Anda di halaman 1dari 286

Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)

Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM)


Kota Dumai
PEMERINTAH KOTA DUMAI
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
Jalan Brigjen HR. Soebrantas No. 02 Dumai
DUMAI-RIAU

SARAN DAN MASUKAN

JENIS DOKUMEN : DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)


NAMA RENCANA USAHA / KEGIATAN : SISTEM PENGOLAHAN AIR MINUM (SPAM) KOTA DUMAI
PEMERKASA : DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENAATAN RUANG KOTA DUMAI
PRESENTASI TANGGAL : SELASA, 26 NOVEMBER 2019

NO HALAMAN SARAN / MASUKAN Tanggapan/Jawaban Halaman


SURIANI (WAKIL DARI DINAS KESEHATAN KOTA DUMAI)
1. Menambahkan Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010 Peraturan telah di tambahkan di dalam matriks Matriks RKL-
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum ke dalam dokumen RPL

NO HALAMAN SARAN / MASUKAN Tanggapan/Jawaban Halaman


YUSA AFRIZA (WAKIL DARI DINAS PUPR KOTA DUMAI)
1. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau No. 10 Tahun - -
2018 tentang rencana tata ruang wilayah propinsi riau tahun
2018-2038 intake berada di kawasan perairan sedangkan IPA
berada dikawasan pemukiman
2. Koordinat lokasi usaha tidak sesuai dengan lampiran Koordinat Intake telah disesuaikan denda lampiran informasi III-1
informasi peruntukan ruang peruntukan ruang.
Koordinat IPA berbeda karena IPA yang disebut di dalam
dokumen adalah IPA lama yang berada di IPA Sudirman
berlokasi di Kelurahan Teluk Binjai, Kecamatan Dumai
Timur. Sedangkan yang disebut dalam lampiran informasi
peruntukan ruang adalah IPA baru yang berada di lokasi Jl
Gatut Subroto (Bukit Timah KM 9) Kel. Mekar Sari, Kec.
Dumai Selatan
3. Belum mencantumkan koordinat reservoir kedalam dokumen Ada 2 reservoir pada fasilitas ini, yaitu pada lokasi Intake dan III-1
pada lokasi IPA. Koordinat Intake da IPA telah dicantumkan
dalam dokumen
PEMERINTAH KOTA DUMAI
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
Jalan Brigjen HR. Soebrantas No. 02 Dumai
DUMAI-RIAU

NO HALAMAN SARAN / MASUKAN Tanggapan/Jawaban Halaman


YUSA AFRIZA (WAKIL DARI DINAS PUPR KOTA DUMAI)
4. Informasi peruntukan kawasan didalam dokumen masih Peta RTRW telah menggunakan draf tahun 2019-2038 III - 4
menggunakan draft RTRW kota dumai tahun 2014-2034
sebagai acuan. Melakukan koordinasi dengan Dinas
Pekerjaan Umum dan Penaatan Ruang Kota Dumai terkait
Tata Ruang Terbaru

NO HALAMAN SARAN / MASUKAN Tanggapan/Jawaban Halaman


CATUR HARGOWO (WAKIL DARI DINAS PERHUBUNGAN KOTA DUMAI)
1. Menghitung Traffic lalu lintas di sekitaran lokasi kegiatan Perhitungan trafik telah ditambahkan pada tabel 3.11 III-39
yaitu di sungai masjid dan jalan sudirman.

NO HALAMAN SARAN / MASUKAN Tanggapan/Jawaban Halaman


HUSNA FAHRINA (WAKIL DARI KECAMATAN DUMAI SELATAN)
1. Apakah ada kaitannya antara kegiatan SPAM oleh Dinas Tidak Ada kaitannya -
PUPR Kota Dumai ini dengan Kegiatan PAMSIMAS

NO HALAMAN SARAN / MASUKAN Tanggapan/Jawaban Halaman


ROBBY HERMAWAN (WAKIL DARI KELURAHAN TELUK BINJAI)
1. Memastikan Keselamatan Pengguna Jalan pada saat Tidak adanya pemasangan pipa baru. Yang dilakukan hanya IV-3
pemasangan pipa perawatan pipa dan dalam kegiatan ini menguapayakan
memprioritaskan keselamatan masyarakat.
Telah ditambahkan dalam matriks UKL-UPL

NO HALAMAN SARAN / MASUKAN Tanggapan/Jawaban Halaman


AFDAL SYAMSIR (WAKIL DARI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA
DUMAI)
PEMERINTAH KOTA DUMAI
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
Jalan Brigjen HR. Soebrantas No. 02 Dumai
DUMAI-RIAU

1. Melampirkan Siteplan/Layout Beserta titik Penaatannya ke Titik penaatan/Koordinat sudah di tambahkan di dalam IV - 5
dalam dokumen dokumen. Gambar 4.1 dan 4.2 IV - 6
2. Apakah sudah ada dilakukan pengujian sample di hulu dan Sudah dilakukan analisa air Sungai hulu dan hilir sungai Lampiran
hilir sungai masjid? Lampirkan Hasil Pengujian kedalam masjid, dan sertifikat sudah di lampirkan
dokumen.
3. Seluruh Limbah cair yang dihasilkan di IPA Sudirman harus Kegiatan IPA Sudirman tidak memproduksi limbah Cair IV-4
dikelola di IPAL sesuai dengan PERMENLHK No. 68 Tahun industri secara khusus. Kegiatan ini hanya memghasilkan
2016 Serta Posisi IPAL perlu di buat di Layout. limbah cair domestik yang diolah menggunakan septick tank
sesuai dengan SNI 8455:2017 (Perencanaan pengolahan air
limbah rumah tangga dengan sistem reaktor anaerobik
bersekat (SRAB)). Telah ditambahkan dalam matriks UL-
UPL

NO HALAMAN SARAN / MASUKAN Tanggapan/Jawaban Halaman


HENDRA CIPTA (WAKIL DARI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA
DUMAI)
1. Melakukan Pemeriksaan kualitas Grey Water sebelum Telah ditambahkan dalam matriks UKL-UPL pengukuran IV-4
dibuang ke badan air dan membuat titik penaatan di saluran kualitas air limbah domestik
pembuangan grey water
Melakukan Pengujian Sludge IPA sebelum dibuang atau di Telah ditambahkan dalam matriks UKL-UPL Pengujian IV-4
pergunakan Sludge IPA
Melakukan Pemisahan Antara Saluran Air Hujan dan Saluran Telah ditambahkan dalam matriks UKL-UPL Pemisahan IV-4
Grey Water Antara Saluran Air Hujan dan Saluran Grey Water
Melampirkan Hasil Uji Laboratorium kedalam dokumen Hasil Uji Laboratorium sudah dilampirkan di dalam dokumen Lampiran
Zat Kimia pada saat pengolahan akan terakumulasi pada Menurut kami zat kimia yang digunakan tidak berbahaya -
sludge, apakah aman sludge tersebut dibuang? Dimana sehingga sludge hasil pengolahan air aman untuk langsung
sludge tersebut akan dibuang di buang, dan sludge tersebut juga bisa di manfaatkan.

NO HALAMAN SARAN / MASUKAN Tanggapan/Jawaban Halaman


PEMERINTAH KOTA DUMAI
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
Jalan Brigjen HR. Soebrantas No. 02 Dumai
DUMAI-RIAU

SRI RAMADHANI (WAKIL DARI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA


DUMAI
1. Sludge hasil pengolahan boleh dimanfaatkan namun harus di Menurut kami zat kimia yang digunakan tidak berbahaya
treatment terlebih dahulu menggunakan TCLV dan LD50. sehingga sludge hasil pengolahan air aman untuk langsung
di buang, dan sludge tersebut juga bisa di manfaatkan.
Menginventarisir jenis dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan Pemrakarsa telah menginventarisasi jenis dan jumlah limbah III-53
B3
Melakukan Koordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Pemrakarsa akan berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan
Kota Dumai terkait TPS LB3, TPS LB3 tidak harus berupa Hidup Kota Dumai terkait TPS Limbah B3. Sudah Tertuang
bangunan, boleh SILO atau Kontainer. Besar TPS LB3 di dalam Matriks UKL-UPL.
disesuaikan dengan besaran timbulan LB3 yang di hasilkan Penempatan kontainer limbah B3 telah dicantumkan dalam IV-4
matriks UKL-UPL
Pada Matriks terkait Upaya Pemantauan Lingkungan pada Pada Matriks UKL-UPL sudah di koreksi Matriks RKL-
sumber dampak pengambilan air sungai masjid, untuk RPL
mengetahui penurunan debit air sungai sebaiknya dilakukan
pengukuran untuk mendapatkan data nya. tidak perlu
melakukan wawancara

NO HALAMAN SARAN / MASUKAN Tanggapan/Jawaban Halaman


WAN SUDIRMAN (WAKIL DARI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA
DUMAI)
1. Penyusunan Dokumen Merujuk pada Penyusuna Dokumen sudah merujuk kepada -
P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.I/12/2016 Tentang P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.I/12/2016 Tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan yang telah memiliki Izin Usaha Usaha dan/atau Kegiatan yang telah memiliki Izin Usaha
dan/atau Kegiatan tetapi belum Memiliki Dokumen dan/atau Kegiatan tetapi belum Memiliki Dokumen
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
2. Pada Dokumen DPLH ini yang di bahas adalah kegiatan Kegiatan-kegiatan yang akan di rencanakan telah di -
eksisting bukan perencanaan. Tahap perencanaan kegiatan hilangkan dari dalam dokumen. Yang tersedia hanya kegiatan
yang baru di bahas melalui adendum. eksisting
PEMERINTAH KOTA DUMAI
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
Jalan Brigjen HR. Soebrantas No. 02 Dumai
DUMAI-RIAU

NO HALAMAN SARAN / MASUKAN Tanggapan/Jawaban Halaman


SHANTI DEWI REZKI (WAKIL DARI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA
DUMAI)
1. Melampirkan SOP Seluruh Kegiatan kedalam Dokumen SOP Sudah di lampirkan Lampiran
2. Kegiatan yang telah berjalan dan dampak yang di timbulkan Kegiatan dan dampak sudah di bahas berdasarkan komponen III-53
dibahas berdasarkan setiap komponen yang ada di layout. nya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Dumai


Selaku
Ketua Tim Pemeriksa Dokumen UKL-UPL

dto.

SATRIO WIBOWO,AP. M.Si


NIP. 19770524 199602 1 002
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

KATA PENGANTAR

National Urban Water Supply Project (NUWSP) merupakan program


nasional yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakyat untuk mendukung pembangunan
penyediaan air minum perkotaan dengan pembiayaan investasi yang inovatif
dan efektif dilaksanakan oleh World Bank. Dengan kegiatan ini diharapkan
terjadi percepatan pelaksanaan program-program perluasan cakupan pelayanan
dan peningkatan kapasitas daerah (Pemda dan PDAM) dalam penyelenggaraan
SPAM secara berkelanjutan. PDAM Tirta Dumai Termasuk dalam program ini.

PDAM Tirta Dumai Bersemai berencana untuk melakukan beberapa


kegiatan antara lain: PDAM Tirta Dumai Bersemai berencana untuk melakukan
Optimalisasi Bangunan Intake, PDAM Tirta Dumai Bersemai berencana untuk
melakukan Optimalisasi Jaringan Transmisi, dan PDAM Tirta Dumai Bersemai
berencana untuk melakukan Rehabilitasi Instalasi Pengolahan Air (IPA).

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu


Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesoa Nomor 05
Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, apabila panjang
pembangunan jaringan pippa Transmisi ≥ 10 km, maka usaha dan/atau
kegiatan tersebut wajib memiliki AMDAL. Berdasarkan ketentuan dalam Surat
Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
SE.7/MENLHK/SETJEN/PLA.4/12/2016 tentang Kewajiban Memiliki Dokumen
Lingkungan Hidup bagi Orang Perseorangan atau Badan Usaha yang telah
memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan “Kewajiban penerapan Sanksi
Administrasi berupa Paksaan Pemerintah berisi perintah untuk menyusun
dokumen DELH atau DPLH yang di tujukan terhadap orang perseorangan atau
Badan Usaha yang usaha dan/atau kegiatannya memenuhi kriteria”
Memutuskan kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota
Dumai segera menyusun DPLH dengan mempedomani Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016, tentang pedoman penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang telah Memiliki
Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi belum Memiliki Dokumen Lingkungan
Hidup. Adapun secara teknis penyusunan dokumen ini didasarkan pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
: P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016, dalam Lampiran II.

DPLH
Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai Hal i
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Pada akhirnya kami mengucapkan terimakasih Kepada Badan


Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Dumai, Komisi Amdal dan Komisi Teknis
Amdal Kota Dumai serta Tim Penyusun dalam penyusunan, perbaikan dan
penyempurnaan dokumen ini, sehingga dokumen ini diharapkan dapat
digunakan dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup di
perkebunan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Dumai.

Dumai, November 2019

Zulkarnain, S.Sos, M.Si


Plt. Kepala Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang (PUPR) Kota
Dumai

DPLH
Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai Hal ii
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................... vi

A. Identitas Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan ......................................... I-1


1. Identitas Penanggung Jawab Usaha ............................................................... I-1
2. Identitas Penyusun DPLH ................................................................................. I-1
3. Latar Belakang ..................................................................................................... I-2
4. Landasan Hukum ................................................................................................ I-3
5. Maksud dan Kegunaan DPLH ........................................................................... I-4
B. Perizinan Yang Dimiliki ................................................................................................... II - 1
C. Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Berjalan .......................................................... III - 1
1. Nama Usaha dan/atau Kegiatan ...................................................................... III - 1
2. Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan .................................................................... III - 1
3. Mulai Beroperasi .................................................................................................. III - 5
4. Deskripsi Usaha dan/atau Kegiatan ................................................................ III - 5
a. Kegiatan Utama dan Kegiatan Pendukung Yang Telah Berjalan Beserta
Skala Besaran Kegiatan .............................................................................................. III - 5
b. Informasi kegiatan dan kondisi lingkungan di sekitar .................................. III - 15
c. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak dan Besaran Dampak
Lingkungan Yang Terjadi ........................................................................................... III - 49
5. Uraian mengenai komponen kegiatan yang telah berjalan dan dampak
lingkungan yang ditimbulkan . ......................................................................... III - 53
D. Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Lingkungan ....................................... IV – 1

Surat Pernyataan

Lampiran

iii
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kelengkapan dokumen perusahaan yang telah dimiliki ...................... II - 1


Tabel 3.1 Kriteria Perencanaan IPA di Dumai Selatan . ......................................... III - 11
Tabel 3.2 Temperatur Udara di Wilayah Studi ....................................................... III - 19
Tabel 3.3 Kelembaban Udara di Wilayah Studi ...................................................... III - 20
Tabel 3.4 Intensitas Hujan di Wilayah Studi Tahun 2008 – 2017 ....................... III - 21
Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Debit Sungai Mesjid .................................................. III - 25
Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien dan Kebisingan ................ III - 27
Tabel 3.7 Hasil Pengujian Kualitas Air Permukaan . .............................................. III - 31
Tabel 3.8 Jenis dan Kelimpahan Fitoplankton ........................................................ III - 35
Tabel 3.9 Jenis dan Kelimpahan Zooplankton . ....................................................... III - 37
Tabel 3.10 Jenis dan kelimpahan Benthos . ................................................................ III - 38
Tabel 3.11 Volume Lalu Lintas . .................................................................................. III - 40
Tabel 3.12 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Rasio Jenis Kelamin ................ III - 41
Tabel 3.13 Distribusi dan Kepadatan Penduduk per km2 Kota Dumai ................ III - 41
Tabel 3.14 Jumlah Penduduk Kota Dumai Menurut Kelompok Umur & Jenis
Kelamin . ...................................................................................................... III - 42
Tabel 3.15 Jumlah Penduduk Menurut Matapencaharian . ..................................... III - 43
Tabel 3.16 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Akhir . ..................................... III - 44
Tabel 3.17 Jumlah Penduduk Menurut Agama Kota Dumai . .................................. III - 45
Tabel 3.18 Jumlah Tempat peribadatan Menurut Kecamatan Kota Dumai . ........ III - 45
Tabel 3.19 Jumlah 11 Jenis Penyakit Terbanyak di Kota Dumai . .......................... III - 48
Tabel 3.20 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Dumai . ............... III - 49
Tabel 3.21 Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja Operasi . ............................................... III - 51
Tabel 3.22 Hasil Pengukuran Debit Sungai Mesjid ................................................... III - 51
Tabel 4.1 Matrik Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan . .................. IV - 2

iv
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Peta Lokasi Kegiatan ........................................................................................ III - 3

Gambar 3.2. Peta RTRW Provinsi Riau .............................................................................. III - 4

Gambar 3.3. Lokasi Bangunan Intake ................................................................................. III – 6

Gambar 3.4. Rekomendasi Jalur Transmisi Baru ........................................................... III - 8

Gambar 3.5. Lokasi Bangunan IPA ....................................................................................... III - 9

Gambar 3.6. Diagram Proses dan Operasi IPA ................................................................ III - 15

Gambar 3.7. Diagram Pengambilan Air dan Intake Sampai ke Konsumen .......... III - 16

Gambar 3.8. Kondisi Lingkungan Sekitar Intake SPAM Dumai ................................ III - 17

Gambar 3.9. Kondisi Lingkungan Sekitar SPAM IPA Sudirman Dumai ................. III - 17

Gambar 3.10. Peta Situasi Sekitar Kota Dumai ................................................................... III - 18

Gambar 3.11. Gambar 3D Morfologi Dumai dan Sekitarnya ........................................ III - 21

Gambar 3.12. Profil Melintang Sungai Mesjid .................................................................... III - 24

Gambar 3.13. Posisi Gunung Api Terdekat dengan Dumai ........................................... III - 26

Gambar 3.14. Pusat Gempa Terdekat dengan Dumai ..................................................... III - 26

Gambar 3.15. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah ..................................................... III - 27

Gambar 4.1. Peta Lokasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup ............................. IV - 5

Gambar 4.2. Peta Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup ......................................... IV - 6

v
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp 1. Sertifikat Hasil Uji Laboratorium

Lamp 2. Surat Penting

Lamp 3. Standart Operation Procedure (SOP)

Lamp 4. Biodata Penyusun

vi
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

A. Identitas Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan

1. Identitas Penanggung Jawab Usaha

1 Nama Usaha dan/atau : Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum


kegiatan (SPAM) Kota Dumai
2 Alamat Usaha dan/atau : Jl. HR. Soebrantas No. 1 Kota Dumai
kegiatan
3 Nama Perusahaan : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang (PUPR) Kota Dumai
4 Nomor Telepon : 0765-35022
5 Nomor Fax : 0765-35022
6 Nomor NPWP : 00.190.232.9.212.000
7 Email : pupr.program@gmail.com
8 Jenis Kegiatan : Penyediaan Air Minum
9 Nama Penanggung Jawab : Zulkarnain, S.Sos, M.Si
Usaha dan/atau kegiatan
10 Jabatan Penanggung : Plt. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan
Jawab Usaha dan/atau Penataan Ruang (PUPR) Kota Dumai
kegiatan
11 Instansi Yang Membina : Pemerintah Kota Dumai
Usaha dan/atau kegiatan

* Akte Perusahaan disajikan pada lampiran

2. Identitas Penyusun DPLH

1 Nama Konsultan : PT. Envi Reksatama Engineering


2 Penanggung Jawab : Ir. Fejri Rahman
3 Alamat : Jl. Tulip No. 28, Pekanbaru
4 Nomor Telepon : 0761 - 856530
5 Nomor Fax : 0761 - 859959

I-1
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Tim Penyusun DPLH


Ketua Tim : Yeeri Badrun, M.Si
Anggota Tim : Kausar, S.Sos,M.Si.
: Iman Suradin, ST, M.Si
: Desri Eka Kurniawan, ST

3. Latar Belakang

Fasilitas SPAM Kota Dumai mulai beroperasi semenjak tahun 1994 saat wilayah
Kota Dumai masih termasuk bagian administrasi Kabupaten Bengkalis. Izin
operasional fasilitas ini berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Bengkalis Nomor 4 Tahun 1994 Tanggal 20 Januari 1994 Tentang
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bengkalis.

UU No. 16 tahun 1999 terjadi Pemekaran Kabupaten Bengkalis sehingga


Terbentuklah Kota Dumai yang diresmikan tanggal 20 April 1999. Selanjutnya
Tahun 2000 seluruh fasilitas PDAM atau SPAM Kota Dumai dikelola Oleh
Pemerintah Kota Dumai Melalui Dinas Pekerjaan Umum. Melalui Peraturan
Daerah Kota Dumai Nomor 09 Tahun 2007 dibentuklah Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Dan Pelayanan Air Minum Di Kota Dumai. Selanjutnya melalui
PERDA Kota Dumai Nomor 4 Tahun 2014 ditetapkan Penyertaan Modal
Pemerintah Daerah Pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Dumai Bersemai.

Saat ini PDAM Tirta Dumai Bersemai melakukan beberapa kegiatan antara
lain: PDAM Tirta Dumai Bersemai melakukan Optimalisasi Bangunan Intake,
PDAM Tirta Dumai Bersemai melakukan Optimalisasi Jaringan Transmisi, dan
PDAM Tirta Dumai Bersemai melakukan Rehabilitasi Instalasi Pengolahan Air
(IPA).

Optimalisasi tersebut akan dilakukan melalui program National Urban


Water Supply Project (NUWSP). Program ini merupakan program nasional yang
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
Umum dan Permukiman Rakyat. Tujuannya adalah untuk mendukung
pembangunan penyediaan air minum perkotaan dengan pembiayaan investasi
yang inovatif dan efektif dilaksanakan oleh World Bank. Dengan kegiatan ini

I-2
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

diharapkan terjadi percepatan pelaksanaan program-program perluasan


cakupan pelayanan dan peningkatan kapasitas daerah (Pemda dan PDAM)
dalam penyelenggaraan SPAM secara berkelanjutan.

Sesuai dengan Undang-undang No 32 Tahun 2009 dan Peraturan


Pemerintah No 29 Tahun 2012 menyatakan bahwa Setiap Usaha dan/atau
Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki
Amdal, atau Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak termasuk dalam
kriteria wajib Amdal wajib memiliki UKL-UPL, maka sebagai pemrakarsa
pembangunan fasilitas daerah termasuk Sistem Penyediaan Air Minum (SPM)
Kota Dumai yang saat ini secara teknis dikelola Perusaahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Dumai Bersemai, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
(PUPR) kota Dumai telah meminta arahan jenis dokumen lingkungan hidup
melalui surat no 600/1.080/DPUPR-CK (16 September 2019) kepada Dinas
Lingkungan Hidup Kota Dumai. Selanjutnya Dinas Lingkungan Hidup Kota
Dumai melalui Surat No. 660/DLH-I/441 (1 Oktober 2019) memberikan arahan
agar PUPR sebagai pemrakarsa kegiatan melakukan penyusunan Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH). Penyusunan ini selanjutnya dilakukan
berdasarakan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor : P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016, tentang pedoman
penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang
telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi belum Memiliki Dokumen
Lingkungan Hidup.

4. Landasan Hukum

Dasar hukum penyusunan DPLH yaitu Peraturan Menteri Lingkungan


Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016, tentang pedoman penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang telah Memiliki
Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi belum Memiliki Dokumen Lingkungan
Hidup. Adapun secara teknis penyusunan dokumen ini didasarkan pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor : P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016, dalam Lampiran II. Dan

I-3
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup Nomor:


S.541/MENLHK/SETJEN/PLA.4/12/2016 tentang Penyelesaian Dokumen
Lingkungan Hidup Bagi Kegiatan Yang Telah Berjalan dimana dalam
pemenuhan kewajiban untuk setiap kegiatan Pemerintah/Pemerintah Daerah
yang telah berjalan namun belum memiliki Dokumen Lingkungan Hidup dan
Izin Lingkungan untuk segera melengkapi dengan dokumen lingkungan hidup
dan izin lingkungan.

5. Maksud Dan Kegunaan DPLH

5.1. Maksud Penyusunan DPLH

1. Menyajikan kegiatan operasional terutama yang berpotensi


menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

2. Memberikan arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

3. Memberikan masukan agar kegiatan tersebut berwawasan lingkungan.

5.2. Kegunaan Penyusunan DPLH

1. Merupakan dokumen lingkungan yang digunakan untuk rehabilitasi


sistem penyediaan air minum yang telah ada sebelumnya.

2. Sebagai wadah untuk memberi informasi bagi masyarakat guna


menghindari dampak negatif dan memanfaatkan dampak positif yang
potensial ditimbulkan oleh kegiatan.

3. Merupakan pedoman untuk melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan


dari kegiatan yang bersangkutan, dalam upaya pelestarian kemampuan
daya dukung lingkungan.

I-4
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

B. PERIZINAN YANG DIMILIKI

Kelengkapan izin usaha yang telah dimiliki oleh Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) Kota Dumai yang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
(PUPR) Kota Dumai.

Tabel 2.1. Kelengkapan dokumen perusahaan yang telah dimiliki

No Perihal Nomor Surat Tanggal


Penerbitan
1 Pembentukan Perusahaan Daerah Air PERDA Kota Dumai 30 Oktober
Minum (PDAM) Dan Pelayanan Air Nomor 09 Tahun 2007 2007
Minum Di Kota Dumai
2 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah PERDA Kota Dumai 24 Januari
Pada Perusahaan Daerah Air Minum Nomor 4 Tahun 2014 2014
Tirta Dumai Bersemai
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Dumai.

PERIZINAN YANG DIMILIKI II - 1


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

C. USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN

1. Nama Usaha dan/atau Kegiatan


Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai.

2. Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan


Lokasi fasilitas Kegiatan SPAM Kota Dumai saat ini berada di tiga lokasi yaitu:

1. Intake air baku berada di Sungai Mesjid Kelurahan Mekarsari, Kecamatan


Dumai Selatan yang berjarak 16,5 km dari Kota Dumai. Bangunan ini berada
pada koordinat koordinat 1O37’13,57” LU dan 101O20’10,09” BT.

2. Instalasi Pengolahan Air (IPA) yaitu IPA Bukit Timah KM.12 yang saat ini
tidak beroperasi dan ada kemungkinan untuk di operasikan kembali
berlokasi di Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Dumai Selatan, pada posisi +4
mdpl dengan titik koordinat 1o37’12,37” LU dan 101o20’14,37” BT. Sludge
Drying Bed di IPA Mekarsari jadi satu kesatuan dengan IPA Mekarsari
berada pada koordinat 1°37'12.06"N dan 101°20'15.08"E.

3. Pipa Transmisi dari Intake Sungai Mesjid ke Bangunan Instalasi Pengolahan


Air (IPA). Lokasi pipa eksisting berada di jalan Gatot Soebroto
menggunakan sepanjang 7.900 m, di jalan Bukit Datuk sepanjang 5.700 m
dan di jalan Jenderal Sudirman sepanjang 1.300 m. Sebagaian jalur pipa
transmisi ini berada pada area Perumahan PT Pertamina Dumai. Oleh
karena keperluan perawatan dan perbaikan jaringan pipa transmisi,
kegiatan ini tidak lagi di izinkan PT Pertamina Dumai dan sesuai dengan
Surat d tanggal 6 September 2019 No. 321/E12000/2019-S0 (Lampiran 1).
Oleh karena itu kegiatan rehabilitasi jaringan transmisi dialihkan keluar
dari kawasan perumahan. Sehingga dalam pelaksanaannya terdapat
perubahan lokasi jalur pipa transmisi menjadi Pipa Transmisi Air Baku
HDPE Dia 300 mm, Panjang 16.200 m di Jl. Gatot Soebroto – Tunas Muda.
Pipa Eksisting HDPE Dia 300 mm, Panjang 1.300 m di Jl. Jendral Sudirman.
Pipa Transmisi Exsisting Gip Dia. 315 mm Jl. Bukit Datuk. Kegiatan ini telah
berjalan dalam tahap persiapan konstruksi.

4. Instalasi Pengolahan Air (IPA) yaitu IPA Sudirman berlokasi di Kelurahan

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 1


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Teluk Binjai, Kecamatan Dumai Timur, pda posisi +4 mdpl dengan titik
koordinat 1o40’5,73” LU dan 101o26’58,25” BT

5. Jaringan Distribusi Utama (JDU) dari IPA Sudirman ke Konsumen (Kota


Dumai).

Lokasi Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai yang pada
prinsipnya harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayahnya. Hal ini dilakukan guna
mencapai keterpaduan dengan pembangunan yang ada. Untuk melihat lokasi tersebut
sesuai/tidak bertentangan dengan peruntukannya di Kota Dumai, Provinsi Riau maka
kesesuaian lokasi dengan rencana tata ruang mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi
Riau No. 10 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau tahun
2018-2038.

Kesesuaian ini dilihat dari penataan ruang dari segi perencanaan tata ruang
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, yang merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau
No.10 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau tahun 2018-
2038.

Lokasi Kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai telah
mendapatkan keterangan kesesuaian tata ruang dari pemerintah Kota Dumai melalui
Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Dumai Melalui Surat Nomor 600/685/PUPR
Tentang Informasi Peruntukan Ruang Berdasarkan Draft Rancangan RTRW Kota Dumai.

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 2


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Gambar 3. 1. Peta Lokasi Kegiatan

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN


III - 3
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Gambar 3. 2. Peta RTRW Provinsi Riau

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN


III - 4
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

3. Mulai Beroperasi
Fasilitas SPAM Kota Dumai mulai beroperasi semenjak tahun 1994 saat wilayah
Kota Dumai masih termasuk bagian administrasi Kabupaten Bengkalis. Izin
operasional fasilitas ini berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Bengkalis Nomor 4 Tahun 1994 Tanggal 20 Januari 1994 Tentang
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bengkalis.

UU No. 16 tahun 1999 terjadi Pemekaran Kabupaten Bengkalis sehingga


Terbentuklah Kota Dumai yang diresmikan tanggal 20 April 1999. Selanjutnya
Tahun 2000 seluruh fasilitas SPAM Kota Dumai dikelola oleh Pemerintah Kota
Dumai Melalui Dinas Pekerjaan Umum. Melalui Peraturan Daerah Kota Dumai
Nomor 09 Tahun 2007 dibentuklah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Dan
Pelayanan Air Minum Di Kota Dumai. Selanjutnya melalui PERDA Kota Dumai
Nomor 4 Tahun 2014 ditetapkan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Dumai Bersemai.

4. Deskripsi Usaha dan/atau Kegiatan

a. Kegiatan Utama dan Kegiatan Pendukung Yang Telah Berjalan Beserta


Skala Besaran Kegiatan

Kegiatan utama dari SPAM Kota Dumai adalah pengambilan air baku (Intake),
penyalur (transmisi) air baku dari Intake ke fasilitas instalasi pengolahan air
(IPA), pengolahan air baku menjadi air minum di Instalasi Pengolahan Air (IPA),
distribusi air bersih ke konsumen. Adapun uraian kegiaan Utama dan
pendukungnya beserta besaran dampak diuraikan sebagai berikut.

1. Intake
Lokasi Intake air baku dari Sungai Mesjid yang berlokasi di Jalan Gatot
Soebroto, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Dumai Selatan (+ 4 mdpl
1o37’13,57” LU dan 101o20’10,09” BT). SPAM Kota Dumai yang telah ada
mengambil air baku dari Sungai Mesjid yang berjarak sekitar 16,5 km dari Kota
Dumai. Sungai Mesjid sendiri merupakan satu-satunya sungai yang mengalir di
wilayah Kota Dumai yang memiliki debit lebih besar dari sungai lainnya. Deit
Sungai Masjid sendiri memiliki debit berfluktuasi, yaitu debit pada saat musim

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 5


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

hujan mencapai 14 m3/detik (14.000 /detik), sedangkan debit pada saat


musim kemarau mencapai 0,8 m3/detik (800 l/detik).

Bangunan intake yang sudah terdiri dari rumah pompa yang ditempatkan
di atas Sungai Mesjid dengan konstruksi baja, dilengkapi dengan jembatan
intake untuk access keluar masuk bangunan intake. Bangunan intake ini berada
di Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Dumai Selatan.

Gambar 3. 3. Lokasi Bangunan Intake

Pada lokasi intake saat ini memiliki dua (2) bangunan pompa intake,
dengan total kapasitas terpasang adalah 70 l/detik, Dari kedua bangunan ini
pompa pertama merupakan bangunan yang sudah tidak di pergunakan kembali
dikarenakan perbedaan ketinggian dasar muka air dan ketinggian dasar
bangunan memiliki jarak yang berbeda yaitu 5 m. Yang mengakibatkan Pompa
Sentrifugal Negative Sunction yang dipasang di bangunan utama ini tidak
mampu beroperasi maksimal yaitu tidak mencapai kapasitas 30 l/detik dan
kondisi mesin pompa yang ada sekarang mengalami kerusakan. Kerusakan
disebabkan kualitas air sungai Masjid memiliki pH yang rendah sehingga
mengakibatkan korsif pada mesin dan pipa-pipa yang dipergunakan. Secara
kualitas, karena Sungai Mesjid adalah sengai lahan gambut, maka ada beberapa
kulitas air yang memenuhi ambang batas yang disyaratkan diantaranya pH
hanya 5,8 (6,5 – 9,0), Warna 165 Pt-Co (50 Pt-Co), Angkat Permangat 94,5 mg/lt
KmnO4 (10 mg/lt KmnO4)

Adapun bangunan atau rumah pompa yang kedua ini masih digunakan
dikarenakan ketinggian dasar muka air dan ketinggian dasar bangunan tidak

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 6


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

memiliki jarak yang jauh berbeda yaitu 2,3 meter sehingga pada saat musim
kemarau, pompa air baku yang di pasang dan di operasikan dengan tinggi muka
air minimum tidak melebihi 3 meter. Sedangkan kapasitas terpakai saat ini
hanyalah adalah 40 l/detik. Dari kapasitas tepakai tersebut, yang di pergunakan
sebesar 20 l/detik, disebabkan karena pipa transmisi tidak mampu menahan
tekanan dari pompa yang saat ini terpasang yaitu dengan Head Pompa sebesar
40 m.

2. IPA Bukit Timah KM.12


Instalasi Pengolahan Air (IPA) yaitu IPA Bukit Timah KM.12 dengan
kapasitas terpasang yaitu 40 L/detik. Dan terdapat bangunan penunjang lainnya
seperti rumah jaga, bangunan reservoir 300 m3, dan rumah genset yang saat ini
tidak beroperasi dan ada kemungkinan untuk di operasikan kembali berlokasi
di Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Dumai Selatan, pada posisi +4 mdpl dengan
titik koordinat 1o37’12,37” LU dan 101o20’14,37” BT.

3. Transmisi
Pipa transmisi merupakan fasilitas/instalasi untuk menyalurkan air yang
dipompa. Sistem transmisi merupakan sistem untuk mentransmisikan air dari
intake Mekarsari menuju ke IPA Sudirman. Sistem ini terdiri dari sistem
perpipaan dan sistem pemompaan. Pipa transmisi yang dipergunakan dalam
transmisi eksisting ini memiliki diameter 300 mm dengan 3 jenis pipa yang
dipergunakan yaitu PVC, GIP dan HDPE. Lokasi pipa eksisting berada di daerah
jl. Gatot Soebroto masih mempergunkan Pipa PVC dengan panjang 7.900 m
dan untuk pipa GIP sepanjang 5.700 meter berlokasi di daerah jalan bukit datuk,
dan Sepanjang 1.300 m berlokasi di wilayah jl sudirman menggunakan pipa
HDPE. Total panjang pipa transmisi yang ada saat ini adalah 14.900 meter

Beberapa tahun belakangan pipa GIP ini banyak menunjukkan


permasalahan yaitu kebocoran. Adapun kebocoran pipa GIP ini juga disebabkan
oleh sifat air baku yang melewati atau mempergunakan jalur transmisi ini
cenderung memiliki sifat Asam sehingga memberikan dampak korosivitas.
Sedangkan untuk pipa dengan jenis HDPE masih memiliki kondisi yang baik.
Maka untuk menurunkan tingkat kebocoran pada jaringan transmisi ini perlu
adanya penggantian (Rehabilitasi).

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 7


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Untuk kegiatan rehabilitasi jaringan transmisi perlu sedikit perubahan


jalur, dikarenakan jalur transmisi saat ini masuk didalam kawasan perumahan
Pertamina. Saat ini Pertamina tidak bisa memberikan izin untuk kegiatan
pemasangan pipa atau kegiatan fisik apapun dari pihak luar didalam kawasan
perumahan tersebut, karena terdapat kabel optic dan tiang listrik baru pada
kawasan tersebut. Akan tetapi jika dialihkan keluar dari kawasan perumahan
akan diberikan izin sesuai dengan Surat dari pertamina tanggal 6 September
2019 No. 321/E12000/2019-S0 perihal Tindak Lanjut Perizinan Pekerjaan
Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum Kota Dumai (terlampir).

Gambar 3. 4. Rekomendasi Jalur Transmisi Baru

Pipa transmisi yang direkomendasikan adalah dengan jenis yang tahan


terhadap korosi dengan panjang 16.236 meter. Berdasarkan rekomendasi
tersebut terdapat perbedaan panjang jalur dengan selisih sebesar 1.336 meter.

4. Instalasi Pengolahan Air (IPA)


Salah satu fasilitas penting Instalasi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
kota Dumai adalah Instalasi Pengolahan Air (IPA). Instalasi ini seharusnya
mengolah Air baku yang di transmisikan dari Sungai Mesjid menjadi air bersih
yang layak dikonsumsi berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologis air. Air
hasil olahan tersebut di alirkan melalui pipa distribusi. Terdapat 4 Bangunan
IPA yang eksisting, yaitu 1 unit dengan sistem pengolahan paket baja di Jalan

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 8


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Bukit Timah KM.12 yang saat ini tidak dioperasikan karna rusak dan perlu
untuk dilakukkan rehabilitasi, 2 unit dengan sistem pengolahan yang sama
dengan menggunakan sistem Hidrolis Konvensional di jalan sudirman dan 1
unit lagi menggunakan System Reverse Osmosis (RO) dijalan sudirman.

Khusus IPA dengan menggunakan System RO berlokasi di Kelurahan Teluk


Binjai Kecamatan Dumai Timur, untuk saat ini belum dipergunakan lagi
dikarenakan System RO Kurang cocok dipergunakan pada kondisi air baku dari
sungai masjid yang bersifat asam. System RO dapat dipergunakan apabila air
baku Sungai Mesjid ini diolah terlebih dahulu menggunakan IPA Konvensional
akan tetapi butuh kajian awal terkait biaya operasional. Saat ini yang masih
dioperasikan adalah IPA Sudirman yang berlokasi Kelurahan Teluk Binjai,
Kecamatan Dumai Timur, (+4 mdpl titik koordinat 1o40’5,73” LU dan
101o26’58,25” BT). Untuk saat ini pengolahan yang beroperasi hanya bisa
memproduksi 10 l/detik dari kapasitas terpasang 2 x 20 l/detik. Hal tersebut
dikarenakan oleh kondisi transmisi yang tidak dapat mengalirkan secara
optimal dan di pengaruhi juga oleh jenis bangunan yang tidak sesuai dengan
jenis air baku.

Kualitas air pengolahan hasil proses pengolahan harus memenuhi standar


PERMENKES No.32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higine Sanitasi,
Kolam Renang, Solus Per Aqua danPemandian Umum. Namun standar tersebut
belum tercapai, oleh karena itu fasilitas ini sudah seharusnya direhabilitasi.

Gambar 3. 5. Lokasi Bangunan IPA

Pengoperasian dan Pemeliharaan IPA

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 9


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

a) Unit Prasedimentasi

Pada bak prasedimentasi ini digunakan untuk mengetahui besar


kekeruhan air akibat partikel diskrit dan padatan terlarut (TDS)
terendapkan; sehingga mampu mengurangi beban pengolahan di unit
IPA . Pengaliran air dari pipa sadap (wall pipe) berlangsung secara
gravitasi. Limbah utama dari bak prasedimentasi adalah lumpur yang
dipisahkan dalam kolam lumpur.

Untuk menunjang proses pembuangan lumpur pada bak


prasedimentasi, pengalirannya dilakukan secara gravitasi menuju
kolam lumpur. Proses di bak prasedimentasi dilakukan dengan
pembubuhan alum, karbonat dan pengaturan pH. Bangunan pengolah
lumpur prasedimentasi berbentuk kolam oksidasi atau kolam
pengering lumpur. Selanjutnya lumpur prasedimentasi yang dihasilkan
ditimbun di 2 lokasi IPA.

b) Unit Koagulasi

Mengingat adanya perbedaan elevasi, maka proses pencampuran


koagulan adalah melalui cara pipeline mixing, proses koagulasi dalam
waktu lebih singkat yang ditunjang kinetika pengadukan hidrolis dalam
pipa. Ada beberapa cara pembubuhan koagulan yaitu sebagai berikut :

 Alum dibubuhkan pada outlet prasedimentasi dan pengadukan


dalam pipa diharapkan terjadi pada jalur transmisi menuju lokasi
IPA .

 Sebagai alternatif larutan alum juga dapat dibubuhkan pada


sistem inlet bak prasedimentasi sehingga sebagian partikel koloid
(makroflok) sudah terendapkan pada bak prasedimentasi.

 Pembubuhan PAC dilakukan pada pipa outlet tower bak


pembubuh sehingga akan terjadi pipeline mixing (dalam pipa
GIP/HDPE Ø 300 mm) menuju 5 tabung heksagonal yang dipasang
vertikal disamping bak sedimentasi II. Dosis yang ditambahkan
untuk menurunkan kekeruhan dan warna pada air baku
tergantung pada nilai kekeruhan tersebut. Menurut Chamdan dan

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 10


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Purnomo (2013) bahwa air yang memiliki nilai kekeruhan antara


50 – 200 NTU maka dosisi PAC yang ditambahkan sebanyak 55 –
80 mg/L.

Mengingat beda tinggi pengaliran transmisi relatif cukup besar


(beda elevasi = 36.567 m), sehingga turbulensi aliran air disini
cukup untuk proses pencampuran secara pipeline mixing
sepanjang pengaliran menuju ke bak pengumpul.

Selain itu akan ditambahkan kapur dengan dosisi ± 55 – 80 mg/L


pada unit koagulasi. Adapun Fungsi dari penambahan kaporit
untuk menaikan pH air baku Sungai Mesjid yang bersifat asam ke
range netral hingga basa yaitu sekitar 6 – 9.

c) Unit Flokulasi

Mengingat tingginya tingkat erosi di daerah tangkapan air, maka


pada musim penghujan TDS air baku meningkat secara signifikan, maka
menggunakan flokulator

dengan 5 tabung heksagonal yang ditempatkan diluar (disamping)


klarifier tanpa meninggalkan kesan unit dari sistem IPA yang
dirancang.

Dari pipa koagulasi air dialirkan ke bak penampung flokulator


yang berfungsi pula sebagai menara reservoir pencuci. Berikut ini
kriteria desain untuk flokulasi berdasar SNI T-16-1993-03.

Tabel 3. 1. Kriteria Kegiatan IPA di Dumai Selatan

No Unit Proses Kriteria Keterangan


1. Pengaduk Cepat a) Hidrolis Modul kecil < 40L/det
a) Tipe b) Mekanis Direkomendasi hidrolis
b) Waktu Pengadukan 1-3
(detik)
c) Nilai G/detik > 750
d) Kecepatan aliran m/det 2,5 – 4,0 m/det
2. Pengaduk Lambat a) Hidrolis Modul kecil < 40L/det
a) Tipe b) Mekanis Direkomendasi hidrolis
a) Bentuk bak Segi-4, Silinder, segi-6

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 11


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

No Unit Proses Kriteria Keterangan


heksagonal
b) Nilai G/det 80-20 G menurun
c) Waktu tinggal menit 40-20
a) Aliran Horizontal
3. Bak pengendap
b) Aliran Vertikal
a) Tipe Pembebanan Tinggi
b) Beban Permukaan, 0,01-0,04
cm/det
c) Alur pengendapan :
 Kemiringan thd 45 -600
horizontal
 Jarak antar pelat, mm 25-60
 Waktu tinggal, jam 1-2 jam
 Bil. Reynold < 500
 Bil. Froude >10-5
 Kedalaman, m 2,5 – 3,0
d) Pelimpah
 Tipe Dapat diatur
 Beban Pelimpah 7,20-10,8 < 3lt/dtk/m (ok)
m3/jam/m
e) Pengurasan lumpur hidrostatis
f) Periode Pengurasan, jam 12-24
4. Unit Saringan / Filter SPC
a) Tipe  gravitasi
 bertekanan
b) Kecepatan Penyaringan
 operasi penyaringan 6 - 11
m/j
 Pencucian, m/jam 9-16,50
7 Sistem Pencucian Backwash \ surface wash
 lama pencucian 10-15 menit
 Kecepatan pencucian 36-50 m/jam
 periode pencucian 18-24 jam
 ekspansi (%) 30-50
8 Media Pasir :
 Tebal (mm) 300-600
 ES (mm) 0,3-0,7
 UC 1,2-1,4
 Berat jenis Pasir 2,65-2,68
(Kg/m3)
 Porositas ρ \\ SiO2 0,4 \\ > 90%
9 Lapisan Penyangga :

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 12


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

No Unit Proses Kriteria Keterangan


 kedalaman lap 1 dr 80
atas
UB (mm) 2,38-4,76
 kedalaman lap 2 dr 80
atas
UB (mm) 4,76-9,52
 kedalaman lap 3 dr 80
atas
UB (mm) 9,53-16,76
 kedalaman lap 4 dr 80
atas
UB (mm) 16,77-25,40
Sumber: SNI T-16-1993-03

Setiap dasar ruang tabung heksagonal masing-masing dilengkapi katup


penguras otomatis (dengan penstock) sehingga dapat dioperasikan
secara manual. Tipe katup menggunakan katup reaksi cepat yang
dilengkapi dengan motor penggerak untuk membuka atau menutup
katup pembuang lumpur. Daya tampung ruang lumpur berdasarkan
pada kondisi rata-rata padatan tersuspensi yang diprakirakan cukup
untuk periode pengurasan lumpur satu kali dalam satu hari. Kepadatan
lumpur di dalam ruang pengendap mendekati 2% (±20 kg/m3). Waktu
pengaliran lumpur maksimum 2-3 menit.

d) Unit Pengendap

Air yang telah mengalami proses flokulasi didistribusikan melalui pipa


berlubang di sepanjang bak sedimentasi. Kondisi ini akan menghasilkan
aliran masa yang berlawanan pada proses pemisahan, air akan
mengalir ke atas sementara lumpur flok akan mengendap ke arah hoper
lumpur di bagian bawah unit klarifier. Prinsip ini telah ditetapkan
secara luas di Indonesia yang memberi hasil cukup memuaskan.

e) Unit Saringan (Filter)

Air yang diendapkan di unit sedimentasi pada akhirnya di alirkan ke


unit saringan pasir cepat. Saringan pasir cepat diharapkan dapat
menghasilkan kekeruhan efluen di bawah standar untuk air minum
yang berlaku di Indonesia (lebih kecil dari 5 NTU), mampu menyaring

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 13


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

padatan tersuspensi yang terbawa dari unit sedimentasi dalam jangka


waktu operasi yang cukup lama.

f) Proses Desinfeksi

Air yang telah difiltrasi selanjutnya dilakukan dieinfeksi sebelum


ditampung dalam reservoir untuk kemudian didistribusikan melalui
pipa distribusi. Teknis klorinasi yang digunakan adalah melalui
pembubuhan gas khlor dan larutan kaporit. Pemakaian pada kapasitas
besar sebagai mana halnya dalam kasus ini penggunaan chlorine relatif
lebih murah dibandingkan dengan kaporit. Dengan demikian
penggunaan gas khlor diusulkan sebagai disinfektan utama untuk
kebutuhan instalasi pengolahan. Tempat kontak proses disinfeksi
berlangsung di reservoir, dimana didalamnya menggunakan sekat
untuk menciptakan kondisi aliran tersumbat.

Pembubuhan gas Khlor kedalam air akan menghasilkan reaksi sebagai


berikut:

Cl2 + H2O → HOCl + HCl

HOCl ⇆ H+ + OCl-

Konsentrasi HOCl meningkat seiring dengan penurunan pH. Dari reaksi


yang terbentuk, senyawa yang dianggap paling reaktif adalah HOCl
(sebagai klor bebas). Konsentrasi senyawa ini sangat dipengaruhi oleh
dosis Cl2 dan pH air.

Efektifitas proses disinfeksi pada umumnya ditentukan oleh sisa klor


yang dihasilkan (mg/L) dan waktu kontak yang diterapkan ( dalam
menit ). Pada kondisi pH 6,5 – 7,5 dan temperatur air 25oC – 30oC,
dengan angka C * t antara 6 – 8 akan membunuh semua virus dan
bakteri patogen. Perlu diperhatikan disini bahwa pengukuran sisa klor
bebas harus dipantau secara rutin pada outlet reservoir. Untuk menjaga
keberadaan sisa klor sepanjang jaringan distribusi terjauh, sisa klor
bebas minimum sebesar 0,35 ppm harus terdapat pada aliran dari
reservoir induk.

Kandungan sisa klor yang diharapkan = 0.15 mg/l (untuk tahap I),

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 14


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

sehingga dosis klor yang diperlukan = 1.25 mg/L. Prakiraan awal


kebutuhan kaporit : 100/65 x 1,25 mg/L = 1,92 mg/L = ± 165,9 Kg/hari

g) Pembuangan Sludge/lumpur.

Pembuangan sisa lumpur pada IPA akan dilakukan dengan cara


melakukan mengeringkan terlebih dahulu lumpur menggunakan unit
Sludge Drying Bed. Kandungan lumpur yang dihasilkan dari proses
pengolahan air bersih tidak masuk dalam klasifikasi Peraturan
Pemerintah No 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah
Berbahaya dan Beracun, sehingga lumpur akan ditimbun disekitar
lokasi IPA.

Pada saat operasi , air bersih yang keluar setelah proses desinfeksi
selalu dilakukan uji kualitas air agar terjamin kebersihan airnya sesuai
dengan baku mutu yang berlaku. Air bersih tersebut dibandingkan
dengan PERMENKES No 32 Tahun 2017 yaitu air untuk keperluan
Higiene Sanitasi

Gambar 3. 6. Diagram Proses dan Operasi IPA

Adapun kegiatan pemeliharaan pipa transmisi akan dilakukan secara


periodik yaitu tiap 3 bulan, dimana yang akan dilakukan sebagai berikut :

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 15


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

 Pemeriksaan kebocoran pipa transmisi.


 Pemeriksaan katup-katup yang terdapat pada pipa transmisi.
 Pengurasan lumpur yang kemungkinan mengendap dalam pipa melalui
wash out di lokasi-lokasi jembatan pipa.

5. Pipa Distribusi
Fungsi dari pipa distribusi ini adalah untuk menyalurkan air bersih dari
Reservoir menuju daerah pelayanan. Sistem jaringan distribusi digunakan untuk
memudahkan pengendalian kebocoran, pengukuran tekanan, pengukuran debit
air, serta pengukuran kualitas. Jaringan distribusi dilengkapi dengan alat
pengukur debit aliran dan tekanan serta tapping point untuk pengambilan
sampel kualitas air. Pipa distribusi yang digunakan berbeda dimensinya
berdasarkan wilayah pelayanan.

Gambar 3. 7. Diagram Pengambilan Air dan Intake Sampai ke Konsumen

b. Informasi kegiatan dan kondisi lingkungan di sekitar

Secara umum informasi kegiatan yang ada di sekitar lokasi kegiatan SPAM
Dumai pada kegiatan intake terdiri dari didominasi kegiatan perkebunan sawit,
transportasi pada jalan lintas Pekanbaru-Dumai, dan sebagian kegiatan
pemukiman. Sedangkan IPA Sudirman berada ditengah tengah pemukiman
kota Dumai di Kelurahan Teluk Binjai, Kecamatan Dumai Timur. Untuk lebih

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 16


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Intake SPAM
Dumai

Gambar 3. 8. Kondisi Lingkungan Sekitar Intake SPAM Dumai

Gambar 3. 9. Kondisi Lingkungan Sekitar SPAM IPA Sudirman Dumai

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 17


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Gambar 3. 10. Peta Situasi Sekitar Kota Dumai

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 18


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

hidup yang disajikan adalah komponen-komponen lingkungan hidup yang berkaitan


dengan dampak yang diprakirakan timbul dari Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) Kota Dumai.

I. Komponen Fisik-Kimia

1. Klimatologi

Data iklim yang dikumpulkan berasal dari data sekunder yang didapatkan dari BMKG
Stasiun Metorologi Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru tahun 2018.

a) Temperatur Udara

Temperatur udara rata-rata bulanan selama tahun 2009 – 2018 berkisar antara 26,7 –
27,7 oC, sedangkan temperatur udara rata-rata maksimal adalah 27,7 oC dan rata-rata
minimum sebesar 27,2 oC. Berikut disajikan temperatur udara kota dumai dalam
periode 10 tahun.

Tabel 3. 2 Temperatur Udara di Wilayah Studi

Tahun
No Bulan
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Januari - 31,1 - 27,5 27,8 - 27,4 28 26,6 26,7
2 Februari - 28,4 - 27,4 27,6 - 28,3 28,1 26,7 26,8
3 Maret - 31,1 - 27,4 28,7 28,9 28,4 29 27,6 27,1
4 April - 29,8 29,2 27,2 28,7 28,6 28,5 28,9 27,6 27,5
5 Mei 28,3 28,6 28,8 27,8 28,6 28,4 29,9 28,3 27,8 27,5
6 Juni 28 29,6 28,1 27,6 30,1 29,5 - 27,5 28,2 27,6
7 Juli 27,8 29,3 27,7 27,7 27,6 29,3 - 28,5 26,2 27,5
8 Agustus 27,9 - 27,3 27,4 27,6 27,6 - 28,5 27,3 27,7
9 September 28 - 27,3 27,4 27,1 28,2 26,2 27,5 27,4 27,2
10 Oktober 27,8 - 27,5 27,7 28,2 27,8 - 28,2 27,9 26,8
11 November 28 - 27,5 27,5 27,8 27,5 28,9 27,8 28,9 27
12 Desember - 27 27,6 27,6 26,7 27,5 28,1 27,6 27,7 27
Rata-Rata 27,97 29,36 27,89 27,52 28,04 28,33 28,21 28,16 27,49 27,2
Sumber: BMKG Stasiun Meteorologi Sultan Syraif Kasim II Pekanbaru, 2019

b) Kelembaban

Kelembaban udara rata-rata bulanan selama tahun 2009 – 2018 berkisar antara 78,5 –
85,2 %, sedangkan kelembaban rata-rata maksimal adalah 85,2 % dan rata-rata
minimum sebesar 82 %. Berikut disajikan temperatur udara kota dumai dalam periode
10 tahun.

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 19


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Tabel 3. 3. Kelembaban Udara di Wilayah Studi


Tahun
No Bulan
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Januari - 76 - 76 79 - 77 80 84 81,4
2 Februari - 76 - 69 81 - 73 80 79 80,4
3 Maret - 82 - 74 80 74 70 75 80 82,5
4 April 73 73 70 74 81 80 78 78 84 82,8
5 Mei 68 68 73 73 78 82 74 83 85 83
6 Juni 70 70 77 72 74 74 - 77 78 81
7 Juli 69 73 74 75 85 74 - 79 78 81
8 Agustus 69 72 77 75 83 64 - 76 81 78,5
9 September 72 - 76 73 79 57 76,6 83 84 80,8
10 Oktober 72 - 76 77 79 72 - 78 79 85,2
11 November 72 - 76 77 81 79 74,3 82 82 84,4
12 Desember 71 - 78 76 82 82 81,3 81 81 83,5
Rata-Rata 70,7 73,8 75,2 74,3 80,2 73,8 75,5 79,3 81,3 82
Sumber: BMKG Stasiun Meteorologi Sultan Syraif Kasim II Pekanbaru, 2019

c) Curah Hujan

Wilayah Kota Dumai sebagian besar merupakan dataran rendah, sangat dipengaruhi
oleh proses konvergensi udara yang cukup tinggi yang menyebabkan mudah turunnya
hujan. Menurut Klasifikasi Wladimir Koppen, Kota Dumai tergolong tipe iklim Af (iklim
hujan tropis). dengan jumlah bulan kering < 2 bulan dan bulan basah lebih dari > 10
bulan.

Berdasarkan catatan Stasiun Meteorologi dan Geofisika Stasiun Bandara Pekanbaru


(1998 – 2007), curah hujan rata-rata tahunan di Kota Dumai adalah 180 mm dan rata-
rata hari hujan tahunan adalah 158 hari. Jumlah curah hujan rata-rata bulanan sebesar
183 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata adalah 13 hari. Jumlah curah hujan bulanan
berkisar 70–284 mm dan jumlah hari hujan berkisar 8–20 hari. Berdasarkan data curah
hujan dan jumlah hari hujan rata-rata bulanan di Kota Dumai selama 10 tahun terakhir
dapat disimpulkan:

Periode hujan terbanyak secara berturut-turut terjadi pada bulan Agustus hingga
Desember. Jumlah curah hujan rata-rata pada bulan-bulan tersebut berkisar antara 199–
211 mm dengan jumlah rata-rata hari hujan 13–19 hari dalam sebulan.
Periode relatif kering, terjadi pada bulan Januari - Maret dengan rata-rata curah hujan
berkisar 69-137 mm/bulan dengan jumlah hari hujan terjadi selama 7-10 hari dalam
sebulan.
Untuk mengetahui intensitas hujan maksimum berdasarkan data Curah Hujan dan Hari

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 20


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Hujan yang diperoleh untuk durasi 2009 – 2018 di Stasiun Hujan Kota Dumai, dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3. 4. Intensitas Hujan di Wilayah Studi Tahun 2008 – 2017

200 201 201 201 201 201 201 201 201 201
Tahun 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Curah Hujan Maks 19 27 29 53 31 16 17 24 24 24
(mm/hh)
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2019

2. Morfologi dan Geologi

a) Morfologi
Morfologi area studi relatif datar, dengan pola pengeringan miring kearah utara. Kota
Dumai berada disisi selatan Selat Dumai yang diapit oleh Pulau Rupat dan Pulau
Sumatera. Ketinggian permukaan tanah + 5m sampai dengan +10 m diatas permukaan
laut. Lebar selat Dumai (pada posisi di Kota Dumai) adalah 4,5 km.
Jika dilihat dari segi topografi, Kota Dumai termasuk ke dalam kategori daerah yang
datar dengan kemiringan lereng 0–< 3 %, di mana sebelah utara Kota Dumai umumnya
merupakan dataran yang landai dan ke selatan semakin bergelombang (Gambar
dibawah).

Gambar 3. 11 Gambar 3D Morfologi Dumai dan Sekitarnya

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 21


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

b) Geologi

Area studi yang terletak di Dumai, Provinsi Riau, berada diatas batuan berumur Kuarter
yang mempunyai sifat fisik belum mengalami proses litifikasi (pembatuan), belum
mengalami kompaksi maupun sementasi. Akibatnya sebagai tempat bertumpunya suatu
bangunan harus diterapkan rekayasa teknologi sehingga dapat berumur panjang. Satuan
Batuan yang membangun area studi adalah: Satuan Endapan Permukaan Muda (Qh) dan
Endapan Permukaan Tua (Qp).
Qp berumur Plistosen yang disusun oleh Lempung, Lanau dan Kerikil Lempung serta
sisa-sisa tumbuhan sedangkan Qh berumur Holosen yang disusun oleh Lempung, Lanau
dan Kerikil Licin, sisa-sisa tumbuhan dan rawa gambut. Penyebaran kedua satuan
batuan tersebut dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Pembentukan endapan permukaan muda dan tua ini berkaitan dengan terjadi proses
tektonik umumnya di pulau Sumatera. Pulau Sumatera merupakan bagian dari
“Sundaland Plate” yang secara menerus bertumbukan dengan “Indian-Australian Plate”.
Posisi tektonik daerah studi secara regional adalah “Back Are Region” atau cekungan
belakang sehingga sedimentasi yang terbentuk pada posisi ini cukup tebal. Posisi
tumbukan ini terjadi sejak kapur sampai sekarang dengan batas sampai jalur magmatik
dibagian tengah Sumatera.
Akibat dari posisi tersebut diatas pada Tersier terbentuklah sedimen yang tebal yang
memiliki fungsi sebagai tempat akumulasinya minyak bumi. Untuk sedimen yang
berumur Kuarter akan membentuk sedimen yang tebal.
Tapak intake dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) SPAM Dumai berada di batuan yang
tersusun oleh endapan permukaan tua (Qp),

c) Hidrogeologi dan Hidrologi

i. Hidrogeologi
Keterdapatan air tanah tergantung pada :
 Curah hujan
 Akuifer
 Permukaan tanah
 Topografinya
 Struktur geologi
Curah hujan maksimum di sekitar area studi Pada Tahun 2017 adalah sebesar 24

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 22


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

mm/hh sehingga cukup potensial untuk tersedianya air tanah. Tempat


tersimpannya air tersebut juga cukup tersedia berupa sedimen Kwarter yang
terhampar cukup luas. Demikian juga permukaan tanahnya, tersusun oleh material
kurang padat, dengan topografi berupa perbukitan rendah dan kemiringan lereng
secara umum kecil, sangat menunjang terdapatnya air tanah. Struktur lipatan,
dimana telah muncul batuan berumur tersier, menunjukan pernah terjadi erosi yang
cukup kuat.
Diwilayah studi, dijumpai daerah air tanah dangkal sampai daerah dengan akuifer
produktif. Daerah air tanah dangkal sampai akuifer dengan produktivitas kecil
umumnya di perbukitan yang dibangun oleh batuan berumur tersier. Akuifer
produktif dan produktif sedang terhampar sangat luas di dataran rendah. Tapak
proyek didominasi oleh akuifer dengan produktifitas sedang.
Wilayah antara Sungai Mesjid (01037’17,47’’ N ; 101020’10,58’’ E) dan Kota Dumai
memiliki jenis tanah latosol yang berupa tanah liat dengan kadar air rendah.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan masyarakat setempat, lokasi
Sungai Mesjid memiliki muka air tanah yang berada pada kedalaman 1,5 m di bawah
permukaan tanah. Wilayah tersebut merupakan wilayah banjir, dengan kenaikan
muka air dapat mencapai 2 m. Permukiman masyarakat yang berada disekitar
wilayah Sungai Mesjid (01037’15,5’’ N ; 101020’09,3’’E) dan Sungai Dumai
(01037’17,47’’ N ; 101020’10,58’’ E) yaitu rumah panggung. Sungai Mesjid memiliki
lebar 10 m dengan kedalaman 1,5 m (ANDAL PT. Chevron Pacific Indonesia, 2016)
Berbeda halnya dengan wilayah yang berada diantara Simpang Bukit Timah
dengan Sungai Mesjid dengan panjang rute kurang lebih 19,4 km. Sebagai besar
kawasan pada segmen ini terdiri atas lahan gambut dengan muka air tanah berada
30 cm – 50 cm dibawah permukaan tanah. Tanaman tutupan lahan segmen VI
adalah tanaman pakis dan perkebunan kelapa sawit (ANDAL PT. Chevron Pacific
Indonesia, 2016).

ii) Hidrologi
Di wilayah Kota Dumai terdapat banyak sungai yang mengalir dan bermuara ke Selat
Rupat. Beberapa sungai dapat dilayari oleh kapal bermotor hingga hulu sungai.
Sungai-sungai di daerah Dumai umumnya merupakan sungai abadi yaitu sungai yang
airnya dapat mengalir sepanjang tahun. Sungai-sungai besar yang ada di Kota Dumai

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 23


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

yang memegang peranan penting dalam studi ini dan bermuara ke Selat Rupat,
seperti S. Mesjid.
Sungai Mesjid melintasi dua kecamatan yaitu Kecamatan Sungai Sembilan dan Dumai
Barat dengan panjang sungai yaitu 29 km, lebar rata-rata mencapai 90 m dan debit
reta-rata mencapai 137.862 m3/jam (BPS Dumai 2007). Sungai Mesjid merupakan
satu-satunya sungai yang mengalir di wilayah Kota Dumai dengan debit yang ada
cukup berfluktuatif. Karakter air baku yang mengalir pada Sungai Mesjid mayoritas
merupakan air gambut (Buku Putih Sanitasi Kota Dumai, 2014). Kedalaman Sungai
mesjid yaitu antara 1,5 m hingga 2,5 m. Adapun profil melintang dari sungai Sungai
Mesjid dengan luas area penampang sekitar 50,33 m2 dapat dilihat pada gambar
berikut.

Gambar 3. 12. Profil Melintang Sungai Mesjid

( Sumber : Studi Kelayakan SPAM Dumai, 2018)

Hasil pengukuran sesaat dari pihak konsultan Studi Kelayakan SPAM Dumai pada
lokasi intake Sungai Mesjid (Januari 2018) kecepatan aliran sungai adalah 0,332 m/s.
Dapat dilihat pada tabel dibawah, saat musim hujan tinggi muka air dapat mencapai
2,5 m dan debit sungai mencapai 16.735 l/detik. Berdasarkan data BWS III Sumatera
tahun 2015 hingga 2017, tinggi muka air di Sungai Masjid paling minimum pernah
mencapai 80 cm (0,8 m). Kejadian ini berlangsung selama 3 (tiga) hari di bulan April
tahun 2015. Dengan tinggi permukaan air sungai 0,8 m tersebut, diperoleh luasnya
adalah 6,8 m2, sehingga jika dihitung, debit terendah yang pernah terjadi selama 3
tahun terakhir yaitu 2.260 l/detik (disajikan dalam tabel dibawah ini).

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 24


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Tabel 3. 5. Hasil Pengukuran Debit Sungai Mesjid

Luas Area Debit Debit


Kondisi TMA (m)
(m2) (m3/detik) (l/detik)
Musim hujan 2,5 50,33 16,73 16.735
Musim 0,8 6,8 2,28 2.260
kemarau
*Berdasarkan Data BWS Sumatera III
Sumber : Analisa Data, 2018

Sungai Mesjid yang bermuara ke Selat Rupat terpengaruh oleh pasang surut air dari
Selat Rupat. Berdasarkan hasil observasi lapangan didapatkan bahwa panjang sungai
yang terpengaruh pasang surut dari titik muara sungai mencapai 1,51 km. Untuk lokasi
intake yang berada di Sungai Mesjid tidak terpengaruh pasang surut air laut
dikarenakan panjang dari titik muara ke lokasi intake cukup jauh yaitu 26 km. Lokasi
Intake ini hanya terpengaruh oleh pengaruh perubahan musim antara musim hujan dan
kemarau mencapai fluktuasi 1,5 hingga 2 meter.

c) Kebencanaan Geologi

Bahaya lingkungan beraspek geologi dapat mempengaruhi keberadaan dan keamanan


lokasi tapak proyek. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan sebagai faktor pembatas
dalam penyusunan sistem kegiatan. Ditinjau dari kebencanaan geologi seperti gempa
bumi, bahwa posisi daerah studi berada di “Back Arc Region”. Daerah gempa paling
besar adalah di posisi “Trench” (daerah tumbukan) “Forearc Basin” dan “Volcanik
Island Arc”, sehingga daerah studi adalah relatif aman dari pengaruh gempa. Gempa
dapat ditimbulkan oleh kegiatan vulkanik, aktifnya tektoknik dan juga dapat terjadi
karena longsoran.
Dumai berada di timur-laut Gunungapi Sarik Merapi (+2145m) dengan jarak 224,85
km. Dalam jarak yang cukup jauh tersebut gempa vulkanik yang akan timbul tidak
dapat dirasakan di Dumai.
Tahun 2006 terjadi gempa tektonik yang berpusat di barat-daya Dumai dengan
magnituda lebih besar dari 6 skala ritcher. Gempa tersebut disebabkan oleh aktifnya
sesar besar Sumatera, dari Dumai Gempa tersebut tidak dapat dirasakan karena
jaraknya cukup jauh (217,8 km). Untuk gempa yang disebabkan oleh gerakan tanah,
Kota Dumai berada di Zona Kerentanan Gerakan Tanah sangat rendah seperti tersaji
dalam gambar berikut.

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 25


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Gambar 3. 13. Posisi Gunung Api Terdekat dengan Dumai

Gambar 3. 14 Pusat Gempa Terdekat dengan Dumai

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 26


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Gambar 3. 15. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah

3. Kualitas Udara

Kualitas udara yang dianalisis adalah udara ambien berdasarkan pada PP Nomor 41
Tahun 1999, tingkat kebisingan ambien berdasarkan KEPMENLH Nomor 48 Tahun 1996
dan tingkat Kebisingan berdasarkan KEPMENLH Nomor 48 Tahun 1996. Berikut ini
merupakan tabel hasil analisis secara rinci. Pengukuran kualitas udara dilakukan di 6
titik lokasi tapak proyek yang terdiri dari :

1. U-1 : Lokasi IPA (N 01º 37' 17.3" E 101º 22' 02,8”)


2. U-2 : Lokasi Intake (N 01º 37' 13.6" E 101º 20' 11,0”)
3. U-3: Kawasan Permukiman Padat Penduduk / Jalur Distribusi (N 01º 40' 10.8" E
101º 25' 42,5”)
4. U-4: Simpang Bukit Timah / Jalur Pipa Transmisi (N 01º 37' 50.2" E 101º 22' 54,5”)
5. U-5: Perumahan Permata Indah / Pipa Transmisi (N 01º 39' 30.1" E 101º 25' 46,1”)

Tabel 3. 6. Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien dan Kebisingan


Hasil Pengujian Baku
No. Parameter Satuan
U–1 U–2 U–3 U–4 U–5 Mutu1)

1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 6,22 <5,66 17,46 <5,66 13,63 900
Karbon Monoksida
2 µg/Nm3 572,6 458,08 458,08 687,12 572,6 30.000
(CO)
Nitrogen Dioksida
3 µg/Nm3 24,24 93,94 67,64 72,79 45,03 400
(NO2)
4 Oksidan (O3) µg/Nm3 0,66 0,64 1,06 1,63 <0,50 235

5 HC (Hidrokarbon) µg/Nm3 <2,86 <2,86 <2,86 <2,86 <2,86 160

6 PM10 µg/Nm3 35,2 36,2 30,2 50,2 31,2 150

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 27


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Hasil Pengujian Baku


No. Parameter Satuan
U–1 U–2 U–3 U–4 U–5 Mutu1)

7 PM2,5 µg/Nm3 14,5 15,7 11,5 34,8 10,8 65

8 TSP µg/Nm3 85,12 119,01 71,35 285,52 61,11 230

9 Pb µg/Nm3 <0,33 <0,33 <0,33 <0,33 <0,33 2


55*70**
10 Kebisingan dBA 64,3 66,5 45,8 69,7 53,5 2)

Keterangan Pengambilan Contoh Uji

1 Cuaca - Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah -

2 Temperatur Udara °C 32,3 31,5 31,7 31,7 31,5 -

3 Kelembaban Udara % 63,7 68,5 66,3 59,8 69,3 -

4 Arah Angin ° 100-145 80-125 155-200 210-255 210-265 -

5 Kecepatan Angin m/detik 0,1-0,6 0,4-1,5 0,1-0,7 0,1-0,6 1,0-1,7 -


Sumber : Binalab Pekanbaru, Hasil Sampling, 2019

Keterangan :
- 1) Baku Mutu Kualitas Udara Ambient Nasional Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999.
- 2) Baku Mutu Kebisingan Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup, No. Kep. 48 Tahun 1996 *Permukiman **Industri
- Tanda (<)dibawah limit deteksi

Secara umum hasil uji kualitas udara ambien dan kebisingan di tapak proyek dan sekitar
permukiman terdekat menunjukan bahwa parameter udara ambien masih memenuhi
baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu
Kualitas Udara Ambien Nasional dan KEPMENLH No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Mutu
Tingkat Kebisingan.

a) SO2
Dapat dilihat pada tabel diatas, dimana nilai SO2 yang didapatkan masih masuk dalam
baku mutu yang ditentukan berdasarkan PP No.41 Tahun 1999. Adapun nilai tertinggi
yang didapatkan untuk parameter SO2 berada di lokasi U-3 yaitu Permukiman terdekat
dari lokasi Reservoir dengan nilai sebesar 17,46 µg/Nm3. Hal tersebut kemungkinan
diindikasikan lokasi reservoir & booster cukup berdekatan dengan permukiman,
dimana terdapat aktivitas lalu lintas kendaraan keluar masuk ke area permukiman
tersebut. Selain itu lokasi reservoir dan booster tersebut juga cukup dekat dengan jalan
raya dengan jarak ± 50 m.

b) NO2
Berdasarkan pada tabel diatas, bahwa nilai NO2 menunjukan bahwa masih memenuhi
baku mutu yang dipersyaratkan berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999, tentang baku mutu
kualitas udara ambien. Untuk semua lokasi titik yang disampling memiliki nilai yang

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 28


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

masih berada di bawah bakumutu yang ditetapkan yaitu antara 24,24 – 93,94 µg/Nm3.

c) Karbon Monoksida (CO)


Berdasarkan hasil pengukuran parameter CO pada tabel diatas didapatkan bahwa nilai
tertinggi terdapat pada titik sampling U-4 yaitu Simpang bukit Timah (Jalur Pipa
Transmisi) dengan nilai sebesar 687,12 µg/Nm3. Tingginya nilai tersebut dibandingkan
dengan kondisi pada titik sampling yang lain dikarenakan lokasi tersebut berada di
pinggir jalan raya yang terdapat kawasan permukiman padat penduduk, sehingga gas
CO yang terukur cukup tinggi dikarenakan kondisi lalu lintas yang ramai melewati jalan
tersebut.

Secara umum untuk parameter CO masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan
bedasarkan PP No. 41 Tahun 1999 tentang baku mutu kualitas udara ambien.

d) Partikulat Debu (TSP)


Nilai tertinggi yang didapatkan untuk partikulat debu (TSP) berada pada titik sampling
U-2 yaitu lokasi intake. Secara keseluruhan untuk parameter partikulat debu (TSP)
masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan berdasarkan PP. No 41 Tahun 1999.

e) Oksidan (O3)
Nilai parameter oksidan (O3) di lokasi tapak proyek secara keseluruhan masih
memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999 tentang
baku mutu kualitas udara ambien. Nilai tertinggi untuk parameter O3 terdapat pada titik
sampling U-4 yaitu Simpang Bukit Timah / Jalur Pipa Transmisi.

f) PM10
Berdasarkan hasil pengukuran PM10 yang didapatkan disemua lokasi tapak kegiatan
bahwa nilai masih memenuhi baku mutu yang ditentukan berdasarkan PP. No 41 Tahun
1999 tentang baku mutu kualitas udara ambien. Nilai tertinggi untuk parameter PM 10
berada dilokasi sampling U-4 yaitu Simpang Bukit Timah / Jalur Pipa Transmisi dengan
nilai sebesar 50,2 µg/Nm3.

g) PM2,5

Berdasarkan hasil pengukuran untuk parameter PM2,5 didapatkan hasil untuk semua
titik lokasi sampling masih memenuhi baku mutu berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999,
tentang Baku Mutu kualitas udara ambien, dengan Baku Mutu yang dipersyaratkan
sebesar 34,8 µg/Nm3. Nilai tertinggi yang didapatkan terdapat pada titik sampling U-4

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 29


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

yaitu Simpang Bukit Timah / Jalur Pipa Transmisi.

h) Hidrokarbon (HC)

Berdasarkan hasil analisa yang didapatkan untuk parameter Hidrokarbon terlihat untuk
semua titik sampling yang diambil masih masuk dalam baku mutu berdasarkan PP No.
41 Tahun 1999 tentang baku mutu kualitas udara ambien dengan nilai yang
dipersyaratkan sebesar 160 µg/Nm3. Untuk semua lokasi kegiatan memiliki nilai
parameter hidrokarbon yang sama.

i) Timbal (Pb)

Berdasarkan hasil pengukuran parameter timbal yang dilakukan, terlihat untuk semua
titik sampling memiliki nilai konsentrasi yang sama. Secara umum parameter timbal
(Pb) masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999
tentang baku mutu kualitas udara ambien.

j) Kebisingan

Berdasarkan hasil yang didapatkan, parameter kebisingan di seluruh titik pengamatan


masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan sebesar 70 dBA sesuai dengan
KEPMENLH No. 48 Tahun 1996.

4. Kualitas Air

Kualitas air yang diuji adalam air permukaan. Sumber air permukaan sangat mudah
untuk dimanfaatkan sebagai kebutuhan domestik dan lainnya tetapi juga sangat mudah
dijadikan sebagai tempat dikembalikannya limbah pada lingkungan. Disisi lain, air
permukaan memiliki peran yang sangat besar terutama untuk menunjang kehidupan
makhluk hidup di sekitarnya. Hal ini menjadikan air permukaan memiliki potensi yang
tinggi untuk mengalami pencemaran dibandingkan dengan air tanah.

Untuk itu diperlukan pengujian kualitas air permukaan terkait dengan Kegiatan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai oleh PDAM Tirta Dumai Bersemai. Pengujian
kualitas air yang dilakukan merupakan salah satu kegiatan dalam proses pengendalian
degradasi sumberdaya air. sampling dilakukan di dua air permukaan yang berbeda,
yaitu :

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 30


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

1. Sungai Mesjid di Lokasi Intake


2. Kanal terdekat dari lokasi reservoir dan booster

Pengujian terhadap beberapa parameter kualitas air berdasarkan pada PP Nomor 82


Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Untuk
air Kelas II.

Pengujian kualitas air permukana dilakukan terhadap beberapa parameter yang


disesuaikan dengan baku mutu yang berlaku. Dari beberapa parameter tersebut diambil
7 parameter utama yaitu DO, BOD, COD ( sebagai parameter kebutuhan oksigen
terlarut), serta Amonia, nitrat, nitrit, dan phospat (sebagai parameter nutrient).

Tabel 3. 7 Hasil Pengujian Kualitas Air Permukaan


Hasil Pengujian
Baku
No. Parameter Satuan Intake S. Sungai Mesjid Sungai Mutu
Mesjid Hulu Hilir Dumai
A. FISIKA
1 Temperatur °C 29,2 29,1 29,2 29 ±3
2 TDS mg/L 58,4 65,3 59,2 85,8 1000
3 TSS mg/L 11,49 22,99 9,99 11,74 50
B. KIMIA
1 pH - 6,3 6,1 6,2 6,1 6–9
2 BOD mg/L 1,59 1,45 1,86 1,73 3
3 COD mg/L 18,3 17,5 14,55 23,53 25
4 DO mg/L 4,1 4,5 4,3 4,2 >4
5 Total Fosfat sebagai P mg/L 0,16 0,17 0,11 0,16 0,2
6 NO3– N mg/L 0,2 0,42 0,11 <0,07 10
7 NH3–N mg/L <0,03 0,03 <0,03 <0,03 -
8 Arsen (As) mg/L <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 1
9 Kobal (Co) mg/L <0,02 <0,02 <0,02 <0,02 0,2
10 Barium (Ba) mg/L <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 -
11 Boron (B) mg/L <0,07 <0,07 <0,07 0,15 1
12 Selenium (Se) mg/L <0,002 <0,002 <0,002 <0,002 0,05
13 Kadmium (Cd) mg/L <0,0007 <0,0007 <0,0007 <0,0007 0,01
14 Krom VI (Cr6+) mg/L <0,03 <0,03 <0,03 <0,03 0,05
15 Tembaga (Cu) mg/L <0,009 <0,009 <0,009 <0,009 0,02
16 Besi (Fe) mg/L 0,17 0,19 0,2 0,22 -
17 Timbal (Pb) mg/L <0,004 <0,004 <0,004 <0,004 0,03
18 Mangan (Mn) mg/L <0,009 <0,009 <0,009 <0,009 -
19 Air Raksa (Hg) mg/L <0,0007 <0,0007 <0,0007 <0,0007 0,002
20 Seng (Zn) mg/L 0,02 0,02 0,01 0,03 0,05
21 Klorida (Cl) mg/L 10,32 10,62 10,72 13,2 -

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 31


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Hasil Pengujian
Baku
No. Parameter Satuan Intake S. Sungai Mesjid Sungai Mutu
Mesjid Hulu Hilir Dumai
22 Sianida (CN) mg/L <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 0,02
23 Fluorida (F) mg/L <0,08 <0,08 <0,08 0,09 1,5
24 NO2– N mg/L 0,03 0,02 0,04 0,01 0,06
25 Sulfat (SO4) mg/L 29,31 30,3 37,11 28,55 -
26 Klorin (Cl2) mg/L 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03
27 Sulfida (S-) mg/L <0,002 <0,002 <0,002 <0,002 0,002
28 Minyak dan Lemak mg/L <1,0 <1,0 <1,0 <1,0 1
29 MBAS mg/L <0,02 <0,02 <0,02 <0,02 0,2
30 Fenol mg/L <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,001
C. Mikrobiologi
1 Fecal Koliform /100 ml 15 54 15 11 1000
2 Total Coliform /100 ml 220 540 40 170 5.000

Keterangan :
- Baku Mutu Air Kelas II PP No. 82 Tahun 2001
- Tanda < menunjukkan hasil dibawah limit deteksi
- Tanda (-) tidak dipersyaratkan

: Tidak memenuhi baku mutu

Dilihat dari hasil pemantauan ada beberapa parameter yang melebihi baku mutu yang
telah dipersyaratkan untuk Sungai Mesjid di lokasi Intake dan Kanal terdekat dari lokasi
reservoir dan booster yaitu pH, BOD, dan COD. Tingginya parameter tersebut diindikasi
berasal dari limbah domestik yang langsung dibuang ke badan air. Kondisi disekitar
Sungai Mesjid dan Kanal terdapat beberapa rumah warga. selain itu juga, terlihat kondisi
sekitar Sungai Mesjid dan Kanal yang banyak ditumbuhi tanaman gambut, sehingga air
permukaan sungai mesjid dan Kanal mengalami kontaminasi dari tanaman gambut yang
sering disebut juga air gambut.

A. Berdasarkan Parameter Kebutuhan Oksigen

Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa ketersediaan oksigen di 2 lokasi sampling


(Sungai Mesjid dan Kanal) hampir kurang dari baku mutu yang ditentukan,
sedangkan kandungan senyawa organik pada kedua lokasi sampling tersebut telah
melebihi batas baku mutu yang telah ditentukan. Hal ini menunjukan telah terjadi
pencemaran pada kedua lokasi tesebut.

a) BOD dan COD


BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) sangat erat

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 32


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

kaitannya antara kedua parameter tersebut. Dimana nilai COD akan selalu lebih besar
dibandingkan dengan nilai BOD. BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mendegradasi senyawa organik secara biologi dengan bantuan
mikroorganisme.

Konsentrasi BOD yang didapatkan dari hasil pengukuran Intake Sungai Mesjid, Sungai
Mesjid pada tiga titik sampling yaitu hulu dan hilir masing-masing sebesar 1,59 mg/l,
1,45 mg/l, dan 1,89 mg/l. Nilai tersebut masih memenuhi baku mutu yang
dipersyaratkan sebesar 3 mg/l.

COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mendegradasi senyawa


organik secara kimiawi oleh oksidator kuat. Konsentrasi COD pada lokasi Sungai
Mesjid yang terdiri dari tiga titik sampling yaitu Intake Sungai Mesjid, Sungai Mesjid
pada titik sampling yaitu hulu dan hilir masing-masing 18,3 mg/l, 17,5 mg/l, dan
14,55 mg/l. Nilai tersebut masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan sebesar
25 mg/l.

Kondisi dari kedua lokasi sampling tersebut diindikasi karena air tersebut
merupakan air gambut. Dimana kondisi eksisting yang ada, sepanjang sungai dan
kanal banyak ditanami oleh tanaman Gambut. Besarnya kadar BOD dan COD pada air
permukaan Sungai Mesjid dan kanal menandakan kehadiran senyawa organik yang
cukup tinggi.

Air gambut adalah air permukaan yang banyak dijumpai di daerah lahan gambut atau
dataran rendah terutama di Pula Kalimantan dan Sumatera. Menurut Wibowo dan
Suyatno (1998) bahwa air gambut umumnya berwarna coklat tua sampai kehitaman
(124 – 850 PtCo), memiliki kadar organik yang tinggi (138 – 1.560 mg/lt KmnO4), dan
bersifat asam (pH 3,7 – 5,3). Warna merah kecoklatan pada air gambut merupakan
akibat dari tingginya kandungan zat organik (bahan humus) terlarut terutama dalam
bentuk asam humus dan turunannya. Asam humus tersebut berasal dari dekomposisi
yang stabil (Syarfi, 2007).

b) DO (Dissolved Oxygen)

Kandungan oksigen terlarut (DO) dalam badan air merupakan indikator penting
untuk menjaga keseimbangan ekosistem biota air dan menjaga kualitas badan air itu
sendiri. Sesuai dengan hasil analisa laboratorium, nilai parameter yang didapatkan

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 33


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

dari hasil pengukuran Sungai Mesjid dan Kanal cukup rendah walaupun untuk kedua
lokasi sampling masih memenuhi baku mutu.

Lokasi sampling Intake Sungai Mesjid, Sungai Mesjid pada titik sampling yaitu hulu
dan hilir masing-masing memiliki nilai sebesar 4,1 mg/l, 4,5 mg/l, dan 4,3 mg/l. Nilai
tersebut masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan sebesar > 4 mg/l.

Melihat kondisi tersebut, terdapat hubungan antara parameter COD, BOD dan DO.
Dimana dengan kehadiran senyawa organik yang cukup tinggi membuat oksigen
terlarut yang ada di dalam air akan menjadi rendah. Hal ini terjadi dikarenakan
mikroorganisme dan oksidator kuat menggunakan oksigen untuk mengurai senyawa
organik dalam proses metabolismenya. Dengan kondisi ini akan menyebabkan
terjadinya pendangkalan secara dini (eutrofikasi), kondisi sungai berbau dan
kehidupan air terganggu.

B. Berdasarkan Parameter Nutrient

Nitrit adalah bentuk senyawa nitrogen yang relatif tidak stabil dan bersifat toksik
daripada nitrat. Nitrit merupakan senyawa peralihan (intermediate) antara senyawa
nitrat dan ammonia. Pada kondisi aerob tejadi proses perubahan dari ammonia
menjadi nitrat (nitriikasi). Sementara pada kondisi anaerob terjadi proses
denitrifikasi (nitrat menjadi ammonia).

Berdasarkan hasil analisis laboratorium untuk parameter ammonia, nitrat dan nitrit
hasil pengukuran menunjukkan bahwa telah terjadi proses denitrifikasi terhadap
Sungai Mesjid dan Kanal. Pernyataan ini diperkuat dengan nilai pengukuran
parameter BOD dan COD yang tidak memenuhi standar baku mutu.

Secara Keseluruhan untuk parameter Nitrat, Amonia, Nitrit, dan Phospat pada Sungai
Mesjid dan kanal masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan berdasarkan PP.
No 82 Tahun 2001 peruntukan Kelas II.

II. Komponen Biologi

1. Plankton

a) Fitoplankton

Fitoplankton adalah organisme renik yang bersifat nabati yang hidup melayang-

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 34


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

layang dalam ekosistem perairan. Organisme ini merupakan komponen biologis


yang rentan sebab sensitif terhadap perubahan-perubahan lingkungan. Komposisi
fitoplankton dalam ekosistem air dapat menunjukkan tingkat kestabilan ekosistem
tersebut. Apabila dikaitkan dengan fenomena pencemaran, akibat yang ditimbulkan
oleh masukan-masukan berbagai bahan kimia atau perubahan lingkungan tidak
semata berpengaruh letal sesaat tetapi berpengaruh juga terhadap organisme
tingkat tinggi melalui jalur jaring makanan (food web). Oleh karena itu, kelimpahan
dan keanekaragaman fitoplankton dapat menggambarkan kondisi suatu ekosistem.

Berdasarkan hasil identifikasi jenis dan kelimpahan fitoplankton yang diperoleh


dari Intake Sungai Mesjid, Sungai Mesjid pada titik sampling yaitu hulu dan hilir,
ditemukan sedikitnya 15 jenis fitoplankton di kedua perairan tersebut (15 jenis di
Sungai Mesjid dan 13 jenis di kanal reservoir).

Tabel 3. 8 Jenis dan Kelimpahan Fitoplankton


Kelimpahan (sel/l) *)
No. Taksa
PB – 1 PB – 2 PB – 3 PB – 4 PB – 5
I. Bacillariophyceae
1 Coscinodiscus sp. 45 179 89 89 89
2 Cymatopleura sp. 45 45
3 Fragilaria sp. 179 179
4 Nitzschia sp. 45 45 45
5 Surirella sp. 45 45 45 45 45
6 Tabellaria fenestrata 179
Kelimpahan Bacillariophyceae 447 314 179 179 358
II. Chlorophyceae
7 Ankistrodesmus falcatus 89 89 89 89
8 Chlorococcum humicola 89 45 45
9 Closteriopsis longissima 89 89
10 Closterium gracile 45 45 45
11 Gonatozygon aculeatum 89 45 45
12 Staurastrum sp. 89 89 89 89
Kelimpahan Chlorophyceae 179 313 313 267 313
III. Cyanophyceae
13 Lyngbya martensiana 89 45 45 45 45
14 Oscillatoria splendida 89 89 89 89
15 Phormidium mucicola 45 45
Kelimpahan Cyanophyceae 224 89 134 134 134
KelimpahanTotal Fitoplankton 850 716 626 580 805
Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’) 2.068 2.168 2.245 2.030 2.276
Indeks Dominansi Simpson (D) 0.141 0.133 0.112 0.135 0.117
Sumber: Hasil Analisis LPKL-BINALAB, 2018

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 35


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Keterangan *) : PB – 1 Intake Sungai Mesjid (N 01° 37’ 13,7” E 101° 20’ 09,3”)
PB – 2 Hulu Intake Sungai Mesjid (N 01° 37’ 07,6” E 101° 20’ 07,7”)
PB – 3 Hilir Intake Sungai Mesjid (N 01° 40’ 16,5” E 101° 20’ 11,3”)
PB – 4 Hulu Kanal Reservoir (N 01° 40’ 41,1” E 101° 24’ 05,2”)
PB – 5 Hilir Kanal Reservoir (N 01° 40’ 48,2” E 101° 23’ 55,9”)

Hasil penghitungan Indeks Keanekaragaman Shannon - Wiener (H’) terhadap jenis-


jenis fitoplankton yang teramati di kedua perairan tersebut, memiliki nilai indeks
keanekaragaman 2,068 – 2,245 (Sungai Mesjid) dengan kelimpahan 626 - 850
sel/liter dan 2,030 – 2,276 (kanal reservoir) dengan kelimpahan 582 – 805 sel/liter.

Berdasarkan kriteria Indeks Keanekaragaman Shannon – Wiener tersebut, stabilitas


komunitas fitoplankton di Sungai Mesjid baik di bagian intake maupun di bagian
hulu dan hilir intake dalam kondisi sedang. Demikian pula komunitas fitoplankton
di kanal reservoir bagian hulu dan hilir dalam kondisi sedang. Kondisi stabilitas
fitoplankton di kedua perairan tersebut dalam keadaan demikian, kemungkinan
karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitarnya.

Kriteria indeks keanekaragaman Shannon-Wiener untuk plankton dan benthos (Lee,


1978):

H’ < 1 : Komunitas biota tidak stabil atau kualitas air tercemar berat;
1 ≤ H’ ≤ 3 : Stabilitas komunitas biota sedang atau kualitas air tercemar
sedang
H’ > 3 : Stabilitas komunitas biota dalam kondisi proma (stabil)
atau kualitas air bersih

Demikian pula berdasarkan kriteria Indeks Dominansi Simpson, menunjukkan


bahwa stabilitas komunitas fitoplankton di perairan Sungai Mesjid baik di bagian
intake maupun di bagian hulu dan hilir intake dalam keadaan stabil, adapun di kanal
reservoir bagian hulu dan hilir juga dalam keadaan stabil dengan masing-masing
nilai Indeks Dominansi 0,112 – 0,141 (Sungai Mesjid) dan 0,117 – 0,135 (kanal
reservoit).

Kriteria Indeks Dominansi Simpson adalah sebagai berikut:

D mendekati 0 : tidak terdapat jenis-jenis yang mendominasi jenis lainnya atau


struktur komunitas dalam keadaan stabil.

D mendekati 1 : terdapat jenis-jenis yang mendominasi jenis lainnya atau struktur


komunitas labil karena terjadi tekanan ekologis.

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 36


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

b) Zooplankton

Zooplankton adalah organisme renik yang bersifat hewani dan hidupnya tergantung
pada fitoplankton. Zooplankton mampu melakukan gerakan aktif dalam upaya
mempertahankan diri maupun dalam mencari makan. Kemampuan fungsional
zooplankton sangat ditentukan oleh baik kuantitas dan kualitas fitoplankton
maupun kualitas air. Hal ini disebabkan sumber utama nutrisi bagi zooplankton
adalah fitoplankton.

Hasil identifikasi jenis zooplankton di perairan sungai Mesjid (pada bagian intake,
bagian hulu intake sungai Mesjid dan bagian hilir intake sungai Mesjid) serta kanal
reservor (pada bagian hulur dan hilir kanal reservoir), ditemukan sedikitnya enam
jenis zooplankton di kedua perairan tersebut (enam jenis di sungai Mesjid dan enam
jenis di kanal reservoir).

Tabel 3. 9 Jenis dan Kelimpahan Zooplankton


Kelimpahan (individu/l)
No. Taksa
PB – 1 PB – 2 PB – 3 PB – 4 PB – 5
I. Crustaceae
1 Cyclops sp. 89 89 89 89 89
2 Daphnia sp. 89 45 89 45
Kelimpahan Crustaceae 178 89 134 178 134
II. Protozoa
3 Arcella discoides 45 45 89 45 89
4 Centropyxis discoides 45 45 45 45 45
5 Difflugia sp. 45 45 45 45 45
Kelimpahan Protozoa 135 135 179 135 179
III. Rotifera
6 Testudinella sp. 89 89 89 89 89
Kelimpahan Rotifera 89 89 89 89 89
Kelimpahan Total Zooplankton 402 313 402 402 402
Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’) 1.735 1.552 1.735 1.735 1.735
Indeks Dominansi Simpson (D) 0.184 0.224 0.184 0.184 0.184
Sumber: Hasil Analisis LPKL-BINALAB, 2018
Keterangan *) : PB – 1 Intake Sungai Mesjid (N 01° 37’ 13,7” E 101° 20’ 09,3”)
PB – 2 Hulu Intake Sungai Mesjid (N 01° 37’ 07,6” E 101° 20’ 07,7”)
PB – 3 Hilir Intake Sungai Mesjid (N 01° 40’ 16,5” E 101° 20’ 11,3”)
PB – 4 Hulu Kanal Reservoir (N 01° 40’ 41,1” E 101° 24’ 05,2”)
PB – 5 Hilir Kanal Reservoir (N 01° 40’ 48,2” E 101° 23’ 55,9”)

Hasil penghitungan Indeks Keanekaragaman Shannon - Wiener (H’) terhadap


jenis-jenis zooplankton yang teramati di sungai Mesjid memiliki nilai 1,552 –
1,735 dengan kelimpahan 313 – 403 individu/liter serta di kanal reservoir pada

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 37


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

bagian hulu dan hilir masing-masing 1,735 dengan kelimpahan masing-masing


403 individu/liter. Adapun nilai Indeks Dominansi Simpson adalah 0,184 – 0,224
(S. Mesjid) dan 0,184 (kanal reservoir). Berdasarkan kriteria Indeks
Keanekaragaman Shannon – Wiener serta Indeks Dominansi Simpson tersebut,
struktur komunitas zooplankton di perairan sungai Mesjid maupun di perairan
kanal reservoir dalam kondisi sedang atau stabil.

2. Benthos

Benthos adalah organisme yang mendiami bagian dasar dari suatu perairan.
Secara umum, benthos meliputi jenis tumbuhan maupun hewan. Akan tetapi,
istilah ini lebih umum digunakan untuk kelompok hewan. Benthos hidup dari
seresah bahan-bahan organik yang ada di dasar perairan dan makan dengan cara
menyaring makanan yang ada di dalam air (filter feeder). Hewan ini hidup relatif
menetap (sesil) di dasar, sehingga komposisi benthos pada suatu lokasi sering
dikaitkan kondisi lingkungan dimana hewan itu hidup. Oleh karena itu, benthos
adalah organisme indikator yang digunakan sebagai kriteria untuk menentukan
baik buruknya suatu perairan.

Hasil identifikasi terhadap sampel benthos yang diambil dari perairan sungai
Mesjid (pada bagian intake, bagian hulu intake sungai Mesjid dan bagian hilir
intake sungai Mesjid) serta kanal reservor (pada bagian hulur dan hilir kanal
reservoir), ditemukan sedikitnya 10 jenis benthos di kedua perairan tersebut (10
jenis di sungai Mesjid dan sembilan jenis di kanal reservoir).

Tabel 3. 10 Jenis dan kelimpahan Benthos


Kelimpahan (individu/m2)
No Taksa
PB – 1 PB – 2 PB – 3 PB – 4 PB – 5
I. ANNELIDA
A. Oligochaeta
* Haplotaxidae
1 Genus 1 133 178 178 178 178
* Lumbriculidae
2 Genus 1 178 133 178 89 178
* Tubificidae
3 Tubifex 267 178 267 178 89
sub total 578 489 622 444 444
II. INSECTA
A. Diptera
* Ceratopogonidae
4 Bezzia 44 44 44 44 44
5 Dasyhelea 44 44 89 44 89
* Chironomidae
6 Ablabesmyia 89 44 44 89 89

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 38


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Kelimpahan (individu/m2)
No Taksa
PB – 1 PB – 2 PB – 3 PB – 4 PB – 5
7 Chironomus 44 89 178 89 89
sub total 222 222 356 267 311
B. Ephemeroptera
* Leptophlebiidae
8 Leptophlebia 89 44 44
sub total 89 0 44 0 44
C. Odonata
* Gomphidae
9 Gomphus 44 44 44 44 44
sub total 44 44 44 44 44
III. MOLUSCA
A. Gastropoda
* Thiaridae
10 Brotia 44 44
sub total 0 44 44 0 0
Kelimpahan Total 933 800 1111 756 844
Jumlah Jenis (N) 9 9 10 8 9
Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’) 1.976 2.009 2.064 1.933 2.067
Indeks Dominansi Simpson (D) 0.166 0.154 0.149 0.163 0.142
Sumber: Hasil Analisis LPKL-BINALAB, 2018
Keterangan *) : PB – 1 Intake Sungai Mesjid (N 01° 37’ 13,7” E 101° 20’ 09,3”)
PB – 2 Hulu Intake Sungai Mesjid (N 01° 37’ 07,6” E 101° 20’ 07,7”)
PB – 3 Hilir Intake Sungai Mesjid (N 01° 40’ 16,5” E 101° 20’ 11,3”)
PB – 4 Hulu Kanal Reservoir (N 01° 40’ 41,1” E 101° 24’ 05,2”)
PB – 5 Hilir Kanal Reservoir (N 01° 40’ 48,2” E 101° 23’ 55,9”)

Hasil analisis indeks keanekaragaman Shannon – Wiener (H’) terhadap benthos


di sungai Mesjid memiliki nilai 1,976 – 2,064 dengan kelimpahan 800 – 1111
individu/m2, adapun di perairan kanal reservoir memiliki nilai 1,933 – 2,067
dengan kelimpahan 756 – 844 individu/m2. Sedangkan nilai Indeks Dominansi
Simpson untuk benthos di perairan sungai Mesjid adalah 0,149 – 0,166, adapun
di perairan kanal reservoir adalah 0,142 – 0,163.

Berdasarkan nilai indeks kenaekaragaman Shannon-Wiener serta nilai indeks


dominansi Simpson tersebut, menunjukan bahwa komunitas benthos di kedua
perairan tesebut cenderung stabil dengan kualitas lingkungan cenderung sedang.

III. Komponen Lalu Lintas Jalan


Pada kenyataannya kendaraan yang melintas di jalan-jalan kota Dumai bukan
hanya kendaraan-kendaraan yang terdaftar di kota Dumai saja. Tetapi juga
kendaraan yang terdaftar di daerah lain atau bahkan kendaraan yang belum
terdaftar. Banyaknya kendaraan yang melintas di ruas jalan pada kurun waktu
tertentu dinyatakan dengan volume lalu lintas.
Volume atau arus lalu lintas adalah jumlah kenderaan yang melintasi satu garis

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 39


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

melintang pada jalan raya per satuan waktu. Volume dan jenis kenderaannya
merupakan parameter dasar yang penting untuk mengetahui tingkat pelayanan
dan kecepatan.
Volume lalu lintas dislokasi kegiatan yang diperkirakan terkena dampak
diketahui melalui survey perhitungan lalu lintas yang dilakukan secara manual
pada suatu titik pengamatan pada waktu sibuk. Satuan volume lalul lintas ini
jumlah kendaraan perjam.
Sementara itu volume lalulintas (Smp/jam) di Jl T.Tambusai Ujung (Tambusai
barat) ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 3. 11 Volume Lalu Lintas
Mobil penumpang Truck & Bus Sepeda Motor
Ruas Jam
(kend/Jam) (kend/Jam) (kend/Jam)
Jalan Gatot Soebroto Jembatan Sungai Masjid
Peak pagi 07.15s/d 07.30 201 95 342
Peak Siang 13.15 s/d 13.30 289 197 570
Peak Sore 16.30 s/d 16.45 328 241 644
Jalan Jend Sudirman Kel Teluk Binjai (IPA Sudirman)
Peak pagi 07.15s/d 07.30 134 53 210
Peak Siang 13.15 s/d 13.30 271 108 321
Peak Sore 16.30 s/d 16.45 288 167 311
Sumber: Pengamatan Lapangan Des 2019

IV. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya


1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Dumai pada tahun 2016 sebanyak 291.908 jiwa dan luas
wilayah seluas 1.727,38 km2 sehingga kepadatan penduduk di Kota Dumai tahun
2016 adalah 168,99 jiwa per km2. Kecamatan dengan penduduk terbanyak tahun
2016 adalah Dumai Timur dengan jumlah penduduk 62.932 jiwa (21,56 persen),
sedangkan kecamatan dengan penduduk terendah adalah Medang Kampai
dengan jumlah penduduk 11.701 jiwa (4,01 persen). Berdasarkan kelompok
umur, penduduk Kota Dumai paling banyak berada pada kelompok 0-4 tahun dan
paling sedikit berada pada kelompok 60-64 tahun, dengan jumlah masing-masing
sebesar 33.893 jiwa dan 6.687 jiwa.
Penduduk Kota Dumai relatif heterogen dilihat dari jenis kelamin, kelompok
umur, agama, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Kota Dumai sebagai kota
pesisir yang memiliki pelabuhan merupakan pintu masuk penduduk dari
berbagai daerah termasuk dari negeri tetangga Malaysia. Berikut ini adalah

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 40


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

gambaran jumlah penduduk berdasarkan rasio jenis kelamin.

Tabel 3. 12 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Rasio Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Rasio Jenis
Tahun
Laki-Laki Perempuan Jumlah Kelamin
2011 133.645 126.268 259.913 105,84
2012 137.715 130.307 268.022 105,69
2013 140.776 133.313 274.089 105,60
2014 143.900 136.209 280.109 105,65
2015 146.792 139.175 285.967 105,47
2016 149.791 142.117 291.908 105,40
2017 152.731 144.907 297.638 105,40
2018 155.638 147.654 303.292 105,41
Sumber : Badan Pusat Statistik Dumai, 2018.

Jumlah penduduk Kota Dumai dari tahun 2011 hingga 2016 mengalami peningkatan.
Laki-laki dan perempuan penduduk Kota Dumai pada tahun 2016 adalah sebanyak
291.908 dengan rasio jenis kelamin 105.40. pada tahun 2013 ke tahun 2014
mengalalami kenaikan yang cukup signifikan dengan rasio 105.65. Kemudian pada
tahun 2017 jumlah penduduk Kota Dumai mengalami penurunan dengan jumlah
penduduk sebesar 283.872 dengan rasio jenis kelamin 104.00.

a) Distribusi dan kepadatan penduduk


Penduduk Kota Dumai tersebar pada tujuh kecamatan yang ada. Dilihat dari tingkat
kepadatan tidak tesebar merata. Penduduk terpusat di Kecamatan Dumai Kota dan
Kecamatan Dumai Timur. Berikut ini adalah gambaran distribusi dan kepadatan
penduduk per km2 Kota Dumai

Tabel 3. 13 Distribusi dan Kepadatan Penduduk per km2 Kota Dumai


Persentase
No Kecamatan Kepadatan Penduduk per km2
Penduduk
1 Bukit Kapur 15,34 233
2 Medang Kampai 4,00 33
3 Sungai Sembilan 10,96 34
4 Dumai Barat 14,26 961
5 Dumai Selatan 18,00 743
6 Dumai Timur 21,53 1.374
7 Dumai Kota 15,91 3.712
Jumlah 100,00 176
Sumber : Badan Pusat Statistik Dumai, 2018

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah kepadatan penduduk Kota Dumai pada
tahun 2016 sebanyak 168,99 per km2. Terdapat tujuh kecamatan yang ada di Kota

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 41


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Dumai, kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk terbanyak adalah Dumai
Kota dengan jumlah orang 3.603,38 dengan persentase 16,05.Kecamatan yang memiliki
tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Medang Kampai dengan
kepadatan penduduk 31,37 dengan persentase 4,01.

b) Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin


Disamping distribusi dan kepadatan penduduk di Kota Dumai, berikut ini akan
ditampilkan gambaran jumlah penduduk Kota Dumai menurut kelompok umur dan jenis
kelamin.

Tabel 3. 14 Jumlah Penduduk Kota Dumai Menurut Kelompok Umur & Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin
Kelompok Umur Jumlah
Laki-Laki Perempuan
0-4 17.328 16.735 34.063
5-9 15.628 14.924 30.552
10-14 14.031 13.295 27.326
15-19 13.496 12.379 25.875
20-24 12.525 12.091 24.616
25-29 13.996 13.441 27.437
30-34 12.954 12.811 25.765
35-39 12.008 11.729 23.737
40-44 11.161 10.540 21.701
45-49 9.825 9.222 19.047
50-54 7.725 7.331 15.056
55-59 5.969 5.526 11.495
60-64 4.351 3.416 7.767
65+ 4.641 4.214 8.855
Jumlah 155.638 147.654 303.292
Sumber : Badan Pusat Statistik Dumai, 2017

Tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kota Dumai berdasarkan kelompok
umur pada tahun 2016 adalah berjumlah 291.908 jiwa. Jumlah penduduk Kota Dumai
tertinggi terdapat pada kelompok umur 0-4 tahun dengan jumlah 33.893, hal ini
menunjukan bahwa tingkat kelahiran yang ada di Kota Dumai termasuk tinggi, dan yang
terendah pada kelompok umur 65 tahun keatas dengan jumlah 7.841 jiwa.

2. Mata Pencaharian Penduduk


Jumlah pencari kerja terdaftar di Kota Dumai pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Dumai pada tahun 2016 sebesar 5.167 orang dan terjadi

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 42


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

penurunan sebesar 0.98 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.


Perbandingan pencari kerja perempuan lebih sedikit dibandingkan laki-laki, yang mana
pada tahun 2016 terdaftar 3.511 laki-laki dan 1.656 perempuan. Proporsi terbesar
pencari kerja yang mendaftar pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja di tahun 2016 adalah
yang berpendidikan terakhir SMA yaitu 80,47 persen (4.158 orang).

Dari jumlah tersebut tercatat sebanyak 1.249 orang (24,17 persen) berusia antara 15-19
tahun, 3.150 orang (60,96 persen) berusia antara 20-29 tahun dan sisanya 768 orang
(14,86 persen) berusia 30 tahun keatas. Mata pencaharian penduduk di Kota Dumai
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. 15 Jumlah Penduduk Menurut Mata pencaharian


Jenis Mata Pencaharian
Desa/ Mengurus Tidak/
No Pelajar/
Kelurahan Petani PNS Wiraswasta Karyawan Rumah Nelayan Jasa Belum
Mahasiswa
Tangga Bekerja
1 Dumai Barat 758 1.051 3.977 6.624 5.157 8.514 141 121 26.343
2 Dumai Timur 197 1.079 6.382 10.638 8.537 13.533 28 166 40.560
3 Bukit Kapur 3.294 416 4.239 4.376 5.706 10.144 4 79 28.258
Sungai
4 5.208 128 1.935 1.820 3.023 7.711 164 53 20.042
Sembilan
Medang
5 968 127 1.102 1.650 1.204 2.989 20 21 8.081
Kampai
6 Dumai Kota 91 672 6.573 5.532 5.946 9.168 28 155 28.165
7 Dumai Selatan 227 1.261 4.686 9.431 7.463 9.908 12 146 33.134
Jumlah 10.743 4.734 28.894 40.071 37.036 61.967 397 741 184.583
Sumber: Profil Kota Dumai, 2018

Berdasarkan Tabel diatas jenis pekejaan masyarakat di Kota Dumai jenis


pekerjaannya bervariasi. Dari semua jenis pekerjaan pada tabel diatas
mendeskripsikan bahwa masih banyak masyarakat di Kota Dumai yang belum
atau tidak berkerja dengan jumlah 103.770 orang. Diantara tujuh kecamatan
yang ada di Kota Dumai, kecamatan Dumai Timur memiliki jumlah besar
terhadap masyarakat yang belum bekerja yaitu sebesar 22.584 dan yang terkecil
di kecamatan Medang Kampai dengan jumlah 5.231 orang. Hal ini dapat
dsimpulkan bahwa masih banyaknya tingkat pengangguran yang ada di Kota
Dumai.
Pada jenis pekerjaan terbesar ke dua yaitu pada jenis pekerjaan mengururs
rumah tangga dengan jumlah 61.967 orang, dan jenis pekerjaan terbesar ketiga
adalah jenis pekerjaan mahasiswa atau pelajar dengan jumlah 37.036 orang.

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 43


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan suatu masyarakat sangat mempengaruhi cara berfikir, sikap,
dan perilakunya dalam melakukan pekerjaan. Pendidikan membuat seseorang
dapat mengetahui cara memanfaatkan dan mengelola faktor produksi untuk
memperoleh pendapatan yang maksimal. Tingkat pendidikan yang rendah akan
menurunkan produktifitas tenaga kerja yang dapat dicapai serta pendapatan
yang diperoleh juga rendah yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat
kesejahteraan. Berikut ini adalah gambaran jumlah penduduk menurut
pendidikan akhir di Kota Dumai.

Tabel 3. 16 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Akhir


Pendidikan
Jumlah
No Kecamatan BLM TDK Tamat Tamat
SLTP SLTA D. II D. III S.1 S .2 S.3 Penduduk
Sekolah SD SD
1 Dumai Barat 12.366 3.576 6.852 5.019 9.371 284 728 1.393 59 3 39.361
2 Dumai Timur 20.769 5.888 7.691 7.543 16.401 322 1,261 2.120 99 2 62.096
3 Bukit Kapur 24.460 4.135 4.091 3.807 6.646 182 380 643 13 0 44.355
Sungai
4 11.737 3.548 10.750 3.446 3.637 81 142 205 11 0 33.557
Sembilan
Medang
5 4.758 1.135 3.088 1.403 2.396 70 121 245 4 1 13.196
Kampai
6 Dumai Kota 13.145 3.956 5.883 5.712 11.188 267 894 1.573 61 2 42.681
7 Dumai Selatan 13.843 4.475 5.727 5.926 13.687 469 1,536 2.575 117 1 48.356
Jumlah 101.058 26.713 44.082 32.806 63.297 1.670 5.062 8.734 366 9 283.872
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Dumai, 2018.

Gambaran jumlah penduduk yang ada di Kota Dumai menurut pendidikan akhir.
Mayoritas penduduk di Kota Dumai banyak yang belum sekolah dengan jumlah
101.058.diantara tujuh kecamatan yang ada di Kota Dumai, Kecamatan Bukit
Kapur merupakan kecamatan terbesar yang penduduknya belum bersekolah.
Pada tingkat SLTA memiliki jumlah yang cukup besar yaitu berjumlah 63.297
orang. Untuk lulusan program S3 memiliki lulusan terkecil dengan jumlah 9
orang. Sarana dan prasarana pendidikan di Kota Dumai, yaitu 101 SD, 34 SLTP,
21 MTs, 14 SMA, 16 SMK dan 9 MA.

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama


Masyarakat Kota Dumai sangat heterogen dilihat dari agama yang dianut. Sebagai
daerah pesisir yang memeliki keterbukaan terhadap masyarakat luar daerah
banyak masyarakat dari daerah lainnya yang menetap di Kota Dumai dengan

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 44


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

berbagai latar belakang agama. Berikut ini gambaran Tabel Jumlah Penduduk
Menurut Agama Kota Dumai

Tabel 3. 17 Jumlah Penduduk Menurut Agama Kota Dumai


Agama Jumlah
No Kecamatan
Islam Kristen Katholik Hindu Budha Khonghucu Lainnya Penduduk
1 Dumai Barat 36.893 1.115 124 2 1.278 209 10 39.631
Dumai
2 47.332 13.059 858 11 810 12 14 62.096
Timur
3 Bukit Kapur 39.856 3.964 288 17 227 3 0 44.355
Sungai
4 30.259 1.917 207 0 1.140 31 3 33.557
Sembilan
Medang
5 12.697 344 45 3 105 2 0 13.196
Kampai
6 Dumai Kota 34.278 3.048 278 0 4.817 260 0 42.681
Dumai
7 40.676 6.296 550 1 788 41 4 40.356
Selatan
Jumlah 241.991 29.743 2.350 34 9.165 558 31 283.872
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Dumai, 2018

Mayoritas penduduk Kota Dumai beragama Islam dengan jumlah 241.991 jiwa.
Kemudian penduduk yang beragama Kristen berjumlah 29.743 jiwa, Katholik
berjumlah 2.350 jiwa, Hindu berjumlah 34 jiwa, Budha berjumlah 9.165 jiwa,
Khonghucu berjumlah 558 jiwa, dan yang beraga lainnya berjumlah 31 jiwa.

Di Kota Dumai terdapat berbagai tempat sarana dan prasarana peribadatan.


Sarana peribadatan sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan ibadah
agama sesuai dengan agama yang dianut. Agama yang dianut masyarakat di Kota
Dumai sangat heterogen, namun demikian toleransi kehidupan beragama
berjalan dengan baik sehingga hampir tidak ada konflik keagamaan di
masyarakat. Berikut ini adalah jumlah tempat peribadatan menurut Kecamatan
Kota Dumai.

Tabel 3. 18 Jumlah Tempat peribadatan Menurut Kecamatan Kota Dumai


Gereja Gereja
No Kecamatan Masjid Mushola Pura Vihara Klenteng
Protestan Katholik
1 Dumai Barat 32 39 - - - 1 1
2 Dumai Timur 37 39 28 1 - - -
3 Bukit Kapur 41 54 17 2 1 - -
Sungai
4 35 42 17 2 - 2 -
Sembilan
Medang
5 15 18 1 - - - -
Kampai
6 Dumai Kota 27 21 3 1 - 4 6

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 45


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Gereja Gereja
No Kecamatan Masjid Mushola Pura Vihara Klenteng
Protestan Katholik
7 Dumai Selatan 38 29 15 - - - 3
Jumlah 225 242 81 6 1 7 10
Sumber : Badan Pusat Statistik Dumai, 2018

Mayoritas rumah ibadah yang ada di Kota Dumai adalah Masjid dan Mushola,
jumlah masjid ada 216 dan mushola 216 bangunan. Kecamatan yang memiliki
banayak bagunan masjid dan mushola terdapat pada Kecamatan Bukit Kapur. Hal
ini menunjukan bahwasannya rata-rata penduduk di Kota Dumai adalah yang
beragama Islam. Sementara itu hanya ada satu pura yang terdapat di Kota Dumai
yaitu berada pada Kecamatan Bukit Kapur.
5. Peluang Kerja
Adanya proyek SPAM di Kota Dumai diharapkan memberikan dampak langsung
kepada masyarakat, baik itu dari segi pertumbuhan ekonomi baru ataupun
peluang kerja bagi masyarakat tempatan. Proyek SPAM di Kota Dumai
membutuhkan sekitar 130 tenaga kerja, sebagian besar tenaga kerja berasal dari
masyarakat lokal yang ada di sekitar lokasi proyek.
Selain dampak tenaga kerja juga terdapat dampak ekonomi lain yang bisa
dirasakan oleh masyarakat diantaranya adalah dampak potensi muncul peluang
usaha lain, seperti munculnya usaha gorengan, rumah makan dan kedai kopi baru
di lokasi pengerjaan proyek. Peluang ini muncul disebabkan karena tenaga kerja
yang mengerjakan pembangunan proyek membutuhkan tempat untuk membeli
makan, minuman dan makanan ringan.

6. Pranata Sosial atau Lembaga-Lembaga Kemasyarakatan yang Tumbuh di


Masyarakat
Kondisi hubungan sosial masyarakat di Kota Dumai secara umum memiliki
kondisi yang aman, nyaman, kondusif dan tidak ada terdapat konflik sosial yang
membahayakan. Hal ini didukung dengan adanya peranan kelembagaaan sosial
masyarakat dalam mengatasi masalah sosial. Lembaga / organisasi sosial
masyarakat yang menampung aspirasi masyakat berupa: 1). organisasi
keagamaan (DKM, Majelis taklim, organisasi kerukunan beragama), 2). organisasi
Karang Taruna dan PKK, organisasi pemuda (KNPI, Pemuda Karya, Pemuda
Pancasila), 3). Organisasi pertanian/perkebunan (kelompok tani, gabungan
kelampok tani, KTNA), 4). Organisasi paguyuban kedaerahan, seperti Ikatan

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 46


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Keluarga Minang Riau Kota Dumai, Ikatan Keluarga Batak Riau Kota Dumai,
Ikatan Keluarga Jawa Riau Kota Dumai. Organiasi masyarakat Melayu adalah
Lembaga Adat Melayu Dumai, Laskar Melayu Dumai dan lainnya.

V. Komponen Kesehatan Masyarakat

1. Sumber Air Bersih

Air merupakan kompenen paling penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah


satu masalah utama masyarakat Kota Dumai adalah sulit untuk mendapatkan air
bersih. Kondisi air Kota Dumai pada umumnya berbau, berwarna dan payau.
Dalam usaha memenuhi kebutuhan air bersih, khususnya untuk diminum atau
dikonsumsi pada umumnya masyarakat membeli air kemasan (galon).
Masyarakat Kota Dumai untuk memenuhi kebutuhan air mandi dan cuci dengan
membeli dari penjual air bersih dan ada juga yang dari sumur galian/bor. Bagi
masyarakat yang sumber air mandi dan mencuci dari sumur biasanya terdiri dari
beberapa kondisi air: 1). Air sumur hanya bisa untuk mandi dan mencuci. 2). Air
berbau, berwarna, memiliki endapan kotoran air, berminya. 3). Air sumur bersih
tapi tidak bisa dijadikan air minum dan 4). Air bersih.

2. Pembuangan Limbah

Tempat pembuangan limbah atau sampah rumah tangga masyarakat Kota Dumai
adalah dibuang masyarakat ke tong sampah dekat rumah yang kemudian akan di
jemput oleh petugas pengangkut sampah yang akhirnya di buang di tempat
pembungan akhir, kemudian bagi masyarakat yang tidak ada tersedia sarana
pengangkutan sampah sampai pada umumnya di bakar di pekarangan rumah
atau dibelakang rumah. Limbah cair rumah tangga dibuang di kamar mandi
dalam rumah, sedangkan masyarakat yang tidak memiliki MCK sedikit sekali.

3. Lingkungan Pemukiman Penduduk

Kondisi yang ada saat ini di lokasi Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) Kota Dumai, adapun kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi kegiatan
lainnya antara lain:

a) Aktivitas permukiman masyarakat


Permukiman yang berada di sekitar lokasi Kegiatan Sistem Penyediaan Air

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 47


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Minum (SPAM) Kota Dumai ini adalah permukiman penduduk dan kawasan
perdagangan. Aktivitas warga di wilayah tersebut umumnya adalah berdagang
(warung dan toko), bekerja sebagai supir, buruh / karyawan perusahaan.

b) Perkebunan kelapa sawit


Di kawasan pinggir Kota Dumai terdapat kegiatan perkebunan kelapa sawit dan
tanaman lainnya sebagian besar kebun milik masyarakat. Kegiatan perkebunan
kelapa sawit menimbulkan dampak terhadap kualitas air, yang berasal dari
ceceran pupuk dan obat hama yang digunakan serta terhadap kualitas udara yang
berasal dari ceceran obat hama yang digunakan serta aktivitas kendaraan
bermotor.

c) Kawasan ruko dan pasar


Selain daerah permukiman, kebun kelapa sawit, terdapat juga kawasan ruko dan
sarana umum (pasar) yang berada di sekitar lokasi Kegiatan Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM) Kota Dumai. Dampak yang ditimbulkan dari aktivitas
masyarakat di ruko dan pasar terhadap lingkungan pada umumnya adalah
timbunan limbah domestik baik cair maupun padat, selain itu aktivitas warga
dengan menggunakan kendaraan bermotor juga dapat menimbulkan
peningkatan debu lokal dan gas buang dari kendaraan.

4. Jenis penyakit dan Jumlah Fasilitas Kesehatan

a) Jenis Penyakit
Ada beberapa jenis penyakit yang pernah diderita masyarakat di Kota Dumai,
seperti penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) , common cold, diare
dan lain-lain yang dapat mengganggu manusia dalam melakukan aktivitasnya
sehari-hari. Berikut adalah tabel yang menjelaskan 10 jenis penyakit terbanyak
yang diderita oleh masyarakat di Kota Dumai.

Tabel 3. 19 Jumlah 11 Jenis Penyakit Terbanyak di Kota Dumai


Jumlah Kasus
No Jenis Penyakit Laki- Jumlah Presentase
Perempuan
Laki
1 Rhinitis Akut 19.437 21.894 41.331 28,32
2 Faringitis 5.646 6.258 11.904 8,16

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 48


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Jumlah Kasus
No Jenis Penyakit Laki- Jumlah Presentase
Perempuan
Laki
3 Hipertensi Esensial 3.799 6.858 10.657 7,30
4 Gastritis 1.829 3.143 4.972 3,41
5 Influenza 2.292 2.590 4.882 3,35
6 Gastroenteritis 2.027 2.088 4.115 2,82
7 Diabetes Melitis Tipe 2 1.225 2.717 3.942 2,70
Facial Pain No Otherwise
8 995 2.323 3.318 2,27
Specified
9 Osteoartritis/Artritis (3A) 798 1.751 2.549 1,75
10 Tension Headache 759 1.780 2.539 1,74
11 Lain-lain 24.309 31.408 55.717 38,18
Jumlah 63.116 82.810 145.926 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Dumai, 2018

Tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 11 jenis kategori penyakit yang
diderita oleh masyarakat di Kota Dumai. Diantara 11 jenis kategori penyakit yaitu
common cold, ISPA, hipertensi esensial, dispepsia, diare, kolitis infeksi, dermatitis
dan eksim, gastritis dan duodenitis, faringitis akut, infeksi saluran nafas bagian
atas akut, dan lain-lain. Dari 11 jenis kategori penyakit tersebut dapat dilihat
bahwa jumlah terbanyak terdapat pada jenis penyakit lain-lain dengan jumlah
158.489 dengan presentase 66,17% dengan jumlah kasus masing-masing laki-
laki 64.347 dan perempuan 94.142. Dari jenis kategori penyakit paling rendah
terdapat pada jenis penyakit infeksi saluran nafas bagian atas akut dengan
jumlah 3.383 dengan presentase 1,41% dengan jumlah kasus laki-laki 1.667 dan
perempuan 1.716.

b) Jumlah Fasilitas Kesehatan


Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia, karena tanpa
fisik yang sehat manusia akan mengalami kesusahan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Fasilitas kesehatan sangatlah diperlukan untuk memberikan
pelayanan kesehatan pada masyarakat. Berikut adalah jumlah fasilitas kesehatan
yang ada di Kota Dumai berdasarkan kecamatan.

Tabel 3. 20 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Dumai


Rumah Rumah
No Kecamatan Poliklinik Puskesmas Pustu Apotek
Sakit Bersalin
1 Dumai Barat 0 1 2 2 1 1
2 Dumai Timur 1 1 2 1 1 3
3 Bukit Kapur 0 1 3 2 4 1

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 49


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Rumah Rumah
No Kecamatan Poliklinik Puskesmas Pustu Apotek
Sakit Bersalin
Sungai
4 0 3 1 1 4 2
Sembilan
Medang
5 0 2 0 1 2 0
Kampai
6 Dumai Kota 0 2 4 1 0 5
7 Dumai Selatan 1 2 2 2 1 1
Jumlah 2 12 14 10 13 13
Sumber : Badan Pusat Statistik Dumai 2017

Tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 6 jenis fasilitas kesehatan di setiap
kecamatan Kota Dumai. Dari 6 jenis fasilitas kesehatan tersebut diantaranya
rumah sakit, rumah bersalin, puskemas, posyandu, klinik dan polindes. Dari jenis
fasilitas kesehatan tersebut paling banyak terdapat di Kecamatan Dumai Kota
dengan jumlah 51 fasilitas kesehatan diantaranya rumah bersalin 1, puskesmas 1,
posyandu 34, klinik 14 dan polindes 1. Jumlah fasilitas kesehatan terendah
terdapat di Kecamatan Medang Kampai dengan jumlah 21 fasilitas kesehatan
diantaranya puskesmas 1, posyandu 13, klinik 3 dan polindes 4.

c. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak dan Besaran Dampak Lingkungan


Yang Terjadi
Berbagai kegiatan yang telah berjalan dan menjadi sumber dampak dan besaran
dampak lingkungan yang terjadi ditampilkan pada tabel berikut.
1. Penerimaan Tenaga kerja berdampak pada peluang kerja

Pengoperasian dan perawatan fasilitas SPAM Dumai akan memerlukan


tenaga kerja. Pelaksanaan pekerjaan pengoperasian dan pemeliharaan
dilaksanakan oleh Pemrakarsa sendiri sebagai pemilik. Tenaga kerja yang
digunakan adalah tenaga kerja internal yang telah ada di Pemrakarsa serta
tenaga kerja baru.

Umumnya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan operasi,


perawatan, pemeliharaan dan perbaikan terdiri diri dari beberapa staf ahli
dan staf teknik dan sejumlah pekerja lokal. Agar pelaksanaan sesuai dalam
hal waktu maupun kualitas, maka perlu diadakan tim manajemen
pelaksanaan. Quality Control atas tiap-tiap pekerjaan akan dilakukan oleh tim
supervisi yang dipimpin seorang

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 50


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Pengawas. Kemudian untuk tujuan efisiensi dan keamanan kerja, serta


keamanan pelaksanaan pekerjaan, maka perlu perekrutan tenaga kerja lokal.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan perawatan
fasilitas SPAM Dumai adalah sebanyak 20 orang. Jika diasumsikan persentase
perekrutan tenaga kerja di tahap kontruksi untuk tenaga kerja lokal adalah
80%, maka terdapat peluang kerja bagi 16 orang penduduk tempatan.

Tabel 3. 21 Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja Operasi


No. Klasifikasi Tenaga Kerja Pendidikan minimal Jumlah
1 Administrasi SMA/D3 3
2 Operator IPA D3/S1 4
3 Keamanan SMA 6
4 Pekerja Umum SMP/SMA 7
Total Tenaga Kerja 20

2. Pengoperasian Intake, IPA, Pipa Transmisi, dan Pipa Distribusi berdampak


pada Debit Sungai:

Kegiatan pengoperasian Intake, IPA, Reservoir Distribusi, Pipa Transmisi, dan


Pipa Distribusi akan mengakibatkan gangguan terhadap debit air Sungai
Mesjid pada daerah hilir lokasi intake. Penggunaan Air Sungai Mesjid untuk
daerah hilir adalah kegiatan pengairan pertanian dan perkebunan (sawit),
selanjutnya aliran Sungai Mesjid bermuara ke Selat Rupat. Adapun hasil
pengukuran debit sungai mesjid sebagai berikut.

Tabel 3. 22 Hasil Pengukuran Debit Sungai Mesjid


Kondisi TMA Luas Area Debit Debit
(m) (M2) (m3/detik) (l/detik)
Musim Hujan 2,5 50,33 16,73 16.735
Musim 0,8 6,8 2,28 2.260
Kemarau
*Berdasarkan Data BWS Sumatera III
Sumber : Analisa Data, 2018

Berdasarkan informasi pada tabel diatas bahwa penggunaan debit Sungai


Mesjid sebesar 500 l/detik akan mempengaruhi aktivitas eksisting di hilir
Sungai Mesjid berupa pengairan pertanian dan perkebunan (Sawit). Dengan
demikian kebutuhan air di daerah hilir oleh penduduk cukup sensitif sebab
dapat menyebabkan konflik sosial antar pengguna air khususnya antar

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 51


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

pemilik pertanian dan perkebunan (sawit).

3. Pengoperasian Intake, IPA, Pipa Transmisi, dan Pipa Distribusi berdampak


pada Penurunan Kualitas Permukaan

Kegiatan Pengoperasian Intake, pipa transmisi, IPA, Reservoir distribusi, dan


pipa distribusi akan menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas air
permukaan, khususnya akan meningkatkan padata tersuspensi dan Cl2 di
badan air penerima. Pengoperasian IPA secara umum adalah mengolah air
baku sebanyak 450 l/detik melalui proses kimia yang menggunakan PAC
(Poly Aluminum Chloride) yang fungsinya untuk mengendapkan beberapa
senyawa kimia yang terkandung dalam air baku dan penggunaan gas chlor
sebagai desinfektan. olume lumpur yang dihasilkan dari unit pengendapan
dengan asumsi konsentrasi TSS tertingi pada musim kemarau adalah 50 mg/l
dan musim hujan adalah 500 mg/l, sedangkan efisiensi unit IPA sebesar 80%,
maka :

Volume lumpur kemarau = 50 mg/l x 450 l/detik x 80% = 18.000 mg/detik =


1,56 ton/hari

Volume lumpur hujan = 500 mg/l x 450 l/detik x 80% = 180.000 mg/detik =
15,56 ton/hari.

Volume lumpur yang akan dihasilkan dari unit pengendap pada musim
kemarau 1,56 ton/hari dan musim hujan adalah 15,56 ton/hari, sehingga
potensi dampak terhadap penurunan kualitas air akan cukup besar

4. Pengoperasian Intake, IPA, Pipa Transmisi, dan Pipa Distribusi berdampak


pada Biota Perairan

Kegiatan pengoperasian intake, IPA, reservoir distribusi, pipa transmisi, dan


pipa distribusi, khususnya dari IPA dan reservoir diprakirakan akan
menimbulkan gangguan terhadap biota air (plnkton dan benthos) sebagai
dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan akibat
meningkatknya padatan tersuspensi dan Cl2 di badan air penerima.

Terganggunya biota air bersumber dari lumpur yang akan dihasilkan dari
unit pengendapan serta akibat adanya penambahan PAC dan kaporit pada
air. Volume PAC rata-rata harian yang akan digunakan adalah 2138,40

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 52


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

kg/hari dan kaporit adalah ± 165.9 Kg/hari, sehingga potensi dampak


terhadap gangguan biota akan cukup besar.

5. Kegiatan Operasional dan Pemeliharaan Intake, IPA, Pipa Transmisi dan Pipa
Distribusi berdampak pada Limbah

Kegiatan pemeliharaan intake akan dilakukan antara lain sebagai


berikut:

 Pemeliharaan bendung (bangunan peninggi muka air) dari rumput dan


kotoran-kotoran.
 Pemeliharaan bangunan intake dari endapan lumpur atau pasir.
 Pemeriksaan water level control/peil penduga tinggi air.
 Pemeliharaan alat ukur agar debit pengambilan air baku dapat
dipantau. Alat ukur selalu ditera dan cadangan alat ukur selalu siap
dipasang.
 Pemeliharaan dan pemantauan peralatan mekanikal seperti saringan
sampah (screen), pintu air dan pintu pembilas.
 Pengecatan ulang fasilitas untuk mencegah korosi dari luar
Kegiatan operasional dan perawatan jaringan pipa distribusi selama
kegiatan operasi akan dihasilkan beberapa jenis limbah, yaitu :

a. Limbah cair

Limbah cair domestik dari aktivitas 20 orang pekerja yang bekerja di


IPA Sudirman terbagi atas grey water dan black water. Debit limbah
grey water yang dihasilkan sebesar 0,8 m3/hari, sedangkan debit
limbah black water sebesar 0,2 m3/hari. limbah black water yang
dihasilkan langsung dialirkan ke tangki septik, sedangkan limbah grey
water dialirkan langsung ke saluran drainase terdekat di lokasi IPA
Sudirman.

b. Limbah Padat Domestik

Limbah padat domestik yang dihasilkan dari 20 orang pekerja operasi


sebesar 40 liter/hari (asumsi sampah domestik yang dihasilkan untuk 1
orang pekerja sebesar 2 liter/hari). Limbah padat tersebut akan
dikumpulkan/ditampung, selanjutnya untuk limbah yang masih

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 53


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

bernilai ekonomis dapat dimanfaatkan atau dijual, sedangkan limbah


yang tidak dapat dimanfaatkan akan dibawa ke tempat pembuangan
akhir yang direkomendasikan oleh Pemerintah Daerah Setempat.

c. Limbah B3

Limbah B3 berasal dari pengantin lampu-lampu dan kemasan cat,


pelumas dan grase untuk perawatan fasilitas SPAM. Volume lampu
sebagai limbah diperkirakan sekitar 5 kg/ tahun sedang bekas kemasan
cat, pelumas dan grase sekitar 10kg/tahun

6. Uraian mengenai komponen kegiatan yang telah berjalan dan dampak


lingkungan yang ditimbulkan.

Berbagai kegiatan yang telah berjalan, dampak yang ditimbulkan diuraikan


sebagai berikut

a. Penerimaan Tenaga kerja.

Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan ini terhadap pada


peluang kerja. Pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan adalah
memaksimalkan penerimaan tenaga dari masyarakat Kota Dumai. Belum
ada kegiatan pemantauan lingkungan yang dilakukan

b. Pengoperasian Intake, IPA, Pipa Transmisi, dan Pipa Distribusi

Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan ini terhadap


berdampak pada Debit Sungai, penurunan kualitas air permukaan,
gangguan terhadap biota perairan. Kegiatan pengelolaan yang telah
dilakukan adalah dengan menyusun dan melaksanakan SOP pengawasan
kualitas air, Prosedur Operasional Standar Penerimaan Pengadaan Bahan
Kimia, Prosedur Operasional Standar Sarana dan Prasarana Laboratorium
dan Prosedur Operasional Standar Pekerjaan Sambungan Baru dan
Perluasan Distribusi. Belum ada kegiatan pemantauan lingkungan
dilakukan (SOP Terlampir).

c. Kegiatan Operasional dan Pemeliharaan Intake, IPA, Pipa Transmisi dan


Pipa Distribusi

Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan ini terhadap pada

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 54


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Limbah. Kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan adalah dengan


menyusun dan melaksanakan SOP pengawasan kualitas air, Prosedur
Operasional Standar Penerimaan Pengadaan Bahan Kimia, Prosedur
Operasional Standar Sarana dan Prasarana Laboratorium dan Prosedur
Operasional Standar Pekerjaan Sambungan Baru dan Perluasan Distribusi.
Belum ada kegiatan pemantauan lingkungan dilakukan (SOP Terlampir).

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN III - 55


DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

D. UPAYA PENGELOLAAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Dampak yang ditimbulkan pembangunan dan operasional SPAM Kota Dumai dapat
menurunkan kualitas lingkungan yang ada bila dampak yang berpotensi akan terjadi tidak
dikelola dengan baik. Dampak dimaksud telah diuraikan berdasarkan unit kegiatan. Masing-
masing kegiatan diperkirakan akan memberikan dampak terhadap lingkungan.

Pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup adalah upaya penanganan dan pemantauan
perubahan rona lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dampak dari kegiatan SPAM Kota
Dumai. Berdasarkan kegiatan yang telah berjalan, perlu dilakukan langkah-langkah
pencegahan dan pengelolaan serta memantau dampak yang ditimbulkan akibat adanya
aktivitas tersebut.

Upaya pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan hidup disusun berdasarkan Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.102/
MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan
Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup yang menyebutkan dan mencontohkan
bahwa bagian Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup serta Upaya Pemantauan Lingkungan diuraikan melalui tabel/matriks yang tampilkan
sebagai berikut:

UKL-UPL
IV - 1
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Tabel 4.1. Matrik Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan


DAMPAK LINGKUNGAN Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola Instansi
dan Pengawas
Jenis Lokasi Periode Lokasi Periode
Sumber Dampak BESARAN DAMPAK pengelolaan lingkungan hidup Pemantauan lingkungan hidup Pemantau dan
Dampak pengelolaan pengelolaan pemantauan pemantauan
Lingkungan Pelaporan
Hidup
Tahap Operasi
Penerimaan Tenaga Peluang 20 orang tenaga kerja Melaksanakan arahan Perda No. 5 Fasilitas SPAM Selama ada Pengumpulan data: Kantor Satu tahun PUPR Dumai Pelaporan
Kerja Kerja dengan potensi 16 orang Tahun 2014 Kota Dumai tentang Kota Dumau perekrtuan Observasi lapangan dan survei, pengumpulan Opeasional sekali selama & PDAM Dinas
dari tenaga kerja lokal optimalisasi tenaga kerja lokal tenaga kerja data sekunder ketenaga kerjaan Pengoparasian kegiatan Tirta Dumai Tenaga
melalui: baru IPA berlangsung Bersemi Kerja Kota
a. Skala prioritas penggunaan Dumai
tenaga kerja lokal sesuai Analisis data:
dengan kualifikasi dan Metoda kuantitatif yang dituangkan dalam Camat
kebutuhan proyek. bentuk tabel Dumai
b. Perekrutan / penerimaan Selatan dan
tenaga kerja dilakukan secara Dumai
transparan sesuai kualifikasi Timur
dan kebutuhan tenaga kerja,
guna meminilisir kecemburuan DLH Kota
sosial. Dumai
c. Memberi kesempatan bagi
pengusaha lokal untuk dapat
terlibat dalam pekerjaan pada
tahap operasi sesuai jenis
kualifikasi jenis jasa dan
material yang bisa disiapkan
melalui sistem pengadaan
yang diterapkan oleh
Pemrakarsa atau kontraktor
dansubkontraktornya.
d. Bekerjasama dengan
masyarakat setempat dalam
penyediaan kebutuhan sehari-
hari pekerja Mempertahankan
program pengembangan usaha
lokal agar peluang usaha
tempatan dan kesempatan kerja
tenaga kerja tempatan dapat
terserap secara optimum
Pengambilan Hidrologi : penggunaan debit Sungai a. Melakukan pengaturan Intake dan DAS Selama Metode Pengumpulan 1. Melakukan Waktu PUPR Dumai BP Das
air Sungai Terjdinya Mesjid sebesar 500 pengambilan air dari Sungai Sungai Masjid pengambilan Data : Pencatatan nilai pemantauan & PDAM Riau
Masjid untuk penurunan l/detik Masjid sesuai SIPA yang air 1. Melakukan pengamatan dan pencatatan debit yang dilakukan Tirta Dumai
air baku yang Debit diterbitkan. Sungai Masjid debit Sungai Masjid secara berkala. dilakukan di setiap 6 Bersemi DLH Kota
akan diolah di Sungai b. Membangun embung dihulu dan di Intake 2. Melakukan wawancara dengan masyarakat lokasi intake (enam) bulan Dumai
IPA Masji hilir sekitar sungai untuk sekitar untuk mengetahui ada tidaknya2. sekali
menampung sementara air pada keluhan mereka terkait penurunan kuantitas selama masa
saat musim hujan air Sungai Masjid. operasi
c. Mengumpulkan data sekunder 3. Mengamati pelaksanaan konservasi air
dari instansi terkait tentang 4. Pengamatan terhadap fungsi embung yang
kebutuhan air untuk dibangun di hulu dan hilir sekitar sungai
perkebunan dan pertanian mesjid
secara akurat dan selalu
diperbaharui setiap 2 tahun agar Analisa Data :
pengaturan air pada saat musim 1. Analisis data hasil wawancara
kemarau dapat dilakukan secara dengan masyarakat sekitar terkait
optimum, yaitu sumber air baku penurunan kuantitas air sungai Masjid
bagi PDAM Kota Dumai dapat dilakukan secara deskriptif untuk

UKL-UPL
IV - 2
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

DAMPAK LINGKUNGAN Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola Instansi
dan Pengawas
Jenis Lokasi Periode Lokasi Periode
Sumber Dampak BESARAN DAMPAK pengelolaan lingkungan hidup Pemantauan lingkungan hidup Pemantau dan
Dampak pengelolaan pengelolaan pemantauan pemantauan
Lingkungan Pelaporan
Hidup
terpenuhi, juga kepentingan melihat perubahan debit sungai sebelum
industri dapat terpenuhi. dan sesudah ada kegiatan.
d. Segera melakukan koordinasi 2. hasil pengamatan dibandingkan dengan
dengan Pemerintah, BBWS dan informasi rona lingkungan
PPTK Kota Dumai untuk
merealisasikan Rencana
konservasi air pada bagian hulu
sungai mesjid
Pengoperasian Penurunan Volume lumpur yang 1. Tidak membuang lumpur sisa Lokasi Intake, Selama Metode Pengumpulan Sungai Mesjid Setiap enam PUPR Dumai DLH Kota
Intake, IPA, Pipa Kualitas akan dihasilkan dari unit pengolahan air ke dalam IPA, Pipa kegiatan Data : bagian hulu dan bulan selama & PDAM Dumai
Transmisi, dan Permukaan pengendap pada musim badan air penerima. Transmisi, dan berlangsung 1. Melakukan pemantauan terhadap kegiatan hilir dari lokasi kegiatan Tirta Dumai
Pipa Distribusi kemarau 1,56 ton/hari 2. Mengeringkan lumpur Pipa Distribusi dan fungsi dari Sludge Drying Bed intake operasional Bersemi
dan musim hujan adalah menggunakan teknologi Sludge 2. Pengamatan secara visual tempat intake, IPA,
15,56 ton/hari Drying Bed penyimpanan lumpur sementara
3. Lumpur kering dari sludge 3. Pengamatan terhadap kondisi badan air
drying bed ditimbun di sekitar penerima
IPA pada lahan yang elevasinya 4. Pengamatan terhadap kegiatan
rendah. penimbunan lumpur di lokasi IPA
5. Pengambilan sampel air dan kemudian
dianalisis di Laboratorium Lingkungan yang
terakreditasi KAN dan KLHK

Analisa Data :
Hasil analisis laboratorium kemudian
dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001,
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air untuk Sungai
Kelas II

Dan Sampel air minum yang di keluarkan dan


di distribusikan melalui IPA di uji dan di
bandingkan hasil analisa nya menggunakan
PERMENKES No.
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum
Pengoperasian Biota Terganggunya biota air Melakukan pengelolaan terhadap Lokasi Intake, Selama Metode Pengumpulan Sungai Setiap enam PUPR Dumai DLH Kota
Intake, IPA, Pipa Perairan bersumber dari lumpur penurunan kualitas air permukaan IPA, Pipa kegiatan Data : Mesjid bulan selama & PDAM Dumai
Transmisi, dan Pipa yang akan dihasilkan terhadap peningkatan TSS, BOD, Transmisi, dan berlangsung Melakukan pemantauan terhadap bagian hulu kegiatan Tirta Dumai
Distribusi dari unit pengendapan COD, Sulfida, TDS, Nitrat, Nitrit, dan Pipa Distribusi penurunan kualitas air permukaan akibat dan operasional Bersemi
serta akibat adanya Amoniak sebagai berikut : meningkatnya TSS, BOD, COD, Sulfida , TDS, hilir dari
penambahan PAC dan 1. Tidak membuang lumpur Nitrat, Nitrit, dan Amoniak sebagai berikut : lokasi
kaporit pada air. Volume sisa pengolahan air ke dalam 1. Melakukan pemantauan terhadap intake
PAC rata-rata harian badan air penerima. kegiatan dan fungsi dari Sludge Drying
yang akan digunakan 2. Mengeringkan lumpur Bed
adalah 2138,40 kg/hari menggunakan 2. Pengamatan secara visual tempat
dan kaporit adalah ± teknologi Sludge Drying Bed penyimpanan lumpur sementara
165.9 Kg/hari, 3. Lumpur kering dari sludge 3. Pengamatan terhadap kondisi badan air
drying bed ditimbun di sekitar penerima
IPA pada lahan yang elevasinya 4. Pengamatan terhadap kegiatan
rendah. penimbunan lumpur di lokasi IPA
4. Menjaga dan meprioritaskan 5. Pengambilan sampel air dan kemudian
keselamatan masyarakat dianalisis di Laboratorium Lingkungan

UKL-UPL
IV - 3
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

DAMPAK LINGKUNGAN Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola Instansi
dan Pengawas
Jenis Lokasi Periode Lokasi Periode
Sumber Dampak BESARAN DAMPAK pengelolaan lingkungan hidup Pemantauan lingkungan hidup Pemantau dan
Dampak pengelolaan pengelolaan pemantauan pemantauan
Lingkungan Pelaporan
Hidup
yang terakreditasi KAN dan KLH.
6. Melakukan Pengujian Sludge IPA sebelum
dibuang atau di pergunakan

Analisa Data : Dilakukan dengan


pengambilan sampel plankton dengan
menggunakan Plankton Net #25 sebanyak
40 liter dan diawetkan dengan formalin 4%.
Sementara sampling benthos dilakukan
dengan pengambilan lumpur dengan
menggunakan jala surber. Sampling
plankton dan benthos selanjutnya dianalisis
di laboratorium. Data yang didapat,
kemudian dianalisis melalui
perhitungan menggunakan Indeks
Diversitas Shannon- Wiener (H’) dan Indeks
Dominansi Simpson (D) dan dibandingkan
dengan data sebelumnya
Kegiatan Limbah Limbah padat domestik 1. Dilakukan pengelolaan sampah Lokasi IPA, dan Selama Metode Pengumpulan Lokasi Setiap enam PUPR Dumai DLH Kota
Operasional dan Padat yang dihasilkan dari 20 secara 3R (Reuse, Reduce, TPS Limbah kegiatan Data : pengoperasian bulan selama & PDAM Dumai
Pemeliharaan orang pekerja operasi Recycle) DOmestik berlangsung 1. Pengamatan secara visual terhadap IPA, dan TPS kegiatan Tirta Dumai
Intake, IPA, Pipa sebesar 40 liter/hari 2. Sampah diletakan pada TPSS di kondisi TPS di IPA Pemantuan terhadap Domestik operasional Bersemi
IPA Pengangkut sampah secara kegiatan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) IPA
Transmisi dan
rutin yaitu dua hari sekali oleh 2. Pemantauan terhadap kegiatan
Pipa Distribusi petugas menggunakan angkutan pengangkutan sampah oleh petugas
sesuai dengan SOP
3. Melakukan koordinasi dengan Analisi Data : Membandingkan kondisi
instansi terkait yaitu Dinas lokasi IPA sebelum dan setelah adanya
Lingkungan Hidup kegiatan dari aktivitas karyawan
Limbah Cair Debit limbah grey water 1. Melakukan pengelolaan air Lokasi IPA, Selama Metode Pengumpulan Lokasi Setiap enam PUPR Dumai DLH Kota
Domestik yang dihasilkan sebesar limbah domestik sesuai dengan drainase air kegiatan Data : pengoperasian bulan selama & PDAM Dumai
0,8 m3/hari, sedangkan SNI SNI 8455:2017 limbah dan berlangsung 1. Pengamatan secara visual terhadap IPA, dan kegiatan Tirta Dumai
debit limbah black water (Perencanaan pengolahan air septicktank kondisi saluran drainase limbah domestik saluran operasional Bersemi
sebesar 0,2 m3/hari. limbah rumah tangga dengan 2. Pemantauan volume septick tank drainase, IPA
sistem reaktor anaerobik 3. pengukuran kualitas air limbah domestik controlbox
bersekat (SRAB)) limbah
2. Melakukan pemeliharan rutin Analisi Data : Membandingkan kondisi domestik dan
fasilitas drainase air limbah lokasi IPA sebelum dan setelah adanya septick tank
domestik. kegiatan dari aktivitas karyawan
3. Melakukan pengurasan
septictank apabila volume
limbah telah penyu
4. Pemisahan drainase air limbah
dengan limpasan air hujan
Limbah B3 Volume lampu sebagai 1. Kontainer limbah B3 sesuai Lokasi Intake, Selama Metode Pengumpulan Lokasi Setiap enam PUPR Dumai DLH Kota
limbah diperkirakan peraturan tentang pengelolaan IPA, Pipa kegiatan Data : pengoperasian bulan selama & PDAM Dumai
sekitar 5 kg/ tahun limbah B3 Transmisi, dan berlangsung 1. Pengamatan secara visual terhadap IPA, dan TPS B3 kegiatan Tirta Dumai
sedang bekas kemasan 2. Bekerjsama dengan pihak ketiga Pipa Distribusi kondisi TPS B3 operasional Bersemi
cat, pelumas dan grase untuk mengangkut dan 2. Pemantauan catatan keluar masuk dan IPA
sekitar 10kg/tahun memusnahkan limbah B3 transportasi limbah B3
3. Melakukan koordinasi dengan Analisi Data : Membandingkan kondisi
instansi terkait yaitu Dinas lokasi IPA sebelum dan setelah adanya
Lingkungan Hidup kegiatan dari aktivitas karyawan

UKL-UPL
IV - 4
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Gambar 4. 1. Peta Lokasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

UKL-UPL
IV - 5
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Gambar 4. 2. Peta Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

UKL-UPL
IV - 6
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Zulkarnain, S.Sos, M.Si


Jabatan : Plt. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang (PUPR) Kota Dumai
Alamat Kantor : Jl. HR. Soebrantas No. 1 Kota Dumai

Selaku penanggungjawab atas Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum


(SPAM) Kota Dumai:
Nama Instansi : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
(PUPR) Kota Dumai
Lokasi Kegiatan : Kelurahan Mekarsari Kecamatan Dumai
Selatan, Kelurahan Bukit Datuk Kecamatan
Dumai Selatan, Kelurahan Teluk Binjai
Kecamatan Dumai Timur.
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Kami bersedia melaksanakan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) yang disusun
berdasarkan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Kami bersedia menyampaikan laporan hasil pelaksanaan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup secara periodik sesuai dengan arahan
yang tercantum dalam DPLH.
3. Apabila kami tidak melaksanakan Upaya Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan sesuai dengan arahan dalam sebagaimana dimaksud pada
butir (1) dan (2) diatas, kami bersedia menerima arahan, petunjuk dan
sanksi dari instansi yang berwewenang sesuai dengan ketentuan
perundang-perundangan yang berlaku.

Demikianlah surat pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya dan untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Dumai, November 2019


Materai
6000

Zulkarnain, S.Sos, M.Si


Plt. Kepala Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
(PUPR) Kota Dumai
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Daftar Pustaka

Anonim. 1996. Water Quality Monitoring. First Edition. UNEP, WHO. E&FN Spon,
London.

Anonim. 2010. Laporan Akhir Pekerjaan DED Air Minum Regional Metro Bandung. Dinas
Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat. Bandung.

Arthur C.S. 1977. Air Quality Management. Academic Press, New York, San Francisco,
London.

APHA. 1980. Standard Metods for The Examination of Waste Water. American Public
Health Association, Washington, DC.

Bayong, T., 1995, Klimatologi Umum, Penerbit ITB, Bandung.

Bemmellen, RW. Van, 1949, The Geology of Indonesia. The Hague : Govt. Printing Office.

Carter L. W. 1996. Environmental Impact Assessment. Mc Graw Hill. Inc. New york.

Hadi, S.P. 1995. Aspek Sosial AMDAL: Sejarah, Teori dan Metode. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

John G.R and D.C. Wooten. 1980. Environmental Impact Analysis Handbook. Mc Graw –
Hill Book Company. New York.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat


Kebisingan

Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper & Row Publishing. New York.

Krenkel P.A.and V. Novotny. 1980. Water Quality Management. Academic Press. New
York.

Lee, T.D. 1978. Handbook of Variables of Environmental Impact assessment. An Arbor


Science Publisher Inc., Arbor.

Munir, M. 1996. Geologi dan Mineralogi Tanah. Pustaka Jaya. Jakarta.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Edisi Ketiga. Toppan Company Ltd. Tokyo.

DAFTAR PUSTAKA
DPLH Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Dumai

Peraturan Pemertintah No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara

Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan


Pengendalian Pencemaran Air

PT. Kosindo Inovatek Utama. Studi Kelayakan SPAM Kota Dumai. 2018. Depok.

Reksohadiprodjo, S. dan A.B.P. Brodjonegoro. 1987. Ekonomi Lingkungan (Suatu


Pengantar). BPFE. Yogyakarta.

Sudarsono S., dan Takeda K. 1978. Hidrologi untuk Pengairan, Cetakan ke dua, Pradnya
Paramitha, Jakarta.

Sumarwoto, O. 1990. Analisis Dampak Lingkungan. Gajah Mada University Press,


Yogyakarta.

Suprapto, R.A. 1988. Analisis Dampak Sosial; Memperkirakan dan Menangani Dampak
Lingkungan Sosial, HIPIIS. Jakarta.

Ward, H.B. and G.C. Whipple. 1959. Freshwater Biology, Second Edition. Wiley and Sons
Inc., New York.

Wark, K. and C.F. Warner, 1981, Air Pollution: Its Origin and Control, Second Edition,
Harper and Row Publishers, New York

DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
LAMPIRAN 1

SERTIFIKAT HASIL UJI


LABORATORIUM
LAMPIRAN 2

SURAT PENTING
PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI
NOMOR 4 TAHUN 2014

TENTANG

PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH


PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA DUMAI BERSEMAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DUMAI,

Menimbang : a. bahwa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dumai


Bersemai telah dibentuk melalui Peraturan Dearah Kota Dumai
Nomor 9 Tahun 2007 tentang Pembentukan Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Dumai Bersemai dan Pelayanan Air
Minum di Kota Dumai sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 9 Tahun
2007 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum
dan Pelayanan Air Minum Kota Dumai;
b. bahwa dalam rangka menjalankan operasional perusahaan dan
mengelola asset yang selama ini dijalankan oleh Unit Pelaksana
Teknis Air Minum Dinas Pekerjaan Umum Kota Dumai,
dipandang perlu untuk dilakukan penyerahan asset dan modal
usaha dalam bentuk penyertaan modal;
c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 71 ayat (7) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah dinyatakan bahwa investasi
Pemerintah Daerah baru dapat dianggarkan apabila jumlah
yang disertakan dalam tahun anggaran berkenan telah
ditetapkan dalam Peraturan Daerah;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a, huruf
b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Penyertaan Modal Pemerintah Kota Dumai pada Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Dumai Bersemai.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962
Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2387);
3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3829);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4855);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Investasi
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4698);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang
Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah Daerah
Provinsi Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
13. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 12 Tahun 2001 tentang
Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga (Lembaran Daerah
Kota Dumai Tahun 2001 Nomor 49 Seri D);
14. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 2 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kota
Dumai Tahun 2007 Nomor 2 Seri D);
15. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 9 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan
Pelayanan Air Minum di Kota Dumai (Lembaran Daerah Kota
Dumai Tahun 2007 Nomor 9 Seri D) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 2 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor
9 Tahun 2007 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Air
Minum Dan Pelayanan Air Minum Kota Dumai (Lembaran
Daerah Kota Dumai Nomor Tahun 2014 Nomor 2 Seri E);
16. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 7 Tahun 2009 tentang
Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Kota Dumai Tahun 2009 Nomor 6 Seri D).

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAI
dan
WALIKOTA DUMAI

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYERTAAN MODAL


PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
TIRTA DUMAI BERSEMAI.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Dumai.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kota Dumai.
3. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dumai Bersemai
yang selanjutnya disingkat PDAM Tirta Dumai Bersemai,
adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak
dibidang air minum milik Pemerintah Kota Dumai.
4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya
disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kota Dumai.
5. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dalam bentuk uang
adalah bentuk investasi pemerintah daerah pada Badan Usaha
dengan mendapat hak kepemilikan.

BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Tujuan penyertaan modal Pemerintah Daerah pada PDAM Tirta
Dumai Bersemai adalah untuk:
a. modal operasional PDAM;
b. meningkatkan kualitas air minum; dan
c. perbaikan sarana dan prasarana air minum;
BAB III
PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH
Pasal 3
Pemerintah Daerah melakukan penyertaan modal daerah pada
PDAM Tirta Dumai Bersemai, berupa penyertaan modal
pemerintah daerah dalam bentuk uang.

BAB IV
NILAI MODAL DAN SUMBER DANA
Bagian Kesatu
Nilai Modal
Pasal 4
Nilai modal untuk penyertaan modal Pemerintah Daerah dalam
bentuk uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 adalah sebesar
Rp.10.320.520.000,- (sepuluh milyar tiga ratus dua puluh juta
lima ratus dua puluh ribu rupiah).

Bagian Kedua
Sumber Dana
Pasal 5
Sumber Dana penyertaan Modal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 bersumber dari APBD Tahun Anggaran 2014.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kota Dumai.

Ditetapkan di Dumai
pada tanggal 24 Januari 2014

WALIKOTA DUMAI,

dto
KHAIRUL ANWAR

Diundangkan di Dumai
pada tanggal 24 Januari 2014

SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI,

dto
SAID MUSTAFA

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2014 NOMOR 4 SERI E


KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH
KOTA DUMAI
Nomor : 09 Tahun 2007 Seri : D Nomor 09

PERATURANDAERAHKOTADUMAI
NOMOR 09 TAHUN 2007

TENTANG

PEMBENTUKANPERUSAHAANDAERAHAIRMINUM(PDAM)
DANPELAYANANAIRMINUMDIKOTADUMAI

DENGANRAHMATTUHANYANGMAHAESA

WALIKOTADUMAI,

Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan perkembangan Kota Dumai dimana


pengelolaan air bersih selama ini belum profesional serta untuk
meningkatkan kinerja dan pelayanan kepada masyarakat terhadap
penyediaan air minum secara memadai, dipandang perlu untuk
membentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak
dibidang air minum;
b. bahwa pembentukan BUMD yang bergerak dalam bidang pelayanan
air minum sebagaimana tersebut pada huruf a, harus dikelola secara
profesional melalui tata kelola perusahaan yang baik sehingga perlu
pula di atur prinsip-prinsip pelayanan air minum;
c. bahwaberdasarkanPasal177Undang-UndangNomor32Tahun2004
tentangPemerintahDaerah,PembentukanBadanUsahaMilikDaerah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

231
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b dan huruf c, dipandang perlu membentuk Peraturan
Daerah Pembentukan Perusahan DaerahAir Minum (PDAM) dan
PelayananAir Minum di Kota Dumai;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Negara republik Indonesia Nomor 2387);
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrology Legal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1981,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3193);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1997
Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3699);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3817);
5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun1999Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3829);
7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

232
8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
9. Undang-UndangNomor32Tahun2004tentangPemerintahanDaerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-
UndangNomor32Tahun2004tentangPemerintahanDaerahmenjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005
Nomor 108,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4548);
10. Undang-UndangNomor33Tahun2004tentangPerimbanganKeuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik
IndonesiaTahun2004Nomor126,TambahanLembaranNegaraRepublik
IndonesiaNomor4438);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
KeuanganDaerah(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2005
Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
12. PeraturanPemerintahNomor16Tahun2005tentangPengembangan
Sistem PenyediaanAir Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun2005Nomor33,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesia
Nomor4490);
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4609);

233
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan TarifAir Minum;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2Tahun 2007 tentang Organ
dan Kepegawaian Perusahaan DaerahAir Minum;

DenganPersetujuanBersama

DEWANPERWAKILANRAKYATDAERAHKOTADUMAI
dan
WALIKOTADUMAI
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAHTENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN
DAERAHAIR MINUM (PDAM) DAN PELAYANANAIR MINUM DI KOTA
DUMAI.
BABI
KETENTUANUMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Dumai.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Dumai.
3. Walikota adalah Walikota Dumai.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Dumai.
5. PerusahaanDaerahAirMinumyangselanjutnyadisebutPDAMadalah
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kota Dumai.
6. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas PDAM.
7. Direksi adalah Direksi PDAM.
8. Pegawai adalah Pegawai PDAM.
9. Jasa produksi adalah laba bersih setelah dikurangi dengan
penyusutan, cadangan tujuan dan pengurangan yang wajar dalam
perusahaan.

234
10. Air Minum adalahAir yang telah diolah dan telah memenuhi syarat-
syarat kualitas air sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
11. Air Baku adalah air baku yang digunakan sebagai bahan pokok untuk
diolah menjadi air bersih dan/atau air minum.
12. Air Curah adalah air yang sudah siap dikonsumsi untuk didistribusikan
dan telah memenuhi syarat-syarat kualitas air sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
13. IPAadalah Instalasi Pengolahan air baku menjadi air bersih dan/atau
air minum.
14. Pipa Transmisi air baku adalah pipa yang dipergunakan untuk
mengalirkan air baku dari sumber ke instalasi pengolahan air.
15. Pipa transmisi air bersih adalah pipa yang dipergunakan untuk
mengalirkan air bersih dan/atau air minum dari reservoir produksi ke
reservoir distribusi, dan/atau dari reservoir distribusi yang satu ke
reservoir distribusi lainnya.
16. Pipa Distribusi adalah pipa yang dipergunakan untuk mengalirkan air
bersih dan/atau air minum dari reservoir air bersih ke pelanggan dan/
atau pengguna air minum.
17. Reservoir air baku adalah bak penampungan air baku yang akan
disalurkan ke Instalasi PengolahanAir.
18. Reservoir air bersih dan/atau air minum adalah bak penampungan
air bersih yang akan disalurkan ke reservoir distribusi dan/atau
pelanggan.
19. Jaringan pipa distribusi adalah pipa-pipa yang dipergunakan untuk
mengalirkan air bersih dan/atau air minum ke pelanggan.
20. Pipa Dinas adalah pipa yang dipergunakan untuk mengalirkan air
minum dari jaringan pipa ke meteran air pelanggan.
21. Pipa persil adalah pipa yang terpasang setelah meter air pelanggan.
22. Meter air adalah alat ukur untuk mengetahui volume pemakaian air.
23. Sambungan rumah adalah sarana pelayanan air minum ke rumah
pelangan.
24. Pelanggan adalah orang atau badan yang menggunakan jasa
pelayanan air dari Perusahaan DaerahAir Minum.

235
25. Hidrant umum adalah sarana pelayanan air minum yang dilengkapi
dengan bak penampungan air.
26. Krant umum adalah sarana pelayanan air minum tanpa dilengkapi
dengan bak penampungan air.
27. Terminal air adalah sarana pelayanan air minum dengan bak
penampungan bagi wilayah yang belum terjangkau jaringan perpipaan
distribusi air minum.
28. Hidrant Kebakaran adalah sarana pelayanan penanggulangan
kebakaran yang dipasang pada titik-titik tertentu oleh pemerintah.
29. Rekening air adalah tanda bukti tagihan dan/atau pembayaran jasa
pemakaian air minum yang dikeluarkan setiap bulan, yang terdiri dari
biaya air terpakai, biaya administrasi, dan biaya pemeliharaan.

BABII
P E N D I R IAN

Pasal 2

(1) Dengan Peraturan Daerah ini didirikan Badan Usaha Milik Daerah
dalam bentuk Perusahaan Daerah dengan nama PDAM Tirta Dumai
Bersemai.
(2) Pelaksanaan pendirian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
lebih lanjut oleh Walikota.

BAB III
TEMPATKEDUDUKAN,TUJUANDANLAPANGANUSAHA

BagianPertama
TempatKedudukan

Pasal 3

PDAM berkedudukan dan berkantor di Kota Dumai dan dapat


mempunyai cabang dan kantor perwakilan di luar Daerah.

236
BagianKedua
Tujuan
Pasal 4
(1) Tujuan pendirian PDAM adalah untuk :
a. Memenuhi kebutuhan pelayanan air minum kepada masyarakat
Kota Dumai dan sekitarnya dengan mengutamakan pelayanan air
minum bagi masyarakat Kota Dumai;
b. Menyediakan air minum dengan kualitas dan harga yang
terjangkau berdasarkan pengelolaan Perusahaan yang sehat;
c. Mendorong dan membantu pengembangan dan peningkatan
ekonomi Daerah;
d. Sebagai penyelenggara subsidi silang pelayanan air minum antar
golongan pelanggan dan system subsidi silang antara pelanggan
dengan non pelanggan secara berkeadilan;
e. Mengejar keuntungan atau laba guna meningkatkan nilai
Perusahaan;
f. Salah satu sumber PendapatanAsli Daerah (PAD) dari pembagian
laba Perusahaan.
(2) Untuk mendukung kegiatan dalam rangka mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, PDAM dapat
melakukan kerjasama dengan pihak lain dengan prinsip saling
menguntungkan dan sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
(3) Selain kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), PDAM dapat melakukan penyertaan modal dalam badan
usaha lain.
BagianKetiga
LapanganUsaha
Pasal 5
(1) PDAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 merupakan satu-
satunya BUMD Kota Dumai yang memiliki hak dan/atau kewenangan
untuk melakukan pengelolaan berikut pelayanan air minum bagi
kemanfaatan umum di Kota Dumai dan sekitarnya.
237
(2) PDAM berkewajiban menyediakan sarana dan/atau prasarana
pengolahan air minum dan jaringan pipa transmisi dan/atau distribusi
guna kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan/atau pelanggan
serta berkewajiban ikut menjaga kelestarian dan keseimbangan
lingkungan hidup.
Pasal 6
Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) meliputi :
a. Pengambilan air baku dari sumber air antara lain air permukaan dan/
atau air tanah;
b. Pengolahan air baku yang diambil dari sumber air untuk dijadikan air
minum;
c. Pendistribusian air minum melalui perpipaan kepada pelanggan;
d. Penjualan air minum yang didistribusikan kepada pelanggan dan/atau
pembeli;
e. Penjualan air minum yang didistribusikan dalam bentuk air curah;
f. Penagihan hasil penjualan air minum kepada pelanggan dan/atau
pembeli;
g. Penerimaan pembayaran hasil penjualan air minum dari pelanggan
dan/atau pembeli.
Pasal 7
Kewajiban untuk menyediakan sarana dan/atau prasarana Pengolahan
air Minum yang cukup dan jaringan pipa transmisi dan/atau distribusi guna
kebutuhanmasyarakatdan/ataupelanggansebagaimana dimaksuddalam
Pasal 5 ayat (2) meliputi :
a. Menyediakan dan/atau membangun, pengembangan sarana
prasarana instalasi pengolahan air minum sesuai kebutuhan
masyarakat dan/atau pelanggan dengan kapasitas, kwalitas dan
kontinuitas yang cukup;
b. Menyediakan dan/atau melakukan pengembangan jaringan transmisi
dan/atau distribusi primer, sekunder dan tertier guna kebutuhan
masyarakat dan/atau pelanggan.

238
Pasal 8
Kewajiban untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) meliputi :
a. Mengolah limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan air minum
dari Perusahaan agar tidak mengganggu lingkungan hidup;
b. Memenuhi persyaratan kualitas air yang didistribusikan kepada
pelanggan dan/atau pembeli sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia;
c. Menghindari pengambilan air permukaan dan/atau air tanah yang
melebihi kuantitas Produksi.
Pasal 9
Selain Pengelolaan berikut pelayanan air minum, PDAM dapat melakukan
usaha lain yang dapat mendukung kearah penyediaan air minum.
BAB IV
MODAL
Pasal 10
(1) Modal PDAM berasal dari penyertaan modal daerah yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai
Kekayaan Daerah yang dipisahkan.
(2) Setiap penyertaan modal daerah yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan Peraturan
Walikota.
(3) Modal perusahaan tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) dapat ditambah
dari penyertaan modal dan pinjaman.
(4) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh
melebihi 50% (lima puluh per seratus) dari modal perusahaan.
(5) Neraca permulaan PDAM terdiri atas neraca aktiva dan pasiva UPT
air minum yang dilebur menjadi PDAM.

239
BABV
O R GAN
BagianPertama
Umum
Pasal 11
Organ PDAM terdiri dari :
a. Walikota selaku pemilik modal;
b. DewanPengawas;dan
c. Direksi.
BagianKedua
Direksi
Pasal 12
(1) PDAM diurus dan dipimpin Direksi.
(2) Dalam hal Direksi terdiri atas lebih dari seorang anggota, salah
seorang diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama dan dibantu
sebanyak-banyaknya 4 (empat) orang Direksi.
(3) Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Walikota atas usul Dewan
Pengawas.
(4) Dalam hal calon Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan
berasal dari swasta maka yang bersangkutan harus melepaskan
terlebih dahulu status kepegawaiannya.
(5) Calon direksi memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Mempunyaipendidikansekurang-kurangnyaSarjanaStrata1(S1);
b. Mempunyai pengalaman kerja minimal 10 (sepuluh) tahun bagi
yang berasal dari PDAM atau 15 (lima belas) tahun mengelola
perusahan bagi yang bukan berasal dari PDAM yang dibuktikan
dengan surat keterangan (referensi) dari perusahaan sebelumnya
dengan penilaian baik;
c. Lulus pelatihan manajeman air minum di dalam atau di luar negeri
yang telah terakreditasi dibuktikan dengan sertifikasi atau ijazah;

240
d. Membuat dan menyajikan proposal tentang visi, misi dan strategi
perusahaan;
e. Bersedia bekerja penuh waktu;
f. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang
merugikan keuangan negara;
g. Tidak terikat hubungan keluarga dengan Walikota/Wakil Walikota
atau dengan anggota Direksi lainnya atau dengan anggota Dewan
Pengawas sampai derajad ketiga baik menurut garis lurus maupun
garis ke samping termasuk menantu dan ipar;
h. Lulus uji kelayakan dan kepatutan yang dilaksanakan oleh tim
ahli yang ditunjuk oleh Walikota, dan;
i. Syarat-syarat lain yang ditetapkan Dewan Pengawas.
(6) Pengangkatan Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

Pasal 13

Untuk diangkat menjadi anggota direksi adalah orang perorangan yang


memenuhi keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman, jujur, perilaku
yang baik serta memiliki dedikasi yang tinggi untuk memajukan
perusahaan.

Pasal 14

(1) Jumlah Direksi ditetapkan berdasarkan jumlah pelanggan PDAM


dengan ketentuan :
a. 1 (satu) orang Direksi untuk jumlah pelanggan sampai dengan
30.000;
b. Paling banyak 3 (tiga) orang Direksi untuk jumlah pelanggan dari
30.001 sampai dengan 100.000; dan
c. Paling banyak 4 (empat) orang Direksi untuk jumlah pelanggan di
atas 100.000.
(2) Penentuan jumlah Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
(b) dan huruf (c) dilakukan berdasarkan asas efisiensi dan efektivitas
pengurusan dan pengelolaan PDAM.

241
Pasal 15
(1) AnggotaDireksidilarangmemangkujabatanrangkapsebagai:
a. Anggota Direksi pada BUMD lainnya, BUMN dan badan usaha
milik swasta;
b. Jabatan struktural dan fungsional pada instansi/lembaga
pemerintah pusat dan daerah, dan atau;
c. jabatan yang dapat menimbulkan benturan kepentingan pada
PDAM;dan/atau
d. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan.
(2) Direksi tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi secara langsung
atau tidak langsung yang dapat menimbulkan benturan kepentingan
padaPDAM.
Pasal 16
(1) Anggota Direksi diangkat untuk masa jabatan 4 (empat) tahun, dan
dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
(2) Pengangkatan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan apabila Direksi terbukti mampu meningkatkan kinerja PDAM
dan pelayanan kebutuhan air minum kepada masyarakat setiap tahun.
Pasal 17
Direksi dalam mengelola PDAM mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Menyusun perencanaan, melakukan koordinasi dan pengawasan
seluruh kegiatan operasional PDAM;
b. MembinaPegawai;
c. Mengurus dan mengelola kekayaan PDAM;
d. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan;
e. Menyusun Rencana Strategis Bisnis 5 (lima) tahunan yang disahkan
Walikota melalui usul Dewan Pengawas;
f. Menyusun dan menyampaikan rencana Bisnis dan anggaran tahunan
PDAM yang merupakan penjabaran tahunan dari Rencana Bisnis
kepada Walikota melalui Dewan Pengawas;
g. Menyusun dan menyampaikan laporan seluruh kegiatan PDAM.

242
Pasal 18

(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf (g) terdiri dari
Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan.
(2) Laporan Triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
laporankegiatanoperasionaldankeuanganyangdisampaikankepada
DewanPengawas.
(3) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
laporan keuangan yang telah diaudit dan laporan manajemen yang
ditandatangani bersama Direksi dan Dewan Pengawas disampaikan
kepada Walikota.
(4) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan
paling lambat 120 (seratus dua puluh) hari setelah tahun buku PDAM
ditutup untuk disahkan oleh Walikota paling lambat dalam waktu 30
(tiga puluh) hari setelah diterima.
(5) Direksi menyebarluaskan Laporan Tahunan melalui media massa
paling lambat 15 (lima belas) hari setelah disahkan oleh Walikota.
(6) Anggota Direksi atau Dewan Pengawas yang tidak menandatangani
Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
disebutkan alasannya secara tertulis.

Pasal 19

Direksi dalam mengelola PDAM mempunyai wewenang sebagai berikut :


a. Mengangkat dan memberhentikan pegawai PDAM berdasarkan
peraturan Kepegawaian PDAM;
b. Menetapkan susunan organisasi dan tata kerja PDAM dengan
persetujuan Dewan Pengawas;
c. Mengangkat, memberhentikan dan memindahtugaskan pegawai dari
jabatan di bawah Direksi;
d. Mewakili PDAM di dalam dan di luar pengadilan;
e. Menunjuk kuasa untuk melakukan perbuatan hukum mewakili PDAM;
f. Menandatangani laporan tri wulan dan laporan tahunan;

243
g. Menjual, menjaminkan, atau melepaskan aset milik PDAM
berdasarkan persetujaun Walikota atas pertimbangan Dewan
Pengawas;
h. Melakukan pinjaman, mengikatkan diri dalam perjanjian, dan
melakukan kerjasama dengan pihak lain dengan persetujuan Walikota
atas pertimbangan Dewan Pengawas dengan menjaminkan aset
PDAM.
Pasal 20
Untuk mendukung kelancaran pengelolaan PDAM, Direksi dapat diberikan
dana representative paling banyak 75 % (tujuh puluh lima perseratus)
dari jumlah penghasilan Direksi dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 21
(1) Apabila sampai berakhirnya masa jabatan Direksi, pengangkatan
Direksi baru masih dalam proses penyelesaian, Walikota dapat
menunjuk/mengangkat Direksi yang lama atau seorang Pejabat
Struktural PDAM sebagai pejabat sementara;
(2) Pengangkatan pejabat sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota;
(3) Keputusan Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku
paling lama 6 (enam) bulan;
(4) Pejabat sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dilakukan pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan.
Pasal 22
(1) Penghasilan Direksi terdiri dari :
a. Gaji;
b. Tunjangan;
(2) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (b) terdiri dari
:
a. tunjangan perawatan/kesehatan yang layak termasuk istri/suami
dan anak; dan
b. tunjangan lainnya.

244
(3) Dalam hal PDAM memperoleh keuntungan, Direksi memperoleh
bagian dari jasa produksi.
(4) Besarnya gaji, tunjangan, dan bagian dari jasa produksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh Walikota
setelahmemperhatikanpendapatDewanPengawasdankemampuan
PDAM.
(5) Jumlah seluruh biaya untuk penghasilan Direksi, penghasilan Dewan
Pengawas, penghasilan pegawai dan biaya tenaga kerja lainnya tidak
boleh melebihi 40 % (empat puluh per seratus) dari total biaya
berdasarkan realisasiAnggaran Perusahaan TahunAnggaran yang
lalu.

Pasal 23

(1) Direksi setiap akhir masa jabatan dapat diberikan uang jasa
pengabdian yang besarnya ditetapkan oleh Walikota berdasarkan usul
DewanPengawasdanKemampuanPDAM.
(2) Direksi yang diberhentikan dengan hormat sebelum masa jabatannya
berakhir dapat diberikan uang jasa pengabdian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan syarat telah menjalankan tugasnya
paling sedikit 1 (satu) tahun.
(3) Besarnya uang jasa pengabdian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) didasarkan atas perhitungan lamanya bertugas dibagi
masa jabatan dikalikan penghasilan bulan terakhir.

Pasal 24

(1) Direksi memperoleh hak cuti sebagai berikut :


a. Cuti tahunan;
b. Cuti besar;
c. Cuti sakit
d. Cuti alasan penting atau cuti untuk menunaikan ibadah haji;
e. Cuti nikah;
f. Cuti bersalin;
g. Cuti diluar tanggungan PDAM.

245
(2) Pelaksanaan hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Walikota dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
(3) Direksi selama melaksanakan cuti mendapat penghasilan penuh dari
PDAM kecuali cuti di luar tanggungan PDAM.
Pasal 25
(1) Direksi berhenti :
a. Meninggal dunia; dan
b. Masa jabatannya berakhir.
(2) Direksi diberhentikan karena :
a. Permintaan sendiri;
b. Reorganisasi;
c. Melakukan tindakan pidana yang merugikan PDAM;
d. Melakukan tindakan atau bersikap yang bertentangan dengan
kepentingan Daerah atau Negara;
e. Mencapai batas usia 60 (enam puluh) tahun; dan
f. Tidak dapat melaksanakan tugasnya.
(3) Pemberhentian Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Walikota.
Pasal 26
(1) Direksi yang diduga melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (2) huruf (c) dan huruf (d) diberhentikan sementara
oleh Walikota atas usul Dewan Pengawas untuk jangka waktu paling
lama 1 (satu) bulan.
(2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Walikota disertai dengan alasan dan diberitahukan
kepada yang bersangkutan.
Pasal 27
(1) Paling lama 1 (satu) bulan sejak pemberhentian sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Dewan Pengawas
melakukan sidang yang dihadiri oleh Direksi untuk menetapkan yang
bersangkutan diberhentikan atau direhabilitasi.

246
(2) Dewan Pengawas melaporkan kepada Walikota hasil sidang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai bahan Walikota untuk
memberhentikan atau merehabilitasi.
(3) Apabila dalam persidangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Direksi tidak hadir tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan
dianggap menerima hasil sidang Dewan Pengawas.
(4) Apabila perbuatan yang dilakukan oleh Direksi merupakan tindak
pidana dengan putusan bersalah dan telah memperoleh kekuatan
hukum tetap yang bersangkutan diberhentikan dengan tidak hormat.

BagianKetiga
DewanPengawas

Pasal 28

(1) Pengangkatan dan pemberhentian Dewan Pengawas ditetapkan


dengan Keputusan Walikota.
(2) Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
pejabat pemerintah daerah, profesional dan/atau masyarakat
pengguna jasa.
(3) Batas usia Dewan Pengawas paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun.
(4) Calon anggota Dewan pengawas, harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. MenguasaimanajemenPDAM;
b. Menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;
dan
c. Tidak terikat hubungan keluarga dengan Walikota/Wakil Walikota
atau dengan anggota Dewan Pengawas yang lain atau dengan
Direksi sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus maupun
garis ke samping termasuk menantu dan ipar.

247
Pasal 29

(1) Jumlah anggota Dewan Pengawas ditetapkan berdasarkan jumlah


pelanggan dengan ketentuan:
a. paling banyak 3 (tiga) orang untuk jumlah pelanggan sampai
dengan 30.000; dan
b. paling banyak 5 (lima) orang untuk jumlah pelanggan di atas
30.000.
(2) Penentuan jumlah Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan berdasarkan asas efisiensi pengawasan dan
efektivitas pengambilan keputusan.
(3) Anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diangkat seorang sebagai Ketua merangkap anggota dan seorang
sebagai Sekretaris merangkap anggota dengan Keputusan Walikota.

Pasal 30

(1) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas paling lama 3 (tiga) tahun
dan dapat diangkat kembali 1 (satu) kali masa jabatan.
(2) Pengangkatan kembali anggota Dewan Pengawas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan kinerja dalam melakukan
pengawasanterhadappelaksanaankegiatanDireksidankemampuan
PDAM dalam meningkatkan kinerja pelayanan air minum kepada
masyarakat.

Pasal 31

Anggota Dewan Pengawas dilarang memangku jabatan rangkap sebagai


:
a. Anggota Direksi pada BUMD, Badan Usaha Milik Swasta, dan jabatan
lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, dan atau;
b. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

248
Pasal 32
Dewan Pengawas mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap
pengurusan dan pengelolaan PDAM;
b. Memberikan pertimbangan dan saran kepada Walikota diminta atau
tidak diminta guna perbaikan dan pengembangan PDAM antara lain
pengangkatan Direksi, program kerja yang diajukan oleh Direksi,
rencana perubahan status kekayaan PDAM, rencana pinjaman dan
ikatan hukum dengan pihak lain, serta menerima, memeriksa dan atau
menandatangani Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan;
c. Memeriksa dan menyampaikan Rencana Strategis Bisnis, dan
Rencana bisnis dan anggaran Tahunan PDAM yang dibuat Direksi
kepada Walikota untuk mendapatkan pengesahan.
Pasal 33
DewanPengawasdalammelaksanakantugassebagaimanadimaksuddalam
Pasal32mempunyaiwewenangsebagaiberikut:
a. Menilai kinerja Direksi dalam mengelola PDAM;
b. Menilai Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan yang disampaikan
Direksi untuk mendapat pengesahan Walikota;
c. Meminta keterangan Direksi mengenai pengelolaan dan
pengembanganPDAM;dan
d. Mengusulkan pengangkatan, pemberhentian sementara, rehabilitasi
dan pemberhentian Direksi kepada Walikota.
Pasal 34
(1) Untuk membantu kelancaran tugas Dewan Pengawas dapat dibentuk
Sekretariat Dewan Pengawas dengan Keputusan Ketua Dewan
Pengawas.
(2) Sekretariat Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
beranggotakan paling banyak 3 (tiga) orang dan dibebankan pada
AnggaranPDAM.
(3) Pembentukan Sekretariat Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) memperhatikan efisiensi pembiayaan
PDAM.

249
Pasal 35
Dewan Pengawas diberikan penghasilan berupa uang jasa.
Pasal 36
(1) Ketua Dewan Pengawas merangkap anggota menerima uang jasa
paling banyak sebesar 45 % (empat puluh lima per seratus) dari gaji
Direktur Utama:
(2) SekretarisDewanPengawasmerangkapanggotamenerimauangjasa
paling banyak sebesar 40 % (empat puluh per seratus) dari gaji
Direktur Utama;
(3) Anggota Dewan Pengawas menerima uang jasa paling banyak
sebesar 35 % (tiga puluh lima per seratus) dari gaji Direktur.
Pasal 37
Dalam hal PDAM memperoleh keuntungan, Dewan Pengawas
memperoleh bagian dari jasa produksi secara proporsional dengan
berpedoman pada ketentuan dalam Pasal 36.
Pasal 38
Besarnya uang jasa dan bagian dari jasa produksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 dan Pasal 37 ditetapkan oleh Walikota dengan
memperhatikankemampuanPDAM.
Pasal 39
(1). Dewan Pengawas mendapat uang jasa pengabdian yang besarnya
ditetapkanolehWalikotadenganmemperhatikankemampuanPDAM.
(2) Dewan Pengawas yang diberhentikan dengan hormat sebelum masa
jabatannya berakhir, mendapat uang jasa pengabdian dengan syarat
telah menjalankan tugasnya paling sedikit 1 (satu) tahun.
(3) Besarnya uang jasa pengabdian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) didasarkan atas perhitungan lamanya bertugas dibagi
masa jabatan dikalikan uang jasa bulan terakhir.

250
Pasal 40

(1) Anggota Dewan Pengawas berhenti karena :


a. Masa jabatannya berakhir; dan
b. Meninggal dunia.
(2) Anggota Dewan Pengawas diberhentikan karena:
a. permintaan sendiri;
b. reorganisasi;
c. kedudukan sebagai pejabat daerah telah berakhir;
d. mencapai batas usia 65 (enam puluh lima) tahun;
e. tidak dapat melaksanakan tugas;
f. melakukan tindakan yang merugikan PDAM; dan
g. melakukan tindakan atau bersikap yang bertentangan dengan
kepentingan Daerah atau Negara.
(3) Pemberhentian anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan oleh Walikota.
(4) AnggotaDewanPengawasyangmelakukanperbuatansebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf (f) dan huruf (g) diberhentikan sementara
oleh Walikota.
(5) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
(6) Paling lambat 1 (satu) bulan sejak pemberhentian sementara, Walikota
melaksanakan rapat yang dihadiri oleh anggota Dewan Pengawas
untuk menetapkan yang bersangkutan diberhentikan atau
direhabilitasi.
(7) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan Walikota belum melakukan rapat
sebagaimanadimaksudpadaayat(6)pemberhentiansementarabatal
demihukum.
(8) Apabila dalam persidangan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
anggota Dewan Pengawas tidak hadir tanpa alasan yang sail, yang
bersangkutan dianggap menerima hasil rapat.
(9) Apabila perbuatan yang dilakukan oleh anggota Dewan Pengawas
merupakan tindak pidana yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap yang bersangkutan diberhentikan dengan tidak hormat.

251
BagianKeempat
InternalAudit

Pasal 41

(1) Dalam pengendalian atas kebijakan-kebijakan Direksi maka dibentuk


Satuan Pengawasan Intern (SPI).
(2) Satuan Pengawasan Intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipimpin oleh seorang Kepala yang dalam pelaksanaan tugasnya
bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
(3) Berdasarkan hasil pengawasan maka Satuan Pengawasan Intern
wajib menyampaikan saran dan pendapatnya kepada Direktur Utama
guna perbaikan terhadap Pengelolaan PDAM.
(4) Direksi wajib memperhatikan, mempertimbangkan serta mengambil
langkah-langkah atas setiap laporan dari hasil pemeriksaan Satuan
Pengawasan Intern.
(5) Satuan pengawasan intern membuat Rencana Kerja Pemeriksaan
Tahunan (RKPDAM) dan diajukan paling lambat 1 (satu) Bulan
sebelum awal Tahun buku.

Pasal 42

Direksi dapat memberikan keterangan dari hasil Pemeriksaan dan/atau


pelaksanaan tugas Satuan Pengawasan Intern kepada Dewan
Pengawas.

BagianKelima
Tuntutan Ganti Rugi

Pasal 43

(1) Dewan Pengawas, Direksi dan Pegawai PDAM yang melakukan


perbuatan melawan hukum serta melalaikan tugas-tugas dan
kewajiban yang dibebankan kepadanya baik langsung dan/atau
tidak langsung yang dapat menimbulkan kerugian terhadap
perusahaan, diwajibkan kepadanya untuk mengganti kerugian.

252
(2) Dewan Pengawas, Direksi dan Pegawai PDAM yang tidak dapat
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dituntut sesuai peraturan dan/atau perundang-undangan yang
berlaku.

BABVI
PEGAWAI

BagianKesatu
Pengangkatan

Pasal 44

(1) PengangkatanpegawaiPDAMharusmemenuhipersyaratan:
a. Warga Negara Republik Indonesia;
b. Berkelakuan baik dan belum pernah di hukum pidana kurungan
dan/atau penjara;
c. Mempunyai pendidikan, kecakapan dan keahlian yang diperlukan;
d. Dinyatakan sehat oleh rumah sakit umum yang ditunjuk oleh
Direksi;
e. Usia paling tinggi 35 (tiga puluh lima) tahun; dan
f. Lulus seleksi.
(2) Pengangkatan pegawai dilakukan setelah melalui masa percobaan
paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama (enam) bulan dengan
ketentuan memenuhi daftar penilaian kerja setiap unsur paling sedikit
bernilai baik.
(3) Selama masa percobaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan penilaian meliputi :
a. loyalitas;
b. kecakapan;
c. kesehatan;
d. kerjasama;
e. kerajinan;
f. prestasi kerja; dan
g. kejujuran.

253
(4) Apabila pada akhir masa percobaan calon pegawai tidak memenuhi
persyaratansebagaimanadimaksudpadaayat(3)dapatdiberhentikan
tanpa mendapat uang pesangon.
Pasal 45
(1) Direksidapatmengangkattenagahonoreratautenagakontrakdengan
pemberian honorarium yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan
Direksi yang berpedoman pada Upah Minimum Provinsi atau Upah
Minimum Kabupaten/Kota.
(2) Tenaga honorer atau tenaga kontrak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak diperbolehkan menduduki jabatan.
Pasal 46
(1) Batas usia pensiun pegawai PDAM 56 (lima puluh enam) tahun.
(2) Pegawai yang memasuki masa pensiun dapat diberikan kenaikan
pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi dari pangkatnya dengan
ketentuan paling sedikit 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir.
BagianKedua
Penghasilan dan Cuti
Pasal 47
(1) Pegawai PDAM berhak atas gaji, tunjangan dan penghasilan lainnya
yang sah sesuai dengan pangkat, jenis pekerjaan dan tanggung
jawabnya.
(2) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. tunjangan pangan;
b. tunjangan kesehatan; dan
c. tunjangan lainnya.
(3) Tunjangan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
diberikan kepada pegawai beserta keluarganya yang menjadi
tanggungan.
(4) Tunjangan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi
pengobatan dan/atau perawatan di rumah sakit, klinik dan lain-lain
yang pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Direksi.

254
(5) Pemberian hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengankemampuanPDAM.
Pasal 48
(1) Penyusunan skala gaji pegawai PDAM dapat mengacu pada prinsip-
prinsip skala gaji Pegawai Negeri Sipil yang disesuaikan dengan
kebutuhandankemampuanPDAM.
(2) Ketentuan gaji pegawai PDAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Direksi.
Pasal 49
(1) Pegawai yang beristri/bersuami diberikan tunjangan istri/suami paling
tinggi 10% (sepuluh per seratus) dari gaji pokok.
(2) Pegawai yang mempunyai anak berumur kurang dari 21 (dua puluh
satu)tahunbelummempunyaipenghasilansendiridanbelumatautidak
menikah diberikan tunjangan anak sebesar 5% (lima per seratus) dari
gaji pokok untuk setiap anak sebesar 5% (lima perseratus) dari gaji
pokok untuk setiap anak.
(3) Tunjangan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat di
perpanjang sampai umur 25 (dua puluh lima) tahun, dalam hal anak
masih bersekolah/kuliah yang dibuktikan dengan surat keterangan
dari sekolah/perguruan tinggi.
(4) Tunjangananaksebagaimanadimaksudpadaayat(2)diberikanpaling
banyak untuk 2 (dua) orang anak.
Pasal 50
(1) Pegawai berhak atas jaminan hari tua yang dananya dihimpun dari
usaha PDAM atau iuran pegawai PDAM yang ditetapkan dengan
Keputusan Direksi.
(2) Besarnya tunjangan jaminan hari tua sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didasarkan atas perhitungan gaji.
Pasal 51
Dalam hal PDAM memperoleh keuntungan, pegawai PDAM diberikan
bagian dari jasa produksi sesuai dengan kemampuan keuangan PDAM.

255
Pasal 52
(1) Pegawai yang memiliki nilai rata-rata baik dalam Daftar Penilaian Kerja
Pegawai diberikan kenaikan gaji berkala.
(2) Apabila yang bersangkutan belum memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kenaikan gaji berkala ditunda
paling lama 2 (dua) tahun.
Pasal 53
(1) Pegawai memperoleh hak cuti meliputi :
a. cuti tahunan;
b. cuti besar
c. cuti sakit;
d. cuti karena alasan penting atau cuti untuk menunaikan ibadah
haji;
e. cuti nikah;
f. cuti bersalin; dan
g. cuti luar tanggungan PDAM.
(2) Pegawai yang menjalankan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tetap diberikan penghasilan penuh, kecuali cuti di luar tanggungan
PDAM.
(3) Pelaksanaan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih
lanjut oleh Walikota dengan berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.
BagianKetiga
Penghargaan dan Tanda Jasa
Pasal 54
(1) Direksi memberikan penghargaan kepada pegawai yang mempunyai
masa kerja secara terus menerus selama 10 tahun, 20 tahun dan 30
tahun yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan PDAM.
(2) Direksi memberikan tanda jasa kepada pegawai yang telah
menunjukkan prestasi luar biasa dalam pengembangan PDAM.
(3) Pemberian penghargaan dan tanda jasa kepada pegawai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan Walikota.

256
BagianKeempat
KewajibandanLarangan
Pasal 55
Setiap pegawai wajib :
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila dan melaksanakan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. mendahulukan kepentingan PDAM di atas kepentingan lainnya;
c. mematuhi dan mentaati segala kewajiban dan larangan; dan
d. memegang teguh rahasia PDAM dan rahasia jabatan.
Pasal 56
Pegawai dilarang :
a. melakukankegiatanyangmerugikanPDAM,Daerahdan/atauNegara;
b. menggunakankedudukannyauntukmemberikankeuntunganbagidiri
sendiri dan/atau orang lain yang merugikan PDAM; dan
c. mencemarkan nama baik PDAM, Daerah dan/atau Negara.
BagianKelima
PelanggarandanPemberhentian
Pasal 57
(1) Pegawai PDAM dapat dikenakan hukuman.
(2) Jenis hukuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. penundaan kenaikan gaji berkala;
d. penundaan kenaikan pangkat;
e. penurunan pangkat;
f. pembebasan jabatan;
g. pemberhentian sementara;
h. pemberhentian dengan hormat; dan
i. pemberhentian dengan tidak hormat.

257
(3) Pelaksanaanpenjatuhanhukumansebagaimanadimaksudpadaayat
(2) ditetapkan dengan Keputusan Direksi.
Pasal 58
(1) Pegawai PDAM diberhentikan sementara apabila diduga telah
melakukan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 dan/
atau tindak pidana.
(2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling lama 6 (enam) bulan atau adanya putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap atas dugaan tindak pidana yang dilakukan.
Pasal 59
(1) Pegawai PDAM yang diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58, mulai bulan berikutnya diberikan 50% (lima
puluh per seratus) dari gaji.
(2) Dalam hal pegawai yang diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak terbukti bersalah, pegawai yang
bersangkutan harus dipekerjakan kembali dalam jabatan yang sama
dan berhak menerima sisa penghasilan yang belum diterima.
(3) Dalam pegawai yang diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terbukti bersalah Direksi memberhentikan
dengan tidak hormat.
Pasal 60
(1) Pegawai diberhentikan dengan hormat, karena :
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri;
c. tidak dapat melaksanakan tugas;
d. tidak sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter;
e. telah mencapai usia pensiun; dan/atau
f. reorganisasi.
(2) Pegawai yang diberhentikan dengan hormat diberikan pesangon yang
besarnya ditetapkan dengan Keputusan Direksi.

258
(3) Pegawai yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf (b) pelaksanaannya berlaku pada akhir bulan berikutnya.
Pasal 61
Pegawai diberhentikan dengan tidak hormat, karena :
a. melanggar sumpah pegawai dan/atau sumpah jabatan;
b. dihukum pidana berdasarkan putusan pengadilan negeri yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap; dan /atau
c. merugikan keuangan PDAM.
BABVII
TAHUNBUKU,RENCANAKERJADANANGGARAN
Pasal 62
(1) Rencana Kerja danAnggaran Belanja diajukan oleh Direksi kepada
Dewan Pengawas untuk memperoleh pengesahan.
(2) Pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Belanja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum tahun buku berakhir.
Pasal 63
(1) Pada setiap penutupan tahun buku, Direksi membuat laporan
keuangan yang terdiri dari Neraca dan Perhitungan Laba Rugi.
(2) Dalam waktu selambat-lambatnya 5 (lima) bulan setelah tahun buku
ditutup, Direksi membuat laporan tahunan untuk diajukan dan dibahas
dalam rapat tahunan.
BAB VIII
PENETAPANDANPEMBAGIANLABABERSIH
Pasal 64
(1) Laba bersih ditetapkan oleh Walikota.
(2) Penggunaan Laba bersih yang tercantum dalam laporan Keuangan
yang telah disahkan, ditetapkan sebagai berikut :
a. UntukDanaPembangunanDaerah…………15%.
b. UntukAnggaran Belanja Daerah…………....40 %.

259
c. UntukDanaCadanganUmum…………......……..15%.
d. UntukJasaProduksi………………………………15%.
e. Untuk Dana Sosial dan Pendidikan…….......…….10 %.
f. UntukSosial…………………………..………......5%.
(3) PDAM dibebaskan dari kewajiban menyetor bagian laba kepada
Pemerintah Kota yang diperhitungkan sebagai penyertaan modal
PemerintahKotasampaidengancakupanpelayananmencapaipaling
sedikit 80% (delapan puluh per seratus) dan kondisi keuangan PDAM
mencukupiuntukkebutuhanbiayaoperasionaldanpemeliharaanserta
tarif yang berlaku telah memenuhi tingkat pemulihan biaya.
(4) Rincian penggunaan laba bersih sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
BABIX
ANGGARAN
Pasal 65
Rancangan anggaran PDAM terdiri dari Rencana jangka Panjang (RJP)
dan RencanaAnggaran dan Belanja (APB) PDAM.
Pasal 66
(1) Rencana Jangka Panjang (RJP) merupakan rencana strategis yang
memuat sasaran dan tujuan dan capaian dalam jangka 5 (lima) tahun.
(2) PengajuanRancanganRencanaJangkaPanjang(RJP)dilaksanakan
paling lambat 6 (enam) bulan setelah pengangkatan Direksi.
(3) Rencana rancangan Jangka Panjang (RJP) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling kurang memuat :
a. Evaluasi RJP tahun sebelumnya;
b. Posisi dan/atau Keuangan PDAM saat ini ;
c. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyusunan RJP;
d. Visi dan Misi PDAM; dan
e. Penetapan Strategis, Sasaran, Kebijakan serta Program Kerja RJP.

260
Pasal 67

(1) DireksiwajibmenyiapkanRencanaAnggaranPendapatandanBelanja
(RAPB) PDAM sebagai penjabaran dari Rencana Jangka Panjang.
(2) RAPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang memuat
:
a. Rencana kerja yang terinci sebagai penjabaran dari Misi PDAM,
Sasaran usaha, Strategi usaha, Kebijakan Perusahaan dan
Program kerja;
b. Anggaran Perusahaan yang terinci untuk setiap program kegiatan;
c. Proyeksi Keuangan; dan
d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam Peraturan Walikota.
(3) Pengajuan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB)
dilaksanakan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sebelum tahun
buku berakhir.
(4) Pengesahan RencanaAnggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB)
dilaksanakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pengajuan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai rancangan dan tatacara pengajuan
serta pengesahan RAPB diatur dengan Peraturan Walikota.
BABX
TAHUNBUKUDANLAPORANTAHUNAN

BagianKesatu
TahunBuku

Pasal 68

Tahun buku PDAM ditetapkan berdasarkan tahun Takwim yang dimulai


dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

261
BagianKedua
LaporanTahunan
Pasal 69
(1) Direksi wajib menyusun dan menyerahkan laporan tahunan
kepada Walikota melalui Dewan Pengawas paling lambat 30 (tiga
puluh) hari setelah tutup buku.
(2) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
laporan keuangan dan Kinerja yang disusun sesuai standarAkuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia dan paling kurang harus
mencantumkan:
a. Neraca yang menggambarkan posisi Kekayaan, Kewajiban dan
Modal Perusahaan pada penutupan tahun buku;
b. Daftar perhitungan Rugi Laba yang menggambarkan pendapatan
harga pokok Produksi, harga pokok Penjualan, serta Rugi Laba
Perusahaan selama periode Tahun buku;
c. Daftar arus Kas yang menggambarkan posisi penerimaan dan
pengeluaran Kas Perusahaan selama periode Tahun buku;
d. Daftar perubahan Modal yang menggambarkan Kenaikan dan
Penurunan Modal Perusahaan pada penutupanTahun buku; dan
e. Kinerja Keuangan dan Teknik PDAM.
(3) Selain yang tercantum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka
laporan tahunan harus memuat :
a. Visi dan Misi PDAM;
b. Komposisi dan uraian Dewan Pengawas;
c. Komposisi dan uraian Direksi;
d. Jumlah rapat Dewan Pengawas, serta jumlah kehadirannya;
e. Jumlah rapat Direksi berikut kehadirannya; dan
f. Jumlah rapat antar Dewan Pengawas dan Direksi berikut
kehadirannya.
(4) Pemeriksaan laporan keuangan dan kinerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan Ouditor Ekternal yang ditetapkan oleh Walikota
atas usulan Dewan Pengawas.

262
(5) BadanPemeriksaKeuanganRepublikIndonesia(BPK-RI)berwenang
untuk melakukan pemeriksaan terhadap PDAM sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(6) Hasil Pemeriksaan atas laporan Tahunan dan Kinerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah
pengajuannya sudah disahkan oleh Walikota.
(7) Dalam hal laporan Tahunan belum dapat disahkan oleh Walikota
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) maka laporanTahunan tersebut
dianggap telah disahkan.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara penyusunan laporan
Tahunan dan audit atas laporan Keuangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 diatur dengan Peraturan Walikota.

BABXI
RAPATPEMBAHASANBERSAMA

Pasal 70

(1) Rapat Pembahasan Bersama (RPB) diselenggarakan paling sedikit


1 (satu) kali dalam 1 (satu) Tahun yang dihadiri oleh Wakil Pemerintah
Daerah, Dewan Pengawas dan Direksi.
(2) Rapat bersama membuat keputusan-keputusan mengenai :
a. Pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Perusahaan
(APBP);
b. Realisasi dan Pencapaian Target Corporate Plan;
c. Realisasi dan Kerjasama dengan Badan Usaha Swasta; dan
d. Pengesahan laporan Keuangan dan Laporan Kinerja Perusahaan
Daerah.

Pasal 71

Walikota selaku pemilik modal PDAM memiliki hak istimewa untuk


mengadakan Rapat Pembahasan Bersama Luar Biasa (RPB-LB) yang
dihadiri oleh Dewan Pengawas dan Direksi.

263
BABXII
PERENCANAAN
Pasal 72
(1) PDAM harus membuat rancangan Rencana Kerja Jangka Panjang
minimal untuk masa 15 (lima belas) tahun yang dibuat dalam bentuk
Master Plan dan Rencana Kerja Jangka Pendek untuk masa 5 (lima)
tahun dalam bentuk pengembangan usaha (Corporate Plan), dan
mendapat persetujuan Walikota.
(2) Perubahan terhadap master plan dan corporate plan dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan Walikota.
(3) PDAM diharuskan membuat RencanaAnggaran Pendapatan dan
Belanja Perusahaan (RAPBP) tahunan yang merupakan bagian dari
rencana jangka pendek.
(4) Prosedur Pengesahan RencanaAnggaran Pendapatan dan Belanja
Perusahaan (RAPBP) adalah sebagai berikut :
a. Paling lama 60 (enam puluh) hari sebelum tahun buku Perusahaan
dimulai RencanaAnggaran Pendapatan dan Belanja Perusahaan
(RAPBP)disampaikanolehDireksikepadaDewanPengawasdan
Walikota untuk mendapatkan Pengesahan;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Perusahaan (APBP) dalam
Tahun Anggaran berjalan dapat dilakukan perubahan setelah
mendapat Persetujuan Walikota.
(5) PelaksanaanAnggaran Pendapatan dan Belanja Perusahaan dapat
mengacupadaAnggaranTahunsebelumnya,apabilaPersetujuandan
Pengesahannya belum dilakukan oleh Walikota.
BAB XIII
PELAYANANAIRMINUM
BagianKesatu
Pelaksanaan PelayananAir Minum
Pasal 73
Pelayanan air minum kepada masyarakat, pelanggan dan/atau bukan
pelanggan dilakukan sebagai berikut :
1. Pelayanan air minum kepada masyarakat dan/atau pelanggan harus
berdasarkan dengan surat perjanjian.

264
2. Pelayanan air minum kepada masyarakat dan/atau pelanggan
disalurkan melalui jaringan perpipaan dengan cara :
a. Sambungan rumah dan/atau sambungan langsung kerumah
Pelanggan;
b. Sambungan Hidrant Umum dan/atau krant Umum; dan
c. Air curah.
3. Selain pelayanan air minum sebagaimana dimaksud pada angka (2)
pelayanan air minum dapat dilakukan dengan terminal air dan mobil
tangki atau sarana angkutan lainnya.
4. Untuk kegiatan operasional pelayanan air minum, maka PDAM dapat
melakukan :
a. Pelayanan Sambungan Baru;
b. Pelayanan Balik Nama dan/atau perubahan Kepemilikan;
c. Pelayanan Pindah Meter dan/atau Pindah tata letak meter air;
d. Pelayanan Penggantian Meter air;
e. Pelayanan Pengujian dan/atau test Meter air;
f. Pelayanan Pembayaran RekeningAir;
g. PelayananTunggakan Pembayaran RekeningAir;
h. Pelayanan Penutupan SambunganAir;
i. Pelayanan Pengujian KualitasAir;
j. Pelayanan Pengaduan Pelanggan; dan
k. Pelayanan Informasi.
5. Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara Pelayanan Air Minum dan
administrasi sebagaimana dimaksud pada angka (2), angka (3) dan
angka (4) diatur dengan Peraturan Direktur Utama.

BagianKedua
KewajibanPDAM
Dalam Pelaksanaan PelayananAir Minum

Pasal 74

(1) PDAM berkewajiban memberikan pelayanan Air Minum kepada


seluruh masyarakat dan/atau pelanggan, secara optimal dan terus
menerus.

265
(2) Memperluas cakupan pelayanan air minum guna meningkatkan
derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
(3) Memelihara sarana dan prasaranaAir Minum yang meliputi Sumber
air Baku, Instalasi Pengolahan, Jaringan perpipaan Transmisi dan
Distribusi, bangunan-bangunan pelengkap serta Kantor-kantor
pelayanan.
Pasal 75
Kewajiban PDAM terhadap masyarakat dan/atau PelangganAir Minum
adalah sebagai berikut :
a. Memberikan pelayanan serta informasi yang jelas, baik, jujur dan
transparansi, serta tidak diskriminatif.
b. Melakukan perluasan jangkauan pelayanan Air minum terhadap
daerah pemukiman masyarakat dan/atau pelanggan yang belum
tersedia sarana air minum.
c. Melayani pemasangan atas permintaan masyarakat dan/atau
pelanggan terhadap sambungan air minum.
d. Mencatat jumlah kubikasi pemakaian Air yang dipergunakan oleh
masyarakat dan/atau pelanggan yang tertera pada angka meter air
terpasang, paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.
e. Memelihara dan/atau memperbaiki serta mengganti jaringan pipa
saluran air minum, pipa dinas dan meter air yang telah terpasang,
secara layak.
f. Menyediakan air minum yang cukup dan layak bagi kebutuhan
masyarakat dan/atau pelanggan.
Pasal 76
(1) PDAM tidak diwajibkan membayar ganti kerugian kepada masyarakat
dan/atau pelanggan apabila pelayanan air minum terhenti dan/atau
terganggu yang diakibatkan oleh keadaan memaksa (kahar).
(2) Keadaan memaksa (kahar) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah :
a. Peperangan dan kerusuhan dan revolusi;
b. BencanaAlam, Kebakaran, serta bencana industri lainnya.

266
(3) Sesuai dengan kemampuannya maka PDAM dapat memberikan
pelayanan air minum guna kepentingan masyarakat umum yang
meliputi :
a. Penyediaan Air untuk Hidrant kebakaran, yang telah terpasang
pada tempat-tempat tertentu;
b. Penyediaan air minum pada terminal air, hidrant umum atau krant
umumbagidaerah-daerahtertentuyangberpendudukcukuppadat
dengan tingkat kemampuan ekonomi rendah dan/atau belum
terlayani dengan sambungan rumah.
BagianKetiga
HakPDAM
Dalam PelaksanaanAir Minum
Pasal 77
PDAM memiliki hak-hak sebagai berikut :
a. Hak untuk mengatur sistem pelayanan air minum, baik yang bersifat
teknis maupun non teknis dan/atau administrasi;
b. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kondisi dan
nilai tukar dan/atau jasa pelayanan air minum;
c. Hak untuk melakukan penagihan terhadap tunggakan;
d. Hak untuk mengenakan denda atas keterlambatan pembayaran
rekening air;
e. Hak untuk memberikan sanksi;
f. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam
penyelesaian hukum sengketa konsumen dan/atau pelanggan;
g. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh jasa pelayanan air minum;
h. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undang lainnya.
BagianKeempat
HakPelanggan
Pasal 78
(1) Pelanggan memiliki hak sebagai berikut :
a. Hak atas informasi dan pelayanan air minum yang benar, jelas,
jujur dan tranparansi serta tidak diskriminatif;

267
b. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas kebenaran
pelayanan air minum yang berhubungan dengan kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas air, meter air, serta rekening air minum;
c. Hak untuk mendapatkan air minum yang cukup dan layak sesuai
kebutuhan pelanggan dengan kualitas, kuantitas dan kontinuitas
yang telah ditentukan;
d. Hak untuk membayar jasa serta rekening pemakaian air minum
sesuai dengan kondisi dan nilai tukar yang diterima oleh konsumen
atau pelanggan air minum;
e. Hak untuk mendapatkan konpensasi ganti rugi dan/atau
pengantian apabila jasa dan pelayanan air minum yang diterima
dan/atau dipergunakan tidak sebagaimana mestinya;
f. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
hukum lainnya dalam penyelesaian sengketa Pelanggan secara
patut;
g. Hakuntuktidakmembayarjasadanrekeningpemakaianairminum
apabila terjadi keadaan memaksa (kahar) yang mengakibatkan
terhentinya pelayanan air minum terhadap pelanggan.
(2) Dalam hal MeterAir, apabila terjadi penyimpangan pengukuran yang
dibuktikan berdasarkan hasil pengujian Test dan/atau Tera diatas 5
(lima) persen, maka pemakaian air adalah jumlah pengukuran air,
dikurangijumlahpenyimpanganpengukuran,ditambah5(lima)persen
dari jumlah pemakaian.
(3) Dalam hal Meter Air yang tidak terbaca dan/atau tidak berfungsi
sebagaimana alat ukur, yang dikarenakan sesuatu dan lain hal, maka
jumlahpemakaianairdiperhitungkanberdasarkanrata-ratapemakaian
air 3 (tiga) bulan sebelumnya.
(4) Bahwa apabila dari perhitungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3)tidakdapatjugadipergunakansebagaipedomandalammengambil
suatu keputusan maka perhitungan pemakaian air minum pelanggan
dan/atau konsumen dapat dihitung berdasarkan dari jumlah penghuni
dikalikan dengan pemakaian rata-rata setiap orang 150 (seratus lima
puluh) liter perhari, dikalikan 30 (tiga puluh) hari.

268
BagianKelima
KewajibanPelanggan

Pasal 79

(1) Kewajiban pelanggan atau pengguna jasa air minum adalah :


a. Membayar jasa serta rekening pemakaian air minum sesuai
dengan kondisi dan nilai tukar yang diterima oleh konsumen atau
pelanggan air minum, secara tepat waktu;
b. Mentaati seluruh ketentuan serta petunjuk dan informasi yang
dikeluarkan oleh PDAM;
c. Menyampaikan informasi yang baik, benar, jujur dan transparansi
tentang adanya perubahan-perubahan terhadap hak dan/atau
kepemilikan atas pengguna jasa air minum.
(2) Dalam hal adanya penyimpangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 78 ayat (2) dan ayat (3) tidak menghapus kewajiban Pelanggan
untuk membayar rekening tagihan pemakaian air, selisih dari
penyimpangan pengukuran pemakaian air pelanggan akan
diperhitungkan pada tagihan rekening pemakaian air pada bulan
berikutnya.
(3) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perubahan kepemilikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (c) diatur dengan
Peraturan Direksi.

BagianKeenam
Perizinan

Pasal 80

(1) Setiap sambungan air minum harus mendapat izin tertulis dari PDAM.
(2) Surat izin sambungan air minum dapat diberikan kepada setiap
pemohondan/ataubadanyangmewakilidaribeberapapemohonserta
badan pengelola dari beberapa pelanggan air minum.

269
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perizinan sambungan air
minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Direksi.
BagianKetujuh
Larangan
Pasal 81
(1) Setiap orang dan/atau badan serta pelanggan air minum dilarang:
a. Menyadap air baku, air minum yang ada dalam jaringan pipa
transmisi dan distribusi, serta Reservoir air minum tanpa izin dari
PDAM;
b. Merusak sarana dan prasarana air baku dan air minum, seperti
jaringan transmisi, distribusi, reservoir, instalasi Pengolahan,
pompa-pompa dan kantor serta perlengkapannya;
c. Merusak, melepas, membalik arah meter dan menghilangkan
meter air dan perlengkapannya serta, memutus segel meter, baik
yang dipasang PDAM, pabrik, atau yang dipasang oleh badan
Metrologi;
d. Merubah ukuran, tata letak pipa dinas, meter air, hidrant umum,
krant umum dan/atau terminal air serta sambungan pelanggan
tanpa izin dari PDAM;
e. Mendistribusikan dan/atau menjual air minum diluar persil
pelanggan, hidrant umum, krant umum, terminal air dengan segala
jenis pipa dan/atau sarana angkutan lainnya tanpa izin dari PDAM.
(2) Ketentuan lebih lanjut Mengenai sanksi pelanggaran atas jasa
pelayanan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Direksi.
BagianKedelapan
Sanksi Denda dan Ganti Rugi
Pasal 82
(1) Setiap pelanggaran atas larangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 81 ayat (1) huruf (c), huruf (d) dan huruf (e) dapat dikenakan
sanksi, denda dan/atau ganti rugi.

270
(2) Setiap pelanggaran atas larangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 81 ayat (1) huruf (a), huruf (b) dapat dikenakan sanksi pidana
dan/atau pidana kejahatan lainnya.
(3) Setiap keterlambatan pembayaran RekeningAir Minum dikenakan
sanksi Denda, kepada pelanggan dan/atau pengguna jasa air minum.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi, denda dan/atau ganti rugi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Direksi.
BagianKesembilan
PemutusanSambungan
Pasal 83
(1) Pemutusan sambungan air minum pelanggan dilakukan apabila
melalaikan sebagaimana diatur dalam Pasal 79 (1), ayat (2) dan dalam
Pasal 81 ayat (1) dapat dikenakan sanksi pemutusan sementara
terhadap sambungan air minum pelanggan.
(2) Jangka waktu pemutusan sementara sambungan pelanggan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan pemutusan paling
lama 90 (sembilan puluh) hari.
(3) Pemutusan sementara sambungan air minum karena :
a. Tunggakan pembayaran rekening air minum paling sedikit 2 (dua)
bulan;
b. Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (1);
c. Telah terjadi keadaan memaksa (kahar);
d. Atas permintaan sendiri oleh pelanggan secara tertulis, dengan
alasan-alasannya.
(4) Pemutusan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2) dan ayat (3) dilakukan dengan cara memutus dan/atau menutup
saluran air minum pelanggan serta dipasang segel pengaman pada
meter air dan perlengkapannya.
(5) Apabila kewajiban pelanggan tidak terpenuhi sampai jatuh tempo dari
jangka waktu pemutusan sementara, akan dilakukan upaya
pemutusan tetap dari sambungan air minum pelanggan.

271
(6) Pemutusan sementara atas permintaan sendiri oleh pelangan secara
tertulis, dapat diberikan paling lama untuk masa waktu 2 (dua) kali 90
(sembilan puluh) hari.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemutusan sementara sambungan
pelanggan diatur dengan Peraturan Direksi.
Pasal 84
(1) Pemutusan tetap sambungan air minum pelanggan dilakukan dengan
cara memutus, menutup, mengangkat dari rangkaian pipa dinas
lengkap dengan meter air dan perlengkapannya serta perijinan
sambungan air minum pelanggan.
(2) Pemutusan tetap sambungan pelanggan dilakukan dalam hal :
a. Tidak memenuhi kewajiban sampai jatuh tempo jangka waktu
pemutusan sementara;
b. Pernah dikenakan sanksi pemutusan sementara 2 (dua) kali dalam
1 (satu) tahun;
c. Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (1);
d. Atas permintaan sendiri oleh pelanggan secara tertulis;
e. Telah terjadi keadaan Memaksa (kahar).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemutusan tetap sambungan
pelanggan air minum diatur dengan Peraturan Direksi PDAM.
BagianKesepuluh
PembukaanKembaliSambunganPelanggan
Pasal 85
(1) Pembukaan kembali sambungan pelanggan yang ditutup akibat
pelanggaran dan/atau Pemutusan Sementara kurang dari 90
(sembilan puluh) hari masa penutupan, dikenakan biaya pembukaan,
biaya sanksi dan/atau denda serta rekening air minum yang masih
menjadi kewajiban pelanggan.
(2) Pembukaan kembali sambungan pelanggan yang ditutup akibat
pelanggaran dan/atau Pemutusan Tetap lebih dari 180 (seratus
delapan puluh) hari masa penutupan, dikenakan biaya Sambungan
Baru, biaya sanksi, denda serta rekening air minum yang masih
menjadi kewajiban pelanggan.

272
(3) Pembukaan kembali sambungan pelanggan yang ditutup akibat
tunggakan pembayaran rekening air minum, dikenakan biaya
pembukaan, denda serta rekening air minum yang masih menjadi
kewajiban pelanggan.
(4) Pembukaan kembali sambungan pelanggan yang ditutup atas
Permintaan Sendiri dalam waktu kurang dari 90 (sembilan puluh)
hari, dikenakan biaya administrasi dan/atau jasa pembukaan kembali.
(5) Pembukaan kembali sambungan pelanggan yang ditutup atas
permintaan sendiri dalam waktu lebih dari 180 (seratus delapan puluh)
hari, dikenakan biaya sambungan baru.
(6) Pembukaan kembali sambungan pelanggan yang ditutup akibat dari
Keadaan Memaksa (kahar) dapat dilakukan, dan atas permintaan
pelanggan air minum, setelah mendapat persetujuan dan/atau
pertimbangan PDAM, tanpa dikenakan biaya pembukaan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembukaan kembali sambungan
Pelanggan air minum diatur dengan Peraturan Direksi PDAM.
BABXIV
TARIFPELAYANANAIRMINUM
BagianKesatu
KelompokPelanggan
Pasal 86
(1) Pelanggandibagidalambeberapakelompokyangdisesuaikandengan
tingkat sosial dan ekonomi serta pemanfaatan jasa air minum, guna
penentuan dan/atau penetapan tarif pembayaran rekening air minum
yang terjangkau.
(2) Kelompok pelanggan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
sebagai berikut :
a. Kelompok Sosial;
b. Kelompok RumahTangga;
c. Kelompok Instansi Pemerintah dan/atau Konsulat;
d. Kelompok Niaga;
e. Kelompok Industri; dan
f. Kelompok Khusus.

273
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelompok pelanggan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Direksi
PDAM.

BagianKedua
TarifAir Minum dan Jasa

Pasal 87

(1) Tarif air minum merupakan biaya jasa pelayanan yang wajib dibayar
oleh Pelanggan dan/atau Konsumen untuk setiap pemakaian air
minum sesuai dengan kondisi dan nilai tukar yang diterima pelanggan.
(2) Perhitungan Tarif pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah berdasarkan kubikasi pemakaian atas petunjuk yang tertera
pada angka meter air dimana dalam 1 (satu) meter kubik setara
dengan 1000 (seribu) liter air minum.
(3) Tarif pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
didasarkan pada prinsip-prinsip :
a. Keterjangkauan dan keadilan;
b. Mutu Pelayanan;
c. Pemulihan Biaya;
d. Efisiensi; dan
e. Transparansi dan akuntabilitas.
(4) Komponen Biaya yang diperhitungkan dalam penentuan tarif meliputi
:
a. Biaya operasi dan Pemeliharaan;
b. Biaya Depresiasi;
c. Biaya Bunga dan beban Pinjaman;
d. Biaya-biaya lain; dan
e. Keuntungan yang wajar.
(5) Tarif air minum dapat digunakan untuk pemulihan biaya:
a. Menutupi biaya operasional dan pemeliharaan secara layak;
b. Memperluas cakupan pelayanan air minum secara merata.
(6) Penetapan tarif air minum dikonsultasikan dengan DPRD.

274
Pasal 88
(1) Tarif air minum dan biaya jasa tambahan tetap lainnya dibebankan
kepada setiap pelanggan seperti :
a. JasaAdministrasi Rekening;
b. Jasa Pemeliharaan MeterAir.
(2) BiayaAdministrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a)
ditetapkan berdasarkan dari golongan dan/atau kelompok Pelanggan
air minum.
(3) Biaya dan/atau jasa pemeliharaan meter air sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf ( b) ditetapkan berdasarkan diameter dan/atau
ukuran meter air yang terpasang dan/atau dipergunakan oleh
pelanggan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya dan jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Direksi.
BagianKetiga
Tarif PenjualanAir Curah
Pasal 89
(1) Tarif penjualan dan/atau pembelian air curah yang dikelola oleh badan
usaha ditetapkan berdasarkan kesepakatan kerjasama.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara kerja sama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.
BagianKeempat
Tarif Sambungan BaruAir Minum
Pasal 90
(1) Setiappermintaanpemasanganbarusambunganairminumdikenakan
biaya :
a. BiayaAdministrasi;
b. Biaya MeterAir, Bahan dan perlengkapannya;
c. Biaya pemasangan; dan
d. Biaya Pajak Pertambahan Nilai (Ppn).

275
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya sambungan Baru air minum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direksi
PDAM.
BagianKelima
Peninjauan dan Penyesuaian Tarif
Pasal 91
(1) Apabila terjadi perubahan, terhadap golongan pelanggan, komponen
biaya, dan beban tetap, maka dapat dilakukan peninjauan dan
penyesuaian tarif air minum.
(2) Penyesuaian tarif dapat dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun dengan dasar pertimbangan sebagaimana telah diatur
dalam Pasal 88 ayat (4).
(3) Apabila atas pertimbangan tertentu penyesuaian tarif tidak dapat
dilaksanakan sesuai jadwal yang ditentukan, maka usulan
penyesuaian tarif berikutnya akan dikumulatip dengan tingkat inflasi
dan biaya pinjaman dari tahun sebelumnya.
BAB XV
KERJASAMADANPERANSERTAMASYARAKAT
BagianKesatu
Kerjasama Pihak Ketiga
Pasal 92
(1) Kerjasama dengan pihak ketiga dapat dilakukan dalam bentuk
pengelolaan dan/atau kerjasama patungan sebagai upaya untuk
pengembangan usaha, peningkatan kapasitas dan perluasan jaringan
serta cakupan pelayanan.
(2) Kerjasama dengan pihak ketiga dapat dilakukan sesuai dengan
Perundang-undangan yang berlaku dan mendapat persetujuan
perinsip dari Dewan Pengawas.
(3) Apabila dalam kerjasama tersebut sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang melibatkanAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, maka
kerjasama tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dan Walikota.

276
BagianKedua
Peran serta Masyarakat
Pasal 93
(1) Kerjasama dalam hal Pengembangan dan perluasan cakupan
pelayanan air minum, PDAM dapat bekerjasama dengan melibatkan
Peran serta masyarakat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara kerjasama yang melibatkan
peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Walikota.
BABXVI
PENGGABUNGAN/PELEBURANDANPENGAMBILALIHAN
Pasal 94
Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan PDAM ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
BABXVII
PEMBUBARANDANLIKUIDASI
Pasal 95
Pembubaran dan likuidasi PDAM ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BABXVIII
KETENTUANLAIN
Pasal 96
Selain organ PDAM, pihak manapun dilarang campur tangan dalam
kepengurusanPDAM.
BABXIX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 97
Tindak lanjut dari pendirian PDAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak
diundangkannya Peraturan Daerah ini.

277
BABXX
KETENTUANPENUTUP
Pasal 98
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai pelaksanaannya ditetapkan lebih lanjut oleh Walikota.
Pasal 99
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kota Dumai.

Ditetapkan di Dumai
pada tanggal 30 Oktober 2007
WALIKOTADUMAI,

dto,

H. ZULKIFLI A.S

Diundangkan di Dumai
pada tanggal 31 Oktober 2007
SEKRETARISDAERAHKOTADUMAI,

dto,

H. WAN FAUZI EFFENDI


Pembina Utama Muda NIP. 010055541

LEMBARANDAERAHKOTADUMAITAHUN2007NOMOR 09 SERID

278
LAMPIRAN 3

STANDAR OPERASI
PROSEDUR
1. PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGAWASAN KUALITAS AIR

a) Prosedur Operasional Standar Pengawasan Kualitas Air digunakan untuk


menjamin kualitas air hasil pengolahan SPAM memenuhi syarat sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

b) Model Prosedur Pengawasan Kualitas Air

NO. SOP JUDUL SOP REVISI KE:


6 Pengawasan Kualitas Air HALAMAN:

1. Tujuan
Untuk menjamin kualitas air hasil pengolahan SPAM memenuhi persyaratan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

2. Ruang Lingkup
Lingkup kegiatan pengawasan kualitas air meliputi:
a. mempersiapkan peralatan pengambilan sampel air sesuai dengan jumlah dan jenis
pemeriksaan yang telah direncanakan, pengambilan sampel air dan pencatatan
tanggal pengambilan sampel air;
b. melaksanakan kegiatan pengecekan kualitas sampel air terhadap parameter fisik,
kimia dan biologi di laboratorium (internal PDAM dan laboratorium rujukan);
c. melaksanakan pemantauan dan pengawasan kualitas air sesuai standar Permenkes
No. 736 tahun 2010 dan Permenkes No. 492 Tahun 2010; dan
d. melakukan kegiatan pencatatan pengawasan kualitas air.

3. Definisi
3.1
Unit pengelolaan
sarana dan prasarana SPAM yang telah terbangun siap dioperasikan dengan
membentuk organisasi penyelenggara SPAM yang dapat melibatkan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air
produksi, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan
pengembangan SPAM.

3.2
Pengelolaan kualitas air
upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya.

3.3
Pemantauan
kegiatan memantau kemajuan sebuah kegiatan agar tetap berjalan dalam prosedur
yang telah ditetapkan.

3.4
Pelaporan
kegiatan pengumpulan dan penyajian data kinerja dan informasi penyelenggara SPAM
untuk mengetahui kemajuan pekerjaan dan kualitas hasil pelayanan serta dijadikan
dasar untuk perbaikan pelayanan sesuai prosedur yang berlaku.
4. Referensi/Dokumen Terkait
Referensi/dokumen yang berkaitan dengan prosedur ini meliputi:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor PER/04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan Dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan.
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor PER/15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja.
f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Trannsmigrasi Nomor
PER/08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/ PER / 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/2010 tentang Tata
Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum.

5. Perlengkapan K3L (Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Lingkungan)


Perlengkapan K3L yang digunakan meliputi:
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
berfungsi penanganan apabila terjadi kebakaran kecil.
b. Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
kotak yang berisi obat-obatan dan peralatan yang menunjang kegiatan pertolongan
pertama pada kecelakaan yang berisi antara lain perban, obat merah dan lain-lain.
c. Alat Pelindung Diri (APD)
adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko
kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja
Republik Indonesia.
Adapun bentuk dari alat tersebut untuk operator atau teknisi adalah :
c) Safety helmet atau pelindung kepala berfungsi sebagai pelindung kepala dari
benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
d) Boot shoes atau sepatu boot berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di
tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk
melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
e) Gloves atau sarung tangan berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat
bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan
dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
f) Wearpack atau pakaian pelindung berfungsi alat pelindung dari kotoran yang
menempel pada pakaian dinas atau pakaian kantornya.

6. Uraian Prosedur
6.1 Persiapan
Tahap persiapan meliputi:
a. menyiapkan peralatan pengambilan sampel air sesuai dengan jumlah dan jenis
pemeriksaan yang telah direncanakan;
b. mengambil sampel air secara rutin, pada tempat lokasi yang telah direncanakan;
dan
c. Mencatat tanggal pengambilan sampel air.

6.2 Pengiriman sampel dan pemeriksaan sampel di laboratorium


Tahap Pengiriman sampel dan pemeriksaan sampel di laboratorium meliputi:
Pemeriksaan Eksternal:
a. membawa atau mengirim sampel air ke Laboratorium yang dimiliki Penyelenggara
SPAM atau ke laboratorium rujukan yang terdekat.

Pemeriksaaan Internal:
a. memeriksa sampel air dari unit air baku;
b. memeriksa sampel air dari unit produksi;
c. memeriksa sampel air dari unit distribusi; dan
d. memeriksa sampel air dari unit pelayanan.

6.3 Pengawasan
Tahap pengawasan meliputi:
Pemantauan Kualitas Air apabila kualitas air sesuai Standar Peraturan Menteri
Kesehatan No. 492 Tahun 2010 maka :
a. melakukan pengawasan kualitas air minum secara eksternal dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota; dan
b. melakukan pengawasan kualitas air minum secara internal yang dilaksanakan oleh
penyelenggara air minum untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi
sesuai permenkes No 492 tahun 2010.

Apabila kualitas air tidak sesuai Standar Permenkes No. 492 Tahun 2010 maka :
a. melakukan koordinasi dengan Bagian Produksi dan Distribusi; dan
b. menganalisis penyebab ketidaksesuaian kualitas.

Review dan Lakukan Perbaikan Sistem


a. melakukan pemeriksaan ulang terhadap kemungkinan gangguan-gangguan pada
masing-masing unit SPAM; dan
b. melakukan pemeriksaan unit air baku, unit produksi, unit distribusi dan unit
pelayanan

6.4 Pelaporan
Tahap pelaporan meliputi:
a. membuat laporan hasil pengawasan kualitas air untuk dilaporkan kepada bagian
terkait.

2. Lampiran
Lampiran yang diperlukan meliputi:
a. Formulir Monitoring (FM) tentang Kualitas Air
b. Formulir Isian (FI) tentang Pemeriksaan Parameter Fisik
c. Formulir Isian (FI) tentang Pemeriksaan Parameter Kimiawi
d. Formulir Isian (FI) tentang Pemeriksaan Parameter Mikrobiologi
e. Formulir Isian (FI) tentang Laporan Hasil Pencatatan Pengawasan Kualitas Air
Produksi
f. IK Pengambilan Sampel Air
g. IK Pencatatan Sampel Air
h. IK Laboratorium
i. IK Pemeriksaan Parameter Fisik

50
j. IK Pemeriksaan Parameter Kimiawi
k. IK Pemeriksaan Parameter Mikrobiologi
l. IK K3L APD
m. IK K3L APAR

51
NO. POS JUDUL POS REVISI KE:
6 Pengawasan Kualitas Air HALAMAN:

Alur Proses Dokumen


Pelaksana
Pendukung/Laporan
Mulai  IK Pengambilan  Staf Sampling/
Sampel Air Staf yang
Tahap persiapan :
 IK Pencatatan Terkait
 menyiapkan peralatan pengambilan
Sampel Air
sampel air sesuai dengan jumlah dan
 IK K3L APD
jenis pemeriksaan yang telah
direncanakan;
 mengambil sampel air secara rutin, pada
tempat lokasi yang telah direncanakan;
dan
 mencatat tanggal pengambilan sampel
air.

Membawa atau mengirim sampel air ke  IK  Staf Sampling/


Laboratorium: Laboratorium
Staf yang
 membawa atau mengirim sampel air ke  IK K3L APD
Terkait
Laboratorium yang dimiliki  IK K3L APAR
 Laboran
Penyelenggara SPAM atau ke
laboratorium rujukan yang terdekat.

 FI Pemeriksaan
 Staf Analisis
Parameter Fisik
Kimia
 FI Pemeriksaan
Pengecekan kualitas sampel air  Staf Analisis
Parameter
terhadap parameter fisik, kimia dan Fisika
Kimiawi
biologi:S  Staf Analis
 memeriksa sampel air dari unit air  FI Pemeriksaan
Mikrobiologi
baku; Parameter
 Staf yang
 memeriksa sampel air dari unit Mikrobiologi
Terkait
produksi;  IK Pemeriksaan
 memeriksa sampel air dari unit Parameter Fisik
distribusi; dan
 IK Pemeriksaan
 memeriksa sampel air dari unit
Parameter
pelayanan.
Kimiawi
 IK Pemeriksaan
Parameter
Mikrobiologi

52
Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan
A

Kualitas Air
Tidak
Sesuai Standar
Permenkes No.
492 Tahun 2010

Ya
Pemantauan kualitas air:
 melakukan pengawasan  FM Kualitas Air  Staf Analisis
kualitas air minum secara  IK K3L APD Kimia
eksternal dilakukan oleh Dinas  Staf Analisis
Kesehatan Kabupaten/Kota; dan Fisika
 melakukan pengawasan  Staf Analis
kualitas air minum secara Mikrobiologi
internal yang dilaksanakan oleh  Staf yang
penyelenggara air minum untuk Terkait
menjamin kualitas air minum
yang diproduksi sesuai
permenkes No 492 tahun 2010.

 melakukan koordinasi dengan


Bagian Produksi dan Distribusi;
dan
 menganalisa Penyebab
ketidaksesuaian kualitas.

Review dan lakukan perbaikan


sistem:
a. melakukan pemeriksaan ulang
terhadap kemungkinan
gangguan-gangguan pada
masing-masing unit SPAM;
b. melakukan pemeriksaan unit air
baku, unit produksi, unit
distribusi dan unit pelayanan;
c. melakukan koordinasi dengan
Bagian produksi dan distribusi;
dan
d. menganalisa Penyebab
ketidaksesuaian kualitas.

B C

53
Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan

 FI Laporan Hasil
B C  Supervisor
Pencatatan
Laboratorium
Pengawasan
 Staf Analisis
Kualitas Air
Pelaporan Kimia
Produksi
 membuat laporan hasil pengawasan  Staf Analisis
 FM Kualitas Air
kualitas air untuk dilaporkan Fisika
 IK K3L APAR
kepada bagian terkait.  Staf Analis
Mikrobiologi
 Staf yang
Terkait
Selesai

Keterangan :
alur proses selanjutnya
batasan tugas sesuai dengan jabatan kerja dan/atau area kerja
suatu kegiatan/pekerjaan yang dilakukan dan pengecekan
menggambarkan suatu keputusan yang diambil
konektor ke halaman berikutnya
tanda pekerjaan POS tersebut mulai atau selesai
dokumen pendukung/laporan
7. PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR SARANA DAN PRASARANA
LABORATORIUM

a) Prosedur Operasional Standar Sarana dan Prasarana Laboratorium


digunakan untuk mengelola laboratorium yang dimiliki oleh
PDAM/PAM sehingga dapat melakukan pemantauan mutu internal
yaitu sebagai fasilitas untuk melakukan analisa baik air baku
maupun air hasil olahan, sehingga produk yang dihasilkan dapat
memenuhi persyaratan yang ditentukan, selain itu juga upaya yang
dilakukan laboratorium ikut mendukung dalam memantau kinerja
unit IPA.
Manajemen operasional laboratorium yang akan disusun di sini
adalah ditujukan bagi operasional laboratorium pengujian dengan
bahan uji air dan dengan peralatan serta parameter terbatas

b) Model Prosedur Sarana dan Prasarana Laboratorium

NO. POS JUDUL POS REVISI KE:


8 Pengelolaan Sarana dan Prasarana HALAMAN:
Laboratorium
1. Tujuan
Untuk mengelola laboratorium yang dimiliki oleh PDAM/PAM sehingga
dapat melakukan pemantauan mutu internal yaitu sebagai fasilitas untuk
melakukan analisa baik air baku maupun air hasil olahan, sehingga
produk yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan,
selain itu juga upaya yang dilakukan laboratorium ikut mendukung dalam
memantau kinerja unit IPA.

Manajemen operasional laboratorium yang akan disusun di sini adalah


ditujukan bagi operasional laboratorium pengujian dengan bahan uji air
dan dengan peralatan serta parameter terbatas
2. Ruang Lingkup
Lingkup kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana laboratorium
meliputi :
a melakukan persiapan untuk pengelolaan laboratorium;
b memeriksa kelengkapan fasilitas ruangan dan operasional fasilitas
penunjang;
c memeriksa kelengkapan dan operasional peralatan laboratorium;
d menunjuk penanggung jawab alat;
e memeriksa ketersediaan bahan kimia, media, bahan kontrol;
f pengadaan bahan laboratorium;
g penyimpanan bahan;
h menentukan metode pemeriksaan;
i memeriksa ketersediaan dokumen mutu tertulis yang dapat dijadikan
pedoman kerja bagi tenaga pelaksana;
j melakukan pemantauan mutu untuk pemantapan mutu (Quality
Assurance); 62
k operasional pemeriksaan kualitas air;
l pencatatan dan pelaporan;

3. Definisi
3.1
Air minum
air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.

3.2
Zat kimia /reagen
bahan yang berbentuk zat padat (dapat berupa bubuk/powder, kristal,
butir, serpih) atau cair yang digunakan untuk membuat larutan penguji
parameter kualitas air

3.3
Zat kimia standar
zat kimia yang digunakan untuk membuat larutan standar primer dan
sekunder.

3.4
Zat kimia standar primer
zat kimia yang digunakan untuk membuat larutan standar primer yaitu
larutan yang dibuat dengan ketelitian tinggi dan konsentrasinya dapat
langsung diketahui dengan pasti.

3.5
Zat kimia standar sekunder
zat kimia yang digunakan untuk membuat larutan standar sekunder, yaitu
larutan yang konsentrasinya harus ditetapkan/ distandarisasi dengan
menggunakan standar primer, dan harus dilakukan secara
periodik/berulang-ulang, karena larutan ini tidak stabil (mudah berubah
konsentrasinya).

3.6
Larutan kimia
Zat kimia yang berbetuk cairan, biasanya terdiri dari (a) larutan standar
induk, (b) larutan standar “intermediate”, (c) larutan pereaksi/reagen, (d)
larutan indikator, (e) larutan standar untuk kalibrasi alat.

3.7
Larutan standar induk
biasa disebut juga larutan sediaan (stock) yaitu larutan standar yang
dibuat dengan konsentrasi relatif tinggi, untuk sediaan.

3.8
Larutan standar “intermediate”
larutan standar yang dibuat dengan konsentrasi lebih rendah (menurut
kebutuhan analisa) dilakukan dengan cara mengencerkan larutan induk.

63
Larutan ini dibuat/disiapkan setiap kali akan digunakan.

3.9
Larutan pereaksi/reagen
larutan yang dibuat dengan tidak memerlukan ketelitian tinggi. Larutan ini
digunakan sebagai penunjang reaksi/pereaksi, seperti misalnya larutan
pembangkit warna.

3.10
Larutan indikator
larutan yang dibuat dari zat kimia yang disebut indikator. Larutan ini
digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi dan untuk mengetahui sifat
larutan asam atau basa.

3.11
Larutan standar untuk kalibrasi alat
larutan ini dibuat dengan cara tertentu dan dengan konsentrasi tertentu,
yang digunakan untuk kalibrasi alat seperti larutan buffer pH untuk
mengkalibrasi pH-meter atau larutan KCl untuk kalibrasi Conductivity –
meter.

3.12
Media
suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan
untuk menumbuhkan mikroorganisme pada analisa parameter
mikroorganisme.

3.13
Tingkat persediaan bahan laboratorium
pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah
persediaan yaitu jumlah persediaan minimum ditambah jumlah “ safety
stock “. Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang
diperlukan untuk memenuhi kegiatan operasional normal, sampai
pengadaan berikutnya dari gudang (ruang penyimpanan umum).

3.14
Perkiraan jumlah kebutuhan bahan laboratorium:
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian
atau pembelian bahan dalam periode 6–12 bulan yang lalu, dan proyeksi
jumlah pemeriksaan/analisa untuk periode 6–12 bulan, tahun yang akan
datang, untuk itu jumlah rata – rata pemakaian bahan untuk satu bulan
perlu dicatat.

3.15
Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan
lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan
diterima dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang
sulit didapat.

3.16
Pedoman mutu/kebijakan mutu
dokumen standar yang memuat segala kebijakan dalam hal mutu yang
berlaku dalam lingkungan laboratorium bersangkutan. Dari pedoman

64
seperti ini harus tercermin secara garis besar sasaran mutu yang ingin
dicapai dan segala upaya yang dilakukan agar sasaran mutu tersebut
dapat benar – benar tercapai.

3.17
Prosedur Operasi Standar (Standard Operating Procedure = POS ) /
Prosedur Tetap = Protap
dokumen standar yang memuat langkah-langkah utama dalam
mengerjakan suatu aktivitas.

3.18
Petunjuk Teknis / Instruksi Kerja = IK
dokumen standar yang yang mengatur bagaimana segala langkah teknis
harus dilakukan. Sebagai petunjuk teknis untuk mendukung Protap, perlu
dibuat pedoman bagi masing – masing analisa parameter.

4. Referensi/Dokumen Terkait
Referensi/dokumen yang berkaitan dengan prosedur ini meliputi:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER/04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan Dan
Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan.
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
d. Keputusuan Menteri Otonomi Daerah Nomor 8 tahun 2000 tentang
Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum.

5. Perlengkapan K3L (Kesehatan dan Keselamatan di Lingkungan Kerja)


Perlengkapan K3L yang digunakan disesuaikan dengan kegiatan masing-
masing.

6. Uraian Prosedur
6.1 Persiapan
Tahap persiapan meliputi:
a. memeriksa kebersihan ruangan laboratorium.

6.2 Kelengkapan fasilitas ruangan dan operasional fasilitas penunjang


Tahap kelengkapan fasilitas ruangan dan operasional fasilitas penunjang
meliputi:
a. Semua ruangan harus memenuhi persyaratan tata ruang
laboratorium dan disesuaikan dengan peruntukkannya.
b. Fasilitas Penunjang
1) Bak di laboratorium yang dilengkapi dengan aliran air dari berbagai
unit seperti: air baku, air hasil sedimentasi, air hasil filtrasi dan air
di reservoir.
2) Utilitas :
2.1) Listrik, sedapat mungkin tidak boleh mati, harus ada
generator, karena ada alat yang harus terus menerus hidup,
jika digunakan seperti: Inkubator, medicool,
kulkas/refrigerator, dan lain-lain.
2.2) Air, sedapat mungkin tidak boleh mati, harus ada cadangan

65
air yang dapat terus mengalir walaupun pompa air tidak jalan
atau air PAM/PDAM macet, karena harus ada aliran air ke
dalam alat seperti kondensor, sebagai air pendingin.

6.3 Kelengkapan dan operasional peralatan laboratorium


Tahap kelengkapan dan operasional peralatan laboratorium meliputi:
a. Kesesuaian jenis peralatan dengan rencana pengujian kualitas air
b. Penggunaan, pemeliharaan dan pencegahan kerusakan alat
1) Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan
(”Instruction manual” ) yang berisi cara-cara operasional alat dan
hal – hal yang perlu diperhatikan. Petunjuk penggunaan alat ini,
diberikan oleh pabrik yang memproduksi alat tsb.
2) Cara penggunaan atau cara pengoperasian masing-masing jenis
peralatan laboratorium harus ditulis dalam prosedur tetap/protap
atau biasanya berupa “Instruksi Kerja“ (IK), yang mempunyai
identifikasi seperti Protap.
3) Pada setiap peralatan harus dilakukan pemeliharaan pencegahan
(”preventive maintenance”) secara rutin, yaitu semua kegiatan yang
dilakukan agar diperoleh kondisi optimal, dapat beroperasi dengan
baik, dan tidak terjadi kerusakan
4) Setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan yang diletakkan
pada atau di dekat alat tersebut, untuk mencatat setiap tindakan
pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang
ditemukan.
5) Bila ditemui kelainan pada alat, maka harus segera dilaporkan
kepada penanggung jawab alat untuk dilakukan perbaikan.

c. Pemecahan Masalah Kerusakan alat


1) mencari penyebab terjadinya penampilan alat yang tidak
memuaskan; dan
2) memilih cara penanganan yang benar untuk mengatasinya.

d. Kalibrasi Peralatan untuk mendapatkan hasil analisa yang terpercaya


dan menjamin penampilan hasil analisa.

6.4 Penunjukkan Penanggung Jawab Alat


Tahap penunjukkan penanggung jawab alat meliputi:
a. berbagai jenis alat yang digunakan di laboratorium mempunyai cara
operasional dan pemeliharaan yang berbeda satu dengan yang lainnya,
dan biasanya satu alat digunakan oleh lebih dari 1 (satu) orang.
Pemeliharaan alat harus dilakukan sendiri oleh petugas laboratorium.
Oleh karena itu harus ditentukan seorang petugas yang bertanggung
jawab atas kegiatan pemeliharaan alat serta operasional alat melalui
kegiatan pemantauan serta mengusahakan perbaikan apabila terjadi
kerusakan.

6.5 Pemeriksaan ketersediaan bahan kimia, media, bahan kontrol


Tahap pemeriksaan ketersediaan bahan kimia, media, bahan kontrol
meliputi:
a. bahan kimia seperti zat kimia / reagen, zat kimia standar, dan
macam – macam larutan kimia;
b. media untuk pertumbuhan mikroorganisme;
c. bahan kontrol untuk memantau ketepatan suatu pemeriksaan di

66
laboratorium, atau untuk mengawasi hasil pemeriksaan rutin/ sehari–
hari; dan
d. Air yang digunakan di laboratorium adalah air suling (aquadest).

6.6 Pengadaan bahan laboratorium


Tahap pengadaan bahan laboratorium:
a. harus mempertimbangkan: (1) Tingkat Persediaan, (2) Perkiraan Jumlah
Kebutuhan, (3) Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan.

6.7 Penyimpanan
Tahap penyimpanan meliputi:
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat
dengan mempertimbangkan:
a. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah : “Pertama masuk
– pertama keluar “, yaitu bahwa barang yang lebih dahulu masuk
persediaan, harus digunakan lebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk
menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama.
b. Tempat penyimpanan harus nyaman, misal ruang mempunyai ventilasi
dan sirkulasi udara cukup memadai.
c. Suhu/Kelembaban memenuhi syarat.
d. Lama/waktu penyimpanan dengan melihat masa kedaluarsa.
e. Ketidaksesuaian.

6.8 Metode pemeriksaan


Tahap pemeriksaan meliputi:
a. Memilih metode pemeriksaan dengan mempertimbangan:
1) Tujuan pemeriksaan/analisa
2) Alat yang digunakan ( sensitivitas, batas deteksi )
3) Presisi dan akurasi yang diinginkan
4) Mengacu kepada standar nasional atau internasional atau yang
sudah melalui uji coba/penelitian yang diakui.
5) Bahan laboratorium yang tersedia

b. Evaluasi menggunakan metode yang perlu dikaji ulang secara periodik


mengingat:
1) Ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dari
waktu ke waktu.
2) Untuk memastikan bahwa metode tersebut masih tetap memiliki
makna yang berarti, untuk tetap digunakan.

6.9 Ketersediaan dokumen mutu tertulis yang dapat dijadikan pedoman


kerja bagi tenaga pelaksana.
Tahap ketersediaan dokumen mutu tertulis yang dapat dijadikan pedoman
kerja bagi tenaga pelaksana.
a. Dokumen standar dengan jenjang (1) Normatif : Pedoman Mutu
/Kebijakan Mutu, (2) Tingkat Menengah : Prosedur Operasi Standar
(Standard Operating Procedure = POS) /Prosedur Tetap = Protap, (3) T e
k n i s : Petunjuk Teknis / Instruksi Kerja = IK

6.10 Operasional pemeriksaan kualitas air


Tahap operasional pemeriksaan kualitas air meliputi:

67
a. Pemeriksaan kualitas air secara fisik
b. Pemeriksaan kualitas air secara kimiawi:
1) Uji kualitas bahan kimia/reagen/media
2) Uji KUALITAS zat kimia/reagen

6.11 Penanganan dan penampungan limbah laboratorium :


Tahap penanganan dan penampungan limbah laboratorium meliputi:
a. melakukan kegiatan pemisahan (1) Untuk memudahkan jenis limbah
(padat) yang akan dibuang adalah dengan cara menggunakan kantong
berkode warn, (2) Untuk tempat limbah cair digunakan wadah
(biasanya jerigen plastik) dan ditandai dengan tulisan sesuai jenis
limbah, (3) Limbah bekas analisa mikrobiologi (bekas fermentasi) harus
diolah sebelum dibuang, biasanya disterilkan dengan autoclave atau
direbus menggunakan panci bertekanan; dan
b. menyediakan penampungan limbah dan meletakkan di tempat yang
aman dan higienis.

6.12 Pengolahan limbah berdasarkan sifat limbah


Tahap pengolahan limbah berdasarkan sifat limbah meliputi:
a. Netralisasi , limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa dan
yang bersifat basa dinetralkan dengan asam;
b. Pengendapan/Presipitasi, (1) untuk limbah yang mengandung
logam/logam berat, bisa dengan cara pengendapan pada pH tinggi (9-
12) (2) Untuk memperbesar partikel / endapan yang terbentuk, bisa
ditambahkan bahan koagulan (coagulant aid), jadi proses pengendapan
dilanjutkan dengan proses koagulasi-flokulasi, sedimentasi dan filtrasi
bila perlu;
c. Koagulasi-flokulasi dilanjutkan dengan pengendapan; dan
d. Oksidasi-reduksi yang digunakan untuk limbah organik,
e. Penukaran Ion , ion- ion logam berat dan kation-kation (ion positif)
dapat diserap oleh resin kationik dan anion-anion (ion negatif) dapat
diserap oleh resin anionik.

6.13 Pencatatan dan pelaporan


Tahap pencatatan dan pelaporan meliputi:
a. Pencatatan kegiatan laboratorium dilakukan sesuai dengan jenis
kegiatannya, seperti berikut:
1) pencatatan kegiatan pelayanan jasa laboratorium;
2) pencatatan kegiatan sampling;
3) pencatatan kegiatan analisa;
4) pencatatan pemakaian zat kimia dan bahan lainnya;
5) pencatatan inventarisasi peralatan/instrument;
6) pencatatan pemantauan mutu;
7) pencatatan kalibrasi dan kontrol alat/instrumen ;
8) pencatatan keuangan; dan
9) pencatatan logistic.

b. Pelaporan kegiatan laboratorium diantaranya:


1) laporan kegiatan rutin (harian, bulanan, triwulan, tahunan);
2) laporan hasil analisa/Sertifikat Hasil Uji (SHU); dan
3) laporan keuangan.

c. Penyimpanan Dokumen

68
1) salinan data penerimaan contoh uji;
2) salinan laporan hasil analisa;
3) salinan ijazah, sertifikat pelatihan personil;
4) arsip surat-surat masuk dan keluar;
5) dokumen panduan mutu dan kebijakan mutu (termasuk yang
asli);
6) dokumen Prosedur Analisa (POS) (termasuk yang asli); dan
7) dokumen instruksi kerja alat (termasuk yang asli).

d. Pemusnahan dokumen adalah bagi dokumen yang dapat dimusnahkan


atau sudah kedaluarsa. Pelaksanaan kegiatan pemusnahan harus
disertai berita acara, seperti berikut: (1) Tanggal, bulan, dan tahun
pemusnahan, (2) Penanggung jawab/otorisasi pemusnahan dokumen

7. Lampiran
Lampiran yang diperlukan meliputi:
a. Formulir Monitoring (FM) tentang Kebersihan dan pengamanan
laboratorium
b. Formulir Monitoring (FM) tentang Kelengkapan fasilitas ruangan dan
penunjang
c. Formulir Monitoring (FM) tentang Kelengkapan peralatan laboratorium
d. Formulir Monitoring (FM) tentang Ketersediaan bahan kimia, media
dan bahan kontrol
e. Formulir Monitoring (FM) tentang Metode pemeriksaan dan evaluasi
f. Formulir Monitoring (FM) tentang penanganan dan penampungan
limbah laboratorium
g. Formulir Monitoring (FM) tentang pengolahan limbah laboratorium
h. Formulir Isian (FI) tentang Kerusakan alat
i. Formulir Isian (FI) tentang Permintaan pengadaan bahan laboratorium
j. Formulir Isian (FI) tentang permasalahan laboratorium penyimpanan
k. Formulir Isian (FI) tentang hasil pemeriksaan air
l. Pedoman mutu
m. Prosedur Operasi Mutu
n. SK Penanggung jawab alat
o. IK alat laboratorium
p. IK pemeriksaan parameter kualitas airt
q. IK uji kualitas bahan kimia/reagen/media
r. IK K3L APAR
s. IK Pembuatan Laporan
t. IK Pemusnahan dokumen

69
NO. POS JUDUL POS REVISI KE:
8 Pengelolaan Sarana dan HALAMAN:
Prasarana Laboratorium
Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan

Mulai  FM Kebersihan
 Supervisor
Ruangan
laboratorium
Persiapan:  IK K3L APAR
 Laboran
Memeriksa kebersihan ruangan
laboratorium

Memeriksa kelengkapan fasilitas  FM  Supervisor


ruangan dan operasional fasilitas Kelengkapan laboratorium
penunjang fasilitas
 Semua ruangan harus memenuhi ruangan dan
persyaratan tata ruang laboratorium penunjang
dan disesuaikan dengan  IK K3L APAR
peruntukkannya.
Fasilitas Penunjang:
 Bak di laboratorium yang dilengkapi
dengan aliran air dari berbagai unit
seperti: air baku, air hasil
sedimentasi, air hasil filtrasi dan air di
reservoir.
 Instalasi Pengolahan Limbah
 Utilitas :
 Listrik, sedapat mungkin tidak
boleh mati, harus ada generator,
karena ada alat yang harus terus
menerus hidup, jika digunakan
seperti : Inkubator, medicool,
kulkas/refrigerator, dll.
 Air, sedapat mungkin tidak boleh
mati, harus ada cadangan air yang
dapat terus mengalir walaupun
pompa air tidak jalan atau air
PAM/PDAM macet, karena harus
ada aliran air ke dalam alat seperti
kondensor, sebagai air pendingin

Tidak
Kelengkapan
Fasilitas?

Ya
A

70
Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan
A

Kelengkapan dan operasional peralatan  FM Kelengkapan  Supervisor


laboratorium peralatan laboratorium
Kesesuaian jenis peralatan dengan laboratorium  Supervisor
rencana pengujian kualitas air  IK alat sampling dan
Penggunaan, pemeliharaan dan laboratorium verifikator
pencegahan kerusakan alat alat ukur
A  FI Kerusakan
 setiap peralatan harus dilengkapi dengan alat  Verifikator
petunjuk penggunaan (”Instruction alat ukur
 IK K3L APAR
manual”) yang berisi cara-cara  Staf Analis
operasional alat dan hal – hal yang perlu kimia dan
diperhatikan. Petunjuk penggunaan alat fisika/staf
ini, diberikan oleh pabrik yang analisis
memproduksi alat tsb; mikrobiologi/
 cara penggunaan atau cara Staf yang
pengoperasian masing – masing jenis Terkait
peralatan laboratorium harus ditulis
dalam prosedur tetap/protap atau
biasanya berupa “Instruksi Kerja “ (IK),
yang mempunyai identifikasi seperti
Protap;
 pada setiap peralatan harus dilakukan
pemeliharaan pencegahan ( ”preventive
maintenance”) secara rutin, yaitu semua
kegiatan yang dilakukan agar diperoleh
kondisi optimal, dapat beroperasi dengan
baik, dan tidak terjadi kerusakan;
 setiap alat harus mempunyai kartu
pemeliharaan yang diletakkan pada atau
di dekat alat tersebut, untuk mencatat
setiap tindakan pemeliharaan yang
dilakukan dan kelainan – kelainan yang
ditemukan; dan
 bila ditemui kelainan pada alat, maka
harus segera dilaporkan kepada
penanggung jawab alat untuk dilakukan
perbaikan.
Pemecahan Masalah Kerusakan alat
 mencari penyebab terjadinya penampilan
alat yang tidak memuaskan; dan
 memilih cara penanganan yang benar
untuk mengatasinya.
Kalibrasi Peralatan untuk mendapatkan
hasil analisa yang terpercaya dan
menjamin penampilan hasil analisa

B C

71
Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan

B C
 SK Penanggung  Manager
Tidak jawab alat laboratorium
 IK K3L APAR  Supervisor
Kelengkapan Laboratorium
Fasilitas?

Ya
Penunjukan Penanggung jawab Alat
 berbagai jenis alat yang digunakan di
laboratorium mempunyai cara
operasional dan pemeliharaan yang
berbeda satu dengan yang lainnya,
dan biasanya satu alat digunakan
oleh lebih dari 1 (satu) orang.
Pemeliharaan alat harus dilakukan
sendiri oleh petugas laboratorium.
Oleh karena itu harus ditentukan
seorang petugas yang bertanggung
jawab atas kegiatan pemeliharaan
alat serta operasional alat melalui
kegiatan pemantauan serta
mengusahakan perbaikan apabila
terjadi kerusakan.

Ada Tidak
Penanggung
jawab alat ?

Ya
Memeriksa ketersediaan bahan kimia,  FM
 Manager
media, bahan kontrol Ketersediaan
laboratorium
 bahan kimia seperti zat kimia / reagen, bahan kimia,
 Supervisor
zat kimia standar, dan macam – media dan
Laboratorium
macam larutan kimia; bahan kontrol
 Analis kimia
 media untuk pertumbuhan  FI Permintaan
dan
mikroorganisme; pengadaan
fisika/staf
 bahan kontrol untuk memantau bahan
analisis
ketepatan suatu pemeriksaan di
mikrobiologi/
laboratorium, atau untuk mengawasi
Staf yang
hasil pemeriksaan rutin/ sehari – hari;
Terkait
dan
 air yang digunakan di laboratorium
adalah air suling (aquadest).

D E

72
Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan

D E  FM Ketersediaan  Manager
bahan kimia, laboratorium
media dan  Supervisor
Tidak bahan kontrol Laboratorium
Ketersediaan  FI Permintaan
bahan? pengadaan
bahan
Ya laboratorium
 IK K3L APAR
Pengadaan bahan laboratorium
harus mempertimbangkan:
 tingkat persediaan;
 perkiraan jumlah kebutuhan; dan
 waktu yang dibutuhkan untuk
mendapatkan bahan.

belum  Manager
Pertimbangan laboratorium
ketersediaan  Supervisor
bahan? Laboratorium
 Analis kimia
Sudah dan
fisika/staf
analisis
Penyimpanan
mikrobiologi/
Bahan laboratorium yang sudah ada
Staf yang
harus ditangani secara cermat dengan
Terkait
mempertimbangkan :
 perputaran pemakaian dengan
menggunakan kaidah : “ Pertama
masuk – pertama keluar “, yaitu
bahwa barang yang lebih dahulu
masuk persediaan, harus
digunakan lebih dahulu. Hal ini
dilakukan untuk menjamin
barang tidak rusak akibat
penyimpanan yang terlalu lama;
 tempat penyimpanan harus
nyaman, misal ruang mempunyai
ventilasi dan sirkulasi udara
cukup memadai;
 suhu/kelembaban memenuhi
syarat; dan
 lama/waktu penyimpanan
dengan melihat masa kedaluarsa.

F G

73
Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan

F G

Penyimpanan
sesuai
ketentuan

Metode pemeriksaan  FM Metode  Manager


Memilih metode pemeriksaan dengan pemeriksaan laboratorium
mempertimbangan: dan evaluasi  Supervisor
 tujuan pemeriksaan/analisa;  IK K3L APAR laboratorium
 alat yang digunakan ( sensitivitas,  Analis kimia
batas diteksi); dan
 presisi dan akurasi yang diinginkan; fisika/staf
 mengacu kepada standar nasional analisis
atau internasional atau yang sudah mikrobiologi/
melalui uji coba/penelitian yang Staf yang
diakui; dan Terkait
 bahan laboratorium yang tersedia.
Evaluasi menggunakan metode yang
perlu dikaji ulang secara periodik
mengingat :
 ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terus berkembang dari waktu ke
waktu; dan
 Untuk memastikan bahwa metode
tersebut masih tetap memiliki makna
yang berarti, untuk tetap digunakan.

Tidak
Metode
pemeriksaan dan
evaluasi sesuai
ketentuan berlaku?

Ya
H

74
Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan

H
 Pedoman mutu  Manager
 Prosedur Operasi laboratorium
Ketersediaan dokumen mutu tertulis yang Mutu  Supervisor
dapat dijadikan pedoman kerja bagi  IK pemeriksaan Laboratorium
tenaga pelaksana. parameter  Supervisor
Dokumen standar dengan jenjang kualitas air sampling dan
 normatif : pedoman mutu/kebijakan  IK K3L APAR verifikator
mutu; alat ukur
 tingkat menengah : Prosedur Operasi
Standar ( Standard Operating Procedure
= POS ) / Prosedur tetap = Protap; dan
 (3) Teknis : Petunjuk Teknis/Instruksi
Kerja = IK

Ketersediaan Tidak
dokumen mutu
sesuai standar
yang berlaku?

Ya
 Manager
 Pedoman mutu laboratorium
 Prosedur Opersi  Supervisor
Mutu Laboratorium
Melakukan pemantauan mutu untuk
 IK pemeriksaan Supervisor
pemantapan mutu (quality assurance) parameter sampling dan
kualitas airt verifikator
 IK K3L APAR alat ukur
Tidak
Pemantauan
mutu
dilakukan?

75
Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan

I  Pedoman mutu
 Manager
 Prosedur Opersi
laboratorium
Mutu
 Supervisor
Operasional sampling dan pemeriksaan Pengelolaan
Laboratorium
kualitas air laboratorium
 Supervisor
 sampling air;  IK pemeriksaan
sampling dan
 pemeriksaan kualitas air secara fisik; kualitas
verifikator
 pemeriksaan kualitas air secara  IK uji kualitas
alat ukur
kimiawi; bahan
 uji kualitas bahan kimia/reagen/media; kimia/reagen
dan
 uji kualitas zat kimia/reagen.

 FM kebersihan  Supervisor
Melakukan kegiatan untuk pengamanan
dan laboratorium
laboratorium
pengamanan  Laboran
Laboratorium
 IK K3L APAR

Melakukan penanganan dan  FM penanganan


 Manager
penampungan limbah laboratorium : dan
laboratorium
penampungan
1) Melakukan kegiatan pemisahan  Supervisor
limbah
 untuk memudahkan jenis limbah Laboratorium
laboratorium
(padat) yang akan dibuang adalah  Analis kimia
dengan cara menggunakan kantong  FI permasalahan
dan
berkode warn; laboratorium
fisika/staf
 untuk tempat limbah cair  IK K3L APAR
analisis
digunakan wadah (biasanya jerigen
plastik) dan ditandai dengan mikrobiologi/
tulisan sesuai jenis limbah; dan Staf yang
 limbah bekas analisa mikrobiologi Terkait
(bekas fermentasi) harus diolah
sebelum dibuang, biasanya
disterilkan dengan autoclave atau
direbus menggunakan panci
bertekanan.
2) Menyediakan penampungan limbah
dan meletakkan di tempat yang aman
dan higienis.

76
Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan

Pengolahan limbah berdasarkan sifat  FM pengolahan  Manager


limbah limbah laboratorium
 netralisasi ,limbah yang bersifat asam laboratorium  Supervisor
dinetralkan dengan basa dan yang  FI permasalahan Laboratorium
laboratorium  Analis kimia
bersifat basa dinetralkan dengan
 IK K3L APAR dan
asam;
 pengendapan/presipitasi, (1) untuk fisika/staf
limbah yang mengandung analisis
logam/logam berat, bisa dengan cara mikrobiologi/
pengendapan pada pH tinggi (9–12) Staf yang
(2) untuk memperbesar partikel/ Terkait
endapan yang terbentuk, bisa
ditambahkan bahan koagulan
(coagulant aid), jadi proses
pengendapan dilanjutkan dengan
proses koagulasi–flokulasi,
sedimentasi dan filtrasi bila perlu;
 koagulasi–flokulasi dilanjutkan
dengan pengendapan;
 oksidasi–reduksi yang digunakan
untuk limbah organik; dan
 penukaran Ion , ion – ion logam berat
dan kation–kation (ion positif) dapat
diserap oleh resin kationik dan anion
–anion (ion negatif) dapat diserap oleh
resin anionik.

77
Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan

Pencatatan dan pelaporan  IK Pembuatan  Manager


Pencatatan kegiatan laboratorium Laporan laboratorium
dilakukan sesuai dengan jenis  IK Pemusnahan
 Supervisor
kegiatannya, seperti berikut : dokumen
Pembaca
 pencatatan kegiatan pelayanan jasa  IK K3L APAR
Meter
laboratorium;  Supervisor
 pencatatan kegiatan sampling; Pengolahan
 pencatatan kegiatan analisa; Data dan
 pencatatan pemakaian zat kimia dan Software
bahan lainnya;  Staf Analis
 pencatatan inventarisasi Penggunaan
peralatan/instrument; Air/ Staf
 pencatatan pemantauan mutu; Yang Terkait
 pencatatan kalibrasi dan kontrol  Supervisor
alat/instrument; Laboratorium
 pencatatan keuangan; dan  Analis kimia
 pencatatan logistic. dan
Pelaporan kegiatan laboratorium fisika/staf
diantaranya analisis
 laporan kegiatan rutin (harian, bulanan, mikrobiologi/
triwulan, tahunan); Staf yang
 laporan hasil analisa/Sertifikat Hasil Uji Terkait
( SHU ); dan  Supervisor
 laporan keuangan. sampling dan
Penyimpanan Dokumen verifikator
 salinan data penerimaan contoh uji; alat ukur
 salinan laporan hasil analisa;  Staf sampling
 salinan ijazah, sertifikat pelatihan  Verifikator
personil; alat ukur
 arsip surat – surat masuk dan keluar;
 dokumen Panduan Mutu dan Kebijakan
Mutu (termasuk yang asli);
 dokumen Prosedur Analisa (POS)
(termasuk yang asli); dan
 dokumen instruksi kerja alat ( ternasuk
yang asli.
Pemusnahan dokumen adalah bagi
dokumen yang dapat dimusnahkan atau
sudah kedaluarsa. Pelaksanaan kegiatan
pemusnahan harus disertai berita acara,
seperti berikut:
 tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan,
 penanggung jawab/otorisasi
pemusnahan dokumen.

Selesai

78
Keterangan :
alur proses selanjutnya
batasan tugas sesuai dengan jabatan kerja dan/atau area kerja
suatu kegiatan/ pekerjaan yang dilakukan dan pengecekan
menggambarkan suatu keputusan yang diambil
konektor ke halaman berikutnya
tanda pekerjaan POS tersebut mulai atau selesai

dokumen pendukung/laporan
1. PROSEDUR PERENCANAAN SAMBUNGAN BARU DAN PERLUASAN
DISTRIBUSI

a) Prosedur Operasional Standar Perencanaan Sambungan Baru dan


Perluasan Distribusi digunakan untuk merencanakan penambahan dan
pemasangan sambungan baru di wilayah infield serta perluasan jaringan
distribusi di wilayah brownfield dengan kapasitas yang masih tersedia.

b) Model Prosedur Perencanaan Sambungan Baru dan Perluasan Distribusi

NO. JUDUL POS REVISI KE:


POS Perencanaan Sambungan Baru dan HALAMAN:
1 Perluasan Jaringan Distribusi
1. Tujuan
Untuk merencanakan penambahan dan pemasangan sambungan baru di
wilayah infield serta perluasan jaringan distribusi di wilayah brownfield dengan
kapasitas yang masih tersedia.

2. Ruang Lingkup
Lingkup kegiatan perencanaan sambungan baru dan perluasan jaringan
distribusi meliputi :
a. Mempersiapkan pekerjaan perencanaan sambungan baru dan perluasan
jaringan distribusi.
b. Melaksanakan pekerjaan perencanaan sambungan baru dan perluasan
jaringan distribusi di wilayah brownfield.
c. Melakukan analisis dan evaluasi kondisi eksisting.
d. Survei lapangan.
e. Review perencanaan yang sudah ada.
f. Perencanaan perluasan jaringan distribusi.
g. Perhitungan biaya dan jadwal pembangunan/pemasangan baru.
h. Menyusun pelaporan.

3. Definisi
3.1
Unit pelayanan
sarana untuk mengambil air minum langsung oleh masyarakat yang terdiri
dari sambungan rumah/langganan, hidran umum/kran umum dan hidran
kebakaran.

3.2
Air minum
air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

1
3.3
Sambungan langganan/rumah
jenis sambungan pelanggan yang mensuplai airnya langsung ke rumah-
rumah/ pelanggan biasanya berupa sambungan pipa-pipa distribusi air
melalui meter air dan instalasi pipanya didalam rumah.

3.4
Pelanggan
orang perseorangan, kelompok masyarakat, atau instansi yang mendapatkan
layanan air minum dari Penyelenggara setelah memenuhi persyaratan2 yang
ditetapkann oleh penyelenggara.

3.5
Meter air (water meter)
alat untuk mengukur volume air yang dipergunakan pelanggan/konsumen
dalam periode waktu tertentu.

3.6
Pipa pelayanan
pipa yang meghubungkan antara jaringan distribusi pembagi dengan
Sambungan Rumah.

3.7
Gambar tipikal
model – model/ tipe - tipe gambar standar yang umum dijadikan pedoman
dalam pelaksanaan pekerjaan/ pemasangan di lapangan.

3.8
Pipa distribusi
pipa yang dipergunakan untuk mendistribusikan air minum dari reservoir ke
pelanggan atau konsumen.

3.9
Jaringan pipa distribusi
ruas pipa pembawa air dari bak penampung reservoir sampai jaringan
pelayanan.

3.10
Zona distribusi
suatu area pelayanan dalam wilayah pelayanan air minum yang dibatasi oleh
pipa jaringan distribusi utama (distribusi primer).

3.11
Pompa
alat dengan bantuan motor yang berfungsi mengalirkan air ke tempat yang
telah ditentukan dengan debit dan tinggi tekan (head) yang telah ditentukan.

3.12
Reservoir
tempat penyimpanan air untuk sementara sebelum didistribusikan kepada
pelanggan atau konsumen.

2
3.13
Green field
pengembangan SPAM pada wilayah pelayanan baru yang belum ada jaringan
SPAM dan belum masuk dalam rencana SPAM PDAM.

3.14
In field
pengembangan SPAM didalam wilayah pelayanan eksisting.

3.15
Idle capacity
kapasitas belum terpakai/menganggur.

3.16
Brownfield
pengembangan SPAM pada wilayah yang sudah ada pelayanan sebelumnya,
namun saat ini tidak berfungsi.

4. Referensi/Dokumen Terkait
Referensi/dokumen yang berkaitan dengan prosedur ini meliputi:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER/04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan Dan Pemeliharan
Alat Pemadam Api Ringan.
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan.
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER/15/MEN/VIII/2008 Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di
Tempat Kerja
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Teknis Kelayakan Investasi Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum Oleh Perusahaan Daerah Air Minum.
f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Tramisgrasi Nomor
PER/08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.

5. Perlengkapan K3L (Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Lingkungan)


Perlengkapan K3L yang digunakan meliputi:
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
berfungsi penanganan apabila terjadi kebakaran kecil.

6. Uraian Prosedur
6.1 Persiapan
Tahap persiapan meliputi:
a. Menyiapkan usulan rencana penambahan sambungan baru dan perluasan
jaringan distribusi sesuai dengan besarnya idle capacity yang dapat
dimanfaatkan.
b. Menyiapkan tim perencanaan untuk penambahan sambungan baru dan
perluasan jaringan distribusi.
c. Menyelenggarakan rapat koordinasi.
d. Mengumpulkan data eksisting dan gambar yang diperlukan.
3
e. Bekerjasama dengan pihak ketiga untuk membuat perencanaan (jika
diperlukan).

6.2 Analisis dan Evaluasi Kondisi Eksisting (Infield)


Tahap analisis dan evaluasi kondisi eksisting meliputi:
a. Menganalisa kondisi eksisting
b. Mengevaluasi data penambahan sambungan baru dan tingkat konsumsi
pemakaian air 5 tahun terakhir berikut trend pertumbuhannya
c. Mendata dan menganalisis daftar tunggu/ waiting-list sambungan baru
d. Menganalisis dan mengevaluasi kondisi hidrolis (sisa tekanan) jaringan
pipa distribusi eksisting di lokasi calon penambahan sambungan baru
e. Mempelajari rencana induk kota/ kawasan dan RTRW/ RDTR

6.3 Survei dan Pengukuran Lapangan


Tahap survei dan pengukuran lapangan meliputi:
a. Melakukan survei ke lokasi calon pelanggan dan kondisi jaringan
eksisting.
b. Merencanakan rencana lokasi penambahan sambungan baru (infield
dan/atau brownfield)
c. Mengukur rencana jalur yang diperlukan untuk penambahan jaringan
distribusi
d. Mengukur sisa tekanan yang ada di rencana daerah penambahan
sambungan baru
e. Menghitung dan mensimulasi hidrolis sistem eksisting

6.4 Perencanaan Jaringan Distribusi (apabila diameter dan tekanan tidak


sesuai perencanaan)
Tahap perencanaan jaringan distribusi meliputi:
a. Mengecek kondisi jaringan distribusi eksisting
b. Menghitung kapasitas perpipaan yang diperlukan sesuai dengan besarnya
sisa tekanan minimum yang direncanakan (infield dan brownfield)
c. Membuat rencana penambahan pipa (paralel atau mengganti pipa baru)
sesuai dengan hasil perhitungan hidrolis (infield)
d. Menghitung kebutuhan penambahan kapasitas sistem perpompaan (jika
diperlukan)

6.5 Perhitungan Biaya Dan Rencana Pembangunan


Tahap perhitungan biaya dan rencana pembangunan meliputi:
a. Menghitung rencana anggaran biaya (RAB) untuk penambahan dan
perluasan jaringan distribusi yang diperlukan.
b. Membuat jadwal rencana pelaksanaan
c. Mengusulkan program dan pekerjaan perluasan jaringan untuk disetujui
dan dilaksanakan

6.6 Perencanaan Sambungan Baru


Tahap perencanaan sambungan baru meliputi:
a. Membuat rencana penambahan sambungan baru sesuai dengan tahapan
yang telah direncanakan
b. Membuat strategi pemasaran

4
6.7 Pelaporan
Tahap pelaporan meliputi:
a. Membuat laporan perencanaan sambungan baru dan perluasan jaringan
distribusi.
b. Membuat gambar-gambar teknis
c. Membuat laporan RAB dan dokumen lelang

7. Lampiran
Lampiran yang diperlukan meliputi:
a. Formulir Isian (FI) Tentang Daftar Tim Perencana Sambungan Baru dan
Perluasan Jaringan Distribusi
b. Formulir Isian (FI) Tentang Daftar Hadir Rapat Koordinasi
c. Formulir Isian (FI) Tentang Surat Perintah Kerja
d. Formulir Isian (FI) Tentang Daftar Permohonan Sambungan Baru
e. Formulir Isian (FI) Tentang Data Calon Pelanggan
f. Formulir Isian (FI) Tentang Daftar Tunggu/ Waiting-List Calon Pelanggan
g. Formulir Isian (FI) Tentang Survei Sosek dan RDS
h. Formulir Isian (FI) Tentang Data Hasil Survey
i. Formulir Isian (FI) Tentang Rencana Jalur Pipa Distribusi
j. Formulir Isian (FI) Tentang Daftar Peralatan dan Perlengkapan
k. IK Rapat Koordinasi
l. IK Pembuatan Laporan
m. IK K3L APAR
n. IK K3L APD
o. Dokumen Master Plan Kota/RTRW/RDTR
p. Laporan Audit Kinerja PDAM
q. Gambar Peta Jaringan Distribusi
r. Gambar Peta Kondisi Air Tanah
s. Laporan Bidang Teknik PDAM
t. Dokumen Perencanaan
u. Dokumen Hasil RDS

5
NO. POS JUDUL POS REVISI KE:
1 Perencanaan Sambungan HALAMAN:
Baru dan Perluasan
Jaringan Distribusi

Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan

Mulai
 Supervisor
 FI Daftar Tim Perencanaan
Tahap persiapan : Perencana Teknik
 menyiapkan usulan rencana Sambungan Baru  Supervisor
penambahan sambungan baru dan dan Perluasan Litbang Teknik
perluasan jaringan distribusi sesuai Jaringan
 Staf
dengan besarnya idle capacity yang Distribusi Perencanaan
dapat dimanfaatkan;  FI Daftar Hadir Jaringan Pipa
 menyiapkan tim perencanaan untuk Rapat Koordinasi dan Sambungan
penambahan sambungan baru dan  IK Rapat Rumah/ Staf
perluasan jaringan distribusi; Koordinasi yang Terkait
 menyelenggarakan rapat koordinasi;  IK K3L APAR
 mengumpulkan data eksisting dan  FI Surat Perintah
gambar yang diperlukan; Kerja
 bekerjasama dengan pihak ketiga
untuk membuat perencanaan (jika
diperlukan).

Analisis dan evaluasi kondisi eksisting  FI Daftar


Permohonan  Staf
(infield): Sambungan Baru Perencanaan
 menganalisa kondisi eksisting  FI Data Calon Jaringan Pipa &
 mengevaluasi data penambahan Pelanggan Sambungan
sambungan baru dan tingkat  FI Daftar Tunggu/
Rumah/ Staf
konsumsi pemakaian air 5 tahun Waiting-List Calon
Pelanggan Yang Terkait
terakhir berikut trend  Staf Litbang
 FI Survei Sosek
pertumbuhannya dan RDS Teknik
 mendata dan menganalisis daftar  IK K3L APAR
tunggu/ waiting-list sambungan  Dokumen Master
baru. Plan Kota/
RTRW/RDTR
 menganalisis dan mengevaluasi
 Laporan Audit
kondisi hidrolis (sisa tekanan) Kinerja PDAM
jaringan pipa distribusi eksisting di  Gambar Peta
lokasi calon penambahan Jaringan
sambungan baru. Distribusi
 mempelajari rencana induk kota/  Peta Kondisi Air
Tanah
kawasan dan RTRW/ RDTR.

6
Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan

A  FI Daftar
Permohonan  Staf
Sambungan Baru Perencanaan
Survei dan pengukuran lapangan:
 FI Data Calon Jaringan Pipa
 melakukan melakukan survei ke
Pelanggan dan Sambungan
lokasi calon pelanggan dan kondisi
 FI Daftar Tunggu/ Rumah/Staf
jaringan eksisting;
Waiting-List yang Terkait
 merencanakan rencana lokasi
Calon Pelanggan
penambahan sambungan baru
(infield dan/atau brownfield);  IK K3L APAR
 mengukur rencana jalur yang  Dokumen Master
diperlukan untuk penambahan Plan Kota/
jaringan distribusi; RTRW/RDTR
 mengukur sisa tekanan yang ada di  Gambar Peta
rencana daerah penambahan Jaringan
sambungan baru; Distribusi
 menghitung dan mensimulasi  Gambar Peta
Tidak
hidrolis sistem eksisting.

Diameter Tidak
dan
tekanan ok?

 FI Daftar
Perencanaan jaringan  Staf
Permohonan
Ya distribusi: Perencanaan
Sambungan Baru
 mengecek kondisi  FI Data Calon Jaringan Pipa &
jaringan distribusi Pelanggan Sambungan
eksisting;  FI Daftar Rumah/ Staf
 menghitung kapasitas Tunggu/ Waiting- Yang Terkait
perpipaan yang List Calon
Pelanggan  Staf Litbang
diperlukan sesuai
 IK K3L APAR Teknik
dengan besarnya sisa
 Dokumen Master  Pihak Ketiga
tekanan minimum yang
Plan Kota/
direncanakan (infield & RTRW/RDTR
brownfield);  Gambar Peta
 membuat rencana Jaringan
penambahan pipa Distribusi
(paralel atau mengganti  Gambar Peta
pipa baru) sesuai dengan Kondisi Air Tanah
B  FI Survei Sosek
hasil
dan RDS
perhitungan hidrolis
 FI Data Hasil
(infield); Survey
 menghitung kebutuhan
penambahan kapasitas
sistem perpompaan (jika
diperlukan).

7
Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan

B C  FI Survei Sosek  Supervisor


dan RDS Pemasaran
 FI Daftar  Staf
Perhitungan biaya dan rencana
Permohonan
pembangunan: Perencanaan
Sambungan
 menghitung Rencana Jaringan Pipa
Baru
Anggaran Biaya (RAB) untuk dan Sambungan
 IK K3L APD
penambahan dan perluasan Rumah/ Staf
jaringan distribusi yang  IK K3L APAR
 Gambar Peta yang Terkait
diperlukan;
 membuat jadwal rencana Jaringan  Staf Litbang
pelaksanaan; Distribusi Teknik
 mengusulkan program dan  Dokumen  Staf Promosi
pekerjaan perluasan jaringan Perencanaan
 Staf Sosialisasi
untuk disetujui dan
dilaksanakan.

Perencanaan sambungan baru:


 membuat rencana penambahan
sambungan baru sesuai dengan
tahapan yang telah direncanakan;
 membuat strategi pemasaran.

Pelaporan :  IK Pembuatan  Supervisor


 membuat laporan perencanaan Laporan Perencanaan
sambungan baru dan perluasan  IK K3L APAR Teknik
jaringan distribusi;  Dokumen  Staf
 membuat gambar-gambar teknis. Perencanaan Perencanaan
 Membuat laporan RAB dan  Dokumen Jaringan Pipa
Hasil RDS dan Sambungan
Rumah/Staf
yang Terkait
 Staf Litbang
Teknik
 Staf Promosi
Selesai
 Staf Sosialisasi

8
Keterangan :
alur proses selanjutnya
batasan tugas sesuai dengan jabatan kerja dan/atau area kerja
suatu kegiatan/ pekerjaan yang dilakukan dan pengecekan
menggambarkan suatu keputusan yang diambil

konektor ke halaman berikutnya

tanda pekerjaan pos tersebut mulai atau selesai

dokumen pendukung/laporan

9
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENERIMAAN PENGADAAN BAHAN KIMIA

a) Prosedur Operasional Standar Penerimaan Pengadaan Bahan Kimia


digunakan untuk memastikan bahwa bahan kimia yang diterima,
diperiksa/diverifikasi terlebih dahulu apakah sesuai standar yang
telah ditetapkan.

b) Model Prosedur Penerimaan Pengadaan Bahan Kimia

NO. POS JUDUL POS REVISI KE:


7 Penerimaan Pengadaan Bahan Kimia HALAMAN:

1. Tujuan
Untuk memastikan bahwa bahan kimia yang diterima,
diperiksa/diverifikasi terlebih dahulu apakah sesuai standar yang telah
ditetapkan.

2. Ruang Lingkup
Lingkup kegiatan penerimaan pengadaan bahan kimia meliputi :
a. mempersiapkan dengan melakukan komunikasi dengan bagian gudang
tentang kedatangan bahan kimia;
b. melaksanakan kegiatan pemeriksaan bahan kimia dengan mengambil
sampel bahan kimia secara keseluruhan, memeriksa bahan kimia
untuk dilakukan pengujian kualitas bahan kimia, mengevaluasi hasil
pemeriksaan bahan kimia dengan standar yang sudah berlaku; dan
c. melakukan kegiatan laporan hasil pemeriksaan bahan kimia.

3. Definisi
3.1
Unit pengelolaan
sarana dan prasarana SPAM yang telah terbangun siap dioperasikan
dengan membentuk organisasi penyelenggara SPAM yang dapat
melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa
pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar,
dan sosialisasi dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM.

3.2
Bahan kimia
bahan kimia yang diterima dari suplier dan belum digunakan dalam
proses pengolahan air minum.

3.3
Soda Ash
bahan kimia untuk menaikkan pH.

3.4
Alumunium Sulfat
bahan kimia untuk proses koagulasi.
3.5
Pemantauan
kegiatan memantau kemajuan sebuah kegiatan agar tetap berjalan dalam
prosedur yang telah ditetapkan.

3.6
Pelaporan
kegiatan pengumpulan dan penyajian data kinerja dan informasi
penyelenggara SPAM untuk mengetahui kemajuan pekerjaan dan kualitas
hasil pelayanan serta dijadikan dasar untuk perbaikan pelayanan sesuai
prosedur yang berlaku.

4. Referensi/Dokumen Terkait
Referensi/dokumen yang berkaitan dengan prosedur ini meliputi:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
PER/04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan Dan
Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan.
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 18/PRT/M/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
PER/15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan di Tempat Kerja.
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
PER/08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.

5. Perlengkapan K3L (Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Lingkungan)


Perlengkapan K3L yang digunakan meliputi:
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
berfungsi penanganan apabila terjadi kebakaran kecil.
b. Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
kotak yang berisi obat-obatan dan peralatan yang menunjang kegiatan
pertolongan pertama pada kecelakaan yang berisi antara lain perban,
obat merah dan lain-lain.
c. Alat Pelindung Diri (APD)
adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya
dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan
orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah
melalui Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia.
Adapun bentuk dari alat tersebut untuk operator atau teknisi adalah :
g) Safety helmet atau pelindung kepala berfungsi sebagai pelindung
kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
h) Boot shoes atau sepatu boot berfungsi sebagai alat pengaman saat
bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di
lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau
berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
i) Gloves atau sarung tangan berfungsi sebagai alat pelindung tangan
pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan
cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan
dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
j) Safety shoes atau sepatu pelindung seperti sepatu biasa, tapi dari
bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat.
Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki
karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia,
dsb.
k) Respirator atau masker berfungsi sebagai penyaring udara yang
dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal
berdebu, zat-zat kimia beracun, dsb).
l) Wearpack atau pakaian pelindung berfungsi alat pelindung dari
kotoran yang menempel pada pakaian dinas atau pakaian kantornya.

6. Uraian Prosedur
6.1 Persiapan
Tahap persiapan meliputi:
a. melakukan komunikasi dengan bagian gudang tentang kedatangan
bahan kimia

6.2 Pelaksanaan kegiatan/pengoperasian


Tahap pelaksanaan kegiatan/pengoperasian meliputi:
a. mengambil sampel bahan kimia secara keseluruhan setelah
pembukaan segel kemasan bahan kimia dilakukan oleh petugas
gudang sesuai dengan Instruksi Kerja Pengujian Bahan Kimia;
b. melakukan uji kualitas bahan kimia di laboratorium untuk
menentukan kualitas bahan kimia berdasarkan IK/standar yang
berlaku;
c. mengevaluasi hasil uji kualitas bahan kimia tersebut dan mengisi
formulir hasil uji bahan kimia apakah sesuai dengan standar yang
berlaku;
d. mencatat hasil uji bahan kimia untuk diserahkan ke bagian produksi,
apakah hasil analisis bahan kimia tersebut sesuai
permintaan/spesifikasi;
e. mengembalikan bahan kimia ke suplier untuk ditukar sesuai dengan
permintaan apabila hasil analisis tidak sesuai standar
permintaan/spesifikasi; dan
f. melakukan instruksi pembongkaran bahan kimia sesuai dengan
prosedur permintaan dan penyimpanan barang apabila status bahan
kimia telah disetujui oleh bagian produksi.
6.3 Pelaporan
Tahap pelaporan meliputi:
a. membuat laporan hasil penerimaan pengadaan bahan kimia.

7. Lampiran
Lampiran yang diperlukan meliputi:
a. Formulir Isian (FI) tentang Laporan Hasil Pemeriksaan Bahan Kimia
b. Formulir Isian (FI) tentang Pengiriman dan Penerimaan Bahan Kimia
c. Formulir Isian (FI) tentang Hasil Uji Bahan Kimia
d. Formulir Isian (FI) tentang Laporan Hasil Pemeriksaan Bahan Kimia
e. IK Pengambilan Sampel Bahan Kimia
f. IK Analisa Kualitas Bahan Kimia
g. IK Pembuatan Laporan
h. IK K3L APD
i. IK K3L APAR
j. POS Pengelolaan Gudang
NO. POS JUDUL POS REVISI KE:
7 Penerimaan Pengadaan Bahan HALAMAN:
Kimia
Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan

Mulai
 Supervisor
Analis
Tahap persiapan :  FI Pengiriman Kimia, Fisika
 melakukan komunikasi dan Penerimaan dan
dengan Bagian Gudang Bahan Kimia Mikrobiologi
tentang kedatangan bahan  IK K3L APD  Spervisor
kimia. Pergudang/
Logistik

Pengambilan sampel bahan  IK Pengambilan  Staf


kimia: Sampel Bahan Penerimaan
 mengambil sampel bahan Kimia Barang/ Staf
kimia secara keseluruhan  IK Analisa yang Terkait
setelah pembukaan segel Kualitas Bahan  Staf
kemasan bahan kimia oleh Kimia Sampling
petugas gudang sesuai
dengan instruksi kerja
pengujian bahan kimia.

Pemeriksaan kualitas bahan  IK Analisa  Analis Kimia


kimia di laboratorium: Kualitas Bahan & Fisika/
 melakukan uji kualitas Kimia Analis yang
bahan kimia di laboratorium  IK K3L APD Terkait
untuk menentukan kualitas  IK K3L APAR  Analis Kimia
bahan kimia berdasarkan & Fisika/
IK/standar yang berlaku. Analis yang
Terkait
 FI Hasil Uji
Evaluasi hasil uji kualitas Bahan Kimia
bahan kimia:  IK Analisa
 mengevaluasi hasil uji Kualitas Bahan
kualitas bahan kimia Kimia
tersebut dan mengisi  IK K3L APD
formulir hasil uji bahan
kimia apakah sesuai dengan
standar yang berlaku.

B
A
Dokumen
Alur Proses Pelaksana
Pendukung/Laporan

A B

Pengecekan kualitas sampel  FI Hasil Uji  Supervisor


permintaan/kebutuhan: Bahan Kimia Analis
 Mencatat hasil uji bahan kimia  IK K3L APD Kimia, Fisika
untuk diserahkan ke Bagian  IK K3L APAR dan
Produksi apakah hasil analisis Mikrobiologi
bahan kimia tersebut sesuai
permintaan/spesifikasi.

Hasil analisis
sesuai standar Tidak
permintaan/
spesifikasi?

Ya
 Supervisor
 IK K3L APD
Pengembalian bahan Analis
kimia :  IK K3L APAR
Kimia, Fisika
 mengembalikan  POS
dan
bahan kimia ke Pengelolaan
Mikrobiologi
suplier untuk Gudang
 Supervisor
ditukar sesuai Operasi IPA/
dengan Supervisor
yang Terkait
Pembongkaran bahan kimia :  Spervisor
 melakukan instruksi Pergudang/
pembongkaran bahan kimia Logistik
sesuai dengan prosedur
permintaan dan penyimpanan
barang.

 FI Laporan  Supervisor
Pelaporan: Hasil Analis
 membuat laporan hasil Pemeriksaan Kimia, Fisika
pemeriksaan bahan kimia. Bahan Kimia dan
 IK Pembuatan Mikrobiologi
Laporan
Selesai  IK K3L APD
 IK K3L APAR
Keterangan :
alur proses selanjutnya
batasan tugas sesuai dengan jabatan kerja dan/atau area kerja
suatu kegiatan/ pekerjaan yang dilakukan dan pengecekan
menggambarkan suatu keputusan yang diambil
konektor ke halaman berikutnya
tanda pekerjaan POS tersebut mulai atau selesai
LAMPIRAN 4

BIODATA PENYUSUN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yeeri Badrun


Tempat Tgl lahir : Pinrang, 28 September 1977
Alamat Tinggal : Jln Sukarno Hatta No 449 Pekanbaru
Email : yeeri.badrun@umri.ac.id

Riwayat Pendidikan Formal


1. Sekolah Dasar Negeri 3 Pinrang (Sulawesi Selatan), tamat tahun 1989.
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pinrang, tamat tahun 1992.
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 65 Jakarta, tamat tahun 1996.
4. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Jurusan Ilmu Kelautan,
tamat Tahun 2001.
5. Strata 2 (S2) Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan Universitas Riau, tamat
tahun 2007.
6. Strata 3 (S3) Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan Universitas Riau, tahun
2012-sekarang

Seminar dan Pelatihan yang pernah diikuti


1. Peserta Seminar Hasil Penelitian Dosen Universitas Riau - Due Project, 2000
2. Peserta Seminar Hasil Penelitian Skripsi Mahasiswa UNRI diselenggrakan oleh
Lembaga Penelitian UNRI, 2000.
3. Peserta Pelatihan Desain Web Puskom UNRI, 2000.
4. Peserta Pelatihan Graphic Design LP3I, 2003.
5. Anggota Tim Penilai “Kebersihan Kota-Kota di Propinsi Riau (utusan PPLH
UNRI), Bapedal Propinsi Riau, 2004
6. Peserta “Semiloka Kajian dan Pengembangan Kearifan Lingkungan Budaya Lokal
dan Sosialisasi Forum Komunikasi Peduli Lingkungan Hidup” (Utusan PPLH
UNRI), Bapedal Propinsi Riau, 2004.
7. Pelatihan Tim Penilai ADIPURA, Pusat Pengelolan Lingkungan Hidup Regional
Sumatera Kementerian Lingkungan Hidup RI, Padang 2006.

Hal 1 dari 14
8. Seminar Implikasi Kerusakan DAS di Riau Terhadap Keseimbangan Lingkungan.
Forum Komunikasi DAS Riau dan BP DAS Riau. Pekanbaru 22 September 2006.
9. Seminar Sehari Peranan Manusia dalam Pengelolaan Wetland Berkelanjutan. Pasca
Sarjana Universitas Riau bekerjasama dengan Universitas Indonesia. Pekanbaru,
31 Agustus 2006.
10. Seminar Perencanaan Bisnis Perikanan dan Kelautan Propinsi Riau. Dinas
Perikanan dan Kelautan Propinsi Riau. Pekanbaru, 28 Nopember 2006.
11. Lokakarya Membangun Keterpaduan Pada Pengelolaan Ekosistem DAS.
Kerjasama Pengelolaan DAS Indragiri Rokan dengan Forum Koordinasi DAS Riau
dan BP DAS Riau. Pekanbaru, 27 Januari 2007
12. Lokakarya: Sosialisasi Implementasi Konvensi CITES (Convention on
international trade in endangered spesies of wild fauna and flora). Pelaksana
Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Departemen Kehutanan RI.
Pekanbaru 14 November 2007
13. Seminar: Pengelolaan Terpadu DAS Kampar. Pelaksanan Forum Koordinasi DAS
dan BP DAS Riau. Pekanbaru 14 November 2007.
14. Pendidikan dan Pelatihan Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL). Dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Lingkungan Hidup
Lembaga Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru, Desember 2008-Januari 2009.
15. Seminar Scientific Exploration and Sustainable Management of Peat Land
Resources in Giam Siak Kecil-Bukit Batu Biosephere Reserve, Riau. The 3rd
Humanosphere Science School. Pelaksana Kyoto University, LIPI, Universitas
Riau. Pekanbaru, August 4-5, 2009.
16. Pelatihan sebagai Anggota Tim Penilai dan Pemantau pada Program Menuju
Indonesia Hijau. Pelaksanan Kementerian Lingkungan Hidup RI. Pekanbaru 10 –
11 Agustus 2009.
17. Konferensi dan Seminar Nasional Badan Koordinasi Pusat Studi Lingkungan
Hidup Indonesia bertema Perspektif Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
dalam Menghadapi Perubahan Iklim Global. Pelaksana Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup Universitas Riau. Pekanbaru 14-16 Mei 2010.
18. Lokakarya Nasional Implementasi UU No 32 Tahun 2009: Bermitra Dalam Gerak
Pembangunan Berkelanjutan. Pelaksana Lembaga Penelitian Dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Institut Teknologi Bandung. Bandung, 2 -3 Nopember 2010.

Hal 2 dari 14
19. Seminar dan Lokakarya Nasional Pengelolaan Lingkungan Perairan Sebagai Upaya
Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim. Pelaksana Pusat Penelitian Lingkungan
Hidup Lembaga Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru 19-20 November 2010.

Pengalaman Organisasi
1. Ketua Departemen Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Himpunan
Mahasiswa Ilmu Kelautan Periode 1999/2000.
2. Ketua Bidang PPD Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Dumai periode 1999/2000
3. Anggota Redaksi Bulletin "Catatan Maritim" Ilmu Kelautan UNRI periode
1999/2000.
4. Kepala Bidang Kewirausahaan Ikatan Alumni-Ilmu Lingkungan Program Pasca
Sarjana Universitas Riau 2007 – 2014.

Pengalaman Kerja
1. Anggota asissten Tim Peneliti pada Pusat Penelitian Kawasan Perairan dan Pantai
Lembaga Penelitian Universitas Riau. Tahun 2001-2004
2. Anggota Tim Peneliti pada Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga
Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. Tahun 2004-2010
3. Anggota Tim Penilai ADIPURA Propinsi Riau. Tahun 2006-2007
4. Anggota Tim Penilai ADIPURA Propinsi Riau. Tahun 2009-2010
5. Anggota Tim Penilai ADIPURA Propinsi Riau. Tahun 2012-2013
6. Anggota Tim Survai Menuju Indonesia Hijau Pusat Pengelolaan Lingkungan
Hidup Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI Regional Sumatera 2009-2010.
7. Dosen Luar Biasa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Muhammadyah, periode 2009 – 2010.
8. Dosen Tetap Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Muhammadyah, periode 2010 – Sekarang.
9. Pimpinan Redaksi ”Jurnal Photon” Fakultas Mipa dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Riau, periode 2010 – sekarang.
10. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Global Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Universitas Muhammadiyah Riau, periode 2010 – 2014.
11. Wakil Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Muhammadyah, periode 2011– 2014.

Hal 3 dari 14
12. Ketua Tim Penyusunan Akreditasi Fakultas Mipa dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Riau, Tahun 2011
13. Wakil Ketua Lembaga Lingkungan Hidup Pengurus Daerah Muhammadiyah Kota
Pekanbaru, periode 2011 – 2015.
14. Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Riau,
periode 2016 – 2020.
15. Anggota Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Kontrol Mutu Universitas
Muhammadiyah Riau, Periode 2014-2018
16. Asisten Khusus Rektor Universitas Muhammadiyah Riau Bidang Akademik,
Periode 2015-2018.
17. Ketua Tim Penyusun Akreditasi Program Studi Fakultas Mipa dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Riau, tahun 2016
18. Wakil Ketua Tim Penyusun Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT)
Universitas Muhammadiyah Riau, tahun 2016-2017
19. Ketua Gugus Kendali Mutu Fakultas Mipa dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Riau, Periode 2016-2018.
20. Wakil Ketua Tim Penyusun Kurikulum Perguruan Tinggi Universitas
Muhammadiyah Riau, tahun 2017
21. Asisten Khusus Rektor Universitas Muhammadiyah Riau Bidang Akademik,
Periode 2018-2022.

Pengalaman Penelitian
1. Badrun,Y.H. 1999, Keadaan Umum Perairan Pantai Kelurahan Batu Merah
Kecamatan Batam Timur Kotamadya Batam. Fakultas Perikanan Universitas Riau.
2. Badrun,Y.H. 2000, Foraminifera Bentik Pada Sedimen Permukaan di Muara
Sungai Masjid Dumai. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau.
3. Rifardi, Y. Badrun dan U. Thoyyibah. 2000, Studi Sedimentologi dan kondisi
Lingkungan Sekitar Muara Sungai Masjid Dumai, Pesisir Timur Sumatera.
4. Angota Tim Penyusun ANDAL, RKL dan RPL Penambangan Pasir Laut PT. Riau
Manipura Mandiri di Perariran Selat Philip Kota Batam, 2001.
5. Angota Tim Penyusun ANDAL, RKL dan RPL Penambangan Pasir Laut PT.
Mutiara Riau Abadi di Perairan Selat Durian Kabupaten Karimun, 2001.

Hal 4 dari 14
6. Angota Tim Penyusun ANDAL, RKL dan RPL Penambangan Pasir Laut PD.
Sarana Pembangunan Riau di Perairan Belakang Padang Kota Batam dan Perairan
Bintan Utara Kabupaten Kepulauan Riau, 2001.
7. Angota Tim Penyusun ANDAL, RKL dan RPL Penambangan Pasir Laut PT.
Maruta Mahyatama di Perairan Bintan Utara Kabupaten Kepulauan Riau, 2001
8. Anggota Tim Peneliti Studi Laju Pertumbuhan dan Kualitas Ikan yang Dipelihara
Pada Effluent PT. RAPP, 2004.
9. Angota Tim Peneliti Studi Presepsi Masyarakat Riau Kompleks dan Masyarakat
Sekitar Kawasan Industri PT. RAPP, 2004.
10. Anggota Tim Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah & Basis Data
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Natuna, 2004.
11. Anggota Tim Penyusun AMDAL Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit PT Torus
Ganda, Kabupaten Rokan Hulu, 2004.
12. Anggota Tim Penyusun AMDAL Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit PT Tor
Ganda, Kabupaten Rokan Hulu, 2004.
13. Anggota Tim Penyusun AMDAL Jaringan Transmisi Listrik 150 kV PT. PLN
Pikitring Sumbar, Sumsel, Jambi, Riau, Lampung, Bangka Belitung. 2005
14. Angota Tim Penyusun Laporan Implementasi RKL-RPL PT Caltex Pacific
Indonesia, 2005.
15. Anggota Tim Studi Rona Awal Ekologi Dasar Perairan Sungai Kampar Sekitar
Kawasan Industri RAPP, 2005.
16. Tim Penyusun Laporan Implementasi RKL-RPL PT Caltex Pacific Indonesia,
2004-2006.
17. Tim Studi Persepsi Masyarakat Sekitar Kawasan Industri PT. RAPP 2006.
18. Anggota Tim Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah & Basis Data
Lingkungan Hidup Daerah Kota Dumai, 2006.
19. Tim Penyusun Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencanan
Pemantauan Lingkungan (RPL) Kegiatan Pembangunan Lapangan Minyak Duri
Steam Flood di Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Rokan Hilir, Propinsi Riau,
PT Chevron Pacific Indonesia, 2006.
20. Tim Studi Kualitas Lingkungan Sekitar Hutan Tanaman Industri PT. Riau Andalan
Pulp & Paper, 2007.
21. Tim Penyusun Buku Kualitas Lingkungan Hidup Sumatera, 2007.

Hal 5 dari 14
22. Badrun, Y. H. 2007. Analisis Kualitas Perairan Selat Rupat Sekitar Aktifitas
Industri Minyak Bumi Kota Dumai. Tesis Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan
Universitas Riau.
23. Tim Penyusun Amdal Bandar Udara Khusus Agrikultur KM 56 PT Riau Andalan
Pulp & Paper Di Kabutanen Pelalawan 2008.
24. Tim Penyusun Amdal Bandar Udara Khusus Agrikultur KM 81 PT Riau Andalan
Pulp & Paper Di Kabutanen Siak, 2008.
25. Tim Penyusun UKL-UPL Workshop PT Weather Ford Indonesia, Duri Kabupaten
Bengkalis, 2008.
26. Tim Studi Inventarisasi Lahan Transmigrasi Siak II, III, IV Kecamatan Siak Kecil,
Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau, 2008.
27. Tim Penyusun UKL-UPL Pengoperasian Dan Pemeliharaan Yard Untuk Peralatan
Pengeboran PT. Tridiantara Alvindo Duri, Kabupaten Bengkalis, 2008
28. Tim Studi Daya Tampung Dan Dukung Sungai Kampar Sekitar Kawasan Industri
PT Riau Andalan Pulp And Paper (RIAUPULP), 2008.
29. Tim Studi Persepsi Masyarakat Sekitar Kawasan Industri PT. RAPP 2008.
30. Tim Inventarisasi HPL Transmigrasi Siak II, III & IV Kec. Siak Kecil Kab.
Bengkalis, 2008.
31. Tim Penyusun Dokumen Amdal Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Pembangunan Perkebunan & Pabrik Kelapa Sawit PT. Sawit Rokan Semesta di
Kecamatan Rokan IV Koto, Kabupaten Rokan Hulu, 2008.
32. Tim Penyusun Dokumen UKL-UPL Pasar Air Tiris Kecamatan Kampar
Kabupaten Kampar, 2008.
33. Tim Studi Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah (Land Application) Industri
Minyak Sawit Pada Lahan Perkebunanan Kelapa Sawit PT Bina Pitri Jaya, 2008-
2009.
34. Tim Penyusun Amdal Jalan Tumang – Muara Kelantan I – Muara Kelantan II
(38,8 Km) di Kecamatan Siak dan Mandau Kabupaten Siak Propinsi Riau
Kabupaten Siak 2008-2009.
35. Tim Penyusun Pembangunan Jalan Simpang Kualian – Bunga Raya – Bandar
Sungai (31 Km) di Kecamatan Bunga Raya dan Sabak Auh Kabupaten Siak
Propinsi Riau 2008-2009.

Hal 6 dari 14
36. Ketua Tim Penyusun Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(DPPL) Tempat Penampungan Akhir (TPA) Sampah Bagan Batu Kecamatan
Sinembah Kabupaten Rokan Hilir Maret – Desember 2009.
37. Anggota Tim Penyusun Dokumen AMDAL Kawasan Perkantoran Rokan Hilir di
Kepenghuluan Bagan Punak Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir, Maret
2009- Desember 2009.
38. Anggota Tim Penyusun Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
(DPPL) Kegiatan Pendukung PT CPI areal Bekasap-Rokan Kabupaten Rokan
Hilir, Februari 2010-Desember 2010.
39. Anggota Tim Penyusun Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
(DPPL) Kegiatan Workshop PT. Bormindo Nusantara, Februari 2010 hingga
Desember 2010.
40. Anggota Tim Penyusun Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
(DPPL) Kegiatan Pendukung PT CPI Di Kota Dumai, Februari 2010 hingga
Desember 2010.
41. Anggota Tim Penyusun Dokumen UKL-UPL Rumah Saki Ratu Intan Di Ujung
Batu Kabupaten Rokan Hilir, Oktober 2010-Januari 2011.
42. Anggota Tim Penyusun Dokumen AMDAL Kawasan Wisata Terpadu PT
Rempang Sunset Di Kota Batam, Oktober 2010-April 2011.
43. Anggota Tim Penyusun Dokumen UKL-UPL Rumah Sakit Claudia, Kepenghuluan
Bahtera Makmur Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir, April-Mei
2011.
44. Anggota Tim Penyusun Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)
Perkebunan PT. Teguh Karsa Wanalestari di Kabupaten Siak Propinsi Riau, tahun
2011
45. Anggota Tim Penyusun Environmental, Social and Health Impact Assessment
(ESHIA) Gab Assessment; Exploration Project (Seismic 3D) Activity Plan at
Balam South East, Duri Ring East North & South and Libo South East PT.
Chevron Pacific Indonesia, tahun 2011.
46. Anggota Tim Penyusun Environmental, Social and Health Impact Assessment
(ESHIA) Dumai Joint Corridor Project. PT. Chevron Pacific Indonesia, tahun
2011.

Hal 7 dari 14
47. Tim Penyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL) Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Untuk Umum (SPBU) (TIPE B) PT. Mediza Putra Maju Bersama Di Kelurahan
Balai Raja Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis. Tahun 2011.
48. Anggota Tim Penyusun Dokumen AMDAL Grand Mall, Hotel dan Sudirman
Apartement I & II Pekanbaru, PT Basko Green Tower 2011-2012.
49. Anggota Tim Penyusun Environmental, Social and Health Impact Assessment
(ESHIA) Dumai – Duri Corridor Project. PT. Chevron Pacific Indonesia, tahun
2011 - 2012.
50. Anggota Tim Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL-RPL PT Pertamina RU II
Dumai dan PT Pertamina RU II Sei Pakning, 2012.
51. Anggota Tim Penyusun Dokumen UKL-UPL Klinik Agung, Bagan Batu
Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir, Maret-Mei 2012.
52. Anggota Tim Penyusunan Laporan Inventarisasi Pesisir Timur Sumatera. Kerjsama
Pusat Pengelolaan Ekoregion Kementerian Lingkungan Hidup RI dan Universitas
Riau. 2012
53. Anggota Tim Penyusunan Laporan Inventarisasi Pesisir Timur Sumatera Wilayah
Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung. Kerjasama Pusat Pengelolaan
Ekoregion Kementerian Lingkungan Hidup RI dan Universitas Riau. 2012
54. Anggota Tim Penyusunan Laporan Inventarisasi Pesisir Timur Sumatera Wilayah
Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Pengelolaan Ekoregion Kementerian Lingkungan
Hidup RI. Tahun 2012.
55. Tim Penyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL) Pembangunan Dan Pengoperasian
Pabrik Kelapa Sawit PT. Usaha Kita Makmur Di Desa Jake Kecamatan Kuantan
Tengah Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau. Tahun 2012.
56. Tim Penyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL) Kegiatan Pelangi Waterboom
Kelurahan Simpang Tiga Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan
Singingi Provinsi Riau. Tahun 2012.
57. Tim Penyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL) Agen Premium Dan Minyak Solar

Hal 8 dari 14
PT. Aditya Pratama Di Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau.
Tahun 2012.
58. Tim Penyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL) Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Untuk Umum (SPBU) Kapasitas 120 KL PT. Putra Prima Mulia Perkasa Di Desa
Sungai Selari Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis. Tahun 2012.
59. Tim Penyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL) Pembangunan Infrastuktur Jaringan
Pipa Minyak, Listrik, Komunikasi, dan Jalan Perawatan Koridor Duri-Dumai PT
Chevron Pacific Indonesia. Tahun 2013.
60. Tim Penyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL) Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Untuk Umum (SPBU) Kapasitas 130 KL PT. Raditia Putra Abadi Di Desa Logas
Hilir Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi. Tahun 2013.
61. Anggota Tim Penyusun Environmental, Social and Health Impact Assessment
(ESHIA) Balam-Bangko Corridor Project. PT. Chevron Pacific Indonesia, tahun
2012-2013.
62. Anggota Tim Penyusun Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah (Land Application)
Industri Minyak Sawit PT Johan Sentosa Di Desa Pasir Sialang, Kecamatan
Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Tahun 2012-2013.
63. Anggota Tim Penyusun Studi Harmonisasi Kegiatan Eksplorasi dan Produksi
Migas dengan Kawasan Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar-Danau Bawah.
BOB PT Bumi Siak Pusako–Pertamina Hulu. Tahun 2013.
64. Tim Penyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL) Pembangunan Infrastuktur Jaringan
Pipa Minyak, Listrik, Komunikasi, dan Jalan Perawatan Koridor Duri-Dumai PT
Chevron Pacific Indonesia. Tahun 2013.
65. Tim Penyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL) Rencana Pembangunan dan
Operasional Pabrik Kelapa Sawit Kapasitas 20 Ton TBS/Jam PT. Rohul Palmindo
di Desa Muara Dilam Kecamatan Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu
Propinsi Riau. Tahun 2013.

Hal 9 dari 14
66. Anggota Tim Penyusun Dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana
Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Pesisir Dan Laut Secara Terpadu (ICM)
Pantai Timur Sumatera 2014-2018. Tahun 2013.
67. Anggota Tim Penyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL) Galangan Kapal PT Baja
Prima Rezeki Desa Rempak Kecamatan Sabak Auh Kabupaten Siak. Tahun 2013.
68. Anggota Tim Penyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL) Rencana Kegiatan
Pembangunan Stone Crusher, Batching Dan Asphalt Mixing Plant PT Siberida
Andalan Nusa Di Desa Bangun Jaya Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan
Hulu. Tahun 2013.
69. Anggota Tim Penyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL) Pembangunan Perkebunan
Kelapa Sawit PT. Hasanah Sawit Inti Prima di Desa Lamban Sigital Kabupaten
Sarolangun. Tahun 2013.
70. Anggota Tim Penyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup PT Karya Samo Mas di Desa Teluk Aur Kec.
Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau. 2013.
71. Anggota Tim Penyusun Dokumen Amdal Supermall Dan Hotel Living World
Pekanbaru PT Dua Tiga Delapan di Kota Pekanbaru. 2013-2014.
72. Anggota Tim Penyusun Dokumen Environmental, Social and Health Impact
Assessment (ESHIA) Balam Bangko Corridor dan North Corridor Project. PT.
Chevron Pacific Indonesia, tahun 2013-2014.
73. Anggota Tim Penyusun Dokumen Environmental, Social and Health Impact
Assessment (ESHIA) Petapahan Waterflood and Petapahan-Kotabatak Pipeline
Corridor. PT. Chevron Pacific Indonesia, tahun 2013-2014.
74. Anggota Tim Penyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup PT. Rohul Palmindo di Desa Muara Dilam
Kecamatan Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu. 2014.
75. Anggota Tim Penyusun Dokumen Desktop Study Rokan Block Sumatra Oil PT.
Chevron Pacific Indonesia, Tahun 2014.

Hal 10 dari 14
76. Ketua Tim Penyusunan Naskah Akademik Ranperda Pengelolaan dan
Perlindungan Hidup Kabupaten Kuantan Singingi, Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Kuantan Singingi, 2014.
77. Ketua Tim Penyusunan Ranperda Pengelolaan dan Perlindungan Hidup Kabupaten
Kuantan Singingi, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kuantan Singingi, 2014.
78. Anggota Tim Penyusun Dokumen Amdal Rumah Sakit Muhammadiyah Riau dan
Kampus Universitas Muhammadiyah Riau. 2015
79. Anggota Tim Penyusun Dokumen Environmental, Social and Health Impact
Assessment (ESHIA) Minas-Duri Corridor PT. Chevron Pacific Indonesia, tahun
2015.
80. Anggota Tim Penyusun Dokumen DPLH Kompleks Perkantoran PTPN V Kota
Pekanbaru, tahun 2015
81. Ketua Tim Penyusun UKL-UPL Rumah Sakit Cahaya Ujung Tanjung Kabupaten
Rokal Hilir, 2015.
82. Anggota Tim Penyusun Dokumen Adendum Andal & RKL-RPL Perkebunan
Kelapa Sawit & Pabrik Kelapa Sawit, Kebun Lubuk Dalam & Kebun Sei Buatan
PT. Perkebunan Nusantara V Di Kabupaten Siak. 2015
83. Anggota Tim Inventarisasi Daya Dukung Dan Daya Tampung Ekoregion Wilayah
Pesisir Timur Sumatera Di Provinsi Riau Dan Jambi, Pusat Pengendalian
Pembangunan Ekoregion Sumatera (P3ES). Kementerian Lingkungan Hidup Dan
Kehutanan Republik Indonesia, 2016.
84. Anggota Tim Penyusun Dokumen Andal & RKL-RPL Perguruan Tinggi Yayasan
Pelita Indonesia di Pekanbaru, tahun 2017
85. Anggota Tim Penyusun Dokumen UKL-UPL Klinik Central PT Tungal Mitra
Plantation, 2017
86. Anggota Tim Penyusun Dokumen UKL-UPL Rencana Kegiatan Pengembangan
Pabrik Kelapa Sawit Kapasitas 30 Ton TBS/Jam, PT. Mustika Agung Sawit
Sejahtera, 2017
87. Anggota Tim Penyusun Kajian Pembuangan Air Limbah Rumah Sakit Umum
Daerah Bengkalis, 2017
88. Anggota Tim Penyusun Dokumen UKL-UPL Rumah Sakit Ibu dan Anak Bagan
Batu Kabupaten Rokan Hilir, 2017

Hal 11 dari 14
89. Anggota Tim Penyusun Dokumen Andal & RKL-RPL Perkantoran dan
Pergudangan PT. DAZAIFU HAKATA PROPERTI di Pekanbaru, tahun 2017
90. Anggota Tim Penyusun Adendum ANDAL RKL RPL Perkebunan Tandun Group
PT Perkebunan Nusantara V. di Provinsi Riau. 2018

Pekanbaru, 1 Desember 2018

Yeeri Badrun

Hal 12 dari 14
Hal 13 dari 14
Hal 14 dari 14
Curriculum Vitae
Iman Suradin, ST, MSi
E-mail : imansuradin7529@gmail.com
Hp: 0813-6554-1077

Personal

Place, date of birth : Cirebon, December 30, 1976


Sex : Male
Height/Weight : 172 Cm/84 kg
Marital status : Married
Citizenship : Indonesia
ID No. : 3209183012760001
Permanent Address : Jl. Sastra Sukendra No 18 RT.14 RW 04 Desa Plumbon
Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon Jawa Barat 45155

Education Background

1. Master of Environmental Science, Riau University GPA 3.87 (2018)


2. Graduate of Chemical Engineering, Jenderal Achmad Yani University, Bandung (2002)
3. Senior High School, SMA Negeri1 Cirebon (1995)
4. Junior High School, SMP Negeri1Gegesik (1992)

Additional Certificates

1. Fitoremediation Workshop Certificate from Forum Bioremediasi Indonesia, BPPT and SKK Migas
(2018)
2. AK3U Certificate from BNSP in refresh progress (released on June 30, 2018)
3. Test of English as Foreign Language with score 463 (2018)
4. Train on The Trainer Incident Free Operation (2018)
5. RCA facilitator level 2 (2017)
6. Train on The Trainer Managing Safe Work (2017)
7. Train on The Trainer Motor Vehicle Safety Procedure for Heavy Vehicle (2017)
8. Train on The Trainer Motor Vehicle Safety Procedure for Light Vehicle (2017)
9. Award Certificate from PT. Chevron Pacific Indonesia (2016)
10.Training of TPH Test at Bina LAB Bandung (2014)
11.Training of Soil Sampling Methode at Bina LAB Bandung (2014)

Additional Skills

Engineering:
Engineering on distillation unit design, heat exchanger devices and boiler.
Engineering on membrane material in alcohol-water separation.
Understand to metallic material specification such as: stainnless steel, alluminium and copper
sheet.
Understand to process control unit in supporting distillation unit, heat exchanger devices and
boiler.
Engineering on Bioremediation and Fitoremediation

Computer Skills:
Windows, Word, Excel, Project, Visio, AutoCad, Corel, SPSS, Landesktop, Internet Explorer,
E-mail.

1
Hobbies

Reading, Culinary and Sports

Work Experiences

Date: July 01, 2018 – Now: PT. Radiant Utama Interinsco – PT. Envireksatama
Engineering Consortium on Project Site Assessment and Delineation Service, PT
Chevron Pacific Indonesia Blok Rokan Riau
Role as Project Manager
Responsibilities:

a. Provide and build delineation team in order to meet PT.Chevron Pacific Indonesia
requirements.
b. Provide monthly report related to delineation team work progress then report to Board of
Consortium PT. Radiant Utama Interinsco - PT. Envi Reksatama Engineering and
PT.Chevron Pacific Indonesia representative.
c. Preparing for human resources needs such as: Chair of AMDAL Compilation Team,
Member of AMDAL Compilation Team and related project expert on Environmental Impact
Assessment (AMDAL).
d. Preparing for human resources needs Geoelctrical Study on COCS delineation.
e. Prepare a monthly report on the progress of the preparation of the Environmental Impact
Assessment (AMDAL) and Environmental Management and Monitoring Efforts (UKL-
UPL)
f. Coordinate with AMDAL Composition Team Leader, AMDAL Compiler Team Member
and project related Environmental Impact Analysis (AMDAL) specialist.
g. Coordinate with Provincial, municipality and district environmental bodies related to the
preparation of Environmental Impact Assessment (AMDAL) and Environmental
Management and Monitoring Efforts (UKL-UPL).

Date: November 01, 2016 – June 30, 2018: PT. Vadhana International
UA Environmental ( PT. Chevron Pacific Indonesia )
Role as Field HES Representative

Responsibilities:

a. Delivered all of MSW (Managing Safe Work) aspect to contractor under HIS remediation
project.
b. Delivered training MSW, MVSP LV/HV, SYLA-SWC and IFO to new employees of
contractors.
c. As Inspector for Pre mobilization Inspection of vehicles, tools and equipment.
d. Coached HES personel of Contractors such as HES Field, PMCoW, HES supervisor in
safety awareness and procedures implementation.
e. Coordinate all Business Partner HES Officer/Coordinator to execute work aligned with CPI
HES program.
f. Conduct field inspection and coaching for MSW and MVS requirement compliance with
field personnel.
g. Provide training for Business Partner’s employees as needed (MSW and MVS training
subject).

2
h. Deliver/facilitate safety messages with field personnel.
i. Joint field inspections including, but not limited to, pre/post mobilization and inspection for
new Contractor’s employees.
j. Conduct and facilitate V&V (TSET, TMP assessment, HE Inspection).
k. Work with OA team to conduct joint field coaching program (MSW competency
verification, cabin coach, spotter coaching)
l. Conduct field coaching based on V&V protocol

Date: August 01, 2016 – October 31, 2016: PT. Istech Resources Asia
UA Environmental ( PT. Chevron Pacific Indonesia )
Role as Field HES Representative

Responsibilities:

a. Delivered all of MSW (Managing Safe Work) aspect to contractor under HIS remediation
project.
b. Delivered training MSW, MVSP LV/HV.
c. As Inspector for Pre mobilization Inspection of vehicles, tools and equipment.
d. Coordinate all Business Partner HES Officer/Coordinator to execute work aligned with CPI
HES program.
e. Conduct field inspection and coaching for MSW and MVS requirement compliance with
field personnel.
f. Provide training for Business Partner’s employees as needed (MSW and MVS training
subject).
g. Deliver/facilitate safety messages with field personnel.
h. Joint field inspections including, but not limited to, pre/post mobilization and inspection for
new Contractor’s employees.
i. Conduct and facilitate V&V (TSET, TMP assessment, HE Inspection).
j. Work with OA team to conduct joint field coaching program (MSW competency
verification, cabin coach, spotter coaching)
k. Conduct field coaching based on V&V protocol.

Date: February 01, 2016 – June 30, 2016: PT. Istech Resources Asia
EFPM EP Project ( PT. Chevron Pacific Indonesia )
Role as Facility Representative

Responsibilities:

a. Enhance COCS clean up method in order to meet KLHK requirements including


segregation and restockpile.
b. Develop method of verification and validation COCS clean up status in order to meet
KLHK requirements.
c. Coordinate COCS bussines partner taking sample team and ensure laboratory tes result
released on timeb by TS Laboratory.
d. Develop drawing accuracy method which represented on field condition
e. Provide all drawing for COCS clean up area based on SSPLT KLHK requirement.
f. Provide SSPLT requirement both documents and handling tools at field.
g. Emphasize that the project is ready to be started smoothly prior to the Company (CPI)
minimum requirements of Quality acceptance criteria for every Work.
h. Conduct field inspection and coaching for MSW and MVS requirement compliance with
field personnel.
i. Close coordination with all contractor regarding all working to be smoothly.
3
Date: October 01, 2015 – January 31, 2016: PT. SPIE Oil & Gas Services Indonesia
EFPM EP Project ( PT. Chevron Pacific Indonesia )
Role as Facility Representative

Responsibilities:

a. Enhance COCS clean up method in order to meet KLHK requirements including


segregation and restockpile.
b. Develop method of verification and validation COCS clean up status in order to meet
KLHK requirements
c. Coordinate COCS bussines partner taking sample team and ensure laboratory tes result
released on timeb by TS Laboratory.
d. Develop drawing accuracy method which represented on field condition
e. Provide drawing for COCS clean up area based on SSPLT KLHK requirements
f. Provide SSPLT requirement both documents and handling tools at field
g. Emphasize that the project is ready to be started smoothly prior to the Company (CPI)
minimum requirements of Quality acceptance criteria for every Work.
h. Conduct field inspection and coaching for MSW and MVS requirement compliance with
field personnel.
i. Close coordination with all contractor regarding all working to be smoothly.

Date: April 01, 2014 – September 30, 2015: PT. Envi Reksatama Engineering, Pekanbaru
ESHIA (Environmental, Social,and Health Impact Assessment) PT.Chevron Pacific
Indonesia at Minas Field
Role as Field Superintendent PT. Envi Reksatama Engineering, Pekanbaru

Responsibilities:

h. Provide and build field supervisor team in order to meet PT.Chevron Pacific Indonesia
requirements.
i. Provide monthly report related to field supervisor team work progress then report to
Directure PT. Envi Reksatama Engineering and PT.Chevron Pacific Indonesia
representative.
j. Enhance COCS clean up method in order to meet PT.Chevron Pacific Indonesia
requirements including segregation and restockpile.
k. Develop method of verification and validation related to COCS clean up for internal field
supervisor performance
l. Develop drawing accuracy method which represented on field condition
m. Provide drawing for COCS clean up area based on PT.Chevron Pacific Indonesia
requirement
n. Provide SSPLT requirement both documents and handling tools at field
o. Emphasize that the project is ready to be started smoothly prior to the Company (CPI)
minimum requirement of quality acceptance criteria for every work.
p. Conduct field inspection and coaching for MSW and MVS requirement compliance with
field personnel.
q. Close coordination with all contractor regarding all working to be smoothly.

4
Date: April 01, 2014 – September 30, 2015: PT. Envi Reksatama Engineering, Pekanbaru
ESHIA (Environmental, Social,and Health Impact Assessment) PT.Chevron Pacific
Indonesia at Minas Field
Role as Physics and Chemistry Engineer PT. Envi Reksatama Engineering, Pekanbaru

Responsibilities:

a. Prepare supporting data related to the physical and chemical properties of the environment
in the preparation of Environmental Impact Assessment (AMDAL) and Environmental
Management and Monitoring Efforts (UKL-UPL)
b. Performing and measuring field data related to the physical and chemical properties of the
environment in the preparation of Environmental Impact Assessment (AMDAL) and
Environmental Management and Monitoring Efforts (UKL-UPL).
c. Provide technical advice in the field of physics and environmental chemistry to the
Chairman of the AMDAL Compilation Team in drafting the Environmental Impact
Reference and Analysis (ANDAL and RKL-RPL).
d. Assisting the Chair of the AMDAL Compilation Team in drafting the Environmental Impact
Reference and Analysis (ANDAL and RKL-RPL).
e. Coordinate with Provincial, municipality and district environmental bodies related to the
preparation of Environmental Impact Assessment (AMDAL) and Environmental
Management and Monitoring Efforts (UKL-UPL).
f. Prepare the socialization agenda for the community related to the preparation of
Environmental Impact Assessment (AMDAL) and Environmental Management and
Monitoring Efforts (UKL-UPL).
g. Verifying the suitability of AMDAL, UKL-UPL and RKL-RPL documents against
Indonesian Government laws and regulations, including: environmental regulations, labor
regulations and implementation of the Occupational Safety and Health Management System
(SMK3).
h. Verifying and validating the field of conformity with the implementation of the
Environmental Management and Monitoring Plan (RKL-RPL) to the Government of
Indonesia laws and regulations, including: environmental regulations, labor regulations and
implementation of the Occupational Safety and Health Management System (SMK3).

Date: February 01, 2011 – March 31, 2014: PT. Intimulya Multikencana, Bandung
Role as Project Manager AMDAL and UKL-UPL
Responsibilities:

a. Preparing for human resources needs such as: Chair of AMDAL Compilation Team,
Member of AMDAL Compilation Team and related project expert on Environmental Impact
Assessment (AMDAL).
b. Preparing for human resources needs such as: UKL-UPL coordinator and project-related
Environmental Impact Management (UKL-UPL) project experts.
c. Prepare and propose operational costs related to the Environmental Management and
Monitoring (UKL-UPL) project.
d. Prepare a monthly report on the progress of the preparation of the Environmental Impact
Assessment (AMDAL) and Environmental Management and Monitoring Efforts (UKL-
UPL).
e. Coordinate with AMDAL Composition Team Leader, AMDAL Compiler Team Member
and project related Environmental Impact Analysis (AMDAL) specialist.

5
f. Coordinate with Provincial, municipality and district environmental bodies related to the
preparation of Environmental Impact Assessment (AMDAL) and Environmental
Management and Monitoring Efforts (UKL-UPL).

Date: November 01, 2009 – January 28, 2011: PT. Inasa Sakha Kirana, Bandung
Role as Head of Environmental Studies and Renewable Energy Departement
Responsibilities:

a. Establish members of a team of internal experts in physics, chemistry and the environment
in support of environmental studies and renewable energy.
b. Directing the team in assessing projects related to environment and renewable energy, such
as: utilization of alcohol and water separation membranes, design of distillation units,
purification of biodiesel, coconut oil purification, river and marine pollution and wastewater
treatment plant
c. Preparing for human resources needs such as: Chair of AMDAL Compilation Team,
Member of AMDAL Compilation Team and related project expert on Environmental Impact
Assessment (AMDAL).
d. Preparing for human resources needs such as: UKL-UPL coordinator and project-related
Environmental Impact Management (UKL-UPL) project experts.
e. Prepare and propose operational costs related to the Environmental Management and
Monitoring (UKL-UPL) project.
f. Prepare a monthly report on the progress of the preparation of the Environmental Impact
Assessment (AMDAL) and Environmental Management and Monitoring Efforts (UKL-
UPL)
g. Coordinate with AMDAL Composition Team Leader, AMDAL Compiler Team Member
and project related Environmental Impact Analysis (AMDAL) specialist.
h. Coordinate with Provincial, municipality and district environmental bodies related to the
preparation of Environmental Impact Assessment (AMDAL) and Environmental
Management and Monitoring Efforts (UKL-UPL).
i. Provide technical advice to mechanical and electrical departments related to projects
related to environment and renewable energy.
j. Conducting research cooperation with experts from research institutions, such as: ITB,
POLBAN and LIPI.

Date: June 01, 2006 – October 30, 2009: PT. Inasa Sakha Kirana, Bandung
Role as Head of Environmental Studies
Responsibilities:

a. Preparing for human resources needs such as: Chair of AMDAL Compilation Team,
Member of AMDAL Compilation Team and related project expert on Environmental Impact
Assessment (AMDAL).
b. Preparing for human resources needs such as: UKL-UPL coordinator and project-related
Environmental Impact Management (UKL-UPL) project experts.
c. Prepare and propose operational costs related to the Environmental Management and
Monitoring (UKL-UPL) project.
d. Prepare a monthly report on the progress of the preparation of the Environmental Impact
Assessment (AMDAL) and Environmental Management and Monitoring Efforts (UKL-
UPL).
e. Coordinate with AMDAL Composition Team Leader, AMDAL Compiler Team Member
and project related Environmental Impact Analysis (AMDAL) specialist.
6
f. Directing the team in reviewing projects related to river and marine pollution and
wastewater treatment plants.
g. Establish members of the company's internal expert team in the fields of physics, chemistry
and the environment in support of environmental studies and renewable energy
h. Coordinate with Provincial, municipality and district Environmental bodies related to the
preparation of the Environmental Impact Assessment (AMDAL) and Environmental
Management and Monitoring Efforts (UKL-UPL).
i. Provide technical advice in the field of physics and environmental chemistry to the
Chairman of the AMDAL Compilation Team in drafting the Environmental Impact
Reference and Analysis (ANDAL and RKL-RPL).
j. Verifying the suitability of AMDAL, UKL-UPL and RKL-RPL documents against
Indonesian Government laws and regulations, including: environmental regulations, labor
regulations and implementation of the Occupational Safety and Health Management System
(SMK3).
k. Verifying and validating the field of conformity with the implementation of the
Environmental Management and Monitoring Plan (RKL-RPL) to the Government of
Indonesia laws and regulations, including: environmental regulations, labor regulations and
implementation of the Occupational Safety and Health Management System (SMK3).

Date: June 01, 2004 – May 12, 2006: PT. Miranthi Konsultan Permai, Bandung
Role as Coordinator of Environmental Impact Assessment (AMDAL)
Responsibilities:

a. Preparing for human resources needs such as: Chair of AMDAL Compilation Team,
Member of AMDAL Compilation Team and related project expert on Environmental Impact
Assessment (AMDAL).
b. Preparing for human resources needs such as: UKL-UPL coordinator and project-related
Environmental Impact Management (UKL-UPL) project experts.
c. Prepare a monthly report on the progress of the preparation of the Environmental Impact
Assessment (AMDAL) and Environmental Management and Monitoring Efforts (UKL-
UPL).
d. Coordinate with AMDAL Composition Team Leader, AMDAL Compiler Team Member
and project related Environmental Impact Analysis (AMDAL) specialist.
e. Directing the team in reviewing projects related to river and marine pollution and
wastewater treatment plants.
f. Establish members of the company's internal expert team in the fields of physics, chemistry
and the environment in support of environmental studies and renewable energy.
g. Coordinate with Provincial, municipality and district Environmental bodies related to the
preparation of the Environmental Impact Assessment (AMDAL) and Environmental
Management and Monitoring Efforts (UKL-UPL).
h. Provide technical advice in the field of physics and environmental chemistry to the
Chairman of the AMDAL Compilation Team in drafting the Environmental Impact
Reference and Analysis (ANDAL and RKL-RPL).
i. Verifying the suitability of AMDAL, UKL-UPL and RKL-RPL documents against
Indonesian Government laws and regulations, including: environmental regulations, labor
regulations and implementation of the Occupational Safety and Health Management System
(SMK3).
j. Verifying and validating the field of conformity with the implementation of the
Environmental Management and Monitoring Plan (RKL-RPL) to the Government of
Indonesia laws and regulations, including: environmental regulations, labor regulations and
implementation of the Occupational Safety and Health Management System (SMK3).

7
Date: April 01, 2002 – May 15, 2004: PT. Miranthi Konsultan Permai, Bandung
Role as Environmental Engineer
Responsibilities:

a. Prepare supporting data related to the physical and chemical properties of the environment
in the preparation of Environmental Impact Assessment (AMDAL) and Environmental
Management and Monitoring Efforts (UKL-UPL).
b. Performing and measuring field data related to the physical and chemical properties of the
environment in the preparation of Environmental Impact Assessment (AMDAL) and
Environmental Management and Monitoring Efforts (UKL-UPL).
c. Provide technical advice in the field of physics and environmental chemistry to the
Chairman of the AMDAL Compilation Team in drafting the Environmental Impact
Reference and Analysis (ANDAL and RKL-RPL).
d. Assisting the Chair of the AMDAL Compilation Team in drafting the Environmental Impact
Reference and Analysis (ANDAL and RKL-RPL).
e. Coordinate with Provincial, municipality and district environmental bodies related to the
preparation of Environmental Impact Assessment (AMDAL) and Environmental
Management and Monitoring Efforts (UKL-UPL).
f. Prepare the socialization agenda for the community related to the preparation of
Environmental Impact Assessment (AMDAL) and Environmental Management and
Monitoring Efforts (UKL-UPL).
g. Verifying the suitability of AMDAL, UKL-UPL and RKL-RPL documents against
Indonesian Government laws and regulations, including: environmental regulations, labor
regulations and implementation of the Occupational Safety and Health Management System
(SMK3).
h. Verifying and validating the field of conformity with the implementation of the
Environmental Management and Monitoring Plan (RKL-RPL) to the Government of
Indonesia laws and regulations, including: environmental regulations, labor regulations and
implementation of the Occupational Safety and Health Management System (SMK3).

Environmental Studies

 Work Implementation Studies of Harmonization Danau Pulau Besar and Danau Bawah, BOB
PT. BSP – Pertamina Hulu (2013).

 Work Implementation Studies of ANDAL, RKL & RPL on Soil at Plumbon Sub-district,
Cirebon PT. Prasidha IntiJaya–Surabaya (2012).

 Work Implementation Studies of ANDAL, RKL & RPL Industrial Activities PT. Indorama
Synthetics Purwakarta (2012).

 Work Implementation Studies of ANDAL, RKL & RPL Industrial Area Development
Activity of PT. Sinar Texindo Utama Located at Kopo Sub - district and Jawilan Sub-
district,Regency of Serang (2012).

 Work Implementation Studies of ANDAL, RKL & RPL Reclamation Activity Plan For
Industrial Area of PT.Sumber Bina Sukses at Bojonegara Sub- district,Regency of Serang
(2012).
8
 Work Implementation Study ANDAL, RKL & RPL Kegiatan LNG Receiving Terminal
PT.Trans Lintas Nusa Gemilang Regency of Bekasi (2011).

 Study AMDAL Proyek Goldwood PT. Kagum Bangun Nusantara Regency of Bandung
(2011).

 Environmental Baseline Assessment PT. Northern Yamano Technology Oil Resources East
Pamai (2010).

 Acquire Professional Assistance in Preparing Supplement to RKL RPL Study for New
Development Wells.EMP Malacca Strait Kondur Petroleum S.A 2008 (2010)

 Work Implementation UKL & UPL PT. Sanbe Farma Unit I – Regency of Cimahi (2008).

 Work Implementation of UKL & UPL PT. Sanbe Farma Unit II – Regency of Cimahi (2008).

 Study Work Implementation of AMDAL, RKL & RPL Industrial Activity Plan of Smelting
and Stamping of Iron and Steel of PT. Central Steel Indonesia Regency of Bekasi (2008).

 Study Work implementation of UKL & UPL PT. Trina Ksatra Sejahtera Abadi Regency of
Bandung (2008).

 Study Work Implementation of UKL & UPL CV. BADJATEX, Jln.Citepus No.5
Dayeuhkolot, Regency of Bandung. 2007 (2008).

 Work Implementation of Study Preparation of UKL–UPL Garment Industrial PT.Gistex


Garment Cileunyi, Regency of.Bandung (2007).

 Work Implementation of Preparation of Environmental Impact Analysis AMDAL Hotel


Hilton Bandung,West Java (2007)

 Transpalants Coral Team at Pramuka Island, Seribu Archipelago, PT. Kharisma Surya Lestari
Jakarta (2005).

 Study Work Preparation of System Development of AMDAL for Province level; Qipra,
World Bank ,and Ministry of Environmental (2004).

Anda mungkin juga menyukai