1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MyJM
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–8088
Laporan Kasus
Program Studi DIII Kebidanan, Fakultas Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pringsewu, Indonesia
ABSTRACT
Underweight toddlers (wasting) is a condition where toddlers suffer from nutritional disorders
with a diagnosis that is enforced based on an assessment of height per body weight. This
indicates a deficit or lack of proportion of body weight when compared to height in toddlers.
Under-five deaths amounted to 6.6 million people, meaning that 18,000 children under five
died every day, which indirectly contributed to 60% under-five mortality as the underlying
causes of infectious diseases as the direct cause of death. This case study uses the SOAP
(Subjective, Objective, Assessment, Planning) method of documentation. The subject of this
study was a child aged 2 years old. Methods in collecting data, carried out using anamnesis,
physical examination, analyzed and carried out management. The results were obtained in the
subject has normal development with wasting growth. Conclusion the subject has normal
development with the growth of wasting, the management of the case was appropriate theory
and practice.
ABSTRAK
Balita kurus (wasting) adalah suatu kondisi dimana balita menderita gangguan gizi dengan
diagnosis yang ditegakkan berdasarkan penilaian tinggi badan per berat badan. Hal ini
menunjukkan adanya defisit atau kekurangan proporsi berat badan bila dibandingkan tinggi
badan pada balita. Pada tahun 2012 kematian balita berjumlah 6,6 juta jiwa artinya 18.000 jiwa
balita meninggal setiap harinya dimana secara tidak langsung wasting atau balita kurus
menyumbang 60% kematian balita sebagai underlying causes terhadap penyakit infeksi
sebagai penyebab langsung kematian. Studi kasus ini dengan menggunakan pendokumentasian
metode SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment, Planning). Subjek penelitian ini adalah anak
usia 2 tahun. Metode dalam pengumpulan data, dilakukan dengan menggunakan anamnesa,
pemeriksaan fisik, analisis dan penatalaksanaan kasus. Hasil didapatkan anak
perkembangannya normal dengan pertumbuhan wasting. Simpulan subjek perkembangannya
normal dengan pertumbuhan wasting, penatalaksanaan kasus sudah sesuai teori dan praktek.
Disubmit: 05/13/2021; Direview: 05/31/2021; Diterima: 09/14/2020; Diterbitkan: 09/18/2020. DOI: 10.24853/myjm.2.1.34-39 | 34
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MyJM
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–8088
wasting atau balita kurus menyumbang 60% kebiasaan makan, ada tidaknya program
kematian balita sebagai underlying causes pembelian makanan di luar keluarga,
terhadap penyakit infeksi sebagai penyebab pemeliharaan kesehatan, daya beli keluarga,
langsung kematian. Tahun 2013 dari 161 juta serta lingkungan fisik dan sosial (3).
jiwa balita di dunia menderita kelaparan Studi lain menjelaskan, faktor
dimana 51 juta jiwa balita diantaranya penyebab dari kejadian balita kurus
menderita wasting. Di negara berkembang (wasting) diantaranya, pemberian ASI yang
dan miskin, persoalan nutrisi berkisar seputar tidak optimal, status ekonomi miskin dan
kekurangan asupan sehingga menimbulkan pendidikan ibu, diare dan morbiditas
defisiensi nutrisi seperti kekurangan energi saluran pernapasan, saluran sanitasi dan
protein, anemia, defisiensi iodium dan tempat tinggal di pedesaan terkait dengan
kekurangan mikronutrien lain (1). meningkatnya kemungkinan balita kurus
World Health Organization (WHO) (wasting) di antara anak-anak kurang dari 5
memperkirakan bahwa 175 juta anak di negara tahun (4).
berkembang mengalami malnutrisi dilihat dari Gizi kurang pada balita dapat
data berat badan menurut umur dan sekitar menyebabkan kecerdasan anak terganggu,
230 juta mengalami stunted dilihat dari tinggi menurunnya produktivitas anak serta
badan menurut umur. Pada tahun 2007, rendahnya kemampuan kognitif dan
hampir 20 juta anak bawah lima tahun (balita) menyebabkan terganggunya perkembangan
menderita malnutrisi berat akut. Menurut anak sehingga bisa menyebabkan
WHO, anak penderita gizi buruk berisiko keterlambatan perkembangan (5).
kematian 5-20 kali lebih besar dari pada anak Stimulasi atau kegiatan merangsang
dengan nutrisi baik. Malnutrisi bertanggung kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun
jawab langsung dan tidak langsung terhadap agar anak tumbuh berkembang secara
60% kematian balita, lebih dari dua pertiga optimal. Setiap anak perlu mendapatkan
kematian tersebut justru terjadi pada usia stimulasi rutin sedini mungkin dan terus
kurang dari satu tahun. Indonesia merupakan menerus pada setiap kesempatan, stimulasi
negara berkembang yang masih memiliki tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu
masalah gizi kurang yaitu wasting (1). dan ayah yang merupakan orang terdekat
Berdasarkan riset daerah provinsi dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak,
Lampung ditemukan prevalensi gizi kurang anggota keluarga lain dan kelompok
sebesar 17,5% dan sudah mencapai target masyarakat di lingkungan rumah tangga
nasional perbaikan gizi pada tahun 2015 masing-masing dan dalam kehidupan
(20%), MDGs (18,5%) dari 10 sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat
kabupaten/kota hanya ada 2 kabupaten menyebabkan penyimpangan tumbuh
yang belum mencapai target MDGs yaitu kembang anak bahkan gangguan yang
kabupaten Tanggamus dan Lampung utara menetap. Kemampuan dasar anak yang
(2). dirangsang dengan stimulasi terarah adalah
Menurut Call dan Levinson, bahwa kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak
status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu halus, kemampuan bicara dan bahasa serta
konsumsi makanan dan tingkat kesehatan, kemampuan sosialisasi dan kemandirian
kedua faktor ini adalah penyebab langsung, (6).
sedangkan penyebab tidak langsung yaitu Terkait hal di atas keterlambatan
kandungan zat gizi dalam bahan makanan, tumbuh kembang pada anak dikarenakan
Disubmit: 05/13/2021; Direview: 05/31/2021; Diterima: 09/14/2020; Diterbitkan: 09/18/2020. DOI: 10.24853/myjm.2.1.34-39 | 35
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MyJM
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–8088
kurangnya orang tua mengenal tanda tinggi badan: 92 cm, lingkar kepala: 49 cm,
bahaya perkembangan anak, kurangnya LILA (Lingkar Lengan Atas): 16 cm, dan
pemeriksaan deteksi dini atau skrining lingkar dada: 60 cm.
perkembangan pada anak dan kurangnya Berdasarkan pertimbangan besarnya
keterlibatan langsung orang tua dengan masalah dan dampak dari pertumbuhan serta
anak atau stimulasi dari selain orang tua. perkembangan yang kurang akibat wasting,
Akan sangat berpengaruh, seorang ibu yang penulis tertarik untuk membahas tentang
berpengetahuan tentang stimulasi dini asuhan kebidanan pada anak dengan stunting.
dengan ibu yang berpengetahuan stimulasi Tujuan studi kasus ini adalah melaksanakan
dini yang rendah akan beresiko lebih besar asuhan kebidanan pada pertumbuhan dan
untuk mengalami dugaan keterlambatan perkembangan anak melalui pendekatan pola
perkembangan (7). pikir manajemen asuhan kebidanan Varney
Masalah yang akan terjadi tidak secara komprehensif.
hanya keterlambatan perkembangan seperti
yang dijelaskan di atas tetapi adapun faktor LAPORAN KASUS
penghambat perkembangan lain terhadap Pengkajian dengan metode SOAP yaitu
balita yaitu gizi kurang, gizi kurang mengkaji data subjektif yang diperoleh dari
merupakan salah satu masalah kesehatan yang orangtua anak, dilanjutkan dengan
berkontribusi terhadap rendahnya kualitas pemeriksaan fisik, pemeriksaan pertumbuhan
Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. dan perkembangannya dengan menggunakan
Asupan gizi dengan kualitas dan kuantitas alat kuesioner Stimulasi, Deteksi, Intervensi
yang baik sangat dibutuhkan terutama pada Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). Sebelum
usia balita karena pertumbuhan dan dilakukan anamnesis pasien, orangtua pasien
perkembangan fisik serta kognitif sedang setuju akan pemeriksaan dan menandatangani
tumbuh dengan pesat pada tahap usia tersebut lembar inform consent. Data subjektif
(5). didapatkan anak usia 2 tahun, jenis kelamin
Penelitian sebelumnya yang dilakukan laki-laki. Ibu subjek menginformasikan
pada siswa PAUD di TK ‘Aisyiyah bahwa An termasuk picky eater atau susah
Pringsewu didapatkan sebanyak 31 siswa makan, lebih senang mengkonsumsi jajanan
(60%) balita berada pada status gizi normal, warung. Riwayat kehamilan anak, lahir
sedangkan sisanya berada pada status gizi dengan usia kehamilan 40 minggu, ditolong
wasting 14 siswa (40%). Secara statistik oleh bidan, berat badan lahir 3700 gram, ibu
diperoleh nilai OR= 22,500 yang berarti tidak memberikan ASI eksklusif.
bahwa responden yang penghasilannya Riwayat imunisasi lengkap, riwayat
kurang baik mempunyai risiko 22,5 kali penyakit subjek dan keluarga tidak ada
untuk terjadinya wasting dibandingkan pada penyakit menular, menurun dan menahun
responden yang status ekonomi keluarganya seperti PMS, TBC, HIV/AIDS, HEPATITIS,
baik (8). DM, ASMA dan Hipertensi. Pola kebutuhan
Berdasarkan hasil survey yang sehari-hari terkaji pola makan frekuensi
dilakukan di Kota Batu, Kota Agung, ibu makan: 2 kali/hari dengan porsi 1 piring kecil,
subjek mengatakan anaknya susah untuk jenis: nasi, lauk, sayur. Keluhan: anak malas
makan, dan senang mengkonsumsi jajan makan, anaknya termasuk pemilih makanan.
serta makanan instan. Hasil pemeriksaan Pola minum frekuensi: 8 kali/hari, porsi: 1
subjek usia 2 tahun, berat badan: 11 kg, gelas, jenis: air putih, susu, minuman
Disubmit: 05/13/2021; Direview: 05/31/2021; Diterima: 09/14/2020; Diterbitkan: 09/18/2020. DOI: 10.24853/myjm.2.1.34-39 | 36
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MyJM
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–8088
Disubmit: 05/13/2021; Direview: 05/31/2021; Diterima: 09/14/2020; Diterbitkan: 09/18/2020. DOI: 10.24853/myjm.2.1.34-39 | 37
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MyJM
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–8088
kurus (wasting) sebesar 13%, dan sebesar diterima. Hal ini berarti dari hasil penelitian
4,9% balita menderita gizi buruk, namun menunjukan adanya hubungan status ekonomi
prevalensi gizi balita kurus (wasting) dari dengan kejadian balita kurus (wasting) di
tahun 2007 hingga 2010 tidak terjadi PAUD Surya Ceria Pringsewu (8).
penurunan, tetap di angka 13%. Berat badan tidak sesuai dengan umur
Hasil Riskesdas pada tahun 2010 anak setelah dilakukan penyesuaian
menyebutkan bahwa prevalensi balita gizi menggunakan standar berat badan dan
balita kurus (wasting) pada balita laki-laki tinggi badan, subjek terdeteksi kurus,
lebih besar dibandingkan balita perempuan. penatalaksanaan memberitahu ibu untuk
Didapatkan persentase menurut Riskesdas memberikan makanan seimbang,
2010 gizi balita kurus (wasting) sebesar pemberian makanan tambahan dan
7,3%, dan tahun 2013 sebesar 7,7% (10). disarankan untuk terus melakukan
Data yang diperoleh dari dinas kesehatan penilaian terhadap berat badan.
Provinsi Lampung (2010) memperlihatkan
prevalensi gizi balita kurus (Wasting) pada SIMPULAN
balita 0-5 tahun di Lampung terus menurun Subjek termasuk kategori kurus,
dari 9,7% di tahun 2013 menjadi 4,9% di perkembangannya normal dengan
tahun 2014. pertumbuhan wasting dan penatalaksanaan
Keterlambatan pertumbuhan dan kasus sudah sesuai teori dan praktek.
perkembangan merupakan penyebab dari
terganggunya kecerdasaan anak, menurunnya KONFLIK KEPENTINGAN
produktivitas anak serta rendahnya Studi kasus ini tidak memiliki konflik
kemampuan kognitif. Kurangnya stimulasi kepentingan, dan tidak ada afiliasi atau
akan mengakibatkan jaringan otak akan koneksi dengan entitas atau organisasi apa
mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. pun, yang dapat menimbulkan pertanyaan bias
Tumbuh kembang anak mulai dari konsepsi dalam diskusi dan kesimpulan naskah.
sampai dewasa dipengaruhi banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut adalah faktor genetik UCAPAN TERIMA KASIH
dan faktor lingkungan bio-fisiko-psikososial, Ucapan terima kasih kepada Universitas
yang bisa menghambat atau mengoptimalkan Muhammadiyah Pringsewu yang telah
tumbuh kembang anak. memberikan wadah dan memfasilitasi
Berdasarkan penelitian yang dalam penelitian dosen
dilakukan dzul istiqomah di TK PAUD surya
ceria Pringsewu pada tahun 2017 menjelaskan REFERENSI
bahwa sebagian besar (60%) balita berada 1. Kementerian Kesehatan. Asuhan
pada status gizi normal, sedangkan sisanya Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita
berada pada status gizi wasting (40%). Status dan Anak Pra Sekolah. Jakarta:
ekonomi keluarganya baik, sebesar 3,28% Kementerian Kesehatan Republik
diantaranya ada kejadian wastin, sedangkan Indonesia; 2013.
responden yang status ekonomi keluarganya 2. Kementerian Kesehatan Republik
kurang mengalami kejadian wasting (42,9%) Indonesia. Riset Kesehatan Dasar
dan sebanyak 57,1 % responden normal. Hasil 2013. Badan Penelitian dan
uji statistik diperoleh nilai p value=0,002 Pengembangan Kesehatan. Jakarta:
sehingga p≤0,05, maka H0 ditolak dan Ha Kementerian Kesehatan Republik
Disubmit: 05/13/2021; Direview: 05/31/2021; Diterima: 09/14/2020; Diterbitkan: 09/18/2020. DOI: 10.24853/myjm.2.1.34-39 | 38
Vol. 2 No. 1 Tahun 2021
jurnal.umj.ac.id/index.php/MyJM
uptjurnal.fkkumj@gmail.com
e-issn: 2722–8088
Disubmit: 05/13/2021; Direview: 05/31/2021; Diterima: 09/14/2020; Diterbitkan: 09/18/2020. DOI: 10.24853/myjm.2.1.34-39 | 39