Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN


FISKAL TERADAP PERMINTAAN TOTAL
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Teori Ekonomi Makro

Dosen Pengampu : Bapak Drs.Ec. Budiono, M.Si

Disusun Oleh :
1. Ainun Is Yuni Zafirah 20080574024
2. Moch. Nur Angga 20080574029
3. Zahara Ayu Chairani 20080574130
4. Muhammad Ridhwan Haekal 20080574139
5. Elza Oktavia Marsyanda 20080574143
6. Ahmad Diya’ul Haq A. 20080574149

KELAS 2020 B
JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT , yang atas rahmat-Nya sehingga
kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ permintaan dan penawaran total”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Teori
Ekonomi Makro Jurusan Manajemen Universitas Negeri Surabaya.
Dalam penulisan makalah ini kelompok kami masih merasa banyak kekurangan baik pada
teknis dalam penulisan maupun penyampaian materi , mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini , khususnya kepada
Dosen Pengampu mata kuliah Teori Ekonomi Makro , Bapak Drs. Ec. Budiono , M.Si., yang
telah memberikan tugas dan bimbingan , sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Dengan kerendahan hati , penulis memohon maaf apabila ketidaksesuaian kalimat dan
kesalahan. Meskipun demikian , penulis terbuka pada kritik dan dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.

Surabaya , 19 April 2021

Penyusun

Kelompok 4

PERMINTAAN AGREGAT
i
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 2
2.1 Permintaan Total ............................................................................................................................ 2
2.2 Komponen Permintaan Total ........................................................................................................ 2
2.3 Kurva Permintaan Total dan Determinannya ............................................................................. 4
2.4 Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Permintaan Agregat .................................................. 5
2.5 Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Permintaan Agregat .................................................... 10
2.6 Menggunakan Kebijakan untuk Menstabilkan Perekonomian............................................ 14
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 16
3.2 Saran ............................................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17

PERMINTAAN AGREGAT
ii
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Harga pada perekonomiaan biasanya tidak lepas dari faktor permintaan dan penawaraan ,
seperti teori dalam hukum ekonomi apabila permintaan naik sedangkan penawaraan tetap
secara otomatis harga akan ikut naik sesuai dengan naiknya permintaan , sebaliknya apabila
permintaan tetap sedangkan penawaraan terus bertambah harga akan cenderung turun karena
pada dasarnya tingkat harga akan sama dengan tingkat permintaan dan berbanding terbail
dengan tingkat penawaraan.
Pada zaman modren seperti sekarang ini kebanyakan orang menganggap bahwa ilmu
ekonomi adalah ilmu yang hanya dimulai dan diakhiri dengan hukum permintaan dan
penawaran.Tentu saja anggapan ini terlalu mengandalkan ilmu ekonomi sebagai ilmu yang
sangat sederhana. Akan tetapi menurut saya hukum yang dikenal dengan hukum penawaran
dan permintaan memang merupakan bagian yang terpenting dalam pemahaman kita
mengenai pasar. Apabila kita membicarakan pasar tentunya tidak luput dari perdagangan.
Perdangan yang paling sering terjadi adalah perdangan di pasar.
Di dalam perekonomian pasar tentunya ada yang disebut permintaan dan
penawaran.Permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada jumlah dalam waktu
tertentu,sedangkan penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang tersedia dan dapat
ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada setiap tingkat harga selama periode waktu
tertentu. Dari sini kita sudah melihat bahwa Permintaan dan Penawaran memiliki hubungan
yang erat satu sama lain untuk mendukung perdagangan. Pertama kita perlu mengetahui apa
faktor saja yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, berikutnya kita dapat melihat
bagaimana permintaan dan penawaran membentun harga pasar
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari permintaan total?
b. Apa pengaruh kebijakan moneter terhadap permintaan total?
c. Apa pengaruh kebijakan fiscal terhadap permintaan total?
1.3 Tujuan
a. Agar mahasiswa mengetahui manfaat permintaan total
b. Agar mahasiswa mengetahui faktor permintaan total
c. Agar maasiswa mengetahui pengaruh kebijakan moneter terhadap permintaan total
d. Agar mahasiswa mengetahui pengaruh kebijakan fiscal terhadap permintaan total

PERMINTAAN AGREGAT
1
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Permintaan Total
Permintaan agregat merupakan total dari seluruh permintaan barang dan jasa yang
terjadi dalam sebuah ekonomi. Permintaan tersebut muncul dari sektor rumah tangga dan
pemerintah. Definisi dari permintaan agregat dalam perekonomian tertutup adalah jumlah
jumlah seluruh komponen pengeluaran konsumsi (C) yang dilakukan oleh sektor rumah
tangga, pengeluaran untuk investasi (I) dan juga belanja pemerintah (G) terhadap barang dan
jasa domestik. Dengan demikian, permintaan agregat akan menghubungkan antara output
total yang dihasilkan oleh suatu ekonomi dengan tingkat harga umum yang berlaku (seberapa
banyak barang dan jasa yang diminta oleh masyarakat pada tingkat harga tertentu).
2.2 Komponen Permintaan Total
Untuk memahami permintaan agregat, mari kita gambarkan komponennya. Kita
menghitung permintaan agregat dengan menjumlahkan permintaan dari empat sektor
ekonomi makro (rumah tangga, bisnis, pemerintah, dan eksternal):
a. Konsumsi
Konsumsi mewakili pengeluaran rumah tangga untuk barang dan jasa. Penentu
utama dari komponen ini adalah pendapatan disposabel (disposable income), kadang-
kadang juga disebut pendapatan setelah pajak atau pendapatan sekali pakai. Pengeluaran
sekali pakai yang lebih tinggi meningkatkan konsumsi dan tabungan. Berapa banyak
yang ditabung dan dikonsumsi rumah tangga dari tambahan uang yang mereka terima, itu
tergantung pada kebiasaan rumah tangga. Kita mengukur kebiasaan ini melalui indikator
kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) dan
kecenderungan menabung marginal (marginal propensity to save). Karena disposable
income juga tergantung pada pajak, kita juga perlu mempertimbangkan pengaruh variabel
ini dalam analisis konsumsi rumah tangga.
Mengurangi pajak pribadi membuat rumah tangga memiliki lebih banyak uang
untuk dibelanjakan atau untuk ditabung. Sebaliknya, kenaikan pajak mengurangi
pendapatan disposabel, karenanya konsumsi dan tabungan.Beberapa faktor
mempengaruhi konsumsi rumah tangga. Diantaranya adalah kekayaan, ekspektasi
konsumen, inflasi, dan suku bunga. Namun, para ekonom menyimpulkan bahwa
disposable income adalah faktor yang paling dominan dalam menjelaskan konsumsi

PERMINTAAN AGREGAT
2
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

b. Investasi
Pengeluaran investasi adalah pembelian barang dan jasa oleh bisnis. Pembelian
biasanya untuk modal fisik, yang sangat penting untuk kapasitas produksi mereka.
Keputusan investasi terutama tergantung pada keuntungan yang diharapkan dan biaya
pendanaan. Ekonom menggunakan PDB riil sebagai proksi untuk menjelaskan
keuntungan yang diharapkan. Pengembalian investasi baru yang diharapkan tinggi ketika
PDB riil berekspansi. Dan sebaliknya, ketika PDB riil turun (kontraksi), investasi
semacam itu cenderung tidak menguntungkan. Alasannya adalah bahwa, selama
kontraksi, permintaan barang dan jasa lemah. Oleh karena itu, tidak mungkin perusahaan
dapat menjual output tambahan yang dihasilkan dari investasi modal baru. Biaya
pendanaan juga mempengaruhi investasi bisnis. Untuk mengukur biaya, para ekonom
menggunakan suku bunga riil daripada suku bunga nominal. Suku bunga riil adalah
tingkat bunga nominal yang disesuaikan dengan inflasi. Suku bunga riil yang lebih
rendah menyebabkan biaya investasi yang lebih rendah. Dan, efek sebaliknya berlaku
ketika suku bunga riil lebih tinggi.

c. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah dianggap sebagai variabel eksogen. Itu karena variabel
ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, nilai tukar mata uang, dan suku bunga; tidak
mempengaruhi keputusan pengeluaran.

d. Ekspor Bersih
Ekspor neto sama dengan ekspor dikurangi impor. Ekspor adalah permintaan
asing untuk output dalam negeri. Impor mewakili permintaan domestik untuk output
orang asing. Komponen ini ditentukan oleh pendapatan dan harga relatif antara ekonomi
domestik dan dunia. Secara agregat, pertumbuhan PDB riil mewakili pendapatan suatu
negara, dan tingkat inflasi mencerminkan harga umum suatu negara. Juga, karena
perdagangan internasional melibatkan mata uang yang berbeda, nilai tukar
mempengaruhi tingkat harga. Oleh karena itu, dalam menilai permintaan agregat, para
ekonom menggunakan nilai tukar riil daripada nilai tukar nominal. Meningkatnya PDB
riil domestik mendorong permintaan akan barang-barang impor, mengurangi ekspor neto
dan sebaliknya. Sementara itu, penurunan harga barang-barang domestik (mungkin
karena depresiasi mata uang) membuat barang-barang ini lebih murah bagi orang asing,
sehingga meningkatkan ekspor neto.

PERMINTAAN AGREGAT
3
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

2.3 Kurva Permintaan Total dan Determinannya

Gambar 1. Kurva permintaan total

Kurva permintaan agregat secara grafis mewakili AD. Kurva memiliki kemiringan ke
bawah, yang berarti bahwa kuantitas yang diminta berkurang ketika tingkat harga meningkat.
Pergerakan di sepanjang kurva terjadi karena perubahan tingkat harga. Sementara itu, perubahan
faktor-faktor selain tingkat harga menggeser kurva permintaan agregat. Pergeseran ke kanan
berarti peningkatan permintaan agregat, sementara pergeseran ke kiri menunjukkan penurunan.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan agregat dan kurvanya:
1. Ekspektasi konsumen akan pendapatan masa depan
2. Kekayaan konsumen
3. Ekspektasi bisnis
4. Pemanfaatan kapasitas
5. Kebijakan moneter seperti suku bunga dan operasi pasar terbuka
6. Kebijakan fiskal seperti pengeluaran pemerintah dan pajak
7. Kurs
8. Pertumbuhan ekonomi global

Dari definisi diatas maka kita bisa membentuk persamaan matematis untuk permintaan
agregat sebagai berikut.
AE = C + I + G

PERMINTAAN AGREGAT
4
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

Keterangan :

• AE = Pengeluaran agregat (agregate expenditure)


• C = Konsumsi rumah tangga termasuk pengeluaran untuk barang dan jasa
• I = Pengeluaran untuk investasi
• G = Belanja pemerintah untuk barang dan jasa

Kurva dari permintaan agregat tersebut dapat di presentasikan dalam sebuah kurva yang
biasa kita sebut dengan kurva permintaan agregat. Kurva permintaan agregat merupakan kurva
yang menunjukkan kombinasi antara tingkat harga (P) dan tingkat output (Y) dimana pasar
barang dan pasar uang berada dalam kondisi equlibrium (keseimbangan).

2.4 Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Permintaan Agregat

a. Permintaan Agregat
Kurva permintaan agregat menunjukkan jumlah permintaan barang dan jasa dalam
perekonomian untuk sembarang tingkat harga, dan bentuk kurva permintaan agregat
bergerak menurun karena tiga alasan berikut :
1. Pengaruh Kekayaan
Tingkat harga yang lebih rendah menaikkan nilai rill uang yang dipegang oleh rumah
tangga, sedangkan kesejahteraan yang lebih tinggi ini mendorong belanja konsumen.
2. Pengaruh Suku Bunga
Tngkat harga yang lebih rendah menurunkan suku bunga, karena orang berusaha
untuk meminjamkan kelebihan uang yang mereka pegang, sedangkan suku bunga
yang lebih rendah mendorong pengeluaran untuk investasi.
3. Pengaruh Nilai Tukar
Apabila tingkat harga yang lebih rendah menurunkan tingkat suku bunga, investor
memindahkan Sebagian dari dana mereka ke luar negeri dan menyebabkan mata uang
domestic mengalami depresiasi relative dengan mata uang asing.

b. Teori Preferensi Likuiditas


John Maynard Keynes mengajukan teori preferensi likuiditas untuk menjelaskan
faktor-faktor yang menentukan suku bunga dalam perekonomian. Menurut Keynes suku
bunga berubah-ubah untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran uang. Para
ekonom membagi suku bnga menjadi dua macam, yaitu :
1. Suku bunga nominal, merupakan suku bunga yang umum dilaporkan

PERMINTAAN AGREGAT
5
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

2. Suku bunga rill, merupakan suku bunga yang telah dikoreksi dengan pengaruh inflasi
Fokus pembahasan teori ini adalah pada jumlah uang yang beredar dan permintaan
uang, serta bagaimana masing-masing bergantung pada suku bunga.

c. Jumlah Uang yang Beredar


Jumlah uang yang beredar dikendalikan oleh bank sentral. Bank sentral biasanya
mengubah jumlah uang yang beredar melalui :
1. Pembelian dan penjualan obligasi pemerintah dalam operasi pasar terbuka
2. Mengubah persyaratan persyaratan cadangan (jumlah cadangan yang harus
dimiliki oleh bank-bank terhadap simpanan)
3. Mengubah tingkat diskonto (suku bunga yang ditanggung oleh bank-bank pada
saat meminjam cadangan dari bank sentral
Jumlah uang yang beredar dalam perekonomian ditetapkan di sembarang tngkat yang
diputuskan oleh bank sentral. Karena ditetapkan oleh kebijakan bank sentral, jumlah uang
yan beredar tidak bergantung pada variabel-variabel ekonomi lainnya dan tidak
bergantung pada suku bunga atau dapat dikatakan bahwa jumlah uang yang beredar tidak
berubah, oleh karena itu gambar kurva jumlah uang yang beredar berbentuk lurus
vertical, seperti terlihat pada gambar 1.

d. Permintaan Uang
Ada banyak factor yang menentukan jumlah permintaan uang, akan tetapi factor
yang digarisbawahi oleh teori preferensi likuiditas adalag suku bunga. Alasannya adalah
suku bunga merupakan biaya kesempatan untuk memiliki uang. Kenaikan suku bunga
menaikkan biaya kepemilikan uang sehingga mengurangi jumlah permintaan uang.
Penurunan suku bunga mengurangi biaya kepemilikkan uang dan menaikkan jumlah
permintaan. Oleh karena itu, kurva permintaan uang berbentuk miring dari kiri atas ke
kanan bawah, seperti terlihat pada gambar 1.

PERMINTAAN AGREGAT
6
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

Keterangan :

• MS = Jumlah uang yang beredar


• MD = Permintaan uang
• r* = Suku bunga keseimbangan
• M* = Jumlah uang yang ditetapkan
oleh bank sentral

Gambar 1. Keseimbangan di pasar uang


e. Keseimbangan di Pasar Uang
Menurut teori preferensi likuiditas, suku bunga berubah-ubah untuk menyeimbangkan
jumlah uang yang beredar dan permintaan uang. Ada jenis suku bunga yang disebut
dengan suku bunga keseimbangan yang menyebabkan jumlah permintaan uang tetap
seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Apabila suku bunga berada di tingkat lain,
orang akan berusaha menyesuaikan portofolio asset mereka sehingga mendorong suku
bunga ke titik keseimbangannya.

f. Kemiringan ke Bawah Kurva Permintaan Agregat

agregat

Gambar 2. Kurva pasar uang dan kurva permintaan


agregat

PERMINTAAN AGREGAT
7
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

Tingkat harga merupakan suatu penentu jumlah permintaan uang. Pada harga lebih
tinggi, uang yang dipertukaran semakin banya setiap kali barang atau jasa dijual.
Akibatnya orang akan memilih untuk menaikkan jumlah permintaan pada setiap suku
bunga yang berlaku. Oleh karena itu, kenaikan tingkat harga dari P 1 menjadi P2
menggeser kurva permintaan ke kanan dari MD1 menjadi MD2, seperti terlihat pada
panel (a) gambar 2.
Perhatikan bahwa pergeseran kurva permintaan uang ini mempengaruhi
keseimbangan di pasar uang. Agar jumlah uang yang beredar tidak berubah, suku bunga
harus naik untuk menyeimbangkan jumlah uang yang ingin dimiliki oleh masyarakat dan
menggeser kurva permintaan uang ke kanan. Namun, karena jumlah uang yang beredar
tidak berubah sehingga suku bunga harus naik dari r1 menjadi r2 untuk mencegah
permintaan tambahan.
Kenaikan suku bung aini tidak hanya mempengaruhi pasar uang, tetapi juga jumlah
permintaan barang dan jasa, seperti terlihat pada pane (b) gambar 2. Pada suku bunga
yang lebih tinggi, biaya peminjaman dan pengembalian tabungan lebih tinggi. Ketika
tingkat harga naik dari P1 menjadi P2 yang menyebabkan permintaan uang naik dari MD1
menjadi MD2 dan menaikkan suku bunga dari r1 menjadi r2, jumlah permintaan barang
dan jasa turun dari Y1 menjadi Y2.
Dengan demikian, analisis pengaruh suku bung aini dapat dirangkum menjadi tiga
langkah, yaitu :
1. Tingkat harga yang lebih tinggi menaikkan permintaan uang, begitupun sebaliknya
2. Permintaan uang yang lebih tinggi menyebabkan suku bunga menjadi lebih tinggi,
begitupun sebaliknya
3. Suku bunga yang lebih tinggi mengurangi jumlah permintaan barang dan jasa,
begitupun sebaliknya
Hasil akhir analisis ini adalah terdapat hubungan yang negative antara tingkat harga
dan jumlah permintaan barang dan jasa yang diilustrasikan oleh kurva permintaan agregat
yang miring ke bawah.

PERMINTAAN AGREGAT
8
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

g. Perubahan Jumlah Uang yang Beredar

Gambar 3. Kurva pasar uang dan permintaan


agregat
apabila ada suntikan moneter
Satu variabel penting yang menggeser kurva permintaan agregat adalah kebijakan
moneter. Untuk melihat bagaimana kebijakan moneter mempengaruhi perekonomian
jangka jangka pendek, anggap bahwa bank sentral meningkatkan jumla uang yang
beredar dengan membeli surat obligasi pemerintah melalui operasi pasar terbuka. Mari
kita amati bagaimana suntikan moneter ini mempengaruhi suku bunga keseimbangan
pada tingkat harga tertentu. Hal ini akan memberitahukan kepada kita apa pengaruh
suntikan tersebut terhadap posisi kurva permintaan agregat.
Seperti pada gambar 3 panel (a), kenaikan jumlah uang yang beredar menggeser
jumlah kurva jumlah uang yang beredar ke kanan dari MS 1 ke MS2. Karena kurva
permintaan uang belum berubah, suku bunga turun dai r 1 menjadi r2 untuk
menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang. Artinya, suku bunga harus turun agar
orang memiliki uang tambahan yang dibuat oleh bank sentral.
Suku bunga mempengaruhi jumlah permintaan barang dan jasa, seperti terlihat pada
panel (b) gambar 3. Suku bunga yang lebih renah menuunkan biaya pinjaman dan tingkat
pengembalian dari tabungan. Akibatnya, jumlah permintaan barang dan jasa pada tingkat
harga tertentu P, naik dari Y1 ke Y2. Tentu saja tidak ada yang istimewa dengan P.
Suntikan moneter meningkatkan jumlah permintaan barang dan jasa pada semua tingkat
haga. Oleh karena itu, kurva permintaan agregat secara keseluruhan bergeser ke kanan.

PERMINTAAN AGREGAT
9
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

Dapat disimpulkan bahwa apabila bank sentral menaikkan jumlah uang yang
beredar, suku bunga turun dan jumlah permintaan barang dan jasa untuk tingkat harga
tertentu naik yang menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kanan.
Sebaliknya, apabila bank sentral menurunkan jumlah uang yang beredar, suku bunga naik
dan jumlah permintaan barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu turun, yang
menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kiri.

h. Peranan Target Suku Bunga dalam Kebijakan Moneter


Cara lain bagi bank sentral untuk untuk melakukan kebijakan moneter adalah dengan
menargetkan suku bunga pinjaman jangka pendek bagi bank-bank daripada menargetkan
jumlah uang yang beredar, sebagiannya karena jumlah uang yang beredar sulit diukur
dengan cukup tepat. Teori preferensi likuiditas memberi satu prinsip penting : Kebijakan
moneter dapat dijelaskan, baik dalam termonologi jumlah uang yang beredar maupun
terminology suku bunga.
Apabila bank sentral menurunkan target suku bunga, penjual obligasi membeli
obligasi pemerintah, dan pembelian ini menaikkan jumlah uang yang beredar dan
menurunkan suku bunga keseimbangan (seperti terlihat pada gambar 3). Begitupun
sebaliknya, apabila bank sentral menaikkan target suku bunga, penjual obligasi menjual
obligasi pemerintah, dan penjualan ini menurunkan jumlah uang yang beredar dan
menaikkan suku bunga keseimbangan.

2.5 Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Permintaan Agregat


Pemerintah dapat memengaruhi perilaku ekonomi tidak hanya melalui kebijakan moneter
tetapi melalui kebijakan fiskal.Dalam jangka pendek,pengaruh utama kebijakan fiskal adalah
terhadap permintaan agregat barang dan jasa.

a. Perubahan-Perubahan dalam Pembelanjaan Negara


Ketika mengubah jumlah uang yang beredar atau tingkat pajak, pemerintah
mengubah kurva permintaan agregat dengan memengaruhi keputusan belanja perusahaan
atau rumah tangga.Sebaliknya,ketika mengubah belanja barang dan jasanya sendiri
pemerintah mengubah kurva permintaan agregat secara langsung.

b. Efek Penggandaan
Efek penggandaan (multiplier effect) adalah pergeseran tamabahan pada
permintaan agregat yangmuncul jika kebijakan fiscal ekspansif meningkatkan pendapatan
yang menyebabkan kenaikan belanja konsumen.Efek pengendalian ini berlanjut,ketika

PERMINTAAN AGREGAT
10
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

belanja konsumen meningkat,perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang-barang


konsumen memperkerjakan lebih banyak orang dan meraih lebih banyak
keuntungan.Pendapatan dan keuntungan yang lebih tinggi kembali mendorong belanja
konsumen.Oleh karena itu,ada umpan balik positif terhadap permintaan yang meningkat
yang menimbulkan kenaikan pendapatan dan menyebabkan permintaan menjadilebih
meningkat.Apabila seluruh efek ini digabungkan,efek totalnya terhadap jumlah
permintaan barang dan jasa dapat lebih besar dari pada rangsangan awal dari belanja
pemerintah yang lebih besar.Efek penggandaan yang muncul akibat respons belanja
konsumen ini dapat diperkuat melalui respons investasi terhadap tingkat permintaan yang
lebih tinggi.

c. Rumus Penggandaan Belanja


Sedikit aljabar memungkinkan untuk menurunkan rumus besar efek penggandaan
yang muncul dari belanja konsumen.Angka penting dalam rumus ini adalah
kecenderungan konsumsi marginal (marginal propensity to consum-MPC),bagian
pendapatan tambahan yang dikonsumsi oleh rumah tangga dan ditabungkan oleh rumah
tangga.Sebagai contoh, anggap bahwa kecenderungan mengonsumsi marginal adalah 3/4.
Ini berarti bahwa untuk setiap dolar tambahan yang diperoleh rumah tangga, rumah
tangga tersebut membelanjakan $0,75 (3/4 dari satu dolar) dan menabung $0,25. Dengan
MPC sebesar 3/4, ketika pegawai dan pemilik Buildit memperoleh pendapatan sebesar
$20 miliar dari kontrak pemerintah, mereka meningkatkan belanja konsumen sebesar 3/4
x $20 miliar atau sama dengan $15 miliar. Untuk mengetahui dampak total terhadap
permintaan barangdan jasa,maka akan menambahkan seluruh efek ini :

Perubahan belanjapemerintah = $20 miliar


Perubahan pertama pada konsumsi = MPCX $20 miliar
Perubahan kedua pada konsumsi = MPC2X $20 miliar
Perubahan ketiga pada konsumsi = MPC3X $20 miliar “ ““ “
Jumlah perubahan permintaan = (1+MPC+MPC2 +MPC3 + ….) x $20
miliar

Disini,”..” melambangkan angka tidak terhingga yang sejenis. Dengan


demikian,kita dapat menuliskan rumus penggandaan sebagai berikut :

Pengganda = 1 + MPC + MPC2 +MPC3 + ...

PERMINTAAN AGREGAT
11
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

Pengganda inimemberitahukan permintaan barang dan jasa yang dihasilkanoleh


setiap dolar belanja pemerintah. Untuk menyederhanakan persamaan pengganda ini,ingat
kembali bahwa ungkapan ini merupakan deret geometris tak hingga.Untuk x antara -1
dan +1

1 + x + x2 + x3 + … = 1/(1-x)

Dalam kasus kita,x = MPC sehingga :


Pengganda = 1÷ (1 – MPC)
Rumus penggandaan ini memberikan kesimpulan penting : Besar pengganda
bergantung pada kecenderungan mengonsumsi marginal.
d. Penerapan Lain dari Efek Penggandaan
Akibat efek penggandaan,satu dolar belanja pemerintah dapatmenghasilkan lebih
dari satu dolar permintaan agregat.Namun,dasar pemikiran dari efek penggandaan ini
tidak terbataspada perubahan balanja pemerintah.Sebaliknya,logika tersebut berlaku
terhadap segala peristiwa yang mengubah semua komponen PDB konsumsi,investasi,
belanja pemerintah atau ekspor neto.Penggandaan merupakan konsep penting dalam
ekonomi makro karena memperlihatkan bagaimana perekonomian dapat menggandakan
dampak perubahan belanja.Perubahan awal yang kecil dalam
konsumsi,investasi,belanja peerintah atau ekspor neto dapat berdampak besar terhadap
permintaan agregat.

e. Efek Pembatasan Paksa

PERMINTAAN AGREGAT
12
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

Efek pengandaan kelihatannya menunjukan bahwa jika pemerintah melakukan


belanja kontrak konstruksi dengan buildit $20 miliar, ekspansi permintaan agregat yang
ditimbulkan pasti lebih besar dari $20 miliar. Penurunan permintaan agregat yang
terjadi apabila ekspansi fiskal menaikan suku bunga disebut dengan efek pembatasan
paksa ( crowding-out effect).
Pengaruh peningkatan permintaan uang diperlihatkan pada panel (a) Figur 5.
Karena bank sentral belum mengubah jumlah uang yang beredar, kurva penawaran
vertikal tidak berubah. Apabila tingkat pendapatan yang lebih tinggi menggeser kurva
permintaan uang kekanan dari MD1 ke MD2 suku bunga harus naik dari r1 ke r2 untuk
menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Sebaliknya, kenaikan suku bunga ini
menurunkan jumlah permintaan barang dan jasa. Khususnya, karena pinjaman lebih
mahal, permintaan rumah baru dan barang – barang investasi untuk keperluan bisnis
menurun.
Artinya, kenaikan belanja pemerintah meningkatkan permintaan barang dan jasa,
dan secara bersamaan mendesak investasi. Efek pembatasan paksa ini sebagian
mengimbangi dampak belanja pemerintah terhadap permintaan agregat, seperti
diilustrasikan pada panel (b) Figur 5. Dampak awal kenaikan belanja pemerintah
mengeser kurva permintaan agregat dari AD1 ke AD2, namun setelah muncul efek
pembatasan paksa, kurva permintaan agregat kembali turun ke AD3. Sebagai
rangkuman : apabila negara menaikan belanjanya sebesar $20 miliar, permintaan
agregat barang dan jasa dapat naik sebesar lebih atau kurang dari $20 miliar, tergantung
apakah efek pengandaan atau efek pembatasan paksa lebih besar.

f. Perubahan – Perubahan Dalam Perpajakan


Perangkat kebijakan fiskal penting lainnya, selain tingkat belanja pemerintah,
adalah tingkat perpajakan. Apabila pemerintah menurunkan pajak pendapatan
perseorangan, misalnya, pendapatan bersih rumah tangga pun menjadi meningkat.
Rumah tangga akan menabun dari pendapatan tambahan ini, namun mereka juga akan
membelanjakan sebagian untuk barang – barang konsumsi. Karena meningkatkan
belanja komsumen, penurunan pajak mengeser kurva permintaan agregat kekanan.
Serupa dengan hal itu, kenaikan pajak menekan belanja konsumen dan mengeser
kurva permintaan agregat keriri.
Besarnya pergeseran permintaan agregat yang ditimbulkan oleh perubahan pajak
juga dipengaruhi oleh efek penggandaan dan pembatasan paksa. Ketika pemerintah
menurunkan pajak dan mendorong belanja konsumen, pernghasilan dan keuntungan
meningkat yang juga mendorong belanja konsumen. Ini merupakan efek pengandaan.
Pada saat yang bersamaan, pendapatan lebih tinggi meningkatkan permintaan uang

PERMINTAAN AGREGAT
13
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

yang cenderung menaikan suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi membuat
pinjaman lebih mahal sehingga menurunkan belanja investasi. Ini merupakan efek
pembatasan paksa. Tergantung besar efek pengandaan dan efek pembatasan paksa,
pergeseran permintaan agregat dapat lebih besar atau lebih kecil dari pada pajak
perubahan yang menyebabkannya.
Penentu besar pergeseran permintaan agregat penting lainnya yang ditimbulkan
oleh perubahan pajak, yakni persepsi rumah tangga tentang apakah perubahan pajak
bersifat semetara atau permanen. Contoh, pemerintah mengumunkan penurunan pajak
sebesar $1000 per rumah tangga. Dalam memutuskan bagaimana jumlah sebesar
$1000 tersebut akan dibelanjakan, rumah tangga harus bertanya berapa lama
pendapatan ekstra ini dapat bertahan. Jika rumah tangga memperkirakan bahwa
penurunan pajak itu bersifat permanen maka mereka akan menganggapnya sebagai
tambahan besar bagi sumber keuangan mereka sehingga meningkatkan belanja
mereka sebesar jumlah itu. Penurunan pajak tersebut akan berdampak besar terhadap
permintaan agregat. Sebaliknya, jika rumah tangga memperkirakan bahwa perubahan
pajak tersebut bersifat sementara, mereka akan memandangnya sebagai tambahan
kecil bagi sumber keuangan mereka sehingga akan meningkatkan belanja mereka
sedikit saja.

2.6 Menggunakan Kebijakan untuk Menstabilkan Perekonomian


a. Pendukung Kebijakan Stabilisasi Aktif
Pemerintah merupakan penentu posisi kurva permintaan agregat. Apabila
pemerintah memangkas belanja pemerintah, permintaan agregat akan turun yang akan
menekan produksi dan lapangan kerja dalam jangka pendek. Jika ingin mencegah
dampak merugikan dari kebijakan fiskal ini, bank sentral dapat bertindak guna
memperluas permintaan agregat dengan meningkatkan jumlah uang yang beredar.
Ekspansi moneter dapat menurunkan suku bunga, mendorong belanja investasi, dan
memperluas permintaan agregat. Jika respon kebijakan moneter tepat, gabungan
perubahan kebijakan moneter dan fiskal tidak akan membuat permintaan agregat barang
dan jasa terpengaruh.
Pemerintah dapat mengubah kebijakan moneter dan fiskalnya untuk merespon
gelombang optimisme dan pesimisme ini sehingga mestabilkan perekonomian. Contoh,
ketika orang pesimis secara berlebihan, bank sentral dapat meningkatkan jumlah uang
yang beredar untuk menurunkan suku bunga dan meningkatkan permintaan agregat
ketika mereka bersikap optimis secara berlebihan bank sentral dapat mengurangi jumlah
uang yang beredar untuk meningkatkan suku bunga dan menurunkan permintaan agregat.

PERMINTAAN AGREGAT
14
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

b. Penentang Kebijakan Stabilisasi Aktif


Seperti kita ketahui kebijakan moneter dilakukan dengan mengubah suku bunga,
yang kemudian mempengaruhi belanja investasi namun demikian, banyak perusahaan
telah membuat perubahan investasi oleh karena itu mayoritas ekonom percaya bahwa
kebijakan moneter memerlukan setidaknya 6 bulan untuk benar – benar mempengaruhi
output dan tingkat penyerapan tenaga kerja kelambanan kebijakan moneter dan fiskal ini
menjadi masalah karena sebagian prakiraan sangat tidak tepat. Apabila para peramal
dapat memprediksi kondisi perekonomian setahun sebelumnya maka pembuat kebijakan
moneter dan fiskal dapat memandang kedepan saat membuat kebijakan tersebut.
Pemerintah dapat mestabilkan perekonomian meskipun menghadapi kelambanan. Namun
kenyataanya, resesi besar dan depresi terjadi tanpa peringatan awal. Hal terbaik yang
dapat dilakukan oleh pemerintah setiap saat adalah merespons perubahan ekonomi ketika
terjadi.

c. Stabilisator Otomatis
Stabilisator otomatis ( automatic stabilizers ) adalah perubahan – perubahan
kebijakan fiskal yang mendorong permintaan agregat ketika perekonomian mengalami
resesi yang tidak mengharuskan pemerintah melakukan tindakan yang disengaja.
Stabilisator otomatis terpenting adalah sistem pajak. Apabila ekonomi mengalami resesi,
jumlah pajak yang dikumpulkan oleh pemerintah menurun secara otomatis karena hampir
semua pajak terkait erat dengan kegiatan perekonomian. Pajak pendapatan pribadi
bergantung pada pendapatan rumah tangga, pajak pernghasilan bergantung pada
pendapatan pekerja, dan pajak pendapatan perusahaan bergantung pada keuntungan
perusahaan. Karena pendapatan, penghasilan, dan keuntungan seluruhnya mengalami
penurunan selama resesi, penghasilan pajak pemerintah juga menurun. Penurunan pajak
secara otomatis ini mendorong permintaan agregat sehingga meringankan fluktuasi
ekonomi.

PERMINTAAN AGREGAT
15
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada bab ini, kita telah melihat pengaruh jangka pendek kebijakan moneter dan
fiskal.Kita melihat bagaimana kedua perangkat kebijakan ini dapat mengubah pemintaan agregat
barang dan jasa sehingga mengubah produksi dan lapangan pekerjaan dalam perekonomian
jangka pendek. Apabila pemerintah mengurangi belanja untuk menyeimbangkan anggaran,
pemerintah perlu memperhitungkan, baik dampak jangka panjang terhadap tabungan dan
pertumbuhan maupun dampak jangka pendek terhadap permintaan agregat dan lapangan kerja.
Apabila pemerintah menurunkan tingkat pertumbuhan jumlah uang yang beredar, pemerintah
perlu memperhitungkan dampak jangka panjang terhadap inflasi dan juga dampak jangka pendek
terhadap produksi.

3.2 Saran
Sebelum membuat perubahan kebijakan pemerintah perlu mempertimbangkan segala
dampak keputusan mereka. Pemerintah dapat mengkaji model ekonomi klasik yang
menggambarkan pengaruh jangka panjang kebijakan moneter dan fiskal . Pada bagian itu
,pemerintah dapat melihat bagaimana kebijakan fiskal mempengaruhi tabungan investasi dan
pertumbuhan jangka panjang, serta bagaimana kebijakan moneter mempengaruhi tingkat harga
dan inflasi.

PERMINTAAN AGREGAT
16
TEORI EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Kota Surabaya 60231
Telp: +6231-8285362 / Fax: +6231-8293416
Laman: https://fe.unesa.ac.id / Email: fe@unesa.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Wilson,Peter. dkk. (2014). Pengantar Ekonomi Makro. (Barley Nicodemus Hutagalung,


Terjemahan). Jakarta:Salemba Empat.

PERMINTAAN AGREGAT
17
TEORI EKONOMI MAKRO

Anda mungkin juga menyukai