Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PERILAKU HEWAN

PERCOBAAN III
PENGAMATAN PERILAKU AGONISTIK IKAN CUPANG (Betta sp)

OLEH :

NAMA : ANDI MISBAWATI


NIM : F1D1 16 115
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN PEMBIMBING : SULHADANA, S.Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perilaku merupakan bentuk respons terhadap kondisi internal dan

eksternalnya. Respon dikatakan perilaku bila respon tersebut telah berpola,

yakni memberikan respon tertentu yang sama terhadap stimulus tertentu.

Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas suatu organisme akibat adanya

suatu stimulus. Hewan memiliki karakter perilaku harian yang berbeda sesuai

anatomi dan morfologi tubuh yang dimilikinya. Faktor yang sangat

menentukan perilaku ini diantaranya habitat tempat tinggalnya meliputi

keamanan dan ketersediaan sumberdaya hayati yang dapat mendukung.

Tingkah laku atau perilaku hewan dapat ditunjukkan oleh organisme

karena beberapa tujuan, misalnya untuk mencari kebutuhan makan dan

minum, memperoleh dan menjaga daerah teroterial, untuk melindungi diri,

untuk kepentingan reproduksi guna kelangsungan hidup mereka dan lain-lain.

Perilaku hewan yang ditunjukkan dapat dipengaruhi oleh pengaruh genetis

atau pengaruh keturunan. Respon tingkah laku yang ditunjukkan oleh hewan,

yaitu innate (alami, nature, serentak) dan learned (melalui proses belajar).

Pisces adalah sebutan umum yang dipakai untuk ikan atau sebagai

nama super kelas dan nama ini diambil dari bahasa latin. Ikan memiliki ciri-

ciri dengan tubuhnya ditutupi oleh sisik-sisik yang tersusun dari zat kapur.

Permukaan sisik berlendir untuk memudahkan gerakan ikan di dalam air.

Ikan bergerak menggunakan sirip. Sisi kanan dan kiri tubuhnya terdapat gurat

sisi yang berfungsi sebagai alat keseimbangan tubuh ikan. Kelas pisces
termasuk hewan berdarah dingin, bernapas dengan insang, tubuh ditutupi

oleh sisik dan bergerak menggunakan sirip. Hidup di air tawar dan air asin.

Perilaku agonistik merupakan salah satu bentuk konflik yang

menunjukkan perilaku atau postur tubuh atau penampilan yang khas (display)

yang melibatkan mengancam (threat), perkelahian (fighting), melarikan diri

(escaping) dan diam (freezing) antar individu dalam populasi atau antar

populasi. Pemilihan ikan cupang (Betta sp) pada praktikum ini karena ikan

cupang (Betta sp) memiliki sikap keagresifan yang cukup tinggi. Berdasarkan

uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum tingkah laku agonistik pada

ikan cupang (Betta sp).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana tingkah laku

agonistik pada ikan cupang (Betta sp) ?


C. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk mengetahui

tingkah laku agonistik pada ikan cupang (Betta sp)


D. Manfaat Praktikum
Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah dapat

mengetahui tingkah laku agonistik pada ikan cupang (Betta sp).

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Ikan Cupang (Betta sp)

Ikan cupang (Betta splendens Regan), atau lebih dikenal dengan

sebutan ikan cupang, merupakan salah satu jenis ikan hias yang mempunyai

nilai ekonomis tinggi. Ikan betta yang berkelamin jantan mempunyai warna

yang lebih menarik dan memiliki nilai komersial lebih tinggi daripada betina.
Keistimewaan lain dari ikan betta jantan adalah siripnya yang indah.

Beberapa jenis ikan betta jantan dapat digunakan sebagai ikan laga (fighting

fish). (Purwati, dkk., 2004).

B. Morfologi Ikan Cupang (Betta sp)


Ikan cupang (Betta sp) memiliki sirip dorsal terletak lebih ke

belakang. Sirip anal panjang dan lebar, dimulai dari belakang anus dan

berakhir di belakang dekat pangkal sirip caudal, ujung sirip anal berbentuk

lancip. Sirip perut berukuran kecil, terletak dibawah sirip dada, memiliki 1

jari0jari keras dan 5 jari-jari lunak. Satu jari-jari lunak berukuran lebih

panjang dari yang lain. Sirip dada berbentuk membulat, memiliki 12-13 jari-

jari lunak. Ikan cupang (Betta sp) memiliki karakteristik respon agresif

(Wahyudi, 2016).
Perbedaan ikan cupang (Betta sp) jantan dan betina dapat dilihat dari

ukuran tubuh, warna dan sirip. Umumnya ikan jantan mempunyai sirip

punggung dan sirip ekor dengan ukuran lebih panjang dibandingkan betina,

ukuran tubuh jantan lebih kecil namun lebih memanjang dibandingkan

betinanya. Perbandingan mengenai warna sisik, jantan lebih menarik dan

indah. Ikan betina umummya perut lebih gemuk dan seringkali telah dapat

terlihat bayangan telur-telur. Warna tubuh cupang sangat beragam, mulai dari

warna gelap, terang, dengan corak yang menarik.Warna pada jenis ikan ini

sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, kematangan

gonad, genetik dan faktor geografi (Wahyudewantoro, 2017).


C. Perilaku Agonistik
Perilaku merupakan respon terhadap kondisi internal dan

eksternalnya. Perilaku terdiri atas perilaku agonistik. Perilaku Agonistik


merupakan perilaku yang berhubungan dengan mempertahankan diri untuk

bertahan hidup, perilaku agonistik dapat juga berupa tingkah laku dalam

menarik lawan jenis, fungsi umum dari perilaku agonistik adalah

penyesuaian diri dan respon untuk kondisi konflik yang terjadi dalam suatu

spesies (Suswanto, dkk., 2017).


D. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hewan

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku hewan paling besar berasal

dari faktor lingkungan seperti intensitas cahaya, suhu dan kelembaban udara.

Perilaku yang ditunjukkan hewan dapat berupa aksi tunggal ataupun

berurutan yang terintegrasi dan biasanya muncul sebagai respon terhadap

stimulus dari lingkungannya. Perilaku hewan masing-masing spesies

memiliki karakteristik tersendiri. Perilaku hewan umumnya dipengaruhi oeh

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor dari dalam

(hormon dan sistem saraf) dan faktor dari luar (cahaya, suhu dan

kelembaban) (Moro, dkk., 2017).


DAFTAR PUSTAKA

Kuswanto, E., Fatimatuzzahra, dan Darwisah, 2017, Kajian Perilaku Agonistik


Intrapesifik Koloni Nasutitermes Matangesis (Isoptera : Termitidae) di
Pulau Sebesi Lampung, Jurnal Biosfer Tadris Pendidikan Biologi, 8(2):
103

Moro, H.K.E.P., Hanifah, N., Tanzilla, R. dan Lestariningsih, 2017, Perilaku


Reptilia ketika Gerhana Matahari Parsial di PASTY Yogyakarta, Jurnal
Biotropic, 1(2): 1-2

Purwati, S., Carman, O., Dan Zairin, M., 2004, Feminisasi Ikan Betta (Betta
Splendens Regan) Melalui Perendaman Embrio dalam Larutan Hormon Es
Tradiol-17β dengan Dosis 400 µg/1 Selama 6,12,18 dan 24 Jam, Jurnal
Akuakultur Indonesia, 3(3): 9

Wahyudewantoro, G., 2017, Mengenal Cupang (Betta Spp.) Ikan Hias yang
Gemar Bertarung, Jurnal Warta Iktiologi, 1(1): 29-30

Wahyudi, G.A.D., 2016, Pengaruh Perbedaan Umur Induk Betina Ikan Cupang
(Betta splendens) terhadap Tingkat Fekunditas dan Produksi Larva,
Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya.
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 14 November 2019, pukul

15.30-17.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Unit Zoologi, Jurusan

Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu

Oleo, Kendari.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Ikan Cupang (Betta

sp.) dan air sebagai objek pengamatan.

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 2. Alat dan Kegunaan


No. Nama Alat Kegunaan
1 Toples Untuk wadah pengujian tingkah laku agonistik ikan
cupang (Betta sp.)
Untuk pengujian tingkah laku agonistik ikan cupang
2 Cermin
(Betta sp.)
3 Stopwatch Untuk menghitung waktu pengujian tingkah laku
agonistik ikan cupang (Betta sp.)
4 Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
5 Kamera Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan
D. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai

berikut :

A. Perlakuan Pertama
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memasukkan salah satu ikan cupang (Betta sp.) ke dalam toples.
3. Memasukkan cermin ke dalam toples.
4. Mengamati morfologi dan tingkah laku individu yang terjadi di

dalam toples tersebut selama 10 menit.


5. Mencatat dan mendokumentasikan hasil pengamatan.
B. Perlakuan Kedua
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memasukkan dua ekor ikan cupang (Betta sp.) ke dalam toples.
3. Mengamati tingkah laku perkelahian antara kedua ikan cupang

(Betta sp.) di dalam toples tersebut selama 10 menit.


4. Mencatat dan mendokumentasikan hasil pengamatan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini tercantum pada tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Tingkah Laku Morfologi Individu Ikan Cupang


(Betta sp.)
No. Nama Individu Waktu Banyak Perlakuan
Spesies Ap Bi Ch Ft St Mc Fl Tf Ci Ex
A 10 14 - - - - 9 - 7 4 -
1. Ikan menit
Cupang
(Betta sp.)
B 10 12 - - 5 - 31 - 18 13 -
menit

Tabel 4. Hasil Pengamatan Perkelahian Antar Individu Ikan Cupang (Betta


sp.)
No. Nama Individu Waktu Banyak Perlakuan
Spesies Ap Bi Ch Ft St Mc Fl Tf Ci Ex

A 10 4 11 1 4 10 - 1 7 10 -
Ikan menit
1. Cupang
(Betta sp.)
B 10 2 9 - 6 9 - 1 6 11 -
menit
Keterangan :
Ap (Apporoach) : Mendekati
Bi (Bite) : Menggigit
Ch (Chase) : Mengejar
Ft (Frontal threat) : Mengancam dari depan
St (Side threat) : Mengancam dari samping
Mc (Mouth-to mouth contact) : Kontak mulut
Fl (Flight) : Melarikan diri
Tf (Tail flagging) : Mengibaskan ekor
Ci (Circle) : Bergerak memutar
Ex (Explore) : Menjelajah

B. Pembahasan

Perilaku agonistik berkaitan erat dengan agresivitas, yaitu

kecenderungan untuk melakukan serangan atau perkelahian. Bentuk-bentuk

perilaku tersebut dapat berupa postur tubuh maupun gerakan yang

diperlihatkan oleh individu pemenang maupun individu yang kalah dalam

kontes perkelahian. Individu yang aggressive dan mampu menguasai arena


perkelahian (teritori) akan memunculkan individu yang kuat (dominan) dan

lemah.

Ikan cupang (Betta sp) jantan yang digunakan sebagai bahan

praktikum dikarenakan ikan ini memiliki tingkat keagresifitas yang tinggi

sehingga mudah dilakukan pengamatan dengan tujuan untuk mengetahui

perilaku agonistik pada hewan yang dilakukan dengan dua kali pengamatan

yaitu pengamatan tingkah laku morfologi masing-masing individu dan

pengamatan tingkah laku perkelahian antar individu yang diamati dengan

metode pengamatan yaitu continuous recording dalam kurun waktu selama 10

menit. Hasil pengamatan pertama yaitu pengamatan tingkah laku morfologi,

diketahui bahwa ikan cupang (Betta sp) individu A memiliki sisik yang

berwarna biru, memiliki tingkah laku agonistik lebih banyak melakukan

aktivitas mendekati cermin, melakukan kontak mulut, mengibaskan ekor dan

bergerak memutar, sedangkan pada ikan cupang (Betta sp) individu B

memiliki sisik yang berwarna merah, memiliki tingkah laku agonistik lebih

banyak melakukan aktivitas kontak mulut, mengibaskan ekor, bergerak

memutar, mendekati cermin dan mengancam dari depan.

Hasil pengamatan kedua yaitu tingkah laku perkelahian antar

individu, diketahui bahwa ikan cupang (Betta sp) individu A lebih agresif

dibandingkan dengan ikan cupang (Betta sp) individu B. Tingkah laku

agonistik yang banyak dilakukan kedua individu ikan cupang (Betta sp) A dan

B disebabkan karena ikan cupang (Betta sp) jantan sangat agresif dan

memiliki kebiasaan saling menyerang apabila ditempatkan dalam satu


wadah. Hal tersebut terjadi karena kedua individu tersebut Saling

mempertahannya daerah kekuasaannya.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum pengamatan tingkah laku agonistik pada

ikan cupang (Betta sp) yaitu ketika ditempatkan pada wadah yang sama, ikan

tersebut akan sangat agresif disebabkan karena sama-sama saling

mempertahankan daerah kekuasaannya. Tingkah laku agonistik yang

dilakukan yaitu menggigit, mengejar, mengancam, mengibaskan ekor,kontak

mulut dan bergerak memutar.


B. Saran
Saran pada praktikum ini yaitu untuk praktikan diharapkan lebih

ditingkatkan kerjasamanya dan ketelitiannya agar dalam proses melaksanakan

praktikum berjalan dengan lancar.

Anda mungkin juga menyukai