Anda di halaman 1dari 123

BAHAN AJAR

Komunikasi
Dalam Praktik
Kebidanan
BAHAN AJAR
Komunikasi
Dalam Praktik Kebidanan

PENULIS

ISRAINI SURIATI
YUSNIDAR

LEMBAGA PENERBITAN DAN PUBLIKASI ILMIAH


(LPPI) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO
Jl. Jend. Sudirman Km. 03 Binturu
Kec. Wara Selatan Kota Palopo
Telp. (0471)-327429 Fax. (0471)-327429
E-mail: lppi@umpalopo.ac.id
BAHAN AJAR
Komunikasi
Dalam Praktik Kebidanan
Penulis :
Israini Suriati dan Yusnidar

Editor :
Harmita Sari
Tata letak dan Desain Sampul :
Rahmawati Nur Annisa
ISBN :
978-623-91725-9-6

Penerbit :
LPPI UM Palopo

Kantor :
Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah Universitas Muhammaadiyah
Palopo
Lt.2 Gedung MCC Universitas Muhammadiyah Palopo Jl. Jenderal
Sudirman Km. 3 Binturu, Palopo, Telp. 0471-327429, e-mail:
lppi@umpalopo.ac.id

Cetakan pertama, 2020


Hak Cipta©2020 pada Penulis

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku


ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis,
termasuk memfotocopy, merekam atau dengan system penyimpanan
lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

PRAKATA

P
uji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Karena berkat limpahan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan
penulisan buku Ajar dengan judul Komunkasi Dalam Praktik
Kebidanan. Didalam penyusunan Buku ajar ini penulis telah
berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis demi
penyelesaian buku ajar ini. Tetapi sebagai manusia biasa, penulis tak luput
dari kesalahan ataupun kekhilafan baik pada segi teknik penulisan ataupun
tata bahasa itu sendiri.
Kami menyadari tanpa suatu arahan dari pihak –pihak yang telah
memberikan masukan – masukan dan membantu, Mungkin kami tidak
bisa menyelesaikan buku ajar ini. Buku Ajar ini dibuat sedemikian rupa
semata-mata hanya untuk membangkitkan kembali minat baca mahasiswa
dan bisa menjadikan referensi dalam konteks komunikasi dalam praktik
kebidanan sebagai motivasi dalam berkarya khususnya pada karya tulis.
Maka dengan kerendahan hati penulis hanya bisa menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses
penyelesaian ini.
Sekian semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan mudah
dipahami bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.

Palopo, Maret 2020

Penulis
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

DAFTAR ISI

PRAKATA ................................................................................................. iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

BAB I KONSEP DASAR KOMUNIKASI DAN KONSELING ............... 1

A. Pengertian Komunikasi................................................................ 2

B. Unsur Komunikasi ....................................................................... 3

C. Komponen Komunikasi ............................................................... 7

D. Proses Komunikasi ...................................................................... 8

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi ....................... 10

F. Bentuk Komunikasi ................................................................... 12

BAB II PRINSIP-PRINSIP HUBUNGAN ANTAR MANUSIA ............. 18

A. Pengertian Hubungan antar manusia ......................................... 19

B. Tujuan hubungan antar manusia ................................................ 21

C. Hubungan antar pribadi ............................................................. 22

D. Konsep diri teori Johary Windows ............................................ 26

BAB III KOMUNIKASI EFEKTIF .......................................................... 30

A. Pengertian Komunikasi efektif ................................................... 31


Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

B. Proses komunikasi efektif .......................................................... 32

C. Unsur-unsur komunikasi efektif ................................................. 33

D. Prinsip Dasar Komunikasi Efektif ............................................. 34

E. Bentuk Komunikasi Efektif ........................................................ 36

BAB IV MEMPRAKTIKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL


TERMASUK KONSELING ..................................................................... 38

A. Pengertian Komunikasi Interpersonal dan Konseling ................ 39

B. Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal dan Konseling .. 43

C. Pengaruh Pemahaman Diri Terhadap Komunikasi Interpersonal


dan Konseling ............................................................................ 48

BAB V STRATEGI DALAM MEMBANTU PENGAMBILAN


KEPUTUSAN KLIEN .............................................................................. 53

A. Teori inti pengambilan keputusan klien ..................................... 54

B. Factor yang mempengaruhi tipe pengambilan keputusan .......... 56

C. Elemen dasar pengambilan keputusan ....................................... 62

D. Pemberian Informasi Keputusan Efektif .................................... 65

E. Saat-saat sulit dalam penerapan KIP/K kesulitan saat konseling


.................................................................................................... 66

F. Upaya untuk mengatasi kesulitan............................................... 68

BAB VI KETERAMPILAN INTI KOMUNIKASI INTERPERSONAL


/KONSELING ........................................................................................... 71

A. Pengertian KIP/K ....................................................................... 72

B. Faktor penghambat KIP ............................................................. 72

C. Pengaruh pemahaman diri terhadap proses KIP/K .................... 73


Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

D. Observasi tingkah laku verbal dan non verbal ........................... 74

E. Membina hubungan baik ............................................................ 75

F. Teknik mendengar aktif, bertanya dan refleksi isi dan perasaan 75

BAB VII KETERAMPILAN KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN


KELOMPOK ............................................................................................. 78

A. Pengantar kegiatan kelompok .................................................... 79

B. Kepemimpinan dalam Kelompok .............................................. 81

C. Ciri-ciri Kelompok yang Kompak ............................................. 81

D. Pengorganisasian Kegiatan kelompok ....................................... 85

E. Membangun Tim atau Kelompok / Team bulding ..................... 86

F. Strategi Bidan untuk Membantu Kelompok yang Negatif Sesuai


Tipe Kelompok .......................................................................... 89

BAB VIII KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ............................ 92

A. Pengertian................................................................................... 93

B. Teori-Teori Pengambilan Keputusan ......................................... 93

C. Model Pengambilan Keputusan Model Pengambilan Keputusan


.................................................................................................... 95

LATIHAN SOAL KASUS ........................................................................ 98

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 109

TENTANG PENULIS ............................................................................. 113


Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

KONSEP DASAR
BAB
BAB KOMUNIKASI DAN
KONSELING
II

A. Tujuan Umum
Untuk memahami konsep dasar komunikasi dan konseling
B. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui dan memahami pengertian komunikasi
2) Untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur komunikasi
3) Untuk mengetahui dan memahami komponen komunikasi
4) Untuk mengetahui dan memahami proses komunikasi
5) Untuk mengetahui dan memahami faktor yang
mempengaruhi komunikasi
6) Untuk mengetahui dan memahami bentuk komunikasi
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

A. Pengertian Komunikasi

Pada kehidupan sehari-hari kita tidak pernah luput dari kata


komunikasi. Komunikasi merupakan media kita untuk berinteraksi.
Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang artinya membuat
kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau
lebih, communico yang artinya memberi. Komunikasi adalah suatu proses
interaksi manusia dengan berbagai bentuk/cara untuk menyampaikan
informasi atau tujuan tertentu . Komunikasi adalah penyampaian informasi
dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi adalah
pernyataan manusia, pernyataan tersebut dapat dilakukan dengan kata-kata
tertulis ataupun lisan di samping itu dapat dilakukan juga dengan isyarat-
isyarat atau simbol-simbol. Dalam perilaku manusia, komunikasi
merupakan proses khusus dan bermakna. Pada profesi kebidanan
komunikasi menjadi penting karena merupakan metode utama dalam
memberikan asuhan kebidanan.
Beberapa ahli menyampaikan pengertian atau definisi komunikasi.
Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau proses yang
menimbulkan dan meneruskan makna atau arti, berarti dalam komunikasi
terjadi penambahan pengertian antara pemberi informasi dengan penerima
informasi sehingga mendapatkan pengetahuan. Komunikasi adalah proses
penyampaian informasi, makna, dan pemahaman dari pengirim pesan
kepada penerima pesan. Hal ini berarti penelusuran informasi dari
pengirim pesan pada penerima pesan dalam komunikasi. Komunikasi
termasuk kegiatan yang mengajukan pengertian yang diinginkan pengirim
informasi pada penerima informasi dan menimbulkan tingkah laku yang
diinginkan penerima informasi.
Dari beberapa kesimpulan diatas initnya adalah komunikasi
merupakan seni penyampaian informasi (pesan, ide, sikap, atau gagasan)
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

dari komunikator atau penyampai berita, untuk mengubah serta


membentuk perilaku komunikan atau penerima berita (pola, sikap,
pandangan, dan pemahamannya) kepada dan pemahaman yang
dikehendaki bersama (Dalami, 2012).

B. Unsur Komunikasi

Adapun unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam


proses/berlangsungnya komunikasi menurut Tyastuti (2010) sebagai
berikut:
1. Pihak yang Mengawali Komunikasi/Sumber/Komunikator
Pihak yang mengawali komunikasi untuk mengirim pesan disebut
sender dan ia menjadi sumber pesan (source). Pengirim yang
dimaksud disini adalah orang yang masuk ke dalam hubungan,
baik intrapersonal dengan diri sendiri, interpersonal dengan orang
lain dalam kelompok kecil atau dalam kelompok besar.
2. Pesan yang Dikomunikasikan/Message/Content/Information
Pesan yang dimaksud adalah sesuatu yang disampaikan pengirim
kepada penerima. Dalam komunikasi kepada pasien sebaiknya
diperhatikan bahwa pesan yang akan disampaikan sesuai dengan
kebutuhan klien, menggunakan bahasa yang dapat dimengerti
dengan mudah oleh klien dan diusahakan dapat menarik minat
klien. Pesan yang disampaikan kepada klien dapat berupa nasihat,
bimbingan, dorongan, petunjuk, dan sebagainya
3. Media atau saluran yang digunakan untuk komunikasi dan
gangguan-gangguan yang terjadi pada waktu komunikasi
dilakukan. Media merupakan alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan.
Setelah dikemas pesan yang disampaikan melalui saluran
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

(channel) atau media. Media dapat berupa lisan (oral), tertulis atau
elektronik.
a. Media lisan
Dapat dilakukan dengan menyampaikan sendiri pesan
secara lisan (oral), baik melalui telepon atau saluran yang
lainnya kepada perorangan, kelompok kecil, kelompok besar,
atau masa. Keuntungannya adalah si penerima pesan
mendengar langsung tanggapan atau pertanyaan,
memungkinkan disertai nada atau warna suara, gerak-gerik
tubuh atau raut wajah, dan dapat dilakukan dengan cepat.
b. Media Tertulis
Pesan disampaikan secara tertulis melalui surat,
memo, handout, gambar dan lain-lain. Keuntungannya adalah
ada catatannya sehingga data dan informasi tetap utuh untuk
tidak dapat berkurang atau tambah seperti informasi lisan,
member waktu untuk dipelajari isinya, cara penyusunannya
dan rumusan kata-katanya.
c. Media Elektronik
Disampaikan melalui faksimili, email, radio, televisi.
Keuntungannya adalah prosesnya cepat, data bisa disimpan.
Penggunaan media dalam penyampaian pesan tentunya
dapat mengalami gangguan atau masalah sehingga dapat
menghambat komunikasi.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

4. Lingkungan/Situasi Ketika Komunikasi Dilakukan


Lingkungan atau situasi (tempat, waktu, cuaca, iklim, keadaan alam
dan psikologis) adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses
komunikasi. Oleh karena itu pada waktu berkomunikasi dengan orang
lain perlu memperhatikan situasi. Faktor ini diklasifikasikan menjadi
empat:
a. Lingkungan Fisik
Keadaan geografi, ini dapat menyebabkan kesulitan dalam
komunikasi, hal ini bisa disebabkan karena jarak yang jauh,
dimana tidak terdapat fasilitas komunikasi seperti telepon,
faksimili, kantor pos, dan lain-lain.
b. Lingkungan Sosial Budaya
Menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik bisa
menjadi hambatan untuk komunikasi, misalnya kesamaan bahasa,
orang yang punya bahasa yang berbeda dan tidak saling
memahami bahasa yang digunakan maka dapat menimbulkan
macetnya suatu komunikasi. Kepercayaan masyarakat setempat
atau ada istiadat dan status sosial juga mempengaruhi kelancaran
komunikasi.
c. Lingkungan Psikologi
Dimensi psikologi adalah pertimbangna kejiwaan yang digunakan
dalam komunikasi. Misalnya menghindari kritik yang
menyinggung orang lain menyajikan materi yang sesuai dengan
usia khalayak.
d. Dimensi Waktu
Menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan
komunikasi.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

5. Pihak yang Menerima Pesan


Penerima pesan adalah pihak yang menerima pesan atau menjadi
sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima biasa disebut juga
khalayak, sasaran, komunikan, atau audience/receiver. Penerima
pesan bisa perorangan, atau suatu kelompok, organisasi atau Negara.
Satu kunci keberhasilan komunikasi adalah mengenal karakteristik
dari penerima pesan, dengan mengetahui siapa yang akan menjadi
penerima pesan maka kita dapat merancang suatu pesan sebaik
mungkin sesuai karakteristik penerima sehingga tujuan komunikasi
kita tercapai.
6. Umpan Balik (Feedback)
Umpan balik merupakan tanggapan penerima terhadap pesan yang
diterima dari pengirim. Umpan balik bisa berupa reaksi secara verbal
maupun non verbal. Umpan balik ini dapat berupa umpan balik positif
atau negatif.
Umpan balik positif bila tanggapan penerima menunjukkan
kesediaan menerima atau mengerti pesan dengan baik, serta memberi
tanggapan sesuai yang diinginkan pengirim. Umpan balik negatif
adalah umpan balik yang menunjukkan penerima pesan tidak dapat
menerima dengan baik pesan yang diterimanya.
7. Pengaruh atau Dampak
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan
tingkah laku seseorang.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

C. Komponen Komunikasi

Demi terselennggaranya komunikasi yang efektif dan efesien


menurut Yulifah & Yuswanto (2009) perlu diperhatikan hal-hal
dibawah ini:
1. Komponen komunikan
Seorang akan dapat menerima pesan kalau terdapat empat
kondisi berikut:
a. Pesan komunikasi benar-benar dimengerti oleh penerima
pesan.
b. Keputusan diambil secara sadar untuk mencapai tujuan.
c. Keputusan diambil secara sadar untuk kepentingan pribadinya.
d. Mampu menempatkan baik secara mental atau fisik.
e. Komponen komunikator
2. Faktor penting dalam diri komunikator yakni :
a. Kepercayaan kepada komunikator (source credibility) dalam
hal ini ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya dia
dipercaya.
b. Daya tarik komunikator (source attractiviness), bahwa
seseorang akan mempunyai kemampuan untuk melakukan
perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik.
3. Komponen pesan
Pesan dapat berupa nasehat, bimbingan, dorongan, informasi
dan lain-lain. Pesan dapat disampaikan secara lisan atau non
verbal.
4. Umpan Balik
Merupakan respon yang diberikan oleh komunikan terhadap
pesan yang diterimanya. Umpan balik ini berguna untuk mengukur
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

besar informasi yang diterima dibandingkan dengan yang


diberikan.

D. Proses Komunikasi

Proses komunikasi merupakan bagaimana komunikator


menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan
suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses
komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif
(sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi
termasuk juga suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak ke
pihak lain dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi
dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung
dengan lingkungan dan orang lain. Komunikasi berasal dari bahasa latin
communis yang berarti sama. Communico, communicatio atau
communicare yang berarti membuat sama. Secara sederhana komunikasi
dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang
yang menerima pesan.
Proses komunikasi bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang
efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses
komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada
penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi. Melalui
komunikasi sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat
dipahami oleh pihak lain.
Secara ringkas proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan
seperti berikut:
a. Komunikator (sender), mempunyai maksud berkomunikasi dengan
orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud.
Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua


pihak.

b. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media


atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya
berbicara langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.

c. Media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari


komunikator ke komunikan.

d. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan


menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang
dimengerti oleh komunikan itu sendiri.

e. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau


tanggapan atau pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti
atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.

Pada hakekatnya komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh


komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi bisa dilihat dari
beberapa perspektif antara lain:
1. Perspektif Psikologis
Ketika komunikator berniat akan menyampaikan pesan dalam
dirinya akan terjadi proses encoding (proses mengemas dan
membungkus pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator),
hasil encoding berupa pesan itu kemudian ditransmisikan kepada
komunikan. Kemudian komunikan terlibat dalam proses komunikasi
intrapersonal. Proses dalam diri komunikan ini
disebut decoding (seolah-olah membuka kemasan atau bungkus
pesan yang diterima dari komunikator).
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

2. Perspektif Mekanis
Ini berlangsung saat komunikator menstransfer dengan bibir atau
tangan, pesan sampai tertangkap komunikan. Ini dapat dilakukan
dengan indera telinga atau indera lainnya. Komunikasi secara
mekanis menurut Wulandari (2009) dibedakan atas:
a) Proses Komunikasi Primer
Proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada
komunikan menggunakan lambang (symbol) sebagai media atau
saluran. Lambang verbal maupun non verbal.
b) Proses Komunikasi Sekunder
Penyampaian pesan dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Biasanya karena jauh tempatnya.
c) Proses Komunikasi Linier
Penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan
sebagai titik terminal. Biasanya terjadi pada komunikasi
bermedia kecuali telepon.
d) Proses Komunikasi Sirkular
Terjadinya feedback atau umpan balik dari komunikan ke
komunikator.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Salah satu kasus yang biasanya terjadi adalah komunikan kurang


memperhatikan faktor ataupun kendala yang akan mempengaruhi pada
saat proses komunikasi berlangsung. Berikut faktor-faktor yang akan
mempengaruhi komunikasi menurut Lestari (2010) yaitu:
1. Latar Belakang Kebudayaan
Bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu pesan
berdasarkan latar belakang kebudayaannya. Akan terbentuk pola-
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, makin sama latar


belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka
komunikasi akan semakin efektif.
2. Ikatan dengan Kelompok atau Grup
Kecenderungan mengidentifikasikan diri dengan kelompok
tertentu dan cenderung mengembangkan kesetiaan dan menerima
norma kelompok tersebut. Nilai-nilai yang dianut oleh kelompok
akan sangat mempengaruhi cara mengamati pesan.
3. Harapan
Bila suatu komunikasi tidak sesuai dengan harapan maka biasanya
penerima pesan akan apatis, cuek atau bahkan memutuskan
komunikasi. Harapan akan berpengaruh pada penerimaan pesan
dan pada akhirnya dia akan menerima suatu yang diharapkan.
4. Pendidikan
Pendidikan formal maupun non formal akan mempengaruhi
penerimaan pesan. Semakin tinggi pendidikan formal seseorang
maka semakin kompleks sudut pandangnya dalam menyikapi
materi komunikasi.
5. Situasi
Tempat atau saat terjadinya komunikasi akan berpengaruh pada
usaha untuk menginterpretasikan pesan, ketakutan, kecemasan,
akan mempengaruhi cara orang menyerap pesan. Situasi bisa
diakibatkan oleh penyampai pesan, lingkungan atau bahkan dari
penerima pesan sendiri. Misalnya orang yang menyampaikan
pesan tidak ramah, maka dapat menimbulkan ketegangan dan
kecemasan, situasi yang penuh ketegangan ini dapat mengganggu
penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

F. Bentuk Komunikasi

Hidup dengan bermasyarakat tentunya setiap hari kita sering


melakukan komunikasi, baik komunikasi yang dilakukan di rumah
bersama dengan anggota keluarga, dan di lingkungan kita sehari-hari
sehingga perlu kita ketahui bersama tentang adanya bentuk dari
komunikasi . Di antaranya sebagai berikut:
1. Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi
melalui media massa modern yang meliputi surat kabar, siaran
radio dan televisi. Komunikasi masa menyiarkan informasi,
gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah
yang banyak menggunakan media.
a. Karakteristik Komunikasi Massa
1) Bersifat umum (terbuka untuk semua orang)
2) Heterogen
3) Menimbulkan keserempakan (serempak kontak dengan
sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dan dalam
keadaan terpisah).
4) Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi
b. Model Komunikasi Massa
1) Model jarum hipodemik (hypodermic needle model).
Media masa menimbulkan efek yang kuat, terarah, segera
dan langsung.
2) Model komunikasi satu tahap (one step flow model).
Saluran media massa langsung ke massa komunikan tanpa
melalui orang lain, meskipun pesan tidak mencapai tidak
menimbulkan efek yang sama bagi komunikan.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

3) Model komunikasi dua tahap (two step flow model).


Menyatakan bahwa ide atau pesan dari radio atau surat
kabar diterima pemuka pendapat, baru disampaikan ke
penduduk/pengikutnya.
4) Model komunikasi tahap ganda (multi step flow model)
Merupakan gabungan dari beberapa model yang lain.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

2. Komunikasi Interpersonal
a. Menurut sifatnya komunikasi interpersonal dibedakan menjadi dua
yaitu:
1) Komunikasi diadik (dyadic communication)
Komunikasi antara dua orang dalam situasi tatap muka
dalam bentuk percakapan, dialog dan wawancara dalam
situasi yang lebih intim, akrab, lebih personil, sedang
wawancara lebih serius.
2) Komunikasi triadic (triadic communication)
Komunikais antar pribadi yang pelakunya lebih dari tiga
orang yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan,
berlangsung secara dialogis sehingga memungkinkan
interaksi dan dianggap komunikasi yang paling ampuh
dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku
komunikan, karena dilakukan secara tatap muka.
b. Ada 3 perilaku dalam komunikasi interpersonal yaitu:
1) Perilaku spontan (spontaneous behavior) adalah perilaku
berdasarkan desakan emosi dan dilakukan tanpa sensor serta
revisi secara kognisi.
2) Perilaku menurut kebiasaan (script behavior) adalah
perilaku berdasarkan kebiasaan kita.
3) Perilaku sadar (contrived behavior) adalah perilaku yang
dipilih berdasarkan situasi yang ada.
c. Kompetensi dan Kecakapan Komunikasi Interpersonal
Tingkat perilaku kita dalam komunikasi interpersonal sesuai dan
cocok dengan situasi dan membantu kita mencapai tujuan
komunikasi interpersonal yang kita lakukan dengan orang lain.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

3. Komunikasi Intrapersonal/Intrapribadi/ Intrapersonal Communication


Komunikasi intrapribadi atau komunikasi intrapersonal adalah
penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator
sendiri antara self dengan God. Komunikasi intrapersonal merupakan
keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan
simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim
sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya
sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi
intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya.
Komunikasi intrapersonal atau komunikasi intrapribadi merupakan
komunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk berpikir,
melakukan penalaran, menganalisis dan merenung (Devito, 1997).
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri
manusia, meliputi proses sensasi, asosiasi, persepsi, memori dan
berpikir (Nina, 2011). Komunikasi intrapersonal atau komunikasi
intrapribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam diri
seseorang. Orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun
sebagai komunikan, Ia berbicara kepada dirinya sendiri, Ia berdialog
dengan dirinya sendiri, Ia bertanya dengan dirinya sendiri dan dijawab
oleh dirinya sendiri. Komunikasi intrapersonal adalah suatu proses
pengolahan informasi, meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir
(Rosmawaty, 2010).
Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses
psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat
berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk
memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka
seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain.
Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan,


bukan pada suatu ungkapan ataupun objek.
4. Komunikasi Kelompok atau Group Communication
Komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan
sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang, jumlahnya
bisa sedikit atau banyak. Jika komunikasi dalam kelompok kecil maka
disebut komunikasi kelompok kecil (small group communication). Jika
jumlahnya banyak maka disebut komunikasi kelompok besar (large
group communication). Yang membedakan bukanlah jumlahnya secara
matematis tetapi berdasarkan kualitas proses komunikasi.
Karakteristik yang membedakan kelompok kecil dan besar adalah:
a. Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi yang ditunjukkan kepada kognisi komunikan
dan prosesnya berlangsung secara dialogis (umpan balik
secara verbal). Pesannya pada benak komunikan misalnya
kuliah, ceramah, diskusi rapat, dan lain-lain. Komunikasi
kelompok kecil terjadi ketika tiga orang atau lebih bertatap
muka, biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk
mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu
sama lain. Inti dari definisi ini adalah bahwa masyarakat
berinteraksi, mereka saling bergantung, dan saling
mempengaruhi. Komunikasi kelompok kecil (small/micro
group communication) ialah komunikasi yang:
1) Ditujukan kepada kognisi komunikan
2) Prosesnya berlangsung secara dialogis
Ciri-ciri komunikasi kelompok kecil yaitu:
1) Prosesanya berlangsung secara dialogis
2) Tidak linear melainkan sirkular
3) Umpan balik (feed back) terjadi secara verbal
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

b. Komunikasi Kelompok Besar


Komunikasi yang ditujukan kepada efeksi komunikan
(hatinya atau perasaannya) dan prosesnya berlangsung linier.
Bersifat heterogen dari jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan
tingkat pendidikan, agama dan lain-lain. endiri, berdialog
sendiri bertanya dan dijawab sendiri (MNH, 2002).
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

BAB PRINSIP-PRINSIP
HUBUNGAN ANTAR
II MANUSIA

A. Tujuan Umum
Untuk memahami prinsip-prinsip hubungn antar manusia
B. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui dan memahami hubungan antar manusia
2) Untuk mengetahui dan memahami tujuan hubungan antar
manusia
3) Untuk mengetahui dan memahami teknik-teknik hubungan
antar manusia
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

A. Pengertian Hubungan Antarmanusia

Hakikat dari hubungan antarmanusia adalah komunikasi antarpribadi.


Hubungan antarmanusia sebenarnya dilandaskan pada adanya
kepentingan-kepentingan individual. Hubungan antarmanusia diartikan
sebagai suatu proses interaksi antar individu untuk mempertahankan
keseimbangan agar tercipta suatu keserasian, keselarasan, dan kebahagiaan
dalam tatanan kehidupan manusia.
Kualitas hubungan antar manusia ditentukan oleh model individu
dalam menerapkannya. Teori (model) dan kualitas hubungan antar
manusia digolongkan menjadi tiga yaitu tradisional (pertukaran sosial),
peran, dan permainan yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Teori Tradisional
Teori ini merupakan suatu proses komponen-komponennya saling
terkait dan masing-masing personalnya bereaksi sebagai suatu
kesatuan atau keseluruhan. Kaidah dari teori tradisional selalu
dikaitkan dengan hubungn antar manusia yang harus didasarkan
pada pertimbangan untung dan rugi.
2. Teori Peran
Teori ini lebih menekan dapa suatu pergaulan sosial dengan
scenario yang sudah disusun dimasyarakat. Setiap hubungan antar
manusia diatur oleh tatanan kehidupan yang ada di masyarakat dan
masyarakat tersebut mengatur bagaimana setiap manusia harus
berperan dalam pergaulan sehari-hari. Teori peran
mempertimbangkan keselarasan (harmonisasi) dalam kehidupan
sehari-hari. Apabila manusia sebagai individu dapat mematuhi
tatanan tersebut, maka kehidupannya akan menuju pada suatu
keadaan yang harmonis. Sebaliknya, apabila menyalahi atau tidak
sesuai, maka akan dicemooh.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

3. Teori Permainan
Memperhatikan fase manusia sepanjang siklus kehidupannya,
dimulai sejak masa kanak-kanak, dewasa, sampai tua. Pada masa
kanak-kanak, hubungan cenderung bersifat manja. Pada masa
dewasa, pergaulan atau hubungan antar manusia menjadi suatu
kesadaran, tanggung jawab, dan lugas. Di masa ini, manusia akan
menyadari akibat dan risiko dari suatu hubungan. Sedangkan pada
masa tua, manusia akan memaklumi kesalahan orang lain dan
hubungan diartikan sebagai suatu perasaan saling menyayangi.
HAM dalam arti luas yaitu komunikasi persuasif yang dilakukan
oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala
situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga
menimbulkan kebahagiaan dan kepuasaan hati pada kedua belah
pihak. Suksesnya seseorang dalam melaksanakan “Human
Relations” karena ia berkomunikasi secara etis, ramah, sopan,
menghargai, dan menghormati orang lain. Human Relations ini
dilakukan di mana saja seperti di rumah, pasar, kampus, toko,
dalam bus, kereta api, dan sebagainya. Menurut beberapa pakar
yang dikutip oleh Tyastuti (2010) hubungan antar manusia dibagi
menjadi yaitu:
a. Cabot dan Kahl (1967): HAM adalah suatu sosiologi yang
konkret karena meneliti situasi kehidupan, khususnya masalah
interaksi dengan pengaruh dan psikologisnya. Jadi, interaksi
mengakibatkan dan menghasilkan penyesuaian diri secara
timbal balik yang mencakup kecakapan dalam penyesuaian
dengan situasi baru.
b. H. Bonner (1975): interaksi adalah hubungan antara dua atau
lebih individu manusia dan perilaku individu yang satu
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku individu


lain atau sebaliknya.
c. Menurut Keith Davis, “Human Relation at Work” adalah
interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam situasi
kerja dan dalam organisasi kekaryaan. Ditinjau dari
kepimpinannya, yang bertanggungj awab dalam suatu
kelompok merupakan interaksi orang-orang menuju situasi
kerja yang memotivasi untuk bekerjasama secara produktif,
sehingga dicapai kepuasan ekonomi, psikologis dan sosial.
d. Ferdinand Tonnies: menyatakan bahwa manusia dalam
bermasyarakat mempunyai dua jenis pergaulan yaitu: (1)
Gemeinscaft, hal yang dialami oleh orang lain dirasakan
sebagaimana terjadi pada dirinya olek karena pergaulannya
yang sangat akrab. Sifatnya statis, pribadi, tidak rasional; (2)
Gessellscaft, pergaulan yang mempertimbangkan untung dan
ruginya sehingga anggota bebas keluar masuk dari kelompok
tersebut. Proses interaksi melibatkan perasaan, kata yang
diucapkan dalam komunikasi, mencerminkan perasaan dan
sikap, proses penyesuaian diri. Hubungan antar manusia secara
luas mencoba menemukan, mengidentifikasi masalah dan
membahas untuk mendapatkan pemecahan masalah.

B. Tujuan Hubungan Antarmanusia

Tujuan hubungan antar manusia adalah agar tercapainya kehidupan


yang harmonis yaitu masing-masing orang saling bekerjasama dengan
menyesuaikan diri terhadap satu dengan yang lain, dan memanfaatkan
pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis. Dalam penyesuaian diri
manusia sedemikian rupa sehingga penyesuaian diri ini terjadi dengan
serasi dan selaras, dengan ketegangan dan pertentangan sedikit mungkin.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

Hal ini disebabkan karena di dalam masyarakat/lingkungan sosial, setiap


orang mempunyai kepentingan dan harapan yang berbeda-beda atau
bersaing satu sama lain. Suksesnya hubungan antar manusia sebagai akibat
tidak mengabaikan sopan santun, ramah tamah, hormat menghormati dan
menghargai orang lain dan faktor etika. Hubungan antar manusia yang
baik akan mengatasi hambatan-hambatan komunikasi, mencegah salah
pengertian dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat manusia yang
dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan serta mengurangi kesepian,
mendapat rangsangan, mendapat pemahaman diri (self-knowledge), serta
memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan penderitaan (Priyanto, A.
2009).

Tujuan HAM lainnya adalah:

Memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis


dalam penyesuaian diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan
keserasian, dengan konflik seminimal mungkin.

1) Memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain.


2) Memperoleh pengetahuan dan informasi baru.
3) Menumbuhkan sikap kerjasama.
4) Menghilangkan sikap egois/paling benar.
5) Menghindari dari sikap stagnan karena “manusia adalah makhluk
homo socius”; mengubah sikap dan perilaku diri sendiri dan orang
lain serta memberikan bantuan (Priyanto, 2009).

C. Hubungan Antarpribadi

Dalam membina hubungan antar manusia ada lima kualitas atau


ancaman umum yang harus dipertimbangkan yaitu keterbukaan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

(openness), empati (empathy), sikap mendukung (suppotiveness), sikap


positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).

1) Keterbukaan
Mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antar
pribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak
berinteraksi. Hal ini bukanlah berarti bahwa seseorang harus
dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya kepada
orang lain. Sebaliknya, harus ada kesediaan membuka diri atau
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan. Aspek
keterbukaan yang kedua mengacu pada kesediaan seseorang untuk
bereaks secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang
diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya akan
menjenuhkan apabila melakukan hubungan dengan orang lain.
Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran
(Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah
mengakui bahwa perasan dan pikiran merupakan milik individu
dan harus dipertanggungjawabkan.
2) Empati
Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa
yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut
pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Jadi dapat
dikatakan, berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang
mengalaminya, berada di kondisi yang sama, merasakan perasaan
yang sama, dengan cara yang sama. Bersimpati, dipihak lain,
adalah merasakan bagi orang lain, misalnya ikut larut dalam
kesedihan orang lain. Orang yang empati mampu memahami
motifasi, pengalaman, perasaan, sikap, harapan, dan keinginan
orang lain. Dengan empati yang tinggi maka seseorang akan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

mampu melakukan hubungan antar manusia dengan baik. Langkah


pertama dalam mencapai empati adalah menahan godaan untuk
mengevaluasi, menilai, menafsirkan, dan mengkritik. Kedua,
semakin banyak seseorang mengenal orang lain (keinginan,
pengalaman, kemampuan, ketakutan, dan sebagainya) maka
semakin mampu ia melihat apa yang dilihat dan merasakan seperti
apa yang dirasakan orang lain. Ketiga, cobalah merasakan apa
yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya.
Mendalami peran orang lain tersebut dalam pikiran, dapat
membantu melihat dunia lebih dekat dengan apa yang dilihat
orang tersebut (Backrac, 1976).
Empati dapat dilakukan baik secara verbal maupun nonverbal.
Secara nonverbal, kita dapat mengomunikasikan empati dengan
memperlihatkan keterlibatan aktif orang lain melalui ekspresi
wajah dan gerak gerik yang sesuai; konsentrasi terpusat melalui
kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian dan kedekatan
fisik; serta sentuhan atau belaian yang sepantasnya. Sedangkan
secara verbal, empati dapat dilakukan dengan merefleksi,
membuat pertanyaan tentatif, mempertanyakan pesan yang
berbaur, dan melakukan pengungkapan diri.
3) Sikap Mendukung
Hubungan antar manusia yang efektif adalah hubungan yang
terdapat sikap mendukung (supportiveness). Hubungan yang
terbuka dan empati tidak dapat terbina dalam suasana yang tidak
mendukung. Sikap mendukung dapat dilakukan dengan deskriptif
bukan evaluatif, spontanitas bukan strategis dan provisional bukan
sangat yakin. Deskriptif bukan evaluatif membantu terciptanya
sikap mendukung hubungan antar manusia. Sikap deskriptif dapat
dilakukan dengan menjelaskan apa yang terjadi, perasaan, dan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

bagaimana suatu hal terkait dengan pihak lain. Spontanitas


membantu menciptakan suasana mendukung. Orang yang spontan
dalam berkomunikasi dan berterusterang serta terbuka dalam
mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang
sama pula (terus terang dan terbuka). Sebaliknya, apabila
seseorang menyembunyikan perasaan yang sebenarnya dan
mempunyai rencana tersembunyi, maka pihak lain akan bereaksi
defensive. Provisional artinya bersikap pentatif dan berpikir
terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan
bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan. Provisional
artinya terbuka, dengan kesadaran penuh, serta bersedia mengubah
sikap dan pendapat.
4) Sikap Positif
Sikap positif dapat dilakukan dengan dua cara, yaiitu
menyatakan sikap positif dan secara positif mendukung orang
untuk melakukan hubungan antar manusia. Sikap positif mengacu
pada dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama,
komunikassi interpesonal terbina jika seseorang memiliki sikap
positif terhadap dirinya sendiri. Kedua, perasaan positif sangat
pennting untuk melkukan hubungan antar manusia secara efektif.
Dorongan (stroking) atau dukungan berkapoitan dengan sikap
positif. Perilaku mendukung akan menunjukan penghargaan,
keberadaan, dan pentingnya seseorang dalam melakukan
hubungan dengan orang lain. Dukungan positif biasanya dilakukan
dengan memberi pujian atau penghargaan serta akan mendukung
citra pribadi seseoran dan jauh dari rasa kebencian.
5) Kesetaraan
Hubungan antarmanusia akan lebih efektif apabila berada
dalam suasana setara, artinya harus ada pengakuan secara diam-
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan


bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting
untuk disumbangkan. Dalam hubungan antar manusia, kesetaraan
akan menghindarkan diri dari ketidak-sependapatan dan konflik.
Konflik dianggap sebagai suatu upaya untuk memahami
perbedaan. Kesetaraan tidak berarti harus menerima dan
menyetujui semua perilaku verbal dan nonverbal orang lain.
Kesetaraan berarti menerima pihak lain dan memberikan
penghargaan positif secara tidak bersyarat kepada orang lain
(Tyastuti, dkk., 2010).

D. Konsep Diri Teori Johary Windows

Adapun konsep diri menurut Stuart dan Laraia (2001), konsep diri
adalah semua nilai, ide, perasaan, pikiran, dan keyakinan yang kuat
tentang diri sendiri yang mempengaruhi hubungan dengan orang lain.
Sedangkan, Keliat (1992) mengemukakan bahwa konsep diri adalah
persepsi individu tentang karakteristik dan kemampuannya, interaksi
dengan orang lain dan lingkungannya, serta nilai yang berkaitan dengan
pengalaman.
MODEL JOHARI WINDOW ( JENDELA JOHARI )
Model jendela Johari (Johari Window) menggambarkan tentang
perilaku, pikiran, dan perasaan seseorang melalui gambar berikut
:Text Box: JOHARI WINDOWS
(Jendela Johari) Diri Terbuka (diketahui diri sendiri dan orang lain)
Diri Buta (tidak diketahui diri sendiri, tapi diketahui orang lain) Diri
Tersembunyi/Rahasia (diketahui diri sendiri, tapi tidak diketahui
orang lain) Diri Gelap (tidak diketahui diri sendiri maupun orang lain)
Kuadran 1 (diri terbuka-open) adalah kuadran yang terdiri atas
perilaku, pikiran, dan perasaan yang diketahui oleh individu dan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

orang lain disekitarny. Kuadran 2 (diri buat – blind) disebut kuadran


buta karena hanya diketahui oleh orang lain. Kuadran 3 (diri
tersembunyi atau rahasia – hidden) disebut rahasia karena hanya
diketahui oleh individu tersebut. Kuadran 4 (diri gelap – unknown)
disebut kuadran yang tidak diketahui atau gelap karena berisi aspek-
aspek diri yang tidak diketahui oleh individu tersebut dan orang lain.
Tiga prinsip yang dapat diambil dari Johari Window adalah sebagai
berikut :
a. Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang
lain.
b. Jika kuadran 1 adalah yang paling kecil, berarti
komunikasinya buruk atau kesadaran dirinya kurang.
c. Kuadran 1 paling besar pada individu yang mempunyai
kesadaran diri tinggi.
Joseph Luft dan Harrington Ingham mengembangkan konsep
Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan
dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. ‘Jendela’
tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-masing sel menunjukkan
daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan.
Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah
tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari. Berikut ini disajikan
gambar ke 4 sel tersebut. Johari Window memandang konsep diri
sebagai komunikasi yg digunakan dalam kegiatan sehari-hari yg
dilaksanakan individu berhubungan erat dengan prilaku itu sendiri.
Komunikasi jg berkaitan dengan asumsi manusia. Johari Window
memiliki 4 konsep dalam teorinya yang dijabarkan oleh (Romauli,
2013):
Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh
orang lain seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

mana, dll. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan


menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama
maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertikal
sehingga mengurangi hidden area. Makin besar open area, makin
produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.
Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi
tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai
atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak
berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat
dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi
tentang kita, yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi
tingkat kepercayaan orang.
Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu
tapi kita tidak. Misalnya bagaimana cara mengurangi gerogi,
bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll. Sehingga dengan
mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang.
Makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui
orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim.
Unknown area adalah informasi yang orang lain dan juga kita
tidak mengetahuinya. Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu
hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita
bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng
sama orang lain selain anggota keluarga kita.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

BAB KOMUNIKASI EFEKTIF

III

A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang komunikasi efektif
B. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui dan memahami pengertian komunikasi
efektif
2) Untuk mengetahui dan memahami proses komunikasi efektif
3) Untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur dalam
membangun komunikasi efektif
4) Untuk mengetahui dan memahami prinsip dasar komunikasi
efektif
5) Untuk mengetahui dan memahami bentuk komunikasi efektif
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

A. Pengertian Komunikasi efektif


Setiap manusia tentunya menginginkan apa yang di
komunikasikan dengan orang lain bisa efektif. Adapun pengertian
dari komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam
komunikasi. Komunikasi efektif memungkinkan seseorang dapat
saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara
dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan.
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu untuk
menghasilkan perubahan sikap pada orang yang terlihat dalam
komunikasi. Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan
dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan
penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan
balik seimbang, dan melatih menggunakan bahasa nonverbal secara
baik. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai komunikasi efektif,
antara lain:
a. Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2008: 13)
menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya
pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap,
meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya
menimbulkan suatu tidakan.
b. Johnson, Sutton dan Harris (2001: 81) menunjukkan cara-cara agar
komunikasi efektif dapat dicapai. Menurut mereka, komunikasi efektif
dapat terjadi melalui atau dengan didukung oleh aktivitas role-playing,
diskusi, aktivitas kelompok kecil dan materi-materi pengajaran yang
relevan. Meskipun penelitian mereka terfokus pada komunikasi efektif
untuk proses belajar-mengajar, hal yang dapat dimengerti di sini
adalah bahwa suatu proses komunikasi membutuhkan aktivitas, cara
dan sarana lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

c. Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp (2001) mengatakan bahwa


komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan
ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator
dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi yang lebih
efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan
dalam pengertian, sikap dan bahasa.

Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam


memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima
pesan. Sehingga tercipta feed back yang baik antara pemberi dan
penerima pesan (Anggrowati, dkk., 2017).

B. Proses Komunikasi Efektif


Suksesnya proses komunikasi yang dilakukan sehingga dapat
menghasilkan komunikasi yang efektif tentu saja dipengaruhi oleh banyak
faktor baik itu faktor komunikator maupun dari komunikan. Faktor akan
mempengaruhi antara lain:
1. Pesan yang dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga
dapat menarik perhatian komunikan. Untuk meracang suatu pesan
yang dapat menarik perhatian ini sebaiknya sebagai komunikator
harus mencari tahu dulu karakteristik orang yang akan kita beri
pesan. Selain itu komunikator harus mempunyai kemampuan
sebagai penyampai pesan yang menarik dan mudah dipahami.
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan,
sehingga sama-sama mengerti. Sebaiknya pesan disampaikan
dengan beberapa metode dan tidak hanya secara lisan. Pesan yang
disampaikan dengan melibatkan beberapa panca indra misalnya
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

dapat dilihat, didengar, diraba akan lebih mudah dimengerti


daripada pesan itu hanya disampaikan secara lisan.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan
tersebut. Jadi pesan harus sesuai harapan atau sesuai kebutuhan
penerima pesan. Pesan yang disampaikan akan terasa
membosankan dan tidak ada arti bagi penerima pesan apabila
pesan itu tidak dibutuhkan.
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh
kebutuhan dimana komunikan digerakkan untuk memberikan
tanggapan sesuai yang dikehendaki. Solusi pemecahan masalah
harus dikemukakan untuk dapat membantu klien keluar dari
masalahnya.
5. Pesan yang dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga
dapat menarik perhatian komunikan. Untuk meracang suatu pesan
yang dapat menarik perhatian ini sebaiknya sebagai komunikator
harus mencari tahu dulu karakteristik orang yang akan kita beri
pesan. Selain itu komunikator harus mempunyai kemampuan
sebagai penyampai pesan yang menarik dan mudah dipahami.
Menurut Wahyunigrum (2010) komunikasi dapat dikatakan efektif
apabila memenuhi 3 hal berikut:
a) Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana
yang dimaksud oleh pengirimnya.
b) Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh
penerima dan tindak lanjuti dengan perbuatan yang diminati oleh
pengirim.
c) Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang
seharusnya dilakukan untuk menindak lanjuti pesan yang dikirim.
C. Unsur-unsur Komunikasi Efektif
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

Dalam proses komunikasi untuk mendapatkan hasil yang efektif


perlu diperhatikan unsur-unsur dari komunikasi, yaitu:
1. Komunikator (pandai menggunakan bahasa, intonasi, simbol dan
mimik yang menarik, simpati dan empati dari komunikannya)
2. Pesan (cara penyampaian, isi pesan sesuai dengan kebutuhan dan
diminati oleh komunikan)
3. Media (sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan dan sesuai
dengan kebutuhan komunikan)
4. Perhatikan gangguan-gangguan yang mungkin akan menghambat
proses komunikasi
5. Komunikan (latar belakang dan lain-lain)
6. Pengaruh atau umpan balik (yang diharapkan atau tujuan
penyampaian pesan)
Keenam unsur komunikasi harus saling berhubungan dalam
menyampaikan pesan agar dapat menjadi komunikasi efektif.

D. Prinsip Dasar Komunikasi Efektif


Komunikasi efektif menurut DKRI (2002) memiliki prinsip
diantaranya sebagai berikut:
1. Respect (respek)
Respect adalah perasaan positif atau penghormatan diri kepada
lawan bicara. Anda menghargai lawan bicara sama halnya
menghargai diri sendiri. Prinsip menghormati ini harus selalu anda
pegang dalam berkomunikasi.
2. Empaty (empati)
Empaty adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi
atau kondisi yang tengah dihadapi orang lain. Anda mampu
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, sehingga
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

komunikasi akan terjalin dengan baik sesuai dengan kondisi


psikologis lawan bicara anda.
3. Audible (dapat didengar)
Audible mengandung makna pesan yang harus dapat
didengarkan dan dapat dimengerti. Dalam hal ini ada beberapa hal
yang harus anda perhatikan, yaitu :
a) Pertama, pesan harus mudah dipahami, menggunakan bahasa
yang baik dan benar. Hindari bahasa yang tidak dipahami oleh
lawan bicara.
b) Kedua, sampaikan yang penting.pastikan yang penting.
Sederhanakan pesan anda. Langsung saja pada inti persoalan
c) Ketiga, gunakan bahasa tubuh anda. Mimik wajah, kontak
mata, gerakan tangan dan posisi badan bisa dengan mudah
terbaca oleh lawan bicara anda. Tunjukan kesejatian anda
dengan mengoptimalkan bahasa tubuh dan pesan.
d) Keempat, gunakan ilustrasi atau contoh, karena analogi sangat
membantu dalam menyampaikan pesan.
4. Clarity (kejelasan)
Clarity adalah kejelasan dari pesan yang kita sampaikan. Salah
satu penyebab munculnya salah paham antara satu orang dengan
yang lain adalah informasi yang tidak jelas yang mereka terima.
5. Humble (rendah hati)
Sikap rendah hati anda rendah diri, rendah hati memberi
kesempatan kepada orang lain untuk berbicara terlebih dahulu, dan
anda menjadi pendengar yang baik bentuk.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

E. Bentuk Komunikasi Efektif


Kita tidak hanya membahas tentang pengertian dari komunikasi
efektif, tetapi disini juga telah dijelaskan bentuk dari komunikasi efektif.
Di antaranya sebagai berikut:
1. Komunikasi verbal efektif
a) Berlangsung secara timbal balik
b) Makna pesan ringkas dan jelas
c) Bahasa mudah dipahami
d) Cara penyampaian mudah diterima
e) Disampaikan secara tulus
f) Mempunyai tujuan yang jelas
g) Memperlihatkan norma yang berlaku
h) Disertai dengan humor
2. Komunikasi Nonverbal
Yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi nonverbal
adalah:
a) Penampilan fisik
b) Sikap tubuh dan cara berjalan
c) Ekspresi wajah
d) Sentuhan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi efektif menurut
Uripni, C.L. (2012):
1. Berkomunikasi pada suasana yang menguntungkan
2. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
3. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat
dipihak komunikan
4. Pesan dapat menggugah dipihak komunikan yang dapat
menguntungkannya
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward


dipihak komunikan.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

MEMPRAKTIKAN
BAB KOMUNIKASI
INTERPERSONAL
IV TERMASUK KONSELING

A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mampu mempraktikan komunikasi
interpersonal termasuk konseling.
B. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui dan memahami pengertian komunikasi
interpersonal dan konseling
2) Untuk mengetahui dan memahami faktor penghambat
komunikasi interpersonal dan konseling
3) Untuk mengetahui dan memahami pengaruh pemahaman diri
terhadap komunikasi interpersonal dan konseling
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

A. Pengertian Komunikasi Interpersonal dan Konseling


Komunikasi interpersonal merupakan inti dari semua hubungan
antara manusia. Berikut adalah beberapa pendapat para ahli tentang
pengertian komunikasi interpersonal:
1) Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh
2 atau 3 orang dengan jarak fisik diantara mereka yang sangat
dekat, bertatap muka atau bermedia dengan sifat umpan balik yang
berlangsung cepat, adaptasi pasien bersifat khusus serta memiliki
tujuan/maksud komunikasi tidak berstruktur (Liliweri, 2007).
2) Komunikasi Interpersonal adalah pertukaran informasi, perasaan
atau pemikiran antar manusia (individu) secara tatap muka (face to
face), individu dengan individu (person to person), verbal non-
verbal (Depkes RI, 2002).
3) Komunikasi interpersonal adalah interaksi orang ke orang, dua
arah, verbal dan non verbal (Saraswati dan Tarigan, 2002).
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaian
informasi antara dua orang atau lebih. Komunikasi merupakan suatu
proses yang vital dalam organisasi karena komunikasi diperlukan bagi
efektivitas kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi,
latihan, manajemen konfilk, serta proses-proses organisasi lainnya.
Komunikasi interpersonal biasanya didefinisikan oleh komunikasi
ulama dalam berbagai cara, biasanya menggambarkan peserta yang
tergantung pada satu sama lain dan memiliki sejarah bersama. Hal ini
dapat melibatkan satu pada satu percakapan atau individu berinteraksi
dengan banyak orang dalam masyarakat. Ini membantu kita
memahami bagaimana dan mengapa orang berperilaku dan
berkomunikasi dengan cara yang berbeda untuk membangun dan
menegosiasikan realitas sosial. Sementara komunikasi interpersonal
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

dapat didefinisikan sebagai area sendiri studi, itu juga terjadi dalam
konteks lain seperti kelompok dan organisasi.
Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan
penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat
mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan,
membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal, dan banyak lagi.
Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan
komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak seperti bidang
komunikasi seperti interaksi kelompok, mungkin ada sejumlah besar
individu yang terlibat dalam tindak komunikatif menyatakan:
“komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal” (Mulyana, 2005: 73).
Individu juga berkomunikasi pada tingkat interpersonal
berbeda tergantung pada siapa mereka terlibat dalam komunikasi.
Sebagai contoh, jika seseorang berkomunikasi dengan anggota
keluarga, bahwa komunikasi akan lebih dari mungkin berbeda dari
jenis komunikasi yang digunakan ketika terlibat dalam tindakan
komunikatif dengan teman atau penting lainnya. Secara keseluruhan,
komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan baik dan tidak
langsung media komunikasi langsung seperti tatap muka interaksi,
serta komputer-mediated-komunikasi. Sukses mengasumsikan
bahwa baik pengirim pesan dan penerima pesan akan menafsirkan
dan memahami pesan-pesan yang dikirim pada tingkat mengerti
makna dan implikasi.
Tujuan komunikasi boleh jadi memberikan keterangan tentang
sesuatu kepada penerima, mempengaruhi sikap penerima,
memberikan dukungan psikologis kepada penerima, atau
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

mempengaruhi penerima. Komunikasi dapat didefinisikan sebagai


penyampaina informasi antara dua orang atau lebih. Komunikasi
merupakan suatu proses yanh vital dalam organisasi karena
komunikasi diperlukan bagi efektivitas kepemimpinan,
perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan, manajemen
konfilk, serta proses-proses organisasi lainnya.
Komunikasi interpersonal biasanya didefinisikan oleh
komunikasi ulama dalam berbagai cara, biasanya menggambarkan
peserta yang tergantung pada satu sama lain dan memiliki sejarah
bersama. Hal ini dapat melibatkan satu pada satu percakapan atau
individu berinteraksi dengan banyak orang dalam masyarakat. Ini
membantu kita memahami bagaimana dan mengapa orang
berperilaku dan berkomunikasi dengan cara yang berbeda untuk
membangun dan menegosiasikan realitas sosial. Sementara
komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai area sendiri
studi, itu juga terjadi dalam konteks lain seperti kelompok dan
organisasi.
Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman
dan penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat
mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan,
membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal, dan banyak lagi.
Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada
tindakan komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak
seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, mungkin
ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak
komunikatif dan menyatakan “komunikasi antarpribadi
(interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-
orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal


ataupun nonverbal” (Mulyana, 2005: 73).
Secara garis besar komunikasi interpersonal dapat
disimpulkan sebagai proses tatapan muka penyampaian informasi
dan saling pengertian antara dua atau lebih individu. Sedangkan
konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan
komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasa
pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang
mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan
menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah
tersebut (Saifudin, Abdul Bari., 2001: 39).
Konseling adalah sebagai hubungan timbal balik antara dua
individu, yaitu antara seorang (yaitu konselor) berusaha membantu
yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya
sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi
pada waktu yang akan datang (Rochman Natawidjaja, 1987: 32).
Konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang
lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu
melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan
perasaan-perasaan klien (Saraswati dan Tarigan, 2002). Proses
konseling menggambarkan adanya kerjasama antar bidan selaku
konselor dengan klien dalam mencari tahu tentang masalah yang
dihadapi klien. Proses ini memerlukan keterbukaan dari klien dan
bidan agar mencapai jalan keluar pemecahan masalah klien.
Manfaat konseling adalah meningkatkan kemampuan klien
dalam mengenal masalah, merumuskan alternatif, memecahkan
masalah dan memiliki pengalaman dalam pemecahan masalah
secara mandiri.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

Proses Konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan :


a. Pembinaan hubungan baik (rapport).
b. Penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan ,
perasaan, kekuatan diri) dan pemberian informasi (sesuai
kebutuhan).
c. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perencanaan.
d. Menindaklanjuti pertemuan.
Jalannya proses konseling sangat tergantung pada alur percakapan
konselor-klien/konseling (Deddy Mulyana, 2005)

B. Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal dan Konseling


Pada Prinsipnya bahwa komunikasi interpersonal dan konseling
yang kita lakukan, tidak semua berjalan degan baik, adapun faktor
penghambat komunikasi interpersonal dan konseling dapat dibedakan
menjadi:
1. Faktor Individual
Orientasi kultural (ketertarikan budaya) merupakan faktor
individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi.
Orientasi ini merupakan gabungan dari sebagai berikut.
a. Faktor fisik (kepekaan pancaindra, seperti kemampuan untuk
menilai dan mendengar).
b. Sudut pandang (seperti nilai-nilai, keyakinan seseorang tentang
nilai suatu ide atau tingkah laku (Potter & Perry (1987) dalam
Arwani, 2002) Nilai yang dimiliki seseorang akan mencerminkan
kebutuhan atau keinginan yang dimiliki).
c. Faktor sosial (seperti sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial,
peran dalam masyarakat, status sosial, peran sosial)
d. Bahasa
2. Faktor yang Berkaitan dengan Interaksi
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

a. Tujuan dan harapan terhadap komunikasi,


b. Sikap terhadap interaksi,
c. Pembawaan diri (seperti kehangatan, perhatian, dukungan),
d. Sejarah hubungan.
3. Faktor Situasional
Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti,
lingkungan fisik dan non-fisik atau mental-psikologis. Proses
komunikasi akan menjadi lebih efektif jika dilakukan pada kondisi
yang nyaman dan kondusif. Kebisingan atau gangguan pembatasan
hak pribadi kemungkinan dapat menyebabkan kebingungan, tekanan
dan ketidaknyamanan dalam komunikasi.
4. Kompetensi dalam melakukan percakapan (agar efektif suatu
ineraksi harus menunjukkan prilaku kompoten dari kedua belah
pihak (Depkes RI, 2002):
a. Kegagalan menyampaikan informasi penting,
b. Perpindahan topik bicara yang tidak lancar,
c. Salah pengertian.
Ada juga yang mepaparkan tentang faktor-faktor penghambat
komunikasi interpersonal dan cara mengatasinya adalah sebagai
berikut.
1) Tidak Mengenal Audiens
Banyak orang gagal berkomunikasi karena tidak mengenal
komunikasi yang menjadi sasaran komunikasi. Jika kita tidak
mengenal karakteristik komunikasi, komunikasi yang kita lakukan
tidak efektif. Maka, kenalilah audiens Anda.
2) Tidak Tahu Bagaimana Penerimaan Menyerap Komunikasi
Selain komunikator tidak mengenal komunikan, faktor lain yang
menyebabkan gagalnya komunikasi adalah kita tidak mengetahui
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

bagaimana cara komunikan menyerap informasi yang kita


kirimkan.
3) Tidak Tahu Pola Komunikasi Budaya
Periksalah diri anda melalui self-concept, keterampilan mana yang
paling banyak dibutuhkan kalau anda melakukan komunikasi
kesehatan di desa jika dibandingkan di kota? Jika anda berhadapan
dengan orang yang datang dari latar belakang Low Context
Culture, sementara anda sendiri datang dari High Context Culture,
anda tidak perlu menguraikan pesan secara terinci.
Keterampilan anda sangat ditentukan oleh bagaimana anda
menyampaikan pesan secara ringkas, tak perlu bertele-tele,
sehingga maknanya mudah diterima tanpa ada perasaan bosan.
Mereka yang berasal dari kebudayaan Low Context Culture tak
terlalu suka dengan rincian pesan. Mereka lebih suka kalau pesan
yang disampaikan itu hanya garis besarnya saja. Sebaliknya
mereka yang berasal dari High Context Culture sangat
membutuhkan rincian pesan. Maka, pelajarilah pola-pola
komunikasi budaya.
4) Jarang Melakukan Evaluasi Respon Komunikasi
Setiap kali anda berkomunikasi, evaluasilah selalu kecepatan
respons anda terhadap pesan atau tampilan orang lain. apakah
mungkin anda makin mudah berkomunikasi ataukah sulit
memahami orang lain. Apakah anda mudah percaya pada isi pesan
atau pada orang yang mengemukan suatu gagasan atau informasi.
Maka, lakukanlah evaluasi atas respon komunikasi anda.
5) Tidak Tahu Kebiasaan Berkomunikasi Lisan
Kebanyakan komunnikasi antarpersonal dalam budaya kita
dilakukan secara lisan.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

a. Pengaruh status senioritas dalam komunikasi lisan, apakah


orang tua dibiarkan lebih banyak bicara daripada yang muda.
b. Perhatikan syarat apa yang boleh dikatakan dan tidak boleh
dikatakan.
c. Bagaimana cara anda mengatakan (langsung ketujuan, atau
berputar-putar.
d. Perhatikan dengan siapa anda berkomunikasi antar budaya (to
whom you want to say it; to whom are you talking) Maka
pelajarilah kebiasaan berkomunikasi lisan.
6) Tidak Terbiasa Mendengarkan
Berbagai penelitian tentang kebiasaan mendengarkan
menunjukkan bahwa lebih dari separuh perhatian dalam
berkomunikasi dicurahkan untuk mendengarkan (53%), 17%
untuk membaca, 16% untuk berbicara dan 14% untuk menulis.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Periksalah sikap mendengarkan
Anda apakah termasuk dalam kategori poor listening habits atau
active listening habits. Yang dimaksud dengan kebiasaan “miskin
mendengarkan” adalah perilaku komunikasi yang tak suka
mendengarkan percakapan orang lain. Akibat miskin
mendengarkan, maka miskin pula pesan yang dikirim dan
diterima, yang dampaknya kita tak memahami makna pesan yang
menghasilkan komunikasi kesehatan yang tidak efektif. Maka,
biasakan diri mendengarkan dengan aktif.
7) Tidak Bisa Membuka Diri dalam Percakapan
Ada dua jenis percakapan: aggressive talk (percakapan agresif)
dan regrettable talk (percakapan yang sebetulnya tidak perlu
terjadi). Kedua taktik percakapan ini bertujuan untuk membuka
diri, namun hal ini sangat tergantung dari asumsi bahwa semua
relasi atau komunikasi antarpersonal dibentuk oleh peran
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

komunikator sebagaimana yang diharapkan oleh komunikan


(audiens).
Ada beberapa hal-hal penting (key point) dalam hubungan
interpersonal adalah sebagai berikut.
a. Ada berbagai sisi dalam suatu interaksi individu, verbal atau
nonverbal. Bidan hendaknya menaruh perhatian betul tidak
saja terhadap tanda-tanda verbal, tetapi juga terhadap perilaku
nonverbal.
b. Tanda-tanda verbal dan nonverbal yang bidan tunjukan kepada
klien dapat mempunyai efek panjang terhadap apa yang kita
ingin capai.
c. Jika kita mengharapkan klien kembali untuk melakukan
pemeriksaan, melahirkan dan mendapat asuhan kesehatan
lainnya, kita pertama-tama harus mendapat kepercyaan klien
dan menunjukkan perhatian terhadap klien.
8) Bidan Perlu Introspeksi Terhadap Perilaku Sendiri Maupun Klien.
Indikator hubungan interpersonal yang positif adalah sebagai
berikut.
a. Menyambut klien dengan cara yang dapat diterima mereka.
b. Ramah dan terbuka.
c. Menyediakan waktu untuk mendengarkan mereka.
d. Menjawab semua pertanyaan dengan benar/ memuaskan.
e. Tetap sabar meskipun klien menanyakan hal yang sama
berulang-ulang.
f. Sikap lain-lain yang memungkinkan untuk lebih
berpartisipasi dalam asuhannya, adalah: percaya,
memperhatikan, pengertian, saling menghormati, dan
kesediaan untuk membantu.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

C. Pengaruh Pemahaman Diri Terhadap Komunikasi Interpersonal


dan Konseling
Dalam melakukan komunikasi dan konseling dengan orang lain
secara interpersonal, penting bagi komunikator memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
1. Memahami Diri Sendiri
Pemahaman diri bertujuan untuk mengetahui dan mengenal
siapakah diri Anda, apakah persepsi Anda dengan orang lain
terhadap diri sendiri sama. Misalnya, Anda merasa ramah, namun
menurut orang lain belum. Pemahaman diri meliputi pengetahuan
tentang siapa saya, apa kelemahan saya, bagaimana perasaan saya
dan apa keinginan saya. Pentingnya pemahaman diri, terutama
bagi seorang Bidan, dimana pekerjaan ini dihadapkan dengan
berbagai pengalaman dan kondisi biologis, psikologis, sosiologis
dari klien.
2. Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap yang Dimiliki
Konselor.
Perilaku bidan dalam melaksanakan tugas sebagai
komunikator maupun konselor dipengaruhi 3 hal, yaitu: Aspek
Kognitif (pengetahuan), Psikomotorik (keterampilan), dan Afektif
(sikap).
a. Pengetahuan (Kognitif)
Meliputi pengetahuan tentang :
1) Kesehatan
2) Ilmu kebidanan dan kandungan
3) Masalah yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan
pasca persalin dan upaya pencegahan serta penatalaksanaannya.
4) Keyakinan akan adat istiadat dan norma tertentu.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

5) Alat dan metode kontrasepsi.


6) Hubungan antar manusia.
7) Komunikasi interpersonal dan konseling.
8) Psikologi
b. Keterampilan (Psikomotorik)
1) Membantu proses persalinan dan berbagai masalah kesehatan.
2) Menggunakan alat-alat pemeriksaan tubuh klien.
3) Melakukan komunikasi interpersonal dan konseling.
4) Menggunakan alat bantu visual untuk pemberian informasi pada
klien.
5) Mengatasi situasi genting yang dihadapi klien.
6) Membantu klien dalam membuat keputusan.
Selain itu, seorang bidan juga harus memiliki dan menguasai
kompetensi yang meliputi :
1) Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari
ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etika.
2) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan
kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluru
di masyarakat.
3) Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk
mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan. Meliputi, deteksi
dini, pengobatan atau rujukan.
4) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan (persalinan bersih, aman
dan menangani situasi kegawatdaruratan).
5) Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui
6) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi kepada bayi baru
lahir sehat sampai dengan 1 bulan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

7) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi kepada bayi dan


balita (1 bulan – 5 tahun).
8) Bidan merupakan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif
pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya
setempat.
9) Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan
gangguan system reproduksi.
c. Sikap (Afektif)
1) Mempunyai motivasi tinggi untuk menolong orang lain
2) Bersikap ramah, sopan dan santun
3) Menerima klien apa adanya
4) Empati terhadap klien
5) Membantu dengan tulus
6) Terbuka terhadap pendapat orang lain.
ada 3 kualitas diri (sikap) yang perlu dimiliki oleh seorang
konselor agar konseling efektif menurut Carl Rogers, yaitu:
1) Empati, yaitu memandang dengan kerangka berpikir klien,
berusaha memahami dan berpikir bersama klien.
2) Autheticity/otentik/kongktruen, yaitu konselor tahu
perasaannya sendiri, memahami diri sendiri, yang dialami
dan dirasakan tidak selaras, tidak pura-pura.
3) Unconditional Positif Regard atau acceptance, yaitu
menerima klien apa adanya, tanpa syarat dan menghormati
serta menghargai klien.
Seorang bidan perlu memahami bagaiman menghadapi
kecemasan, kemarahan, kesedihan dan kegembiraan klien. Bidan
harus tahu bagaimana dirinya harus bersikap. Bidan yang tidak
memahami dirinya sendiri akan mengalami kesulitan memahami
persoalan yang dialami klien (Lindawati, 2014).
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

STRATEGI DALAM
BAB MEMBANTU
PENGAMBILAN
V KEPUTUSAN KLIEN

A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami strategi dalam membantu
pengambilan keputusan klien
B. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui dan memahami teori inti pengambilan
keputusan klien
2) Untuk mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi
tipe pengambilan keputusan
3) Untuk mengetahui dan memahami elemen dasar pengambilan
keputusan
4) Untuk mengetahui dan memahami pemberian informasi
keputusan efektif
5) Untuk mengetahui dan memahami saat-saat sulit dalam
penerapan KIP/K kesulitan saat konseling
6) Untuk mengetahui dan memahami upaya untuk mengatasi
kesulitan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

K
emampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting
bagi klien untuk menyelesaikan masalah kegawatdaruratan
terutama yang berhubungan dengan kebidanan. Dalam
konseling pengambilan keputusan mutlak diambil oleh klien,
bidan hanya membantu agar keputusan yang diambil klien tepat.
Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan:
a. Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya. beri
kesempatan klien untuk melihat lagi beberapa alternatif
pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
b. Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan,
dengan melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan
kerugiannya atau konsekuensi negatif.
c. Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan
pilihan, bantu klien mencermati pilihannya.
d. Membantu klien menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan

A. Teori Inti Pengambilan Keputusan Klien


Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi meliputi:
a. Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi
pertanyaan “apa yg terjadi?”.
b. Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-
akibat.
c. Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola
berpikir mengambil pilihan.
d. Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis):
didasarkan pada perhatian peristiwa masa depan, yang mungkin &
dapat terjadi. Inti pengambilan keputusan berarti memilih
alternatif, alternatif yang terbaik (the best alternative).
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

Pengambilan keputusan terletak dalam perumusan berbagai


alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian dan
dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan
tersebut dilakukan setelah evaluasi/penilaian mengenai
efektivitasnya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki
pengambil keputusan. Lingkungan situasi keputusan: Lingkungan
eksternal meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, alam
dan pembatasan-pembatasan suatu negara berupa “kuota”.
Sedangkan lingkungan internal meliputi mutu rendah, kurangnya
promosi, pelayanan konsumen tidak memuaskan dan sales/agen
tidak bergairah. Pengambilan keputusan yang baik harus
mempertimbangkan: kondisi, kehendak, konsekuensinya.
Langkah dalam pengambilan keputusan yang baik:
1. Identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien.
2. Susunlah daftar kehendak atau pilihan keputusan.
3. Untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya (POSITIF
dan NEGATIF)
Hal-hal yang perlu ditekankan kepada klien dalam pengambilan keputusan
menurut Fitramaya (2003):
a. Hati-hati dan bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan
karena berkaitan dengan masalah kehamilan, persalinan dan masa
nifas. Pengambilan keputusan dibuat setelah klien diberi informasi
secukupnya untuk menimbang pilihan sesuai dengan situasinya.
b. Bantu klien dalam pengambilan keputusan dengan memberikan
saran yang sesuai dengan riwayat kesehatannya, keinginan pribadi
dan situasi.
c. Keputusan merupakan hak dan menjadi tanggung jawab klien.
d. Konseling bukan proses informasi, melainkan informasi setelah
konselor memperoleh data atau informasi tentang keadaan dan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

kebutuhan klien dan informasi yang diberikan sesuai dengan


kondisi klien dan kebutuhannya.

B. Faktor yang Mempengaruhi Tipe Pengambilan Keputusan


Untuk menentukan pilihan dari berbagai teori pengambilan
keputusan baik itu rasional, inkremental atau pengamatan terpadu
dengan beberapa alternatif pilihan yang tersedia. Tentu masing-
masing harus mempunyai dasar (nilai-nilai, norma-norma, atau
pedoman tertentu) yang digunakan sebagai landasan dalam
menentukan pilihan teori yang tepat. Menurut Terry (1989) dalam
blog Komunitas Diamond faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam mengambil keputusan sebagai berikut:
a. Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional
maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan
keputusan
b. Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk
mencapai tujuan organisasi
c. Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi,
perhatikan kepentingan orang lain
d. Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
e. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan
mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
f. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu
yang cukup lama;
g. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk
mendapatkan hasil yang baik
h. Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui
apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

i. Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari


serangkaian kegiatan berikutnya.
Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi
pengambilan keputusan:
a. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak
nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari
tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya
memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
b. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada
suatu situasi secara subjektif.
c. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan
informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
d. Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan
melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan
kepercayaan dirinya melalui kemampuannya dalam bertindak.
e. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan
antar satu orang ke orang lainnya dapat mempengaruhi tindakan
individual
f. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan
mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik
suatu tingkah laku tertentu.
Selanjutnya, John D. Miller dalam Imam Murtono
(2009) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita,


peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh
tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan
kecenderungan dalam pengambilan risiko.
Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan
keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan
pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-
nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari
lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan
individu bahkan tidak berpikir untuk menyusun atau menilai
keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.
Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga
dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua
variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan
yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional
versus objektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu
orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh
suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu
pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya
pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya
secara pribadi.
Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan risiko. Untuk
meningkatkan kecakapan dalam membuat keputusan, perawat
harus membedakan situasi ketidakpastian dari situasi risiko, karena
keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut.
Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan,
sedangkan risiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan
menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih


sulit membuat keputusan di bawah ketidakpastian dibanding di
bawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil
keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu
strategi atas strategi lainnya.
Selanjutnya, dalam judul skripsi pengambilan keputusan
yang tepat yang disusun Sumaryanto Sarjana Universitas Negeri
Yogyakarta, dalam pengambilan keputusan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi, antara lain:
Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi
pengambilan keputusan:
1. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa
tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan
menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak
senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan
kesenangan.
2. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi
pada suatu situasi secara subyektif.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan
informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan
melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan
kepercayaan dirinya melalui kemampuannya dalam bertindak.
5. Interpersonal
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan


antar satu orang ke orang lainnya dapat mempengaruhi
tindakan individual.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik.
Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau
mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Selanjutnya, John D. Miller dalam Imam Murtono
(2009) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita,
peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh
tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan
kecenderungan dalam pengambilan risiko.
Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan
keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan
pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-
nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari
lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan
individu bahkan tidak berpikir untuk menyusun atau menilai
keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.
Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga
dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua
variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan
yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional
versus objektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu
orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh
suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu
pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya


secara pribadi.
Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan risiko. Untuk
meningkatkan kecakapan dalam membuat keputusan, perawat
harus membedakan situasi ketidakpastian dari situasi risiko, karena
keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut.
Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan,
sedangkan risiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan
menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan
hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih
sulit membuat keputusan di bawah ketidakpastian dibanding di
bawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil
keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu
strategi atas strategi lainnya.
Selanjutnya dalam judul skripsi pengambilan keputusan yang
tepat yang disusun Sumaryanto Sarjana Universitas Negeri
Yogyakarta, dalam pengambilan keputusan menurut K.M.,
Rochmah (2002) ada beberapa faktor yang mempengaruhi, antara
lain:
1. Posisi Kedudukan
Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi/kedudukan
seseorang dapat dilihat, apakah ia sebagai pembuat keputusan
(decision maker), penentu keputusan (decision taker), ataukah
staff (staffer).
2. Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang
untuk tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan
daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau dikehendaki
dan harus diselesaikan. Sebenarnya, masalah tidak selalu dapat
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

dikenal dengan segera, ada yang memerlukan analisis, ada


pula yang bahkan memerlukan riset tersendiri.
3. Situasi
Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang
berkaitan satu sama lain, dan yang secara bersama-sama
memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak
kita perbuat. Situasi ini ada yang bersifat tetap dan ada juga
yang berubah-ubah.
4. Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara
bersama-sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau
kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tersebut
merupakan sumber daya.
5. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan
unit (kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan usaha, pada
umumnya telah tertentu/telah ditentukan. Tujuan yang telah
ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan
antara atau objektif.

C. Elemen Dasar Pengambilan Keputusan


Ada 5 elemen dasar pengambilan keputusan menurut Lestari (2010),
yaitu:
a. Menetapkan Tujuan
Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan
mengarahkan tujuannya, apakah spesifik yang dapat diukur
hasilnya ataupun sasaran yang bersifat umum. Tanpa penetapan
tujuan, pengambil keputusan tidak bisa menilai alternatif atau
memilih suatu tindakan. Keputusan pada tingkat individu, tujuan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

ditentukan oleh masing-masing orang sesuai dengan sistem nilai


seseorang. Pada tingkat kelompok dan organisasi, tujuan
ditentukan oleh pusat kekuasaan melalui diskusi kelompok,
konsensus bersama, pembentukan kualisi dan berbagai macam
proses yang mempengaruhi. Ditambahkan oleh Wijono, bahwa
tujuan harus dibagi menurut pentingnya, ada tujuan yang bersifat
harus atau tidak bisa ditawar, dan ada tujuan yang bersifat
keinginan, yang mana masih bisa ditawar.
b. Mengidentifikasi Permasalahan
Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah
permasalahan diidentifikasi. Permasalahan merupakan kondisi
adanya ketidaksamaan antara kenyataan yang terjadi dengan apa
yang diharapkan. Permasalahan dalam organisasi dapat berupa
rendahnya produktivitas, adanya konflik disfungsional, biaya
operasional yang terlalu tinggi, pelayanan tidak memuaskan klien,
dan lain-lain. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan
adanya identifikasi yang tepat atas penyebab permasalahan. Jika
penyebab timbulnya permasalahan tidak dapat diidentifikasi
dengan tepat, maka permasalahannya yang ada tidak dapat
diselesaikan dengan baik. Ada tiga kesalahan yang sering terjadi
dalam mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan
permasalahan yang ada, pemusatan perhatian pada gejala dan
bukan pada penybab permasalahan yang sebenarnya, serta
melindungi diri karena informasi dianggap mengancan harga diri.
c. Mengembangkan sejumlah alternatif Setelah permasalahan
diidentifikasi, kemudian dikembangkan serangkaian alternatif
untuk menyelesaikan permasalahan. Organisasi harus mengkaji
berbagai informasi baik interen maupun eksteren untuk
mengembangkan serangkaian alternatif yang diharapkan dapat
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

memecahkan permasalahan yang terjadi. Pengembangan sejumlah


alternatif memungkinkan seseorang menolak untuk membuat
keputusan yang terlalu cepat dan membuat lebih mungkin
pencapaian keputusan yang efektif. Proses pengambilan keputusan
yang rasional mengharuskan pengambil keputusan untuk mengkaji
semua alternatif pemecahan masalah yang potensial. Akan tetapi
dalam kenyataannya seringkali terjadi bahwa proses pencarian
alternatif pemecahan masalah seringkali terbatas.
d. Penilaian dan pemilihan alternatif Setelah berbagai alternatif
diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap masing-
masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah
alternatif yang terbaik. Alternatif-alternatif tindakan
dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang ditentukan, apakah
dapat memenuhi keharusan atau keinginan. Alternatif yang terbaik
adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang
hendak dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan
model yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah
dikembangkan.
e. Melaksanakan keputusan jika salah satu dari alternatif yang
terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian harus
diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering
kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena
tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapan keputusan
yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab
dari pimpinan akan tetapi komitmen dari bawahan untuk
melaksanakannya juga memegang peranan yang penting. Dalam
mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya
juga mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan
tersebut. Betapapun baiknya suatu keputusan apabila keputusan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada artinya.


Pengambil keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan
yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan penerapan
operasionalnya.

D. Pemberian Informasi Keputusan Efektif


Tentunya kita sebagai pemberi informasi mengharapkan informasi yang
kita sampaikan kepada seseorang itu efektif dan efesien. Pemberian
informasi dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria sabagai berikut:
a. Informasi yg diberikan spesifik, dapat membantu klien dalam
mengambil keputusan.
b. Informasi disesuaikan dengan situasi klien, dan mudah dimengerti.
c. Diberikan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1) Singkat dan tepat (pilih hal-hal penting yg perlu diingat klien)
2) Menggunakan bahasa sederhana
3) Gunakan alat bantu visual sewaktu menjelaskan
4) Beri kesempatan klien bertanya dan minta klien mengulang
hal-hal penting.
Tiga langkah dasar dalam memberikan nasihat atau
penyuluhan pada klien menurut Priyanto (2009):
a. memberi penjelasan, misalnya cara memberi salep mata,
mengeringkan telinga, mengobati luka di mulut,
menyiapkan larutan oralit, atau melegakan tenggorok.
b. Memberi contoh, misalnya cara memegang anak pada saat
di beri salep mata, menyiapkan sumbu untuk
mengeringfkan telinga, cara mencampur satu bungkus
oralit dalam air yang benar, cara membubuhi gention
violet di mulut anak, cara melegakan tenggorok dengan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

bahan atau obat yang aman dan dapat dibuat sendiri di


rumah.
c. Memberi kesempatan untuk mempraktikan, misalnya cara
membubuhi salep pada mata bayi, mencampur dan
melarutkan oralit, memberi dosis pertama anti biotik.

E. Saat-saat Sulit dalam Penerapan KIP/K Kesulitan saat Konseling


Saat proses komunikasi berlangsung tentunya harapan kita adalah
menginginkan proses komunikasi berjalan dengan baik, tanpa ada
kendala. Tetapi ada saja saat-saat sulit dalam penerapan KIP/K
mengalami kesulitan saat memberikan konseling menurut Wiryanto
(2006) sebagai berikut:
a. Diam, makna “diam” (tidak bersuara) antara lain:
1) Penolakan atau kebingungan klien.
2) Klien dan konselor telah mencapai akhir suatu ide dan semata-
mata ragu mengatakan apa selanjutnya.
3) Kebingungan karena kecemasan atau kebencian.
4) Klien mengalami sakit dan tidak siap untuk bicara.
5) Klien mengharapkan sesuatu dari konselor.
6) Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.
7) Klien baru menyadari ucapannya dan merupakan ekspresi
emosional sebelumnya.
b. Klien Menangis, tenangkan klien dengan menyentuh badan
(menepuk-nepuk bahu atau memegang tangan klien) secara hati-hati.
c. Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien,
biasa terjadi jika konselor tidak dapat memecahkan atau membantu
menyelesaikan masalah seperti harapan klien. Misalnya pada kasus
remaja putri yang ingin aborsi. Konselor dapat mengatakan pada klien
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

bahwa dia akan selalu menyediakan waktu untuk klien menghadapi


saat-saat sulit meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaan.
d. Konselor melakukan kesalahan, hal terpenting untuk menciptakan
hubungan baik adalah jujur. Mengakui bahwa konselor salah dan
minta maaf adalah cara untuk menghargai klien.
e. Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien, Konselor dapat
mengatakan bahwa ia tidak dapat menjawab pertanyaan klien, tetapi
akan berusaha mencari informasi tersebut untuk klien.
f. Klien menolak bantuan konselor, ditunjukkan dengan klien enggan
bicara. Tekankan hal positif, paling tidak klien telah datang dan
berkenalan dengan konselor, mungkin klien mau mempertimbangkan
kembali. Sarankan untuk melakukan pertemuan lanjutan.
g. Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor, konselor
sebaiknya mengatasi dengan mengatakan: “orang kadang awalnya
merasa lebih nyaman berbicara dengan seseorang yang sama jenis
kelaminnya, menurut pengalaman saya semakin lama hal itu semakin
tidak penting apabila kita semakin mengenal. Bagaimana kalau kita
coba lanjutkan dan lihat bagaimana nantinya”, biasanya klien
menerima, dan masalah ini hilang dengan sendirinya bila konselor
bersikap penuh perhatian, menghargai klien dan tidak menilai klien.
h. Waktu yang dimiliki konselor terbatas. Konselor memberikan
informasi beberapa saat sebelum pertemuan, meminta maaf,
menjelaskan sebab keterbatasan waktunya, dan menunjukkan
konselor berharap bertemu klien pada pertemuan selanjutnya.
i. Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik. Konselor meminta
pendapat kepada teman sesama petugas klinik untuk mengamati
pertemuan dan melihat letak kesulitannya, apakah ada sikap klien
yang membuat konselor merasa ditolak klien.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

j. Klien dan konselor sudah saling mengenal. Konselor melayani seperti


pada umumnya, tekankan bahwa kerahasiaan akan tetap terjaga,
jelaskan bahwa konselor akan bersikap sedikit berbeda dengan sikap
diluar konseling terhadap klien sebagai temannya.
k. Klien berbicara terus dan yang dibicarakan tidak sesuai topik. Potong
pembicaraannya setelah beberapa saat bila klien terus menerus
mengulang pembicaraannya.
l. Klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor. Nyatakan pada klien
bahwa cerita konselor tentang dirinya tidak akan membantu klien,
oleh karena itu lebih baik tidak bercerita.
m. Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.
Sebaiknya jujur kepada klien, terutama bila konselor bereaksi secara
emosional pada klien, karena klien akan mengamati hal itu.
n. Keadaan kritis. Komunikasikan dengan tegas tapi sopan keadaan
darurat kepada keluarga. Berikan penjelasan dengan singkat tapi jelas
langkah-langkah yang harus dilakukan bersama untuk mengatasi
keadaan.

F. Upaya untuk mengatasi kesulitan


a. Tiap individu memahami dirinya, dengan memahami diri sendiri
maka akan bisa mengatasi kesulitan-kesulitan bidan sendiri.
b. Untuk memperlancar komunikasi siapkan materi, bahan, alat untuk
mempermudah penerimaan klien.
c. Menguasai ilmu komunikasi, sehingga dapat melakukan konseling
pada semua klien dengan bermacam karakter dan keterbatasan
mereka.
d. Meletakkan kearifan sebagai dasar kepribadian konselor aktif.
Kearifan merupakan satu perangkat ciri kognitif dan afektif tertentu
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

yang secara langsung pada keterampilan dan pemahaman hidup.


Karakteristik dari kearifan menurut Tyastuti (2010) meliputi:
1) Aspek afektif dan kesadaran meliputi empati, kepedulian,
pengenalan rasa, deotomatisasi (menolak kecenderungan
kebiasaan, perilaku dan pola berfikir otomatik, menekankan
kesadaran tindakan dan pilihan yang bertanggungjawab).
2) Aspek kognitif meliputi penalaran dialetik (mengenal konteks,
situasi, berorientasi pada perubahan yang bermanfaat)
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

KETERAMPILAN INTI
BAB KOMUNIKASI
INTERPERSONAL
VI /KONSELING

A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang keterampilan inti
komunikasi interpersonal/konseling
B. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui dan memahami pengertian KIP/K
2) Untuk mengetahui dan memahami faktor penghambat
KIP/K
3) Untuk mengetahui dan memahami pengaruh pemahaman
diri terhadap proses KIP/K
4) Untuk mengetahui dan memahami observasi tingkah laku
verbal dan non verbal
5) Untuk mengetahui dan memahami membina hubungan
baik
6) Untuk mengetahui dan memahami teknik mendengar aktif,
bertanya dan refleksi isi dan perasaan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

A. Pengertian KIP/K
Komunikasi interpesonal sangatlah dibutuhkan dalam keadaan
tertentu. Komunikasi interpersonal selalu kita terapkan dalam
pelayanan kebidanan. Komunikasi interpersonal merupakan proses
penyebaran dan berbagi informasi yang dilakukan oleh minimal dua
orang secara langsung, tatap muka dan bersifat dua arah. Aspek
komunikasi interpersonal meliputi komunikasi satu arah versus dua
arah, komunikasi verbal versus non verbal, cara bertanya dan
mendengar efektif, serta membuat kesimpulan (Lindawati, 2014)

B. Faktor Penghambat KIP


Pada saat proses komunikasi berlangsung, biasanya terjadi berbagai
hambatan-hambatan yang akan mempengaruhi jalannya komunikasi.
Adapun faktor penghambat KIP yang dipaparkan oleh MNH (2002),
sebagai berikut:
1) Faktor individual
Orientasi budaya (keterkaitan budaya) merupakan faktor individual
yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini
merupakan gabungan dari: faktor fisik, sudut pandang, faktor sosial
dan bahasa.
2) Faktor yang berkaitan dengan interaksi
Faktor ini meliputi tujuan dan harapan yang ingin dicapai dengan
komunikasi, sikap terhadap interaksi, pembawaan diri individu
terhadap orang lain yang di tunjukkan melalui kehangantan, perhatian
dan dukungan serta sejarah hubungan.
9) Faktor situasional
Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi percakapan
kesehatan antara bidan dan klien akan berbeda dengan situasi
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

percakapan antara polisi dengan orang-orang yang melanggar lalu


lintas.
10) Kompetensi dalam melakukan percakapan
Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten
dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya
komunikasi adalah: kegagalan menyampaikan informasi
penting,perpindahan bicara/topik yang tidak lancar dan salah
pengertian.

C. Pengaruh Pemahaman Diri Terhadap Proses KIP/K


Proses KIP/K tidak berjalan efektif bila individu/konselor kurang
memahami diri sendiri, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
tidak cukup serta bertambah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Karenanya disarankan untuk membuka
diri terhadap pengetahuan diri dan teknologi terkini. Berikut adalah
beberapa saran dari IBI (2003) untuk meningkatkan pemahaman diri
terhadap proses KIP/K:
1. Klarifikasi Nilai
Seperti diketahui bahwa hubungan bidan dengan klien adalah
hubungan timbal balik, karenanya kebutuhan klien harus dibutuhkan.
Bidan sebaiknya mempunyai sumber kepuasaan dan rasa aman yang
cukup, sehingga tidak memnggunakan klien untuk kepuasan dan
keamanannya, jika bidan mempunyai konflik dan ketidakpuasan,
maka sebaiknya bidan menyadari dan mengklarifikasi agar tidak
memengaruhi keberhasilan hubungan bidan-klien.
2. Eksplorasi Perasaan
Dalam kondisi ini, bidan perlu terbuka dan sadar terhadap
perasaannya dan mengontrolnya agar dapat menggunakan dirinya
secara teraupetik, jika bidan terbuka dengan perasaannya, maka ia
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

mendapatkan dua informasi penting; yaitu bagaimana responnya pada


klien dan bagaimana penampilannya pada klien.
3. Kemampuan Menjadi Model
Alasan penting pemahaman diri adalah karena bidan bekerja
berhadapan dengan berbagai pengalaman dan kondisi biologis,
psikologis, dan sosiologis darikliennya.
Bidan perlu memahami menghadapi kecemasan, kemarahan,
kesedihan, dan kegembiraan klien. Bidan harus tau bagaimana dirinya
sendiri bersikap, apakah mudah cemas, atau mudah tersinggung,
sehingga bidan tau keterbatasan diri sewaktu melayani klien.

D. Observasi Tingkah Laku Verbal dan Nonverbal


Observasi tingkah laku baik dalam verbal maupun nonverbal sangat
diperlukan oleh seorang bidan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
yang diberikan. Menurut Nurmala (2016), observasi tingkah laku
verbal dan nonverbal meliputi:
1) Keterampilan Observasi
Praktik kebidanan memerlukan kecermatan dalam melakukan
pengamatan dan penilaian terhadap pasien, dasar penilaian inilah
maka tindakan akan dilakukan. Ketetapan tindakan sangat
ditentukan oleh kemampuan bidan melakukan observasi
menyeluruh baik langsung ataupun tidak langsung kepada pasien.
2) Tingkah Laku Verbal dan Nonverbal Pengamatan dan Penafsiran
Tingkah laku verbal merupakan perbuatan atau perilaku yang
ditunjukkan melalui bahasa atau kata-kata baik secara lisan
maupun tulisan.
3) Perbendaharaan Kata-kata (vocabulary)
Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

4) Kecepatan (racing)
Keberhasilan komunikasi verbal dipengaruhi oleh kecepatan bicara
dan tempo bicara yang tepat. Tingkah laku nonverbal adalah pesan
yang disampaikan dalam komunikasi dikemas dalam bentuk
nonverbal tanpa kata-kata.

E. Membina Hubungan Baik


Keterampilan membina hubungan baik sikap dan perilaku dasar yang
dibutuhkan keterampikan merupakan dasar dari proses KIP/K atau
dengan kata lain merupakan dasar dalam memberikan bantuan. Agar
dapat membina hubungan baik, pertama sekali harus menunjukkan
sikap yang hangat, menghormati klien, menerima klien apa adanya,
empati dan tulus membantu klien. Menurut Priyanto (2009) ada tiga
cara yang membantu klien merasa aman setelah membuka informasi
pribadinya, yaitu:
a) Mengakhiri pembicaraan secara halus
b) Memperhatikan kelangsungan hubungan di masa yang akan
datang
c) Menunjuk konselor yang lebih kompeten.
F. Teknik Mendengar Aktif, Bertanya dan Refleksi Isi dan Perasaan
Dalam proses komunikasi, tentunya kita sebagai konselor harus
memperhatikan berbagai teknik yang digunakan dalam
menyempurnakan serta menunjang jenis konseling yang kita
sampaikan. Teknik-teknik yang diperlukan menurut Sunarni (2016),
yaitu:
1. Mendengar aktif
Adalah sebuah sikap memperhatikan dan mendengarkan
setiap perkataan atau perbincangan orang lain. Mendengarkan
aktif merupakan sebuah proses yang kompleks, melibatkan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

semua panca indra dan bagian-bagian tubuh lain secara aktif


sehingga pesan yang disampaikan menjadi bermakna.
a. Diam (mendengar pasif)
b. Tanggapan meng-‘iya’-‘kan’
c. Pembuka pintu atau ajakan
d. Mendengar aktif
2. Keterampilan mendasar
Adalah suatu kemampuan dan kapasitas yang diperoleh
melalui usaha yang disengaja, sistematis, dan berkelanjutan
untuk secara lancar dan adaptif melaksanakan aktivitas yang
kompleks atau fungsi pekerjaan yang melibatkan ide-ide, hal-
hal, dan orang-orang.
3. Jenis pertanyaan
Pertanyaan tertutup bertujuan untuk menanyakan riwayat
kesehatan, data diri, dan informasi lain yang dibutuhkan.
Contoh: berapa jumlah anak ibu? Apakah ibu bekerja?
4. Bertanya efektif
a. Tentukan yang anda inginkan dari pertanyaan anda
b. Hindari bertanya pertanyaan tertutup
c. Gali lebih dalam
d. Bertanya dengan lantang dan jelas.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

KETERAMPILAN
BAB KOMUNIKASI DALAM
KEGIATAN KELOMPOK
VII

A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami keterampilan komunikasi dalam
kegiatan kelompok

B. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui dan memahami pengantar kegiatan
kelompok
2) Untuk mengetahui dan memahami kepemimpinan dalam
kelompok
3) Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri kelompok yang
kompak
4) Untuk mengetahui dan memahami pengorganisasian kegiatan
kelompok
5) Untuk mengetahui dan memahami membangun tim atau
kelompok/team building
6) Untuk mengetahui dan memahami strategi bidan untuk
membantu kelompok yang negatif sesuai tipe kelompok
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

A. Pengantar Kegiatan Kelompok


Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, yang dalam
kehidupan sehari-hari tidak bisa lepas dari kegiatan interaksi dan
komunikasi. Komunikasi merupakan bagian integral kehidupan
manusia, apapun statusnya di masyarakat. Sebagai makhluk sosial,
kegiatan sehari-hari selalu berhubungan dengan orang lain dalam upaya
pemenuhan kebutuhan hidup. Angka kematian di Indonesia masih
tinggi. Setiap tahun sejumlah 18.000 ibu meninggal dunia, dua nyawa
melayang setipa satu jam, karena kehamilan dan atau persalinan.
Kematian ibu ternyata tidak hanya diikuti oleh tingginya angka
kematian bayi tetapi juga meninkatkan jumlah balita yang piatu baru (±
36.000 setiap tahun).
Risiko kematian ibu akibat kehamilan, persalinan, dan nifas serat
bayi, dapat dikurangi bila ada upaya persiapan persalinan dan
kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dasar. Salah satu ujung
otmbak pelayanan kesehatan dasar bagi ibu dan bayi adalah bidan.
Namun, pada kenyataannya walaupun hampir semua pemeriksaan
antenatal datang pada bidan, sebagian besar persalinan masih ditolong
oleh dukun beranak. Hal ini menunjukkan bahwa ibu lebih percaya
kepada dukun beranak dibandingkan dengan bidan.
Salah satu penyebab keadaan tersebut di atas adalah rendahnya
kualitas keterampilan komunikasi dan konseling tenaga kesehatan
(bidan). Penelitian di Jawa Barat menyimpulkan bahwa keterampilan
teknis medis semata tidak cukup untuk memberikan pelayanan yang
memuaskan ibu. Kualitas komunikasi bidan yang rendah akan
berdampak terhadap transfer pesan kepada klien yang kurang baik,
bidan menjadi kurang peka dan kurang mampu menggali kebutuhan
dan masalah klien, tidak tanggap terhadap perasaan klien, klien tidak
puas dan selanjutnya dapat diperkirankan kredibilitas bidan tersebut
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

diragukan. Dari penelitian di Indonesia dua provinsi yaitu Jabar dan


Jateng tentang interaksi bidan-klien menunjukkan bahwa banyak bidan
yang tidak menggunakan keterampilan konseling yang baik, misalnya:
Para bidan cenderung mendominasi sesi konseling (63% ucapan
didominasi oleh bidan), kurang memberi kesempatan kepada klien
untuk berbicara panjang lebar atau mengungkapkan keinginan dan
perasaannya. Para bidan lebih banyak mengajukan pertanyaan tertutup
(pertanyaan yang sifatnya mengarahkan pada jawaban ya dan tidak).
23% ucapan bidan adalah pengulangan kata-kata bidan itu sendiri.
Pelatihan keterampilan komunikasi interpersonal/konseling (KIP/K)
untuk bidan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bidan dalam
bidang komunikasi interpersonal dan konseling sehingga kualitas
pelayanan pada ibu hamil dan melahirkan lebih baik.
Definisi
Komunikasi kelompok adalah suatu bentuk komunikasi antara
dua atau lebih orang yang berinteraksi satu dengan yang lain untuk
satu tujuan. Orang-orang yang terlibat biasanya mengisi peran-peran
dan mentaati peraturan-peraturan serta norma-norma yang secara
implisit disetujui para anggotanya (Singgsih, 2003). Komunikasi
kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama,
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lain dan memandang mereka sebagi bagian dari
kelompok tersebut. Contohnya kelompok keluarga, kelompok studi
dan kelompok diskusi (Kelompok Sarjana Komunikasi Amerika,
1980)
Kegunaan berdasarkan batasan tersebut diatas, kegunaan dalam
bidang kebidanan tentulah sangat menunjang tujuan bagi kesehatan
ibu dan anak. Utamanya ketika dilakukan suatu kegiatan-kegiatan
bagi para bidan dalam sistem komunikasi kelompok tersebut, selama
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

melalui forum tersebut dimanfaatkan seefektif mungkin dalam


berbagai bentuk dan tujuan, yakni berfokus pada kesehatan ibu dan
anak tersebut (Handy, 1985). Dalam hal ini, Romlah (2016)
memberikan pengertian mengenai pentingnya kegunaan komunikasi
kelompok, yakni:
a. Memenuhi kebutuhan sosial
b. Membentuk konsep diri
c. Memberi/menerima dukungan dan bantuan
d. Berbagai dengan orang lain.

B. Kepemimpinan dalam Kelompok


Ciri-ciri kepemimpinan dalam kelompok harus mengacu untuk
kepentingan bersama. Untuk itu harus menurut Tyastuti (2008), harus
memenuhi beberapa persyaratan berikut:
1. Berorientasi pada tugas
2. Menggunakan waktu secara efektif, menentukan prioritas
secara jelas dan sering membuat keputusan eksekutif
3. Berorientasi pada orang
4. Lebih peduli pada perasaan-perasaan dan masalah-masalah
anggota kelompok.

C. Ciri-ciri Kelompok yang Kompak


Kemudian setelah kita mengenal ciri-ciri kepemimpinan seperti di
atas, maka kita harus tahu bagaimana ciri-ciri kelompok yang kompak
itu, ciri-ciri kelompok yang kompak adalah:
1) Organisasi yang baik
2) Hubungan yang baik
3) Riwayat keberhasilan yang baik
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

Adapun salah satu bentuk ketiga ciri tersebut di atas ialah bagaimana
cara menyelesaikan masalah dalam kelompok itu dimulai dengan
kelompok pembuat keputusan, ada personal atau tim yang ditunjuk
oleh manajer untuk menyelesaikan masalah tertentu. Anggota
kelompok yang lain memberikan sumbang saran, cepat, agar terjadi
pemahaman dalam penyelesaian masalah. Itulah tanda adanya ciri-ciri
kelompok kompak dan prakteknya. Di samping itu, pada kelompok
yang kompak memiliki empat dasar pelaksanaan sumbang saran yang
harus ditaati, yakni:
1) Tidak boleh dilakukan penilaian pada ide-ide sampai acara selesai
2) Kelompok harus menganggap dirinya sebagai penghasil sejumlah
besar ide dan tidak mengkhawatirkan kualitas dari ide-ide
3) Anggota kelompok harus dibiarkan untuk berfikir dengan bebas
Ide-ide yang ditawarkan anggota kelompok harus dihargai dan
dikembangkan oleh anggota kelompok lain. Gaya kepemimpinan
dalam suatu kelompok komunikasi ada dua yakni:
1) Gaya tunggal yaitu berdasarkan pencapaian tugas yang telah
ditentukan bagi kelompok
2) Gaya eklektik yaitu berdasarkan gaya-gaya yang berpusat pada
anggota kelompok atau berdasarkan pembagian pada tugas
Karakteristik kelompok menurut Hargreavest (1975) adalah:
1) Anggotanya memiliki hubungan tatap muka
2) Terdapat lebih dari satu anggota
3) Anggotanya memiliki tujuan atau maksud bersama
4) Anggotanya dibeda-bedakan kedalam struktur
5) Anggotanya menganut sekumpulan norma-norma
Sekarang bagaimana kekompakan sutu kelompok didasarkan besar
kecilnya kelompok?
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

a. Kekompakan kelompok besar lebih lemah jika dibandingkan


dengan kelompok kecil
b. Kekompakan kecil mempunyai karakteristik kekompakan yang
unik diantar anggotanya
Kekompakan besar cenderung lebih resmi
Apa kemudian fungsi-fungsi organisasi yang dapat dicapai oleh
kelompok agar kelompok tetap kompak? Handy (1985) membagi 10
fungsi fungsi organisasi yang dapat dicapai oleh kelompok yang kompak,
yakni:
a. Pembagian kerja
b. Penyesuaian masalah dan pengambilan keputusan
c. Pengolahan informasi
d. Pengumpulan informasi dan ide
e. Pengelolaan dan pengendalian kerja
f. Menguji dan meratifikasi keputusan
g. Koordinasi dan penghubung
h. Meningkatkan komitmen dan keterlibatan
i. Penyelesaian konflik
j. Penyelidikan ke masa lalu
Sifat dari kelompok Charles H. Cooley membuat penggolongan kelompok
sosial dalam penggolongan utama yaitu:
1) Primary Group: kelompok primer lebih intensif dan lebih intensif
dan lebih erat antara anggotanya (Face to Face)
Kelompok primer penting, karena di sinilah manusia pertama-tama
dididik dan berkembang menjadi manusia sosial, memperoleh
kerangka untuk mengembangkan sifat-sifat sosial: mengindahkan
norma-norma, melepaskan kepentingan diri demi kepentingan
kelompok sosialnya, ingin belajar dan bekerja sama dengan orang
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

lain. Sifat komunikasi kelompok bercorak kekeluargaan dan


berdasarkan simpati.
2) Secondary Group: kelompok sekunder
Komunikasi dalam kelompok sekunder merupakan komunikasi
dalam hubungan yang tidak langsung, tidak akrab, kurang bersifat
kekurangan dan bersifar formal, lebih objektif. Dalam
berkomunikasi kelompok ini ada beberapa prinsip agar efektif:
a. Suasana: hendaknya memberi kesan kepada semua anggota
bahwa mereka dianggap setaraf.
b. Rasa aman atau thred reduction: berkomunikasi dengan rasa
aman tanpa ancaman dari anggota yang lain. Kecurigaan dari
anggota yang lain akan menghambat produktivitas, oleh
karena kecurigaan dan ketakutan menyebabkan seseorang
tidak ikut serta dengan seluruh kemmapuannya.
c. Kesadaran berkelompok: komunikasi dalam kelompok
dengan menimbulkan pengertian akan kebutuhan anggota
kelompok masing-masing dalam perannya pada kelompok itu,
dan akan memahami kebutuhan teman-temannya, serta
dirinya sendiri dalam timbal baliknya hubungan anggota
kelompok. Saling pengertian dan saling merasa keperluan
anggota lainnya merupakan syarat penting agar tercapai
kerjasama yang produktif antara anggota kelompok. Jadi
anggota kelompok harus belajar mengerti dan merasakan
keperluan anggota lainnya, apabila ingin bekerja secara
efektif.
Agar kegiatan kelompok bisa efektif bidan perlu mencermati materi
yang akan disampaikan sesuai kebutuhan dan bermanfaat bagi anggota
kelompok. Para anggota kelompok baik itu ibu-ibu, dukun bayi, toma,
kader sdb mereka termasuk orang dewasa. Selain penjelasan yang masuk
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

akal orang dewasa juga sudah berpengalaman dan cenderung menganalisa


sesuatu berdasarkan pengalaman mereka. Hal-hal ini perlu disadasari oleh
Bidan agar kegiatan berjalan efektif dan diterima kelompok (S Astrid,
1977).

D. Pengorganisasian Kegiatan Kelompok


Langkah-langkah penyelenggaran kegiatan kelompok:
1) Merencanakan pengorganisasian kegiatan kelompok
2) Evaluasi kegiatan
3) Mempersiapkan tempat
4) Mempersiapkan ruangan dan perlengakapan
5) Persiapan alat tulis, alat bantu visual, materi cetak dalam jumlah
yang cukup
6) Pengeras suara baik
7) Meletakkan alat bantu sesuai keinginan
8) Melaksanakan kegiatan
Sebuah kegiatan kelompok yang baik harus mempunyai struktur
berkesinambungan. Oleh karena itu, menurut Tyastuti (2010), setiap
kegiatan kelompok mempunyai bagian-bagian sbb:
a. Pembukaan yang Efektif
1) Pembukaan akan menentukan jalannya presentasi/diskusi
kelompok pembukaan dapat membuat sukses atau
menggagalkan kegiatan tersebut, pembukaann yang baik akan
menarik perhatian segera
2) Membina hubungan baik dengan peserta
3) Memperkenalkan topik, tujuan kegiatan dan mengapa penting
untuk dibahas
4) Mengantisipasi kelanjutan presentasi/diskusi
b. Bagian Utama Kegiatan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

Mencakup materi-materi utama yang perlu diberikan selama


kegiatan
c. Bagian Penutup
Merupakan bagian terpenting dari seluruh kegiatan. Biasa
dilakukan dengan meringkas. Keterampilan mengakhiri
merupakan teknik dalam proses konseling. Mengakhiri ini dapat
dilakukan dengan cara:
1) Mengatakan bahwa waktu sudah habis
2) Merangkum isi pembicaraan
3) Menunjukkan pada peretemuan yang akan datang
4) Berdiri
5) Isyarat gerak tangan
6) Menunjukkan catatan-catatan singkat
7) Memberikan tugas-tugas tertentu
d. Mengevaluasi Kegiatan
Evaluasi terjadi pada setiap tahap dari kegiatan kelompok.
Merupakan bagian penting dalam komunikasi karena dapat:
1) Mengetahi kebutuhan peserta untuk memeprsiapkan
2) Menganalisa kebutuhan para peserta untuk mempersiapkan
pembicaraan di masa mendatang
3) Memperbaiki pelaksanaan kegiatan yang akan datang
4) Mengetahui dampak kegiatan yang akan datang
5) Mengetahui dampak kegiatan kelompok dan menentukan
apakah tujuan telah dicapai.

E. Membangun Tim atau Kelompok/Team bulding


Pengertian
1. Team building adalah suatu upaya yang dibuat secara sadar untuk
mengembangkan kerja kelompok dalam suatu organisasi.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

2. Perlunya membangun tim/team building


Pada prinsipnya kita memerlukan team building untuk memperbaiki
kinerja kelompok yang kita miliki, namun ada beberapa kondisi yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan team building antara lain:
a. Kondisi kelompok yang memerlukan peningkatan moralitas
dan hasil kerja tim
b. Puncak pimpinan yang jarang berfikir dan bertindak sebagai
bagian sebuah kelompok
c. Terjadi kurang pengertian antara sesama anggota kelompok,
tidak ada arahan dan semangat kerja yang timbul dalam suatu
kelompok sehingga kelompok kehilangan arah kerja
d. Dalam kelompok baru terdapat beberapa individu yang
menonjol tapi tidak dapat bekerja bersama dalam kelompok
e. Kurangnya rasa percaya diri antara sesama tim dan adanya
ketidaktahuan akan kemungkinan peluang yang dapat
dilakukan oleh anggota tim.
3. Manfaat Membangun Tim/Team Building
Team building yang dilakukan secara benar dan berkesinambungan
akan memberikan hasil perubahan yang sering kali jauh lebih baik dari
dugaan semula. Adapun manfaat team building menurut Wiryanto
(2006), sbb:
A. Bagi Pimpinan Tim/Kelompok
a. Pimpinan tim akan menjadi lebih kuat dan lebih efektif
b. Pimpinan tim utama menyesuaikan gaya kepemimpinannya,
dengan lebih memperhatikan kepentingan dan tanggung
jawab kelompok dibandingkan kepentingan pribadi
c. Terdapat apresiasi yang lebih besar dari pimpinan tim
terhadap kebutuhan anggota tim dan bagian-bagian dalam tim
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

d. Pimpinan menjadi lebih mampu untuk berkomunikasi secara


langsung kepada anggota tim sehingga terjadi hubungan
pengertian yang lebih baik antara pimpinan dan anggota tim
e. Pimpinan tim memiliki inisiatif untuk lebih memahami
prakasa anggotanya
f. Pimpinan mempunyai komitmen yang lebih tinggi terhadap
sasaran kerja dan memiliki harapan yang lebih besar.
B. Bagi Individu Anggota Tim/Kelompok
a. Sebagai besar individu memiliki pendekatan yang lebih persuasif,
toleransi menjadi lebih tinggi dan memiliki kepercayaan untuk
mengajukan argumentasi tanpa terikat oleh hierarki
b. Komunikasi dan dialog antar sesama anggota kelompok menjadi
lebih bebas dan terbuka, yang selama ini menjadi salah satu
hambatan utama dalam perkembangan kelompok
c. Terdapat ‘ruang’ yang lebih terbuka untuk mengakui beberapa
kelemahan-kelemahan pribadi, bahkan kadang kala tidak jarang
yang mengundurkan diri karena kesadaran sendiri.
d. Banyak masalah antara pribadi sesama anggota tim/kelompok
selama ini mengganjal dapat dipecahkan dengan lebih mudah
karena keterbukaan semua anggota tim
C. Bagi Pelaksana Kerja Tim/Kelompok
a. Pertemuan tim/kelompok menjadi lebih struktur dan efektif
b. Hasil yang diperoleh lebih dapat diterima dan terdistribusi dengan
baik kepada sesama peserta
c. Terjadi perbaikan kerja dalam mencapai sasaran, peningkatan
kemampuan dalam mengevaluasi individu dan kelompok dengan
cara yang lebih profesional
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

d. Tingkat komunikasi dalam dan antara kelompok menjadi lebih


komprehenshif dan efektif, walaupun dalam kondisi lingkungan
yang kurang menguntungkan
e. Komitmen yang lebih kuat terdapat sasaran-saran baru
f. Terciptanya otonomi yang lebih besar pada tingkat manajemen
g. Lebih banyak waktu digunakan untuk bekerja untuk bekerja sama
dengan kolega dan bekerja sama dalam mencapai tujuan.
F. Strategi Bidan untuk Membantu Kelompok yang Negatif Sesuai
Tipe Kelompok
Adapun pendapat para ahli tentang strategi bidan untuk membantu
kelompok yang negatif sesuai tipe kelompok adalah sebagai berikut:
1. Menurut Smith dan Bass (1982)
a. Menciptakan perasaan yang dimiliki
b. Menciptakan lingkungan yang peka
c. Mendorong partisipasi dan kontribusi
d. Menghargai pendapat yang berbeda
e. Menciptakan perasaan komitmen
2. Menurut Tarigan (2002):
a. Tipe Pasif
Strategi bidan adalah: mengajukan pertanyaan langsung
pada peserta; meminta berbagi perasaan dengan
pasangannya; meminta untuk menulis komentar;
memberikan insentif; mengubah metode penyampaian.
b. Tipe Agresif
Strategi bidan adalah: mengajukan pertanyaan tentang
penyebab agresif; memberi kesempatan untuk
mencurahkan perasaan dirinya; tidak menggangap orang
tersebut sebagai wakil kelompok; mempresentasikan data;
memprakarsai diskusi secara pribadi.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

c. Tipe Banyak Bicara


Strategi bidan adalah: memberi tanggung jawab tertentu
dan memberikan kesempatan berperan sebagai pemimpin
kelompok; menghindarkan pandangan atau menghadapkan
tubuh pemandu ke arah peserta lain; beritahu dengan cara
yang halus; memberi tugas secara tertulis.
d. Tipe Pesimis
Strategi bidan adalah: menjadi pendengar yang aktif;
memberi jawaban yang positif; menanyakan pendapat
anggota lainnya tentang pendapat orang tersebut.

Proses Pengorganisasian
Langkah-langkah dalam proses pengorganisasian menurut Stoner (1996)
dan Deddy Mulyana (2005) terdiri dari lima langkah:
a. Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan organisasi
b. Membagi beban kerja ke dalam kegiatan-kegiatan yang secara
logis dan memadai dapat dilakukan oleh seseorang atau oleh
sekelompok orang.
c. Mengkombinasi pekerjaan anggota perusahaan dengan cara yang
logis dan efisien
d. Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan anggota
organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis
e. Memantau efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah
penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan
efektivitas.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

BAB KONSEP PENGAMBILAN


KEPUTUSAN
VIII

A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami konsep pengambilan keputusan

B. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari
pengambilan keputusan
2) Untuk mengetahui dan memahami teori-teori pengambilan
keputusan teori pengambilan keputusan teori pengambilan
keputusan
3) Untuk mengetahui memahami dan mempraktikan model
pengambilan keputusan model pengambilan keputusan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

A. Pengertian
Proses pengambilan keputusan bisa juga diartikan sebagai pemilihan
alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif yang tersedia. Proses
pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam
praktik suatu profesi dan keberadaanya sangat penting karena akan
menentukan tindakan selanjutnya. Menurut Terry, pengambilan keputusan
adalah memilih alternatif yang ada. Sedangkan pengambilan keputusan
klinis yang dibuat oleh seorang tenaga kesehatan sangat menentukan
kualitas pelayanan kesehatan. Pengambilan keputusan klinis dapat terjadi
mengikuti suatu proses yang sistematis, logis, dan jelas. Proses
pengambilan keputusan klinis dapat dijelaskan, diajarkan, dan dipraktikkan
secara gamblang. Kemampuan ini tidak hanya tergantung pada
pengumpulan informasi, tetapi tergantung juga pada kemampuan untuk
menyusun, menafsirkan, dan mengambil tindakan atas dasar informasi
yang didapat saat pengkajian. Kemampuan dalam pengambilan keputusan
klinis sangat tergantung pada pengalaman, pengetahuan, dan
latihan/praktik. Beberapa faktor ini nantinya akan sangat berpengaruh
dalam pengambilan keputusan klinis yang dibuat sehingga menentukan
tepat tidaknya tindakan yang petugas kesehatan berikan pada klien (Deddy
Mulyana, 2005).

B. Teori-Teori Pengambilan Keputusan

Akhir dari proses konseling akan menemukan titik permasalahan dan


mempertimbangkan pengambilan keputusan yang tidak merugikan
pihak manapun. Sehingga menurut Suryani (2005), hadirlah berbagai
teori dalam pengambilan keputusan di antaranya:
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

1. Teori Utilitarisme

Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan,


meminimalkan ketidaksenangan. Kebenaran ataupun kesalahan
tindakan semata-mata berdasar pada konsekuensi dari perbuatan
itu. Prinsip dari teori ini adalah kegunaan, bahwa tindakan moral
yang benar adalah tindakan yang menghasilkan hasil terbaik
sebagai penentu perspektif. Ini memberi hasil yang seimbang pada
setiap kelompok. Contohnya: pembunuhan, aborsi ataupun
infanticide, mungkin disebarkan jika dalam kondisi tertentu.
2. Teori Deontology
Menurut Kant, sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik. Nilai
dari teori Deontology adalah mengingatkan kita pentingnya
rasional dalam pertimbangan dan standar moral bebas dari
konsekuensi. Contoh: bila berjanji ditepati, bila pinjam harus
dikembalikan
3. Teori Hedonisme
Menurut Aristippos, sesuai kodratnya, setiap manusia mencari
kesenangan dan menghindari ketidaksenangan. Menurut
kodratnya, setiap manusia mencari kesenangan. Kesenangan disini
tidak hanya inderawi tapi juga bebas dari nyeri dan keresahan
jiwa. Tujuan akhir manusia adalah kesenangan. Baik akan
meningkatkan kesenangan, sedangkan jahat mengurangi
kesenangan.
4. Teori Eudemonisme

Menurut Filsuf Yunani Aristoteles, dalam setiap kegiatannya


manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik
bagi dirinya. Setiap kegiatan, manusia mengejar tujuan, dan tujuan
akhir manusia adalah kebahagiaan.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

5. Teori Kebaikan

Teori kebaikan berisi gagasan bahwa kebenaran atau kesalahan


dari tindakan didasari dari motif seseorang melakukan tindakan.
Kebaikan yang dibahas mengacu pada kemampuan untuk
mencapai moral dan sifat yang baik yaitu moral yang bernilai
seperti kejujuran, integritas lemah lembut serta ketajaman.

C. Model Pengambilan Keputusan


Adapun model pengambilan keputusan keputusan yang baik
adalah yang berdasarkan kepentingan klien dan pada saat yang
bersamaan juga menunjukkan integritas orang-orang yang terlibat.
Bidan mempunyai kewajiban moral terhadap klien mereka, terhadap
pimpinan mereka, dan kepada penyedia pelayanan primer, sehingga
bidan harus menentukan faktor tantangan ketika membuat keputusan.
Tanggung jawab logika etika adalah rasional dan sistemik. Ini harus
berdasarkan pada prinsip etika dan kode etik dari pada emosi, intuisi,
kebijakan yang telah ada atau preseden.
Ada beberapa model pengambilan keputusan ketika bidan akan
memutuskan suatu masalah klien.
1. Model Thompson and Thompson Menurut Thompson and
Thompson (1985), dalam pengambilan keputusan suatu masalah
harus memenuhi prinsip-prinsip seperti di bawah ini:
a. Identifikasi aspek moral dari pelayanan kebidanan
b. Kumpulkan fakta relevan sehubungan dengan isu moral
c. Klarifikasi dan terapkan nilai personal
d. Pahami teori dan prinsip etika
e. Gunakan sumber komponen interdisiplin
f. Ajukan alternatif tindakan
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

g. Terapkan kode etik untuk membantu mengarahkan tindakan


h. Partisipasi aktif dalam memecahkan isu
i. Terapkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang ada
j. Evaluasi tindakan yang telah ditentukan
2. Model Cassells and Redman
Bidan dalam pengambilan keputusan juga bisa menggunakan
langkah seperti berikut ini:
a. Identifikasi aspek moral dari pelayanan kebidanan
b. Kumpulkan fakta relevan sehubungan dengan isu moral.
c. Klarifikasi dan teraspkan nilai personal
d. Pahami teori dan prinsip etika
e. Gunakan sumber komponen interdisiplin
f. Ajukan alternatif tindakan.
g. Terapkan kode etik untuk membantu mengarahkan tindakan.
h. Partisipasi aktif dalam memecahkan isu
i. Terapkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang ada
j. Evalusi tindakan yang telah ditentukan.
3. Model Single
Pada model ini, dalam pemecahan masalah melalui 6 tahapan, yaitu:
a. Clearly state the problem (menyatakan masalah dengan jelas/tepat)
b. Get the facts (mencari fakta)
c. Consider the four priinciples (mempertimbangkan 4 prinsip)
dalam prinsip etika yaitu otonomi, benefisien, non-malefisien dan
keadilan.
d. Identify ethical conflicts (identiikasi konflik etika)
e. Consider the law (mempertimbangkan hukum)
f. Making the ethical decision (membuat keputusan etik).
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

4. Moral “Model”

Model yang dikembangkan oleh Halloran dan diberkenalkan di


Amerika Utara yang digunakan untuk mendisiplinkan dalam
kelompok pengambilan keputusan.
5. Pendekatan Tradisional dalam Pengambilan Keputusan
Pendekatan yang biasanya bidan atau tenaga kesehatan gunakan
dalam penerapan pengabilan keputusan, di antaranya:
a. Mengenal dan mengidentifikasi masalah.
b. Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa
lalu dan sekarang.
c. Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.
d. Mempertimbangkan pilihan yang ada.
e. Mengevaluasi pilihan tersebut.
f. Memilih solusi dan menetapkan atau melaksanakannya.
6. Proses Untuk Memecahkan Masalah Etika

Mendapatkan solusi dari masalah yang dialami oleh pasien, tentunya


hal yang menjadi prioritas pertama bagi bidan atau tenaga
kesehatan. Dalam pemecahan masalah terkait dengan nilai etika,
Juliane (2010) memaparkan beberapa proses, di antaranya:
a. Kenali dilema etika
b. Kumpulkan informasi yang faktual dan relevan
c. Klarifikasi kontek individu dari dilema etika
d. Identifikasi dan klarifikasi konsep etika
e. Bangun dan evaluasi argumen untuk tiap isu
f. Buat keputusan/tindakan.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

LATIHAN SOAL KASUS

PETUNJUK SOAL.
1. Bacalah soal dengan cermat.
2. Saudara harus menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan kehamilan
3. Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan
memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D dan E pada lembar
jawaban yang sudah disediakan.

Seorang perempuan berumur 27 tahun datang kebidan praktek swasta,


untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya, ini kehamilan yang
pertamanya dan sudah menikah selama 2 tahun dan tidak pernah
melakukan pemeriksaan kehamilan sebelumnya sampai umur
kehamilannya sekarang yang sudah 36 minggu. Ibu ini datang dengan
keluhan bayinya tidak bergerak selama satu hari dan merasa cemas tentang
keadaan bayinya.
1. Dari kasus di atas yang dimaksud dengan “komunikasi efektif bidan-
pasien” adalah....
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

a. Hubungan yang berlangsung antara bidan dengan pasiennya


selama proses pemeriksaan/pengobatan/perawatan yang terjadi di
ruang praktik perorangan/poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas
dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan
pasien.
b. Pengembangan hubungan bidan secara efektif yang berlangsung
secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi dalam
rangka membangun kerja sama antara bidan dengan pasien
c. Pengetahuan dan keterampilan mengenai komunikasi yang
mengikuti langkah-langkah komunikasi, mulai dari memberi
perhatian sampai menyimpulkan hasilnya.
d. Konsultasi masalah kesehatan antara bidan dan pasien yang
dapat menghasilkan satu kesimpulan
e. Konsultasi masalah kesehatan antara bidan dan pasien

Hubungan antara klien dan bidan hanya sebatas pemebrian konseling saja.
Seorang ibu datang kebidan praktek swasta bersama suaminya, hamil anak
kedua dan memiliki riwayat abortus sebelumnya, umur kehamilannya
sekarang sudah 37 minggu 2 hari, keluhan yang dirasakan sakit perut
tembus belakang dan sudah ada pelepasan lendir darah sejak 2 hari yang
lalu, KU lemah, TD 90/60, nadi 100x/mnt, suhu 37ºC, Pernapasan
24x/mnt, suami klien merasa panik dan memukul meja meminta bidan
untuk merujuk istinya ke rumah sakit secepatnya.
2. Dari kasus diatas perbuatan atau tingkah laku yang ditunjukkan oleh
suaminya melalui bahasa atau kata-kata dan dicerminkan dengan
intonasi, kecepatan bicara merupakan?
a. Pengamatan objektif
b. Penafsiran
c. Tingkah laku verbal
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

d. Tingkah laku non verbal


e. Tingkah laku verbal dan non verbal

Pasangan suami istri datang ke puskesmas terdekat untuk memeriksa


kandungan sang istri. Istri pak Suwarto sedang hamil anak pertama dan
berusia 5 bulan dan tiba di puskesmas pasutri tersebut disambut dengan
baik oleh bidan. Kemudian terjadi percakapan antara istri dengan bidan
tersebut tentang masalah yang dialami Pasutri tersbut?
3. Jenis komunikasi dan konseling mengenai apakah yang terjadi pada
kasus diatas?
a. Konseling tanda kehamilan
b. Konseling istri pak Suwarto
c. Konseling memeriksa kandungan
d. Konseling Pra nikah
e. Konseling ibu hamil

Seorang perempuan bekerja sebagai manager disalah satu hotel ternama di


Samarinda yang berusia 27 tahun datang dengan keluhan ingin mengganti
alat kontrasepsi dengan tujuan ingin menunda kehamilan (mengatur jarak
usia anak). Ibu tersebut mempunyai 1 orang anak yang berusia 1 tahun
dengan riwayat kehamilan.
4. Konseling apakah yang terjadi pada kasus di atas?
a. Mengganti KB alat kontrasepsi
b. Mengubah keinginan untuk berhenti ber KB
c. Mengeluh karena KB
d. Merasa sedih dengan KB tersebut
e. Tetap menggunakan KB yang sekarang
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

Sebelum memeriksa pasien dan melakukan pengobatan terhadap pasien


tenaga medis harus memberikan: pengertian pertanyaan yang diajukan
adalah diagnosis yang tepat, memberikan informasi mengenai keadaan
pasien, menggunakan bahasa yang sederhana, tidak menutupi informasi.
5. Termasuk kasus apakah yang terjadi di atas?
a. Konseling antara klien dan konselor
b. Langkah seorang kesehatan berkomunikasi
c. Komunikasi efektif sebelum melakukan pengobatan
d. Komunikasi yang edukatif
e. Komunikasi kooperatif

Seorang suami datang ke puskesmas untuk memeriksa bagian matanya


yang mengalami kesakitan. Lalu konselor melayani klien yaitu pak
Ridwan tersebut dengan cara memberi penjelasan, misalnya memberi salap
mata, lalu mencontohkan cara pemberian salap pada mata, lalu
mencontohkan cara pemberian salap mata yang mengalami kesakitan dan
memberi kesempatan kepada pak Ridwan untuk mempraktikkan yang telah
diajarkan konselor.
6. Termasuk Kasus apakah di atas?
a. Komunikasi efektif konselor dengan klien
b. Bimbingan perawatan mata
c. Penerapan dan pengobatan
d. Pencegahan penyakit mata
e. Langkah dasar memberikan nasehat atau penyuluhan pada klien

Seorang perempuan berumur 35 tahun datang ke klinik perempuan


tersebut. Memiliki masalah tentang KB yang ingin dipakainya. Dia
bingung KB apa yang cocok untuk dirinya karena belakangan ini banyak
KB yang memiliki efek samping yang luar biasa.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

7. Bagaimana cara konselor menyikapi kasus pada perempuan tersebut?


a. Menyuruhnya untuk mengganti KB
b. Menyarankan untuk meminum pil KB
c. Melakukan suntik KB 1 bulan
d. Menyarankan agar tidak melakukan KB
e. Melakukan komunikasi efektif

Di dalam suatu kelompok yang sedang melakukan kerjasama ada seorang


teman kelompoknya tidak aktif dalam melakukan kerjasama bersama
teman kelompoknya yang lain
8. Apakah solusi yang anda lakukan kepada teman kelompok yang tidak
ikut bekerja sama…
a. Mengeluarkannya dari kelompok
b. Memarahinya
c. Tidak mengannggapnya sebagai teman lagi
d. Tidak menulis namanya di dalam kelompok
e. Bertanya kepadanya “apa yang sedang kepada anda sehingga tidak
mengikuti kerjasama dalam kelompok.

Seorang siswi SMP berinisial MR menjadi korban pengoroyokan oleh


siswi Smp dari sekolah yang berbeda di Palopo. Kasus ini berawal dari
masalah sindir-menyindir di facebook. Siswi SMP yang dikeroyok
mengalami sejumlah luka di tubuhnya. Akibatnya siswi tersebut harus
menjalani perawatan di rumah sakit. Dari contoh di atas seorang siswi
tersebut pasti akan mengalami gangguan pada mentalnya.
9. Cara apakah yang digunakan Konselor untuk menyelesaikan kasus
tersebut?
a. Komunikasi verbal
b. Komunikasi non verbal
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

c. Komunikasi efektif
d. Komunikasi rasional
e. Komunikasi teraupetik

Seorang perempuan di puskesmas dengan kondisi pusing, mual-mual,


lemas. Perempuan tersebut sedang hamil 2 bulan dan ini merupakan
kehamilan pertama baginya. Perempuan tersebut datang berkonsultasi
dengan bidan mengapa dia sering mengalami pusing disertai mual-mual di
kehamilan pertamanya.
10. Apakah respon bidan/konselor terhadap perempuan tersebut?
a. Konselor merespon dengan cara “ini adalah hal yang wajar dan
umum terjadi kepada ibu yang sedang mengalami kehamilan
pertama
b. Mengabaikan perempuan tersebut
c. Menyuruhnya untuk pulang
d. Tidak melayani/meresponnya
e. Menyuruh perempuan tersebut untuk meminum obat mual

Seorang perempuan berumur 38 tahun memiliki 5 anak dengan riwayat


keguguran 2 kali. Datang ke bidan praktik swasta untuk menjadi akseptor
KB. Seorang wanita ini bingung ingin memilih KB yang dianggap paling
cocok untuknya, karena takut hamil kembali.
11. Sikap bidan sebagai konselor dalam membantu klien untuk
memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang benar yaitu?
a. Langsung memberi klien jenis suntikan KB.
b. Menyiapkan beberapa jenis kontrasepsi dan menjelaskan efek
sampingnya.
c. Menyuruh klien memilih jenis KB yang harganya mahal.
d. Menyarankan klien memilih jenis KB pil saja
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

e. menyarankan klien memilih kontrasepsi hormonal.

Seorang perempuan nonverbal berumur 29 tahun, datang ke bidan praktik


untuk konsultasi mengenai pemakaian susuk KB yang sudah terpasang
selama 3 tahun. Selama pemakaian pertama klien merasa nyaman, tetapi
setelah 2 bulan terakhir ini klien merasa sering nyeri pada daerah yang
terpasang susuk. Klien merasa bingung dan ingin melepas susuk tersebut
tapi disisi lain klien juga merasa khawatir jika melepas susuk tersebut akan
hamil lagi.
12. Bentuk komunikasi nonverbal yang ditunjukkan oleh bidan dalam
kasus diatas, agar klien mengerti tentang letak susuk dan posisi nyeri
yang dialami ibu adalah kecuali?
a. Bahasa Tubuh
b. Tanda
c. Tindakan/Perbuatan
d. Perkataan secara tertulis
e. Kode

Seorang perempuan berumur 27 tahun datang ke bidan praktik swasta


untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya, ini kehamilan pertamanya
dan sudah menikah sudah selama 2 tahun dan tidak pernah melakukan
pemeriksaan kehamilan sebelumnya sampai umur kehamilannya sekarang
yang sudah 36 minggu. Ibu ini datang dengan keluhan bayinya tidak
bergerak selama satu hari dan merasa cemas tentang keadaan bayinya.
13. Berikut ini yang tidak merupakan contoh hasil komunikasi efektif
adalah….
a. Pasien merasa bidan menjelaskan keadaan sesuai tujuan
pengobatannya.
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

b. Pasien merasa bidan mendengar keluahannya dan mau memahami


keterbatasan kemampuannya dan bersama mencari alternative
sesuai kondisi dan situasinya, dengan segala konsekuensinya.
c. Pasien mau bekerja sama dengan bidan dalam menjalankan upaya
pengobatan.
d. Pasien merasa dirinya kurang puas dengan pelayanan yang bidan
berikan, dan memilih untuk berobat ke dokter.
e. Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan alternatif atau
komplementer atau menyembuhkan sendiri.

Seorang perempuan datang ke bidan praktik swasta bersama suaminya. Ibu


itu sedang hamil anak kedua dan memiliki riwayat abortus sebelumnya,
umur kehamilannya sekarang sudah memasuki usia 37 minggu 2 hari,
keluhan yang dirasakan sakit perut tembus belakang dan sudah ada
pelepasan lender darah sejak dua hari yang lalu, KU lemah, TD 90/60, nadi
100x/menit, suami klien merasa panik dan memukul meja meminta bidan
untuk merujuk istrinya ke rumah sakit secepatnya
14. Kepekaan dalam observasi bidan terhadap kejadian diatas merupakan
hal yang paling mendasar dalam membina?
a. Komunikasi Bijaksana
b. Komunikasi Efektif
c. Komunikasi Terpadu
d. Komunikasi Teraupetik
e. Komunikasi Interpersonal

Seorang ibu datang ke bidan praktek swasta bersama suaminya hamil anak
kedua dan memiliki riwayat abortus sebelumnya umur kehamilannya
sekarang sudah 37 minggu 2 hari keluhan yang dirasakan sakit perut
tembus belakang dan sudah ada pelepasan lendir darah sejak 2 hari yang
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

lalu, KU lemah, TD 90/60, nadi 100 kali/menit, suhu 37C, pernafasan 24


kali permenit, suami klien panik dan memukul meja meminta bidan untuk
merujuk istrinya ke rumah sakit secepatnya.
15. Dari kasus diatas perbuatan atau tigkah laku yang ditunjukkan
suaminya melalui bahasa atau kata-kata dan dicerminkan dengan
intonasi, kecepatan bicara merupakan...
a. Pengamatan objektif
b. Penafsiran
c. Tingkah laku verbal
d. Tingkah laku non verbal
e. Tingkah laku verbal dan non verbal

Seorang wanita berumur 28 tahun memiliki anak 5, riwayat keguguran 2


kali datang kebidan praktik swasta untuk menjadi akseptor KB, wanita ini
bingung ingin memilih KB yang dianggap paling cocok untuknya, karena
takut hamil kembali.
16. Sikap bidan sebagai konselor dalam membantu klien untuk memilih
dan memutuskan jenis kontrasepsi yang benar adalah...
a. Langsung memberi klien jenis suntikan KB
b. Menyiapkan beberapa jenis kontrasepsi dan menjelaskan efek
sampingnya
c. Menyuruh klien memilih jenis KB yang harganya mahal
d. Menyarankan klien untuk KB pil saja
e. Menyarankan klien memilih kontrasepsi hormonal

Seorang perempuan umur 17 tahun baru menikah satu bulan bersama


suaminya datang kebidan bermaksud menunda kehamilan 6 bulan dengan
ikut KB saat ini Ny. S haid hari ke 4
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

17. Untuk menentukan alakon pasangan tersebut bidan perlu melakukan


konseling tentang?
a. Cara kerja alat kontrasepsi
b. Efek samping alat kontrasepsi
c. Lama menggunakan alat kontrasepsi
d. Pemasangan alat kontrasepsi
e. Macam-macam alat kontrasepsi

Seorang perempuan usia 35 tahun sudah memiliki 2 orang anak, 3 tahun


dan 1 tahun datang ke puskesmas untuk ber KB hasil pengkajian pasien
belum pernah ber KB pada dokumentasi bidan menggaris bawahi usia
pasien
18. Apakah alasan bidan menganggap usia penting di perhatikan pada
kasus tersebut....
a. Usia 35 tahunan batas resiko
b. Pasien terlambat ber KB
c. Pasien belum pernah ber KB
d. Karena pasien sudah memiliki 2 anak
e. Untuk penentuan alternatif KB yang dipilih
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

KUNCI JAWABAN

NO KET NO KET

1 B 11 B

2 C 12 D

3 E 13 E

4 A 14 B

5 C 15 C

6 E 16 B

7 E 17 E

8 E 18 E

9 E

10 A
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

DAFTAR PUSTAKA

1. Anggorowati, Rokhmah, A.N. 2017. “Komunikasi Efektif Dalam


Praktek Kolaborasi Interprofesi Sebagai Upaya Meningkatkan
Kualitas Pelayanan”. Journal of Health Studies. 1(1). 65-71.

2. Dalami. 2012. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik


Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Komunikasi


Efektif. Jakarta: Depkes RI

4. Deddy Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.


Bandung: Remaja Rosdakarya

5. Fitramaya, Uripmi. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.

6. IBI, 2003. 9 Modul Kebidanan (Modul Pelatihan Konseling Bagi


Bidan Pada Klinik IBI).Jakarta

7. Jalaludin Rakhmat. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

8. K.M., Rochmah. 2002. Komunikasi & Konseling dalam Asuhan


Kebidanan. Jakarta : EGC

9. Lindawati, Rita Dwi. 2014. “Komunikasi Intrapersonal Sebagai


Pondasi Komunikasi Interpersonal” (Online)
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/148-artikel-
bea-dan-cukai/19683komunikasi-intrapersonal-sebagai-pondasi-
komunikasi-interpersonal. (diakses 18 Maret 2016).
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

10. Lestari, A. 2010. Buku Saku Kominikasi Dan Konseling Dalam


Praktik Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

11. M.Taufik Juliane. 2010. Komunikasi Terapeutik Dan Konseling


Dalam Praktik kebidanan. Jakarta selatan: Salemba Medika

12. MNH. 2002. Bab Pelatihan Keterampilan Komunikasi


Interpersonal/konseling. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

13. Nurmala, Rina, Syarif Maulana & Arie Prasetio. 2016.


Komunikasi Verbal dan Nonverbal Dalam Proses Kegiatan Belajar
Mengajar, jurnal . Universitas Telkom, Fakultas Komunikasi dan
Bisnis. Vol.3 No.1 April 2016,
https://repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/107361/jurn
al_eproc/komunikasi-verbal-dan-nonverbal-dalam-proseskegiatan-
belajar-mengajar-studi-kasus-padaproses-kegiatanbelajarmengajar-
di-rumah-bintang-gangnangkasuniwastukencana-bandung.

14. Priyanto, A. 2009. Komunikasi dan Konseling: Aplikasi dalam


Sarana Pelayanan kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta:
Salemba Medika

15. Rakhmat, Jalaudin.1966.Psikologi Komunikasi.Bandung:Remaja


Rosdakarya.

16. Muhammad, Arni. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi


Aksara.

17. Romauli, Suryati. 2013. Komuniksi Kebidanan. Jakarta: Trans Info


Media

18. Romlah, Tatiek. 2016. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok.


Malang

19. Sunarni Neli, D Tina, Judistiani, dkk. 2016. “Hubungan


Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh
Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik
Mandiri”. Jurnal IJEMC. 3(2).

20. S Astrid. 1977. Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek. Bandung :


Binacipta
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

21. Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik: Teori dan Praktik. Jakarta:


EGC

22. Tyastuti, S., Kusmiyati, Y., & Handayani, S. 2010. Komunikasi


dan Konseling dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta:

23. Uripni, C.L. 2012. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.

24. Wiryanto, DR., 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan

Ketiga. Jakarta: PT Grasindo.

25. Wahyunigrum, Ema dan Yogi Andhi Lestari. 2010. Buku Saku
Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta :
Trans Info Media.

26. Wulandari. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik


Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

27. Yulifah & Yuswanto, Y. 2009. Komunikasi dan Konseling Dalam


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

TENTANG PENULIS

Israini Suriati, S.ST., M.Keb. Lahir di Cilellang,


20 Februari 1989. Merupakan dosen Prodi DIII
Kebidanan Universitas Muhammadiyah Palopo.
Penulis saat ini tinggal di Lorong Toangkajang,
Desa Saluparemang Selatan, RT. 01 RW. 01. Kec.
Kamanre, Kab. Luwu, Sul-Sel. Penulis
menempuh pendidikan formal di SD Negeri 249
Turangan Datu (996-2001), SLTP Negeri 1,
Cilallang (2001 – 2004), SMA Neg.1 Belopa
(2004-2007), D-3 Kebidanan AKBID Muhammadiyah Palopo
(2007 – 2010), D-4 Bidan Pendidik STIKES Mega Buana , Palopo ( 2010
– 2011). Pada tahun 2012 penulis menjadi Laboran AKBID
Muhammadiyah Palopo hingga tahun 2016. Pada tahun 2016, penulis
melanjutkan Studi Magister Ilmu Kebidanan di Universitas Hasanuddin
Makassar dan lulus pada tahun 2018. Pernah menjabat Sekretaris UPM
AKBID Muh.Palopo pada tahun 2017-2019. Penulis menjabat sebagai
sekretaris LPM UM Palopo pada tahun 2019 hingga sekarang.
Pengalaman Organisasi penulis, sejak 2011- sekarang telah
terdaftar sebagai anggota IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Cab. Kota Palopo.
Tahun 2010 hingga 2014 penulis masuk di divisi kesehatan PD. Nasiyatul
Aisyiyah, kemudian di tahun 2014-2018 sebagai Anggota Majelis
Kesehatan PD. Aisyiyah Kota Palopo
Penulis sering mengikuti pelatihan-pelatihan yaitu Pelatihan Perseptor
/ Mentor Clinical Instructur (CI), Palopo, Workshop Nasional Peningkatan
Mutu Dosen Dalam Penyusunan Proposal Penelitian Program Riset
Terapan di Makassar. Pelatihan Kegawatdaruratan dan Resusitasi di
Bahan Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Israini Suriati.& Yusnidar

Palopo. Penerapan Standar Asuhan Kebidanan di Makassar. Metodologi


Penelitian di Palopo. Pelatihan dasar etik peneitian kesehatan dan cara uji
klinik yang baik, UNHAS di Makassar. Penulisan Proposal Penelitian
KEMENRISTEK DIKTI.
Untuk menghubungi penulis dapat melai alamat Email
israinisuriatinugraha200290@gmail.com.

Yusnidar, S.ST., M.Keb, lahir di Kandoa, 12


Februari 1990. Merupakan dosen Prodi DIII
Kebidanan Universitas Muhammadiyah
Palopo. Penulis saat ini tinggal Dsn.
Malenggang, RT/RW 002/001, Desa Puty,
Kec. Bua, Kab. Luwu, Sulsel.
Penulis menempuh pendidikan formal
di SDN 63 Kandoa (1996-2002), SMP Negeri
2 Bua (2002 – 2005), SMAN 1 Bua (2005-
2008), D-3 Kebidanan AKBID
Muhammadiyah Palopo (2008 –2011), D4
Bidan Pendidik Stikes Mega Reski Makassar (2013 – 2014). S2 Kebidanan
Universitas Hasanuddin (2016-2018). Pada tahun 201-2014 penulis
menjadi Bidan di UPTD Puskesmas Cenrana. Telah menjadi dosen di DIII
kebidanan AKBID Muhammadiyah Palopo pada tahun 2014 – 2018.
Pengalaman Organisasi penulis pernah menjadi sekertaris Remaja
Mesjid Nurul Ilmi. Merupakan Anggota Karang Taruna Desa Puty. Penulis
meupakan Anggota Palang Merah Indonesia. Penulis terdaftar sebagai
anggota IBI cabang Palopo dan penulis merupakan Anggota Aisyiyah Kota
Palopo.
Penulis juga telah mengkuti kegiatan-kegiatan pelatihan seperti
Pelatihan Perseptor/Mentor Clinical Instructur (CI) di Palopo . Workshop
Rahasia Menulis Buku Ilmiah Populer di Universitas Muhammadiyah
Palopo. Pelatihan dasar etik peneitian kesehatan dan cara uji klinik yang
baik, UNHAS Makassar dan Pelatihan Penulisan Soal Uji Kompetensi
Bidan Di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Anda mungkin juga menyukai