Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisi SWOT

Analisis SWOT, yaitu kegiatan untuk mengetahui peluang, ancaman,


maupun kekuatan dan kelemahan perusahaan itu sendiri, hal ini sangat penting
dilakukan untuk kemajuan serta kesuksesan suatu bisnis. Menurut Freddy
(2013), analisis SWOT adalah analisa yang didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman
(Threats).
Menurut Galavan (2014), analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, dan Threat) yaitu analisis untuk mendapatkan strategi yang
berguna atau efektif yang diterapkan sesuai pasar dan keadaan publik saat itu,
peluang (opportunity) dan ancaman (threat) dipakai untuk mengetahui
lingkungan luar atau eksternal kemudian kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) yang didapatkan melalui analaisis dalam perusahaan atau internal.
2.1.1 Model Analisi SWOT
Analisis SWOT menilai antara faktor luar perusahaan (peluang dan
ancaman) dengan faktor dalam perusahaan (kekuatan dan kelamahan). Faktor
dalam perusahaan termasuk kedalam matrik yang disebut matrik faktor
strategi internal atau IFAS (Internal Strategic Factor Analisis Summary)
sedangkan faktor dari luar perusahaan termasuk kedalam matrik yang disebut
matrik faktor strategi eksternal atau EFAS (Eksternal Strategic Factor Analisis
Summary).
Matrik SWOT adalah alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor
strategis perusahaan. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Tabel 2.1 Matrik SWOT
IFAS STRENGHT (S) WEAKNESS (W)

menentukan faktor menentukan faktor


dalam perusahaan dalam perusahaan
yaitu kekuatan yaitukelemahan
EFAS
OPPORTUNITIES STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)
(O)
Menghasilakan rencana Menciptakan rencana
Menentukan faktor yang memerlukan yang meminimalkan
dari luar kekuatan untuk kelamahan untuk
perusahaan yaitu memanfaatkan peluang memanfaatkan
peluang peluang
THREATS (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)

Menentukan faktor Menciptakan strategi Menciptakan strategi


dari luar yang mnggunakan yang meminimalkan
perusahaan yaitu kekuatan untuk kelemahan dan
ancaman mengatasi ancaman menghindari
ancaman

2.2 Manajemen Resiko

2.2.1 Pengertian Manajemen Resiko


Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan
perlindungan harta benda, hak milik dan keun- tungan badan usaha atau
peroranganatas kemungkinan tim- bulnya kerugian karena adanya suatu risiko.
Menurut Ari Sandyavitri (2009: 23-38) Manajemen Risiko adalah “suatu
bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organ- isasi
menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai perma- salahan yang ada
dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komperhensif
dan sistematis.”
Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik
dalam identifikasi, kuantifikasi, menen- tukan sikap, menetapkan solusi, serta
melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap
aktivitas atau proses. Menurut kamus besar bahasa Indonesia dikutip dari
(Tony Peramanna 2011) , risiko adalah “akibat yang kurang menyenangkan
(merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.” Dengan
kata lain, risiko merupakan kemungkinan situasi atau keadaan yang dapat
mengancam pencapaian tujuan serta sasaran sebuah organisasi atau individu.

2.2.2 Manfaat Dan Tujuan Manajemen Resiko


Menurut Irham Fahmi (2010:3) dengan diterapkan- nya manajemen
risiko disuatu perusahaan, ada beberapa manfaat yang akan diperoleh yaitu:
1. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil
setiap kepu- tusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati
(prudent) dan selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai
keputusan.
2. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-
pengaruh yang mun- gkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka
panjang.
3. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu
menghindari dari pengaruh terjadinya keru- gian khususnya dari segi
finansial.
4. Memnungkinkan pe- rusahaan memperoleh risiko kerugian yang
minimum.
5. Dengan adanya konsep manajemen risiko (risk manajement concept)
yang dirancang secara detail maka artinya perusa- haan telah
membangun arah dan mekanisme secara berke- lanjutan (suistainable).
Adapun manajemen risiko memiliki tujuan yaitu meningkatkan
kinerja, mendorong untuk inovasi, dan men- dukung pencapaian sasaran
perusahaan. Dan manajemen risiko memiliki prinsip-prinsip yang
digunakan untuk lan- dasan mengelola risiko dan harus diperimbangkan
ketika akan menetapkan kerangka kerja dan proses manajemen risiko. Dan
manajemen risiko yang efektif memerlukan elemen-elemen, diantaranya:
Terintegrasi yaitu bagian terpadu dari semua kegiatan di dalam organisasi
atau pe- rusahaan, Terstruktur dan Menyeluruh Pendekatan yang terstruktur
dan komperhensif pada manajemen risiko yang memberikan hasil yang
konsisten dan dapat dibandingkan, disesuaikan dengan kebutuhan kerangka
kerja dan proses manajemen risiko harus disesuaikan dengan penggunanya
dan sebanding dengan konteks internal dan internal, ter- masuk juga
terhadap sasaran yang terkait, inklusif; yaitu keterlibatan para pemangku
kepentingan secara memadai dan tepat waktu, dalam kegiatan berbagi
pengetahuan, pan- dangan dan pandanganya untuk dijadikan pertimbangan
di- namis sebuah risiko dapat muncul, berubah atau hilang ke- tika terjadi
perubahan konteks eksternal maupun konteks internal. Manajemen risiko
akan mengantisipasi, memindai dan memahami serta menangani perubahan
dan peristiwa yang terjadi secara memadai dan tepat waktu. (Ratnawaty
Marginingsih, 2017:156-164).

2.2.3 Kerangka Manajemen Resiko

Kerangka manajemen risiko digunakan sebagai landasan maupun fondasi


dalam mengelola sebuah manajemen risiko. Fondasi yang dimaksudkan disini
yaitu kebijakan manajemen risiko, strategi manajemen risiko, kepemimpinan
dan komitmen. Kerangka kerja manajemen risiko merupakan gambaran dari
bagaimana tata kelola manajemen risiko suatu organisasi akan dilaksanakan.
Kerangka kerja manajemen risiko merupakan gambaran dari bagaimana tata
kelola manajemen risiko suatu organisasi akan dilaksanakan, sebagaimana
dalam gambar berikut:

Gambar kerangka manajemen risiko


a. Komunikasi dan Konsultasi
Untuk menerapkan proses manajemen risiko ter- dapat aktivitas yang
harus dilakukan yaitu komunikasi dan konsultasi yaitu bertujuan untuk
membantu stakehold- ers dalam memahami risiko, komunikasi digunakan
untuk membangun kesadaran dan pemahaman terhadap risiko risiko dan
konsultasi digunakan untuk mendapatkan infor- masi yang diperlukan
sebagai pengambilan keputusan
b. Lingkup, Konteks dan Kriteria
Proses manajemen risiko harus diaplikasikan pada tingkatan
organisasi dan unit kerja dengan sasaran, proses kerja, maupun lingkungan
oprasional yang berbeda-beda yaitu pada level strategis, Operasional,
program, proyek dan aktivitas lainnya. Konteks internal adalah konteks
lingkun- gan dalam organisasi yang merencanakan, menetapkan dan
mencapai sasaran. Dalam hal ini dijelaskan bagaimana or- ganisasi dan
pemilik risiko memetakan kondisi internal dan kondisi eksternal untuk
mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang kondisi lingkungan
bisnis yang menjadi tem- pat dimana organisasi berusaha mencapai
berbagai sasaran dan memperoleh informasi yang akurat tentang kondisi
lingkungan bisnis yang menjadi sumber-sumber penyebab risiko yang
mempengaruhi ketercapaian sasaran. Kriteria risiko merupakan sebuah
aktivitas untuk digunakan menilai tingkat risiko, baik dalam hal ancaman
kerugian maupun pe- luang yang bermanfaat bagi pencapaian sasaran.
c. Identifikasi Risiko
Dalam proses manajemen risiko hal yang harus dilakukan yaitu
identifikasi risiko, mengenali, menerima dan menjabarkan risiko yang
dapat menunjang atau mengham- bat pencapaian sasaran organisasi
d. Analisis Risiko
Proses manajemen risiko juga terdapat tahapan Analisa risiko yang
bertujuan untuk memahami sifat, perilaku risiko dan peringkat risiko.
Dalam analisa risiko meliputi pertimbangan detail terkait dengan
ketidakpastian, sumber risiko, dampak, kemungkinan, peristiwa risiko
yang terjadi, skenario, pengendalian risiko dan keefektifannya.
e. Evaluasi Risiko
Untuk tahap perbaikan yaitu perlunya dilakukan evaluasi dengan
tujuan membantu proses pengambilan keputu- san, evaluasi dilakukan
dengan mempertimbangkan risiko terhadap kriteria yang telah ditentukan.
f. Perlakuan Risiko
Setelah risiko telah dilakukan assessment risiko, maka selanjutnya
dilakukan seleksi opsi-opsi perlakuan risiko, perlakuan tanggap darurat
dan pemulihan dan menyiapkan dan melaksanakan rencana perlakuan
risiko.
g. Pemantauan dan Tinjauan
Pemantauan dan tinjauan adalah bagian dari mana- jemen risiko yang
digunakan dalam memastikan bahwa seluruh tahapan proses dan fungsi
manajemen risiko ber- jalan dengan benar dan baik. Tujuan dari
pemantauan dan tinjauan untuk menjamin dan memperbaiki kualitas
keefek- tifan rencana pelaksanaan proses manajemen risiko, imple-
mentasi dan hasil akhir yang diharapkan.
h. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan bertujuan untuk mengo- munikasikan
aktivitas-aktivitas proses manajemen risiko, menyediakan informasi bagi
pengambil keputusan, mem- perbaiki aktivitas proses manajemen risiko
dan membantu interaksi dengan stakeholders. (Fachmi Basyaib, 2007).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Sentra usaha tas anyaman plastik di Kabupaten Lamongan berada di


Kecamatan Turi Secara geografis, Kelurahan Turi merupakan kelurahan yang
berada di posisi paling utara. Industri tas anyaman plastik ini bersifat padat
karya, yang lebih banyak menggunakan jasa manusia dalam proses
produksinya. Proses pembuatan produk tas anyaman plastik sangat tergantung
pada kreasi, imajinasi, dan keterampilan pembuatnya, yang merupakan
gabungan dari proses mekanik (pemotongan dan pengolahan rotan) dan
pengerjaan seni
Pada Industri kecil rotan ini terdapat beberapa jenis produk yang
dihasilkan dengan bahan baku rotan secara keseluruhan maupun dengan
campuran dengan bahan lain.

Produk yang dihasilkan oleh sentra industri ini meliputi:

1. Tas anyaman plastik bahan kaca, dengan ukuran Mini, Kecil, Sedang
dan Besar

2. Tas anyaman plastik bahan lurik, denga ukuran Mini, Kecil, Sedang
dan Besar

Identifikasi risiko dalam UMKM Kerajinan tas anyaman plastik dapat


dilakukan dengan melakukan analisa SWOT. Analisa ini juga didasarkan pada
pengamatan langsung ke UD “SUMBER MAKMUR”. Selain itu risiko juga
didapatkan dari studi literature mengenai kendala yang dihadapi oleh UMKM
tas anyaman plastik. Dari hasil pengamatan langsung dan juga studi literature
mengenai kondisi UMKM tas anyaman plastik, maka dapat dibuat analisa
Strength, Weakness, Opportunity dan Threat (SWOT). Analisa SWOT yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Strength
Industri kerajinan rotan memiliki beberapa strength, antara lain:
1. Produk merupakan produk handmade yang disukai konsumen terutama
konsumen luar negeri seperti Eropa, Timur Tengah dll
2. Adanya pelarangan ekspor rotan mentah yang belum diolah
b. Weakness
Weakness yang dimiliki industri kerajinan rotan antara lain:
1. Kurangnya Inovasi
2. Sulitnya bahan baku rotan alami
3. Supplier bahan baku terbatas hanya dari Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo.
4. Harga bahan baku (rotan) yang semakin mahal.
5. Pendanaan yang terbatas karena tidak mendapat bantuan dari pemerintah
setempat.
6. Keterlambatan pengiriman bahan baku rotan.
c. Opportunity
Ada beberapa opportunity dari industri kerajinan rotan, yaitu:
1. Munculnya bahan subtitusi seperti rotan sintetis, enceng gondok dll
2. Pemerintah yang terus menggalakkan untuk meningkatkan kinerja
UMKM di Indonesia dengan berbagai program untuk membantu
kegiatan UKM
d. Threat
Threat yang ada pada industri kerajinan rotan ini ada 2, yaitu:
1. Barang sejenis dari bahan lain yang lebih kuat dan tahan lama
2. Barang sejenis dengan bahan baku sama produk Negara lain dengan rotan
Indonesia

Dari hasil analisa SWOT dapat diidentifikasi risiko yang ada pada
UKM Rotan:
1. Risiko Supply yang terdiri dari :
a. Sulitnya bahan baku rotan alami
b. Supplier bahan baku terbatas hanya dari Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo.
c. Harga bahan baku (rotan) yang semakin mahal.
d. Keterlambatan pengiriman bahan baku rotan.
2. Risiko Operasional
a. Manajemen sumber daya manusia
b. Belum ada Pelatihan SDM
3. Risiko Pemasaran
a. Kurangnya Inovasi
b. Adanya barang sejenis dari bahan lain yang lebih kuat dan tahan lama
c. Adanya Barang sejenis dengan bahan baku sama produk negara lain.

Penilaian risiko dilakukan dengan menggunakan matriks penilaian risiko


dengan menilai dari likelihood dan consequence dari masing-masing risiko.
Pada matriks penilaian dari likelihood dibagi menjadi almost never, unlikely,
possible, likely, almost certain. Sedangkan pada consequence dibagi menjadi
minor, moderate, severe, mayor, catastrophic.
Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) Jawa Timur
menelusuri kendala utama terhambatnya pasokan dan menemukan bahwa
terdapat kesenjangan harga jual di petani dengan industri. Selisih harga ini
terjadi karena ada perantara yang mengambil keuntungan berlebih. Sehingga
untuk mengatasi hal tersebut, pelaku industri dengan petani mendirikan Aliansi
Bangkit Rotan Industri (ABRI) sebagai jembatan kepentingan petani dengan
pengusaha, termasuk membuka akses penjualan langsung tanpa perantara.
Untuk memperbaiki kondisi IKM Rotan secara umum dapat dilakukan
dengan :
a. Kerjasama dari berbagai unsur dan instansi.
b. Pembinaan terpadu bagi pengusaha rotan,
c. Terbukanya akses terhadap pengembangan pasar baru di skala regional,
nasional, maupun internasional.
d. Pengembangan jaringan pasar melalui multimedia.
e. Proteksi impor juga diperlukan agar industri rotan Malang tidak
semakin terpuruk.
Pada risiko supply di industri rotan, respon yang dilakukan adalah
dengan cara mitigating atau mengurangi risiko yang ada atau akan muncul.
Perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko supply dapat dilakukan
dengan beberapa cara sesuat dengan diagram SWOT sebagai berikut:
a. Melakukan kerjasama berkelanjutan terhadap supplier.
b. Mencari banyak relasi atau alternatif supplier lain untuk mengantisipasi
ketidaktersediaan bahan baku ataupun harga bahan baku yang tinggi.
c. Melakukan kerja sama dengan pihak pemerintah, terutama dalam hal
antisipasi harga rotan yang tinggi.
d. Mencoba bahan baku lain selain rotan sebagai tambahan ataupun bahan
utama.
Pada risiko pemasaran di industri rotan, respon yang dilakukan adalah
dengan cara mitigating atau mengurangi risiko yang ada atau akan
muncul.Perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko pemasaran
yaitu dengan cara sebagai berikut:
a. Melakukan kerjasama berkelanjutan terhadap distributor dan konsumen.

b. Mengadakan perjanjian kerjasama dengan distributor atau pihak ketiga


dalam pemasaran mengenai pembayaran dan jaminan terhadap barang
yang dibawa/dijual ke luar kota.
c. Mengadakan iklan/promosi melalui media sosial agar pemasaran dapat
dilakukan lebih jauh dan berkembang dan mengajak pemerintah untuk
terlibat dalam pemasaran
d. Mengadakan kerjasama dengan pemerintah terutama dalam hal
kemudahan eksport produk dan pengembangan pemasaran.

Anda mungkin juga menyukai