Anda di halaman 1dari 4

Hari, tanggal : Kamis, 5 Maret 2020

Kelompok : Pagi-2 (RP. FIFARM-2)


Dosen : Dr. drh. Koekoeh Santoso
Asisten : Baita Dwi Rahayu (B04160050)
Faldano (B04160005)

PENCERNAAN 1

Anggota kelompok:

1. Muhammad Dafa Firdana. ( B04180068 ) ..................

2. Muhammad Nico Ghossani ( B04180069 ) ..................

3. Lesti Juliska Jesifa ( B04180076 ) ..................

4. Anis Arifatu Mufida ( B04180085 ) ..................

5. Chorrysa Nauval Firdana ( B04180089 ) ...................

DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
PENCERNAAN 1

PENDAHULUAN
Dasar Teori

Tujuan
Praktikum bertujuan mengamati aktivitas rambut getar mulut dan tenggorokan
pada katak.

METODE
Alat dan Bahan
Alat yang dugunakan ialah sonde penusuk otak, alat-alat diseksi, stopwatch,
kaca obyek, dan kaca penutup, droppinet, papan fiksasi katak, jarum-jarum pentul dan
mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan adalah katak, butir-butir gabus,
Larutan Ringer/ NaCl fisiologis (0.65%), Air 5oC, 15oC, 25oC, 35oC, 45oC, dan
55oC.

Prosedur Kerja
1. Pengamatan Gerakan Rambut Getar
Katak dimatikan dengan sonde penusuk otak, lalu dengan gunting seluruh rahang
bawah dibuang. Dinding perut lalu dibuka sehingga seluruh organ visceral terlihat.
Jepit lambung dengan pinset lalu diangkat. Dengan mempergunakan gunting atau
skalpel, potonglah antara lehernya agar tengkorak terpisah dari punggungnya tanpa
mengganggu hubungan (pertautan) antara esofagus dan lambung dengan kepala.
Lambung dipisahkan dari duodenum. Kepala katak lalu difiksasi pada papan.
Bukalah esofagus dan lambung, kemudian difiksasi juga pada papan. Ambil sebutir
gabus yang dibasahi NaCl fisiologis dan letakkan pada langit-langit rahang atas katak
di titik A dan catatlah waktunya. Amati arah gerakan butir gabus tersebut mulai dari
awal (titik A) sampai tiba di dekat esofagus (titik B), dan catat lagi waktunya.
Ukurlah jarak AB dan tentukan waktu yang dibutuhkan oleh butir gabus tersebut
untuk bergerak dari A ke B. Hitunglah kecepatan gerak butir gabus tersebut. Ulangi
lagi dengan butir gabus yang diletakkan di titik C (gerakan CD) dan titik E (gerakan
EF). Ulangi lagi gerakan AB, CD, dan EF dengan memiringkan papan katak ke kiri,
kemudian ke kanan. Perhatikan apakah kemiringan papan katak dapat mempengaruhi
arah gerakan dari butir gabus.
2. Pengaruh suhu pada Gerakan Rambut Getar
Preparat didinginkan dengan cara direndam pada larutan Ringer dingin selama 5
menit sampai suhunya menjadi 2 – 5oC. Keluarkan preparat dari larutan Ringer
dingin tadi dan secara cepat letakkan butir gabus pada titik A (Gambar 3). Hitunglah
kecepatan gabus bergerak (mm/menit) dari A ke B. Kembalikan preparat ke dalam
larutan Ringer selama 2 menit lalu hitung kecepatan gabus bergerak (mm/menit) dari
A ke B. Ulangi lagi pada suhu 25oC, 35oC, 45oC, dan 55oC.
3. Gerakan rambut getar di bawah mikroskop
Lepaskan selaput lendir rahang atas katak, lalu letakkan selaput lendir (rambut
getarnya di bagian bawah) di atas kaca obyek yang telah dibasahi larutan NaCl
fisiologis/ Ringer dan tutuplah dengan kaca penutup. Amatilah gerakan-gerakan
rambut getar tersebut di bawah mikroskop dengan obyektif 10x dan 40x.

Hasil dan Pembahasan


Katak mempunyai saluran pencernaan yang terbentuk dari cavum oris,
dibatasi maxillae (rahang atas) pada sebelah atas, sedang sebelah bawah dibatasi oleh
mandibula (rahang bawah). Kemudian dilanjutkan oleh pharynx, esophagus,
ventriculus dan intestinum yang terletak di dalam rongga tubuh. Palatum di dalam
rongga mulut katak terdapat rambut getar yang berfungsi menimbulkan gerakan pada
makanan agar memudahkan proses masuknya makanan kedalam esophagus dan
dibantu oleh cairan saluran mulut. Palatum juga dapat ditemukan adanya lipatan-
lipatan bergantung dan bergerak yang terdiri atas jaringan fibrosus yang dikendalikan
ototnya sendiri (Pratama et al. 2012).
Praktikum kali ini mengggukan katak (Rana sp) untuk mengamati aktivitas
rambut getar pada katak. Katak difiksasi dan hanya disiskan rahang atas, esophagus.
Katak diletakkan di atas papan fiksasi dan dilakukan uji dengan beberapa perlakuan.

Tabel 1 Hasil Pengamatan Gerakan Rambut Getar


Kecepatan Gerak Rambut Getar (mm/menit)
No. Perlakuan
A-B C-D E-F

1 Posisi datar 10 9 3,5

2 Posisi miring ke kiri 2,4 1,2 3,7

3 Posisi miring ke kanan 4 7 5

4 Suhu dingin (15 ºC) 3 6 11

5 Suhu panas (45 ºC) 10 13 16


Hasil pengamatan pada perlakuan posisi datar rentang A-B mempunyai
kecepatan paling tinggi sebesar 10 mm/menit. Perlakuan posisi miring kiri
didapatkan hasil pada rentang E-F mempunyai kecepatan paling tinggi sebesar 3,7
mm/menit. Perlakuan posisi miring kanan didaptkan hasil pada rentang C-D
mempunyai kecepatan paling tinggi sebesar 7 mm/menit. Pada perlakuan posisi
terlihat bahwa terdapat peningkatan dan penurunan kecepatan dari tiap rentang posisi. Ini
dikarenakan adanya pengaruh gaya gravitasi pada posisi yang dimirngkan sehingga
kecepatan menjadi lebih cepat dan posisi yang lain akan terjadi penurunan kecepatan
(Pratama et al 2012).

Hasil pengamatan pada perlakuan suhu didapatkan pada suhu dingin


didapatkan rataan kecepatan sebesar 6,6 mm/menit dan pada perlakuan suhu panas
didapatkan rataan kecepatan sebesar 13 mm/menit. Katak merupakan hewan berdarah
dingin. Laju metabolisme juga akan mengikuti suhu dari lingkungan katak tersebut.
Dalam suhu yang dingin seharusnya metabolime akan bertambah meningkat (Hendri
2015).

Kesimpulan
Posisi tubuh dan suhu lingkungan sangat berpengaruh tehadap kecepatan
pergerakan rambut getar mulut dan tenggorokan. Gaya gravitasi berpengaruh dalam
membantu pergerakan makanan. Cairan di dalam mulut membantu agar makanan
mudah untuk proses masuknya makanan pada saluran pencernaan.

Daftar Pustaka
Hendri W. 2015. Inventarisasi jneis katak (ranidae) sebagai komodi ekpor di smatra
barat. BioComcrtta. 1(2): 76-86.
Pratama I, Yulianti R, Arifin E, Hendrik R, Permana S, Kuswardana W. 2012.
Aktifitas pencernaan rambut getar di rongga mulut katak. Jurnal Praktikum
Fisiologi Hewan. 2(4) : 100-105.
Srikandi MM, Sujana A, Aeni AN. 2017. Pengaruh pembelajaran kontekstual
terhadap kemampuan literasi sains berbasis gender pada materi system
pencernaan. Jurnal Pena Ilmiah. 2(1) : 661-670.

Anda mungkin juga menyukai