Penuntun Praktikum Ibd 2013-2014: Mikroskop Dan Jaringan Dasar & Integumen

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 56

PENUNTUN PRAKTIKUM IBD 2013-2014

MIKROSKOP DAN JARINGAN DASAR & INTEGUMEN


PENGENALAN MIKROSKOP DAN MACAM-MACAM JARINGAN DASAR

PENDAHULUAN

Mikroskop merupakan alat bantu untuk melihat kehidupan sel yang kecil. Pada praktikum ini,
kita mempelajari mikroskop cahaya yang bekerja dengan membelokkan refraksi cahaya. Pada
mikroskop cahaya gabungan, terdiri dari dua atau lebih set lensa yang membelokkan cahaya
yang datang untuk membentuk gambaran lebih besar dari sel atau spesimen lain yang ingin
dilihat. Akan membantu jika bagian-bagian sel dibedakan dengan warna atau densitas dari
lingkungannya. Mikroskop mempunyai resolusi power (RP) yaitu kemampuan untuk
memisahkan dua partikel pada jarak tertentu sehingga dapat dibedakab satu sama lain.
Misalnya: dua partikel akan terlihat berbeda bila mereka terpisah dengan jarak sebesar 0,3 µm
dan mikroskop mempunyai RP sebesar 0,3 µm, maka titik akan terlihat jelas. Tipe mikroskop
dibedakan berdasarkan: sumber cahaya yang dipakai dan RP. Jenis mikroskop elektron dapat
melihat bagian yang lebih kecil didasarkan pada akselerasi aliran elektron yang memiliki
gelombang sekitar 0,005 nanometer dan dapat melihat 100.000 kali daripada cahaya biasa.
Pemilihan jenis mikroskop ini tergantung pada kebutuhan. Jika hanya ingin melihat sel, cukup
dengan menggunakan mikroskop cahaya yang dapat memperbesar gambar maksimal sekitar
1.250 kali (dengan minyak emersi).

KOMPONEN-KOMPONEN PENYUSUN MIKROSKOP CAHAYA

A. BAGIAN OPTIS/ BAGIAN YANG BERUPA LENSA:

1. Kondensor + iris/ diafragma: berhubungan dengan cermin yang berfungsi


memproyeksikan kerucut sinar untuk menyinari objek yang diamati.
2. Cermin: mengkoleksi sinar dan memproyeksikan pada kondensor, terdiri dari lensa datar
dan konkaf.

3. Lensa objektif: memperbesar objek dan memproyeksikan bayangan ke arah lensa


okuler/ lensa mata. Ada tiga jenis lensa objektif berdasarkan kemampuan memperbesar
bayangan yaitu 10X; 45X; dan 100X. Sifat utama lensa objektif adalah adanya apertura
numerik yaitu indeks bias terkecil yang terlihat di antara specimen mikroskopik. Indeks
bias adalah suatu ukuran mengenai rapat optic suatu benda. Mudah tidaknya suatu
gelombang cahaya melintasi suatu benda tergantung rapat optis benda tersebut.

4. Pada lensa objektif terdapat tulisan: Plan 100/ 1,25; 160/ 0,17 artinya: pembesaran
objektif 100X; NA 1,25; Panjang tubus 160 mm dan tebal gelas penutup 0,17 mm.

5. Lensa okuler: memperbesar bayangan dari lensa objektif dan memproyeksikan ke retina
pada mata. Ada dua jenis lensa okuler yaitu: 5X dan 10X/ 12,5X

B. BAGIAN MEKANIK

1. Tubus (observation tube)


2. Tangkai/ lengan (arm)
3. Meja sediaan (stage)
4. Penjepit sediaan (stage clip)
5. Penggerak sediaan (mechanical stage)
6. Pengatur focus makro dan mikro (coarse and fine focus adjustment knob)
7. Pengatur kondensor (condenser dial)
8. Revolver
9. Kaki (base)

PRINSIP KERJA MIKROSKOP CAHAYA

Mikroskop berfungsi sebagai alat pembesar dua tingkat. Lensa objektif melakukan pembesaran
awal dan lensa okuler akan memperbesar bayangan pertama untuk kedua kalinya. Pembesaran
total: hasil kali kekuatan lensa objektif dan lensa okuler.
Lensa kondensor memusatkan cahaya dari sumbernya menjadi suatu berkas sinar terang yang
akan menyinari objek sehingga memberikan cahaya yang cukup terang untuk mengamati
bayangan yang diperbesar tersebut.

GAMBAR-GAMBAR POLA IRISAN:

Gambar yang terlihat di bawah mikroskop merupakan potongan/ irisan dari sediaan jaringan.
Ada tiga macam pola irisan: Cross section, longitudinal section, oblique section. Jadi kita harus
berimaginasi bentuk yang kita lihat dari irisan/ potongannya.

ALAT DAN BAHAN:

1. Mikroskop
2. Preparat: Vesika urinaria, Ren, Intestine, Oviduct, Kulit, Tendo, Jantung, Hepar,
Pembuluh darah arteri dan vena, Darah.

TUJUAN:

Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa mampu:


1. Mengidentifikasi komponen-komponen penyusun mikroskop cahaya
2. Mengetahui prinsip kerja mikroskop cahaya
3. Mengetahui cara penggunaan mikroskop dan beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menggunakan mikroskop
4. Mengetahui pola-pola irisan preparat histologis.
5. Mengidentifikasi dan dapat membedakan secara umum tipe-tipe jaringan dasar
6. Mengidentifikasi fungsi dan letak jaringan dasar.

CARA KERJA:

1. Pengenalanbagian-bagian mikroskop dan fungsinya


2. Pengenalan macam-macam irisan pada mikroskop
3. Identifikasi letak dan fungsi jaringan dasar.
4. Gambarkan jaringan dasar yang anda lihat pada semua preparat yang disediakan
HASIL:

Tugas 1: Sebutkan bagian-bagian dari mikroskop cahaya pada gambar 1!

Gambar 5: Mikroskop cahaya

Tugas 2: Identifikasi tipe-tipe jaringan dasar pada preparat berikut, dan gambarkan jaringan
dasar tersebut di bagian hasil, serta jelaskan fungsinya.
1. Vesika urinaria: epitel selapis gepeng pada tunika serosa, epitel peralihan pada tunika
mukosa
2. Ren/ ginjal: epitel selapis kubus pada tubulus uriniferus
3. Intestine/ usus halus: epitel selapis pada tunika mukosa dan otot polos pada tunika
muskularis.
4. Oviduct: epitel selapis torak bersilia pada tunika mukosa.
5. Kulit: Epitel berlapis gepeng bertanduk pada epidermis.
6. Tendo: jaringan ikat kolagen, otot lurik
7. Cor/ jantung: otot jantung
8. Hepar
9. Pembuluh darah arteri dan vena
10. Darah: macam-macam sel darah

KESIMPULAN

REFERENSI

Starr, C. & Taggart, R. (1998). Biology: the unity and diversity of life. London: International
Thomson Publishing Europe. Hal. 58 – 73 (microscopes, the defining features of
eukayotic cells).
Thibodeau, G.A. & Patton, KT (1994). Anthony’s textbook of anatomy & physiology. St. Louis:
Mosby Year Book, Inc. Hal. 62 – 66 (cell structure and function).
Soeradi O., dkk (1989). Penuntun Praktikum Anatomi Mikroskopik. Jakarta: Bagian laboratorium
biologi kedokteran FKUI.
Singh I. (1991). Buku ajar Histologi Manusia. Alih bahasa: Jan T. Jakarta: Binarupa Aksara. Buku
asli diterbitkan tahun 1988.
Geneser F. (1994). Buku teks histologi. Alih bahasa: F. Arifin G, dkk. Jakarta: Binarupa aksara.
Buku asli diterbitkan tahun 1993.
Petunjuk penggunaan mikroskop cahaya Olympus CH 20.
KOMPONEN TUBUH MANUSIA TERDIRI DARI:
1. Sel: adalah bagian terkecil dari makhluk hidup (tubuh manusia)
2. Jaringan: adalah sekumpulan sel yang serupa bentuk, besar, dan fungsi
3. Organ: adalah sekumpulan bermacam-macam jaringan yang menjadi satu dan
mempunyai fungsi khusus.
4. Sistema (susunan tubuh): adalah suatu susunan dari organ-organ yang mempunyai fungsi
tertentu. Misalnya: system reproduksi, system perkemihan, dan lain-lain.

JARINGAN DASAR PENYUSUN TUBUH MAKHLUK HIDUP TERDIRI DARI:


1. Jaringan epitel
2. Jaringan pengikat atau penyokong
3. Jaringan otot
4. Jaringan saraf

1. Jaringan epitel:
Ciri khas: di permukaan yang berfungsi sebagai proteksi, absorbsi, dan sekresi
Macam-macam jaringan epitel:
a. Epitel selapis
- Epitel selapis gepeng (squamosa)
- Epitel selapis kubus (kuboid)
- Epitel selapis torak/ silindris (kolumnar)
b. Epitel berlapis banyak
- Epitel berlapis semu (pseudostratified)
- Epitel berlapis sempurna (stratified)
c. Epitel kelenjar: suatu system kelenjar yang multiselular. Hasil sekresi ini disalurkan ke suatu
permukaan. Sekret kelenjar terdiri dari cairan encer yang mengandung hasil-hasil sekresi
seperti enzim.
d. Epitel persarafan/ neuroepitel. Sel epitel ini memiliki bentuk dan peranan khusus untuk
persarafan yaitu sebagai sel indra, terdapat pada putting pengecap yang ada pada lidah.
e. Epitel pergerakan: terdapat pada berbagai kelenjar keringat, kelenjar susu, kelenjar liur.
Kelenjar epitel ini dapat berkerut seperti sel otot disebut mioepitel.
Epitel selapis gepeng pada tunika serosa vesika urinaria

Epitel selapis kubus pada tubulus uriniferus

Epitel transisional pada tunika mukosa vesika urinaria

Epitel selapis thoraks bersilia


Epitel berlapis gepeng bertanduk pada kulit

Gambar 1. Bentuk-bentuk jaringan epitel

2. Jaringan penunjang: jaringan yang berada di antara jaringan lainnya, sekumpulan sel
khusus yang serupa bentuk, besar, dan pekerjaannya yang berfungsi untuk menunjang dan
menyokong berbagai susunan tubuh sekitarnya. Jaringan penunjang terdiri dari: jaringan
ikat, jaringan rawan, jaringan tulang, dan jaringan ikat khusus (darah).

Jaringan ikat pada tendo (sel bersayap atau fibrosit

yang berwarna lebih gelap)

Jaringan ikat khusus darah: neutrofil


Jaringan ikat khusus darah

Gambar 2. Jaringan ikat khusus

3. Jaringan otot
a. Otot polos: terdapat di bagian visceral yang membentuk bagian kontraktil pada dinding
saluran cerna dari pertengahan esophagus sampai ke anus. Yang termasuk otot polos, yaitu
system pernapasan, system perkemihan, alat reproduksi, arteri, vena, pembuluh limfe,
dermis, iris, dan korpus silare pada mata.
b. Otot kerangka: merupakan otot lurik yang terikat pada tulang atau fasia, membentuk daging
dari anggota badan dan dinding tubuh. Keseluruhan otot itu ujungnya berhubungan dengan
tendo dan ujung yang lain pada jaringan ikat dalam otot itu.
c. Otot jantung: bersifat lurik dan involunter berkontraksi secara ritmik dan ototmatis, hanya
terdapat pada miokard (lapisan otot jantung) dan dinding pembuluh darah. Gambaran umum
berupa serat-serat yang jalannya parallel, dengan banyak guratan melintang terdapat jaringan
ikat halus pada endomisium dan mengandung pembuluh darah.
Otot polos pada intestine

Otot lurik pada tendon


Otot jantung

Gambar 3. Bentuk-bentuk jaringan otot

4. Jaringan saraf:
Ritabilits: merupakan kapasitas untuk memberikan jawaban (respons) terhadap rangsangan fisik
dan zat kimia melalui pembentukan impuls.
Konduktifitas: kemampuan untuk menghantarkan impuls tersebut melalui sel saraf/ neuron.
Gambar 4. Bentuk jaringan saraf pada jaringan cerebrum kucin

PREPARAT: APUS DARAH TEPI


Praktikum : Mengenal macam-macam sel darah

Gambar 1. Sajian apus darah tepi

Keterangan:
A . Basofil: Sel ini ukurannya juga kurang lebih sama dengan neutrofil. Namun sel ini paling
sulit dicari karena jumlahnya dalam keadaan normal sangat sedikit, bahkan lebih sedikit daripada
eosinofil (kurang dari 1% dari seluruh leukosit). Sel ini lebih bervariasi dalam hal ukuran, bentuk
inti tidak tentu dan sering tidak jelas karena tertutup granula. Kadang juga terlihat berlobus atau
berbentuk batang bengkok. Granula sitoplasma berwarna biru kehitaman, besar namun
ukurannya tidak seragam, dan tersebar menutupi inti.
B. Netrofil batang/muda: inti berbentuk batang bengkok, tidak berlobus, yang disebut neutrofil
batang (stab neutrophil). Sitoplasma neutrofil mengandung granula spesifik halus, berwarna
merah muda.
C. Monosit: Monosit merupakan leukosit yang paling besar, biasanya ditemukan di bagian tepi
sajian. Jumlahnya sekitar 3–8% dari seluruh leukosit. Sel ini ditandai dengan intinya yang besar,
eksentris, dan terpulas tidak sepadat leukosit lain. Bentuk intinya bervariasi, sering terdapat
lekukan pada aspek inti yang menghadap pusat sel sehingga tampak seperti ginjal atau tapal
kuda. Kromatin intinya tidak padat bahkan kadang-kadang dapat dilihat anak inti. Gambaran
kromatin mirip relung-relung otak. Sitoplasmanya berwarna biru kelabu pucat, tanpa granula
spesifik. Kadang-kadang dapat pula ditemukan granula azurofil (granula lisosom kecil yang
terpulas ungu merah muda dan vakuol sitoplasma sehingga memberikan gambaran seperti ‘kaca
berkabut’)
D. Limfosit: Limfosit merupakan leukosit nomor dua terbanyak dalam peredaran darah,
jumlahnya 20–30% dari seluruh leukosit. Ukuran sel ini bermacam-macam, ada yang sebesar
eritrosit dan
ada yang sebesar neutrofil. Intinya kebanyakan bulat atau mirip kacang bogor, atau kadang mirip
ginjal. Kromatin inti amat padat dan berwarna biru gelap. Sitoplasmanya relatif sedikit dan
berwarna biru langit tanpa granula spesifik, namun pada beberapa sel terlihat granula azurofil,
yang jika pulasannya baik akan berwarna ungu kemerahan
E. Netrofil segmen: Neutrofil adalah jenis leukosit yang paling banyak ditemukan dalam darah
dan merupakan 60–70% dari leukosit yang beredar. Selnya cukup besar, hampir 1,5× ukuran
eritrosit. Intinya
berlobus banyak, 2–5 buah; satu sama lain dihubungkan dengan benang kromatin halus sehingga
tampak membentuk segmen-segmen (segmented neutrophil). Kromatin intinya kasar dan padat.
Sitoplasma neutrofil mengandung granula spesifik halus, berwarna merah muda
F. Netrofil segmen

G. Trombosit : Unsur darah ini tidak berupa sel, tetapi merupakan kepingan sitoplasma. Dalam
sajian tampak sebagai kelompok ‘kepingan sel’ yang iregular dengan sitoplasma basofil dan
terdapatdi antara eritrosit.
H. Eritrosit: Tampak sebagai bangunan bundar berwarna merah muda (eosinofilia/asidofilia)
dengan bagian tengahnya pucat, tersebar di seluruh permukaan sajian. Eritrosit merupakan sel
yang tidak berinti dan jumlahnya paling banyak pada sajian ini, ukurannya seragam dan dapat
digunakan sebagai pembanding untuk menentukan jenis sel-sel lainnya
I. Eosinofil: Sel ini ukurannya kurang lebih sama dengan neutrofil, intinya tampak terdiri
atas dua lobus (bilobus), namun kadang dapat juga ditemukan lobus ketiga. Bentuknya mirip
gagang telepon atau kaca mata dengan kromatin yang tidak sepadat neutrofil. Eosinofil dapat
dikenali berdasarkan sitoplasma-nya yang bergranula kasar dengan ukuran yang kurang lebih
seragam dan berwarna merah jingga. Sel ini agak sulit dicari karena jumlahnya jauh lebih sedikit
daripada neutrofil, yaitu sekitar 2–4% dari seluruh leukosit.
PREPARAT: MEDULA SPINALIS
Praktikum : Mengenal sel saraf dan bagian-bagiannya

Gambar 2. Medula spinalis


Keterangan: 1. Substansia alba
2. Substansia grisea

Pertama-tama carilah sel saraf motorik di bagian substansia grisea di bagian tengah medula
spinalis yang berbentuk seperti kupu-kupu, kemudian gunakan pembesaran yang lebih kuat
(objektif 10x dan 45x) untuk mencari sel saraf motorik.
1
6
2

5
7
3

Gambar 3. Sel saraf motorik

Keterangan:

1. Badan sel saraf /soma


2. Inti/nukleus sel saraf
3. Anak inti/ nukleolus sel saraf
4. Dendrit
5. Akson
6. Akson hillock
7. Substansi tigroid
PREPARAT: LINGUA/LIDAH
Praktikum : Mengenal jaringan otot skelet dan sel/serabut penyusunnya
Perinuclear space

nucleus

Gambar 4. Dari kiri ke kanan: Jaringan otot polos (atas: potongan melintang, bawah: potongan
memanjang) –Jaringan otot jantung polos (atas: potongan melintang, bawah: potongan
memanjang) – Jaringan otot rangka/ skelet polos(preparat: lidah) -(atas: potongan melintang,
bawah: potongan memanjang)

Keterangan:
Perbandingan morfologi jaringan otot

Subjek Otot polos Otot jantung Otot rangka/skelet


Inti sel pada potongan 1 buah , letak di 1-2 buah, letak di Banyak, di perifer
memanjang: tengah tengah
Inti sel pada potongan 1buah , letak di tengah 1 buah, letak di Bisa terpotong lebih
melintang: tengah dari 1, di perifer
Morfologi sel/ serabut Individual,tidak Bercabang, terdapat Paralel satu sama lain.
saraf potongan bercabang, bentuk diskus interkalaris Tidak bercabang,
memanjang seperti gelendong, dan gurat melintang bentuk seperti tabung,
tidak terdapat gurat (pita A/gelap dan terdapat gurat
melintang I/terang) melintang (pita A/gelap
dan I/terang)
Morfologi sel/ serabut Bentuk poligonal, Bentuk poligonal, Bentuk poligonal,
saraf potongan terkadang terpotong terkadang terpotong terkadang terpotong
melintang lewat inti/ tidak lewat inti, ruang lewat inti/ tidak
perinuklir, atau lewat
serabut otot saja

PREPARAT: KULIT/INTEGUMEN
Praktikum : Mengenal kulit, lapisan-lapisannya dan karakteristik berbagai jenis epitel

Lapisan tanduk

Epidermis

Papil Epitel berlapis


dermis gepeng

Badan Meissner

Dermis

Jar.ikat padat
tdk teratur

Gambar 5. Kulit tebal


Epidermis
Papil
dermis

Jar.ikat padat
tdk teratur
Dermis

Folikel rambut

Gambar 6. Kulit tipis

Keterangan:

Kulit terdiri dari 2 lapisan, epidermis dan dermis. Epidermis kulit tersusun atas epitel berlapis
gepeng dengan lapisan tanduk, sedangkan dermis tersusun atas jaringan ikat longgar (papila
dermis) dan jaringan ikat padat tidak teratur. Berdasarkan jenisnya, kulit dibagi atas 2 macam,
yakni kulit tebal dan kulit tipis.
Perbedaan kulit tebal dan kulit tipis
Kulit tebal Kulit tipis
Epidermis Lapisan tanduk tebal, Lapisan tanduk tipis,
Epitel berlapis gepeng tebal Epitel berlapis gepeng tipis
Dermis Tebal Cukup tebal
Turunan kulit Tidak terdapat kelenjar sebasea dan folikel Terdapat kelenjar sebasea
(kelenjar dan rambut, hanya kelenjar keringat dan folikel rambut, dan
rambut) (merokrin) kelenjar keringat (merokrin).
Pada ketiak dan kemaluan
mengandung kelenjar
apokrin.
2

Gambar 7. Kelenjar keringat

Keterangan:
1. Pars terminalis (bagian yang menghasilkan keringat) dilapisi oleh epitel selapis kuboid (atau
terkadang epitel selapis kolumnar)
2. Duktus ekskretorius ( saluran keluar kelenjar keringat) dilapisi oleh epitel berlapis kuboid
3. Jaringan lemak
4. Jaringan ikat padat

Gambar 8. Kelenjar apokrin


Keterangan:
1. Pars terminalis (bagian yang menghasilkan sekret) dilapisi oleh epitel selapis kuboid (atau
terkadang epitel selapis kolumnar)
1
2

Gambar 9. Folikel rambut dan Kelenjar sebasea


Keterangan:
1. Folikel rambut
2. Kelenjar sebasea (bagian yang menghasilkan sebum/minyak) tersusun atas sel yang
poligonal
3. Sel penyusun kelenjar sebasea berbentuk poligonal dengan inti di tengah

KEPUSTAKAAN:
1. Wonodirekso S, Martoprawiro M, Siswojo SK, dkk. Penuntun Praktikum Histologi. Dian
Rakyat
2. http://lab.anhb.uwa.edu.au
http://bcrc.bio.umass.edu
BIOLOGI SEL DAN GENETIKA

Meiosis (Spermatogenesis dan Oogenesis)

A. Spermatogenesis pada tikus

Tujuan : Mempelajari berbagai tingkat perkembangan sel kelamin jantan (sel spermatogenik)
pada proses spematogenesis tikus.

Sediaan: Potongan melintang tstis tikus

Petunjuk

Testis dibungkus/dilapisi oleh jaringan pengikat fibrosa yang tipis dan transparan disebut
tunika albibugnea. Jaringan tersebut masuk ke dalam testis membentuk septa (sekat) dan
membagi testis dalam beberapa lubus. Di dalam tiap lobus terdapat saluran yang berkelok-kelok
disebut tubulus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus disusun oleh sel-sel epitel seminiferus
(epitel geminal) yang selalu membelah secara mitosis dan meiosis dalam membentuk
spermatozoa. Tubulus seminiferus tersebut dibatasi oleh lapisan sel-sel gepeng yang dinamakan
membran basalis dan di dalam tubulus seminifrus terdapat lumen.

Dari hasil pembelahan mitosis dan meiosis akan terbentuk berbagai tingkat
perkembangan sel kelamin, berturut-turut dimulai dari sel spermatogonium A dan B, spermatosit
I (keduanya diploid), spermatosit II, spermatid, dan spermatozoa (keempatnya haploid).
Perkembangan spematid menjadi spermatozoa disebut spermatogenesis. Pada perkembangan
tersebut, inti sel speratid yang mula-mula bentuknya bulat berangsur-angsur beubah memanjang
dan akhirnya berbentuk sabit. Perubahan bentuk inti diikuti pula dengan pembentukan flagelum
(ekor).

Bentuk inti seperti sabit tersebut merupakan bagian kepala spermatozoa dewasa.
Speratozoa dapat dijumpai di sekitar sel sertoli atau di dekat lumen tubulus. Di luar tubulus
seminiferus terdapat sel-sel interstisial atau disebut pula sel leydig yang merupakan sel endokrin
menghasilkan hormon testosteron. Hormon tersebut sangat berperan dalam kelangsungan proses
spermatogenesis.
Pelajarilah : Carilah tubulus seminiferus yang bentuk irisannya baik, kemudian dengan
menggunakan pembesaran lemah dan pembesaran sedang (obyektif 40X atau 45X), pelajarilah
dengan seksama hal berikut ini:

1. Tunika albuginea, selaput tipis yang membungkus testis.


2. Membran basalis, merupakan dinding tubulus yang disusun oleh sel gepeng
3. Tubulus seminiferus
Bentuk irisannya bulat, oval, atau menunjang berkelok-kelok, Tubulus seminiferus
terdiri atas epitel seminiferus dan lumen, Epitel seminiferus terdiri dari berbagai
tingkat pekembangan sel kelamin, dimulai dari sel spermatogononium sampai
spermatozoa.
4. Spermatogonium
Sel ini letaknya dekat dengan membran basalis (baris pertama). Ada dua macam sel
spermatogonium, yaitu spematogonium A berinti lonjong agak jernih, sedangkan
spermatogonium B berbentuk bulat, lebih kecil dan agak gelap.
5. Spermatosit I
Umumnya sel tersebut berada pada stadium profase, terletak di baris kedua dari
membran basal yang terdiri dari sel-sel :
a. Leptoten : Selnya berinti padat seperti benang wol
b. Zigoten : Sel ini agak sulit dibedakan dari sel leptoten
c. Pakhiten : Kromatin dalam inti sel membentuk jaring-jaring seperti
jala, intinya bervariasi dari kecil sama besar sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Perkembangan sel
pakhiten cukup panjang, sehingga selalu terdapat pada
setiap potongan tubulus seminiferus.
d. Diakinesis : Sel ini mudah ditemukan pada potongan tubulus yang
Banyak Berisi sel-sel dalam keadaan mitosis. Kromatin
tertarik ke pinggir, sehingga di bagaian tengah selnya
relatif nampak kosong seperti cincin.
6. Spermatosit II
Sel ini ditemukan dalam tubulus pada stadium bersama-sama dengan diakinesis. Sel
ini sulit/jarang ditemukan karena kehadiranya hanya sebentar, dan segera akan
membelah lagi menjadi sel spermatid. Jumlah kromosom sel spermatosit II adalah
haploid.
7. Spermatid
Sel ini merupakan hasil pembelahan spermatosit II, intinya kecil, dan umumnya
menempati baris ke tiga atau ke empat dari membran basal.
8. Spermatozoa
Bentuk kepala yang seperti sabit terlihat kurang jelas, sedangkan ekornya jelas
terlihat seperti rambut halus, dan banyak terdapat dekat sel sertoli atau dekat lumen
tubulus seminiferus
9. Sel sertoli
Terletak pada baris pertama, berinti besar, bentuknya bulat atau segitiga yang
mengarah ke lumen tubulus dan biasanya dikerumuni beberapa spermatozoa
10. Sel Leydig
Sel ini terletak di luar tubulus seminiferus, mudah ditemukan di antara beberapa
tubulus seminiferus

Gambarkan

Sebuah tubulus seminiferus yang mengandung beberapa tingkat perkembangan sel-sel


kelamin jantan (sel spermatogenik), seperti yang telah diuraikan di atas.

Pertanyaan:

a. Apa yang dimaksud dengan spermatogenesis dan spermiogenesis?


b. Apa perbedaaan spermatogenesis dan oogenesis?
c. Apa makna dari pembelahan mitosis dan meiosis pada pembentukan kelamin?
d. Mengapa spermatozoa banyak terdapat di dekat sel sertoli?
B. Oogenesis pada tikus

Tujuan : Mempelajari berbagai tingkat perkembangan ovum pada proses oogenesis.

Sediaan : Potongan melintang ovarium tikus

Petunjuk:

Bentuk dan besar ovarium seperti kaca hijau. Ovarium dibungkus selapissel kubis yaitu
epitel germinativum. Dari epitel inilah dihasilkan ovum dan sel folikel yang melapisi ovum.
Ovarium tikus terdiri dari jaringan korteks di bagian perifer dan jaringan medula dibagian
tengah. Pada jaringan korteks terdapat banyak sel ovum yang dibungkus oleh sel-sel folikel
berbagai tingkat perkembangan ovum, korpus haemoragikum (rubrum) dan korpus luteum. Pada
tikus sulit ditemukan korpus albikans. Fenomena oogenesis yang terjadi pada tikus mirip dengan
fenomena yang terjadi pada wanita. Jumlah sel folikel yang membungkus ovum disesuaikan
namanya dengan tingkat perkembangan ovum seperti folikel primer, folikel sekunder, folikel
tertier, dan folikel de graaf. Selanjutnya dapat ditemukan pula folikel atresia, yaitu folikel yang
telah berkembang lebih lanjut dan mengalami degenerasi.

Pelajarilah : struktur berikut ini dengan menggunakan pembesaran lemah dahulu, kemudian
pembesaran sedang.

1. Bentuk ovarium, hilus ovarium, jaringan korteks, dan medula


2. Epitel germinativum, terdapat dibagian luar ovarium berupa selapis sel epitel kubis yang
membungkus ovarium
3. Folikel primer, Ovum dikelilingi selapis sel folikel
4. Folikel sekunder, Ovum dikelilingi oleh dua lapis sel folikel
5. Folikel tesier, Ovum yang dikelilingi tiga atau lebih lapis sel folikel, seringkali terbentuk
rongga di antara sel folikel yang disebut antrum folikuli, berisi cairan.
6. Folikel de Graaf, merupakan ovum yang dewasa/matang. Antrum folikuli cukup besar,
sehingga ovum terletak di tengah antrum folikel de Graaf. Folikel ini umumnya berada di
bagian tepi ovarium
7. Folikel atresia
Banyak sel-sel folikel atau ovum yang mengalami kerusakan, menunjukan gejala
piknotis. Gejala ini dapat terjadi mulai dari tingkat pekembangan folikel primer sampai
folikel de Graaf.
8. Korpus haemoragikum, terbentuk setelah ovulasi dan agak sulit ditemukan dalam
sediaan.
9. Korpus luteum, terbentuk dari korpus haemoragikum yang terdiri dari sel-sel lutein dan
berfungsi memproduksi hormon progesteron.
Pertanyaan
1. Apa peranan hormon estrogen dan progesteron?
2. Uraikan mekanisme umpan balik hormon estrogen dan progesteon pada sistem
reproduksi wanita!
3. Apa peranan hormon FSH dan LH pada proses oogenesis?
Mitosis

Tujuan : Mempelajari pembelahan mitosis yang terjadi pada sel somatik, dan untuk
mengingatkan saudara kembali pada salah satu fenomena dasar biologi organisme hidup

Sediaan : Berbagai stadium mitosis pada hewan bintang laut (starfish)

Petunjuk

Proses pembelahan mitosis yang terjadi pada sel-sel somatik dibedakan dari sel-sel
kelamin (sel germinal), dimana tiap anak sel memiliki jumlah kromosom yang sama seperti
induknya. Ada lima stadium mitosis seperti yang pernah saudara peroleh dari kuliah, dan kini
saudara lihat pada sediaan starfish.

Pelajarilah dengan menggunakan pembesaran sedang (objektif 40X atau 45X), dipelajari stadium
mitosis :

1. Interfase
2. Profase
3. Metafase
4. Anafase
5. Telofase

Gambarkan : Semua stadium mitosis yang telah saudara pelajari


Kariotip Manusia

Tujuan : Mempelajarai kromosom manusia normal

Sediaan : Kromosom manusia dan gambar kromosom dari harsil analisis kromosom

Petunjuk

a. Setelah diwarnai, kromosom dapat dikenali dengan cara memperhatikan ukuran, bentuk,
letak sentromer dan satelit
b. Kromosom manusia diberi normor berdasarkan urutan besar kecilnya kromosom dan
selanjutnya di kelompokan mulai dari golongan A sampai golongan G
c. Kromosom autosom (22 pasang), diberi nomer 1 untuk kromosom yang terbesar, sampai
nomer 22 untuk kromosom yang terkecil
d. Kromosom seks jumlahnya sepasang terdiri dari XX atau XY. Kromosom X dimasukkan
dalam golongan C, sedangkan kromosom Y termasuk golongan G
e. Tiap kromosom mempuyai lengan panjang (q) dan lengan pendek (p)
f. Letak sentromer akan menentukan tipe kromosom. Kromosom metasentrik adalah
kromosom yang mempunyai lengan p sama panjang dengan lengan q, sedangkan
submetasentrik adalah kromosom yang mempunyai lengan p lebih pendek sedikit (secara
mikroskopis) dibandingkan lengan q. Bila lengan p jauh lebih pendek dibandingkan
dengan lengan q (1/3-1/4 q) disebut tipe kromosom akrosentrik
g. Biasanya kromosom tipe akrosentrik memiliki satelit, yaitu bagian ujung lengan
kromosom seperti terpisah yang dihubungkan oleh bagian lengan yang sangat halus.

Pelajarilah : Dengan menggunakan perbesaran kuat (obyektif 100X), carilah dan gambarkan
mengenai hal berikut :

A. Kromosom tipe metasentrik, submetasentrik, akrosentrik dan bedakan kromosom golongan A


sampai G dengan mengikuti ketentuan sebagai berkut :

1. Golongan A
Terdiri dari tiga pasang kromosom metasentrik paling bsar, yaitu kromosom 1, 2 dan 3,
2. Golongan B
Terdiri dari 2 pasang kromosom sub metasentrik yang lebih kecil daripada golongan A,
yaitu kromosom nomor 4 dan 5.
3. Golongan C
Kromosom berukuran lebih kecil dari golongan B. Pada wanita terdiri dari 8 pasang
kromosom metasentrik dan submetasentrik, sedangkan pada laki-laki terdiri atas 7 pasang
kromosom dari golongan C yang meliputi kromosom nomor 6- 12 dan kromosom –X
4. Golongan D
Merupakan kromosom akrosentrik besar (lebih kecil daripada golongan C) dan bersatelit.
Ada tiga pasang, yaitu kromosom nomor 13, 14, dan 15
5. Golongan E
Lebih kecil daripada golongan E dan terdiri dari 3 pasang kromosom, yaitu kromosom
nomor 16. 17. Dan 18. Kromosom nomor 16 hampir metasentrik, sedangkan nomer 17
dan 18 hampir submetasentrik
6. Golongan F
Terdiri dari 2 pasang kromosom metasentrik kecil (lebih kecil daripada kromosom
golongan E), yaitu kromosom 19 dan 20
7. Golongan G
Terdiri 2 pasang kromosom yaitu kromosom nomor 21 dan nommor 22 yang merupakan
kromosom terkecil, akrosentrik dan bersatelit. Pada laki-laki kromosom G ada 5 karena
kromosom Y termasuk kelompok ini.

B. Buatlah kariotip dan gambarkan kromosom yang telah diberikan berdasarkan ukuran,
golongan dan letak sentromer. Dari gambar metafase kromosom manusia (bahan dari foto
copy), hitunglah jumlah kromosomnya. Setelah diketahui jumlah dan golongannya,
Guntinglah setiap kromosom tersebut dan susunlah berdasarkan golongannya ke dalam
format kariotip yang diberikan.
Kromatin Seks

Tujuan : Memperlajari penentuan seks manusia dari darah tepi dan sel epitel mukosa pipi

Sediaan: Preparat apus darah tepi manusia (wanita)

Petunjuk

Kromatin –X dapat ditemukan pada inti sel epitel mukosa pipi wanita berupa satelit dan
disebut badan barr (barr body) yang menempel pada membran inti. Selain itu, kromatin –X
dapat ditemukan pula pada leukosit netrofil, letaknya tidak menempel pada membran inti, tetapi
justru keluar menonjol dari inti netrofil dan bentuknya seperti pemukul genderang (drum stick).
Bentuknya kepala pemukul genderang bulat dan padat, berukuran ± 1,5 mikron

Pelajari: Dengan menggunakan pembesaran kuat (obyektif 100X) Carilah :

1. Badan Barr (Barr body) pada sediaan sel epitel mukosa pipi
2. Pemukul tambur (drum stcik) yang keluar dari salah satu lobus inti netrofil pada sediaan
apus darah tepi.

Gambarkan : Badan barr yang menempel pada membran inti dan drum stick pada lobus inti
netrofil

Pertanyaan:

1. Apakah pada laki-laki terdapat badan barr dan drumstick ?


2. Jelaskan manfaat pemeriksaan kromatin seks ?
3. Apa manfaat pemeriksaan kromatin dilakukan pada bayi yang baru lahir?
Golongan Darah
Tujuan :

Mempelajari sistem penggolongan darah (ABO) dan Rhesus dengan melihat reaksi aglutinasi
antara antigen dan antibodi.

Berbagai sistem golongan terbentuk oleh karena pada lokus Isoaglutinogen (I), terjadi mutasi
berulang-ulang sehingga menimbulkan alel berganda (multiple alel). Pada sistem ABO, seorang
yang bergolongan A memiliki zat anti B/antibodi B (beta). Seorang yang bergolongan darah B
memiliki antigen B pada permukaan eritrositnya dan pada plasma darahnya memiliki zat anti A
(alfa). Namun seorang bergolongan darah AB memiliki zat anti A dan B pada plasma darahnya.
Reaksi aglutinasi terjadi jika antigen A bercampur atau bertemu dengan zat anti A dan antigen B
bercampur atau bertemu dengan zat anti B.

Pada sistem Rhesus, terdiri dari Rhesus positif dan Rhesus negatif. Sebagian besar orang Asia
termasuk Indonesia memiliki Rhesus positif sedangka Rhesus negatif banyak dimiliki oleh ras
orang Kaukasia. Zat anti Rhesus secara alami tidak terdapat dalam plasma darah, namun berada
dalam plasma darah hewan percobaan (kelinci) yang telah disuntik antigen Rhesus. Reaksi
aglutinasi terjadi jika antigen Rhesus bercampur atau bertemu dengan zat anti Rhesus.

Contoh Reaksi aglutinasi golongan darah :

Gol darah Anti A Anti B Anti A,B Anti Rhesus

Gol darah A + - +

Gol darah B - + +

Gol darah AB + + +

Gol darah O - - -

Rhesus + +

Rhesus - - - - -

Ket : (+) = menunjukkan adanya reaksi aglutinasi

(-) = tidak adanya reaksi aglutinasi

Bahan dan pereaksi :

- Kaca obyek yang bersih dan kering


- Stylet steril
- Kapas alcohol
- Pereaksi antibodi A dan antibody B
Cara kerja :

- Siapkan gelas obyek yang kering dan bersih, dengan menggunakan spidol bagi 2 dan
tandai A dan B
- Teteskan pada bagian A antibodi anti A, dan pada bagian B antibodi anti B.
- Bersihkan dengan kapas alkohol telapak jari manis kiri dan biarkan sampai kering
- Tusuk telapak jari manis tersebut dengan stylet steril sampai darah keluar
- Teteskan 1 tetes darah langsung dari jari ke tiap serum anti A dan ani B tersebut. Aduk
pelan dengan pengaduk
- Perhatikan dan catat terbentuknya gumpalan aglutinasi.
- Luka bekas tusukan stylet ditekan dengan kapas alkohol

Anti A Anti B Golongan darah

Kesimpulan:

Daftar Pustaka

1. Arey IB, 1958, Development Anatomy, WB Saunders Publisihing Co.Inc, New York
2. Mathew WH, 1976. Atlas of Descriptive Ambriology, 2nd edition, McMillan Publishing
co,Inc, New York
3. Ramelan W, 1994, Kromatin seks Hand Out bahan kuliah semester II untuk mahasiswa
FKUI tingkat I. Bagian Biologi Fakultas Keddokteran Univesitas Indonesia
4. Soeradi O, Suryadi R, Tjokronegoro A, Sartono ML, Suharso P 2000. Penuntun
Praktikum Anatomi Mikroskopik. Bagian Biologi Fakultas Kedoktean Univesitas
Indoensia, Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.
5. Suhana N 1981, Tehnik Mikroskopi: Medan Terang, Perbedaan fase, Fotography,
Flourosensi, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta
6. Syahrum MH, Kamaludin, Tjokronegoro K,1994 Reproduksi dan Embriologi: dari satu
sel menjadi Organisme. Balai Penerbit FKUI, Jakarta
7. Syahrum MH, Puri K, Poerwodihardjo S, Kamaluin, Suhana N,Moeloek N dkk, 2000
Penuntun Anatomy Perkembangan. Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
8. Thomson JS and Thompson MW, 1985, Genetics in Medicine. WH Saunders, Co, Inc
Philadelphia.
9. Weis I and Greep RO. 1977. Histology, 4th Edition, McGraw Hill, Co.,A Blakiston
Publication, New York
10. WHO Laboratory manual for the Examniation of human Semen and Servical Mucous
Interaction, 1988, Singapore Press Concern

Yurnadi, Sari P, Hartamto H, Moeloek N, 2002 Penuntun Praktikum untuk Akademi


Kebidanan, Biologi Kesehatan, Departemen Biologi Kedoktean FKUI Jakarta
IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT, PROTEIN, LIPID
I. Karbohidrat.
1. Uji Molisch

Tujuan : Membedakan senyawa karbohidrat dengan senyawa bukan karbohidrat

Prinsip : Karbohidrat dengan asam sulfat pekat menghasilkan senyawa furfural. Senyawa furfural yang
terbentuk bereaksi dengan α-naftol menghasilkan senyawa yang berwarna ungu.

Bahan/Alat:

- Larutan pati, laktosa, sukrosa dan glukosa


- Pereaksi molisch
- H2SO4 pekat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes

Cara Kerja:

Siapkan 4 tabung reaksi yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti
table berikut.

Tabung 1 2 3 4
Larutan pati 2 mL - - -
Larutan laktosa - 2 mL - -
Larutan sukrosa - - 2 mL -
Larutan glukosa - - - 2 mL
Pereaksi Molisch 3 tetes 3 tetes 3 tetes 3 tetes
H2SO4 pekat, 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL
dialirkan melalui
dinding tabung
HASIL:

KESIMPULAN:
2. ji Iodium.

Tujuan : Membedakan Polisakarida dari disakarida dan monosakarida

Prinsip : Struktur 3 dimensi pati yang berupa spiral dapat mengikat molekul Iodium secara fisik, yaitu
dengan cara menempatkan iodium tersebut dalam spiral, sehingga membentuk kompleks yang berwarna
biru. Bila larutan pati dipanaskan, struktur spiral akan hilang sehingga melekul pati tidak dapat lagi
mengikat iodium.

Bahan/Alat :

- Larutan pati, laktosa, sukrosa dan glukosa


- Larutan lugol (terdiri atas I2 dalam KI)
- Tabung reaksi
- Pipet tetes

Cara kerja :

Siapkan 4 tabung yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti table
berikut.

Tabung 1 2 3 4
Larutan pati 2 mL - - -
Larutan laktosa - 2 mL - -
Larutan sukrosa - - 2 mL -
Larutan glukosa - - - 2 mL
Larutan Lugol 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tretes
HASIL:

KESIMPULAN :
3. Uji Barfoed

Tujuan : membedakan monosakarida dan disakarida

Prinsip : Reduksi oleh karbohidrat dalam suasana asam. Uji ini untuk mendeteksi adanya monosakarida.
Dengan penambahan pereaksi warna fosfomolibdat larutan monosakarida akan memberikan warna biru
tua.

Bahan dan Alat:

- Larutan laktosa, glukosa


- Larutan barfoed
- Pereaksi warna fosfomolibdat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes

Cara Kerja:

Siapkan 2 tabung yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti table
berikut.

Tabung 1 2
Larutan Barfoed 1 mL 1 mL
Larutan laktosa 1 mL
Larutan glukosa 1 mL
Panaskan dalam air mendidih selama 3 menit
Masukkan dalam bejana berisi air 2 menit
Pereaksi fosfomolibdat 1 mL 1 mL
HASIL

KESIMPULAN:
4. Uji Selliwanoff

Tujuan : Membedakan karbohidrat yang mempunyai gugus keto dan aldehid

Prinsip : Karbohidrat atau turunannya (4-hidroksi metal furfural) dengan resorsinol menghasilkan
senyawa yang berwarna merah.

Bahan dan Alat

- Larutan laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa


- Larutan selliwanoff
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Penangas air mendidih

Cara Kerja

Siapkan 4 tabung yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti table
berikut.

Tabung 1 2 3 4
Larutan laktosa 0,5 mL
Larutan sukrosa 0,5 mL
Larutan glukosa 0,5 mL
Larutan fruktosa 0,5 mL
Pereaksi selliwanoff 5 mL 5 mL 5 mL 5 mL
Panaskan dalam penangas air mendidih 1 menit atau langsung pada api 30 detik
HASIL:

KESIMPULAN :

5. Uji Benedict

Tujuan : Memperlihatkan sifat mereduksi dari karbohidrat

Prinsip : Larutan tembaga (Cu 2+)dalam suasana basa akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas, sehingga akan terbentuk endapan kupro-oksida yang berwarna hijau sampai
merah bata.
Bahan dan Alat:

- Larutan laktosa, sukrosa dan glukosa


- Larutan Benedict
- Tabung reaksi
- pipet tetes
- penangaas air
Cara kerja:

Lakukan uji benedict pada larutan laktosa, sukrosa dan laktosa. Siapkan 3 tabung reaksi yang kering dan
bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi sperti table berikut.

Tabung 1 2 3
Larutan Benedict
Larutan laktosa
Larutan sukrosa
Larutan glukosa
Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau panaskan langsung pada api selama 2 menit
HASIL: warna endapan

KESIMPULAN :

II. PROTEIN
1. Reaksi Biuret

Tujuan : Memperlihatkan bahwa protein mengandung ikatan peptide

Prinsip : Gugus CO dan NH dari ikatan peptide dalam molekul protein membentuk warna lembayung bila
direaksikan dengan ion Cu++ dalam suasana alkali.

Bahan dan Alat

- larutan putih telur dan gelatin


- NaOH 10%
- Larutan CuSO4
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
Cara Kerja :

Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti
table berikut

tabung 1 2
Larutan gelatin 2 mL -
Larutan putih telur - 2 mL
NaOH 10% 2 mL 2 mL
Larutan CuSO4 1 – 10 tetes 1 – 10 tetes
HASIL :

KESIMPULAN :

2. Reaksi Xantoprotein

Tujuan : Memperlihatkan bahwa protein tertentu mengandung asam amino dengan inti benzene

Prinsip : Nitrasi inti benzene dari asam amino dalam molekul protein (tirosin, fenilalanin, triptofan)
menjadi senyawa nitro yang berwarna kuning. Dalam lingkungan alkalis terionisasi dan warnanya
berubah lebih tua atau jingga.

Bahan dan alat:

- Larutan gelatin dan putih telur


- HNO3 pekat
- Larutan alkali pekat (NH4OH/NaOH)
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Penangas air mendidih

Cara kerja:

Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih. Ke dalam masing-masing tabung reaksi pipetkan seperti
pada table berikut:
Tabung 1 2
Larutan gelatin 2 mL -
Larutan putih telur - 2 mL
HNO3 pekat 1 mL 1 mL
Perhatikan Terbentuk endapan, kemudian panaskan hati-hati sampai larutan berubah kuning dan endapan
larut kembali
Dinginkan di bawah air mengalir
Tambahkan tetes demi tetes Beberapa tetes Beberapa tetes
larutan alkali
HASIL :

Kesimpulan :

3. Reaksi Millon

Tujuan : Memperlihatkan bahwa protein mengandung aasam amino dengan inti fenol (tirosin)

Prinsip : Nitrasi derivate monofenol dari asam amino tirosin dalam senyawa protein.

Bahan dan alat :

- Larutan gelatin dan putih telur


- Pereaksi Millon yang mengandung merkuri dalam asam nitrat pekat.
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Penangas air mendidih
Cara Kerja :

Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti
dalam table berikut.

Tabel 1 2
Larutan gelatin 2 mL ---
Larutan putih telur --- 2 mL
Pereaksi Millon Beberapa tetas Beberapa tetes
Panaskan hati-hati
HASIL :
Kesimpulan :

4. Reaksi Hopkins-Cole

Tujuan : Memperlihatkan bahwa protein mengandung asam amino triptofan

Prinsip : Asam amino Triptofan yang terdapat dalam protein berkondensasi dengan asam glioksilat yang
dengan asam pekat membentuk kompleks berwarna.

Bahan dan alat :

- Larutan gelatin
- Larutan putih telor
- H2SO4 pekat
- Pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Buret
- Penjepit tabung

Cara kerja :

Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih. Ke dalam masing-masing tabung reaksi pipetkan seperti
urutan dalam table berilut.

Tabung 1 2
Larutan gelatin 2 mL --
Larutan putih telur -- 2 mL
Pereaksi Hopkins-Cole 2 mL 2 mL
Alirkan hati-hati dan perlahan melalui dinding 2 mL 2 mL
tabung H2SO4 pekat sampai terbentuk 2
lapisan cairan
HASIL:
Kesimpulan :

Pertanyaan :

1. Berdasarkan percobaan-percobaan yang saudara lakukan terhadap larutan gelatin dan putih telur, asam
amino apa saja yang terdapat dalam protein tersebut ?

2. Mengingat ada tidaknya salah satu asam amino esensial, mana yang lebih baik di antara kedua protein
itu sebagai sumber protein hewani ?

Jawaban :

III. LIPID (LEMAK)


1. Uji pengelmusian lemak

Tujuan : Memperlihatkan bahwa minyak dan air dapat dicampur secara merata dan stabil dalam bentuk
emulsi, dengan bantuan suatu bahan pengemulsi.

Prinsip : Suatu senyawa bersifat pengemulsi, bila dapat larut baik dalam air maupun dalam minyak.
Adanya bahan pengemulsi ini menyebabkan minyak dapat tersebar merata dan stabil di antara molekul-
molekul air.

Bahan dan alat :

- Air suling
- Minyak kelapa
- Bahan pengemulsi, (sabun bubuk)
- Tabung reaksi
- Pipet tetes

Cara Kerja :

Siapkan 2 tabung reaksi yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti
dalam table berikut.
Tabung 1 2
Air suling 2 mL 2 mL
Minyak kelapa 1 mL 1 mL
Sabun -- Seujung sendok
Kocok dengan kuat, kemudian diamkan
HASIL :

Kesimpulan :

2. Uji Kejenuhan Lemak

Tujuan : Memperlihatkan bahwa minyak nabati, ada yang jenuh, tidak punya ikatan rangkap dan ada yang
tidak jenuh, mempunyai ikatan rangkap

Prinsip : Minyak tidak jenuh (yang mempunyai ikatan rangkap), akan mengaddisi iodium (I2) sehingga
ikatan rangkap hilang. Bersamaan dengan itu warna coklat iodium juga hilang.

Bahan dan alat:

- Minyak kelapa (minyak jenuh)


- Minyak jagung (minyak tidak jenuh)
- Minyak jagung yang telah dipanaskan
- Larutan Hubl
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
Cara kerja:

Siapkan 3 tabung reaksi yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti
dalam table berikut.

Tabung 1 2 3
Minyak kelapa
Minyak jagung
Minyak jagung yang
telah dipanaskan
Larutan Hubl tetes demi tetes sampai warna coklat
HASIL :
Jumlah tetesan
Kesimpulan :

3. Uji Kolesterol

Tujuan : memperlihatkan bahwa kolesterol tidak terdapat dalam minyak nabati dan terdapat dalam
sumber hewani.

Prinsip : kolesterol akan membentuk warna merah, dan ungu bila direaksikan dengan H2SO4 pekat

Bahan dan Alat :

- Larutan kolesterol 0,5% dalam kloroform


- Minyak kelapa
- Larutan kuning telur dalam kloroform
- H2SO4
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Buret
Cara kerja:

Siapkan 3 tabung reaksi yang kering dan bersih. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung reaksi seperti
dalam table berikut.

Tabung 1 2 3
Larutan kolesterol 1 mL --- ---
Minyak kelapa --- 1 mL ---
Larutan kuning telur --- --- 1 mL
dalam kloroform
H2SO4 pekat, alirkan 1 mL 1 mL 1mL
dari buret
HASIL:
Perhatikan warnanya
Kesimpulan :
Pertanyaan :

Apakah minyak kelapa mengandung kolesterol ?

Daftar Pustaka:

1. Biokimia Eksperimen Laboratorium Bagian Biokimia FK UI, Widya Medika

2.Lembar Kerja Praktikum Biokimia, dr. Mohamad Sadikin, DSc, dr. Sri Widia A. Jusman, MS, dr. Ani

Retno Prijanti, MS
PERCOBAAN DARAH

1. Hemolisis Sel Darah Merah (Sdm)


Memperlihatkan pengaruh larutan hipertonik atau hipotonik terhadap membrane sel darah merah Sel
daram merah dalam larutan hipotonik akan menggembung karena cairan dari luar sel akan masuk ke
dalam SDM. Bila penggembungan SDM tadi melewati batas fragilitas SDM, maka sel itu akan pecah dan
terjadi hemolisis. Hemoglobin akan larut dalam cairan hipotonik sehingga larutan akan berwarna merah
jernih. Di dalam larutan hipertonik terhadap tekanan osmotic plasma darah, maka cairan dari SDM akan
ke luar dari sel sehingga SDM akan mengkerut (crenated)

Bahan dan alat

- Larutan NaCl 2%
- Darah segar
Cara kerja

- Ke dalam 10 tabung reaksi masukkan/pipetkan cairan berikut

Tabung Akuades (mL) NaCl 2% (mL) % NaCl


1 10,0 0,0
2 9,0 1,0
3 8,0 2,0
4 7,5 2,5
5 7,0 3,0
6 6,5 3,5
7 6,0 4,0
8 5,5 4,5
9 50 5,0
10 4,5 5,5

- Campur sampai tercampur rata


- Tambahkan 2 tetes suspense darah ke dalam setiap tabung dan kocok dengan membalik-balikkan
tabung perlahan. Diamkan selama 1 jam
- Perhatikan dan catat derajat hemolisis pada tiap tabung.

Hasil:

tabung %NaCl Hemolisis Tabung %NaCl Hemolisis


1 6
2 7
3 8
4 9
5 10
Kesimpulan:

2. Pengaruh Pelarut Organik Terhadap Membran Sel Darah Merah


Memperlihatkan bahwa membrane sel darah merah dapat mengalami lisis dalam pelarut organik tertentu.

Membrane SDM mengandung lipid. Pelarut organik tertentu yang bersifat melarutkan lemak akan
menyebabkan lipid membrane larut sehingga terjadi hemolisis

Bahan dan alat:

- Darah segar
- Larutan NaCl 0,9%
- Kloroform
- Eter
- Aseton
- Toluene
- Alkohol
Pelaksanaan:

- Siapkan 6 tabung reaksi yang bersih dan kering


- Ke dalam tiap tabung masukkan 10 mL larutan NaCl 0,9%
- Tabung pertama dipakai sebagai kontrol dan ke dalam 5 tabung lainnya tambahkan setiap 2 tetes
kloroform, eter, aseton, toluene, dan alkohol secara berurutan.
- Tambahkan ke dalam tiap tabung 2 tetes suspense darah, biarkan selama setengah jam. Perhatikan
warna yang terbentuk dan bandingkan dengan kontrol

Hasil :

Pelarut Hemolisis
NaCl 0,9% (kontrol)
Kloroform
Eter
Aseton
Toluene
alkohol
3. Uji Kadar Hemoglobin Dengan Cara Sahli
Tujuan :

Menentukan kadar hemoglobin dengan cara Sahli

Dasar :

Hemoglobin diubah menjadi hematin asam dengan penambahan HCl 0,1 N. Hematin asam yang terbentuk
diencerkan dengan penambahan air suling sampai intensitas warna sama dengan intensitas warna
pembanding. Penilaian dilakukan secara visual

Bahan dan alat :

- Darah
- HCl 0,1 N
- Hemoglobinometer Sahli yang terdiri atas tabung berskala, komparator (pembanding), batang
pengaduk dan pipet Sahli.
- Kapas alcohol 70%

Pelaksanaan
- Pipetkan HCl 0,1 N kedalam tabung hemoglobinometer Sahli sampai miniskus bawah menyentuh
tanda angka 10.
- Bersihkan telapak jari manis kiri dengan kapas alcohol 70 %, biarkan sampai kering.
- Tusuk dengan stylet sampai darah keluar, buang tetesan darah pertama.
- Ambil darah dengan pipet Sahli sampai tanda 20 dengan menggunakan sifat kapiler.
- Masukkan darah ke dalam larutan HCl 0,1 N. Isap dan keluarkan campuran itu beberapa kali.
- Balik-balikan tabung tersebut beberapa kali kemudian, biarkan selama 2 – 3 menit.
- Tambahkan air suling setetes demi setetes aduk tiap kali, sampai warna dalam tabung sama
dengan warna pembanding. Lakukan pembacaan warna dengan bantuan cahaya matahari.
- Baca skala persentase hemoglobin. Untuk mengubah nilai menjadi satuan gram/dL darah,
kalikan persentase tersebut dengan factor 17,3.
Contoh : Hasil pembacaan pada skala 94%. Kandungan hemoglobin dalam darah tersebut = 94% x
17,3 = 16,262 g Hb/dL darah

Hasil :

Pembacaan skala Faktor Hasil Perhitungan


17,3
Kesimpulan :

Daftar Pustaka.

1. Biokimia Eksperimen Laboratorium Bagian Biokimia FK UI, Widya Medika

2.Lembar Kerja Praktikum Biokimia, dr. Mohamad Sadikin, DSc, dr. Sri Widia A. Jusman, MS, dr. Ani

Retno Prijanti, MS
PRAKTIKUM URIN
TEORI

Urin mengandung :

1. Air dan garam – garam dalam jumlah sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan antara
cairan ekstrasel dan intrasel.
2. Asam dan basa.
3. Sisa – sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh.
4. Zat – zat hasil detoksikasi.
5. Zat – zat lain dikeluarkan dari dalam darah karena kadarnya berlebihan.
Jika kita melakukan urinalisis dengan memakai urin kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata
susunan urin itu tidak banyak berbeda dari susunan urin 24 jam berikutnya. Akan tetapi kalau kita
mengadakan pemeriksaan dengan sampel – sample urin pada saat – saat yang tidak menentu di waktu
siang atau malam, akan terlihat bahwa sampel urin dapat berbeda jauh dari sample lain. Oleh karena itu
penting sekali untuk memilih sampel urin sesuai dengan tujuan pemeriksaan.

MEMILIH SAMPEL URIN

1. Urin sewaktu
Yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus. Urin sewaktu
cukup baik untuk pemeriksaan rutin.

2. Urin pagi
Yaitu urin pertama – tama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat
dari urin yang dikeluarkan pada siang hari. Baik untuk pemeriksaan sediment, protein, berat jenis dan
lain – lain.

3. Urin postpradial
Merupakan urin yang pertama kali dikeluarkan 11/2 – 2 jam sehabis makan. Sampel urin ini
baik untuk pemeriksaan terhadap glukosuria.

4. Urin 24 jam
Yaitu urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Cara mengumpulkannya sebagai berikut: jam 7 pagi
urin pertama dikeluarkan, urin ini dibuang. Semua urin yang dikeluarkan kemudian, termasuk juga
urin jam 7 pagi esok harinya harus ditampung dalam botol urin yang tersedia dan isinya
dicampur.
Untuk mengumpulkan urin 24 jam diperlukan botol besar, bervolume 11/2 liter atau lebih
yang dapat ditutup dengan baik. Botol harus bersih dan biasanya memerlukan zat pengawet. Urin 24
jam dapat digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif semua zat dalam urin. Selain itu dikenal juga urin
siang 12 jam, urin malam 12 jam, urin 2 jam, urin 3 gelas, urin 2 gelas dan sebagainya.

WADAH URIN

Botol penampung ( wadah ) urin harus bersih dan kering; bermulut lebar dan dapat disumbat rapat.

SUSUNAN URIN

Urin normal mempunyai susunan yang sangat berbeda – beda, dipengaruhi oleh makanan dan faktor –
faktor lain. Urin normal mengandung sejumlah zat diantaranya : urea, asam urat, kreatinin, keratin,
belerang, indikan, ammonia, klorida, fosfat, vitamin, hormone dan enzim.

Zat – zat patologik dalam urin yaitu : glukosa, protein, zat keton, nanah, darah, lemak, asam amino,
pigmen empedu dan batu urin.

PERCOBAAN URIN

A. Bahan
1. Urine sewaktu
2. Kertas lakmus dan pH indikator universal
3. Kertas saring
4. Reagen kimia (pereaksi)
B. Peralatan
1. Gelas ukur 1 L
2. Urinometer
3. Beaker glass
4. Tabung reaksi
5. Corong
6. Pipet tetes
C. Prosedur
1. Sifat – sifat urin
Catatlah hal – hal dibawah ini :

1. Volume dalam ml
2. Warna, bau dan kejernihan
3. pH urin dengan menguji reaksi terhadap lakmus dan kertas indicator universal. Juga uji
dengan fenolftalein.
4. Berat jenis
Terlebih dahulu ketelitian hydrometer yang akan digunakan harus diuji terhadap air suling. Bila
kesalahan tidak terlalu besar, dapat dilakukan koreksi. Perlu diperhatikan bahwa semua toluene
harus dibuang.

Prosedur :

Isilah sebuah tabung urinometer dengan urin. Busa yang mungkin terjadi dibuang dengan
memakai sepotong kertas saring atau dengan setetes eter. Letakkan hidrometer didalamnya.
Hidrometer tidak boleh menyentuh dinding tabung. Catatlah suhu urin tersebut. Tiap – tiap
urinometer talah ditera pada suhu tertentu. Bila suhu urin tidak sama dengan suhu tera 27,5 0C
lakukan koreksi sebagai berikut:

Tambahkan 0,001 pada angka yang dinyatakan urinometer bagi tiap penambahan suhu 30C diatas
suhu tera, atau dikurangi 0,001 untuk setiap perbedaan suhu 30C dibawah suhu tera.

2. Jumlah zat padat total


Kalikan kedua angka terakhir dari B.J urin tersebut dengan angka 2,6. Hasilnya menyatakan
secara kasar jumlah zat padat total ( gram ) dalam 1 liter urin / 24 jam.

3. Garam – garam ammonium


Prosedur :

Tambahkan NaOH pada 5 ml urin hingga reaksinya alkalis. Panaskan. Perhatikan bau yang
timbul dan uji uap yang terbentuk dengan kertas lakmus yang dibasahi air .

Sulfat

Prinsip
Dalam suasana asam, sulfat akan mengendap bila bereaksi dengan ion barium, menurut reaksi:
H++ SO42+ + Ba2+  BaSO4
a) Sulfat Anorganik
Merupakan bagian terbesar (85 – 90 %) dari belerang teroksidasi dan berasal terutama dari
metabolisme protein.

Metoda :

Pada 10 ml urin tambahkan 10 tetes HCL encer dan 10 tetes BaCl2. Terlihat endapan putih.
Saringlah campuran ini, uji filtrate terhadap belerang etereal.

b) Sulfat etereal (organik)


Merupakan senyawaan asam sulfat dengan zat – zat organik seperti indol, kresol, fenol dan
sebagainya. Zat – zat organik tersebut berasal dari metabolisme protein, atau pembusukan
protein dalam lumen usus. Semuanya terurai pada pemanasan dengan asam. Merupakan 5 –
15 % dari belerang total urin.

Prosedur :

Didihkan filtrate dari percobaan ( a ) selama beberapa menit. Bila tidak terbentuk endapan,
tambahkan lagi HCl dan panaskanlah, mungkin perlu ditambahkan BaCl2 hingga mengendap.

4. Fosfat
Tujuan untuk membuktikan adanya fosfat di dalam urine
Prinsip
Fosfat akan berekasi dengan ion molibdat dalam suasan asam dan akan membentuk senyawaan
berwarna biru.
Prosedur
1. Masukan 10 ml urine ke dalam tabung reaksi. Kemudian tambahkan 1 ml asam nitrat
encer dan 2 ml ammonium molibdat.
2. Panaskan selama 1 menit dan amati dalam waktu 5 menit
3. Catat hasil yang diperoleh
5. Kalsium
Tujuan adalah untuk membuktikan adanya kalsium di dalam urine
Prinsip
Kalsium dalam suasana asam akan mengendap pada penambahan NH4-oksalat
Prosedur
1. Masukan 5 ml urine ke dalam tabung reaksi.
2. Kemudian tambahkan 3 tetes asam asetat encer dan 1 ml ammonium oksalat.
3. Catat hasil yang diperoleh
6. Kreatinin
Reaksi Jaffe

Reaksi ini berdasarkan pembentukan tautomer kreatinin pikrat yang berwarna merah bila
kreatinin direaksikan dengan larutan pikrat alkalis. Warna ini akan berubah menjadi kuning
apabila larutan diasamkan.

Prosedur:

Masukkan 5 ml urin ke dalam sebuah tabung reaksi dan 5 ml ke dalam tabungyang lain.
Tambahkan pada masing – masing tabung 1 ml larutan asam pikrat jenuh dan 1 ml NaOH 10 %.
Perhatikan warna yang terbentuk. Tambahkan HCl 20 tetes pada salah satu tabung. Bandingkan
hasilnya terhadap tabung yang tidak ditambahkan HCl.

7. Glukosa
Adanya glukosa dalam urin dapat dinyatakan berdasarkan sifat glukosa yang dapat mereduksi ion
– ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Test ini tidak spesifik terhadap glukosa, gula – gula
lain yang berdaya reduksi maupun zat – zat lain yang bukan gula dapat juga memperlihatkan hasil
positif.

Test Benedict (semi kuantitatif )

Dengan test ini dapat diperhitungkan secara kasar kadar gula dalam urin ( semi kuantitatif ).

Prosedur :

Siapkan 5 tabung reaksi. Isi 10 tetes urin pada tabung pertama, 5 tetes urin pada tabung kedua
sampai kelima. Masukkan kedalam tiap tabung tersebut 2,5 ml pereaksi Benedict kualitatif,
campurkan dengan seksama. Tambahkan ( 1 ) glukosa 0,3 %; ( 2 ) glukosa 1 %; ( 3 ) glukosa 2 %
; ( 4 ) glukosa 5 % dan ( 5 ) sebagai blanko. Panaskan kelima tabung di atas secara bersamaan
selama 5 menit pada penangas air mendidih hingga terjadi perubahan warna.
Penafsiran

WARNA PENILAIAN KADAR

Biru / hijau keruh : 0 -

Hijau / kuning hijau : + kurang dari 0,5 %

Kuning / kuning kehijauan : ++ 0,5 – 1,0 %

Jingga : +++ 1,0 – 2,0 %

Merah : ++++ lebih dari 2,0 %

Anda mungkin juga menyukai