SKRIPSI
Oleh:
61117062
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2021
PENGESAHAN SKRIPSI
Pembimbing I:
dr. Miralza Diza, Sp. THT-KL
NIDN: 1008046801 .……………
Pembimbing II:
Isramilda, M.Si
NIDN: 1021058202 .……………
Penguji I:
Dr. dr. Ibrahim, S.H.,M.Sc.,M.Pd.Ked.,M.Kn.,Sp.KKLP
NIDN: 1008115701 .……………
Penguji II:
dr. Andi Ipaljri Saputra, M.Kes
NIDN: 1014078606 .……………
ii
iii
Telah disetujui untuk diuji di hadapan Tim Validasi Hasil Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Batam.
Menyetujui,
Bagian Skripsi
iii
iv
Npm : 61117062
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
iv
v
BIODATA PENULIS
NPM : 61117062
Agama : Islam
Ayah : Fahrudin.
RIWAYAT PENDIDIKAN
v
vi
MOTTO
vi
vii
ABSTRAK
vii
viii
ABSTRACT
Results: The results of the analysis of the relationship between the habit of
cleaning the ears of cotton bud users with otomycosis and non-otomycosis
patients at the ENT department of Camatha Sahidya Hospital Batam for the
period January-December 2020, it was found that the variables associated with
the incidence of Otomycosis were the frequency of using cotton buds OR = 2.708
and P = .003, the depth of use of cotton buds OR = 2.172 and P = .021. While the
unrelated variable was the duration of using cotton buds OR = .708 and P = .309.
Conclusion: Based on the results of this study, it can be concluded that there is a
relationship between the frequency and depth of the use of cotton buds with the
incidence of otomycosis in ENT Polyclinic patients at Camatha Sahidya Hospital
for the period January-December 2020.
viii
ix
KATA PENGANTAR
3. Dr. dr. Ibrahim, SH, MSc, MKn, MPd. Ked, Sp. KKLP, sebagai Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Batam,
5. dr. Miralza Diza, Sp.THT-KL, selaku dosen pembimbing I atas kesabaran dan
kesediaannya untuk meluangkan waktu, memberikan bimbingan, saran, kritik
dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat selama pembuatan skripsi ini
sehingga dapat terselesaikan dengan baik,
7. Dr. dr. Ibrahim, SH, MSc, MKn, MPd.Ked, Sp. KKLP, selaku dosen penguji I
atas kesabaran dan kesediaannya untuk meluangkan waktu, memberikan
ix
x
11. Sahabat saya Rizky Nur Hidayah beserta kedua orang tua dan Tiara Cahaya
Islami beserta kedua orangtuanya yang telah memberikan dukungan dalam
penyelesaian skripsi ini,
12. Kakak tingkat saya, M. Hashemy Al-ghozi Hasibuan dan Meilani Debora
Glen Mayora Bako yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam
penyelesaian proposal ini,
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saran dan kritik sangat diharapkan. Penulis berharap Tuhan YME
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi
dapat disetujui dan ada manfaatnya dikemudian hari.
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………... i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………. ii
LEMBAR VALIDASI…………………………………………………………. Iii
LEMBAR KEASLIAN PENULISAN………………………………………… iv
BIODATA PENULIS………………………………………………………….. v
MOTTO………………………………………………………………………... vi
ABSTRAK……………………………………………………………………... vii
ABSTRACT…………………………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………... xv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………... xvi
DAFTAR LAMPIRAN…..……………………………………………………. xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang……………………………………...…………. 1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………...……… 4
1.3. Tujuan Penelitian………………………………………..…….. 5
1.3.1. Tujuan Umum………………………………………… 5
1.3.2. Tujuan Khusus…………………………………….... 5
1.4. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 6
1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti….…………………………...… 6
1.4.2. Manfaat Bagi Peneliti Lain…………………………... 6
1.4.3. Manfaat Bagi Program Studi…...…..………………… 6
1.4.4. Manfaat Bagi Responden Penelitian………………….. 7
xi
xii
xii
xiii
3.4.1. Populasi……………………………………………….. 34
3.4.2. Sampel………………………………………………… 35
3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………... 38
3.5.1. Lokasi Penelitian……………………………………… 38
3.5.2. Waktu Penelitian…………….………………………... 38
3.6. Variabel Penelitian……………………………………………... 39
3.6.1. Variabel Independen………………………………….. 39
3.6.2. Variabel Dependen…………………...………………. 39
3.7. Definisi Operasional…………………………………………... 40
3.8. Prosedur Pengumpulan Data…………………………………… 42
3.8.1. Jenis Data……………………………………………... 42
3.8.2. Sumber Data…………………………………………... 42
3.8.3. Instrumen Penelitian………………...………………... 42
3.9. Cara Kerja…………………………………………………... 43
3.10. Pengolahan Data……………………………………………... 43
3.10.1. Editing………………………………………………… 43
3.10.2. Coding………………………………………………… 44
3.10.3. Entry…………………………………………………... 44
3.10.4. Cleaning………………………………………………. 44
3.11. Analisa Data………………………………………………….. 44
3.11.1. Analisis Univariat………...…………………………... 44
3.11.2. Analisis Bivariat………………………………………. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum……………………………………………..... 46
4.2. Analisis Univariat……………………………………………..... 47
4.2.1. Distribusi Frekuensi Kejadian Otomikosis…………… 47
4.2.2. Distribusi Frekuensi Penggunaan Cotton Bud…………. 47
xiii
xiv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
xv
DAFTAR TABEL
xv
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvi
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 9 Dokumentasi
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
tingkat kelembaban udara dan curah hujan yang tinggi disertai panas
sepanjang tahun. Tingkat kelembaban yang tinggi ini sangat baik bagi
pertumbuhan jamur. Infeksi jamur pada manusia dapat terjadi dimana saja
salah satunya adalah di liang telinga yang dipengaruhi oleh kelembaban yang
rongga mastoid terbuka disebut dengan fungal otitis externa atau otomikosis.
Aspergillus dan Candida adalah jenis jamur yang paling sering ditemukan
dalam diagnosa otomikosis. Jamur ini terdapat di tanah atau pasir dan
mengandung bahan nabati yang telah membusuk. Bahan nabati ini cepat
kering di bawah sinar matahari pada iklim tropis dan tertiup di udara oleh
angin sebagai partikel debu kecil. Spora jamur yang ada di udara terbawa
bersamaan dengan uap air (Itor, 2020). Hal tersebutlah yang membuat spora
jamur dapat masuk ke liang telinga dan kelembaban yang tinggi di liang
1
2
Diperkirakan sebanyak 25% dari kasus infeksi telinga disebabkan oleh jamur
ini sering ditegakkan pada saat berakhirnya musim panas (Humaira, 2012;
Itor, 2020). didapatkan jamur positif pada 91 kasus (6,54%). Data prevalensi
Hasan Sadikin Bandung selama periode bulan Januari 2012 sampai dengan
bulan Desember 2012 tercatat 7,45% dari seluruh total pasien. Sedangkan
Desember 2017-Januari 2018 yaitu sebanyak 24 orang dari 929 orang pasien
cairan dari telinga, gangguan pendengaran, perasaan telinga penuh atau aural
antibiotik, berenang, penggunaan cairan tidak steril pada liang telinga, dan
cotton bud >10 tahun dan 17 responden (24.6%) telah menggunakan cotton
bud <10 tahun. Hal ini membuktikan bahwa frekuensi penggunaan cotton
tulang rawan dan sepertiga bagian dalam merupakan bagian tulang yang
ditutupi oleh lapisan tipis periosteum dan kulit serta merupakan bagian
telinga yang paling sensitif terhadap AFB. Temuan klinis pasien yang paling
4
umum setelah pengangkatan benda asing adalah abrasi kulit saluran telinga
cotton bud hingga 2/3 dalam kanalis auditori eksternus dan 41 responden
(59.4%) menggunakan cotton bud pada 1/3 luar kanalis auditori eksternus.
Kota Batam, didapatkan jumlah pasien yang mengunjungi poli THT rumah
dan jumlah kasus otomikosis yang mencukupi untuk penelitian ini berada di
rumah sakit tersebut. Berdasarkan teori yang menyebutkan bahwa salah satu
faktor terjadinya otomikosis adalah penggunaan cotton bud dan ditambah lagi
2020?
2020.
Desember 2020.
Desember 2020.
Januari-Desember 2020.
Januari-Desember 2020.
Januari-Desember 2020.
dan penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi telinga dibagi menjadi tiga wilayah utama: telinga luar, yang
tengah, yang menyampaikan getaran suara ke jendela oval; dan telinga bagian
(Dhingra, 2018).
Telinga bagian luar terdiri dari aurikel atau pinna, kanal akustik
8
9
akustik eksternal terdiri dari satu bagian tulang rawan elastis kuning
Tidak ada tulang rawan antara tragus dan crus helix, dan area
ini disebut incisura terminalis. Sayatan yang dibuat pada area ini tidak
bedah. Tulang rawan dari tragus, perikondrium dari tragus atau concha
(Dhingra, 2018).
dan debris pada kasus infeksi telinga luar dan tengah. Bagian
dan telinga tengah. Sekat ini terletak miring dan mengakibatkan bagian
Tingginya 9-10 mm, lebar 8-9 mm, dan tebal 0,1 mm. Membran
muda.
meatus.
2.2.1. Definisi
pada kulit atau kartilago aurikula, liang telinga atau lapisan epitel
keadaan udara yang hangat dan lembab, bakteri dan jamur mudah
13
tumbuh. Predisposisi radang pada telinga luar yang lain adalah trauma
2.2.2. Patofisiologi
(Murtaza, et.al,2015).
Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga
bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa
14
JS.,2013).
2.3. Otomikosis
2.3.1. Definisi
Jamur menyebabkan 10% dari semua kasus otitis eksterna. Ini terjadi
2011).
pada penelitian yang dilakukan oleh Satish (2013), 60% dari pasien
bud dll, 48% dari pasien memiliki riwayat penggunaan obat tetes
predisposisi.
ke dalam saluran telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yag basah
lapisan lemak dari tulang rawan liang telinga terbuang. Pada umunya,
fibrosa yang tebal dari puing-puing kulit yang mati terlihat seperti
kapas atau kertas basah, area kecil berbatas tegas dari jaringan
tahap awal dan sering mengawali terjadinya rasa nyeri. Rasa sakit pada
telinga bisa bervariasi mulai dari hanya berupa perasaan tidak enak
otomikosis adalah:
2.3.4. Patofisiologi
keratin dan serumen dan daerah itu sulit dibersihkan (Edward dan
Irfandy, 2012).
73%), protein, asam amino bebas dan ion mineral, ia juga mengandung
lisozim, imunoglobulin, dan asam lemak tak jenuh ganda. Asam lemak
kedap air dan menghindari maserasi dan kerusakan epitel (Edward dan
serumen dari dalam telinga. Selain itu, gerakan mengunyah juga dapat
2018).
peniti, cotton bud, dll. 48% pasien memiliki riwayat penggunaan obat
predisposisi.
2.3.5. Penatalaksanaan
povidon Iodin. Asam salisilat dua persen dalam alkohol juga efektif.
edema dan dengan demikian persiapan awal yang lebih baik dari agen
dan spesifik. Anti jamur non spesifik termasuk larutan asam dan
dehidrasi seperti:
Candida albicans.
normal.
spesies Aspergillus.
disana. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa
kadar keasaman KAE yang bisa disebabkan kadar kelembaban yang tinggi
bud, dll. 48% pasien memiliki riwayat penggunaan obat tetes telinga
25
ke telinga. Juga, 30% dari pasien kami memiliki penyakit sistemik terkait,
27% terkait OMSK, 8% di antaranya memiliki rongga mastoid dan 15% tidak
Otomikosis
pembersihan ini dan dapat mendorong sel-sel kulit yang mati beserta
benda asing dan penupukan sel-sel kulit mati dan serume. Trauma dan
2011).
26
Otomikosis
2018).
tulang rawan (1/3 luar kanalis akustikus eksternus) dan bagian tulang
serumen obsturan baik pada telinga kiri maupun pada telinga kanan.
cotton bud maka akan semakin besar kemungkinan sel-sel kulit mati
pertumbuhan jamur.
Otomikosis
2012). Hal ini diperparah jika ditambah dengan kebiasaan self cleaning
menyumbat air yang masuk saat melakukan aktivitas air dan mandi.
serumen serta trauma liang telinga lebih besar, namun hal ini juga
tersebut.
2.5. Penelitian Terkait
2. Tambor Angka Kejadian Deskriptif – Prevalensi otomikosis di Poliklinik THT RS Dustira Cimahi periode
a, Dio Dan Fakotr Risiko cross sectional Desember 2017-Januari 2018 yaitu sebanyak 24 orang dari 929 orang
Ferdiana Penderita Objek (2,58%). Rerata usia pasien adalah 46,79 tahun, dengan simpangan
(2018) Otomikosis di Penelitian: baku 21,07 tahun, median 47tahun, usia paling muda adalah 4 tahun
Poliklinik THT Rs Pasien dan usia paling tua adalah 81 tahun, distribusi terbanyak pasien
Dustira Cimahi Otomikosis d otomikosis adalah pada kelompok usia >60 tahun yaitu sebanyak 6
Periode Desember Poli THT RS orang (25,0%). Sebagian besar pasien berjenis kelamin perempuan
2017 –Januari 2018 Dustira dibanding laki-laki yaitu sebanyak 16 orang dari 24 orang (66,7%).
Periode: Sebagian besar pasien memiliki kebiasaan mengorek telinga (Cotton
28
Desember Buds) yaitu sebanyak 15 orang (62,5%). Sebagian besar pasien
2017-Januari menggunakan penutup kepala (hijab/ kerudung, helm, topi kupluk)
2018 yaitu sebanyak 19 orang (79,2%). Pasien dengan aktivitas di air
(renang) sebanyak 3 orang (12,5%). Sebagian besar pasien
menggunakan antibiotik secara tidak tepat (tanpa resep dokter) yaitu
sebanyak 14orang (58,3%).
3. Money, Hubungan Antara Observasional, Hasil uji bivariat penelitian yang memiliki hubungan yang signifikan
Pivi Penggunaan Cotton cross-sectional ialah kedalaman penggunaan cotton bud pada telinga kiri sampai
(2018) Bud dengan Objek >1/3 luar kanalis auditori eksternus (p=0.037), kedalaman
Serumen Obsturan Penelitian: penggunaan cotton bud pada telinga kanan (p=0.014), dan frekuensi
Mahasiswa FK penggunaan cotton bud pada telinga kanan (p=0.008) . Hasil uji
Universitas bivariate yang tidak signifikan ialah frekuensi penggunaan cotton bud
Diponegoro pada telinga kiri yang sering (p=0.230), dan durasi penggunaan
pengguna cotton bud lebih dari sepuluh tahun pada telinga kiri (p=0.324).
cotton bud
Periode: 2018
29
30
Perkembangan
jamur ↑
Immunodefisiensi, Penggunaan
Steroid, Penyakit Antibiotik tetes
dermatologi Telinga
Otomikosis
: Diteliti
: Tidak Diteliti
31
METODE PENELITIAN
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau
antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya yang diambil dari
hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain atau hipotesis
otomikosis.
32
33
otomikosis.
diteliti faktor risiko yang mungkin dapat menerangkan apakah kasus dan
34
kontrol terkena paparan atau tidak. Studi kasus pada penelitian ini adalah
penderita otomikosis dan studi kontrol dalam penelitian ini adalah bukan
penderita otomikosis.
3.4.1. Populasi
3.4.2. Sampel
(Notoadmojo, 2011).
Diketahui:
(estimasimaksimal)
Q2 = 1 – P2
= 1 – 0.5
= 0.5
P1-P2 = Selisih proporsi pajanan minimal yang dianggap
36
P1 = P2 + 0.15
= 0.5 + 0.15
= 0.65
Q1 = 1 – P1
= 1 – 0.65
= 0.35
P =
= 0.575
Q = 1–P
= 1 – 0.575
= 0.425
Sehingga
tellinga.
dermatologi
38
telinga.
dermatologi
cotton bud.
kejadian otomikosis.
3.7. Definisi Operasional
40
Dependen
4. Kejadian Otomikosis merupakan Rekam Hasil 1. Otomikosis Nominal
Otomikosis infeksi jamur pada saluran Medik Rekam 2. Tidak
pendengaran eksternal yang Medik Otomikosis
menyebabkan penderita
mengalami gatal-gatal pada
telinga, otalgia, ottorhea,
tinnitus, inflamasi dan
kesulitan mendengar (Satish,
2013).
41
42
Primer dan Sekunder. Data sekunder diperoleh dari pihak Rumah Sakit
kuesioner.
responden.
cotton bud atau tidak dan menilai kejadian penyakit otomikosis melalui
rekam medik yang di berikan oleh Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota
pasien.
3.10.1. Mengajukan izin pada Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam.
pengisian responden.
tahap, yaitu:
3.11.1. Editing
Jika ada data yang belum lengkap, peneliti akan melengkapinya saat
3.11.2. Coding
3.11.3. Entry
3.11.4. Cleaning
dianalisa.
yakni :
(Notoatmodjo, 2011).
45
dengan menggunakan tes chi square. Tes ini bertujuan untuk menguji
kerangka konsep penelitian dengan uji statistik ini apakah hasil yang
HASIL PENELITIAN
otomikosis.
Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam, lalu mendata pasien yang
46
47
masing-masing kelompok.
responden (39,4%).
cotton bud dengan kejadian otomikosis di rumah sakit Camatha Sahidya kota
Otomikosis
Otomikosis.
Otomikosis
Otomikosis.
54
eksternus.
Otomikosis
otomikosis (kontrol).
dengan Otomikosis.
<10 tahun. Dimana jika odd rasio < 1 berarti tidak berpengaruh.
BAB V
PEMBAHASAN
10% dari semua kasus otitis eksterna. Ini terjadi karena lipid / asam asam
pelindung telinga hilang (Satish, 2013). Faktor resiko penyakit ini disebabkan
oleh perubahan kelembaban, suhu yang tinggi, maserasi kulit liang telinga
yang terpapar lama oleh kelembaban dan trauma lokal. Trauma lokal ini
dapat disebabkan oleh berbagai macam hal salah satunya adalah kebiasaan
self cleaning dan mendorong sel-sel kulit mati beserta serumen kearah
tersumbat pada saat mandi ataupun saat melakukan aktivitas di air. Sumbatan
56
57
kota Batam didapatkan hasil distribusi pada Tabel 4.2 dapat diketahui
>1x/minggu.
otomikosis.
cotton bud maka akan semakin rentan terhadap trauma benda asing dan
penupukan sel-sel kulit mati dan serume. Trauma dan penumpukan ini
atau 61,5%.
kota Batam didapatkan hasil distribusi pada Tabel 4.3 dapat diketahui
cotton bud pada kedalaman 2/3 dalam kanalis aurikulus eksternus lebih
(Dhingra, 2018).
Diesease of Ear, Nose and Throat; Head and Neck Surgey kanal
akustik terdiri dari dua bagian, yaitu 1/3 luar kanalis auditorius
eksternus dan 2/3 dalam kanalis auditorius eksternus. Bagian 1/3 luar
ini ditutupi oleh kulit yang tebal dan mengandung kelenjar ceruminous
16 mm terdiri dari tulang keras yang dilapisi kulit tipis dan berlanjut
hingga membran timpani. Bagian ini tidak memiiki rambut dan kelejar
ceruminous. Jika benda asing masuk sampai ke bagian ini, maka dapat
didapatkan sensasi nyeri atau nikmat serta timbul reflek batuk, maka
cotton bud maka akan semakin besar kemungkinan sel-sel kulit mati
pertumbuhan jamur (Humaira, 2012). Hal ini dapat dilihat pada Tabel
cotton bud dengan durasi ≥10 tahun lebih tinggi pada kelompok
menggunakan cotton bud dengan durasi ≥10 tahun dan pada kelompok
menggunakan cotton bud dengan durasi <10 tahun lebih tinggi pada
menggunakan cotton bud dengan durasi <10 tahun dan pada kelompok
menggunakan cotton bud dengan durasi <10 tahun. Hasil penelitian ini
(Murtaza, et.al,2015).
dan <10 tahun. Menurut Mustofa (2011) dan Gadanya (2016) semakin
dan serumen serta trauma liang telinga lebih besar, namun hal ini juga
tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 yang menyatakan bahwa
cotton bud ≥10 tahun terdapat pada kempok kontrol, yaitu sebanyak
49 responden atau 53,3%. Hal ini dapat terjadi karena jamur penyebab
Otomikosis
cotton bud dengan nilai p value=0,003 lebih kecil dari 0,05 maka
2,7 kali lebih berisiko (Crude OR =2,708) pada pengguna cotton bud
alami. Sel-sel kulit mati dan serumen atau kotoran telinga yang
oleh benda asing dan penumpukan kotoran beserta sel-sel kulit mati
pada liang telinga sehingga keadaan liang telinga menjadi lembab dan
memudahkan pertumbuhan jamur. Hal ini dapat terlihat dari hasil uji
dengan tingkat 2,7 kali lebih beresiko pada pengguna cotton bud
Otomikosis
bud dengan nilai p value=0,021 lebih kecil dari 0,05 maka dapat
2,2 kali lebih berisiko (Crude OR =2,172) pada pengguna cotton bud
berkembang.
mekanik yang berupa trauma lokal dan ringan pada epitel liang telinga
67
serta timbul reflek batuk, maka cotton bud sudah memasuki bagian 2/3
Otomikosis
dengan durasi ≥10 tahun (Money, 2018). Begitu pula dengan penelitan
dan <10 tahun. Menurut Mustofa (2011) dan Gadanya (2016) semakin
dan serumen serta trauma liang telinga lebih besar, namun hal ini juga
5.3.1. Sulit mencari jumlah sampel untuk kelompok kasus yang mencukupi
5.3.2. Sulit mencari responden untuk kelompok kasus maupun kontrol yang
masih berlangsung.
5.3.4. Keterbatasan dari peneliti sendiri dapat terjadi dalam hal dana, waktu,
6.1. Kesimpulan
berikut:
cotton bud dengan durasi ≥10 tahun terdapat pada kelompok kontrol,
70
71
eksternus.
6.2. Saran
dan juga untuk mengetahui variabel manakah yang paling kuat dalam
otomikosis.
Amutta, S., Yanusa, M., & Iseh, K. (2013). Sociodemographic Characteristics and
Prevalence of Self Ear Cleaning in Sokoto Metropolis. Int J Otolaryngol-
Head Neck Surg, 276-279.
Bansal, M. (2013). Diseases of Ear, Nose and Throat Head and Neck Surgery.
New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
Barati, B., Okhovvat, S., Goljanian, A., & Omrani, M. (2011). Otomycosis in
Central Iran: a clinical and mycological study. Iranian Red Crescent Med
J, 13, 873-76.
Dhingra, P. D. (2012). Diesseade of Ear, Nose, and Throat (5th ed.). India:
Elsevier.
Dhingra, P., & Dhingra, S. (2018). Disease of Ear, Nose and Throat & Head Neck
Surgery. New Delhi: Elsevier.
Efiaty, A. S., Iskandar, N., Bashiruddin, J., & Restuti, R. D. (2012). Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Firdose, S., & Jayita, D. (2015). Aural Health : Knowledge, Attitude and Practice.
Int J Scien Report, 36-38.
Friedman, E. (2016). Removal of Foreign Bodies from the Ear and Nose. N Engl J
Med, 374.
Gadanya, M., Abubakar, S., Ahmed, A., & Maje, A. Z. (2016, Jul-Dec).
Prevalance and Attitude of Self-ear Cleaning with Cotton Bud among
Doctors at Aminu Kano Teaching Hospital, Northwestern Nigeria.
Nigerian Journal of Surgical Research, 16(2), 43-47.
Imanto, M. (2015). Radang Telinga Luar. 202 Jurnal Kesehatan, Volume VI,
Nomor 2, Oktober 2015, 6, 201-210.
Itor, E. A., Noubom, M., Nangwat, C., Ngueguim, D. A., Kountchou, C. L.,
Thierry, N. K., et al. (2020). Clinical and Microbiological Epidemiology
of Otomycosis in the Centre Region of Cameroon. European Journal of
Clinical and Biomedical Sciences, 6, 78-83.
K, M., Singh, A., & Rao S. V., M. (2020). Otomycosis, Frequency; Clinical
Features; Predisposing Factors and Treatment Implications. International
Journal of Otorhinolaryngology and Head and Neck Surgery, 6(4), 664-
668.
Kumar, R., Kumar, C., & Kumar, S. (2017). Clinical and microbial study of
Otomycosis. International Journal of Medical and Health Research, 3,
118-119.
Manjunath, K., Singh, A., & Rao S.V, M. (2020). Otomycosis, Frequency,
Clinical Features, Predisposing Factors and Treatment Implications. Int.
Journal of Otorhinolaryngology and Head and Neck Surgery, 664-668.
Marlinda, L., Sapto, H., Aprilia, E., & Shara, Y. (2016). Otomikosis Auris
Dekstra pada Perenang. J Medula Unila, 6, 67-71.
Mizana, D. K., Suharti, N., & Amir, A. (2016). Identifikasi Pertumbuhan jamur
Aspergillus Sp pada Roti Tawar yang Dijual di Kota Padang Berdasarkan
Suhu dan Lama Penyimpanan. Jurnal FK Unand, 355-360.
Money, P., Naftali, Z., & Marliyawati, D. (2018). Hubungan Antara Penggunaan
Cotton Bud dengan Serumen Obsturan. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 7,
892-905.
MS, A. (2013). Epidemiologi dermatomikosis di. In S. S. Ervianty E,
Dermatomikosis superfisialis (2nd ed., pp. 1-8). Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran.
Murtaza, M., Patawai, P., & Sien, M. (2015). Acute Otitis Externa :
Pathophysiology, Clinical Presentation, And Treatment. IOSR-JDMS, 14,
73-78.
Oladeji, S., & Babatunde, O. (2015). Knowledge of Cerumen and Effect of Ear
Self-Cleaning among Health Workers in a Tertiary Hospital. J West Afr
Coll Surg, 117–133.
Olaosun, A. (2014). Does Self Ear Cleaning Increase the Risk of Ear Disease? Int
J Recent Scientific Research, 1087-1090.
Pandey, B. R., Singh, M. M., & Bajracharya, K. (2019). Otomycosis and its
Predisposing Factors in Out-Patient of Otorhinolaryngology in a Tertiary
Care Center. J. Lumbini.Med. Coll., 7, 1-5.
Sudarajad, H., Hendradewi, S., & Sinaga, Y. (2018). Efektivitas asam asetat 2%
dalam alkohol 70% dibanding ketokonazol 2% topikal pada terapi
otomikosis. ORLI, 48, 26-33.
Tambora, D. F., Nurrokhmawati, Y., & Waluyo, A. (2018). Angka Kejadian dan
Faktor Risiko Penderita Otomikosis di Poliklinik THT RS Dustira Cimahi
Periode Desember 2017-Januari 2018. Program Studi Pendidikan DOkter
Bagian Telinga Hidung Tenggorokan Rumah Sakit Dustira Fakultas
Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani, 1-15.
INFORMED CONCENT
Nama :
Umur/tanggal lahir :
Alamat :
yang akan dilakukan oleh Puja Monitra Transmika, mahasiwa Program Studi
seperlunya.
Batam,………………2021
Responden
LAMPIRAN 5
KUESIONER PENELITIAN
Keterangan:
Pada pertanyaan kedalaman penggunaan cotton bud, Jika anda merasakan nyeri,
rasa nikmat dan timbul batuk pada saat membersihkan telinga menggunakan
cotton bud silahkan beri tanda X pada kolom “2/3dalam KAE”. Jika anda tidak
merasakan sensasi apapun pada saat membersihkan telinga menggunakan cotton
bud silahkan beri tanda X pada kolom “1/3 luar KAE”.
LAMPIRAN 6
TABEL MASTER
Tidak
1
85 KK P 21 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
2
86 IG L 48 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 < 10 tahun 2
Tidak
2
87 MR L 43 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
1
88 GA P 22 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
2
89 FA L 23 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 < 10 tahun 2
Tidak
2
90 YG L 22 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 < 10 tahun 2
Tidak
1
91 NH P 25 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 < 10 tahun 2
Tidak
1
92 FF P 25 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
2
93 KF L 50 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
2
94 EA P 21 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 < 10 tahun 2
Tidak
2
95 MM L 28 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 < 10 tahun 2
Tidak
1
96 SA L 27 Otomikosis Sering 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
1
97 SR P 24 Otomikosis Sering 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
2
98 PE P 22 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
LAMPIRAN 6
Tidak
2
99 KV P 21 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
1
100 RB P 34 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
2
101 MH L 28 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
1
102 YG P 26 Otomikosis Sering 2/3 dalam KAE 1 < 10 tahun 2
Tidak
2
103 WW P 31 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 < 10 tahun 2
Tidak
2
104 PP L 31 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
1
105 FH P 23 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
1
106 YY L 33 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
1
107 KA P 31 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
2
108 RE L 34 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 < 10 tahun 2
Tidak
2
109 JF L 23 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
1
110 AD L 56 Otomikosis Sering 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
2
111 HF P 43 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
2
112 SB P 36 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
LAMPIRAN 6
Tidak
1
113 OV P 32 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
1
114 ZR L 27 Otomikosis Sering 2/3 dalam KAE 1 < 10 tahun 2
Tidak
2
115 MS P 24 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 < 10 tahun 2
Tidak
2
116 SP P 39 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
2
117 YA L 21 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 < 10 tahun 2
Tidak
2
118 MN P 23 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 < 10 tahun 2
Tidak
2
119 AD P 39 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
2
120 AP P 34 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
1
121 JS P 56 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
2
122 ED P 60 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
1
123 SM P 43 Otomikosis Sering 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
2
124 IA P 23 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 < 10 tahun 2
Tidak
2
125 LS P 22 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 < 10 tahun 2
Tidak
1
126 BR L 34 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
LAMPIRAN 6
Tidak
1
127 SS P 37 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
1
128 MV P 35 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
2
129 BN L 28 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
2
130 LK P 25 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 < 10 tahun 2
Tidak
2
131 RS L 27 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 < 10 tahun 2
Tidak
1
132 HH P 38 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 < 10 tahun 2
Tidak
2
133 FR P 45 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
2
134 NZ P 43 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
2
135 SH P 46 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
2
136 MR P 48 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
1
137 SA L 24 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 < 10 tahun 2
Tidak
2
138 IA L 23 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 < 10 tahun 2
Tidak
1
139 PA P 45 Otomikosis Sering 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
1
140 RA P 56 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
LAMPIRAN 6
Tidak
2
141 AF L 48 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
2
142 KA L 47 Otomikosis Jarang 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
1
143 PI P 35 Otomikosis Sering 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
Tidak
2
144 EF P 33 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
2
145 IN L 25 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 < 10 tahun 2
Tidak
1
146 GA L 21 Otomikosis Sering 1/3 luar KAE 2 < 10 tahun 2
Tidak
2
147 AH P 28 Otomikosis Jarang 1/3 luar KAE 2 > 10 tahun 1
Tidak
1
148 CT P 34 Otomikosis Sering 2/3 dalam KAE 1 > 10 tahun 1
LAMPIRAN 7
Frequencies
Statistics
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
Kejadian Otomikosis
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
Kejadian Otomikosis
Kasus Kontrol
Total Count 74 74
Crosstab
Total
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35,00.
Risk Estimate
Estimate 2,708
ln(Estimate) ,996
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Crosstab
Kejadian Otomikosis
Kasus Kontrol
Total Count 74 74
Crosstab
Total
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33,00.
Estimate 2,172
ln(Estimate) ,776
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Crosstab
Kejadian Otomikosis
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28,00.
Estimate ,708
ln(Estimate) -,346
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
LAMPIRAN 8
JADWAL PENELITIAN
DOKUMENTASI