Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SYARAT MASUK UJIAN AKHIR SEMESTER

TENTANG

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOLEKSI

OLEH

NAMA : RAHMAT ILLAHI

NIM : 20026086

PRODI : INFORMASI PERPUSTAKAAN DAN

KEARSIPAN

DOSEN PEMBIMBING : GUSTINA ERLIATI,S.Hum.,M.Ip.

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TAHUN AJARAN 2021


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada zaman ini yaitu era globalisasi memungkinkan banyaknya akses ntuk
mencari informasi dari segala penjuru dunia salah satunya adalah melalui
perpustakaan yang sudah banyak didirikan. Dengan adanya perpustakaan kita juga
dapat mencari, mengolah ataupun menyimpan data atau yang dikenal dengan
perpustakaan digital.
Dalam dunia pendidikan khususnya, perpustakaan dijadikan sebagai sarana
informasi yang di perlukan sebagai sumber belajar maupun laboratorium belajar
yang memungkinkan para tenaga pendidik dan peserta pendidik meningkatkan
kualitasnya.
Namun hal yang paling utama dalam mengoptimalkan fungsi perpustakaan
adalah minat baca yang harus dimiliki seseorang dan juga manajemen
perpustakaan yang dapat meningkatkan minat baca. Namun pada kenyataannya
tidak semua sekolah dapat menyelenggarakan perpustakaan sekolah dengan baik.
Masih banyak kendala yang dihadapi oleh Sekolah, salah satunya adalah
kurangnya pengetahuan para pengelola perpustakaan tentang masalah manajemen
perpustakaan. Buku-buku tentang perpustakaan sekolah yang beredar kebanyakan
membahas hal-hal teknis tentang penyelenggaraan perpustakaan dan Bukan
manajemen dari perpustakaan itu sendiri.
Kemudian apabila kita memasuki suatu perpustakaan sekolah, yang kita
lihat pertama adalah jajaran buku dan bahan pustaka lain yang diatur secara rapih
di rak buku, rak majalah, maupun rak-rak bahan pustaka lain.
Perkembangan Iptek yang semakin pesat di era globalisasi zaman now ini
sudah semestinya akses informasi dan jenis koleksi bahan pustaka bertambah
pula. Untuk membangun dan mengembangkan koleksi perpustakaan perlu
dilakukan seleksi, tidak mungkin sebuah perpustakaan bagaimanapun besarnya
akan menghimpun semua bahan pustaka yang ada. Penyeleksian ini bertujuan agar
bahan pustaka tidak terlepas dari perkembangan zaman dan kebutuhan
pengguna/user/pemustaka itu sendiri sehingga pemanfaatan perpustakaan akan
mengenai sasaran dengan tepat.(Soeatminah: 1992:32) Berbagai macam, jenis dan
jumlah bahan pustaka menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi pustakawan atau
pengelola perpustakaan untuk bisa memilih bahan pustaka yang cocok dan
memenuhi kebutuhan pemakainya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Dari pernyataan diatas maka timbul permasalahan atau pertanyaan mengapa
perpustakaan belum bisa menjadi fungsi (sebagai media informasi)
yangsebenarnya?
2. Mengapa koleksi buku diperpustakaan masih banyak kekurangan dalam
artian tidak memenuhi tuntutan siswa/mahasiswa?
3. Kedua permasalahan ini yang sering menyebabkan konsumen atau pengguna
perpustakaan lari kepada media atau perpustakaan lain untuk mendapatkan
informasi yang mereka inginkan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebijakan Pengembangan Koleksi


Mengembangkan atau membangun koleksi merupakan tugas utama
perpustakaan. Tanpa pertambahan dan pergantian koleksi, perpustakaan tidak
akan pernah menjadi pusat informasi. Pengembangan koleksi mencakup semua
kegiatan untuk memperluas dan memperbanyak bahan perpustakaan di
perpustakaan. Hal yang ditekankan disini terutama pada aspek seleksi dan
evaluasi bahan perpustakaan. Adapun yang dimaksud dengan seleksi adalah
proses mengidentifikasi bahan perpustakaan yang akan ditambahkan pada koleksi
yang telah ada di perpustakaan.
Koleksi perpustakaan hendaklah tetap dibina atau dikembangkan melalui
seleksi yang sistematis dan terarah, sesuai dengan tujuan, rencana, dan anggaran
yang tersedia. Se dangkan yang dimaksud dengan evaluasi adalah kegiatan
mengkaji, mensurvei dan menganalisis kebutuhan pemustaka/pemakainya.
Pustakawan yang bertugas di bidang Akuisisi harus mengetahui betul apa tujuan
perpustakaan dan pemakainya. Pengertian koleksi perpustakaan menurut buku
pedoman pembinaan koleksi dan pengetahuan literature,koleksi perpustakaan
adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah,dan disimpan untuk
disajiakan kepada masyarakat, guna untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan
informasi.
Dan juga dengan mempunyai koleksi yang lengkap dengan jumlah yang
memadai, didukung oleh luas ruangan yang cukup leluasa untuk menampung
kapasitas koleksi tersebut akan menjadi sebuah nilai lebih bagi sebuah
perpustakaan. Namun untuk menambah koleksi juga bukan merupakan hal yang
mudah. Faktor utama yang menjadi kendala dalam penambahan koleksi ini adalah
masalah keuangan. Namun, hal ini dapat disiasati dengan beberapa langkah
seperti :
a. Membeli buku-buku murah pada saat diadakan pameran. Pemberian diskon
sebagai harga promosi yang dilakukan oleh banyak pernerbit dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pengelola perpustakaan dalam rangka
menambah koleksi perpustakaan yang baik dan berkualitas.
b. Menjadikan perpustakaan sebagai pusat deposit. Setiap kegiatan sekolah
yang menghasilkan karya berupa buku, majalah, maupun karya-karya lain yang
berupa tulisan disimpan di dalam perpustaan sebagai bahan koleksi di
perpustakaan.
c. Menjalin kerjasama dengan pihak luar, seperti perpustakaan-perpustakaan
lain yang sejenis maupun yang tidak sejenis, pertukaran koleksi dan
peminjaman koleksi perpustakaan dalam jangka waktu berkala. Selain
kerjasama dengan perpustakaan, kerjasama dengan pihak lain yang erat
kaitannya dengan buku juga dapat dilakukan, misalnya seperti kerjasama
dengan penerbit, terutama penerbit-penerbit lokal sehingga terjadi kerjasama
yang bukan cuma menguntungkan pihak perpustakaan sekolah, namun juga
menguntungkan pihak penerbit karena badan usahanya semakin dikenal luas.
d. Mencari donatur buku atau bahan pustaka, baik dari pihak pemerintah,
swasta mapun donatur pribadi. Pencarian ini dapat dilakukan melalui tatap
langsung (bertemu langsung) maupun melalui penerlusuran di internet, dan
bergabung dengan komunitas penulis/milis perpustakaan untuk mendapatkan
kesempatan koleksi gratis.
e. Koleksi tambahan juga dapat diperoleh melalui penyiangan koleksi
perpustakaan lain yang sedang melakukan pembenahan, namun biasanya
koleksi perpustakaan ini merupakan buku-buku lama yang kondisi fisik dan
isinya sudah kurang mendukung sehingga untuk mendapatkan tambahan
koleksi dari hasil penyiangan harus benar-benar dapat memilih dan menyeleksi
bahan-bahan pustaka yang sesuai dan relevan dengan perpustakaan yang
bersangkutan.
Adapun Salah satu komponen perpustakaan adalah koleksi, tanpa adanya
koleksi yang baik dan memadai maka perpustakaan tak akan memberikan layanan
yang baik kepada masyarakat pemakainya. Dalam hal ini yang dimaksud dengan
koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan
disimpan untuk disebarluaskan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan
informasi mereka.
Adapun tujuan penyediaan koleksi perpustakaan adalah untuk menunjang
pelaksanaan program lembaga induknya. Seperti halnya untuk perpustakaan
perguruan tinggi, maka tujuan penyediaan koleksi perpustakaan adalah untuk
menunjang pelaksanaan program pendidikan, pengajaran, penelitian, dan
pengabdian pada masyarakat. Oleh karena itu, koleksi perpustakaan perguruan
tinggi tidak hanya disajikan bagi para mahasiswa, pengajar dan peneliti, tapi juga
bagi masyarakat yang memerlukannya. Bahan pustaka yang tersedia di
perpustakaan dapat dikelompokan dalam dua bentuk yaitu tercetak dan tidak
tercetak. “Perpustakaan sekolah akan dapat berfungsi sebagai sumber informasi
dan sumber belajar apabila di dalam perpustakaan sekolah tersebut tersedia
banyak koleksi”.

1. Definisi Kebijakan
Kebijakan sebagai seperangkat prinsip dan strategi yang akan menjadi
panduan mengenai tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Kebijakan ini bisa dikembangkan dalam level
organisasi atau insitusi (micropolicies), atau juga dalam tingkat regional, nasional,
dan internasional (macropolicies).
Sedangkan Stuert dan Moran menjelaskan bahawa kebijakan biasanya
berasal dari sebuah keputusan awal dan menjadi pernyataan atau pengertian
umum yang menjadi saluran berpikir dalam pengambilan keputusan di masa
depan. Kebijakan ini menjadi panduan dalam bertindak, terutama dalam kegiatan
sehari-hari, dengan maksud untuk menciptakan keseragaman dalam mengelola
sebuah organisasi. Meskipun biasanya kebijakan dibuat untuk maksud yang baik,
tapi pada intinya adalah membatasi. Ini karena kebijakan menentukan tindakan
apa yang akan dilakukan akan mencegah penyimpangan dari aturan yang sudah
disepakati. Kebijakan berusaha menghilangkan perbedaan yang biasanya berasal
dari konflik pribadi dan tekanan lainnya.
Kebijakan ini biasanya berfungsi untuk memastikan bahwa keputusan yang
diambil masih sesuai dengan filosofi dan tujuan organisasi. Bryson menilai
kebijakan dalam sebuah organisasi dapat digunakan untuk:
1. Menangani masalah yang ada di dalam organisasi.
2. Sebagai panduan setiap orang dalam pembuatan keputusan.
3. Memastikan konsisten dalam pencapaian tujuan organisasi.
4. Menjadi panduan dalam menangani masalah-masalah yang aktual.
5. Menjelaskan nilai-nilai dan tujuan organisasi.
6. Membuat komitmen dengan tujuan organisasi.
7. Memenuhi hak-hak staf.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan
yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat
secera terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain
kebijakan sebuah perpustakaan seharusnya dituangkan dalam bentuk yang jelas
sehingga fungsi sehingga perpustakaan akan berjalan dengan baik.
Tidak ada definisi yang baku tentang kebijakan pengembangan koleksi.
Snow juga mengatakan kurangnya definisi yang bener-bener tepat untuk
menjelaskan kebijkan pengembanagn koleksi tertulis. Namun dengan menbaca
definisi-definisi yang diberikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan
pengembangan koleksi adalah suatu ketentuan atau ketetapan yang memuat
prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara pengembangan koleksi perpustakaan
yang telah disetujui oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab atas upaya
penambahan dan perluasan koleksi di suatu perpustakaan. Di dalamnya mencakup
segala aktivitas yang berkaitan dengan perencanaa, pendanaan, pemilihan, dan
pengadaan bahan pustaka. Kebijakan pengembangan koleksi ini juga akan
menjadi sebuah kerangka kerja dan sekumpulan paramater yang dijadikan sebagai
acuan kerja oleh staf perpustakaan dan menilai pelayanan kepada pengguna
perpustakaan.
Kebijakan pengembangan koleksi dapat dilaksanakan secara terarah,
kebijkan pengembangan koleksi harus disusun secara terrulis. Karena tanpa
adanya kebijakan tertullis, kesalah pahaman bisa saja terjadi sehingga
pengembangan koleksi ke arah koleksi yang mutakhir dan relevan dengan
kebutuhan pengguna ytidak akan terpenuhi.
Sedangkan menurut Wortman dalam Snow mengatakan kebijakan tertulis
ini merupakan sebuah kristalisasi dari pemahaman setiap perpustakaan mengenai
bagaimana koleksi perpustakaan bisa memenuhi misi dan tujuan perpustakaan
tersebut. Menurut dishersebuah kebijakan pengembangan koleksi yang tertulis
harus selalu menjadi dokumen yang bisa di akses oleh siapa saja atau menjadi
sebuah dokumen publik. Ini karena bila ada orang yang ingin membacanya dia
akan tahu untuk siapa utamanya koleksi ditunjukan, siapa yang benar-benar
bertanggung jawab dalam melakukan seleksi, bagaimana seleksi dilakukan,
prioritas yang ada untuk koleksi, bahan pustaka yang tidak akan dimasukkan ke
dalam koleksi, dan bagaimana koleksi dievaluasi, dirawat, dan digunakan.
Kebijakan pengembangan koleksi didasari oleh beberapa asas berikut ini:
1. Kerelevanan
Koleksi perpustakaan hendaknya relevan dengan aktivitas yang telah
diprogramkan oleh perpustkaan ssehingga memudahkan pencapaian kinerja
perpustakaan yang memuaskan para stakeholders. Pustakawan harus bisa
mengantisipasi perkembangan yang terjadi pada masyarkat pengguna.
2. Berorientasi kepada Kebutuhan Pengguna
Pengembangan koleksi harus ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan
pengguna. Masing-masing jenis perpustakaan mempunyai pengguna yang
berbeda, yang berbeda pula pola kebutuhan informasinya. Pustakawan harus
bisa membaca kebutuhan berbagai kelompok pengguna yang dalam
populasi yang dilayani perpustakaan.
3. Kelengkapan
Koleksi perpustakaan hendaknya lengkap dalam arti terkait dengan
kebutuhan para pengguna utama perpustakaan walaupun secara hakiki sudah
di ketahui bahwa tidak mungkin bagi sebuah perpustakaan dapat memenuhi
semua kebutuhan penggunanya. Namun demikian, penting bagai
pustakawan untuk dapat mendeteksi kebutuhan sehari-hari dari pengguna
utama perpustakaannya sehingga dapat menjadi perpustakaan andalan para
pengguna. Tentunya wajar sebuah perpustakaan akan ditinggalkan oleh
penggunanya apabila apa yang dicari pengguna sering tidak bisa diperoleh
di perpustakaan itu.
4. Kemutakhiran
Koleksi hendaknya mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mutakhir. Dengan demikian, perpustakaan harus megadakan dan
memperbaruhi bahan pustaka yang menjadi koleksi. Sejumlah dana rutin
diperlukan oleh perpustakaan untuk membeli berbagai bahan pustaka yang
sesuai dengan kebutuhan pengguna, yang jumlahnya tidak kecil mengingat
semakin tingginya harga bahan pustaka yang beredar di pasaran.
5. Kerja sama
Koleksi perpustakaan sebaiknya merupakan hasil kerja sama semua pihak
yang berkepentingan dalam pengembangan koleksi, yaitu antara
pustakawan, pembina perpustakaan, pimpinan bahan induk, tokoh
masyarakat , guru/dosen/peneliti, dan berbagai pihak lain tergantung jenis
perpustakaannya. Dengan kerja sama yang baik, diharapkan pengembangan
koleksi dapat berdaya guna dan berhasil guna.
Dalam membuat kebijakan pengembangan kolekssi kita harus mengetahui:
1. Kekuatan dan kelemahan koleksi perpustakaan
Di dalam kekuatan dan kelemahan koleksi perpustakaan ini kebijakan
pengembangan koleksi sangat berpengaruh terhadap kelemahan dan kekuatan
sebuah bahan pustaka, karena bahan, misalnya kelemahan koleksi tersebut
tidak baik terhadap pengetahuan pemakai dan tidak mendukung aspek-aspek
dalam proses pembelajaran, dan kekuatan bahan pustaka sendiri adalah suatu
koleksi yang dapat menunjang sebuah pengetahuan pemakai dan dapat di
jadikan suatu peningkatan kembali terhadap pemilihan koleksi.
2. Pengguna yang kita layani dan bagaimana mereka berubah
Di dalam poin kedua ini mengapa kebijakan di perlukan karena kita sebagai
SDM yang mengelola perpustakaan akan dapat memberikan pelayanan kepada
pengguna perpustakaan, dan bagai mana memberikan masukan kepada
pengguna untuk proses penggunaan koleksi yang lebih baik.
3. Sumber-sumber informasi lain yang tersedia di sekitar lingkungan pengguna
perpustakaan anda atau yang tersedia secara pinjam antar perpustakaan.

2. Fungsi Kebijakan Pengembangan Koleksi
Fungsi kebijakan koleksi secara garis besar di bagi menjadi 3 kelompok
sebagai berikut:
1. Fungsi perencanaan
Kebijakan pengembangan koleksi merupakan perencanaan yang mengatur
prioritas dalam mengalokasikan sebagai sumber dana, setelah lebih dahulu
mengenal siapa saja yang akan dilayani perpustakaan, mengetahui bidang
ilmu apa yang akan di kembangkan, serta penelitian-penelitian yang akan
dilakukan. Sebelum itu, perlu diketahui lebih dahulu profil koleksi
perpustakaan, bidang ilmu apa yang dapat ditunda pengadaannya sampai
tersedia dana lain. Untuk itu, perpustakaan harus dapat menentukan
prioritas pengadaannya.
2. Fungsi Komunikasi Internal
Perpustakaan perlu berkomunikasi dengan masyarakat sendiri, baik itu
pimpinan badan induk, para penyandang dana, staf badan induk sebagai
pengguna atau calon pengguna potensi, seperti dosen mahasiswa, guru,
siswa, peneliti, masyarakat, tergantung pada jenis perpustakaannya. Proses
pembuatan kebijakan pengembangan koleksi ini memerlukan konsultasi
dengan kelompok-kelompok tersebut dan diharapkan kegiatan dialog ini
berlangsung secara kontinu.
Kebijakan pengembangan koleksi akan memberitahu pada para pemakai,
administrator, dewan pembina dan pihak lain apa cakupan, serta ciri-ciri
koleksi yang telah ada rencana untuk pengembangan selanjutnya. Apabila
perpustakaan tidak dapat mengembangkan semua bidang ilmu yang
dicakup dilembaga induknya secara merata atau tidak dapat memenuhi
permintaan kelompok pengguna secara adil maka harus dibuat pernyataan
sebagai penjelasan, kemudian di sebarluaskan. Keterbukaan ini akan
lebihmemuaskan pengguna. Kebijakan pengembangan koleksi inilah yang
dapat dijadikan sebagai dokumen pegangan dalam berkomunikasi dengan
pihak-pihak internal. Kebijakan pengembangan koleksi merupakan
pedoman bagi para selektor. Dengan adanya kebijakan, mereka bekerja
lebih terarah karena sasran jelas dan dana yang terbatas dimanfaatkan
dengan lebih bijaksana.
3. Fungsi Komunikasi Eksternal
Perpustakaan perlu memberitahu perpustakaan lain tentang rencana
pengembangan koleksinya, termasuk bidang ilmu yang akan
dikembangkan. Hal ini penting dilakukan sebagai upaya peningkatan kerja
sama antar perpustakaan. Saling menginformasikan koleksi berikut
rencana pengembangannya karena selain bertujuan untuk menghindari
pemilikan koleksi yang sama, juga memungkinkan pengguna perpustakaan
mendapat informasi dari sumber bahan pustaka yang lebih luas.\

3. Manfaat Kebijakan Pengembangan Koleksi


Banyak sekali manfaat dari kebijakan pengembangan koleksi. Untuk itu, daftar
berikut ini akan memerinci manfaat tersebut:
1. Menjadi dokumen untuk sosialisasi kepada masyarakat, sebagai standar
utuk menginformasikan kepada setiap orang tentang sifat dan ruang
lingkup koleksi.
2. Menginformasikan kepada setiap orang prioritas pengoleksian.
3. Mendorong pemikiran tentang prioritas secara organisasi untuk koleksi.
4. Menghasilkan komitmen pada tingkat tertentu sesuai dengan sasran
organisasi.
5. Menentukan standar untuk materi yang bisa masuk ke koleksi dan mana
yang masuk, menghadapi, masalah sensor dengan menjelaskan bahan
macam apa yang akan dibeli dan menunjukan bahwa kebijakan tersebut
didukung oleh para administratot lembaga yang bersangkutan.
6. Mengurangi pengaruh dari pemilih tunggal dan bis perorangan.
Memberikan sebuah sarana pelatihan dan orientasi bagi staf baru.
7. Memberikan sebuah sarana pelatihan dari orientasi bagi staf baru.
8. Membantu menjamin kekonsistenan dari bagi staf baru.
9. Memberikan pedoman kepada staf dalam menghadapi protes maupun
keluhan dari para pengambil keputusan dan pengguna.
10. Membantu dalam penyiangan dan mengevaluasi koleksi, membantu
identifikasi bahan pustaka yang perlu dipindahkan ke gedung atau di
keluarkan dari koleksi.
11. Membantu dalam rasionalisasi alokasi anggaran.
12. Membantu dalam perencanaan anggaran jangka panjang dengan
menetapkan prioritas-prioritas dan garis besar sasaran pengembangan.
13. Menjadi sebauh alat dalam menilai kinerja secara keseluruhan dari
program pengembangan koleksi.
14. Memberikan informasi kepada pihak-pihak luar perpustakaan tentang
tujuan dari pengembangan koleksi.
15. Membantu memilih cara terbaik untuk pengadaan, misalnya langsung dari
penerbit atau melalui jobber.
16. Membantu menetapkan metode untuk menilai bahan sebelum dibeli.
17. Membantu merencanakan bentuk-bentuk kerja sama dengan perpustakaan
lai, seperti pinjam antar perpustakaan, kerja sama dengan pengadaan.
Sedangkan Gorman dan Howes memberikan penjelasan manfaat dan fungsi dari
kebijakan pengembangan koleksi sebagai berikut:
1. Menjadikan staf perpustakaan mengetahui dan benar-benar berkomitmen
pada tujuan dari perpustakaan, membantu mereka mengidentifikasi
kebutuhan pengguna baik yang jangka pendek atau jangka panjang, dan
untuk membantu penyusunan prioritas alokasi dana.
2. Membantu memastikan bahwa perpustakaan berkomitmen untuk melayani
semua pengguna perpustakaan, baik saat ini ataupun di masa yang akan
datang.
3. Membantu membuat standar dalam melakukan penyeleksian dan
penyiangan koleksi.
4. Menginformasikan pengguna, staf, dan perpustakaan lainnya mengenai
cakupan koleksi yang ada dan memfasilitasi koordinasi dalam melakukan
pengembangan koleksi antar institusi.
5. Membantu meminimalisir kesalahan dan ketidaksinambungan dalam
proses seleksi.
6. Sebagai alat bantu untuk melatih staf baru.
7. Membantu menjamin keberlangsungan koleksi secara berkelanjutan antara
satu staf dengan staf lainnya.
8. Membantu dalam melakukan evaluasi pribadi staf itu sendiri atau evaluasi
yang dilakukan oleh pihak luar.
9. Membantu memperlihatkan bahwa perpustakaan benar-benar berjalan.
10. Menyediakan informasi untuk digunakan dalam penyusunan anggaran
perpustakaan.
11. Membantu melakukan efisiensi dalam pembuatan keputusan sehari-hari
yang akan membantu staf perpustakaan baru.
12. Sebagai sarana untuk menangani ketidak puasan baik dari staf
perpustakaan ataupun pengguna perpustakaan.
IFLA menyimpulkan ada empat pertimbangan mengapa sebuah perpustakaan
harus memiliki kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis yakni untuk
kepentingan:
1. Seleksi
Fungsi utama dari kebijakan pengembangan koleksi yang tertulis adalah untuk
menyediakan penduan kepada staf perpustakaan dalam melakukan seleksi dan
deseleksi untuk dijadikan koleksi. Ini setidaknya akan mengurangi perbedaan
pendapat antar staf dalam melakukan seleksi untuk mencapai sasaran utama dalam
kegiatan pengembangan koleksi. Kebijakan ini juga akan memastikan ada
kesinambungan dan konsistensi dalam melakukan seleksi.
2. Perencanaan
Sebuah dokumen kebijakan menyediakan dasar-dasar yang kuat untuk melakukan
perencanaan, dengan cara membantu dalam menentukan mana material yang
menjadi prioritas, khususnya di saat sumber finansial cukup terbatas. Ini
menyediakan dasar untuk alokasi yang berimbang dalam menentukan koleksi
mana ang benar-benar harus dimiliki, dan membantu alasan mengapa suatu
sumber informasi dibeli atau dijadikan koleksi perpustakaan.
3. Hubungan masyarakat
Pernyataan kebijakan secara formal bisa menjadi berguna bagi perpustakaan saat
berurusan dengan pengguna, penyelenggara, dan badan penyokong dana.
Kebijakan ini akan menyatakan tujuan dari perpustakaan, memperlihatkan
akuntabilitas, dan komitmen pada tujuan-tujuan yang telah di setujui. Idealnya,
pembuatan kebijakan ini juga mengikutkan partisipasi baik dari pengguna
perpustakaan dan penyelenggaranya sehingga ini akan meningkatkan komunikasi
antar perpustakaan dan penggunanya. Kebijakan ini akan menjadi seperti sebuah
kontrak dengan pengguna perpustakaan karena kebijakan tersebut berfungsi untuk
memperlihatkan apa yang pengguna perpustakaan bisa harapkan pada koleksi
perpustakaan ataupun pada pelayanan lainnya.
4. Jaringan dan kerjasama
Sebuah perpustakaan tidak akan bisa memenuhi semua kebutuhan penggunanya.
Perpustakaan-perpustakaan sebaiknya berkumpul bersama dalam sebuah kerja
sama, aliansi, ataupun konsorsia. Ada baiknya antar perpustakaan tersebut saling
mengetahui apa yang menjadi koleksi di perpustakaannya masing-masing. Sebuah
kebijakan pengembangan koleksi yang tertulis akan menjadi dasar dalam
melakukan kerja sama dan berbagai sumber informasi, baik itu secara lokal,
regional, nasional, atau bahkan secara internasional.

4. Pembuat Kebijakan
Proses pembuatan kebijakan pengembangan koleksi dimulai oleh
sekelompok orang yang peduli dengan masa depan perpustakaannya. Mereka
berdiskusi bagaimana cara terbaik untuk mengembangkan perpustakaannya.
Disamping itu mereka juga merencanakan, mendesain, dan melaksanakan
kebijakan tersebut sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui, sehingga
nantinya akan tercipta layanan perpustakaan yang prima dengan menggunakan
anggaran dana secara bijaksana.
Futas berpendapat dalam pembuatan kebijakan atau perencanaan sebaiknya
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Merumuskan hal-hal yang perlu untuk dilakukan dan diselesaikan oleh tim
perencanaan.
2. Mengumpulkan berbagai jenis informasi dan dengan jumlah yang tepat pula
untuk mendukung pembuatan keputusan.
3. Memformulasikan dan menuliskan kebijakan yang telah disepakati bersama.
4. Menentukan langkah selanjutnya setelah kebijakan itu dibuat atau dengan kata
lain melaksanakannya dan mengambil manfaat dari kebijakan yang telah dibuat.

5. Isi Kebijakan Pengembangan Koleksi
Isi kebijakan pengembangan koleksi diawali dengan penjelasan singkat
tentang misi perpustakaan dan sasaran yang ingin dicapai deskripsi masyarakat
yang ingin dilayani kemudian dilanjutkan dengan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
1. Penjelasan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas pengelolaan
perpustakaan dan siapa yang diberi wewenang untuk seleksi.
2. Metode pemilihan, pengaturan anggaran, komposisi masyarakat yang dilayani
dan informasi berupa :
a. Pedoman dan kriteria seleksi,
b. Daftar timbagan buku (riview) tipe timbangan buku yang digumakan untuk
seleksi.
3. Masalah-masalah khusus didaftarkan dengan terperinci, misalnya jenis bahan
pustaka yang tidak dikoleksi, berapa kopi dari satu judul, penjilidan,
penggantian buku atau bahan pustaka yang hilang.
4. Penjelaskan mengenai komposisi koleksi yang akan dikembangkan dibagi atas
subjek dan keterangan mengenai prioritas. Tiap bidang subyek disarankan
untuk terperinci sebagai berikut:
a. Tingkat kedalaman, yaitu koleksi yang sudah ada, penambahan yang
sedang berjalan, penambahan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
program.
b. Bahasa
c. Cakupan priode kronologis.
d. Format yang dibeli/tidak dibeli.
e. Siapa yang bertanggung jawab atas seleksi.
5. Bahan pustaka yang berbahasa asing.
6. Jenis bahan pustaka berserta definisi tiap jenis dan kategorinya, keterangan
masa yang dibeli, mana yang tidak, dan pentingnya bahan pustaka tersebut bagi
koleksi atau pemakai.
7. Hadiah dan cara penagananya.
8. Pinjam antar perpustakaan, jaringan dan bentuk kerjasama lain yang
berpengaruh terhadap perkembagan koleksi.
9. Kriteria dan tata cara penyiangan.
10. Sikap perpustakan terhadap sensor dan masalah lain yang berkaiitan dengan
intellectual freedom.

6. Unsur-unsur Kebijakan Pengembangan Koleksi
Untuk melaksanakan pengembangan koleksi perpustakaan secara terarah
perlu ada ketentuan yang jelas sebagai pegangangan bagi selektor. Terlebih dulu
disebutkan tugas dan tujuan perpustakaan yang bersangkutan. Oleh karena itu
disusun kebijaikan yang isinya menyebutkan mengenai prioritas, penolakan,
persetujuan atas bahan pustaka yang dipilih. Kebijakan ini dinilai sangat berguna
dalam menentukan kebijakan ini. Kebijakan dibuat sebaiknya tertulis sehingga
klau timbul masalah dapat dirujuk kembali pada kebijakan yang sudah ditetapkan
itu. Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam membuat kebijakan diantaranya
sebagai berikut:
1. Program lembaga induk perpustakaan
2. Kelompok-kelompok pengguna yang ada dalam popolasi yang dilayani
3. Kebutuhan pengguna
4. Jenis koleksi
5. Kriteria bahan pustaka
6. Jumlah eksemplar
7. Bahan-bahan pustaka yang dikoleksi.
Kewenangan merumuskan kebijakan pengembangan koleksi dipercayakan
kepada:
a. Pustakawan.
b. Wakil Sivitas Akademika.
c. Wakil Unit Penelitian dan unit lain yang terkait.
Kalau melihat ketentuan-ketentuan yang harus dicakup didalamya kebijakan
pengembangan koleksi adalah hal yang rumit untuk dikerjakan. Tapi bagai
manapun juga kebijakan ini harus dibuat oleh sebuah perpustakaan. Masalah
anggaran yang sedikit bukan hambatan perpustakaan dalam pembuatan kebijakan,
agar koeksi suatu perpustakaan tidak menyimpang dari tujuan perpustakaan
didirikan. Untuk pengguna perpustakaan umum harus bersifat terbuka, perlu
banyak kewaspadaan dalam menentukan kebijakan tersebut. Pembuatan kebijakan
seharusnya tidak terlalu ketat dann gterperinci sehingga tidak memberikan banyak
ruang gerak. Sebaliknya jangann terlalu longar pula sehingga tidak menjadi
pegangan.
Pada dasarnya ada 3 unsur utama dalam kebijakan pengembangan koleksi:
1. Pernyataan kebijakan umum.
2. Pernyataan akan tingkat koleksi.
3. Pernyataan tentangberagam pokok persoalan.
1. Pernyataan Kebijakan Umum
Pernyataan ini berisikan, antara lain tentang misi perpustakaan, pernyataan
yang jelas mengenai institusional secara keseluruhan untuk perpustakaan,
mengetahui kelompok dan program utama beserta programnya, menetapkan
prioritas umum yang berkaitan dengan seleksi bahan pustaka, serta dapat
juga berisikan hal yang berhubungan antara kerjasama antar perpustakaan
Pernyataan-pernyataan seperti “sanggup melayani kebutuhan informasi dari
komunitas” memiliki nilai yang sangat kecil dan konkrit tergantung dari
keseriuasan pustakawan untuk mewujudkanya. Faktor-faktor yang
seharunya ada dalam kebijakan umum diantaranya sebagai berikut:
a. Deskripsi umum secara singkat dari komunitas layanan (kota, negara,
sekolah atau bisnis).
b. Identifikasi khusus untuk pelayanan para langganan.
c. Sebuah pernyataan umum berkenaan dengan parameter dari koleksi.
d. Deskripsi terperinci dari jenis-jenis program atau pola kebutuhan yang
harus dipenuhi oleh koleksi.
a. Kebijakan seleksi
Kebijakan ini berisi pernyataan prosedur pelaksanaan seleksi, alat bantu yang
akan digunakan, serta metode yang harus diikuti dalam menentukan buku ,
jurnal dan bahan pustaka lainya yang akan dijadikan seleksi. Didalam pedoman
prosedur pelaksanaan, seleksi ini perlu mencantumkan siapa yang bertanggung
jawab untuk menentukan bahan pustaka yang perlu dibeli dan juga kriteria
yang diipakai untuk mengevaluasi materi tersebut.
Terdapat beberapa asas yang perlu dipertimbangkan dalam seleksi bahan
pustaka yaitu:
1. Wibawa penulis buku dan pentingnya buku untuk pemustaka/pengguna.
2. Isi bahan pustaka cukup bermakna bagi pengembangan pengetahuan
pengguna.
3. Bahasa bahan pustaka.
4. Kwalitas bahan pustaka itu harus memadai.
5. Harga bahan pustaka itu pantas, dibandingkan dengan penggunanya.
6. Bahasa yang digunakan baik dan di kuasai oleh pengguna.
7. Terbitan yang baru memdapat prioritas utama di bandigkan dengan terbitan
lama.
8. Bahan pustaka renik.
9. Setiap bahan pustaka rujukan.
10. Semua buku diadakan dalam jumlah eksemplar terbatas.
11. Mediabahan pustaka dipilih sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Beberapa pertimbangan dalam seleksi bahan pustaka rujukan adalah sebagai
berikut:
1. Apakah susunan bahan pustaka cukup sistematis sehingga mudah dalam
penggunaanya
2. Macam entri yang digunakan
3. Apakah bahan rujukan itu dilengkapi dengan indeks
4. Kelengkapan dan ketelitian rujukan
5. Kualitas terbitan yang cukup baik
6. Kepakaran penyusun harus diteliti
7. Untuk rujukan luar negeri harus di teliti apakan relevan dengan kondisi dan
situasi yang ada di Indonesia

b. Kebijakan pengadaan
Kebijakan lainya yang cukup penting adalah kebijakan pengadaan yang berisi
prosedur yang harus dipakai dalam memperoleh bahan pustaka, termasuk
membuat format pemesanan ,daftar agen yang akan diajak, untuk mengadakan
berbagai macam bahan pustaka, prosedur yang akan digunakan dalam
memperlakukan preformed invoice, dan menentukan bahan pustaka akan
dtempatkan dimana, apabila ada beberapa perpustakaan di instansi tersebut
misalnya:
Cara memperoleh bahan pustaka adalah berikut ini:
1. Pembelian
Pembelian buku dapat dilakukan ditoko lokal, baik buku terbitan lokal atau luar
negeri. Namun buku-buku dari luar negeri sangat terbatas. Perpustakaan dapat
memesan judul buku yang diinginkan pada toko buku tertentu atau pada agen
baik yang ada di dalam negeri ataupun luar negeri. Sekarang ini penerbit luar
negeri juga melayani pembelian dari perpustakaan secara langsung. Masalah
dengan pembelian dari luar negeri adalah adminitrasi pertanggung jawabanya
kepada bagian keuangan lembaganya teruama bagi sebagian besar instansinya.
Selain itu pembelian buku juga bisa dilakukan melalui internet. Contohnya
untuk melanggan majalah ilmiah (jurnal) biasanya perpustakaan harus
menghubungi penerbit jurnal tersebut baik untuk terbitan lokal maupun luar
negeri.
2. Pertukaran
Tambahan bahan pustaka dapat diperoleh melalui pertukaran bahan pustaka
antara perpustakaan satu dengan yang lain atau dengan perpustakaan yang ada
di salah satu instansi. Perpustakaan harus menghubungi lembaga-lembaga,
perguruan tinggi, organisai yang berjalan dibidang ilmu yang sejalan dengan
ilmu yang di kembangkan untuk diajak bekerja sama dalam pertukaran bahan
pustaka.
3. Hadiah
Perpustakkan dapat memperoleh bahan pustaka yang diberikan sebagai hadian
karena dengan adanya hadiah berarti perpustakaan dapat menghemat biaya
pengeluaran. Hadih baru dapat diterima bila memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan oleh perpustakaan. Yaitu apakah bidang ilmu dari koleksi yang
diterima sesuai dengan bidang ilmu yang sedang dikembangkan perpustakaan
tersebut atau tidak.
2. Pernyataan akan tingkat koleksi
Berisikan daftar secara terperinci tentang bidang ilmu yang dikembangkan
perpustakan dan keadaan koleksi saat itu, serta format informasai yang
dikoleksi. Selain itu, menyatakan bidang ilmu apa yang kuat dan bidang
ilmu apa yang lemah koleksinya sehingga perlu di kembangkan. Perlu di
cantumkan bagaimana keadaan koleksi yang di inginkan di masa yang akan
datang. Pada bagian ini banyak pekerjaan pustakawan pada pengembangan
koleksi harus berbicara dengan pengguna mengenai bidang-bidang subjek
yang dibutuhkan kemudian merumuskan pembicaraan tersebut. Semua
pekerjaan ini dilakukan dengan sasaran pencapaian keseimbangan subjek
yang tepat dan pemasokan kebutuhan informasi dari komunitas yang
dilayani. Berikut ini adalah kategori utama :
a. Pengguna
• Orang dewasa
• Remaja
• Anak-anak usia sekolah
• Anak-anak prasekolah
• Penyadang cacat
• Dosen/guru
• Peneliti
• Pegawai
• Mahasiswa
• Alumni
b. Format
• Buku
• Terbitan berkala
• Surat kabar
• Bentuk-bentuuk mikro
• Slide
• Film dan vidio
• Foto-foto
• Rekaman audio
• Sumber daya online
• Brosur
• Dokumen pemerintah
• Peta
• CD-ROM dan laser disc
• Perangkat lunak
3. Pernyataan Beragam Pokok Persoalan
Bagian dari pernyataan kebijakan pengembangan koleksi ini berisi tentag
perlakuan terhadap bahan pustaka yang diterima sebagai hadiah, penyiangan
(weeding), evaluasi terhadap pengembangan koleksi, masalah protes dan
keluhan, serta sensor. Semua itu penting karena kberkaitan dengan
pengembangan koleksi.
a. Hadiah
Peraturan yang sangat penting dalam penerimaan bahan pustakan yang berbentuk
hadiah adalah jangan tambahkan bahan pustakayang diterima melalui hadiah
kedalam koleksi, kecuali sangat diperlukan oleh pengguna dan perpustakaan yang
seharusnya membeli bahan itu. Jangan lah menambah bahan pustaka hanya karna
diiperoleh dengan gratis. Jika bahan pustaka itu tidak sesuai dengan kebutuhan
pengguna maka akan menimbulkan masalah dalam penyiangan.
Kebijakan tertulis mengenai hadiah haruslah jelas menyatakan apakah
perpustakaan hanya dapat menerima bahan koleksi sesui dengan kebuuhan
pengguna dan apakah perpustakaan boleh materi yang tidak di inginkan oleh
pemustaka dengan perpustakaanmenerima koleksi pribadi dan menempatkan di
lokasi berbeda jika donornya menyediakan dana. Hadiah dan sumbangan uang
adalah sarana yang baik dalam pengembagan koleksi, namun perpustakaan harus
memberikan kebebasan dalam menggunakan semua itu.
b. Penyiangan
Penyiangan itu berbeda dari perpustakkan satu ke perpustakaan lain, tapi semua
perpustakaan akan menghadapi masalah penyiangan. Bahkan perpustakaan besar
pun akan memutuskan koleksi tertentu disimpan di tempat yang memiliki fasilitas
untuk mengaksesnya lebih tidak memadai, misalnya di lantai lebih atas lagi atau
bahkan digudang. Kebijakan ini berkitan dengan siapa yang melakuakan, kriteria
ruang lingkup, frekuensi, tujuan dari program tersebut.
Penyiangan menjelaskan kriteria koleksi yang akan masuk dalam proses
penyiangan. Dengan adanya pernyataan ini akan membantu menghindari
perpustakaan dari keluhan atau protes yang datang dari pengguna perpustakaan
yang menanyakan koleksi.
Sekarang ini penyiangan sangat berkaitan dengan terbitan berkala, belum
menyentuh materi lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi berapa banyak
duplikat yang harus dibelli dan berapa lama penyianganya di koleksi adalah
lamanya masa laris buku itu, jumlah pembaca yang berminat, sifat dari
pemanfaatan buku tersebut, dan kondisi keuangan perpustakaan.
c. Evaluasi koleksi
Evaluasi sangatlah penting dalam pengembangan koleksi. Kebijakan tersebut
harus menunjukan apakah prosese tersebut digunakan untuk masalah internal,
seperti mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan koleksi ataukah untuk tujuan-
tujuan perbandingan atau mungkin untuk meninjau kinerja para pemilih bahan
pustaka. Dalam kebijakan ini perlu ditentukan metode evaluasi koleksi yang
dianggap cocok dengan situasi dan kondisi perpustakaan yang bersangkutan.

d. Masalah protes dan keluhan serta sensor


Setiap perpustakaan pasti akan menghadapi masalah protes atau keluhan tentang
mengapa koleksi tertentu ada di koleksi dan materi yang lain tidak ada di koleksi.
Masalah utama yang berkaitan dengan pertanyaan apa saja yang ada di koleksi,
dan pertanyaan membatasi koleksi pada bidang-bidang tertentu. Tanpa kebijakan
yang jelas, pustakawan akan menjawab tidak tepat atau berubah-ubah dari waktu
ke waktu dan para penanya yang berbeda sehingga kredibilitas pustakawan dalam
mengembangkan koleksi bisa diragukan oleh pengguna dan pendonor.
e. Penggembangan koleksi bersama
Seperti yang telah diketahui di era informasi telah tetjadi eledakan informasi ,
dimana didunia ini sudah beredar bannyak publikasi sehingga tidak dapat
diketahui berapa banyak publikasi yang beredar di pihak lain, di berbagai negara-
negara apalagi di negara berkembang ekonomi negara semakin terasa sulit. Hal itu
berakibat terhadap pembiayaan terhadap perpustakaan. Untuk mensiasati keadaan
tersebut, sudah lama pustakawan-pustakawan melakukan pengembangan koleksi.
Pada dasarnya ada 3 konsep dalam pengembangan koleksi diantaranya adalah:
1. Pengembangan koleksi bersama, yaitu sebuah mekanisme dimana dua
atau lebih perpustakaan mengadakan perjanjian dimana setiap
perpustakaan mempunyai tanggung jawab dalam mengembangkan
koleksi dalam ilmu tertentu, dan mereka akan saling meminjamkan
koleksi tersebut dengan gratis.
2. Pengembangan tekoordinasi. Dalam pengembangan ini suatu
perpustakaan mengadakan perjanjian membeli bahan pustaka atau
bersama-sama menanggung biaya tersebut
3. Pengadaan bersama adalah dimana setiap anggota memasukan pesanan
bersama suatu produk atau jasa, dan setiap anggota menerima produk
atau jasa itu.
Ketiga konsep itu biasanya akan menuju pada pengguanaan bersama koleksi
antara anggota. Dampak lain adalah perlunya para anggota yang berkerja sama
untuk mempunyai katalog yang dapat saling di akses. Dalam pengembangan
koleksi bersama ini setiap anggota memiliki asumsi bahwa anggota-anggota yang
lain telah berusaha semaksimum untuk saling mengisi dalam melayani pengguna
akan meningkatkan adanya kerja sama ini.
Ada enam keuntungan yang bisa diperoleh dalam kerja sama pengembangan
koleksi adalah:
a. Meningkatkan akses pengguna terhadap bahan pustaka yang lebih beragam dan
yanng lebih mendalam untuk subjek tertentu karena adanya pembgian subjek
itu sehingga fokus dalam subjek tersebut.
b. Melebarkan sumber daya yang terbatas
c. Adanya pembagian tugas dalam pengembangan koleksi pada subjek tertentu
bisa mengurangi kepusingan pustakawan
d. Pembagian dalam pengembagan koleksi akan mengurangi duplikasi
kepemilikan bahan pustaka
e. Akan menambah keutungan bagi pengguna tanpa mendatangi banyak
perpustakaan
f. Para anggota dapat saling memecahkan masalah yang dihadapi karena adanya
pertukaran informasi dapat berjalan lancar.

Dengan adanya konsep perpustakaan digital ini maka pengguna bersama koleksi
akan lebih mudah. Perpustakaan tidak dipusingkan lagi degan kemungkinan
hilangnya bahan pustaka yang di pinjam dari perpustakaan lain karena sudah
terhubung langsung dengan internet. Namun dengan koleksi digital yang di akses
melalui internet mengakibatkan akses ke internet akan sangat tinggi, karena di
nilai sangat murah dan mudah.


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengembangan koleksi mencakup semua kegiatan untuk memperluas dan
memperbanyak bahan perpustakaan di perpustakaan, terutama pada aspek
seleksi dan evaluasi bahan perpustakaan. Seleksi adalah proses
mengidentifikasi bahan perpustakaan yang akan ditambahkan pada koleksi
yang telah ada di perpustakaan secara sistematis dan terarah, sesuai dengan
tujuan, rencana, dan anggaran yang tersedia. Sedangkan Evaluasi adalah
kegiatan mengkaji, mensurvei dan menganalisis kebutuhan
pemustaka/pemakainya.
2. Perpustakaan merupakan sarana yang penting dalam program pendidikan dan
pengajaran. Dimana kepala sekolah, kepala perpustakaan dan pihak terkait
memegang peranan yang sangat penting atas keberhasilan perpustakaan
sekolah.
3. Pustakawan sebagai roda penggerak dituntut berdedikasi tinggi serta penuh
pengabdian dalam bertugas untuk meningkatkan peran serta perpustakaan
sekolah.
4. Dengan kemajuan teknologi pustakawan harus meningkatkan kualitas serta
kepekaannya terhadap kemajuan–kemajuan yang ada hubungannya dengan
perkembangan serta peningkatan pelayanan.
5. Anggaran merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan suatu perpustakaan.
6. Untuk mewujudkan kondisi perpustakaan sesuai dengan fungsi dan peranannya
maka perpustakaan sekolah sebisa mungkin dirubah sistemoperasionalnya dari
perpustakaan manul/tradisional menjadi perpustakaan yang berbasis pada
teknologi informasi dan komunikasi.
7. Denganmenerapkan teknologi informasi dan komunikasi diharapkan setiap
perpustakaan secara bertahap dapat mengejar ketinggalannya dari
perpustakaan-perpustakaan yang lebih maju dan lebih modern serta dapat
mengoptimalkan fungsi perpustakaan bagisekolah itu sendiri.
8. Selain hal tersebut diperlukan suatu manajemen pengelolaan yang sesuai
dengan standar internasional dalam mengelola perpustakaan, karena tanpa
manajemen yang baik pekerjaan tidak akan berjalan sesuai dengan apa
yangdiharapkan.Seiring dengan semakin banyak ditemukannya penemuan dan
pengetahuan baru yang juga mempengaruhi pola pikir dan kebiasaan siswa.


B. SARAN
Seorang pustakawan yang ditugaskan di bidang pengembangan koleksi harus
diberi pengetahuan dasar tentang pengembangan koleksi. Pengetahuan dasar
tentang pengembangan koleksi sangat penting karena berkaitan dengan koleksi
yang akan dibangun, siapa yang melaksanakannya dan bagaimana proses dalam
pengembangan koleksi.
Jika pengetahuan dasar tentang pengembangan koleksi sudah dipahami,
diharapkan bisa mengetahui tujuan perpustakaan dan siapa pemakainya. Di
samping itu, pustakawan juga perlu mengenal dan mengetahui organisasi dalam
pelaksanaan kegiatan pengembangan koleksi, ruang lingkup kegiatan
pengembangan koleksi, mengenal berbagai jenis perpustakaan, tujuan
perpustakaan, dan jenis-jenis bahan pustaka, serta mengetahui rangkaian distribusi
bahan pustaka.
Sehingga, perpustakaan yang dikelolanya bisa lebih maju dan memenuhi
kebutuhan informasi bagi masyarakat pengguna karena mempunyai sumber daya
pustakawan yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Sutoyo dan Joko Santoso, Strategi dan Pemikiran Perpustakaan: Visi
Hernandono, Jakarta: Sagung
Bambang Suhendro, Belajar dan Pembelajaran, cet 2, Jakarta: Rineka Cipta, 2000,
hlm. 205
Basyral Harmadi Harahab, Kiprah Perpustakaan, Seperempat Abad Ikatan
Perpustakaan Indonesia, Jakarta:hlm. 46
IFLA.(2001). Guidelines for a Collection Development Policy Usingthe
Conspectus Model. 16 September 2014
Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakawan dan Pustakawan, cet 1, Yogyakarta:
Karnisius,IPI cabang Surakarta tanggal 6 Juli 1996
Kompas, Perpustakaan sebagai sumber ilmu alternatif, Jakarta: Kompas, 2005
Kompas, Perpustakaan sebagai sumber ilmu alternatif, Jakarta: Kompas, 2005
Perpustakaan Inpassing, Buku I, Pusdiklat Perpusnas RI , Jakarta, 2020.
Perpustakaan Nasioanal RI, Jakarta: 2001, hlm. 10
Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Umum Penyelenggara Perpustakaan
Sekolah,
Perpustakaan Nasional, Bahan Ajar Pendidikan dan Pelatihan Pengenalan
Pengelolaan
Perpustakaan Nasional, Bahan Ajar Pendidikan dan Pelatihan Teknis Pengelolaan
Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI , Jakarta, 2018.
Qalyubi, Syihabuddin et.al.(2003). Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Yogyakarta: JIP IAIN SKJ.
Roestiyah. NK, Srategi Belajar Mengajar, cet 6, Jakarta: Rineke Cipta, 2001, hlm.
87
Sulistyo Basuki, Ilmu Pustaka, Jakarta: Gramedia Petaka Utama, 1991, hlm. 25
Sulistyo Basuki, Perioderiasi Perpustakaan Indonesia, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1994,
Supriyanto, Strategi Perpustakaan Dalam Mengahdapi Era Informasi Global,
Makalah Seminar
Wiranto, F.A. (Editor). Perpustakaan Menjawab Tantangan Zaman, Semarang:
Universitas Katolik
Yuyu Yulia, Janti G. Sujana.(2009). Pengembangan Koleksi. Jakarta: UT.

Anda mungkin juga menyukai