Anda di halaman 1dari 47

Kondisi India, China, Korea dan Jepang Pasca Perang Dunia II Sampai Sekarang

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Masyarakat Global

Dosen Pengampu:
Dr. Murdiyah Winarti, M. Hum
Wildan Insan Fauzi, M.Pd

Disusun oleh:
Arif Daffi Zaini A’lauddin – 2103892
Regina Putri Rahmawati – 2104399
Windi Siti Fauji Awaliah – 2108482
Enjelika Purba – 2101457
Jelita Rahayu – 2109194

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ilmiah yang berjudul
Kondisi India, China, Korea dan Jepang Pasca Perang Dunia II Sampai Sekarang.

Makalah ini sudah disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Walaupun demikian, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami dengan lapang dada menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini untuk
meningkatkan pemahaman kualitas karya kami di kemudian hari.

Akhir kata kami sebagai penyusun sangat berharap semoga saja dengan adanya penulisan
makalah tentang Kondisi India, China, Korea dan Jepang Pasca Perang Dunia II Sampai
Sekarang bisa memberikan pelajaran dan bermanfaat untuk pembaca.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
Bab I Pembukaan...................................................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................1
Tujuan Masalah............................................................................................1
Bab II Pembahasan..................................................................................................2
India...............................................................................................................2
China..............................................................................................................8
Korea.............................................................................................................20
Jepang............................................................................................................40
Bab
III..............................................................................................................................47
Penutupan.................................................................................................................45
Kesimpulan...................................................................................................45
Saran..............................................................................................................46
Daftar Pustaka..........................................................................................................47

ii
iii
BAB 1

PEMBUKAAN

1.1 Latar Belakang


Perang Dunia II merupakan perang antara 2 kelompok negara yaitu blok sekutu dan blok
poros. Blok sekutu terdiri dari Inggris, Perancis, Uni Soviet, Tiongkok, dan Amerika Serikat.
Sedangkan blok poros terdiri dari Jerman, Jepang, dan Italia. Selain itu peperangan ini juga
menyababkan kondisi yang kurang stabil di beberapa negara terdampak perang dunia ke – 2
ini,baik dalam segi ekonomi bahkan dalam segi politik yang memang terlibat dalam dampak
perang dunia ke-2 ini,ada beberapa negara yang memang sangat terdampak dari perang dunia ini
diantaranya china,india,korea dan juga jepang.

Perkembangan negara-negara tersebut sangatlah lambat dalam perkembangannnya,dikarenakan


keterbatasan cara berfikir dsn juga kebiasaan dari masyarakat yang sangat menyulitkan mereka
untuk berkembang,serta kurang pengetahuan tentang IPTEK yang memang sangat menyokong
perkembangan pasca peperangan terjadi di masa itu.tentu ada negara-negara tersebutlah yang
paling disorot perkembangannya dalam kehidupan tatanan dunia saat ini.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Sejarah India dari tahun 1945-Sekarang
2. Sejarah China dari tahun 1945-Sekarang
3. Sejarah Korea dari tahun 1945-Sekarang
4. Sejarah Jepang dari tahun 1945-Sekarang

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Sejarah India dari tahun 1945-Sekarang
2. Untuk mengetahui Sejarah China dari tahun 1945-Sekarang
3. Untuk mengetahui Sejarah Korea dari tahun 1945-Sekarang
4. Untuk mengetahui Sejarah Jepang dari tahun 1945-Sekarang

1
BAB III

PEMBAHASAAN

1. INDIA

Kemerdekaan India tidak lepas dari peran seorang tokoh yang religius dan gigih
dalam membela bangsanya. Mohandas Karamachan Gandhi sering disebut dengan
Mahatma Gandhi, seorang tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan India dengan
berani menentang kebijakankebijakan yang diterapkan oleh Inggris serta berusaha
mewujudkan dan memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyat India.
Gandhi adalah satu dari banyak pemimpin India yang dikenal sebagai tokoh yang
penuh dengan kedamaian. Gandhi dikenal sebagai seorang sosok yang memimpin rakyat
India untuk lepas dari belenggu penjajahan Inggris dengan berasaskan kedamaian.
Sebagai seorang penganut agama Hindu, Gandhi menerapkan ajaran agamanya untuk
menginspirasi dunia untuk meninggalkan kekerasan, menjunjung tinggi hak asasi
manusia, dan kemerdekaan.
Asia Selatan adalah sebuah wilayah geopolitik dibagian selatan benua Asia yang
terdiri dari daerah-daerah dianak benua India dan sekitarnya, terdapat tujuh Negara yang
kini ada dikawasan Asia Selatan, yaitu: India, Pakistan, Bangladesh, Srilanka, Nepal,
Buthan, Maladewa, dan Afganistan. Pada salah satu negara dibagian Asia Selatan yaitu
India yang awal mulanya terdapat aktivitas Inggris untuk melakukan pedagangan yang
dilakukan oleh badan niaga EIC (English East India Company) sejak dibentuk pada 1600
oleh para pedagang London. Badan niaga ini oleh pemerintah kerajaan Inggris diberi hak
monopoli perdagangan diwilayah antara Inggris dengan dunia Timur (India, Indonesia
dan China).
Suwarno, (2012: 108), mengungkapkan: “Kebijakan kolonial Inggris atas India
(dan juga wilayah jajahannya yang lain), didasarkan pada satu prinsip, yaitu
terpeliharanya hukum dan ketertiban (status quo). Demi tegaknya prinsip ini, seagala cara
dihalakan, termasuk tindakan yang melumpuhkan kehidupan sosial masyarakat India.”
Berdasarkan kutipan di atas dapat digambarkan Inggris telah berubah niat setelah
menetap di India dimana tujuan awal dari Inggris hanya untuk berdagang dan ketika

2
Inggris telah masuk ke India seketika berubah niat dikarnakan terdapat banyak potensi
lain di India yang membuat Inggris ingin menguasai India dengan menggunakan berbagai
macam cara dengan salah satunya melumpuhkan kehidupan sosial masyarakat India.
Inggris tidak berhenti dengan satu cara saja, dapat diketahui Inggris pun mulai
membagikan status ras di India dengan membagi menjadi dua ras yaitu dengan ras sosial
tinggi dan ras sosial rendah, dengan menciptakan kelas sosial di India berikutnya
Pemerintah Inggris menyelengarakan pendidikan di India dengan bertujuan untuk
mengembangkan sebuah pendidikan barat (Inggris) di India dan kebijakan ini pertama
kali dilakukan pada masa Gubernur Jendral Lord Bentinck (1828-1835).
Kekuasaan Inggris di India dimulai ketika berdirinya EIC (English East India
Company) pada tahun 1600, yang semula bersifat perdagangan hingga menuju
penguasaan secara fisik dan politis hingga mencapai puncaknya dalam pertempuran
Buxar pada tahun 1756 melawan raja-raja India. Kemenangan Inggis dalam pertempuran
itu membuat Inggris berhasil menguasai daerah Benggala, Bihar dan Orissa yang
kemudian dalam kurun waktu singkat disusul pula dengan penguasaan daerah lain di
India.
Gerakan kemerdekaan dan perasaan kebangsaan di India mulai timbul pada
pertengahan abad ke-19 dengan meletusnya suatu pemberontakan yang dipimpin oleh
raja-raja India pada tahun 1857, teapi berhasil ditindas oleh tentara Inggris.Gerakan
kemerdekaan tersebut mencapai sebuah gerakan nyata dengan berdirinya Indian National
Congres pada tahun 1885.
Pada tahun 1905 menuntut diadakannya “Swaraj” (self-rule) atau merdeka penuh:
dari-oleh-untuk bangsa India, yang pada hakekatnya India National Congres merupakan
semacam majelis rakyat India di dalamnya terdapat beberapa wakil dari golongan Hindu,
Budha dan Islam. Selain gerakan politis sebelumnya juga terdapat gerakan sosial,
gerakan pendidikan dan gerakan kerohanian untuk memperkuat gerakan kebangsaan
India.
Pada tahun 1857 timbul pemberontakan kaum sepoy (the Indian Munity), yang
oleh banyak pengamat disebut sebagai the first war of Indian Indeendence (perang
kemerdekaan India yang pertama). Pemberontakan tersebut pecah sebagai reaksi atas

3
kekecewaan, kecurigaan dan ketidakpuasan masyarakat India baik hindu maupun Muslim
terhadap kolonialisme-imperialisme Inggris dan dampaknya negatif.
The Great India Muniny atau pemberontakan Sipahi pada tahun 1857 adalah suatu
pemberontakan bersenjata para prajurit EIC yang mendapat dukungan rakyat dan dan raja
Moghul Bahadur Syah. Peristiwa ini berhasil ditumpas oleh pasukan Inggris dan
membawa akibat yang luas. Kemudian pada 3 tahun 1858 kompeni EIC dibubarkan dan
kerajaan kolonial Inggris mengembangkan kekuasaannya di India.
Didalam mendorong dan memperkuat lahirnya semangat kebangsaan dalam
bentuk gerakan politik All India National Congres pada tahun 1885 yang dipimpin
Jawaharlal Nehru dan ditahun 1906 golongan muslim keluar dari Kongres dan
mendirikan Liga Muslim yang merupakan pelopor dari Negara Islam Pakistan yang
dipimpin oleh Muhammad Ali Jinnah. Gerakan kemerdekaan India menuntut
kemerdekaan penuh bagi India.
Terdapat perbedaan orientasi, di kedua organisasi ini pernah melakukan kerja
sama dalam memperjuangkan pergerakan kemerdekaan di India dengan sebagai contoh
ketika Perang Dunia I meletus (1914-1919) Inggris terlibat perang dengan Turki yang
sesama muslim, kemudian Liga Muslim dan Kongres dapat bekerja sama untuk
menciptakan Lucknow Pact pada 1916 dan kedua organisasi sepakat mengenai skema
konstitusi India atas dasar dominon sebagai tuntutan atas partisipasi rakyat India
membantu Inggris dalam Perang Dunia I.
Untuk mengantarkan ke pintu kemerdekaan India tidak lepas dari peran beberapa
tokoh dari India dimana salah satunya adalah seorang tokoh yang religius dan gigih yaitu
Mohandas Karamchand Gandhi atau Mahatma Ghandi beliau salah satu tokoh yang
memperjuangkan kemerdekaan India dengan kegigihan dan ajaran-ajarannya.
Gandhi tidak hanya berjuang secara cerdas melawan rasisme terinstitusi di Afrika
Selatan, pergerakan kemerdekaan India, dan membuka jalan bagi dialog antar-agama,
tetapi juga memperkenalkan penerapan pertama yang luas dari perlawanan tanpa-
kekerasan sebagai alat yang paling ampuh bagi perubahan sosial. Pemikiran kemanusiaan
yang dikembangkan Gandhi yaitu ajaran moral yang terdapat dalam prinsip
kemanusiaannya. Melalui pendekatan yang humanis, Gandhi menegaskan bahwa sebuah
upaya perjuangan kemanusiaan seharusnya ditempuh dengan cara yang menusiawi pula.

4
Esensi kemanusiaan yang terdapat pada perjuangan itu tidak menjadi kabur, dalam
uraiannya Gandhi menyatakan bahwa, sebuah upaya pembelaan terhadap kebenaran atau
kemanusiaan yang dilakukan melalui melalui perlawanan tanpa kekerasan, pada dasarnya
diarahkan bukan untuk membuat lawan menjadi menderita.
Mahatma Ghandi merupakan seorang yang patuh terhadap agama selain itu jiwa
nasionalisme yang tinggi, Ghandi memilki kepribadian yang cukup unik dan 4 disatu sisi
dia sebagai orang suci yang hidup bersama dengan rakyat jelata, tetapi disisi lain dia
adalah seorang politisi hebat yang mempunyai pemikiran luar biasa.
Matama Ghandi (2016/69) mengungkapkan “Dengan menyebut “agama”. Yang
saya maksudkan bukan secara formal, atau secara adat, melainkan sesuatu yang
mendasari semua agama, yang akan membawa kita bertemu muka dengan sang
pencipta”.
Berdasarkan kutipan yang diuraikan Ghandi beranggapan bahwa semua agama
sama yaitu suatu hubungan yang terikat antara sang pencipta dan ciptaanya, agama juga
merupakan sistem atau sebuah aturan yang mengatur kepercayaan dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang menjadi sebuah dasar agama. Didalam teori ketika
terdapat satu Tuhan maka hanya ada satu agama yang dimana hukum-hukum Tuhan
adalah kekal dan tidak dapat diubah dan tidak dapat dipisahkan dari Tuhan itu sendiri.
Dalam tulisan Ghandi, tiada agama yang lebih tinggi dari pada kebenaran dan
kebajikan, Jika kita melakukan dosa dengan Nama Tuhan dibibir dapatkah kita berharap
karunia Tuhan.
Matama Ghandi (2018: 177) mengungkapkan: “Aku hanyalah manusia biasa yang
dapat berbuat salah seperti orang lain juga. Namun, harus ku tambahkan bahwa aku
memiliki kerendahan hati untuk mengakui kesalahan-kesalahanku dan memperbaikinya
dan Aku hanya melihat sifat-sifat baik didalam diri manusia. Karena, diriku sendiri tidak
sepenuhnya bebas dari keburukan, maka aku tidak membedah orang lain untuk mencari
keburukan mereka”
Berdasarkan kutipan yang diuraikan Ghandi beranggapan bahwa mempercayai
kebijakan diri sendiri saja adalah tindakan yang tidak bijak. Kita mesti ingat bahwa
sekuat apapun diri kita, bisa menjadi lemah, sebijak apapun kita, masih berbuat salah dan

5
tanpa kekerasan tidak berarti kita tidak boleh melawan musuh. Hanya saja yang kita
musuhi adalah kejahatan yang dilakukan manusia, bukan manusianya.
Seperti halnya dibidang sosial, menurut Ghandi (2018: 268) mengungkapkan:
“Seorang yang lemah tidak dapat memaafkan. Kemampuan untuk memaafkan hanyalah
ada pada mereka yang kuat. Dan Aku tidak tertarik untuk melihat apa yang dapat terjadi
pada masa depan. Aku tertarik dengan masa kini. Tuhan tidak memberiku kendali
terrhadap apa yang dapat terjadisesaat lagi”
Dari uraian kutipan dapat diambil pengertian bahwa kejujuran seorang Ghandi, ia
tidak dapat melihat masa depan. Ia tidak mengaku memperoleh bisikan dari siapa-siapa.
Ia mengaku dirinya orang biasa, tidak lebih penting dari orany yang derajatnya paling
rendah, paling hina dan dina. Semua manusia di mata Tuhan Yang Maha Esa adalah sama
tidak ada perbedaan dari sisi manapun oleh karena itu Ghandi selalu menghargai orang-
orang dimanapun dengan adanya hubungan antar sesama manusia maka kepedulian akan
timbul dengan sendirinya.
Kepedulian sosial yang dibangun oleh Ghandi kepada orang-orang sekitarnya
membuat hubungan antar manusia menjadi lebih baik dan juga menimbulkan rasa empati
terhadap sesama sehingga didalam hubungan manusia dengan manusia lain bukan hanya
sekedar berdasarkan kepentingan, melainkan karna rasa kebersamaan, persatuan dan
kepedulian yang tumbuh dengan baik dan mampu menyampingkan rasa egioisme.
Peneliti mengkaji pola pemikiran Mahatma Gandhi tidak terlepas dari sejarah
latar belakang kehidupannya, sosio kultural, dan juga pendidikan karena pemikiran pada
umumnya dilahirkan oleh suatu sistem sosial, penulis ingin mengkaji “Peranan Mahatma
Gandhi dalam mewujudkan kemerdekaan India di bidang Agama dan Sosial”,
dikarenakan kurangnya literatur yang membahas tentang Agama dan Sosial hingga
Penulis mencoba meneliti tentang Agama dan Sosial. Oleh karena itu, studi tentang
pemikiran Mahatma Gandhi menjadi sangat menarik dan patut untuk diteliti secara
mendalam dalam rangka memberikan kontribusi positif bagi upaya memahami kehidupan
manusia dengan 10 ajaran Mahatma Ghandi, yaitu: (1) kau sendiri mesti menjadi
perubahan seperti yang kau inginkan terjadi dalam dunia ini (2) Tak seorang pun dapat
menyakitiku bila aku tidak mengijinkannya (3) Seorang lemah tidak dapat memaafkan
(4) Satu ons tindakan lebih baik daripada berton-ton dakwah (5) Aku tidak tertarik untuk

6
melihat apa yang terjadi pada masa depan. Aku tertarik pada masa kini (6) Aku hanyalah
manusia biasa yang dapat berbuat salah seperti orang lain juga (7) Awalnya, mereka
meremehkanmu, kemudian mereka menertawakanmu dan melawanmu, lalu engkau
keluar sebagai pemenang (8) Aku hanya melihat sifat-sifat baik didalam diri manusia (9)
Keselarasan antara apa yang kupikirkan, apa yang kuucapkan dan apa yang kulakuakan
(10) Perkembangan terus menerus itulah hukum alam.
Pada tahun 1857 terjadi pemberontakan kaum Sepoy (The Great munity)
merupakan perang pertama menuju kemerdekaan Negara India, pemberontakan ini
didasari atas kekecewaan, kecurigaan dan ketidakpuasan masyarakat India baik Hindu
ataupun Muslim terhadap Kolonialisme Inggris. Terjadinya pemberontakan ini
mengakibatkan timbulnya rasa kepedulian terhadap sesama hingga membangun jiwa
sosial orang-orang India untuk menyampingkan perbedaan agama dengan bersatu dan
melawan kolonialisme Inggris hingga akhirnya perjuangan tersebut membuahkan hasil
dengan dihapuskan kekuasaan IEC dan menimbulkan pembaharuan sosial keagamaan
dalam masyarakat.

2. CHINA

Peradaban China merupakan peradaban tertua yang dampaknya masih terasa hingga saat ini.
China memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan manusia pada masalalu dan juga
masa sekarang. Peran itu bisa dilihat dari artefak-artefak atau filsafah yang ditinggalnya. Sejarah
China juga merupakan sejarah yang sangat panjang dan kaya akan berbagai mutiara sejarah. Di
dalam perjalanan sejarahnya, China sudah memberikan suatu dampak yang sangat bermanfaat
sekali baik dalam bidang budaya, politik, ilmu pengetahuan, filsafat, pengobatan, kehidupan
ekonomi, dan juga agama.
1. Republik China
China merupakan negara yang memiliki sejarah yang cukup tua. Pemerintahan
China pernah dipimpin oleh dinasti, dinasti tersebut ada juga yang berasal dari dinasti
asing. Dinasti asing yang pernah berkuasa di China adalah Manchu atau Ching (1644-
1911) yang berasal dari Manchuria. Namun, rakyat China merasa emosi karena dinasti
tersebut bukan dari negaranya sendiri. Kemarahan rakyat China semakin besar pada saat

7
Inggri mengungguli kaisar dalam Perang Candu 1842. Kaisar dianggap lemah dalam
melindungi rakyat China dari Eropa, AS, dan Jepang.
Rasa frustasi akibat penolakan dinasti Qing untuk melakukan reformasi serta
karena kelemahan China terhadap negara-negara lain, mebuat munculnya revolusi yang
timbul dari ide-ide Sun Yat Sen untuk menghapuskan sistem kekerajaan dan
menggantinya menjadi Republik. Revolusi nasional dibawah pengaruh Sun Yat Sen
akhirnya meletus di Wuchang pada 11 Oktober 1911. Pada awalnya revolusi ini hanya
berada di China Selatan, karena China Utara masih berada di bawah kekuasaan orang-
orang Minchu.
Pada tanggal 12 Februari 1912, kaisar dinasti Qing turun tahta. Dan sebulan
setelahnya, Republik China didirikan. Namun, tidak berlangsung lama dikarenakan para
panglima perangnya sering bertikai. Yuan Shikai merupakan salah satu warloard
(panglima perang) yang sangat berpengaruh, berhasil mengalahkan Sun Yat Sen yang
memiliki pemerintahan republik. Setelah mengalahkan dan mengusir Sun Yat Sen, Yuan
Shikai mengangkat dirinya sebagai presiden dan mengubah periode jabatan presiden
menjdai seumur hidup.
Sementara itu, Sun Yat Sen mengundurkan diri ke Kanton dan mendirikan
Kuomintang (Partai Nasionalis). Kuomintang merupakan partai politik tertua dalam
sejarah modern China. Kuomintang memiliki tujuan revolusi yaitu melawan kekaisaran
Qing dan mendirikan republik China dengan pembaharuan di China.
Pada tahun 1915, ketika bertemu dengan oposisi yang mengambil alih sebagian
revolusi republik, Yuan Shakai menyadari bahwa ideologi republik lebih bertahan lama
daripada ambisi pribadi. Karena hal itu, Yaun Shakai mengumumkan restorasi kekaisaran
Chia, dan dia sendiri yang menjadi pemipin kaisarnya.
Setelah Yuan Shikai memngumumkan bahwa ia merupakan kaisar pertama China,
Yunan menjdai provinsi pertama China dan kemudian disusul oleh provinsi-provinsi
lainnya. Setelah itu, pasukan Yuan Shikai bergerak ke selatan untuk melakukan
pemberontakan-pemberontakan provinsi. Pada saat Yuan Shikai melakukan kampaye, ia
wafat. Dan akhirnya Sun Yat Sen diangkat menjadi pemimpin penggerak republik.
Pada tahun 1916-1922 di China terjadi banyak pemberontakan, dan akhirnya bisa
dipadamkan oleh Sun Yat Sen. Dan akhirnya Sun Yat Sen diangkat menjadi presiden

8
seumur hidup pada 1924. Setelah Sun Yat Sen wafat, maka pemerintahan digantikan oleh
Jendral Chiang Kai Shek.
2. Munculnya Kekuatan Komunis
Sejak masa akhir Dinasti Qing sampai masa Republik China (1911-1949). China
mengalami kejutan-kejutan yang sangat luar biasa dari luar dan usaha untuk reformasi
internal secara besar-besaran. Dari hal itu banyak masyarakat intelektual dan orang-orang
dengan pemikiran yang bijaksana ingin menyelamatkan negara dan rakyat. Ketika cara
Inggris dan Prancis dianggap gagal, mereka berpaling kepada metode Rusia. Karena
ingin cepat berhasil, mereka tidak ragu-ragu dalam meracik obat yang paling kerang
untuk penyakitnya, dengan harapan China akan lebih kiat kedepannya.
Sebagian orang melakukan tindakan yang anarkis, sebagian orang lagi
mengusulkan membuang doktrin-doktrin Kong Hu Chu, dan sebagiannya lagi
menyarankan untuk menerapkan kebudayaan asing. Orang-orang komunis sebenarnya
menolak kebudayaan tradisional China dan menentang doktrin Kong Hu Chu yang
mengambil jalan tengah. Karena mereka menginginkan untuk mengambil jalan tengah,
mereka berencana untuk memusnahkan kebudayaan-kebudayaan tradisional China.
Pada satu sisi kelompok radikal tidak mempunyai cara untuk menjalankan negara,
namun disisi lain mereka percaya pada pendapat mereka sendiri. Mereka percaya bahwa
hanya dengan diri sendiri barulah mereka bisa menemukan jalan yang benar bagi
perkembangan masa depan china. Mereka memiliku nafsu untuk melakukan revolusi dan
kekerasan.
Namun, pengalaman masyarakat yang berbeda menyebabkan perbedaan pada prinsip,
teori, dan juga jalur. Pada akhirnya sekelompok orang bertemu dengan penghubung
partai komunis Rusia. Mereka mengeluarkan sebuah ide: "menggunakan kekerasan untuk
menduduki kekuasaan politik". Hal ini menarik bagi dan sesuai dengan pemikiran mereka
dan sesuai dengan keinginan mereka untuk menyelamatkan negara dan rakyat. Maka,
mereka mengenalkan Komunisme, dimana komunisme ini merupakan sesuatu yang asing
bagi warga China.
Pada saat yang sama, Partai Komunis Rusia yang baru saja memenangkan
revolusi ada keinginan untuk menggarap China. Sehingga pada tahun 1920, Uni Soviet
mendirikan Biro Timur Jauh di Serbia. Biro ini merupakan sebuah cabang dari Komunis

9
Internasional dan biro ini juga bertanggungjawab atas pembentukan partai komunis di
China dan negara-negara lainnya. Begitu didirikan, wakil deputi biro Grigori Voitinsky
tiba di Beijing, dan menghubungi eksponen ganda depan komunis, Li Dazhao. Li
kemudian mengatur pertemuan Voitinsky dengan pemimpin komunis lainnya, yaitu Chen
Dixiu, di Sanghai. Pada Agustus 1920, Voitinsky, Chen Dixiu, Li Hanjun, Shen Xuanlu,
Yu Xiusong, Shi Cuntong, dan lainya memulai persiapan untuk mendirikan Partai
Komunis China (PKC).
3. Perang China-Jepang
China mengalami perang sebanyak dua kali dengan Jepang. Perang pertama
berlangsung pada masa kekuasaan Dinasti Qing dan Meiji (Jepang), pada saat ini mereka
merebutkan kendali kekuasaan atas Korea. Perang ini menunjukkan kemorosotan dari
Dinasti Qing dan sekaligus menunjukkan kemanjuan bagi Restorasi Meiji. Perang China-
Jepang I berakhir dengan kekalahan Dinasti Qing dan penandatanganan Perjanjian
Shimonoseki 1895. China juga harus membayar sebesar 30 miliyar teal kepada Jepang.
Pengaruh perang ini juga adalah pergantian dominasi regional dari Asia kepada Jepang
dan merupakan pukulan telak bagi Dinasti Qing.
Selanjutnya terjadilah Perang China-Jepang II pada 7 Juli 1937 hingga 9
September 1945. Ini adalah Perang China dan Jepang sebelum dan selama Perang Dunia
II. Perang ini merupakan Perang Asia terbesar pada abad ke-20, namun sebelumnya pada
1931 China dan Jepang mengalami perang yang berskala kecil dan kemudian puncaknya
pada 1937 dan berakhir dengan menyerahnya Jepang pada 1945. Dalam bahasa China,
perang ini dikenal dengan Perang Perlawanan terhadap Jepang atau dikenal juga dengan
Perang Delapan Tahun.
Perang ini diakibatkan dari kebijakan imperialis Jepang yang sudah berlangsung
selama beberapa dekade. Jepang bermaksud untuk mendominasi China dalam hal politik
dan militer untuk menjaga bahan baku dan juga sumber daya alam yang sangat dimiliki
oleh China. Pada saat yang bersamaan, kebangkitan nasionalisme China dan kebulatan
tekad membuat perlawanan tidak bisa dihindari.
Sebelum tahun 1937, China dan Jepang terlibat insiden-insiden kecil dan lokak
untuk menghindari perang terbuka. Invasi Manchuria Jepang pada 1931 lebih dikenal
dengan Insiden Mukden. Konflik yang terjadi setelah Insiden Mukden tidak bisa terhenti.

10
Pada 1932, China dan Jepang bertempur pada pertempuran singkat pada 28 Januari di
Sanghai. Pertempuran ini menghasilkan demiliterasi Sanghai, yang membuat China
dilarang untuk menempatkan pasukan militer di Sanghai. Pada 1933, Jepang menyerang
wilayah tembok besar, dan setelah itu Genjatan Senjata Tanggu ditandatangani, yang
memberi Jepang kendali atas Provinsi Rehe dan zona demiliterisasi antara tembok besar
dan wilayah Beiping-Tianjin. Jepang juga bertujuan untuk membuat wilayah penyangga
yang lain, kali ini antara Manchukuo dan pemerintahan nasionalis China.
Selain itu, Jepang semakin memperalat konflik internal antara fraksi-fraksi
Chinauntuk mengurangi kekuatan mereka satu persatu. Untuk itu, Jepang mencari
berberapa pengkhianat China untuk bekerjasama dan membantu mereka memimpin
beberapa pemerintahan otonomi yang bersahabat dengan Jepang. Kebijakan ini disebut
juga dengan "Pengkhususan China Utara" atau sering disebut juga sebagai Gerakan
Otonomi China Utara. Pada tahun 1935, dibawah tekanan Jepang, China menandatangani
Perjanjian He-Umezu, yang melarang Kuomintang untuk menjalankan kegiatan partainya
di Hebei dan secara langsung mengakhiri kekuasaan China diatas China Utara.
Pada tahun yang sama, perjanjian Chin-Doihara ditandatangani dan mengakibatkan
Kuomintang disingkirkan dari Chahar. Dengan demikian, pada akhir 1935 pemerintahan
pusat China disingkirkan dari China Utara. Sebagai gantinya, Majelis Otonomi Hebei
Timur dan Majelis Politik Hebei-Chahar dibentuk oleh Jepang. Pada masa ini pula,
terjadi pembantaian Nanjing. Peristiwa Pahit tersebut yang terjadi selama enam minggu
dimulai sejak 13 Desember 1937 masih terasa oleh maayarakat China dan Nanjing
sebagai peristiwa pembantaian oleh Jepang dan 300.000 masyarakat China tewas akibat
pembantaian tersebut.
Pembantaian Nanjing ini merupakan bukti dari kebrutalan Jepang pada masa
Perang Dunia II. Pada pembantaian tersebut banyak warga sipil yang tak bersenjata, dan
banyak tentara China yang terluka, tertembak, ditangkap, dan juga dibunuh dengan
bayonet. Hal ini menyebabkan Kota Nanjing dipenuhi dengan darah dan ketakutan dan
juga tidak ada tempat bagi masyarakat untuk berlindung dari pembantaian tersebut. Dan
yang lebih mengerikan lagi adalah banyak perempuan yang diperkosa oleh tentara
Jepang.

11
Bagian akhir dari penyerangan ini adalah Insiden Jembatan Marco Polo pada
tahun 1937. Insiden ini lah yang menandai awal mulanya perang besar-besaran diantara
China dan Jepang. Dan sejak tahun 1937-1941 China berperang sendiri dalam melawan
Jepang. Setelah penyerangan terhadap Pearl Harbor terjadi, Perang China-Jepang pun
bergabung dengan konflik besar yaitu Perang Dunia II.
Karena China tidak bisa menantang Jepang secara langsung, kemudian China
meminta bantuan kepada Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Investigasi liga ini menerbitkan
"Laporan Lytton" yang mengutuk Jepang karena telah menyerang Manchuria dan
mengakibatkan Jepang mengundurkan diri dari LBB.
4. Perang Koumintang Vs PKC
Perang saudara antara nasionalis Vs Komunis yang terjadi di China yaitu antara
Koumintang Vs PKC. Perang ini dimulai pada 1927 dan berakhir dengan tidak resmi
pada 1950. Dengan pihak komunis menguasai China daratan dan pihak nasionalis
dibatasi disisa wilayah mereka di Taiwan dan diantara beberapa pulau luar Fujian.
Pada Desember 1939, Zhang Xueliang dan Yang Hucheng, mereka adalah Jendral
Kuomintang. Mereka menculik Chang Kai Shek di Xian. Kemudian peristiwa ini dikenal
sebagai istilah "Insiden Xian". Menurut versi sejarah yang dibuat oleh PKC, insiden ini
disebut sebagai "kudeta militer" yang didalang Zhang dan Yang. Mereka memberikan
ultimatum antara hidup dan mati bagi Chang Kai Shek. Chang dipaksa untuk mengambil
keputusan melawan Jepang.
Selanjutnya, Zhou Enlai di undang ke Xian sebagai wakil dari PKC yang
bertujuan untuk mendamaikan perang saudara tersebut. Dan pada akhirnya setelah 10
perang saudara tersebut bisa diselesaikan dan mereka kemudian bersatu untuk melawan
Jepang. Dalam buku sejarah PKC insiden ini merupakan titik balik yang penting bagi
China dalam krisisnya. PKC membanggakan dirinya sebagai partai patriotik yang
memikirkan kepentingan rakyatnya. Namun, banyak data yang menyikapi bahwa banyak
mata-mata PKC yang telah berkumpul di Zhang Xueliang dan Yang Hucheng.
Sebenarnya pada awal insiden, PKC ingin membunuh Chang Kai Shek sebagai
balas dendam akibat penekanannya terhadap PKC. Karena pada waktu itu, hanya tersisa
markas PKC yang sangat lemah di Utara Provinsi Shanxi yang begitu rapuh bahkan bisa
saja sampai runtuh dalam satu kali serangan. Maka, PKC dengan mengerahkan segala

12
keahliannya menghasut dan menipu. Hal itu dapat menghasut Zhang dan Yang untuk
memberontak.
Pada Desember 1947, setelah bertempur dengan perang saudara selama dua puluh
tahun, Partai Komunis China dibawah pimpinan Mao Zedong akhirnya berhasil
menguasai seluruh wilayah China Daratan. Kemenangan itu membuat Chiang Kai Shek
dan sisa kekuatan Kuomintang melarikan diri ke Taiwan. Sejak saat itulah, saling klaim
antara China dan Taiwan tidak kunjung usai.
5. Lahirnya RRC
Pada saat Mao Zedong naik menjadi pemimpin PKC dan ia memberika orientasi
semata-mata agraris. Dan juga strategi yang ia gunakan adalah membentuk "tentara
petani" dan menjamin wilayah yang telah dibebaskan di pedalaman China. Program PKC
adalah program redistribusi tanah, membatasi eksploitasi petani oleh tuan tanah dan
renternir, melembagakan pajak progresif, dan program kesejahteraan, membangun
pabrik-pabrik, serta memperkuat organisasi politik dan militer komunis.
Setelah berakhirnya Perang saudara antara PKC dan Koumintang pada tahun
1949. Kemudian pada 1 Oktober 1949 Mao Zedong membentuk Republik Rakyat China
(RRC) dan mendirikan negara komunis. Penduduk era Maoisme, yang terdiri dari
kebanyakan rakyat China miskin atau nasionalis serta pemerhati asing yang percaya
terhadap paham komunis, mereka percaya bahwa pemerintahan dibawah pemimpin Mao
akan lebih bersatu dan membawa China kedalam kesuksesan. Hal ini dapat dilihat dari
perkembangan infrastruktur, industri, kesehatan, dan pendidikan, yang mereka percayai
telah membantu meningkatkan taraf hidup mereka. RRC: Dari Negara Komunis ke
Negara Modernis
A. Era Mao Zedong
1. Gerakan Anti Sayap Kanan
Pada 1957, Mao mengajak kelompok intelektual China dan kelompok non-
komunis untuk membantu PKC membenahi kinerja yang tidak baik. Gerakan ini
dikenal dengan slogan "Gerakan Ratusan Bunga". Yang tujuannya adalah untuk
membentuk elemen-elemen anti komunisa didalam masyarakat.
Slogan-slogan yang ada pada masa itu sangat mendorong masyarakat untuk berbicara
terbuka dan berjanji untuk tidak ada aksi balas dendam. Namun, pada akhirnya PKC

13
melancarkan Gerakan Anti Sayap Kanan, PKC menyatakan 540.000 orang yang
berani berbicara disebut sebagai "Sayap Kanan". Akibatkan 270.000 orang
kehilangan jabatan di pemerintahan dan 230.000 orang digolongkan sebagai "sayap
kanan tengah" atau "elemen anti sosialis".
Sejak semula ada tiga teori pokok yang menjadi sasaran serangan. Secara umum
dan intensif, dibuat berdasarkan pidato Lou Longji, Zhang Bojun, dan Chu Anpin.
Dilihat secara cermat bahwa sasaran dan tujuan mereka adalah harapan yang cukup
ramah. Luo menyarankan agar membentuk gabungan antara PKC dan berbagai
"partai demokrasi" untuk melakukan pemeriksaan atas penyimpangan dalam
Kampanye Tinga Anti dan Kampanye Lima Anti, serta gerakan untuk membasmi
pemberontakan. Sedangkan Zhang menyarankan Komite Konsultasi Politik dan
anghota Kongres harus diikutsertakan dalam membuat keputusan.
Sedangkan, Chu mengatakan bahwa seseorang yang bukan anghota PKC,namun
memiliki ide yang cemerlang, menjungjung tinggi martabat, dan memiliki rasa
tanggungjawab yang tinggi tidak harus masuk kedalam anggota PKC. Ketiga
pendapat tersebut menggambarkan kesediaan mereka untuk mengikuti PKC dan tidak
ada satupun pendapat mereka yang melampaui garis batas. Perkataan mereka
sepenuhnya menyatakan kepatuhan, ketundukan, dan penghormatan. Tidak ada
satupun dari perkataan mereka yng menyatakan bahwa PKC harus digulingkan.
Sebab semua yang mereka katakan adalah kritik yang membangun.
2. Lompatan Jauh ke Depan
Kehidupan Mao mencapai titik terendah pada tahun 1958. Pada saat itu Mao
ditelan oleh hawa nafsu yang besar dan Mao menginginkan sebuah perubahan yang
besar. Perubahan yang sangat besar itu disebut denagn "Lompatan Jauh ke Depan".
Hal ini membuat China menjadi negara kapitalis dalam waktu yang singkat. Langkah
selanjutnya yang dilakukan oleh Mao adalah membentuk "Komite Penguasa Dunia"
yang bertujuan untuk menciptakan rencana seragam bagi dunia. Namun, sebelum
rencana ini berjalan sudah banyak masyarakat China yang mati karena kelaparan.
Setelah melancarkan Gerakan Anti Sayap Kanan, China mulai takut pada fakta
yang sesungguhnya. Setiap orang dilibatkan untuk mendengarkan kebohongan,
menceritakan kebohongan, membuat cerita palsu, dan menutupi serta menghindari

14
cerita yang sesuangguhnya dengan kabohongan dan humor. Lompatan jauh ke depan
ini merupakan sebuah kebijakan menceritakan kebohongan dalam skala nasional.
Lompatan jauh ke depan yang diprakarsai oleh Mao merupakan hal yang tidak masuk
akal. Namun, tidak ada satu orang pun yang berani berbicara mengenai hal tersebut.
Keputusan masyarakat untuk mendukung keputusan Mao atau tidaknyabitu berada
dalam garis antara hidup dan mati.
Pada akhir 1950, negara mengalami penuruna akibat dari kebijakan lompatan jauh
ke depan tersebut. Pada praktiknya kebijakan ini berfokus pada bidang pertanian dan
industri. Dalam bidang pertanian, lompatan jauh ke depan memfokuskan pada proyek
irigasi secara besar-besaran dan membentuk komune rakyat dengan total kolektivitas
hasil pertaniannya. Tidak hanya berfokus pada bidang pertanian saja, Lompatan Jauh
ke Depan juga berfokus pada bidang industri, khususnya industri berat.
Negara sangat diuntungkan sekali karena desentralisasi dalam bidang industri
tersebut. Misalnya, perkembangan tempat pembakaran baja yang berguna untuk
membuat peralatan. Efek dari Lompatan Jauh ke Depan juga dapat dilihat ketika
China mengalami malapetaka benjir dan juga kekeringan yang cukup seruis pada
1959-1960. Akhienya jutaan orang China menderita kelaparan.
Lompatan Jauh ke Depan sebenarnya menjiplak sistem yang diterapkan oleh Uni
Soviet. Namun, Lompatan Jauh ke Depan yang dilakukan oleh Mao itu dengan
memasukkan unsur tradisi China. Program ambisius Mao ini akhirnya menyebabkan
bencana karena kurang realistisnya rencana program ini dari sejak semula. Lompatan
Jauh ke Depan resmi menjadi salah satu bencana ekonomi yang direncanakan tersebar
pada abad ke-20. Setelah kejadian tersebut, banyak kebijakan Lompatan Jauh ke
Depan yang ditinggalkan, kecuali industri desentralisasi baja.
3. Revolusi Kebudayaan
Revolusi kebudayaan diperkenalkan oleh Mao Zedong pada 1966 karena ia ingin
menghapus persaingan dalam hierarki PKC, seperti Liu Shaoqui. Mao
memanfaatkandukungan dari penduduk untuk menghadapi pejabat partai yang
dianggap tidak royal terhadapnya dan juga tidak memiliki semangat revolusioner.
Revolusi kebudayaan banyak diatur oleh istri Mao, yaitu Jiang Qing. Ia membentuk
Kelompok Pengawal Merah pertama oleh mahasiswa-mahasiswa Beijing, kemudian

15
China mengalami kekacauan akibat kelompok tersebut. Kelompok Pengawal Merah
ini melakukan perlawanan terhadap birokrasi dan juga terhadap sebuah tempat
religius dan histori. Selama empat tahun Revolusi Kebudayaan 1966-1970, praktis
semua universitas dan sekolah ditutup.
Pada tahun pertama Revolusi Kebudayaan, negara mengalami tindakan yang
kacau balau oleh Pengawal Merah yang secara bebas menyerang apa saja yang
mereka inginkan. Targetnya adalah para pejabat rendah dan menengah serta kader-
kader partai.
Selama masa Revolusi Kebudayaan, teori kelas juga dilakukan untuk menyerang
orang. Dimana orang jahat selayaknya dipukul oleh orang baik dan merupakan
sebuah penghormatan bagi orang jahat untuk memukul orang baik. Mao negatakan
bahwa "jika orang baik memukul orang baik lainnya,itu merupakan seuatu
kesalahpahaman". Tindakan kekerasan terhadap musuh-musuh kelas adalah pa.tas
dirasakan oleh mereka. Dan hasil dari hal tersebut adalah kekerasan serta
pembunuhan yang merajalela.
Tujuan dari adanya Revolusi Kebudayaan adalah menjadikan komunisme menjadi
satu-satunya kekuatan yang meliputi keseluruhan, mengontrol penuh atas seluruh
wilayah, tidak hanya tubuh tetapi juga pikiran. Revolusi Kebudayaan memaksa
pemujaan sepenuhnya terhadap PKC dan Mao Zedong. Teori Mao digunakan untuk
mendominasi segala bidang dan pandangan satu orang yang harus ditanamkan dalam
pandangan ratusan orang. Yang unik dari Revolusi Kebudayaan ini adalah mereka
tidak menjelaskan apa yang tidak boleh rakyat kerjakan, dan Mao malah menegaskan
"apa yang dapat dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya sesuatu diluar batasan ini
tidak boleh dilakukan, atau bahkan dipertimbangkan pun tidak boleh".
Selama masa Revolusi Kebudayaan setiap penduduk melakukan hal-hal ritual,
seperti menanyakan perintah-perintah dipagi hari dan membuat laporan di malam
hari. Setiap hari mengirimkan hormat kepada Mao beberapa kali dengan
mendoakannya semoga panjang umur. Hampir setiap orang pernah menulis
pernyataan mengkritik diri sendiri. Hanya ada satu "Tuhan" (Mao) yang wajib
disembah dan hanya ada satu kitab (ajaran Mao) yang boleh dipelajari.
B. China Pasca-Mao

16
Setelah kegagalan perekonomian yang dramatis pada saat itu, Mao mundir dari
jabatannya sebagai pemipin China. Kemudian pada Kongres Rakyat Nasional melantik
Liu Shaoqi sebagai pengganti Mao. Mao tetap menjadi ketua partai, namun ia dilepas dari
tugas ekonomi sehari-hari yang dikontrol dengan lunak oleh Liu, Deng Xiaoping,
Deng kemudian berhasil mengambil kekuasaan dari Mao, Jiang Qing berserta rekan-
rekannya yang disebut kelompok keempat. Mereka ditangkap dan dibawa kepengadilan.
Sejak saat itulah pihak pemerintahan teleh secara bertahap melunakkan kontrol terhadap
kehidupan sehari-hari rakyat dan telah mulai melakukan perpindahan ekonomi China
menuju berbasiskan pasar.
Menurut perkiraan Bank Dunia, sekitar 160 juta anak muda kehilangan
pendidikannya akibat Revolusi Kebudayaan. China kehilangan banyak sekali teknisi dan
juga para sarjana. Sehingga Deng melakukan kebijakan untuk membuat sekolah malam
dan melancarkan aksi propaganda rehabilitasi. Deng pula yang melakukan pembaharuan
yang cukup besar pasca-Mao. Sebutan "China Baru" merupakan ungkapan yang tepat
bagi RRC pada tahun 1978. Pertumbuhan ekonomi sebesar 7-8% setiap tahun selama du
dekade ini membawa RRC menjadi negara yang lebih maju dan prograsif dalam
perkembangan sejarah dunia. Selain ekonomi, yang menjadi ukuran China maju juga
berada pada bidang kehidupan sosial, budaya dan ilmu pengetahuan. Bidang-bidang
tersebut mengalami kemajuan yang sangat pesat pada kurun waktu tersebut.
Kemajuan yang dicapai RRC dengan pertumbuhan 10% sejak dicanangkannya
"Modernisasi Empat" dan pada seperempat abad yang lalu juga China memiliki kata
kunci, yaitu Stabilitas. Pada saat Deng memimpin dan PKC yang berkuasa, pernah sekali
saja terjadi pergejolakan politik dan pernah membawa China diambang kehancuran. Aksi
demonstrasi prodemokrasi di Lapang Tiananmen pada 1989 akhirnya berhasil ditumpas
dengan kekerasan dan pertempuran darah.
China baru adalah sebuah cita-cita dan semangat kemajuan utuk bangkit dari
kemiskinan dan kesengsaraan. Kita sering menganggap China adalah negara yang otoriter
karena kekuasaan tunggal PKC. Akan tetapi, pada kenyataanya dalam waktu 15 tahun
terakhir ini kita menyaksikan bahwa adanya kemunculan untuk kebebasan berbicara,
informasi, bergerak, serta kebebasan mencari pekerjaan.

17
Dan sekarang, China menjadi negara yang berbasis manufaktur skala global bagi
keperluan ekspor berbagai industri dan juga manca negara. Ketika resensi dunia melanda
berbagai negara maju, China pun menjadi sebuah pusaran air yang menarik berbagai
fasilitas industri manufaktur.
Apa yang kita saksikan sekarang ini merupakan kebangkitan dari China.
Kebangkitan menuju sebuah China baru, melalui berbagai resonansi yang tidak pernah
ada sebelumnya dalam sejarah sejak berkuasanya komunisme di dataran China.

3.KOREA

A. Periode Pembebasan dari Kolonialisme Jepang 1945–50

1945 Agustus Pembebasan dari pemerintahan kolonial Jepang


Dalam Deklarasi Kairo, yang dikeluarkan pada 1 Desember 1943 oleh Presiden Franklin
Delano Roosevelt, Perdana Menteri Winston Churchill dan Generalissimo Chiang Kai-shek, tiga
pemimpin Sekutu, untuk mengantisipasi kekalahan Jepang, berjanji untuk memberikan
kemerdekaan kepada rakyat Korea "pada waktunya.” Marsekal Stalin menunjukkan
dukungannya terhadap deklarasi ini pada Juli 1945 ketika dia menandatangani Deklarasi
Potsdam. Akhirnya Pada tanggal 14 Agustus 1945 pasukan Jepang menyerah tanpa syarat
kepada sekutu, dan Secara tidak langsung Semenanjung Korea bebas dari kolonialisme Jepang.
1945 September Mulai dari pendudukan Soviet atas pendudukan utara dan Amerika di
selatan
Pada 14 Agustus 1945 pasukan Jepang menyerah kepada sekutu dengan ketentuan
pasukan Jepang yang berada di sebelah Utara garis 38° lintang Utara menyerah Kepada Uni
Soviet, sedangkan pasukan Jepang yang berada di sebelah garis batas 38° lintang Selatan
menyerah kepada Amerika Serikat. Hal inilah yang menjadi dasar pembagian Korea, sehingga
garis batas 38° lintang Utara (LU) menjadi garis batas demarkasi antara Korea Utara dan Korea
Selatan. Lebih tepatnya pada hari minggu, 2 September 1945 di atas geladak kapal induk USS
Missouri, Jepang secara resmi menandatangani pernyataan kalah dalam perang Pasifik.
Menyerahnya Jepang disambut gembira oleh rakyat Korea, dan mereka menyebutnya sebagai
hari pembebasan. Amerika Serikat dan Uni Soviet merasa perlu diadakan perwakilan untuk
Korea yang baru saja terbebas dari penjajahan Jepang. Sehingga seperti pada negara-negara
18
lainnya yang berhasil dikuasai Amerika Serikat dan Soviet, mereka membagi pengaruhnya
dengan dalih perwalian.
1945 Desember Komisi Gabungan Soviet-Amerika Pertama, pengumuman perwalian
Pada Desember 1945, Korea di bawah Komisi Bersama AS-Uni Soviet menyetujui
Konferensi Menteri Luar Negeri Moskwa (Oktober 1945), lagi-lagi tanpa melibatkan pihak
Korea. Komisi tersebut memutuskan bahwa negara tersebut akan merdeka setelah lima tahun di
bawah kepemimpinan dewan perwalian.
1948 Pemilihan untuk anggota Majelis Nasional di Korea Selatan & Syngman Rhee
terpilih sebagai presiden negara selatan oleh Majelis Nasional Proklamasi
Pada 10 Mei 1948, pemilihan diadakan untuk memilih perwakilan untuk Majelis
Nasional, langkah konkret pertama menuju pembentukan negara selatan yang terpisah.
Bagaimanapun, orang-orang menunjukkan antusiasme yang besar, ketika para pemilih
menunggu dengan sabar dalam antrean panjang untuk hak istimewa baru ini untuk memilih para
pemimpin politik mereka. Mereka yang terpilih berkumpul di Seoul pada akhir Mei dan memilih
Syngman Rhee sebagai pembicara Majelis, kemudian memilih segera untuk menerapkan sistem
presidensial atas sistem parlementer yang jelas merupakan cerminan dari meningkatnya
cengkeraman Rhee pada kekuasaan.
Pada 20 Juni, Majelis memilih Rhee sebagai presiden baru, menetapkan pola pemilihan
presiden tidak langsung yang sering digunakan kemudian di Korea Selatan untuk
mempertahankan kekuasaan diktator. Memang, terlepas dari konstitusi liberal Republik Korea
yang baru, yang diresmikan pada 15 Agustus 1948 peringatan ketiga pembebasan adalah negara
Korea Selatan yang akan menggunakan klaim yurisdiksinya yang mantap atas seluruh Korea
untuk membenarkan penindasan.
1948 September Proklamasi Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara)
Pada 9 September 1948 di Semenanjung Korea bagian Utara, dengan Kim Il Sung sebagai
presiden pertama sekaligus presiden abadi RRD Korea. Kim Il Sung membuat ideologi sendiri
untuk Republik Rakyat Demokratis Korea (RRDK) yaitu Juche yang berprinsip 'manusia
menguasai dan memutuskan segala sesuatu'. Terdapat tiga pilar yaitu independen di bidang
politik, self-reliance di bidang ekonomi, dan self-defence di bidang pertahanan-keamanan. Kim
Il Sung memiliki keinginan untuk mempersatukan Korea Utara dengan Korea Selatan dengan
mempertahankan ideologi Juche.

19
B. Perang Korea (1950-1953)
1. Sebab-sebab Terjadinya Perang Korea
a. Sebab Umum
1) Adanya Persaingan Ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet

Salah satu dampak Perang Dunia II adalah adanya Perang Dingin, yakni pertentangan
antara Blok Barat di bawah komando Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni
Soviet. Pihak Korea Selatan yang berada di bawah pengaruh Amerika Serikat,
mengembangkan paham liberal-kapitalis; sedangkan Korea Utara di bawah pengaruh Uni
Soviet mengembangkan paham sosialis-komunis.
2) Pembagian wilayah Korea menjadi dua bagian

Setelah Perang Dunia II berakhir, Korea menjadi daerah yang dipersengketakan.


Beberapa hari sebelum Jepang menyerah, tepatnya pada 10 Agustus 1945, Amerika Serikat
dan Uni Soviet akan menerima tawanan-tawanan perang Jepang di daerah Korea (Suko,
1971). Keputusan menerima tawanan perang ini didasarkan pada Perjanjian Potsdam 1945,
yang isinya antara lain untuk membagi Korea menjadi dua bagian dengan batas wilayah 38°
Lintang Utara, menyerah kepada pihak Amerika Serikat di bawah pimpinan Letnan Jenderal
John R Hogde. Adapun pasukan Jepang yang berada di sebelah utara garis 38° Lintang Utara,
menyerah kepada Uni Soviet di bawah pimpinan Kolonel Jenderal Ivan M. Christyalov.
Pihak Amerika Serikat dan Uni Soviet sebenarnya tidak menjadikan garis 38° Lintang
Utara sebagai garis demarkasi antara Korea Utara dan Korea Selatan. Garis tersebut hanya
merupakan batas wilayah untuk menerima tawanan-tawanan perang Jepang pasca Perang
Pasifik. Namun, akhirnya garis tersebut berubah fungsi menjadi garis demarkasi antara
pertahanan Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dengan demikian, pembagian wilayah Korea
menjadi dua bagian ini menjadikan suatu garis pertikaian antara dua kekuatan. Lebih jauh
lagi, secara tidak langsung menghalangi cita-cita bangsa Korea untuk menjadi bangsa yang
merdeka dan bersatu.
3) Tidak adanya kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tentang pembentukan
Korea merdeka

Sebagai tindak lanjut dari Deklarasi Potsdam, pada Desember 1945 diadakan konferensi
para menteri luar negeri di Moskow. Dalam konferensi tersebut dicapai kesepakatan antara

20
Amerika Serikat, Uni Soviet dan Inggris yang menyatakan akan membentuk pemerintahan
Korea yang demokratis (Suko, 1971). Pemerintah ini merupakan pemerintahan perwakilan
International yang akan berlangsung selama lima tahun. Dalam pemerintahan perwakilan
tersebut, pasukan-pasukan Amerika Serikat maupun Uni Soviet ikut serta di dalamnya (joint
commission).
Pelaksanaan pemerintahan perwakilan internasional ternyata tidak dapat diwujudkan,
karena tidak adanya kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Masalah Korea
kemudian dibawa ke Sidang Umum PBB. Pada 14 November 1947, Sidang Umum PBB
memutuskan untuk membentuk Komisi yang disebut "United Nations Temporary
Commission on Korea" (Komisi Sementara PBB untuk Korea), Hasil sidang menyarankan
agar selambat-lambatnya pada 13 Maret 1948, di Korea diadakan Pemilihan Umum untuk
memilih wakil-wakil rakyat Korea. Tugas Komisi Sementara PBB untuk Korea adalah: 1)
mengadakan pengawasan keberlangsungan Pemilihan Umum, dan 2) mengadakan
pembicaraan dengan para wakil rakyat hasil Pemilihan Umum untuk merundingkan masalah
kemerdekaan Korea.
Lebih lanjut setelah wakil rakyat terpilih, diajukan-rencana yakni: 1) membentuk Dewan
Nasional, dan 2) mendirikan pemerintahan Korea yang merdeka. Sesudah pemerintahan
Korea terbentuk maka tentara pendudukan akan ditarik mundur. Korea Selatan dan Amerika
Serikat dapat menjalankan rencana tersebut, sebab rencana itu pada dasarnya adalah produk
Amerika Serikat yang mendominasi dalam PBB. Akan tetapi, Uni Soviet menolaknya dan
mengusulkan sebaliknya, yakni tentara pendudukan ditarik mundur terlebih dahulu, baru
kemudian mendirikan pemerintahan Korea merdeka.
Dengan demikian, Korea menjadi ajang percaturan politik dan militer antara Amerika
Serikat dan Uni Soviet. Selanjutnya masing-masing pihak akhirnya membentuk
pemerintahan baru di Korea, yakni: 1) Pada 15 Agustus 1948 Amerika Serikat membentuk
Republik Korea (Korea Selatan) beribu kota di Seoul, dengan Syngman Rhee sebagai
Presiden pertamanya. 2) Pada 9 September 1948 Uni Soviet membentuk Republik Demokrasi
Rakyat Korea (Korea Utara) beribu kota di Pyongyang, dengan Kim Il Sung sebagai Presiden
pertamanya.
b. Sebab Khusus

21
Pada Desember 1948, Sidang Umum PBB mengesahkan laporan tentang hasil-hasil
pemilihan di Korea Selatan. Sidang menyatakan bahwa pemerintahan Korea Selatan adalah
satu-satunya pemerintahan yang sah. Selain itu, juga diputuskan terbentuknya komisi baru
Korea yakni Commission on Korea (Komisi tentang Korea). Komisi ini bertugas antara lain:
1) Mengambil alih Komisi Sementara PPB di Korea.
2) Mencoba mengadakan penyatuan Korea.
3) Mengadakan penyelidikan penarikan pasukan pendudukan di Korea.
Adanya keputusan tersebut membuat Korea Utara makin membenci Korea Selatan dan
Amerika Serikat. Korea Utara merasa hak haknya tidak diakui PBB. Dengan demikian, Uni
Soviet terus mendukung Korea Utara untuk mendapatkan hak-haknya dan mendapatkan
wilayah Korea seluruhnya dengan jalan kekerasan atau peperangan.
2. Jalannya Perang

Korea Utara yang telah berusaha dengan berbagai cara, akhirnya mengambil keputusan
dengan jalan kekerasan atau peperangan. Pada hari Minggu, 25 Juni 1950 pukul 04:00 waktu
setempat pasukan Korea Utara mengadakan serangan ke Korea Selatan (Suko, 1971). Perang
mendadak ini cukup mengejutkan pihak Korea Selatan, sehingga tampak Korea Utara pada
serangan pertama ini dapat mengalahkan Korea Selatan. Melalui Radio Pyongyang yang
mengumumkan parang, telah disiarkan ke seluruh Kota. Dalam serangan tersebut, pihak utara
dapat menduduki Kota Chuchon, Ongjin dan bahkan Kaesong sebagai kota penting Korea
Selatan. Penyerangan pada 25 Juni 1950 itu, sasaran sebenarnya adalah Seoul, Ibu Kota
Korea Selatan. Namun karena cuaca yang buruk, penyerangan tidak berhasil dilaksanakan.
Tiga hari setelah perang meletus (28 Juni 1950), akhirnya Seoul dapat diduduki oleh
pasukan Korea Utara (Harian Merdeka, 1950). Dengan direbutnya Seoul, berarti pihak Utara
telah berhasil menguasai 50-80 mil² wilayah teritorial Korea Selatan, 12 kota dan 5 ribu desa
dalam jangka waktu empat hari. Kondisi ini mengakibatkan, Presiden Syngman Rhee beserta
staf pemerintahannya meninggalkan Seoul dan pindah ke Taejon.
Pecahnya Perang Korea membuat dunia terkejut. Bagi Amerika, Perang Korea adalah
perang Amerika Serikat juga, karena Amerika Serikat mengetahui bahwa di belakang Korea
Utara adalah Uni Soviet. Dengan alasan membendung komunis di Asia dan juga memandang
kekuatan Korea Utara, maka Amerika Serikat memutuskan untuk membantu Korea Selatan.
Amerika Serikat segera mengusulkan kepada Dewan keamanan PBB untuk bersidang

22
membicarakan Korea. Usulan diterima, PBB mengadakan sidang dan menghasilkan resolusi
yang antara lain sebagai berikut:
1) Mendesak Korea Utara agar segera menghentikan perang dan menarik mundur pasukan-
pasukannya sampai garis batas 38° Lintang Utara.
2) Memberikan sanksi kepada Korea Utara apabila pihak Korea Utara tidak memedulikan
desakan tersebut, maka PBB dengan para anggotanya akan membantu Korea Selatan.
Pada 27 Juni, Presiden Truman memerintahkan kepada Angkatan Udara dan Angkatan
Laut Amerika Serikat untuk memberi perlindungan kepada pasukan Korea Selatan.
Konsentrasi pihak Amerika Serikat ditujukan pada semenanjung seberang Pulau Jepang.
Pada pihak pemerintah Cina di Tiawan diminta untuk menghentikan lebih dahulu operasi-
operasinya terhadap daratan Cina, baik operasi laut maupun operasi udara. Bantuan-bantuan
militer kepada pemerintah Filipina dan Angkatan Perang Prancis di Indocina ditingkatkan.
Selain itu, Presiden Truman juga menandaskan untuk menggunakan pasukan-pasukan
Amerika Serikat yang berada di Timur Jauh yakni di Jepang, di bawah komando Douglas
MacArthur diperintahkan untuk mengadakan blokade di seluruh Pantai Korea (Suko, 1971).
Penempatan pasukan tersebut di atas, merupakan strategi militer dari Presiden Truman
yang cukup baik. Hal ini berarti pihak Korea Selatan telah membuat bendungan yang cukup
kuat di sebelah barat (Laut Kuning), sebelah selatan (Laut Cina), dan sebelah timur (Laut
Jepang) dalam menjaga kemungkinan meluasnya Perang Korea. Bahkan tentara Amerika
Serikat di Jepang telah memobilisasi pasukan-pasukannya untuk menyusun beberapa "taks
forces".
Sampai dengan Agustus 1950, pihak Korea Utara masih tetap unggul, karena: pertama,
Korea Utara dan Uni Soviet mampu membuat rakyat Korea Selatan bersimpati. Mereka di
bawah Kim Il Sung berikrar untuk menyatukan Korea dan memperbaiki nasib rakyat Korea,
sehingga pihak Selatan menjadi ragu-ragu dalam bertindak untuk menentukan nasib antara
kebenaran yang dibawa Korea Utara dan Uni Soviet atau yang dibawa Amerika Serikat.
Kedua, logistik pihak Korea Utara terpencar, sehingga sulit dihancurkan dan lebih lama dapat
bertahan. Ketiga, pihak Korea Utara mengadakan penyusupan dan penyamaran yang sangat
rapi untuk melemahkan pihak Selatan.
Selama tiga bulan (Juni, Juli, Agustus), pihak Selatan mengalami kekalahan, maka untuk
menghindari agar Semenanjung Korea tidak jatuh ke pihak Utara, pihak Selatan membuat

23
strategi baru yang disebut "Pertahanan PBB." Maksudnya adalah pasukan-pasukan PBB dan
Korea Selatan yang sudah tidak dapat didesak lagi oleh pihak Korea Utara. Pertahanan PBB
ini dipusatkan di Busan, dan dikenal dengan nama "Pusat Parameter." Daerah pertahanan
penting lain selain Busan adalah Taegu.
Setelah beberapa waktu pihak Utara unggul, maka mulai September 1950, offensive
berubah ke tangan pihak Selatan. Melalui Pelabuhan Ichon, Jenderal MacArthur
merencanakan merebut Seoul. Pada 26 September 1950, Seoul berhasil direbut kembali.
Kembalinya Seoul ke pihak Korea Selatan, telah menjadikan dorongan moral pihak Selatan.
Bahkan pihak Korea Selatan akhirnya dapat melampaui garis batas 38° Lintang Utara.
Kekalahan di pihak Utara di satu pihak berarti kekalahan Uni Soviet juga. Keadaan demikian
membuat RRC sebagai sekutu Uni Soviet, tidak tinggal diam. RRC kemudian memutuskan
untuk ikut serta dalam perang dan membantu pihak Utara. Pada 1 Oktober 1950, Perdana
Menteri RRC Zhou Enlai menyatakan bahwa rakyat RRC tidak akan membiarkan operasi-
operasi dari pasukan-pasukan asing. Oleh karena itu, RRC akan membantu Korea Utara
sebagai tetangga baiknya dari serangan imperialis.
Semenjak kedatangan tentara RRC, posisi kemenangan kembali ada di pihak Korea
Utara. Kekuatan RRC cukup besar dan sebelum terjun ke medan tempur, RRC telah
mempelajari peta Perang Korea. Dengan demikian, RRC telah mempunyai kemantapan
dalam setiap serangannya. Di bawah pimpinan Jenderal Lin Pao, RRC mengadakan offensif
perang terhadap PBB pada Oktober hingga November 1950. RRC mampu mendesak pasukan
PBB dari Pyongyang untuk kembali ke garis Selatan.
Situasi yang makin genting di Korea, membuat gabungan Kepala Staf Amerika Serikat
memerintahkan MacArthur untuk mempertahankan posisi pihak Selatan. Untuk tugas itu,
Jenderal MacArthur memberikan wewenang kepada Jenderal Matthew B. Ridgway untuk
melancarkan operasi-operasi di Korea. Jenderal Matthew B. Ridgway juga diserahi
menggunakan personal tentara VIII dan Korps X yang berarti meliputi kekuatan darat PBB
seluruhnya (Suko, 1971).
Kekuatan PBB di Korea, mengalami kekalahan semenjak kedatangan pasukan RRC. Hal
ini mendorong Amerika Serikat dan pasukan anggota PBB dalam Perang Korea. Ada 15
negara anggota PBB yang ikut serta, yakni Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Swedia,
Belanda, Belgia, Kanada, Turki, Yunani, Afrika Selatan, Thailand, India, Filipina, Australia

24
dan Selandia Baru. Situasi perang yang tidak pernah padam itu, mendorong pihak-pihak yang
bersengketa untuk mengajukan perundingan menghentikan peperangan. Tawaran ini
akhirnya disepakati oleh pihak Utara dan Selatan, selanjutnya diadakan serangkaian
perundingan dan gencatan senjata.
3. Upaya-Upaya Penyelesaian Perang

Sekretaris Jenderal PBB Trygve Lie, pada 1 Juli 1951 menyatakan bahwa pasukan pihak
Utara telah mundur kembali pada posisi semula yakni sebelah Utara garis paralel 38" Lintang
Utara, Selanjutnya, maka diputuskan untuk segera mengadakan perundingan guna mencegah
meluasnya perang. Pada 23 Juni 1951 Jacob Malik selaku wakil tetap Uni Soviet di PPB,
menyatakan pihak Utara dapat menerima usul Sekretaris Jenderal PBB Trygve Lie dan
bersedia mengadakan perundingan serta akan segera mengirimkan wakil-wakilnya.
a. Perundingan Kaesong (10 Jull-22 Agustus 1951)

Sebagai langkah awal perundingan diadakan di Kaesong. Baik pihak Korea Utara
maupun Korea Selatan menyetujui Kaesong sebagai tempat perundingan, karena:
1) Pihak utara mempertimbangkan bahwa Kaesong terletak 20 mil di dalam garis pertahanan
mereka.
2) Bagi pihak selatan dapat menimbulkan kesan bahwa mereka bersedia melaksanakan
perundingan.
Penentuan Kaesong sebagai tempat perundingan, sebenarnya merupakan strategi RRC
untuk menghambat gerakan PBB di Kaesong. Kaesong merupakan wilayah strategis dalam
menentukan kemenangan melalui Garis Lintang 38'. Dalam perundingan pihak PBB diwakili
oleh Kolonel (Udara) Andrew J Kinney dan Kolonel (KKO) James C. Murry; pihak Korea
Selatan oleh Letkol Lee Soo Yung, sedangkan pihak Korea Utara oleh Kolonel Chang Chun
Sen.
Hasil-hasil perundingan, diumumkan pada 26 Juni 1951 dengan keputusan berikut:
1) Penerimaan agenda perundingan.
2) Penentuan garis demokrasi militer antara kedua belah pihak guna membentuk daerah
bebas militer sebagai prasyarat untuk menghentikan perundingan.
3) Usul kepada pemerintah-pemerintah yang bersangkutan untuk menyelesaikan masalah
Korea dalam tahap-tahap berikutnya.

25
Perundingan Kaesong yang berlangsung selama tiga bulan mengalami kegagalan. Sebab
kedua belah pihak tidak dapat saling menghormati bahkan saling menuduh. Pada hakikatnya
kegagalan perundingan di Kaesong karena tidak adanya kesepakatan tentang garis
demokrasi.
b. Perundingan di Panmunyom (25 oktober-27 juni 1953)

Dalam perundingan ini, masalah garis demakarsi menjadi topik yang hangat. Pihak Korea
Utara diwakili Mayjen Lee, mengusulkan garis demarkasi selebar 2 mil. Selanjutnya daerah
tersebut dijadikan daerah bebas militer. Melalui beberapa tahapan pembicaraan akhirnya
pihak Korea Selatan menyetujuinya. Adanya kesepakatan tentang garis demarkasi berarti
permasalahan yang menghadang pada Perjanjian Kaesong telah teratasi. Perundingan
selanjutnya mengenai gencatan senjata.
c. Gencatan senjata

Pada 27 Juli 1953 diberlakukan gencatan senjata. Sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati, garis demarkasi militer yang memisahkan kedua belah pihak telah ditentukan,
yaitu memanjang dari muara sungai Han, beberapa mil sebelah barat daya Panmunyom,
kemudian melintas garis 38° Lintang Utara membelok ke barat di sebelah selatan Kumsong
dan berakhir di sebelah utara Kaesong. Dengan demikian, Perang Korea berakhir dengan
tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah, dan diakhiri dengan gencatan senjata pada
27 Juli 1953, di mana Korea akhirnya terbagi menjadi dua, yakni Korea Utara dan Korea
Selatan dengan garis batas 38° Lintang Utara.
C. Pasca Perang Korea
a. Korea Utara

Kepemimpinan Kim Il Sung (1948-1994)


Setelah Perang Korea, Kim Il Sung membentuk negaranya sesuai dengan ideologi
nasionalis "Juche" (kemandirian). Negara mengambil kendali ketat atas ekonomi,
mengumpulkan tanah pertanian dan secara efektif menegaskan kepemilikan atas semua
properti pribadi. Media yang dikendalikan negara dan pembatasan semua perjalanan ke dalam
atau ke luar negeri membantu menjaga tabir kerahasiaan di sekitar operasi politik dan
ekonomi Korea Utara dan mempertahankan isolasi dari sebagian besar komunitas
internasional. Populasi negara itu akan tetap hampir seluruhnya Korea, kecuali sejumlah kecil

26
transplantasi Cina. Berkat investasi di bidang pertambangan, produksi baja, dan industri berat
lainnya, ekonomi sipil dan militer Korea Utara awalnya melampaui saingan selatannya.
Dengan dukungan Soviet, Kim membangun militernya menjadi salah satu yang terkuat di
dunia, bahkan ketika banyak warga sipil biasa menjadi lebih miskin. Namun, pada 1980-an,
ekonomi Korea Selatan melonjak, sementara pertumbuhan di utara mandek.
1955 Desember "Pidato Juche" Kim Il Sung
Kepada audiensi pejabat propaganda Partai Komunis Korea Utara, Kim Il Sung
menyampaikan pidato pada akhir Desember 1955 yang memperkenalkan gagasan "Juche,"
cita-cita kemandirian yang akan selalu menjadi Penekanan Kim, seperti halnya untuk konsep
Juche itu sendiri, terletak pada penempaan jalur Korea yang khas menuju sosialisme melalui
fokus pada kebiasaan dan kondisi nasional. Kesalahan yang dibuat sejauh ini di Korea Utara,
katanya, berasal dari ketergantungan yang berlebihan pada model eksternal, terutama yang
dari Uni Soviet. Bukan kebetulan, pidato ini datang di tengah pembersihan saingan politik
Kim, termasuk komunis Soviet-Korea yang datang ke negara itu sebagai penasihat
pendudukan Soviet. Memang, terlepas dari seruan luar untuk mencapai "penyatuan kembali
yang damai" dengan menghadirkan model bintang sosialisme Korea di Utara, pidato ini dan
konteks politiknya menunjuk langsung pada solidifikasi kekuatan politik Kim. Ini merangkum
elemen-elemen inti dalam politik, ekonomi, dan budaya sistem utara awal dan menjadi dasar
bagi dominasi Juche sebagai pembenaran ideologis Korea Utara untuk pemerintahan absolut
Kim. Pada awal 1960-an, Kim Il Sung berdiri sebagai sumber otoritas politik yang tidak
perlu, dan negara itu telah memulai kampanye industrialisasi berat yang mempercepat Korea
Utara melewati mitra selatannya dalam pembangunan ekonomi. Lebih jauh lagi, penataan
kembali masyarakat ke dalam kategori-kategori yang mencerminkan kolektivisasi politik dan
ekonomi ini, sebuah proses yang telah dimulai pada periode pasca-pembebasan, sekarang
sudah berjalan dengan baik. Pidato Kim pada tahun 1955 menguraikan prinsip-prinsip dasar
Juche, yang memelihara gagasan kemandirian dengan nativisme dan kewaspadaan yang sengit
dari dunia luar, juga menunjukkan keasyikan rezimnya dengan sejarah-sejarah sebagai
pengetahuan, tetapi juga sebagai alat ideologis. Ternyata, obsesi dengan ortodoksi historis ini
merupakan penutup sekaligus korektif untuk ketergantungan.
Pembangunan Hotel Ryugyong 1987

27
Pembangunan Ryugyong Hotel Pyongyang, sebuah bangunan besar berbentuk piramida
lebih dari 100 lantai dan tinggi 300 meter, dimulai pada tahun 1987 di tengah pertempuran
yang sedang berlangsung untuk prestise sebelum Olimpiade Musim Panas Seoul pada tahun
berikutnya. Rezim Korea Utara percaya bangunan raksasa ini akan melambangkan kemajuan,
kekuatan, dan kebanggaan Korea Utara. Tetapi setelah konstruksi dihentikan pada tahun 1992,
yang meninggalkan bangunan sebuah cangkang kosong selama lebih dari lima belas tahun
sesudahnya, Ryugyong Hotel menjadi monumen nasional karena semua alasan yang salah.
Seperti Korea Utara sendiri, dan terutama rezimnya, struktur itu berasal dari visi keagungan,
bergantung pada bantuan asing, dibangun di atas punggung massa yang menderita, dan
terhenti dalam menghadapi kenyataan dingin. Pada 2008 konstruksi ini colossus dimulai
kembali. Yang masih belum jelas adalah apakah itu akan berfungsi seperti yang dimaksudkan
semula, bertahan lebih sebagai simbol pembusukan, misteri, dan tragedi sejarah Korea Utara,
atau mungkin mencerminkan perubahan yang menakjubkan pada awal abad kedua puluh satu.

Kepemimpinan Kim Jong Il (1994-2011)


Pembubaran Uni Soviet dan blok Timur melukai ekonomi Korea Utara dan
meninggalkan rezim Kim dengan China sebagai satu-satunya sekutu yang tersisa. Pada tahun
1994, Kim Il Sung meninggal karena serangan jantung dan digantikan oleh putranya, Kim
Jong Il. Pemimpin baru melembagakan kebijakan baru "Songun Chong'chi," atau militer
pertama, menetapkan Tentara Rakyat Korea sebagai kekuatan politik dan ekonomi terkemuka
di negara ini. Penekanan baru memperluas ketidaksetaraan yang ada antara kelas militer dan
elit dan sebagian besar warga negara Korea Utara biasa.
Selama tahun 1990-an, banjir yang meluas, kebijakan pertanian yang buruk, dan salah
urus ekonomi menyebabkan periode kelaparan yang berkepanjangan, dengan ratusan ribu
orang meninggal karena kelaparan dan banyak lagi yang dilumpuhkan oleh kekurangan gizi.
Munculnya pasar gelap yang kuat untuk memenuhi kekurangan seperti itu akan memaksa
pemerintah untuk mengambil langkah-langkah untuk meliberalisasi ekonomi yang dikelola
negara.
Uji Nuklir Korea Utara

28
Kesengsaraan ekonomi Korea Utara sedikit meningkat karena hubungan yang membaik
dengan Korea Selatan, yang mengadopsi "Sunshine Policy" bantuan tanpa syarat terhadap
tetangga utara pada awal 2000-an. Sekitar waktu yang sama, Korea Utara semakin dekat dari
sebelumnya untuk menjalin perdamaian dengan Amerika Serikat, bahkan menjadi tuan rumah
Sekretaris Negara AS Madeleine Albright di Pyongyang pada tahun 2000.
Tetapi hubungan antara kedua Korea, dan antara Korea Utara dan Barat, segera
memburuk, karena upaya agresif Korea Utara untuk menjadi tenaga nuklir. Meskipun Kim
Jong Il telah berjanji untuk mematuhi Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) yang
ditandatangani pada tahun 1995, pada awal 2000-an laporan mulai muncul ke permukaan
fasilitas nuklir bawah tanah dan penelitian yang sedang berlangsung dalam produksi uranium
yang sangat diperkaya. Pada tahun 2003, Korea Utara telah menarik diri dari NPT, mengusir
inspektur senjata internasional dan melanjutkan penelitian nuklir di sebuah fasilitas di
Yongbyon. Tiga tahun kemudian, pemerintah Kim mengumumkan telah melakukan uji coba
nuklir bawah tanah pertamanya.
Kepemimpinan Kim Jong Un (2011-Sekarang)
Setelah Kim Jong Il meninggal setelah serangan jantung pada Desember 2011, pekerjaan
pemimpin tertinggi pergi ke anak bungsu kedua dari tujuh anaknya, Kim Jong Un yang saat
itu berusia 27 tahun.
Menggoda dirinya sebagai versi modern dari kakeknya yang legendaris, Kim Jong Un
mengambil langkah-langkah untuk mengkonsolidasikan kekuasaan, memerintahkan eksekusi
pamannya sendiri dan saingan politik dan militer lainnya. Pemerintah Kim juga terus bekerja
pada persenjataan nuklirnya, yang semakin merusak hubungan bangsanya dengan Barat. Pada
2013, uji coba nuklir ketiga menghasilkan sanksi perdagangan dan perjalanan dari Dewan
Keamanan PBB, serta protes resmi dari satu-satunya sekutu utama Korea Utara dan mitra
dagang utama, Cina.
Selama 2017, ketegangan antara Korea Utara dan Amerika Serikat mencapai tingkat yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Korea Utara meluncurkan rudal balistik antarbenua
pertamanya dengan kekuatan untuk mencapai daratan Amerika Serikat, mengancam akan
meluncurkan rudal di dekat wilayah Guam AS dan menguji bom tujuh kali ukuran yang
dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Tindakan semacam itu bahkan mendorong sanksi yang

29
lebih keras oleh Dewan Keamanan PBB dan tanggapan agresif dari Presiden AS Donald
Trump, membuat masyarakat global takut akan kemungkinan perang nuklir.
b. Korea Selatan

Jatuhnya Kepemimpinan Rhee Syng-man


Presiden Rhee Syng-man memperkuat pemerintahan otoriternya pada tahun 1960-an saat
itu partai liberal yang sedang berkuasa mencurangi pemilu presiden. Para pelajar muda yang
melakukan protes dijalan-jalan ditembak oleh polisi, kemudian presiden Rhee mengumumkan
pengunduran dirinya dan mengungsi ke Hawaii pada tahun yang sama. Tak lama setelahnya
konstitusi diubah, dan sistem kabinet dan Majelis Nasional Bikameral diadopsi. Perdana
Menteri Jang Myeon menjadi Presiden sementara Korea Selatan. Tetapi situasi politik
menjadi sangat rentan di tengah protes para pelajar Korea Selatan yang masih terus
berlangsung. Pada Mei 1961, sebuah kelompok pejabat militer muda yang dipimpin oleh
Jendral Park Chung-hee merebut kekuasaan melalui kudeta, ia menganggap pemerintahan
yang dikuasai oleh partai liberal yang sebelumnya adalah pemerintahan yang gagal, dan yang
membawa kondisi anarki.
Korea Selatan di Bawah Kepemimpinan Park Chung-Hee (1963-1979)
Dalam pemilu presiden yang diadakan pada bulan Oktober 1963, setelah dua tahun
kekuasaan militer, Park Chung-hee dipilih sebagai presiden setelah pensiun dari militer dan
dilantik pada bulan Desember ditahun yang sama. Setelah Park menjabat atas nama sistem
“Yushin‟ (Restricted System), ia menaruh semua aspek seperti politik, ekonomi, dan sosial di
dalam komando militernya (Kim, 2009) sebagai mantan tentara presiden Park sangat
bersemangat untuk membentuk stabilitas negara, meningkatkan kualitas militer dan ekonomi.
Ia yakin bahwa untuk menciptakan stabilitas negara, harus membatasi kebebasan sipil dan
kebebasan pers. Dengan demikian sistem demokrasi ala presiden Park mendorong kestabilan
dan mengembangkan situasi dan kondisi negara. Berikut beberapa kebijakan pada masa
pemerintahan Presiden Park :
 Economic Planning Board (EPB)

Peran negara dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Korea adalah dengan


mengarahkan dan menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan untuk investasi
modal, produksi, dan juga ekspor. Salah satunya adalah dengan membentuk Badan

30
Perencanaan Ekonomi (EPB) pada bulan Juni 1961. EPB yang diketuai Wakil Perdana
Menteri bertanggung jawab terhadap Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun).
Program Repelita disusun dalam empat tahap dimulai pada tahun 1962. Tahap pertama
dan kedua diarahkan untuk pembangunan industri. Tahap ketiga (1972-1976) untuk
menciptakan keseimbangan antara pembangunan industri dan pertanian, dan tahap
keempat (1977-1981) adalah pembangunan ekonomi yang mandiri dan pemerataan hasil
pembangunan. Perencanaan, penentuan anggaran dan pelaksanaan rencana-rencana yang
dilakukan oleh Kementerian Perdagangan dan Industri, Keuangan, Bangunan,
Transportasi, Komunikasi, serta Pertanian dan Perikanan berada di bawah pengawasan
EPB. EPB mencanangkan target-target untuk semua variabel ekonomi terpenting
termasuk investasi, konsumsi, tabungan, tingkatan-tingkatan output, impor dan ekspor,
serta alokasi-alokasi terinci oleh sektor-sektor industri. EPB bersama dengan kementerian
itu mempunyai wewenang untuk mengubah pajak, tarif, subsidi, tarif keperluan-keperluan
umum, mengontrol harga barang-barang tertentu, dan juga mengubah lisensi-lisensi
impor, lisensi-lisensi investasi, penggunaan devisa, dan lisensi-lisensi pendirian usaha
baru tanpa membutuhkan persetujuan Majelis Nasional. EPB mempunyai kekuasaan yang
sangat besar termasuk menguasai bank-bank komersial. Negara merupakan pemegang
saham terbesar sehingga sangat berkuasa dalam menentukan kebijakan-kebijakan
perbankan. EPB mempunyai kekuasaan untuk memelihara sekaligus menekan kaum
borjuis nasional Korea Selatan.
 Kebijakan Export-Oriented Industrialization (EOI)

Selama pemerintahan Park berperan aktif dalam memimpin sektor swasta, terutama
chaebol, untuk melaksanakan program pembangunan yang digariskan oleh pemerintah
dalam bentuk pengembangan industri manufaktur, seperti elektronik, mobil dan
semikonduktor. Beberapa produk industri yang didukung Pemerintah diarahkan ke pasar
ekspor karena belum ada pasar dalam negeri. Pemerintah menawarkan berbagai kredit
kepada eksportir. Pemerintah juga menyesuaikan alokasi kredit yang disesuaikan dengan
tingkat pertumbuhan sektor industri dan ekonomi yang biasanya lebih diprioritaskan.
Pemerintah Korea juga telah menerima pinjaman luar negeri dari Jepang dan Amerika
Serikat. Keberhasilan ekspor pertama Korea adalah ekspor produk industri ringan seperti
tekstil dan pakaian, komponen elektronik, kayu lapis, rambut palsu dan barang setengah

31
jadi (kimia, minyak bumi, kertas dan baja) berlangsung dari tahun 1964 hingga 1974.
Keberhasilan Korea selama periode ini adalah sebagian besar terbantu oleh perkembangan
ekonomi dunia yang sedang mengalami lonjakan pertumbuhan industri, sehingga Korea
tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam memasarkan produknya, apalagi Korea
memiliki sumber referensi untuk menembus pasar domestik AS.
 Kebijakan Heavy Chemical Industry(HCI)

Korea memasuki fase perkembangan industri yang dikenal dengan (Deep Process)
pada paruh kedua tahun 1970. Pada periode ini terjadi perubahan orientasi industri yaitu
dari industri ringan ke industri berat. Pada tahun 1973, pemerintah memprioritaskan
pengembangan industri berat dan kimia, seperti pembuatan kapal, industri mesin, besi dan
baja, mobil, dan petrokimia. Pertama, karena adanya pembatasan ekspor produk industri
ringan, yang sangat bergantung pada tenaga kerja murah semakin sulit didapat. Kedua,
terjadi perubahan struktur impor. Pesatnya pertumbuhan penggunaan bahan setengah jadi
yang diimpor sebagai ekspor mempengaruhi neraca pembayaran. Rencana Pengembangan
Industri Berat dan Kimia adalah upaya Korea Selatan untuk membuat pembangkit tenaga
listrik industrinya lebih mandiri. Rencana besar yang didukung oleh presiden,
Kementerian Perdagangan dan Industri Internasional / Ministry of International Trade and
Industry (MITI) dan beberapa perusahaan besar nasional (chaebol) telah dilakukan
meskipun ada tantangan dari para teknokrat. Rencana ini sebenarnya mendapat dukungan
dari Angkatan Darat dan terkait dengan kontribusinya terhadap industri militer di masa
depan. Para chaebol menerima pinjaman tanpa bunga untuk mendirikan pabrik ekspor.
Sebagai contoh, Hyundai ditugaskan untuk mengembangkan sektor otomotif. Daewoo,
seorang spesialis tekstil, bertanggung jawab atas produksi peralatan mesin, pembuatan
kapal, dan mobil. Park terpaksa mengembangkan beberapa industri dasar, termasuk
industri baja, salah satunya Pohang Steel Company (POSCO).
 Gerakan Saemaul Undong

Gerakan saemaul merupakan gerakan yang dimaksudkan untuk mengembangkan dan


memodernisasikan daerah pedesaan. Tujuannya adalah untuk membangkitkan semangat
kemerdekaan (indipendence), kemandirian (self-help) untuk mewujudkan gerakan desa
baru (New Village Movement), dan kerja sama atau sifat gotong royong (Mutual

32
Cooperation) dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Konsep ini
diperkenalkan pada tahun 1971 ketika Korea Selatan menghadapi permasalahan
disparitas pedesaan-perkotaan akibat prioritas pembangunan yang selalu menekankan
industrialisasi berorientasi ekspor.
Saemaul undong dioperasikan melalui tiga tahapan. Pada tahap awal dilakukan
berbagai perbaikan lingkungan hidup pedesaan terutama yang menyangkut fasilitas fisik.
Tahap selanjutnya adalah memperbaiki infrastruktur dasar, dan tahap terakhir adalah
memperluas kesempatan kerja pertanian dan non-pertanian di samping menggarap
aktivitas lain yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan warga setempat.
Korea Selatan di Bawah Kepemimpinan Kim Dae-jung (1998-2003)
Kim Dae Jung menang dalam pemilu presiden Desember 1997 saat mengalahkan Lee
Hoi-chang dari Partai Besar Nasional dan Rhee In-je dari Partai Rakyat Baru. Berakhirnya
kekuasaan Presiden Kim Young-sam selintas menandakan pupusnya dominasi militer yang
runtuh akibat krisis moneter. Awal tahun 1998, Kim Dae-jung dilantik sebagai Presiden
Korea Selatan. Setelah bantuan IMF (Dana Moneter Internasional) diterima, Kim Dae Jung
melancarkan serangkaian pembaruan. Lima chaebol terbesar yaitu Hyundai, Samsung,
Daewoo, LG, dan Sungkyong menjadi teladan dalam melakukan restrukturisasi dan
liberalisasi (Nirmala, 2007).
Kebijakan Sunshine Policy
Pada masa pemerintahan Kim Dae Jung kebijakan yang dikeluarkan yaitu Sunshine
Policy. Sunshine Policy adalah kebijakan penyatuan secara de facto melalui lebih banyak
kontak dan kerja sama antara Utara dan Selatan dari pada penyatuan sistem hukum (de jure).
Melalui Kebijakan Sinar Matahari, Kim Dae Jung memelopori upaya rekonsiliasi antara
Korea Selatan dengan saudaranya, Korea Utara yang tetap bermusuhan setelah Perang Korea
1950-1953 dengan mengadakan kunjungan ke Pyongyang. Pertemuan puncak antara Presiden
Kim Dae Jung dan Kim Jong Il tahun 2000 di Pyongyang mengandung arti penting bagi
upaya reunifikasi Korea. Melalui pertemuan puncak itu, kedua Korea memilih cara penyatuan
dengan hidup bersama secara damai. Berdasarkan arti pertemuan puncak, kedua Korea sangat
memerlukan sikap untuk menuju masa pasca Perang Dingin dan menghapuskan hubungan
pertentangan di masa Perang Dingin. Kunjungan Kim Dae Jung ke Korea Utara dan
berhasilnya pertemuan puncak di Pyongyang pada Juni 2000 merupakan hasil Kebijakan

33
Sinar Matahari Kim Dae Jung. Oleh karena keberhasilannya, Kim Dae Jung memperoleh
hadiah Nobel Perdamaian.
Peristiwa Tenggelamnya Kapal Cheonan (2010)
Serangan terhadap kapal perang Cheonanyang berbobot 1.200 ton terjadi pada malam
hari,26 Maret 2010. Tenggelamnya Cheonan di laut Kuning pada 26 Maret 2010 disebut
sebagai peristiwa paling mematikan setelah Perang Korea pada tahun 1953. Korea Selatan
yang memimpin investigasi internasional menyimpulkan serangan torpedo Korea Utara
sebagai penyebab tenggelamnya Cheonan. Namun, Pyongyang berkukuh tidak mengakuinya.
Serangan artileri ke pulau YeonPyeong (23 November 2010)
Pada tanggal 23 November 2010, Korea Utara melancarkan serangan artileri ke pulau
Yeongpyeon yang mana adalah teritorial dari Korea Selatan, serangan bombardir artileri ke
arah pulau tersebut menghancurkan sebagian infrastruktur pulau, dan menewaskan beberapa
rakyat sipil, dan pasukan militer, puluhan orang dikabarkan terluka. Korea Utara
menembakkan sekitar 200 artileri berat ke arah pulau tersebut, kejadian ini adalah kejadian
yang menempatkan tensi di antara kedua pihak memuncak ke level tertinggi semenjak perang
Korea berakhir.
Korea utara menyatakan serangannya adalah respons dari serangan artileri dari Korea
Selatan yang menembakkan artileri ke wilayah perbatasan laut Korea Utara. Walaupun Korea
Selatan menampik hal tersebut, bukan hal yang mustahil untuk itu terjadi, karena pada saat itu
Korea Selatan sedang mengadakan latihan militer di daerah perbatasan, namun memang
tembakan seharusnya tidak di arahkan kepada Korea Utara.
Kronologis kejadiannya bisa dilihat dari tanda-tanda awal permasalahan itu muncul, pada
jam 8:20 pagi waktu Korea, pada tanggal 23 November 2010, Korea Utara sudah
mengirimkan pesan kabel peringatan kepada pemerintahan Korea Selatan, untuk tidak
melakukan latihan militer di dekat perbatasan. Pemerintah Korea Selatan mengabaikan pesan
tersebut dan tetap memulai latihan militer di pulau Yeongpyeon pada pukul 10 pagi. Beberapa
jam setelah latihan dilaksanakan, pada pukul 14.34 siang hari, Korea Utara memulai untuk
membombardir Yeonpyeong dengan senjata artileri berat, dan menghancurkan semua yang
dihantam oleh artileri tersebut. Korea Utara berhenti menembakkan senjata 21 menit
setelahnya, yaitu pukul 14.55, namun Korea utara melakukan serangan kembali pada pukul
15.12 dan tak berhenti sampai dengan pukul 15.41 waktu setempat. Setelah serangan terjadi,

34
menteri pertahanan Korea Selatan, Kim Tae-Young dipaksa untuk mengundurkan diri, karena
dianggap tidak kompeten, dan kurang tanggap dalam merespons konflik yang sedang terjadi,
Tae-Young digantikan oleh Kim Kwan-Jin, yang akhirnya memerintahkan untuk menyerang
balik Korea Utara, dengan menembakkan delapan peluru artileri ke arah persenjataan Korea
Utara di perbatasan utara dari pulau Yeongpyeon.
Kepemimpinan Moon Jae-in (2017-Sekarang)
Pada 9 Mei 2017 Korea Selatan telah memilih Presiden baru. Moon Jae-in dipilih oleh
masyarakat Korea selatan untuk menggantikan Presiden Park Geun-hye, yang dimakzulkan
pada bulan Desember atas tuduhan suap dan penyalahgunaan kekuasaan. Pada masa
pemerintahan Moon mengeluarkan Berlin Initiatives sebagai upaya dari kebijakan Korea
Selatan terhadap Korea Utara. Kebijakan luar negeri yang dibentuk oleh Moon Jae In ini,
menunjukkan adanya reorientasi dari kebijakan sebelumnya. Reorientasi kebijakan Republik
Korea tersebut membentuk adanya perubahan dalam dinamika hubungan Korea selatan dan
Korea Utara. Hal tersebut salah satunya terlihat pada peristiwa inter-Korean summit yang
terjadi pada 27 April 2018.
Konferensi Tingkat Tinggi Antar-Korea (Inter Korean summit)
Inter-Korean summit atau KTT Antar-Korea adalah pertemuan dengan para pemimpin
Korea Utara dan Selatan. Hingga saat ini, ada lima pertemuan semacam itu sejauh ini (2000,
2007, April 2018, Mei 2018, dan September 2018), tiga di antaranya berada di Pyongyang,
dan dua lainnya di Panumjeom. Pentingnya KTT ini terletak pada kurangnya komunikasi
formal antara Korea Utara dan Korea Selatan, yang membuat membahas masalah-masalah
politik dan ekonomi menjadi sulit. Agenda KTT mencakup topik-topik seperti berakhirnya
perang 1950-53 (saat ini ada gencatan senjata yang berlaku), penyebaran pasukan besar-
besaran di DMZ (totalnya sekitar dua juta), pengembangan nuklir senjata oleh Korea Utara,
dan masalah hak asasi manusia.
Pada 13-15 Juni 2000, perwakilan kedua pemerintah bertemu untuk pertama kalinya
sejak pembagian semenanjung Korea. Kim Dae-jung presiden Korea selatan dengan Kim
Jong-il Pemimpin Tertinggi Korea Utara di Pyongyang, Korea Utara menghasilkan sebuah
kesepakatan yakni 15 Juni Deklarasi Bersama Utara-Selatan. Pada 2-4 Oktober 2007, Roh
Moo-hyun, Presiden Korea Selatan dan Kim Jong-il, Pemimpin Tertinggi Korea Utara
kembali mengadakan pertemuan di Pyongyang dengan sebuah deklarasi KTT diadopsi, yang

35
mencakup realisasi Deklarasi Bersama 15 Juni, promosi pertemuan puncak tiga pihak atau
empat partai untuk menyelesaikan masalah nuklir di semenanjung Korea, dan promosi aktif
antar Proyek kerja sama ekonomi Korea. Pertemuan puncak diadakan pada tanggal 27 April
2018 di bagian Korea Selatan dari Daerah Keamanan Bersama. Itu adalah pertemuan puncak
ketiga antara Korea Selatan dan Korea Utara, yang disetujui oleh Presiden Korea Selatan,
Moon Jae-in dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un. Dengan hasil pembicaraan
Deklarasi Panmunjom.
Mengikuti kesepakatan pada pertemuan puncak pertama, Moon Jae-in mengunjungi
Korea Utara pada bulan September dan mengadakan pertemuan puncak ketiga dengan Kim
Jong-un di Pyongyang. Selama dua hari dan tiga hari, Moon Jae-in dan Kim Jong-un berbagi
sebagian besar jadwal untuk menunjukkan keintiman dan kepercayaan, dan Moon Jae-in juga
membuat pidato publik kepada Korea Utara di stadion 1 Mei di Lungado. Deklarasi Bersama
Pyongyang juga diumumkan pada bulan September antara kedua Korea. Pada hari ia kembali
ke Korea setelah KTT, Moon Jae-in menyatakan pentingnya Deklarasi Pyongyang dalam
bentuk 'laporan publik', menekankan bahwa ini adalah pertama kalinya Kim Jong-un secara
langsung mendeklarasikan denuklirisasi. Itu juga membuka kemungkinan deklarasi
sebelumnya. Selain itu, mereka sepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang ekonomi,
kehutanan dan kesehatan, reuni keluarga yang terpisah dan kemajuan bersama dalam ekonomi
internasional.

4. JEPANG

Salah satu faktor yang mendasari kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II adalah
kemunduran dalam berbagai sektor akibat pengrusakan kapal nelayan oleh musuh. Di
akhir perang, kondisi Jepang semakin memburuk dengan adanya inflasi dan devaluasi
nilai mata uang. Selain itu, banyaknya infrastruktur yang rusak juga menghambat proses
produksi sehungga mengancam keberlangsungan perekonomian Jepang.
Dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan Hirosima oleh pasukan sekutu menjadi
awalan dari kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II. Kekalahan ini menjadi pukulan
besar bagi penduduk Jepang mengingat bagaimana besarnya kepercayaan mereka pada
sang Kaisar yang dianggap sebagai keturunan Dewa. Hal ini juga mendorong banyak

36
terjadinya kasus bunuh diri. Pemboman yang dilakukan pihak sekutu telah menyebabkan
sebagian besar penduduk Jepang harus kehilangan mata pencaharian akibat hancurnya
pabrik-pabrik.
Situasi yang lebih buruk dialami oleh kota Nagasaki dan Hirosima yang
terdampak langsung bom atom. Nyaris tidak ada yang tersisa dari dua kota tersebut selain
puing-puing bangunan telah menghitam. Banyak dari penduduk yang kemudian terpaksa
tinggal di pondok yang terbuat dari lempeng besi bekas. Setidaknya terdapat sekitar 2 juta
rumah yang hancur karena serangan pasukan udara. Selain membutuhkan rumah baru,
banyak dari para penduduk Jepang yang menderita kelaparan.
Pasca kekalahan tersebut, Jepang resmi diduduki oleh pasukan sekutu yang
dibawahi oleh pimpinan AS yakni Jenderal Douglas MacArthur. Kependudukan ini
berlangsung hingga tahun 1951. Di tahun 1946, Jepang menyusun sebuah konstitusi baru
yang dinilai sangat berbeda dengan yang pernah ada sebelumnya. Pasal utama dalam
konstitusi baru ini menyangkut posisi kaisar dan pasukan bersenjata.
Dalam konstitusi sebelumnya (Meiji), seorang kaisar dianggap sebagai seorang
keturunan Dewi, memiliki kedudukan dan otoritas yang tinggi. Sementara konstitusi baru
menyatakan jika kaisar hanyalah sebagai simbol persatuan negara saja, sementara
kedaulatan yang paling tinggi dipegang oleh rakyat. Selain pembahasan mengenai
kedudukan kaisar, terdapat pula pembahasan mengenai angkatan bersenjata yang
menyatakan jika Jepang tidak boleh mempunyai angkatan bersenjata untuk memulai
peperangan selain untuk bentuk pertahanan negara dan keamanan dalam negeri.

Orang Jepang tidak hanya hancur secara fisik dikarenakan kehilangan tempat
tinggal dan pekerjaan, namun turut terpukul hatinya akibat kekecawaan yang mendalam
terhadap sang kaisar yang telah dianggap sebagai Dewa selama berabad-abad. Mereka
sangat menggantungkan nasibnya pada situasi apapun yang menimpa mereka. Dalam
artian lain, kehidupan mereka sangat bergantung pada pemegang kekuasaan saat itu yang
akan menuntut Jepang kearah yang selanjutnya.
Selama masa kependudukan pasukan Sekutu, Jepang banyak berfokus untuk
membenahi bidang Industri dan perekonomian. Berbagai upaya keras dan konsisten yang
dilakukan telah berhasil menjadikan Jepang sebagai salah satu negara industri yang dapat

37
bersaing dengan negara maju pada masa itu. Kemajuan ini juga diperoleh dalam kurun
waktu yang cenderung singkat.

Perekonomian Jepang terus berkembang dengan pesat, khususnya di tahun 1950-


an. Lebih dari satu dekade kemudian, rata-rata tingkat pertumbuhan mengalami
peningkatan hingga sekitar 10%. Ini merupakan pencapaian baru yang belum pernah ada
di negara besar mana pun. Jepang telah menjadi negara yang sangat maju karena
perkembangan ekonominya. Hal ini juga mendorong adanya tingkat konsumerisme yang
tinggi di kalangan masyarakat Jepang. Muncul rasa bangga tersendiri dalam diri
masyarakat Jepang terhadap negaranya yang sebelumnya sudah tidak dirasakan selama
bertahun-tahun. Kemajuan ini juga mengundang decak kagum dari negara-negara lain.
Kestabilan tingkat kelahiran juga turut berpengaruh pada peningkatan GNP per
kapita. Angka kelahiran pada masa itu diprediksi sekitar 1% per tahunnya. Penduduk
Jepang di tahun 1960-an berjumlah kurang lebih 94 juta jiwa. Penganjuran untuk
membatasi kelahiran dan pelonggaran aturan tentang aborsi sangat berdampak
mengurangi jumlah anak yang lahir setiap tahunnya. Kesadaran untuk membatasi jumlah
anak di kalangan masyarakat Jepang didorong pula oleh terbatasnya ruang dalam satu
apartemen yang pada umumnya dijadikan hunian oleh penduduk perkotaan. Meskipun
populasi perkotaan meningkat akibat urbanisasi, angka kriminalitas tetap rendah.
Hampir seluruh anak-anak di Jepang mendapat akses pendidikan yang memadai
bahkan hingga ke tingkat perguruan tinggi. Fenomena putus sekolah tentu menjadi suatu
hal yang jarang terjadi. Terdapat peningkatan persentase sekitar 90% golongan usia yang
dapat menuntaskan pendidikannya sampai ke sekolah menengah atas dalam 12 tahun.
Lebih dari 30% dari golongan usia tersebut meneruskan pendidikan hingga ke tingkat
Universitas. Hal inni merupakan rekor terbaru yang menyaingi persentase negara-negara
Eropa Barat.
Jepang telah menjadi mitra dagang terbesar pertama atau setidaknya kedua di
dunia sejak awal tahun 1970-an. Saat itu, Jepang mulai banyak berinvestasi di berbagai
negara, termasuk di dalamnya negara-negara maju. Bentuk bantuan yang diberikan
Jepang sangat krusial bagi negara-negara berkembang. Selain itu, keterlibatannya dalam
berbagai badan internasional juga sangat berpengaruh untuk seluruh anggotanya.

38
Setelah wafatnya Kaisar Hirohito pada tahun 1989, Kepemimpinan diwariskan
pada Kaisar Akihito. Era ini dinamakan sebagai Era Heisei yang berlangsung hingga
tahun 2019. Selama berlangsungnya Era Heisei, terjadi berbagai perubahan baik dalam
bentuk kemunduran maupun kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan di Jepang.
Salah satu perubahan yang terlihat ada di bidang pendidikan. Jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya, pendidikan di era ini cenderung bersifat lebih menuntut.
Dengan tuntutan yang lebih besar, banyak diantara pelajarnya yang melakukan bunuh diri
akibat tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut. Diperkirakan sekitar lebih dari 250 anak-
anak pelajar Jepang melakukan bunuh diri di antara tahun 2016-2017. Jika dibandingkan
dengan data dari tahun 1986, angka bunuh diri di kalangan pelajar mengalami
peningkatan sebanyak 5 kali lipat. Fenomena ini dilatarbelakangi oleh banyak
permasalahan seperti permasalahan keluarga, bullying di lingkungan pendidikan,
berbagai bentuk kecemasan mengenai hidup.
Selanjutnya, dalam bidang perekonomian terjadi peristiwa gelembung ekonomi
yang sempat menjadi topik utama perekonomian Jepang pada era tersebut. Ekonomi
Jepang mengalami perkembangan pesat di tahun 1985. Terjadi peningkatan tajam nilai
saham, tanah, dan rumah. Pada masa itu nilai mata uang Yen mengalami penguatan.
Tetapi semua kegemilangan itu tidak berlangsung lama, sebab di tahun 1990-an terjadi
krisis ekonomi besar-besaran di Jepang. Krisis ini bahkan dinilai sebagai yang krisis
ekonomi terburuk sejak akhir 1940.

Perpolitikan selama periode Heisei terus mengalami perubahan, salah satunya


adalah reformasi pemilu yang terjadi di tahun 1994 dan reformasi administrasi di tahun
2001. Reformator-reformator Jepang menginisiasi gebrakan baru dalam dunia
perpolitikan, tepatnya mereka menginginkan perubahan pada sistem pemilu Jepang.
Perubahan yang dimaksud adalah sistem baru yang memungkinkan dua partai dapat
berotoritas secara bergantian. Artinya, sebuah partai yang menang dalam pemilu dapat
membangun pemerintahan meskipun tidak ada partai koalisi, dan pembuatan kebijakan
dapat dilakukan secara lebih efektif. Sementara reformasi administrasi difokuskan pada
penegasan peran kantor perdana menteri dan penyederhanaan sistem pemerintahan.
Reformasi ini bertujuan untuk memberdayakan kantor perdana menteri di bidang

39
administrasi untuk memberikan prioritas politik daripada berada di bawah otoritas
kementerian.
Dalam bidang teknologi, teknologi Jepang dinilai sebagai yang terdepan pada
periode ini. Kemajuan bidang teknologi ini dapat terlihat dengan semakin populernya
Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT). Keduanya telah memasuki ranah
dunia fisik dan dunia digital di Jepang sehingga dapat menciptakan pola baru bagi
industri di Jepang. Hal ini memicu melambatnya perkembangan peralatan dan teknik
mesin di Jepang. Alih-alih, semua ittu tergantikan oleh pembaruan berbasis perangkat
lunak dan inovasi karena penggunaan Internet meningkat setelah akhir abad ini.
Dalam hal populasi, menurut laporan dari Kementerian Dalam Negeri Jepang
(2019), selama periode Heisei, jumlah anak di Jepang berkurang hingga sepertiganya.
Terlebih, jumlah anak yang berusia kurang dari 15 tahun diperhitungkan hanya 15,33 juta
per 1 April. Angka tersebut merupakan angka terendah sejak tahun 1950. Terlebih,
berdasar pada data yang dikeluarkan sebelum hari anak di Jepang menunjukkan angka
populasi anak hanya sebesar 12,1% dari total seluruh penduduk Jepang. Angka ini
memperlihatkan penyusutan populasi sebesar 0,2% setiap tahunnya. Sejak awal periode
Heisei, penurunan jumlah anak di Jepang mencapai dua pertiga dari 23,2 juta anak pada
tahun 1989.
Ditahun 2019 disahkannya RUU imigrasi Jepang dan berakhirnya era Heisei yang
kemudian digantikan dengan Era Reiwa yang dipimpin oleh Kaisar Naruhito. Era Reiwa
berlangsung sejak tahun 2019 hingga saat ini.

40
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Sejarah peradaban India, China, Korea, dan Jepang memiliki dampak yang signifikan
sekali terhadap dunia sekarang ini. India mengalami masa kejayaan seletah India merdeka, dan
kemerdekaan dari India tidak bias dilepaskan dari seorang tokoh yang bernama Mahatma
Ghandi. Gerakan kemerdekaan India mencapai sebuan gerakan nyata dengan berdirinya Indian
National Congres pada tahun 1885. Negara China sendiri sangat melewati peradaban yang cukup
panjang dan cukup tragis. Dimana pada saat itu ada banyak mayarakat China yang merasakan
kesengsaraan dan penderitaan. Namun, pada masa Mao Zedong China mengalami kemajuan.
Tetapi, Pada Masa pemerintahan Mao juga bbanyak sekali kesengsaraan yang dialami oleh
masyarakatnya, sehingga Mao turun tahta dan kemudian China mencapai kejayaannya pada
masa Deng Xioping. Selain India dan China ada juga Negara Korea, dimana Korea pernah
mengalakukan tindakanpembebasan darikolonialisme Jepang pada tahun 1945-1950. Selain itu,
Korea terlibat dalam perang saudara antara Korea Utara dan Kore Selatan pada tahun 1950-1953
dan sampai saat sekarang Korea masih terbagi menjadi dua Negara. Dan yang selanjutnya yaitu
Jepang dimana pada saat itu Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II. Dan kota yang
ada di Jepang, yaitu Hirosima dan Nagasaki di Bom oleh pasukan sekutu dan hal itu juga lah
yang menjadi penyebab kalahnya Jepang dalam Perang Dunia II.

Saran

Tentunya penulis menyadari dari bahwa jika dalam penyusunan makalah diatas masih
jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami sebagai penulis meminta saran dan Kritik dari
pembaca sekalian. Adapun kami sangat erasa bersyukur sekali jika makalah inibisa menjadi
referensi dan bias menambah wawasan para pembacanya.

41
DAFTAR PUSTAKA

Putri, T. R. (2020). TINJAUAN HISTORIS PERAN SERTA MAHATMA GHANDI DI BIDANG AGAMA


DAN SOSIAL DALAM USAHA MEWUJUDKAN KEMERDEKAAN INDIA TAHUN 1914-
1947 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Metro).

Sutopo, FX. 2014. China: Sejarah Singkat. Jogjakarta: Garasi

Aldikawati, Mega., Ani, Khairunnisa. (2015) MASA DEPAN REUNIFIKASI KOREA (Dinamika
Hubungan Korea Utara-Korea Selatan dan Dampaknya Terhadap Stabilitas Keamanan
di Kawasan Asia Timur Pasca Perang Dingin). Jurnal Polinter ,Vol. 1, No. 1. [Online]
Diakses dari http://journal.uta45jakarta.ac.id/index.php/polhi/article/view/63

Darini, Ririn. (2009) PARK CHUNG-HEE DAN KEAJAIBAN EKONOMI KOREA


SELATAN.Mozaik, Vol. 5, No. 1. [Online]. Diakses dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132233219/penelitian/PARKCHUNGHEE-
MOZAIK+2009.pdf

Fathimatuzzahrah, Dessy. (2013). Upaya Reunifikasi Korea (Studi Tentang Pemerintahan


Presiden Kim Dae Jung Di Korea Selatan Tahun 1998 - 2003). [Online]. Diakses dari
https://core.ac.uk/download/pdf/289786552.pdf

Kyung, Moon Hwang. (2017). A History of Korea 2nd Edition. London: PALGRAVE
Noviani, A. (2020). UPAYA REUNIFIKASI KOREA MASA MOON JAE IN ( 2017-2019)
Harapan Dan Tantangan. Diakses dari
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28263/160906047.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Victor, S. (2018). PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN


MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN. Info Singkat, Vol. X, No. 09. 7-12

42
Mulyana, G. S., Mulyana, A., Yulifar, L. (2017). Kaisar Amerika di Negeri Sakura: Peranan
Douglas Macarthur dalam Rekonstruksi Jepang Pasca Perang Dunia II. Jurnal
Factum, 6(2), 217-229.

Maharani, P. R. (2019). Wajah Jepang Pada Era Heisei. Jurnal Kiryoku, 3(3), 135-140.
Suherman, H. (2004). Dinamika Masyarakat Jepang dari Masa Edo Hingga
Pascaperang Dunia II. Jurnal Humaniora, 16(2), 201-210.

43

Anda mungkin juga menyukai