Anda di halaman 1dari 19

IDENTIFIKASI TENAGA PENDIDIK PENDIDIKAN

NON-FORMAL INSTRUKTUR LKP


(LEMBAGA KURSUS & PELATIHAN)

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Filzah Amelia Syaputri 1104621001

Layli Aisyah 1104621002

Fadillah Putri Intan Nasution 1104621025

Nirsa Ismi Almanda 1104621034

Dosen Pembimbing : Dr. Elais Retnowati, M.Si


Mata Kuliah : Kinerja PTK Professional & Satuan PLS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah mata kuliah Pengembangan Pembelajaran PLS ini dapat tersusun sampai dengan
selesai.

Dalam Penyusunan makalah yang berjudul “Identifikasi Tenaga Pendidik Pendidikan


Non-Formal Instruktur LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan)” ini, kami mendapatkan
banyak hambatan dan tantangan namun dengan bantuan dari berbagai pihak hambatan dan
tantangan itu pun dapat terselesaikan. Oleh karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang sudah terlibat dalam penulisan makalah kali ini.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
menjadi bahan pengembangan dalam program beserta jenis programnya.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 13 Februari 2022


Penyusun

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Isi /Pembahasan...........................................................................................3
B. Analisis Dalam Isi.......................................................................................6
BAB III...............................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................13
A. Kesimpulan............................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia dibagi menjadi 3 jalur, yaitu formal, informal, dan
non-formal .Masyarakat Indonesia dominan dengan mengenyam pendidikan secara
formal pada jenjang SD,SMP,SMA dan Perguruan Tinggi. Sedangkan pendidikan
informal yaitu pembentukan karakter yang dilakukan oleh keluarga,lingkungan dan
rumah.Namun kita juga menyadari bahwa tidak semua masyarakat dapat menempuh
pendidikan secara formal ,banyak masyarakat yang kesulitan menempuh pendidikan
formal ,karena keterbatasan waktu,jarak,biaya,usia dan lainnya .Oleh karena itu
pendidikan non formal hadir untuk meningkatkan kualitas hidup di
masyarakat ,dengan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan minat
dan bakat warga masyarakat .
Pendidikan dapat menjadikan seseorang berlomba-lomba ke arah yang
positif ,sebagai sarana untuk memajukan usaha pemerintah dalam bidang
pendidikan ,maka pendidikan tidak berpusat pada pendidikan secara formal saja
namun secara non-formal.Pada pembelajaran maknanya sama dengan proses belajar
dan mengajar. LKP harus dapat memenuhi standar kompetensi
peofesioanl.Rendahnya mutu pendidikan dipenagruhi oleh beberapa faktor ,salah
satunya yaitu pada saat proses pembelajaran yang belum dapat menciptakan
pembelajaran secara berkualitas.LKP memberikan pembelajaran kepada para peserta
didik ,mereka memperoleh pengetahuan untuk dapat mengembangkan pribadinya dan
pengetahuan. Proses pembelajaran tersebut dilakukan oleh instruktur LKP .Saat
proses belajar terdapat dua subjek yaitu instruktur dan peserta didik.Setalah ini kita
akan membahas Instruktur yang berada di LKP.Proses belajar mengajar pada
instruktur membawa perubahan pada aspek koginitif,afeltof,dan psikomotorik peserta
didik,sehingga menjadi seorang instruktur harus memiliki standar kompetensi
professional,tujuannya supaya sata proses dan hasil belajat mengajar dapat terlaksana
dengan optimal.
Lalu bagaimana instruktur dapat dikatakan professional ,hal tersebut
dibuktikan baik dari mereka cara mengajarnya,ijazah yang dimiliki,perencanaan
pembelajaran yang dibuat dan bentuk pelatihan-pelatihan kerjanya.Profesi isntruktur

iv
ternyata masih banyak permasalahan yang dihadapi ,sebagai profesi yang diakui
pemerintah banya masalah-masalah yang dihadapai ,seperi harus melalui pendidikan
tinggi keinstrukturan ,mengetahui konsep dan teori keterampilan ,dan dapat
menerapkan konsep dan teori yang diajarkan.
Saat proses belajar mengajar seorang instruktur mmepunyai fungsi yang
sangat strategis dalam mengajarkan peserta didiknya ,mereka dituntut untuk
berkreatifitas dalam proses belajar mengajar .Menggunakan metode dan model
pembelajaran sehingga proses pengajaran dapat mewujudkan pribadi yang lebih
baik.Instruktur memiliki peranan sangat penting saat proses belajar ,profesi instruktur
harus diberikan pengetahuan dan keterampilan terus menerus dalam usaha
meningkatkan sumber daya peserta didik.Instruktur melihat jika peserta didik yang
diajarkannya berhasil ,berarti dia juga telah berhasil menjadi seorang pendidik dan
meningkatkan rasa percaya diri dan semangat dalam proses belajar.

B. Rumusan Masalah
a. Apa nama profesi pendidik yang di identifikasi?
b. Apa saja level pendidikan yang dibutuhkan untuk memangku jabatan
Identifikasi profesi pendidik?
c. Apa saja kompetensi yang dibutuhkan dalam identifikasi profesi pendidik?
d. Apa saja jenis tugas pendidik yang di Identifikasi?
e. Apa saja syarat-syarat yang dimiliki dalam profesi pendidik yang di
Identifikasi?
f. Apa Dasar Hukum didalam profesi pendidik yang di Identifikasi ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui nama profesi pendidik yang di identifikasi
b. Untuk mengetahui level pendidikan yang dibutuhkan untuk memangku jabatan
Identifikasi profesi pendidik
c. Untuk mengetahui kompetensi yang dibutuhkan dalam identifikasi profesi
pendidik
d. Untuk menegtahui jenis tugas pendidik yang di Identifikasi
e. Untuk mengetahui syarat-syarat yang dimiliki dalam profesi pendidik yang di
Identifikasi
f. Untuk mengetahui Dasar Hukum didalam profesi pendidik yang di Identifikasi

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Isi /Pembahasan
I. Pengertian Instruktur LKP
Kelompok 2 telah mengidentifikasi jenis profesi pendidik Pendidikan Non-
Formal yaitu Instruktur LKP ,yang kita tahu sebagai seorang instruktur bertugas
melaksanakan pembelajaran bagi para peserta didiknya yang membutuhkan
keterampilan tertentu sehingga keterampilannya dapat digunakan untuk keterampilan
hidup dan dimanafaatkan sebagai mata pencaharian. Peran instruktur LKP dapat
melalui kegiatan saat pembelajaran yang sebelumnya terlah direncanakan hingga ke
tahap evaluasi pembelajaran, evaluasi berguna terhadap faktor keberhasilan layanan
pembelajaran yang diberikan instruktur.
Menurut Benny A. Pribadi (2016:127) mengungkapkan bahwa seorang
instruktur memegang peranan penting dalam penyelenggaraan sebuah program
pelatihan, selain menguasai subtansi juga perlu memiliki pengetahuan dan
keterampilan tentang cara mengajarkan isi atau materi program yang dilatihkan.
Instruktur yang hanya memiliki pengetahuan tentang substansi yang dilatihkan pada
umumnya akan mengalami kesulitan dalam melakukan program pelatihan yang
efektif, efisien dan menarik.

II. Level Pendidikan Instruktur LKP


Menjadi seorang instruktur terutama di LKP , pastinya terdapat tingkat atau
level pendidikan yang harus ditempuh. Level pendidikan dapat mempengaruhi
kualitas pembelajaran di LKP tersebut. Memang minimal pendidikan yang harus
ditempuh seorang instruktur LKP yaitu S1 atau D4 ,namun jika seorang instruktur
tidak mencapai tingkat pendidikan tersebut, mereka harus memiliki sertifikat
kompetensi resmi yang diberikan oleh tingkat yang resmi juga.

III. Kompetensi yang dimilik Instruktur LKP


 Kemampuan memahami peserta didik
 Kemmapuan dalam mengelola pembelajaran secara partisipatif dan dialogis

vi
 Kemampuan perancangan dan pelaksanaan pembelajaran
 Pengembangan pelatihan untuk menggali potensi yang dimiliki peserta diidk
 Kemampuan untuk berkomunikasi dengan peserta didik
 Kemampuan untuk memahami materi pembelajaran

IV. Tugas dan Fungsi Instruktur LKP

Berikut ialah uraian tugas dan fungsi pada Instruktur LKP ,diantaranya :

1) Melaksanakan kegiatan Pengajaran dan pelatihan dengan proses interaktif,


edukatif antara peserta, Instruktur, dan lingkungan dengan metode pengajaran
tertentu yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek dari pada teori
serta diarahkan pada upaya pencapaian tingkat keterampilan tertentu
berdasarkan persyaratan jabatan,
2) Melaksanakan kegiatan Penyusunan Rencana Pelatihan
3) Melaksanakan kegiatan Penyusunan kebutuhan bahan-bahan dan alat latihan
sesuai dengan bidang Kejuruannya
4) Melaksanakan kegiatan Pembuatan Perangkat Pelatihan
5) Melaksanakan kegiatan pemberian Pelayanan Pelatihan pada peserta pelatihan
6) Melaksanakan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan uji Kompetensi Kerja
7) Melaksanakan kegiatan perencanaan dan pengembangan program pelatihan
8) Melaksanakan kegiatan Evaluasi dan Pelaporan pelaksanaan pelatihan

V. Syarat pekerjaan/Kualifikasi Instruktur


Kualifikasi akademik dan kompetensi PTK pada LKP diatur dalam peraturan
perundangan berikut:
a. Pendidik:
 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 90 tahun 2014 tentang
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Instruktur pada Kursus dan Pelatiha
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 40 tahun 2009 tentang Standar
Penguji pada Kursus dan Pelatihan
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2009 tentang Standar
Pembimbing pada Kursus dan Pelatihan

vii
b. Tenaga kependidikan: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 42 tahun
2009 tentang Standar Pengelola Kursus

Sesuai dengan peraturan perundangan di atas, PTK pada kursus dan


pelatihan harus memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi yang
dipersyaratkan.

 Kualifikasi Akademik
a. Instruktur dan/atau Penguji
 Kualifikasi akademik minimum instruktur dan/atau penguji pada Kursus
dan pelatihan Berbasis Keilmuan Instruktur pada kursus dan pelatihan
berbasis
 Keilmuan harus memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana (S-1)
atau Diploma Empat (D-IV) yang diperoleh dari perguruan tinggi
terakreditasi,
 Kualifikasi akademik instruktur dan/atau penguji pada Kursus dan
Pelatihan
 Bersifat Teknis-Praktis Instruktur pada kursus dan pelatihan bersifat
teknis
 Praktis harus memiliki kualifikasi akademik minimal lulusan
SMA/SMK/MA/Paket C dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun
sebagai pendidik dalam bidangnya, dan memiliki sertifikat instruktur.
b. Tenaga Kependidikan
 Tenaga kependidikan di LKP memiliki kualifikasi akademik minimal
lulusan SMA/SMK/MA/Paket C dengan pengalaman minimal 3 (tiga)
tahun dan memiliki
 Sertifikat pengelola kursus dan pelatihan yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapkan oleh pemerintah.

VI. Dasar Hukum Instruktur LKP


1. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 90
Tahun 2014 Tentang Standar Kualifikasi dan kompetensi instruktur pada kursus
dan pelatihan. memutuskan
a. Pasal 1 :

viii
1. Instruktur pada kursus dan pelatihan wajib memenuhi standar
kualifikasi akademik dan kompetensi yang berlaku secara nasional.
2. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi instruktur pada kursus
dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

b. Pasal 2
1. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
2. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015


Tentang Standar operasional prosedur penerbitan Izin Usaha Pelatihan Kerja
Dalam pelayanan terpadu satu pintu di Badan Koordinasi Penanaman Modal.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2006 Tentang
Sistem Pelatihan Kerja Nasional

B. Analisis Dalam Isi


Analisis dalam isi bertujuan untuk menjabarkan secara lebih detail
pembahasan yang sudah ada sebelumnya sehingga para pembaca dapat memahami
secara logis, kritis, empiris, factual, dan solutif tentang “Tenaga Pendidik
Pendidikan Non-Formal Instruktur LKP”. Agar lebih terperinci dan teratur,
analisis dalam isi pada makalah ini akan terbagi 3, yaitu: Analisis Pengertian LKP,
Analisis Pengertian Instruktur LKP, dan Analisis Faktual di Lapangan Beserta
Contoh.

B.1 ANALISIS PENGERTIAN LKP

LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan) adalah satuan Pendidikan di luar


sekolah atau pendidikan nonformal yang bertujuan untuk membantu
masyarakat agar dapat lebih mengembangkan diri dan profesi hingga
mengasah keterampilan.
ix
Sesuai dengan pasal 26 ayat (5) UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, kursus dan pelatihan diselenggarakan untuk masyarakat
yang memerlukan bekal pengetahuan, keteranpilan, kecakapan hidup, dan
sikap untuk mengambangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha
mandiri dan/atau melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.Sedangkan menurut pasal 103 ayat (1) PP No.17 Tahun 2010 tentang
pengelolaan dan penyelenggaraan Pendidikan, kursus dan pelatihan
diselenggarakan agar masyarakat dapat mengembangkan keprobadian
professional dan meningkatkan vokasional dari peserta didik kursus.

Dari narasi beberapa pengertian LKP tersebut dapat dianalisis peran


LKP dalam hal pengembangan kualitas diri masyarakat. Industri kerja akan
terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman yang kian maju.
Terbukti dengan semakin bermunculannya banyak sector di dunia kerja yang
menjadi peluang baru untuk masyarakat. Meski begitu, mendapat pekerjaan
tentu tidak semudah yang dibayangkan karena persaingan di dunia kerja
sangatlah ketat. Oleh karena itu setiap individu harus dapat memiliki
keterampilan khusus sehingga mampu bersaing di berbagai sektor
industri.LKP berperan untuk memberikan kursus dan pelatihan kepada peserta
agar dapat lebih focus untuk mengembangkan diri, menambah pengetahuan,
kecakapan hidup untuk studi, bekerja hingga menjalankan usaha.

B.2 ANALISIS PENGERTIAN INSTRUKTUR LKP

Menurut Febrianto (2016 : 11) Peran instruktur sebagai informator,


organisator, motivator, director (pengarah), inisiator, fasilitator,mediator,
evaluator. Terlaksananya peraninstruktur dalam layanan pembelajaranmenjadi
tolok ukur dalam keberhasilan peserta kursus.

Instruktur LKP adalah sebutan untuk profesi yang memiliki kewajiban


memberikan pelatihan di LKP. Tentu saja karena seorang instruktur LKP
memiliki kewajiban untuk memberikan pelatihan, ia juga harus menguasai
keterampilan kompetensi yang memadai.

x
Kompetensi profesional instruktur merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi hasil belajar pada peserta pelatihan. Hasil belajar itu
sendiri adalah tujuan dari pembelajaran pada lembaga kursus dan pelatihan.
Oleh sebab itu, instruktur harus menguasai kompetensi sebagai seorang pelatih
agar dapat memberi pengajaran yang efektif.Sesuai dengan pengertian dari
Febrianto (2016:11) Bahwa peran instruktur adalah sebagai informator,
organisator, motivatorm inisiator, fasilitator, mediator dan evaluator maka
akan kami jelaskan perpoin pada makalah kali ini agar dapat lebih mudah
dipahami.

1. Analisis Pengertian Instruktur LKP Sebagai Informator


Instruktur yang mengajar pada program kursus LKP harus memberikan
informasi-informasi kepada peserta kursus. Informasi yang diberikan
adalah seputar materi pembelajaran yang akan disampaikan atau hal
lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran. Instruktur harus informatif
saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan memberikan penjelasan-
penjelasan baik sebelum dan saat praktek berlangsung. Instruktur
memberikan strategi penyampaian dengan baik. Peserta kursus juga harus
merasa penyampaian informasi yang diberikan mudah dipahami. Tanya
jawab juga membantu penyampaian informasi saat kegiatan belajar
berlangsung. Penyampaian informasi yang timbal balik sangat membantu
proses pembelajaran. Dengan teori yang diperkuat teori peran instrutur
oleh Febrianto (2016) harus mampu memberikan informasi informasi baru
dan inovatif berkenaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Instruktur yang informatif tidak hanya guna pembelajaran. Sifat yang
informatif juga dapat membangun hubungan yang baik antarpeserta kursus
dan instruktur.

2. Analisis Pengertian Instruktur LKP Sebagai Organisator


Pengorganisasian yang dilaksanakan adalah berkaitan dengan jam
belajar dan pendekatan kepada peserta kursus agar proses berjalan dengan
nyaman. Jam belajar yang diberikan secara fleksibel kepada peserta
kursus. pengorganisasian jam belajar yang fleksibel diciptakan oleh
instruktur disesuaikan dengan kebutuhan peserta kursus. tidak hanya jam

xi
yang fleksibel tetapi hari juga cukup fleksibel sampai paket belajar yang
ditempuh tuntas.
Jika hal ini sudah dipenuhi, peran instruktur yang dapat menjadi
seorang organisator terpenuhi. Seperti yang dijelaskan dapat diperkuat
oleh Febrianto (2016:11)instruktur harus mampu mengelola seluruhproses
kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar
sedemikian rupa sehingga setiap peserta kursus dapat belajar secara efektif
dan efisien. Seorang instruktur dapat berhasil dalam mengajar tidak
terlepas dalam pengorganisasian. Mengorganisasi dengan baik menunjang
dalam sistem kegiatan belajar mengajar menjadi lancar.

3. Analisis Pengertian Instruktur LKP Sebagai Motivator


Motivasi saat pembelajaran sangat penting bagi peserta kursus.
Sebelum memperoleh motivasi peserta kursus dibuat nyaman dengan
kegiatan pembelajaraterlebih dahulu, sehingga motivasi dapat diterima
dengan baik oleh peserta kursus. Penyampaian motivasi kepada peserta
kursus yang sudah merasa nyaman dengan kegiatan pembelajaran.
Membantu peserta kursus lebih semangat akan belajar, sehingga tujuan
pembelajaran lebih mudah tercapai. Motivasi yang disampaikan instruktur
dilakukan tersirat. Seperti halnya apabila saat peserta kursus mengalami
kesulitan instruktur bersedia mengantisipasi dan mengulang materi yang
belum dipahami dan memberikan beberapa patah kata untuk memotivasi
peserta kursus untuk bangkit dari permasalahan yang dialami saat belajar.
Motivasi sangat diperlukan bagi perkembangan peserta kursus dalam
pembelajaran, sehingga tiap instruktur sepatutnya memberikan motivasi.
Penjelasan mengenai sifat motivator yang harus dimiliki seorang
instruktur diperkuat oleh Raharjo (2013 ) Melakukan motivasi terhadap
peserta kursus sehingga menumbuhkan partisipasi secara maksimal bagi
diri peserta kursus. Motivasi yang diterima juga dapat membangkitkan
peserta kursus untuk lebih semangat dan berkembang dalam pembelajaran.

4. Analisis Pengertian Instruktur LKP Sebagai Director


Pengarahan (Direct) yang diberikan juga berupa pengulangan materi
agar peserta kursus cepat paham dengan materi yang diajarkan. Peserta

xii
kursus yang diarahkan juga menjadi lebih mengerti tujuan belajar,
sehingga hasil belajar lebih maksimal dan motivasi lebih terjaga semangat
belajar peserta kursus.
Seperti yang diungkapkan seorang ahli bahwa Febrianto (2016)
instruktur harus hendaknya senantiasa berusaha untuk menimbulkan,
memelihara motivasi peserta kursus untuk belajar. Kegiatan belajar yang
terarah merangsang motivasi dan semangat belajar peserta kursus. Peran
instruktur sebagai director sangat penting dan dibutuhkan pada pelayanan
pembelajaran.

5. Analisis Pengertian Instruktur LKP Sebagai Inisiator


Instruktur sebelum pembelajaran melakukan perkenalan diri dan
melakukan komunikasi tanya jawab dengan peserta kursus. Inisiatif yang
dilakukan instruktur ini tentunya dapat membangun hubungan yang baik
antar peserta kursus dan instruktur. Sehingga jalinan komunikasi dapat
terbagun denga baik. Inisiatif-inisiatif yang diciptakan oleh instruktur
kursus mengemudi tidak hanya berupa membangun komunikasi. Instruktur
juga memiliki inisiatif-inisiatif jika peserta kursus memiliki masalah
selama layanan pembelajaran diberikan. Seperti sigap dalam mengatasi
apabila peserta kursus tiba-tiba sulit memutar mobil saat kondisi jalan
ramai. Sigap membantu Ketika peserta kursus terkena caning panas.
Instruktur dengan sigap diawal untuk membuat peserta kursus tenang
dan tetap konsentrasi sehingga masalah dapat diatasi. seperti yang
diungkapkan oleh Siswanto (2013) menyatakan bahwa peran pelatih,
instruktur, adalah membimbing, menunjukkan cara atau jalan demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Membimbing peserta kursus dengan baik
hingga tercapainya tujuan belajar adalah hal yang utama dalam layanan
pembelajaran.

6. Analisis Pengertian Instruktur LKP Sebagai Fasilitator


Fasilitator tentunya yang memfasilitasi tiap kebutuhan peserta kursus
baik dari materi belajar atau sarana dan prasarana. Peserta kursus
mengungkapkan selama pembelajaran kegiatan pembelajaran sangat, baik
ramah dan mudah dimengerti. Instruktur juga menjelaskan materi dengan

xiii
gaya demonstrasi sehingga mudah dipahami peserta kursus. peserta kursus
juga diberikan kesempatan untuk mengulang materi yang belum dipahami.
Serta di berikan bimbingan jika peserta kursus memiki masalah saat
praktek berlangsung.
Instruktur memberikan semua falisitas pada layanan pembelajaran.
Fasilitas yang diberikan tidak hanya berupa materi belajar tetapi juga
menyediakan media belajar saat layanan pembelajaran dilaksanakan.
Peserta kursus juga dibebaskan bertanya jika mengalami kesulitan.
Instruktur sangat menjadi sumber ilmu bagi peserta kursus. Seperti yang
diungkapkan oleh Fiqkri (2014) Instruktur adalah orang yang
membelajarkan atau memfasilitasi proses pembelajaran dikelompok
belajar. instruktur memfasilitasi penuh kebutuhan belajar peserta kursus
hingga tujuan belajar tercapai.

7. Analisis Pengertian Instruktur LKP Sebagai Mediator


Mengajar menjadikan Instruktur mediator untuk memberikan ilmu
serta menyampaikan materi kepada peserta kursus. Instruktur yang
menjadi mediator tidak hanya menjelaskan tetapi juga memperagakan
bagaimana tata caranya. Memberikan kesempatan peserta kursus untuk
bertanya saat layanan belajar berlangsung. Seperti yang dijelaskan oleh
Febrianto (2016) instruktur hendaknya mampu mendorong peserta kursus
untuk senantiasa belajar dalam berbagai sumber dan media. Media dalam
belajar diperoleh tidak hanya melalui peserta kursus yang mencari tetapi
juga instruktur harus dapat menjadi mediator pembelajaran.

8. Analisis Pengertian Instruktur LKP Sebagai Evaluator


Instruktur melakukan kegiatan evaluasi belajar yang dilaksanakan
setiap kegiatan belajar usai. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui
sejauh mana peserta kursus menguasai materi pembelajaran. Sehingga
instruktur dapat memaksimalkan hasil belajar. Hasil belajar yang
maksimal tentunya tercapainya tujuan belajar. Instruktur biasanya
melakukan evaluasi langsung melakukan tanya jawab kepada peserta
kursus saat layanan pembelajaran telah usai.

xiv
Tugas instruktur untuk menjadi evaluator diperkuat dengan uraian
yang disampaikan oleh Febrianto (2016) Mengumpulkan informasi tentang
berbagai kelemahan dalam proses pembelajaran sebagai umpan balik
untuk perbaikan selanjutnya, akan tetapi juga dapat melihat sejauh mana
peserta kursus telah mampu mencapai tujuan pembelajaran. Bila seorang
instruktur dapat menjalankan perannya sebagai evaluator maka dia dapat
mewujudkan tujuan dari pembelajaran.

B.3 ANALISIS FAKTUAL DI LAPANGAN BESERTA CONTOH

Untuk analisis faktual sendiri kami mendapatkan data dari salah


satu LKP di kelurahan Menteng Dalam, Jakarta Selatan, tepatnya di
Rumah Batik Palbatu. Kami mendapatkan data dari salah satu
pengrajin batik disana bernama Ibu Sutiasih , Ibu Sutiasih adalah
seorang pengrajin batik yang juga memiliki tugas menjadi pelatih dan
instruktur di LKP Rumah Batik Palbatu. Ibu Sutiasih telah memenuhi
kriteria kompetensi sesuai dengan LPK dimana ia menjadi instruktur,
yaitu Ibu Sutiasih telah memiliki Sertifikat Kompetensi Keahlian
Membatik Dengan Taraf Nasional yang sudah diakui oleh pemerintah.

Bu Sutiasih juga menjelaskan tentang tugasnya sebagai seorang


instruktur LPK tidak hanya diam mnegawasi, namum menjadi seorang
instruktur yang menyenangkan dan juga mengayomi, dari analisis
factual di lapangan ini dapat terlihat bahwa peran Ibu Sutiasih sebagai
seorang Instruktur LKP telah terlaksana, yaitu beliau berperan sebagai
informator, organisator, motivator, director (pengarah), inisiator,
fasilitator,mediator, dan evaluator, yang mana hal hal tersebut adalah
kriteria dasar yang vital dimiliki oleh semua instruktur LKP.

xv
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian identifikasi mengenai tenaga pendidik Pendidikan Non
Formal Instruktur yang dilakukan oleh lembaga kursus dan pelatihan (LKP) Rumah
Batik Palbatu II di wilayah Palbatu II, Jakarta Selatan. Sebagaimana yang telah
diuraikan , maka penulis dapat mengambil kesimpulan. Pemberdayaan yang
dilakukan oleh lembaga kursus dan pelatihan (LKP) Rumah Batik Palbatu II dalam
memberdayakan masyarakat Palbatu II Jakarta Selatan adalah dengan cara
mengajarkan keterampilan membatik agar masyarakat Palbatu II terutama yang
mengikuti kegiatan kursus membatik menjadi memiliki keterampilan, bertambah
wawasannya, dan sejahtera. Dengan memanfaatkan potensi yang ada di sekitar
mereka yang terdapat sekolah dan perusahaan dan memberikan motivasi kepada
masyarakat untuk terus berkreatifitas.

Hasil dari kegiatan identifikasi yang dilakukan oleh lembaga kursus dan
pelatihan (LKP) Rumah Batik Palbatu II melalui kegiatan kursus membatik
memberikan banyak hasil yang didapatkan oleh masyarakat Palbatu II yang mengikuti
kegiatan kursus membatik, dengan mengikuti kursus membatik selain mendapatkan
tambahan wawasan, dan keterampilan peserta kursus juga dapat mengikuti program
kemitraan agar peserta yang telah lulus dapat langsung disalurkan untuk bekerja di
sebuah perusahaan batik atau mitra-mitra yang bekerjasama dengan LKP Rumah
Batik Palbatu II. Identifikasi yang dilakukan lembaga kursus dan pelatihan (LKP)
Rumah Batik Palbatu II dalam memberdayakan masyarakat Palbatu II yaitu dengan
cara memberikan pelatihan kursus membatik berupa pengetahuan teori dan praktek

xvi
langsung kepada peserta kursus yang berkaitan dengan kegiatan membatik dan
memanfaatkan potensi yang ada disekitar mereka.

B. Saran
Penelitian setelah selesai dilakukan dan berdasarkan dengan uraian diatas penulis
dapat memberikan saran dengan tujuan agar dalam kegiatan identifikasi melalui
kegiatan kursus membatik dapat menjadi semakin baik, adapaun sarannya adalah
sebagai berikut:
1. Lembaga Kursus Dan Pelatihan (LKP) Rumah Membatik Palbatu II
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan yang
berarti bagi lembaga kursus dan pelatihan (LKP) Rumah Membatik Palbatu II
dalam mengembangkan pemberdayaan masyarakat wilayah Palbatu Jakarta
Selatan melalui kursus membatik, agar dikemudian hari pemberdayaan yang
dilakukan dapat ditingkatkan dan menjadi lebih baik lagi.
2. Masyarakat Wilayah Palbatu II Jakarta Selatan
a) Sumber daya manusia (SDM) hendaknya lebih ditingkatkan lagi, terlebih
lagi untuk para wanitanya yang ada di wilayah Palbatu II yang hanya
mengandalkan pendapatan dari suami mereka, dan juga menghabiskan
waktu luang dengan kegiatan yang tidak bermanfaat, seharusnya diberikan
motivasi agar mereka mau berubah dan mandiri, dan juga diberikan
pelatihan agar mereka dapat memanfaatkan potensi- potensi yang ada
disekitar lingkungan tempat tinggal mereka.
b) Peneliti berharap masyarakat di wilayah Palbatu II ini dapat
memanfaatkan dengan baik pemberdayaan yang diberikan oleh lembaga
kursus dan pelatihan (LKP) di Rumah Batik Palbatu II dalam bidang
membatik, supaya wawasan masyarakat dapat bertambah, dan memiliki
keterampilan atau life skill.
c) Harapan bagi peneliti, dengan adanya penelitian yang berjudul
“Identifikasi Tenaga Pendidik Pendidikan Non Formal Instruktur
Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) di Rumah Batik Palbatu II” ini bisa

xvii
menambah referensi bagi pihak fakultas maupun program studi
Pendidikan Masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, R. (2019). Evaluasi Program Lembaga Kursus Dan Pelatihan Komputer ( Lkp )
Tunas Muda Bagi Kehidupan Sosial Masyarakat Di Desa Cilellang Kecamatan
Mallusetasi Kabupaten Barru. Jurnal Pendidikan IPS, 1–12.
AGUSTI, B. S. (2019). Aktivitas Instruktur Dalam Proses Pembelajaran Peserta Didik Di
Johnny Andrean School and Training Semarang. https://lib.unnes.ac.id/33697/
Yoko. (2019). BAB I PENDAHULUAN. 1, 105–112.

Darmawan, D. (2016). Kompetensi Instruktur Dan Efeknya Terhadap Kecakapan Vokasional


Peserta Pelatihan. Jurnal Pascasarjana, Sekolah Pendidikan, Universitas Instruktur,
Pedagogik Vokasional, Kecakapan, 1(2), 107–120.
Elis, R., & Santika, T. (2018). Peran Instruktur dalam Meningkatkan Keterampilan Warga
Belajar Program Pelatihan Instalasi Listrik. 2(1), 48–56.
https://doi.org/10.15294/pls.v2i1.23447
Ketenagakerjaan, M., Indonesia, R., Ketenagakerjaan, M., & Indonesia, R. (2015). Menteri
ketenagakerjaan republik indonesia menteri ketenagakerjaan republik indonesia. 1–14.
Pembinaan, D., & Dan, K. (2017). BUKU-5.
Pendidikan, M., Kebudayaan, D. A. N., & Indonesia, R. (2014). Menteri pendidikan dan
kebudayaan republik indonesia.
Siregar, H., Widiansyah, S., & Darmawan, D. (2020). Deskripsi Kompetensi Pedagogik
Instruktur Program Pelatihan di LKP Kota Serang Banten. Journal of Nonformal
Education and Community Empowerment, 4(2), 182–187.
https://doi.org/10.15294/pls.v4i2.41403
Mortiningsih. (2006). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006

xviii
xix

Anda mungkin juga menyukai