Konflik Dan Perdamaian KLP 6
Konflik Dan Perdamaian KLP 6
perdamaian
Kelompok 6
SLIDESMANIA.COM
Audy Adelia Putri Agussalim (210701501132)
Perdamaian adalah Kondisi yang ditandai dengan rendahnya tingkat permusuhan dan
agresi, serta hubungan yang saling menguntungkan.
SLIDESMANIA.COM
01 WHAT CREATES CONFLICT?
SLIDESMANIA.COM
A. Dilema sosial
1. THE PRISONER’S DILEMMA (dilema terdakwah) 2. THE TRAGEDY OF THE COMMONS (tragedi alun-alun)
Salah satu teori yang terkemuka dalam Alun-alun atau the commons seharusnya memberi
menjelaskan konflik antarindividu adalah dari Rapaport manfaat kepada sebanyak-banyaknya orang, yaitu kalau setiap
dalam Sarwono (2001), yaitu yang dikenal sebagai teori orang memanfaatkan alun-alun atau the commons itu sampai
dilemma terdakwa (prisoner dilemma). Dalam kehidupan batas tertentu saja. Kalau setiap orang memanfaatkan alun-
sehari-hari teori dilema terdakwa ini dapat alun atau the commons itu untuk kepentingannya sendiri,
menjelaskan mengapa dua orang atau dua kelompokk semua orang akan dirugikan. Akan tetapi, justru perilaku yang
yang saling bermusuhan tidak mau saling berdamai, merugikan itulah yang lebih sering dilakukan. Seorang ahli ilmu
walaupun keduanya sama-sama menderita kerugian. lingkungan bernama Garret Hardin (Sarwono, 2001)
Kalau saya yang mengajak berdamai lebih dahulu, saya mengamati gejala ini dan menamakannya tragedi alun-alun atau
yang rugi karena seakan-akan saya yang salah dan dia the tragedy of the commons.
yang benar sehingga saya harus minta maaf duluan.
Sementara itu, lawan saya akan berpikir sama dengan
saya sehingga ia pun tidak mau berinisiatif untuk
SLIDESMANIA.COM
berdamai.
Mengatasi dilema sosial
Walaupun dilema sosial sulit dihindari, dicegah atau diatasi sepenuhnya, para peneliti berusaha menemukan beberapa cara
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya dan memperkecil dampak negative dari dilema sosial. Cara-cara itu antara lain
sebagai berikut :
1. Pengaturan (pembuatan aturan)
Semua menyepakati suatu aturan tertentu agar masing-masing dapat memperoleh hasil yang optimal.
3. Komunikasi
komunikasi yang baik adalah satu satu cara mengatasi dilema sosial yang dianjutkan. Komunikasi ternyata juga mengurangi saling ketidakpercayaan.
Orang yang menyangka bahwa orang lain tidak mau bekerja sama, juga tidak akan mau bekerja sama, sedangkan tidak adanya kerjasama
meningkatkan saling ketidakpercayaan. Dalam komunikasi saling bekerja sama dan saling percaya dapat ditingkatkan (Messe & SIvacek dalam
Sarwono, 2001).
4. Pembalikan manfaat
Yang tadinya menguntungkan dibuat tidak menguntungkan, sebaliknya yang tadinya tidak menguntungkan dibuat menguntungkan
● Pada bulan Oktober-November 1996, jutaan pengungsi Hutu di Zaire terperangkap dan terjepit di tengah
antara Zaire dan pemberontak Tutsi untuk yang didukung oleh tentara Rwanda (yang dikuasai oleh suku
Tutsi). Bantuan makanan dan obat-obatan dari organisasi-organisasi sosial tidak dapat masuk dan tidak dapat
mencapai para pengungsi itu. Ketika persediaan yang masih tersisa dibagikan, terjadi perebutan antar
manusia-manusia dalam masa pengungsian. Yang terkuat yang menang. Seorang pemuda yang tubuhnya kuat
merebut sekotak makanan dari seorang ibu yang menggendong bayinya, seorang ibu yang berhasil
mendapatkan makanan dikejar ramai-ramai oleh serombongan anak-anak remaja sehingga ia lari pontang-
panting dan jatuh tunggang langgang dan makanannya berserakan
● Persaingan yang sudah tidak memandang bulu lagi itu dapat terjadi juga antar dokter, penginjil, ahli hukum,
professor, pengusaha, gelandangan, pelacur seperti yang terjadi di kalangan tawanan di kamp. Jepang dalam
masa Perang Dunia II di CIna (Gilkey dalam Sarwono, 2001).
● M. Sheriff (dalam Sarwono, 2001) pada tahun 1919 menyaksikan sendiri tentara Yunani yang memasuki
kotanya di Turki (dalam perang dunia I), menembaki orang seenaknya ke kanan dan ke kiri.
Ketiga contoh diatas membuktikan bahwa reaksi yang negative dalam kompetisi dipicu oleh situasi yang
SLIDESMANIA.COM
negative juga dalam kompetisi itu sendiri, bukan oleh factor-faktor lain, seperti maslaah rasial, status
sosial ekonomi atau agama.
c. ketidakadilan
Faktor lain yang dapat menimbulkan konflik, baik antar individu maupun antar kelompok adalah
ketidakadilan. Secara teoritis perasaan ketidakadilan ini timbul karena adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan yang menimbulkan frustasi. Frustasi ini pada gilirannya menimbulkan perilaku agresif. Teori yang
dikemukakan oleh Dollard dalam Sarwono (2001) dan Miller (dalam Sarwono, 2001) ini disebut sebagai teori
frustasi-agresi.
Versi yang lebih baru dari teori frustasi-agresi ini adalah teori deprivasi relative. Deprivasi relative
adalah persepsi tentang kesenjangan antara harapan dan kesejangan itu sendiri dapat langsung menimbulkan
perilaku agreasi.
Akan tetapi, baik deprivasi maupun frustasi tersebut yang bermuara pada perasaan ketidakadilan, pada
umumnya berawal dari adanya “peraturan utama” yang mengatakan bahwa “Siapa yang lebih utama dialah yang
membuat peraturan”. Adanya peraturan utama inilah yang menyebabkan setiap pihak (orang, golongan, kelompok,
suku, ras) ingin menjadi utama (berkuasa, memerintah, mengatur).
SLIDESMANIA.COM
D. KESALAHAN PERSEPSI
Kesetaraan ternyata juga belum menjamin kerja sama yang baik antara dua kelompok. Dalam
eksperimen Sherif (dalam Sarwono, 2001) yang telah diuraikan diatas, kelompok Elang dan Ular
tetap bermusuhan walaupun kompetisi telah dihentikan. Kegiatan-kegiatan bersama yang tidak
kompetitif: menonton, makan bersama, dan memasang kembang api, tetap diwarnai oleh
permusuhan. Sesekali permusuhan sudah terjadi sulit untuk mendamaikan kembali. Namun,
tidak berarti bahwa kedua kelompok sama sekali tidak dapat didamaikan. Dalam eksperimennya
itu, Sherif (dalam Sarwono, 2001) membuktikan bahwa ada factor-faktor tertentu yang dapat
memperbaiki hubungan antara dua kelompok.
• Belajar bersama
SLIDESMANIA.COM
c. KOmunikasi
Komunikasi antarkelompok yang dapat meningkatkan kerjasama, dapat berwujud salah satu dari tiga bentuk yang berikut.
(1) Tawar Menawar (bargaining), (2) dengan perantaraan pihak ketiga (mediasi), (3) arbritasi (mediasi aktif, dimana pihak
ketiga ikut menawarkan alternative penyelesaian masalah).
● Mediasi
Untuk menyelamatkan kedua pihak dari kehilangan muka, diperlukan pihak ketiga, yaitu mediator. Peran mediator hanya
menjadi penghubung atau penengah antara kedua pihak sehingga tercapai penyelesaian masalah sebagaimana yang
diharapkan tanpa harus ada yang kehilangan muka. Dengan perkataan lain, mediator berfungsi untuk mengubah dari konflik
menang-kalah (win-loose conflict) menjadi konflik menang-menang (win-win conflict) (Pruitt dalam Sarwono, 2001).
● Arbritasi
Kalau mediasi tidak berhasil, sangat boleh jadi diperlukan abritasi. Kegagalan tawar menawar, baik langsung maupun melalui
mediator kemungkinan disebabkan karena kedua pihak sudah membekukan posisinya masing-masing dan tidak mau bergeser
lagi. Kedua pihak merasa bahwa dengan membekukan posisi itu mereka akan memperoleh kemenangan dengan negosiasi yang
SLIDESMANIA.COM
sedang terjadi. Dalam keadaan ini diperlukan campur tangan aktif dari pihak ketiga yang bukan hanya menawarkan
alternative, melainkan juga menegakkannya bahwa kalau perlu memaksakannya dengan kekuasaan.
D. KONSILIASI
Kalau dua kelompok sudah sama sekali
tidak dapat saling dihubungkan, tidak
ada gunanya untuk melanjutkan usaha
komunikasi . Dalam keadaan ini
sebaiknya masing-masing pihak
mengundurkan diri, saling menghindari
kontak untuk menghindari hal-hal yang
negative. Pengunduran diri ini
dinamakan konsiliasi dan tujuannya
adalah untuk meredakan ketegangan.
SLIDESMANIA.COM
Thank you!
SLIDESMANIA.COM