Anda di halaman 1dari 3

UNIT PEMBELAJARAN 3

BERKREASI TARI DARI KARYA SENI BENTUK LAIN

Berdasarkan capaian pembelajaran fase E tujuanpembelajaran unit 3, adalah


Peserta didik mampu berkreasi tari berdasarkan karya seni lainnya sesuai potensi diri masing-
masing.

PENUGASAN
LAMPIRAN

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

NAMA :
NO.ABSEN :
KELAS :
PERTEMUAN KE :
HARI/TGL :

1. Dari uraian materi diatas, bentuklah kelompok yang beranggotakan 5-6 orang.
2. Setiap kelompok silahkan memilih 1 lagu daerah yang menjadi sumber rangsang
audio untuk membuat gerakan !
3. Pilihlah 1 lagu daerah yang paling mudah menurut kalian !
videokan hasil pengerjaan kalian, dan masing2 siswa dalam 1 kelompok silahkan
mengirim hasil video di e-learning !
4. Kegiatan ini harus diselesaikan di sekolah tidak boleh dijadikan PR.
5. INGAT ! Jangan sampai ada yang tidak mendapat kelompok.
-MATERI-
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
A. RANGSANG VISUAL DALAM MEMBUAT KARYA TARI
Dalam membuat karya tari, koreografer harus memiliki ide atau gagasan awal. Ide
atau gagasan dapat timbul melalui adanya sebuah rangsang. Konsep dasar dari rangsang
menurut Jacqueline Smith (Suharto: 1985) dideinisikan sebagai sesuatu yang membangkitkan
fikir atau semangat, atau mendorong kegiatan. Artinya bahwa setiap kegiatan yang dilakukan
oleh penata tari dalam berkarya hanya muncul pada saat ada dorongan atau rangsang tersebut.
Rangsang yang biasanya menjadi awal dari lahirnya sebuah karya tari adalah rangsang visual
dan audio.
Rangsang visual dalam membuat karya tari adalah segala sesuatu yang dapat
ditangkap oleh panca indera penglihat, atau mata. Contohnya mengamati alam sekitar, benda-
benda atau fenomena sosial. Rangsang visual dari mengamati alam sekitar dapat mendorong
koreografer untuk menciptakan tema tari tentang flora dan fauna. Rangsang visual terhadap
suatu benda dapat menginspirasi koreografer untuk menentukan properti tari. Contohnya
payung untuk properti Tari Payung, atau lilin untuk properti Tari Lilin.
Rangsang visual dapat juga menginspirasi desain gerak tari dan tempo gerak tari,
misalnya saat koreografer bermain ke kebun binatang kemudian mengamati perilaku satwa,
akhirnya merangsang koreografer tersebut untuk membuat desain gerak meniru tingkah laku
binatang seperti melompatlompat pada gerak tari bertema satwa kijang, atau desain gerak
terbang pada tari bertema burung.
Rangsang visual juga dapat menjadi inspirasi dalam membuat pola lantai, misalnya
mengamati peristiwa kerusuhan, dapat menginspirasi koreografer untuk membuat pola lantai
menyebar atau tidak beraturan. Saat melihat bebek yang sedang berjalan teratur
menginspirasi koreogreafer untuk membuat tarian dengan tema bebek dan pola lantai yang
juga teratur atau sejajar.
Rangsang visual dalam membuat karya tari dapat juga berasal dari karya seni lain
misalnya mengamati teater atau ilm. Telah banyak pertunjukan tari yang terinpirasi dari film
atau teater. Misalnya drama musikal Laskar Pelangi yang pernah di gelar pada 17 Desember
2010 sampai 9 Januari 2011 di Taman Ismail Marzuki, drama musikal ini terinspirasi dari
novel terkenal karya Andrea Hirata tahun 2005. Dalam drama musikal tersebut terdapat
beberapa adegan yang diisi oleh adegan tokoh-tokoh yang menari bersama. Contoh lain,
membuat sebuah karya tari dapat juga terinspirasi dari tayangan yang sering ditonton
misalnya ilm India, drama korea atau tontotan lainnya.
Rangsang visual bentuk lain dapat juga terinspirasi dari karya lukisan atau patung
hasil karya seniman rupa. Misalnya saat koreografer mengamati relief candi Borobudur dapat
menginspirasi untuk membuat karya tari berdasarkan cerita yang tergambar pada relief candi
tersebut.

B. RANGSANG AUDIO DALAM MEMBUAT KARYA TARI

Rangsang musik atau rangsang audio adalah rangsang membuat karya berdasarkan segala
sesuatu yang dapat ditangkap melalui pancaindera pendengaran. Seperti yang telah dijelaskan
pada unit 1 dan 2, musik berkaitan dengan tempo, intensitas suara dan jenis suara. Rangsang
musik pada tari dapat berupa iringan dari alat musik, karya-karya musik berupa rekaman atau
lagu. Selain itu rangsang musik juga dapat diperoleh dari suara atau bunyi dari lingkungan
sekitar, seperti suara hewan, suara deburan ombak di laut, bunyi kicau burung, suara manusia
yang sedang berbicara, tertawa atau menangis, suara kendaraan atau suara-suara yang
mengingatkan kita pada sebuah fenomena sosial.
Rangsang audio berkaitan juga dengan proses terciptanya desain gerak, misalnya
suara tangisan dapat memberi rangsang untuk membuat desain gerak yang sempit dengan
tempo yang lambat, gerakan ini terinspirasi dari kondisi penuh kesedihan atas rangsang audio
berupa tangisan yang didengar koreografer.
Rangsang audio dengan musik tradisi daerah tertentu dapat menjadi inspirasi bagi
koreografer untuk membuat karya tari dengan ragam gerak sesuai musik daerah tersebut.
Misalnya saat mendengar lagu dari India kita akan secara tidak sadar untuk menirukan gerak
tari khas India. Ketika kita mendengar musik RnB koreografer akan terinspirasi untuk
membuat gerakgerak hiphop. Di Indonesia banyak seniman tari yang berkarya berdasarkan
bentuk seni lain seperti seni musik. Salah satu contohnya adalah lagu Genjring Party karya
grup Krakatau, Musik Genjring Party yang dinamis terdiri dari
perpaduan musik modern dan tradisonal, telah berhasil menginspirasi banyak seniman tari di
Indonesia untuk membuat karya tari kreasi baru berdasarkan karya musik Genjring Party.
Contoh lainnya, lagu berjudul Lathi yang populer di petengahan tahun 2020. Musik karya
Weird Jenius yang dinyanyikan oleh Sara Fajira juga telah menjadi inspirasi bagi para
koreografer dan penata rias di Indonesia untuk membuat berbagai karya tari maupun tata rias
sesuai dengan penafsiran masing-masing seniman.

Anda mungkin juga menyukai