturan mengenai relasi kewenangan juga
tercemin didalam Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana, regulasi tersebut tidak merujuk pada Undang – Undang no 23
tahun 2014 yang lebih jelas mengatur posisi dan kewenangan berbagai lapisan
pemerintahan dalam rangka penanggulangan bencana. Dengan mengadopsi ruh yang
terkandung didalam Undang – Undang No. 23 Tahun 2014 diharapkan Badan Nasioanl
Penanggulangan Bencana dapat mengatur langkah yang diambil oleh Kementerian atau
Lembaga ditingkat pusat dan daerah, serta dapat mengurangi berbagai bentuk konflik
kepentingan antarlembaga khususnya dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana;
3) Pengoptimalan fungsi kemitraan antar lembaga – lemabaga non pemerintah yang
memungkinkan lahirnya inovasi – inovasi penanggulangan bencana, sehingga dapat
memacu terobosan - terobosan dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana
baik ditahap Pra Bencana meliputi usaha pencegahan dan mitigasi , saat terjadinya
bencana yaitu fase tanggap darurat, serta Pasca Bencana meliputi pemulihan
(rehabilitasi dan rekonstruksi);6
4) Perlu sistem pengawasan yang kuat dari pemerintah pusat terhadap segala bentuk
kebijakan maupun kegiatan yang dapat berpotensi menimbulkan bencana yang
kemudian diharmonisasi dengan penegakan regulasi melalui pemberian sanksi
sebagaimana yang diperundangkan demi terciptanya kepastian hukum, terkhususnya di
kegiatan pelaksanaan pengawasan penanggulangan bencana.

5
Rofiq Hidayat, Memperkuat Koordinasi Pusat dan Daerah dalam RUU Penanggulangan Bencana,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5f69b0d31c69a/memperkuat-koordinasi-pusat-dan-daerah-dalam-
ruu-penanggulangan-bencana?page=all, diakses pada tanggal 28 Januari 2021, jam 23 : 16 WIB.
6
Buku Rencana Nasional Penanggulangan Becana tahun 2015 – 2019, hal. 15

Anda mungkin juga menyukai