Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KONSENTRAT

DENGAN MELIHAT TINGKAT KESUKAAN TERNAK


SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP
PRODUKSI DAN KUALITAS FISIK SUSU

Kelompok 10

FEBRINA MAHARANI LARASATI (B04190033)


LATIFA PUTRI FAJR (B04190046)
NAUFAL FAJAR RAMADHAN (B04190058)
Daftar isi Latar Belakang

Tujuan

Pembahasan

Kesimpulan
Latar Belakang
Sapi perah merupakan sapi dengan Pemberian pakan tambahan konsentrat
produksi susu yang sangat tinggi. hijau diduga dapat memperbaiki
produksi dan kualitas fisik susu sapi FH.

Produksi susu yang dihasilkan


dipengaruhi oleh nutrisi dalam pakan Fungsi konsentrat yakni sebagai penguat
yang dikonsumsi. untuk mengoreksi kekurangan nutrisi
pada ransum yang diberikan.

Palatabilitas merupakan tingkat kesukaan ternak terhadap bahan pakan tertentu yang
memiliki sifat (fisik dan kimiawi) yang dicerminkan oleh organoleptik meliputi penampakan,
bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperatur sehingga menimbulkan
rangsangan dan daya tarik ternak untuk mengkonsumsinya (Alvianto et al. 2015).
Tujuan
1. Mempelajari tingkat kesukaan ternak sapi perah Friesian Holstein (FH)
terhadap pakan konsentrat hijau

2. Mengevaluasi pengaruh pakan konsentrat hijau pada produksi dan


kualitas fisik susu FH.
PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan sapi perah Friesian holstein yang diberikan 3
perlakuan yaitu

P1 = tanpa diberi konsentrat hijau;


p2 = pemberian konsentrat hijau 30%;
P3 = pemberian konsentrat hijau 50%.

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) segar sebagai pakan utama diberikan


sebanyak 40 kg/ekor/hari di setiap perlakuannya, sedangkan konsentrat
diberikan sebanyak 7 kg/ekor/hari. Pemberian konsentrat dilakukan selama 10
hari.
Tabel 1. Rata-rata Konsumsi pakan bahan kering hijauan dan konsentrat
hijau

Sumber : (Kasmita 2016)


Pakan hijauan seperti rumput gajah merupakan pakan utama untuk
ternak sapi perah.

Ransum yang ditambahkan konsentrat hijau memiliki nilai rata rata


konsumsi tertinggi. Semakin tinggi konsentrat hijau yang ditambahkan
kedalam ransum maka semakin tinggi tingkat konsumsi pakan ternak.

Menurut Parakkasi (1995) dalam Wijaya (2008) tingkat konsumsi dapat


disamakan dengan palatabilitas atau menggambarkan palatabilitas. Tillman
et al. (1991) menyatakan bahwa palatabilitas akan selalu berbanding lurus
dengan tingkat kecernaan.
Tabel 2. Rata-rata Produksi Susu Sapi Perah (FH) dengan pemberian
konsentrat hijau
Pemberian hijauan yang lebih banyak menyebabkan kadar lemak susu
tinggi karena kadar lemak dalam susu tergantung dari kandungan serat
kasar dalam pakan (Arora 1995).

Pakan yang mengandung konsentrat tinggi akan meningkatkan produksi


susu sapi perah. Hal ini dikarenakan kandungan protein pada konsentrat
lebih tinggi dibandingkan dengan pakan hijauan. Nilai protein pada susu
dipengaruhi oleh pemberian konsentrat. Semakin tinggi pemberian
konsentrat maka semakin tinggi kadar protein susu (Riski et al. 2016)

Peningkatan produksi susu ini menunjukkan bahwa konsentrat hijau dapat


digunakan sebagai bahan tambahan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
yang tidak terpenuhi.
Tabel 3. Rata-rata Skor Uji Organoleptik Susu Sapi Perah (FH) dengan
pemberian konsentrat hijau
Suryani (2013) menyatakan bahwa aroma pada susu mudah
berubah dari yang sedap menjadi tidak sedap. Aroma sangat
dipengaruhi oleh sifat lemak susu yang mudah menyerap aroma
disekitarnya sehingga mudah mengalami perubahan aroma.

Semakin tinggi level konsentrat hijau yang diberikan maka akan semakin
menurunkan warna susu dari warna putih kekuningan menjadi warna
putih susu.

Hadiwiyoto (1994) menyatakan bahwa warna dari susu dapat berubah ke


warna yang lain, tergantung dari jenis ternak, jumlah lemak dalam susu,
bahan padat dan bahan pembentuk warna.
Kesimpulan
Dilihat dari tingkat konsumsi pakan, sapi perah lebih menyukai
pakan yang ditambah konsentrat hijau dibanding pakan konsentrat
pada umumnya .

Semakin tinggi level konsentrat hijau yang diberikan, semakin


tinggi produksi susu yang dihasilkan.

Semakin tinggi level konsentrat hijauan yang diberikan maka akan


menurunkan aroma susu dan warna susu dari warna putih
kekuningan menjadi warna putih susu.
Referensi
Alvianto A, Muhtarudin, Erwanto. 2015. Pengaruh penambahan berbagai jenis sumber karbohidrat pada
silase limbah sayuran terhadap kualitas fisik dan tingkat palatabilitas silase. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu. 3(4): 196-200.
Arora SP. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
Hadiwiyoto, S. 1994. Pengujian mutu susu dan hasil olahannya. Yogyakarta (ID): Liberty.
Kasmita. 2016. Produksi dan kualitas fisik susu sapi perah friesian holstein (FH) dengan pemberian
konsentrat hijau [skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.
Riski P, Purwanto BP, Atabany A. 2016. Produksi dan kualitas susu sapi fh laktasi yang diberi pakan
daun pelepah sawit. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 4(3): 345-349.
Tillman DA, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada.
Suryani, D.R. 2013. Profil aroma, aktivitas antioksidan dan intensitas warna susu kerbau akibat proses
glikasi dengan penambahan rare sugar (Dpsikosa, L-psikosa, D-tagatosa, L-tagatosa). [Skripsi].
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang
Wijaya A. 2008. Pengaruh imbangan hijauan dengan konsentrat berbahan baku limbah pengolahan hasil
pertanian dalam ransum terhadap penampilan sapi PFH jantan [skripsi]. Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai