Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK KEWIRAUSAHAAN

KASUS ETIKA BISNIS MASKAPAI PENERBANGAN LION AIR

Disusun Oleh :
1. Ahmad Septa R. (19013010144)
2. Rama Aji Pradana (19013010159)
3. Gezza Insan Muttaqin (19013010175)
4. M Haris Novianto (19013010276)
5. Fauzi Ardiansyah (19013010283)

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
TAHUN AJARAN 2021
MASKAPAI PENERBANGAN LION AIR SALAH MENURUNKAN
PENUMPANG
1. KRONOLOGIS
10 Mei lalu tampaknya menjadi hari yang berat bagi maskapai swasta terbesar di
Indonesia, Lion Air. Bagaimana tidak, setelah terjadi keterlambatan di beberapa
penerbangan Lion Air, terjadi kesalahan menurunkan penumpang Lion Air rute
Singapura–Jakarta JT161. 182 penumpang JT161 tersebut seharusnya melalui proses
clearance imigrasi, tapi karena terjadi kesalahan, beberapa penumpang yang ada dalam
satu bus justru diturunkan di terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta.
Dalam penjelasannya, pihak Lion Air menyatakan bahwa pesawat mendarat pada
pukul 19.20 WIB dan diarahkan untuk parkir di remote area 56 oleh petugas ATC.
Karena parkir pesawat bukan di terminal, maka penumpang harus menggunakan bus
yang telah disediakan.Terjadi kesalahan prosedur yang dilakukan oleh salah satu
pengemudi (pihak ketiga) shuttle bus yang mengantar penumpang JT161 ke terminal
kedatangan domestik 1B. Berdasarkan informasi, kesalahan ini terjadi saat pengemudi
yang diminta untuk mengangkut penumpang Lion Air dari Padang tersebut mengira
bahwa penumpang dari Singapura (JT161) adalah penumpang Lion Air dari Padang.
Hal ini terjadi karena pesawat dari Singapura dan dari Padang parkir berdekatan.
Kondisi diperparah karena ternyata pengemudi shuttle bus tersebut akan menjalani
pergantian shift kerja.
Menyadari ada kesalahan, maka petugas darat Lion Air segera mengarahkan
penumpang yang sudah terlanjur turun di terminal domestik 1B untuk kembali menuju
shuttle bus untuk diantarkan kembali ke terminal internasional karena diharuskan untuk
melalui proses imigrasi. Setelah dilakukan investigasi, terdapat 4 penumpang yang
terlewat belum melakukan proses imigrasi. Terkait kejadian ini, Lion Air telah
menghentikan kerja sama dengan pihak ketiga (pengelola bus) dan akan melakukan
penyelidikan terhadap kedua pengemudi shuttle bus bersama dengan pihak terkait
seperti Kepolisian untuk menemukan apakah ada unsur pidana atau murni kelalaian.
Karena kejadian ini pula Lion Air dijatuhi sanksi pembekuan sementara
operasional ground handling Lion Air di Bandara Soekarno-Hatta oleh Kementerian
Perhubungan. Pada konferensi pers yang diadakan di kantor pusat Lion Air di Lion
Tower, Jakarta, Kamis (19/5), pihak Lion Air melalui Direktur Umum Edward Sirait
mengkonfirmasi bahwa seluruh penumpang sudah melakukan proses clearance
imigrasi. Pada kesempatan yang sama, perwakilan ground handling Lion Air juga
memohon maaf atas kesalahan yang terjadi dan berharap kepada pemerintah agar adil
dan bijaksana dalam mengambil keputusan karena berhubungan dengan nasib 27 ribu
karyawan Lion Air.

2. PERMASALAHAN
Maskapai penerbangan Lion Air salah menurunkan penumpang Lion Air rute
Singapura–Jakarta JT161. Peristiwa salah turunkan penumpang Lion Air JT 161 terjadi
pada 10 Mei 2016. Pesawat itu bertolak dari Singapura ke Bandara Soekarno-Hatta
Tangerang Banten. Namun, sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta penumpang tidak
diturunkan di terminal kedatangan internasional melainkan di terminal kedatangan
domestik. Akibatnya sejumlah 40 penumpang negara asing lolos pemeriksaan dari
petugas imigrasi, bea dan cukai.
3. A. PERSPEKTIF BISNIS
Ditinjau dari perspektif makro menyalahi kondisi yang diperlukan market sysem
untuk dapat efektif yaitu Ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan
barang dan jasa. Dikarenakan pihak maskapai Lion Air lalai akan tanggung jawab
terhadap penumpang sehingga terjadi kesalahan menurunkan penumpang.
Kesalahan tersebut dapat mengakibatkan kerugian bagi pemerintah karena
terdapat 40 penumpang warga asing yang lolos pemeriksaan petugas imigrasi, bea
dan cukai.
Ditinjau dari perspektif mikro Lion Air tidak etis dikarenakan kesalahan fatal
bahkan merupakan hal yang langka dalam dunia penerbangan yang diperbuat
dengan salah menurunkan penumpang menyebabkan konsumen kehilangan
kepercayaan terhadap maskapai penerbangan ini. Sedangkan perspektif mikro
sendiri identik dengan kepercayaan.

B. HUKUM
Ditinjau dari segi hukum Lion Air telah menyalahi Undang-Undang
Penerbangan. Pasal 232 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan. Dalam pasal tersebut disebutkan, pelayanan teknis penanganan
pesawat udara di darat atau ground handling terdiri atas pelayanan penumpang dan
bagasi serta penanganan kargo dan pos.

Maskapai Penerbangan Lion Air bisa mendapatkan sanksi pembekuan Ground


handling oleh Kementrian Perhubungan Republik Indonesia. Sehingga Lion Air tidak
bisa melakukan aktifitas ground handling. Sanksi ini diberikan agar pihak maskapai
penerbangan melakukan perbaikan kinerja manajemen dan operasional jasa terkait
pelayanan bandar udara maskapai sehingga kesalahan yang sama tidak akan terjadi
lagi.

“Ancaman pidana sesuai Pasal 114 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011


tentang Keimigrasian,” Pasal 114 ayat (1) itu menyebutkan penanggung jawab alat
angkut yang masuk atau keluar wilayah Indonesia dengan alat angkutnya yang tidak
melalui tempat pemeriksaan imigrasi dihukum dengan pidana penjara paling lama
satu tahun atau pidana denda paling banyak Rp 100 juta.

Ayat (2) menyebutkan penanggung jawab alat angkut yang sengaja


menurunkan atau menaikkan penumpang yang tidak melalui pemeriksaan pejabat
imigrasi atau petugas pemeriksa pendaratan di tempat pemeriksaan imigrasi terkena
pidana penjara paling lama dua tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 200
juta.

Maskapai Penerbangan Lion Air melakukan kesalahan dengan salah


menurunkan penumpang asing sehingga penumpang kewarganegaraan asing tidak
menjalani pemeriksaan dari pihak imigrasi, bea dan cukai, dari hal tersebut Lion
Air bisa mendapatkan sanksi berdasarkan UUD Pasal 114 Nomor 6 Tahun
2011 tentang Keimigrasian.
C. MORAL
Tindakan yang dilakukan oleh maskapai penerbangan ini merupakan kesalahan
dari pihak manajemen dan operasional maskapai sehingga prosedur yang
seharusnya dilakukan oleh penumpang asing tidak dilaksanakan.

4. TEORI YANG TERKAIT


a. Teori Utilitarianisme
Apabila kasus ini dikaitkan dengan teori Utilitarianisme, dilihat dari manfaatnya,
maskapai penerbangan Lion Air ini bermanfaat bagi para penumpang yang
melakukan perjalanan dengan waktu yang efektif. Akan tetapi dalam kasus ini
pihak maskapai dapat merugikan pemerintah dengan warga asing yang tidak
menjalani prosedur pemeriksaan keimigrasian, bea dan cukai.

b. Teori Keutamaan
Teori keutamakan memandang seseorang etis jika memiliki sifat-sifat keutamaan
yaitu sifat bijaksana, rendah hati, dan jujur. Maskapai penerbangan Lion Air telah
melakukan tugasnya terhadap penumpang asing akan tetapi pihak maskapai telah
melakukan kesalahan bahwa pihak dalam melakukan tugas tersebut sehingga
prosedur yang seharusnya di lakukan tidak bisa dilaksanakan.
5. KEADILAN YANG DILANGGAR
Keadilan Legal
Keadilan legal yaitu perlakuan yang sama terhadap semua orang sesuai dengan
hukum yang berlaku. Lion Air telah menyalahi keadilan legal ini karena seharusnya
penumpang asing setelah sampai harus melakukan pemeriksaan dari pihak migrasi,
bea dan cukai dikarenakan hal ini merupakan peraturan yang telah ditetapkan oleh
Negara.

6. TINDAKAN YANG DILAKUKAN


a. Penumpang
Penumpang harus melakukan tindakan sesuai prosedur yang telah ditetapka
oleh Negara.
b. Perusahaan
Perusahaan harus melakukan perbaikan kinerja manajemen dan operasional
perusahaan agar kejadian yang sama tidak akan terjadi lagi serta perusahaan
melakukan tindakan yang tepat guna menyelesaikan masalah yang terjadi dan
tidak ada pihak yang dirugikan.
c. Pemerintah
Pemerintah harus menangani permasalahan ini dengan tepat, melakukan tindakan
yang tegas terhadap permasalahan yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai