(Dedi Hantono)
Dedi Hantono
Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat 10510
e-mail: dedihantono@ftumj.ac.id
ABSTRAK. Ruang terbuka publik merupakan elemen kota yang tidak bisa dipisahkan dari
perkembangan suatu kota. Aksesibilitas yang tinggi menjadikan ruang ini menjadi tempat bertemunya
bermacam aktivitas dari berbagai pengguna. Dalam interaksinya para pengguna menghadirkan aspek
perilaku yang beragam. Untuk melihat aspek tersebut maka dilakukan penelitian berdasarkan teori
dan penelitian yang sudah ada dan pernah dilakukan sebelumnya. Metode yang digunakan berupa
content analysis yang didukung dengan teori dan literatur lainnya. Dari hasil yang didapat terbukti
bahwa teori yang digunakan membuktikan penelitian-penelitian mengenai perilaku pengguna di ruang
terbuka publik. Selain itu ada juga temuan bahwa ada atribut perilaku lain yang berperan, yaitu:
kepercayaan dan jenis kelamin.
ABSTRACT. Public open space is one of an element of the city that cannot be separated from the
development of a city. High accessibility makes this space become a meeting place for various
activities from various users. In their interactions, the users present diverse behavioral aspects. To
discover these aspects, this research conducted based on existing theory and previous research that
had been done before. The method used is a content analysis which is supported by theory and other
literature. From the results obtained it showed that the approach used proves studies regarding user
behavior in public open space. Besides, there are also findings that there are other behavioral
attributes that play a role: believe and gender.
45
NALARs Jurnal Arsitektur Volume 18 Nomor 1Januari 2019: 45-56 https://doi.org/10.24853/nalars.18.1.45-56
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832
Ruang terbuka publik yang menjadi obyek Nukila, pengunjung Pantai Falajawa lebih
penelitian ini berada di 12 kota kecil di Provinsi mementingkan aksesibilitas dalam memasuki
Sumatera Utara, diantaranya: Binjai, Stabat, tempat yang dituju. Sementara mengenai
Lubuk Pakam, Sei Rampah, Pematang privasi sama halnya dengan pengunjung
Siantar, Brastagi, Batubara, Kisaran, Sipirok, Taman Nukila bahwa para pengunjung
Pandan, Sibolga, dan Tarutung yang dipilih menjaga privasi dengan memilih tempat yang
secara acak (random). Kebanyakan obyek di tidak ingin diganggu oleh pengunjung lainnya.
kota-kota tersebut berupa lapangan, kemudian
dua taman dan sebuah promenade sungai. Research on Public Open Space of Rural
Sebagai alat pengukur kualitas ruang terbuka Areas in Severe Cold Regions based on
publik adalah fasilitas, aksesibilitas, aktivitas, Survey of Residents on the Behavioral
dan kenyamanan iklim. Activity. Leng & Li [8}.
Berbeda dengan yang lain, Hong Leng dan
Fasilitas yang terdapat pada ruang terbuka Tong Li meneliti perilaku manusia pada ruang
publik berupa area tempat duduk, jalur pejalan terbuka publik pedesaan di Cina. Kebanyakan
kaki, area bermain anak-anak, taman, dan yang menggunakan ruang terbuka publik
pepohonan. Hampir seluruhnya terdapat merupakan anak-anak, kaum muda, dan
pedagang kaki lima yang menjual makanan, wanita. Biasanya penduduk desa keluar rumah
minuman, dan mainan. untuk bersantai, berjalan-jalan, mengobrol
dengan kenalan yang ditemui di perjalanan,
Sebagian besar ruang terbuka publik di berolahraga, bernyanyi, dan menari. Daya tarik
provinsi ini tidak memiliki aksesibilitas yang mereka mengunjungi ruang terbuka publik
layak karena tidak adanya integrasi antara tersebut karena hijauan dan desain lansekap
pejalan kaki dengan angkutan umum oleh yang ditata dengan baik.
karena itu mayoritas pengunjung
menggunakan kendaraan pribadi terutama Aktivitas warga pada ruang terbuka publik
motor walaupun jaraknya tidak lebih dari 500 bersifat musiman. Mereka cenderung
meter dari rumah. Ruang ini dikelililing oleh menggunakan ruang tersebut pada musim
jalan sehingga terlihat seperti “pulau” yang panas dibandingkan pada waktu musim dingin.
terasing. Kenyamanan iklim menjadi salah Pada musim dingin mereka lebih senang
satu pertimbangan utama para pengguna. berkumpul dengan keluarga di dalam rumah.
Mereka memilih pohon dan pelindung panas Aktivitas tersebut cenderung lebih tinggi pada
matahari serta hujan dalam beraktivitas. pagi hari dan setelah makan malam pada
Aktivitas yang berlangsung kebanyakan musim panas sedangkan dimusim dingin pada
olahraga, seperti: joging, berjalan, senam waktu siang hingga sore hari.
aerobic, bersepeda, sepakbola, basket, voli,
bulu tangkis, sepatu roda, dan skateboard. Lokasi ruang terbuka publik juga ikut
berpengaruh terhadap penggunaan ruang
Pola Perilaku Masyarakat Terhadap tersebut. Ruang terbuka publik yang berada di
Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik di pusat kota/desa lebih sering digunakan
Pusat Kota Ternate. Effendi, Waani, & dibandingkan yang berada di pinggiran. Hal ini
Sembel [7] disebabkan masyarakat lebih senang berjalan
Setiap manusia tidak dapat terlepas dari ruang kaki sehingga jarak menjadi faktor utama bagi
terbuka publik dalam setiap aktivitasnya mereka.
termasuk bagi masyarakat kota Ternate.
Ruang terbuka tersebut tersebar di beberapa Metode penelitian dilakukan dengan
kecamatan dengan status tanah adat dan melakukan wawancara yang dilakukan di
pemerintah kota. Effendi dkk (2017) meneliti rumah baik kepada warga maupun kader
pola perilaku masyarakat terhadap desa. Jumlah keseluruhan koresponden
pemanfaatan ruang terbuka publik pada sebanyak 900 kuesioner. Selain wawancara
Taman Nukila dan Pantai Falajawa. juga dilakukan observasi ke 16 desa dan 5
Pada Taman Nukila didapati bahwa kota yang berada di Provinsi Jilin, Liaoning,
pengunjung melakukan persepsi lingkungan dan Provinsi Heilongjiang. Pemilihan lokasi
terlebih dahulu sebelum menentukan tempat penelitian tersebut berdasarkan wilayah
untuk beraktivitas. Selama beraktivitas mereka geografis yang memiliki iklim yang dingin.
saling menjaga privasinya masing-masing
dengan menjaga jarak antar sesama Women’s Behaviour In Public Spaces And
pengunjung. Tempat yang dirasa nyaman The Influence Of Privacy As A Cultural
merupakan tempat yang paling banyak dipilih Value: The Case Of Nablus, Palestine. Al-
seperti gazebo. Berbeda dengan Taman Bishawi, Ghadban, & Jørgensen [9]
48
Kajian Perilaku Pada Ruang Terbuka Publik
(Dedi Hantono)
Lokasi penelitian berada di Kota Nablus, etnis yang sama) tergantikan oleh
sebuah kota dimana keluarga memegang komunitas makro (etnis yang berbeda
peranan penting dalam kehidupan sosial dan digabung bersama).
ekonomi yang didasarkan pada nilai-nilai Arab 2. Perubahan praktek perencanaan. Proses
dan ajaran agama Islam khususnya sebelumnya yang desentralisasi dan
pemisahan gender pada ruang publik. dikendalikan oleh warganya sendiri
Walaupun demikian, warga Nablus menjamin berdasarkan kebutuhan dan nilai-nilai
hak dan kebebasan bagi warga mereka berubah menjadi terpusat dan
perempuannya. dikendalikan oleh pemerintah.
Pada umumnya wanita memiliki nilai-nilai dan Nilai-nilai yang diimpor dari budaya lain
kebutuhan khusus akan privasi, keamanan, seringkali bertentangan dengan nilai dan
dan kenyamanan. Atas dasar hal tersebut norma penduduk setempat terutama
penelitian ini mempelajari bagaimana menyangkut privasi wanita. Di Arab Saudi
kebutuhan privasi seorang wanita pada ruang orang menggunakan dinding, tirai, dan partisi
terbuka publik pada sebuah negara yang lain untuk menciptakan batasan fisik untuk
budayanya menganut sistem pemisahan privasi. Dinding dan bukaan menghadap ke
gender seperti di Palestina ini. Bagaimana jalan dipagari dengan bahan plastik dan besi
kebutuhan akan privasi tersebut terhadap atau menutup jendela lantai dua untuk
bentuk ruang terbuka publik secara fisik, menjaga privasi mereka.
sosial, dan budaya.
Untuk menyelidiki dan menganalisis privasi
Dalam perancangan kota lama di kota-kota terhadap bentuk ruang publik diperlukan
Arab-Muslim nilai-nilai Islam tentang privasi pendekatan melalui seting perilaku. Konsep ini
perempuan telah diterapkan secara baku, mengacu pada beberapa sumber, diantaranya:
diantaranya penempatan jendela dan pintu studi tipologi, budaya dan perilaku, literatur,
untuk memungkinkan perempuan dapat dan pengetahuan peneliti yang memang sudah
mengamati jalan tanpa mereka dapat dilihat. akrab dengan budaya lokal Nablus yang
Adanya gang-gang buntu yang biasanya menjadi obyek penelitin ini. Menurut
digunakan oleh perempuan untuk dapat pendekatan ini seting perilaku terdiri dari 3
mengakses pasar atau fasilitas publik komponen, diantaranya: fisik (desain), sosial
sehingga mereka dapat leluasa berjalan tanpa (penggunaan), dan budaya.
dapat bebas terlihat. Penggunaan kain pada
atap bangunan sehingga kaum perempuan Penelitian ini menggunakan studi komparatif
dapat berhubungan satu sama lain, menikmati antara kota tua dan kawasan Rafeedyah yang
udara segar, dan mengamati ruang publik dikembangkan pada abad ke-20. Observasi
walaupun tidak secara langsung. Ruang publik dan kuesioner dilakukan pada kedua
memiliki hirarkis yang berbeda, bentuk yang lingkungan tersebut. Selain itu wawancara
tidak teratur, serta pemisahan jalan dan alun- dengan perempuan dan orang-orang terkait
alun dimaksudkan untuk memastikan privasi lainnya menjadi teknik pendukung penelitian
perempuan. Selain itu perbedaan waktu ini. Pengamatan dilakukan pada tingkatan,
penggunaan fasilitas publik seperti pemandian yaitu: kota, jalan, dan ruang publik.
umum juga memiliki peranan penting dalam
pemisahan gender tersebut. Penelitian lapangan dilakukan pada ruang
publik yang digunakan oleh perempuan yang
Namun selama abad ke-20, kota-kota lama mencakup 3 komponen, yaitu: desain,
tersebut mengalami pergeseran oleh karena penggunaan, dan aturan. Pencatatan jumlah
pengaruh globalisasi. Perubahan ini terjadi wanita, jenis aktivitas, waktu dan durasi
akibat dari kolonisasi Inggris dan Perancis aktivitas, serta usia wanita: remaja (< 20
setelah Perang Dunia I. Pergeseran ini tahun), usia menengah (20 s/d 60 tahun), dan
melibatkan semua aspek masyarakat lansia (>60 tahun).
termasuk hukum, administrasi, pendidikan,
dan perdagangan. Bahkan gaya hidup dan Selain itu digunakan teknik etnografi, sketsa,
produk barat mulai diadopsi dalam budaya foto, dan catatan. Perempuan yang diamati
mereka. Sebagai akibatnya kota-kota tua adalah mereka yang sudah berusia di atas 10
mengalami perubahan besar dalam 2 bidang, tahun. Bagi mereka yang berada di bawah
yaitu: usia tersebut tidak termasuk dalam
1. Perubahan dalam aspek sosial-budaya pengamatan karena pada usia tersebut tidak
masyarakat. Struktur kota yang sebelumnya dikenai aturan privasi.
dibangun oleh komunitas mikro (suku dan
49
NALARs Jurnal Arsitektur Volume 18 Nomor 1Januari 2019: 45-56 https://doi.org/10.24853/nalars.18.1.45-56
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832
Wawancara semi terstruktur dilakukan pada Pintu dan jendela pada bangunan yang
perempuan tertentu. Namun setelah 20 berseberangan tidak dalam posisi saling
wawancara kegiatan dihentikan karena berhadapan. Dibandingkan dengan kawasan
sebagian besar informasi yang didapat baru, pada kota tua ruang publik lebih kecil,
cenderung sama dan berulang. Wawancara gelap, dan kurang terawat. Para laki-laki lebih
juga dilakukan terhadap orang lain, seperti: memilih menghindar dari memandang atau
pemimpin agama, perencana, pimpro proyek, memasuki ruang publik yang digunakan
dan laki-laki muhrim dari perempuan tersebut perempuan karena biasanya perempuan-
(ayah,saudara laki-laki, dan suami). perempuan tersebut tidak mengenakan jilbab
Wawancara tambahan ini berguna dalam di halaman atau jalan buntu. Di lingkungan
mengembangkan konsep privasi dan lama, perempuan lebih sering menggunakan
memberikan penjelasan yang lebih mendalam ruang publik dalam jangka waktu yang lebih
mengenai hasilnya. lama dibandingkan dengan lingkungan baru.
Pada kawasan baru, bukaan terletak secara
Terakhir melakukan kuesioner untuk acak dan ruang publik umumnya lebih besar
memeriksa pendapat perempuan itu sendiri serta lebih terpelihara. Banyak perempuan
terhadap komponen privasi yang ada dengan mengenakan kerudung mereka di jalan buntu
memilih 200 perempuan berusia di atas 10 dan bahkan di dalam halaman.
tahun yang didistribusikan pada kedua tempat
terpilih tersebut pada 25 rumah dengan Wawancara yang dilakukan terhadap 4
karakteritik berikut: tanpa halaman, halaman kategori narasumber (pembuat keputusan dan
sebagian, dan/atau halaman tengah. Untuk arsitek, pemilik properti dan manajer,
mengolah hasil kuesioner ini menggunakan pemimpin agama, serta laki-laki muhrim)
perangkat lunak Statistical Package for the memberikan hasil sebagai berikut:
Social Sciences (SPSS). 1. Pengambil keputusan, baik perencana pria
maupun wanita, gagal membedakan antara
Berdasarkan pengamatan pada kota tua, kebutuhan pria dan wanita dalam pekerjaan
ruang-ruang privat dipisahkan dari jalan desain mereka. Selain itu, laki-laki terus
dengan adanya ruang semiprivat (publik) mendesain ruang publik baik secara
sebagai ruang transisi. Perempuan numerik maupun berkenaan dengan
menggunakan ruang publik untuk sirkulasi. kekuatan pengambilan keputusan.
Pada kawasan baru, jalan-jalan dibedakan 2. Pemilik dan pengelola ruang publik (taman,
berdasarkan fungsi dan elemen arsitektur. restoran, dll) menciptakan ruang khusus
Ruang pribadi terletak berdekatan dengan bagi perempuan dan keluarga untuk
jalan-jalan tanpa ruang semiprivat (publik). meningkatkan jumlah pelanggan.
Namun, di kedua lingkungan tersebut Sedangkan pemilik dan pengelola ruang
perempuan cenderung menggunakan jalan- hunian membuat perubahan dalam bentuk
jalan yang ramai dan berbentuk linier daripada fisik ruang publik untuk mendapatkan
jenis jalan lainnya. privasi, melindungi rumah mereka dari
pengaruh iklim, mendapatkan ruang
Pada kota tua, usia perempuan di jalan lebih tambahan, dan menghindari masalah
merata dari berbagai usia. Toko-toko yang dengan tetangga, wlaupun menyebabkan
terdapat pada jalan-jalan sempit dan tidak pengurangan nilai estetika dalam bentuk
teratur terutama yang digunakan khusus untuk fisik ruang-ruang tersebut.
pejalan kaki tutup pada waktu jam 6 sore. 3. Para pemuka agama menyarankan
Sebaliknya, pada kawasan baru jalan lebih penggunaan ruang publik oleh perempuan
lebar dan lurus. Toko-toko tutup pada jam 10 untuk seperlunya saja bukan rekreasi. Hal
malam dan perempuan yang mendominasi ini bertujuan agar perempuan tidak
jalan berusia antara 20-39 tahun. Pada kedua melalaikan tanggung jawab keluarga dan
lokasi penelitian ini, sebagian besar harus mendapat izin dari muhrim mereka.
perempuan yang berada di jalan 4. Muhrim laki-laki, menghargai perilaku
menggunakan jilbab (penutup aurat bagi perempuan di ruang publik khususnya
perempuan muslim) dan berjalan bersama terhadap penampilan (pakaian) serta waktu
dengan perempuan lain, anak-anak, dan/atau dan ruang yang mereka gunakan.
laki-laki muhrim mereka.
Hasil akhir dari penelitian ini menjawab
Ruang publik pada kota tua, mudah diakses pertanyaan dari penelitian yang dilakukan.
oleh perempuan. Namun ruang publik dengan Terdapat adanya hubungan antara privasi dan
fungsi restoran, olah raga, dan taman memiliki perilaku wanita pada bentuk fisik ruang publik
akses terbatas atau bahkan tidak sama sekali. melalui komponen desain, penggunaan, dan
50
Kajian Perilaku Pada Ruang Terbuka Publik
(Dedi Hantono)
aturan. Hasilnya menunjukkan bahwa jam istirahat kantor. Hal ini disebabkan
kebutuhan privasi perempuan terpenuhi baik di beberapa hal, diantaranya:
lingkungan lama maupun di lingkungan baru a. Tidak disediakannya bangku taman
melalui tiga komponen berbeda: desain, sehingga pegawai enggan untuk berlama-
penggunaan, dan aturan. lama di ruang terbuka.
b. Penghijauan yang kurang teduh sehingga
Privasi tetap terjaga dengan menggunakan masih dirasakan cukup panas ketika berada
desain pintu masuk yang miring dan sangat di ruang terbuka. Apalagi jam istirahat
tersembunyi, perbedaan tingkat trotoar dan berada pada titik puncaknya sinar Matahari.
lantai, jendela yang ditinggikan dan tertutup, Namun yang menarik dari ruang terbuka ini
bukaan yang berlawanan (pintu dan jendela) adalah disediakannya fasilitas olahraga
yang tidak saling berhadapan, ruang transisi outdoor, berupa lapangan yang bisa dijadikan
antar jalan utama dengan jalan buntu, tata tempat olahraga basket, tenis, bulu tangkis,
ruang yang tidak teratur, hubungan sosial dan voli. Selain itu disediakannya kolam ikan
hanya antara pengguna yang memiliki yang cukup luas dilengkapi dengan gazebo.
hubungan kekerabatan, perilaku yang terkait Namun umumnya gazebo ini dimanfaatkan
dengan agama dan ruang-ruang tertentu yang untuk supir atau tamu kantor yang menunggu.
ditetapkan untuk perempuan saja (melalui
tanda-tanda tertulis) atau terbatas pada Restricted Mobilities: Access to, and
penggunaan pejalan kaki. Privasi perempuan Activities in, Public and Private Spaces
dicapai terutama melalui komponen sosial dan Olesen & Lassen [11]
budaya, yang pada gilirannya mempengaruhi Di Melbourne, ruang publik merupakan ruang
komponen fisik ruang publik. tempat berlangsungnya berbagai aktivitas
yang berlangsung sehari-hari. Tempat anak
Pengaruh Ruang Terbuka Terhadap Kinerja laki-laki Asia yang masih muda menunjukkan
Pegawai. Kasus: Kantor Pusat BMKG kebolehannya dalam menari jalanan di koridor
Jakarta. Hantono [10]. menuju pusat perbelanjaan, pelukis jalanan
Dedi Hantono dalam tulisannya yang berjudul menunjukkan bakat seninya di trotoar
“Pengaruh Ruang Terbuka Terhadap Kinerja sementara yang lainnya menghibur pejalan
Pegawai” mengambil lokasi penelitian pada kaki dengan pertunjukan komedi, orang-orang
ruang terbuka milik kantor pemerintah yaitu tuna wisma berkeliaran mengemis kepada
Kantor Pusat Badan Meteorologi, Klimatologi, orang yang berlalu-lalang, seorang gadis
dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Ruang muda bermain gitar dan bernyanyi di pinggir
terbuka publik yang sifatnya terbatas ini jalan, bahkan menjadi tempat berlindung pada
merupakan ruang penghubung antar beberapa saat cuaca yang tidak menguntungkan. Dari
bangunan kantor tersebut sehingga sangat hasil pengamatan langsung oleh penulis, yang
penting untuk mobilitas para pegawainya menjadi karakter khusus ruang publik adalah
maupun sebagai ruang penerima bagi tamu- adanya ketidakpastian dan spontanitas
tamu yang berkepentingan di kantor ini. penggunaan. Namun justru hal tersebut yang
menjadi pemandangan jalanan yang menarik
Dalam metode penelitiannya, Dedi sepanjang hari. Menurut Mitchell (2005) dalam
menggunakan kualitatif dengan pendekatan Olesen & Lassen (2012): “The city is the place
post positivistik rasionalistik. Selain observasi where difference lives” (p.40). Ini berarti kota
juga disebarkan kuesioner yang diberikan sebagai kapasitasnya sebagai ruang publik
kepada para pegawai yang bekerja di kantor tetap membolehkan perbedaan aktivitas dan
tersebut. Sehubungan dengan ruang terbuka membiarkan peluang-peluang baru yang tidak
yang mayoritas digunakan para pegawai terprediksi bagi berbagai pemikiran, gagasan,
kantor maka waktu observasi pun dibatasi aktivitas yang berbeda yang menjadikan
hanya pada saat jam kantor saja. Dalam tempat tersebut untuk menjalankan hak
penelitian ini digunakan 2 variabel yaitu kewarganegaraannya.
variabel bebas berupa ruang terbuka serta
variabel terikat berupa kinerja pegawai. Dalam Konsep Perilaku Teritorialitas di Kawasan
mengolah data peneliti dibantu dengan Pasar Sudirman Pontianak. Kurniadi,
perangkat lunak Statistical Product and Pramitasari, & Wijono [12]
Service Solutions (SPSS). Permasalahan Pedagang Kaki Lima (PKL)
sepertinya menjadi bagian permsalahan setiap
Ruang terbuka yang ada lebih bersifat sebagai kota di Indonesia termasuk Pontianak. Oleh
ruang transisi atau perlintasan saja. Jarang karena itu Pemerintah Kota Pontianak
pegawai yang memanfaatkan ruang tersebut mencoba mencari solusi dengan melakukan
sebagai ruang refreshing atau sosial pada saat tendanisasi di kawasan Pasar Sudirman.
51
NALARs Jurnal Arsitektur Volume 18 Nomor 1Januari 2019: 45-56 https://doi.org/10.24853/nalars.18.1.45-56
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832
Namun hal ini menimbulkan konflik baru oleh pembeli dan menambah luas area
mengenai teritorial antara pengguna ruang display. Dengan terbentuknya batasan-
terutama dari pemilik toko yang ada disana. batasan fisik di sidewalk toko membentuk
Untuk melakukan penelitian, peneliti teritorialitas yang non-formal dari pemilik toko
melakukan beberapa hal beikut ini: di area yang sesungguhnya adalah domain
a. Observasi awal, dengan mengambil foto publik. Kedua, pemilik toko mempertegas
situasional dan pemetaan. batasan teritori anyar pemilik toko lainnya.
b. Wawancara dan kuesioner, dengan sampel Dengan demikian, ada unsur laten diluar
pemilik toko dan PKL yang dilakukan manifes area itu sebagai jalur pejalan kaki
dengan teknik grouping acak dua tahap. sebagai suatu „teritori non-formal‟.
Selain itu juga diambil sampel pejalan kaki
dan tukang parkir secara acak sederhana. Kebutuhan adanya ruang parkir menjadikan
c. Observasi lanjut, melakukan pemetaan dan tukang parkir memanfaatkan space lain,
mengambil foto toko-toko dan kios-kios PKL seperti ruang jalan sebagai ruang parkir (on-
pada malam hari pada saat mereka tutup, street). Penggunaan space tertentu sebagai
memetakan pola parkir, memetakan pola area parkir yang berlangsung dalam waktu
sirkulasi pejalan kaki dan pengendara yang lama akan membentuk area atau ruang
dengan metode person centered mapping. yang seolah-olah dikuasai oleh tukang parkir
d. Analisis kuantitatif, data dari hasil meskipun sebenarnya ruang tersebut adalah
wawancara dan observasi dimasukkan ke fasilitas publik. Penggunaan dan pengendalian
dalam matriks tabulasi data dengan ruang secara permanen dan terus menerus
bantuan perangkat komputer. manjadi kebiasaan sehingga kelompok tukang
e. Analisis kualitatif, dengan bantuan gambar- parkir itu merasa menguasai dan dapat
gambar pemetaan teritori untuk melihat melakukan kontrol terhadap area tersebut
kualitas ruang secara spasial serta meskipun manifestasi ruang itu adalah ruang
bagaimana interaksi dan hubungan yang publik.
terjadi antar kelompok tersebut.
Pejalan kaki memiliki teritori formal berupa
Dari analisa yang dilakukan ternyata sebagian area sidewalk toko dan trotoar untuk jalur
besar pemilik toko merasa terganggu dengan sirkulasi yang merupakan zona publik. Selain
keberadaan PKL yang berada di depan toko untuk sirkulasi, teritori tersebut juga berfungsi
mereka karena merusak pemandangan, untuk memfasilitasi aktivitas window-shopping
membatasi akses ke toko, dan menyebabkan dan membeli. Sebagian besar sidewalk dan
kebisingan. Upaya kontrol yang dapat trotoar yang memiliki unsur manifes sebagai
dilakukan baru secara pasif dengan jalur sirkulasi pejalan kaki tidak dapat
personalisasi dan teritori. digunakan untuk sirkulasi karena privatisasi
yang dilakukan oleh User Group lain. Hal
Teritori PKL muncul disebabkan adanya motif tersebut tersebut menyebabkan
dan kebutuhan dari PKL itu sendiri untuk keterhubungan antarjalur sirkulasi itu menjadi
berjualan di lokasi yang dianggap strategis di terpotong-potong dan tidak menerus. Peluang
ruang publik dengan membangun „produk fisik‟ invasi dari pengguna lain menjadi lebih besar
berupa kios. Kios-kios terbentuk dengan dan pejalan kaki tidak memiliki kontrol yang
dipengaruhi kebutuhan (unsur laten) PKL kuat untuk mempertahankan teritori formalnya
dalam display, menyimpan barang dagangan, yaitu jalur berjalan kaki.
perlindungan dari iklim dan dengan biaya yang
murah atau bahkan tidak dengan Sirkulasi pejalan kaki dan pengendara
menggunakan biaya. Modal yang kecil kendaraan di Jalan Nusa Indah menimbulkan
mendorong penggunaan material seadanya, rasa tidak nyaman dan tidak aman bagi kedua
agar pengeluaran dapat ditekan sekecil kelompok pengunjung itu. Hal ini disebabkan
mungkin. adanya tumpeng tindih sirkulasi antara pejalan
kaki dan pengendara pada ruas ajalan yang
Pemilik Toko memiliki teritori formal, karena sama.
dimiliki secara legal dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Ada dua macam Street Vending And The Use Of Urban
teritori yang terbentuk dari pemilik toko. Public Space In Kumasi, Ghana Salomon-
Pertama, pemilik toko melakukan penandaan Ayeh, King, & Decardi-Nelson [13]
dengan meletakkan barang dagangan untuk Pedagang yang ada di Kumasi terdiri dari 2
membentuk teritori yang terbentuk akibat motif kelompok, yaitu: pedagang menetap dan
dan kebutuhan pemilik toko agar display pedagang yang berpindah-pindah. Pedagang
barang dagangan dapat dengan mudah dilihat yang menetap menggunakan trotoar, teras,
52
Kajian Perilaku Pada Ruang Terbuka Publik
(Dedi Hantono)
warung, meja, bahkan lantai untuk tempat calon pelanggan yang ada, kemudian diikuti
berdagang sedangkan pedagang yang oleh alasan menggunakan tempat yang telah
berpindah-pindah berdagang dengan cara mereka miliki, tidak ada pilihan lain, dekat
berkeliling kota untuk mencari pelanggan. dengan tempat tinggal mereka, dan terakhir
Pada umumnya pedagang menetap ini adalah mengganti atau membantu anggota
berjualan bahan makanan, buah-buahan, keluarga yang memiliki usaha.
sayur-sayuran, makanan, dan barang-barang Penelitian ini menggunakan beberapa
industri, seperti: jam, handphone, dan barang- pendekatan dengan menggunakan sampel
barang elektronik lainnya. Pedagang yang sebanyak 517 yang berasal dari pedagang
berpindah-pindah kebanyak berjualan koran, kaki lima itu sendiri.
es krim, es batu, roti, pakaian bekas, dan
berbagai jenis barang pabrik, seperti: Being Together in Urban Parks: Connecting
saputangan, tisu toilet, dan pisau cukur. Public Space, Leisure, and Diversity Peters
Kebanyak pedagang berjualan di sepanjang [14]
trotoar, diikuti oleh gerbang masuk/keluar Pemerintah Belanda berusaha membuat
gedung, serta di depan toko. Hanya sedikit kebijakan untuk mendorong adanya interaksi
yang menggunakan ruang terbuka dekat area antara penduduk asli Belanda dengan
pasar dan stasiun kereta api. Dan sebagian pendatang baru atau yang biasa disebut kaum
pedagang yang tidak memiliki tempat yang migran di ruang publik kota. Hasilnya
menetap namun tetap berjualan di tempat menunjukkan bahwa tidak banyak interaksi
yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan antar etnis tersebut namun begitu orang-orang
untuk menjaga pelanggan tetap mereka. dari berbagai etnis tetap dihargai.
Para pedagang memiliki alasan utama dalam
memilih lokasi yaitu berdasarkan banyaknya
54
Kajian Perilaku Pada Ruang Terbuka Publik
(Dedi Hantono)
Hantono
(2013)
7. Restricted - Ruang terbuka publik Deskriptif dengan Ruang terbuka - Aktivitas
Mobilities: sebagai tempat aktraksi pendekatan 2 studi publik di - Aksesibi
Access to, and seni. kasus. Melbourne litas
Activities in, - Spontanitas
Public and penggunaan ruang.
Private Spaces
Olesen &
Lassen (2012)
8. Konsep - Teritorial PKL dan Metode kuantitaif Pasar - Kontrol
Perilaku pemilik toko. Sudirman, - Privasi
Teritorialitas di - Sirkulasi pejalan kaki. Pontianak
Kawasan
Pasar
Sudirman
Pontianak
Kurniadi,
Pramitasari, &
Wijono (2012)
9. Street Vending - Di banyak kota di dunia - Banyak menggunakan Ruang publik di Kenyama
and the Use of ruang publik menjadi metode. Kota Kumasi. nan
Urban Public tempat ruang usaha - 517 sample berupa
Space in bagi penduduk pedagang kaki lima
Kumasi, miskinnya.
Ghana - Tujuan penelitian
mengkaji bagaimana
Salomon- para pedagang kaki
Ayeh, King, & lima (PKL)
Decardi- menggunakan ruang
Nelson (2011) publik.
- Temuan menunjukkan
bahwa keputusan PKL
memilih lokasi
dipengaruhi oleh daya
tarik pelanggan.
10 Being - Mengeksplorasi Etnografi, yaitu penelitian Taman kota - Sosialit
. Together in interaksi antara warga yang berdasarkan as
Urban Parks: asli Belanda dengan budaya tertentu - Aktivitas
Connecting kelompok migran pada
Public Space, taman kota.
Leisure, and - Adanya kecenderungan
Diversity beberapa dekade tahun
terkahir bahwa sedikit
Peters (2010) terjadi interaksi antar
kelompok budaya
tersebut.
Sumber: analisis pribadi, 2018
55
NALARs Jurnal Arsitektur Volume 18 Nomor 1Januari 2019:45-56 https://doi.org/10.24853/nalars.18.1.45-56
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832
56