Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PANCASILA DALAM KONTEKS ETIKA


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Pancasila

DOSEN PENGAMPU :
Nur Kholijah Siregar, Ma

DISUSUN OLEH;

KELOMPOK VI
Arif Muhammad Dinata
Dini Mailani
Erika Paramita
Muhammad Syahrizal
Siti Aisyah
Siti Raudah
Yunita Sari
Zikry Fathullah Basri

PAI/SEMESTER I
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RAUDHATUL AKMAL
TANJUNG SARI KEC. BATANG KUIS KAB. DELI
SERDANG
SUMATERA UTARA
2021-2022
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Pancasila dan etika adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena sama-sama mengajarkan
tentang nilai-nilai yang mengandung kebaikan. Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan
penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila
tidak bertentanan dengan nilai-nilai Pancasila tersebut, tetapi bagaimana meniggikan nilai-nilai
yang ada menjadi suatu hal yang lebih memberikan manfaat kepada yang lain. Nilai-nilai
Pancasila, meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas sosial, keagamaan,
maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya juga nilai-nilai yang bersifat
universal dapat diterima oleh siapa pun dan kapan pun.
Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar. Pancasila telah menjadi
kesepakatan nasional bangsa Indonesia sebagai dasar Kesatuan Negara Republik Indonesia,
meskipun dalam upaya implementasinya mengalami berbagai hambatan. Etika merupakan cabang
falsafah dan sekaligus merupakan cabang dari ilmu kemanusiaan (humaniora). Etika sebagai
cabang falsafah membahas sistem dan pemikiran mendasar tentang ajaran dan pandangan moral.
Etika sebagai cabang ilmu membahas bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral
tertentu. Etika sosial meliputi cabang etika yang lebih khusus seperti etika keluarga, etika profesi,
etika bisnis, etika lingkungan, etika pendidikan,etika kedokteran, etika jurnalistik, etika seksual dan
etika politik.Pancasila merupakan nilai dasar yang menjadi pedoman hidup bagi bangsa Indonesia.
Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Di
setiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk menerapkan perilaku etika, seperti
tercantum pada sila kedua Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adil dan beradab” yang mana tidak
dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pancasila, system, etika


2. Bagaimana pancasila sebagai dasar etika
3. Apa saja urgensi dalam pancasila
4 .Apa saja konsep Pancasila sebagai dasar etika dalam kehidupan
5. Apa saja esensi Pancasila sebagai dasar etika dala kehidupan

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian pancasila, system, etika.


2. Mengetahui bagaimana pancasila sebagai dasar etika
3. Mengetahui apa saa urgensi dalam pancasila
4. Mengetahui Apa saja konsep pancasila sebagai dasar etika dalam kehidupan
5. Mengetahui apa saja esensi pancasila sebagai dasar etika dalam pancasila
BAB II
PEMBAHASAN

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA


Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia, juga merupakan
struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap warga
negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan
untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki
kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Pancasila sebagai sistem etika merupakan moral guidance yang dapat diaktualisasikan
ke dalam tindakan konkrit, yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila
Pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga mampu
mencerminkan pribadi yang saleh, utuh, dan berwawasan moral-akademis.

1.Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari dua kata yaitu panca dan sila. Panca artinya lima, sedangkan sila artinya
dasar atau peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau senonoh. Jadi, Pancasila adalah lima
dasar yang dijadikan acuan dalam bersikap dan bertingkah laku.

2. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan .
Sistem nilai dalam pancasila adalah satu kesatuan nilai-nilai yang ada dalam pamcasila yang saling
berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan ataupun ditukar tempatkan karena saling berkaitan
antara satu dengan yang lain. Nilai-nilai yang dimaksud ialah :
Pertama Nilai Ketuhanan:
Secara hierarkis, nilai ini bisa dikatakan sebagai nilai yang tertinggi karena menyangkut nilai yang
bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari nilai ini (nilai ketuhanan). Suatu perbuatan
dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan nilai, kaidah, dan hukum Tuhan. Pandangan
demikian secara empiris bisa dibuktikan bahwa setiap perbuatan yang melanggar nilai, kaidah, dan
hukum Tuhan, baik itu kaitannya dengan hubungan kasih sayang antarsesama, akan menghasilkan
konflik dan permusuhan. Dari nilai ketuhanan menghasilkan nilai spiritualitas, ketaatan, dan
toleransi. (Ngadino Surip, dkk, 2015: 180)

Kedua, Nilai Kemanusiaan:


Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan Pancasila adalah keadilan dan keadaban.
Keadilan mensyaratkan keseimbangan, antara lahir dan batin, jasmani dan rohani, individu dan
sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang terikat hukum-hukum Tuhan. Keadaban
mengindikasikan keunggulan manusia dibanding dengan makhluk lain seperti hewan, tumbuhan,
dan benda tak hidup. Karena itu, suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilan dan keadaban. Dari nilai kemanusiaan
menghasilkan nilai kesusilaan contohnya seperti tolong menolong, penghargaan, penghormatan,
kerja sama, dan lain-lain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 180).

Ketiga, Nilai Persatuan:


Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat memperkuat persatuan dan kesatuan. Sikap egois dan
menang sendiri merupakan perbuatan yang tidak baik, demikian pula sikap yang memecah belah
persatuan. Sangat mungkin seseorang seakanakan mendasarkan perbuatannya atas nama agama
(sila ke-1), namun apabila perbuatan tersebut dapat memecah persatuan dan kesatuan maka
menurut pandangan etika Pancasila bukan merupakan perbuatan baik. Dari nilai persatuan
menghasilkan nilai cinta tanah air, pengorbanan, dan lain-lain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015:
180) .

Keempat, Nilai Kerakyatan:


Dalam kaitannya dengan kerakyatan, terkandung nilai lain yang sangat penting, yaitu nilai hikmat
atau kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata hikmat atau kebijaksanaan berorientasi pada
tindakan yang mengandung nilai kebaikan tertinggi. Atas nama mencari kebaikan, pandangan
minoritas belum tentu kalah dibandingkan dengan pandangan mayoritas. Pelajaran yang sangat
baik misalnya pada peristiwa penghapusan tujuh kata dalam sila pertama Piagam Jakarta. Sebagian
besar anggota PPKI menyetujui tujuh kata tersebut, namun memerhatikan kelompok yang sedikit
(dari wilayah Timur) yang secara argumentatif dan realistis bisa diterima, maka pandangan
minoritas ‘dimenangkan’ atas pandangan mayoritas. Dengan demikian, perbuatan belum tentu baik
apabila disetujui atau bermanfaat untuk orang banyak, namun perbuatan itu baik jika atas dasar
musyawarah yang didasarkan pada konsep hikmah atau kebijaksanaan. Dari nilai kerakyatan
menghasilkan nilai menghargai perbedaan, kesetaraan, dan lainlain. (Ibid, Ngadino Surip, dkk,
2015: 181) .

Kelima, Nilai Keadilan:


Apabila dalam sila kedua disebutkan kata adil, maka kata tersebut dilihat dalam konteks manusia
selaku individu. Adapun nilai keadilan pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks sosial. Suatu
perbutan dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip keadilan masyarakat banyak. Menurut
Kohlberg (1995: 37), keadilan merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan masyarakat.
Keadilan mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama derajatnya dengan orang
lain. Dari nilai ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama,
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain. Dari nilai
keadilan juga menghasilkan nilai kepedulian, kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama, dan
lainlain.
(Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 181).

Dari nilai ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama,menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain. Dari nilai keadilan
juga menghasilkan nilai kepedulian, kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama, dan lainlain.
(Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 181).

Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, apabila bangsa Indonesia menyadari
jati dirinya sebagai makhluk Allah, tentu tidak akan mudah menjatuhkan martabat dirinya ke dalam
kehinaan dengan melakukan korupsi. Kebahagiaan material dianggap segala-galanya dibandingkan
dengan kebahagiaan spritual yang lebih agung, mendalam dan jangka panjang. Keinginan
mendapatkan kekayaan dan kedudukan Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
apabila bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai makhluk Allah, tentu tidak akan mudah
menjatuhkan martabat dirinya ke dalam kehinaan dengan melakukan korupsi.
Kebahagiaan material dianggap segala-galanya dibandingkan dengan kebahagiaan spritual yang
lebih agung, mendalam dan jangka panjang. Keinginan mendapatkan kekayaan dan kedudukan

secara cepat menjadikannya nilai-nilai agama dikesampingkan. Buah dari penanaman dan
penghayatan nilai ketuhanan ini adalah kerelaan untuk diatur Allah, melakukan yang diperintahkan
dan meninggalkan larangan-Nya. (Ibid, NgadinoSurip, dkk, 2015: 182).

Penanaman satu nilai tentunya tidak cukupdan memang tidak bisa dalam konteks Pancasila,
karena nilai-nilai Pancasila merupakan kesatuan organis yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lain. Dengan demikian, akan menjadi kekuatan moral besar manakala keseluruhan nilai
Pancasila yang meliputi nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan
nilai keadilan dijadikan landasan moril dan diejawantahkan dalam seluruh lehidupan berbangsa dan
bernegara, terutama dalam pemberantasan korupsi. Penanaman nilai sebagaimana tersebut di atas
paling efektif adalah melalui pendidikan dan media. Pendidikan informal di keluarga harus menjadi
landasan utama dan kemudian didukung oleh pendidikan formal di sekolah dan nonformal di
masyarakat. Media harus memiliki visi dan misi mendidik bangsa danmembangun karakter
masyarakat yang maju, namun tetap berkepribadian Indonesia. (Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015:
183).

3. Etika
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlaq), kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq, nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan masyarakat. Secara garis besar etika dikelompokkan
menjadi :
1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.
2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan berbagai
aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun makhluk sosial (etika
sosial).

Etika merupakan cabang filsafat Pancasila yang dijabarkan melalui sila-sila Pancasila dalam
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia. Etika
Pancasila cenderung mendekati pada pengertian etika kebajikan dalam sistem pemerintahan. Hal
ini dikarenakan konsep deontologis dan teologis terkandung di dalam Pancasila.
Deontologi artinya Pancasila mengandung kewajiban yang harus dilaksanakan oleh warga negara.
Teleologi artinya Pancasila menjadi tujuan dari negara Idonesia. Namun, Pancasila tetap bersumber
pada etika kebajikan. Tidak hanya berorientasi pada kewajiban dan tujuan.
Adapun pemaknaan tersebut di dapatkan dari jenis etika yang mana senantiasa terkait erat dengan
bagaimana manusia bertingkah laku yang baik. Etika bersifat universal, berbeda dengan etiket yang
berlaku pada tempat tertentu (misal adat bertamu orang Jawa berbeda dengan adat bertamu orang
Batak). Etika mencakup norma moral yang bersumber dari hati nurani demi kenyamanan bersama.
Etika memiliki arti watak, sikap, adat atau cara berpikir. Secara etimologi, etika mengandung arti
ilmu mengenai segala sesuatu yang biasa dilakukan. Etika sangat erat kaitannya dengan kebiasaan
dan tata cara hidup yang baik pada diri sendiri serta orang lain. Etika bertendensi dengan kata
moral, berarti berasal dari hati nurani setiap orang. Pada intinya, etika adalah struktur pemikiran
yang disusun guna memberi tuntunan kepada manusia dalam bersikap dan bertingkah laku.
Pancasila sebagai sistem etika bersumber dari kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indoensia.
Selain itu, Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma dasar (grundnorm) yang digunakan
sebagai pedoman penyusunan peraturan.
Secara politis, Pancasila sebagai sistem etika mengatur masalah perilaku politikus yang
berhubungan dengan praktik institusi sosial, hukum, komunitas, struktur sosial, politik dan
ekonomi. Dengan kata lain, para penyelenggara negara harus mencerminkan etika dari pancasila .

Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan permaslahan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia diantaranya:
1. Masih terdapat kasus korupsi yang melemahkan sendi kehidupan negara
2. Masih terdapat kasus terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga menurunkan sikap
toleransi dan menghambat integrase nasional
3. Masih terjadinya pelanggaran atas arti HAM dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
4. Terdapat kesenjangan antara kelompok miskin dan kaya serta masih terdapatnya kaum marginal
di beberapa wilayah yang merasa terasingkan
5. Masih adanya ketidakadilan hukum dalam sistem peradilan di Indonesia
6. Banyak terjadi pengingkaran dalam pembayaran pajak, dan sebagainya .

Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

Pancasila sebagai sistem etika memerlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai moral yang hidup
agar tidak terjebak dalam pandangan yang bersifat mitos. Misalnya korupsi terjadi karena pejabat
diberi hadiah oleh seorang yang membutuhkan sehingga urusannya lancar. Dia menerima hadiah
tanpa memikirkan alasan orang tersebut memberikan bantuan. Sehingga tidak tahu kalua
perbuatannya dikategorikan dalam bentuk suap.
Hal yang sangat penting dalam mengembangkan Pancasila sebagai sistem etika meliputi:
1. Menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan penentu sikap, tindakan serta keputusan yang
akan diambil setiap warga negara.
2. Pancasila memberikan pedoman bagi setiap warga negara agar memiliki orientasi yang jelas
dalam pergaulan regional, nasional dan internasional
3. Pancasila menjadi dasar analisis kebijakan yang dibuat penyelenggara negara sehingga
mencerminkan semangat kenegaraan berjiwa Pancasila
4. Pancasila menjadi filter terhadap pluralitas nilai yang berkembang dalam berbagai bidag
kehidupan

Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal berikut:


1. Sila Ketuhanan mencerminkan bahwa Tuhan merupakan penjamin prinsip moral. Setiap perilaku
warga negara didasarkan pada prinsip moral yang bersumber pada norma agama. Ketika prinsip
moral berlandaskan pada norma agama, maka akan memberikan kekuatan pada prinsip agar
dilaksanakan oleh pengikutnya.
2. Sila Kemanusiaan memiliki prinsip acta humanus. Tindakan kemanusiaan diimplikasikan
melalui sikap adil dan beradab guna menjamin tata pergaulan antar manusia dan antar makhluk
yang berdasar pada nilai kemanusiaan tertinggi (kebajikan dan kearifan).
3. Sila Persatuan memiliki arti kesediaan hidup bersama di atas kepentingan individu dan kelompok
dalam kehidupan bernegara. Landasannya adalah nilai solidaritas dan semangat kebersamaan yang
melahirkan kekuatan dalam menghadapi ancaman pemecah belah bangsa.
4. Sila Kerakyatan sebagai sistem etika terletak pada konsep musyawarah untuk mufakat.
5. Sila Keadilan sebagai perwujudan dari sistem etika tidak menekankan pada kewajiban saja
(deontologi) atau tujuan saja (teleologi). Akan tetapi lebih menonjolkan pada kebijaksanaan (virtue
ethics).
KESIMPULAN

Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila,
yaitu nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan. Suatu perbuatan
dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentanan dengan nilai-nilai Pancasila tersebut, tetapi
bagaimana
meniggikan nilai-nilai yang ada menjadi suatu hal yang lebih memberikan manfaat kepada yang
lain. Nilai-nilai
Pancasila, meskipun merupakan kristalisasi nilai yanghidup dalam realitas sosial, keagamaan,
maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya juga nilai-nilai yang bersifat
universal dapat diterima oleh
siapa pun dan kapan pun.

Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Di
setiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk menerapkan perilaku etika, seperti
tercantum pada sila kedua Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adil dan beradab” yang mana tidak
dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sungguh sangat
diperlukan.

Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus merupakan cabang dari ilmu kemanusiaan
(humaniora). Etika sebagai cabang falsafah membahas sistem dan pemikiran mendasar tentang
ajaran dan pandangan moral.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.academia.edu.com/makalah/pancasila/pancasila-sebagai-dasar-etika/. Diakses
pada tanggal 28 januari 2022.

2. http://www.mahasiswa.yai.ac.id/tugas/makalah/pancasila-sebagai-sistem-etika/. Diakses
pada tanggal 28 anuari 2022.

3. https://www.id.scribd.com/document/makalah-pancasila-sebagai-dasar-etika/. Diakses
pada tanggal 28 januari 2022.
.

Anda mungkin juga menyukai