Anda di halaman 1dari 3

Judul Karya Tari

Tari jaipong

Sumber Garapan/Tari

Tari Jaipongan adalah tari tradisional dari Sunda (Jawa Barat) yang merupakan hasil kreasi
seorang seniman Bandung yaitu Gugum Gumbira sekitar tahun 1960an. Sumber ide penciptaan
tari Jaipongan ini ialah tari Ketuk Tilu yang juga merupakan tari tradisional daerah Sunda.

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/1686052#readmore


1. Kinestetik, sumber garapan yang berasal dari gerak. Gerak tersebut dapat diperoleh dari
melihat pertunjukan tari, gerakan sehari-hari, gerakan binatang, atau gerakan apasaja yang
rangsangan awalnya berasal dari gerak yang pernah dilihat, baik melihat pertunjukan
langsung maupun melalui media elektronik.

2.5 Tipe Tari

Tipe tari yang dapat dipakai untuk menyusun konsep garapan tari ialah sebagai berikut :

1. Dramatari, merupakan suatu karya tari yang mengungkapkan suatu ceritera yang didalamnya
terdapat beberapa tokoh yang kehadirannya memiliki arti, punya peranan yang bersifat
kausal atau sebab akibat. Seperti dramatari dengan ceritera Malin Kundang, Ramayana,
Kartini dan lain sebagainya. Dalm ceritera tersebut ada beberapa tokoh yang harus
dimunculkan, dan masing-masing tokoh memiliki peranan yang saling berhubungan.
2. Dramatik, karya tari yang mengandung unsur ceritra meskipun didalamnya tidak
menggambarkan tokoh-tokoh tertentu.
3. Komik, suatu garapan tari yang bersifat komikal. Misalnya tari karya Didi Nini Thowok
berjudul “ Dwi Muka”, tari Golek Kayu, atau bentuk tari jenaka lainnya.
4. Abstrak, suatu garapan tari yang pengungkapannya tidak diekspresikan secara jelas. Karya-
karya tersebut biasannya karya kontemporer atau karya tari non-Tradisional.

2.6 Mode Penyajian

Mode penyajian adalah semacam gaya penyajian dalam sebuah pertunjukan tari. Mode
penyjian ini terdiri dari dua, yaitu :

1. Simbolik, bahwa cara pengungkapan garapan suatu tari diekspresikan dengan simbol-simbol,
baik dala gerak, kostum maupun pola lantai. Contonya tari Bedaya dari Jawa yang dilakukan
oleh penari puteri semua dengan kostum yang sama.
2. Representasional, pengungkapan karya tarinya jelas, baik ceritera dan tokohnya diungkapkan
secara jelas, sehingga penonton mudah memahami. Biasanya tari dengan mode penyajian
representasional akan mudah dipahami oleh penonton yang tingkat apresiasinya masih awam
sekalipun. Contohnya ialah ceritera Malin Kundang dari Sumatera.

2.7 Konsep Gerak

Hindari memadukan dua macam gaya tari yang berbeda dalam satu garapan, jika
perpaduannya tidak mempertimbangkan segi estetis, maka akan terkesan tari tersebut berupa
tempelan-tempelan gerak yang terlihat kurang halus.

Dalam penggarapan gerak pasti akan ada transisi yaitu perpindahan dari pola lantai (posisi)
satu ke pla lantai berikutnya. Transisi harus dilakukan secara halus, artinya jangan
menggunakan gerak transisi semata-mata untuk bergerak ke posisi berikutnya. Tetapi gunakan
gerakan-gerakan yang memungkinkan dilakukan sambil berpindah atau bergeser, sehingga
tanpa terasa ketika gerak tersebut selesai dilakukan, seolah tanpa disengaja penari sudah
berubah atau berganti posisi.

Gambar 2.3

Keseimbangan gerak kaki, torso (berat badan dan tumpuan)

2.8 Konsep Iringan/Musik

Iringan tari dapat dibuat dengan sangat sederhana. Hal ini dimungkinkan terjadi bila tidak
mempunyai iringan musik sama sekali.

Perlu diketahui bahwa aspek artistik yang menghidupkan karya tari adalah musik yang
mengiringi tari. Untuk membuat iringan musik tari ada beberapa cara yang harus ditempuh
oleh penata tari, diantaranya adalah :

1. Cara pertama, hampir sam dengan konsep gerak, maka konsep iringan/musik jiuga dapat
berpijak dan mengembangkan musik daerah tertentu, sesuai dengan garapan geraknya.
Artinya kalau garapan tarinya berpijak pada gerak-gerak tari Minang, maka musik iringannya
juga dikembangkan dari musik daerah Minang. Namun demikian dapat pula tidak
mengembangkan musik daerah tertentu tetapi membuat kreasi musik/iringan baru yang
sengaja dibuat untuk tari tersebut.
2. Cara kedua, musik iringan dapt juga dibuat dengan cara editing, yaitu garapan tari tersebut
tidak menggunakan musik iringan yang sengaja dibuat dengan menggunakan instumen musik
lengkap untuk kepentingan tersebut, tetapi menggunakan musik-musik yang sudah ada dalam
bentuk rekaman pita kaset. Kita bisa memilih berbagai jenis musik, lalu menyeleksi musik
yang sesuai dengan gerak-gerak tari yang kita buat. Kemudian lakukan proses editing,
sehingga memperoleh musik iringan tari yang sesuai dengan konsep geraknya. Dalam
melakukan editing musik harus memperhatikan segi estetisnya terutama dalam proses
`sambungan` atau pergantian antar jenis musik dan juga irama, sehingga diperoleh hasil
yang halus estetis, tidak tampak seperti tempelan-tempelan atau gabungan musik tanpa
makna.
3. Cara ketiga, ada tari yang tidak menggunakan alat musik maupun editing, tetapi
menggunakan alat musik internal yaitu musik yang suaranya dihasilkan dari anggota badan
manusia. Misalnya suara penari, tepukan tangan, tepukan tangan dipaha, jentikan ibu jari
dan jari tengah, seruan atau teriakan penari.
4. Cara keempat, tari dapat juga di iringi dengan syir-syair lagu yang dinyanyikan oleh penari
atau oleh kelompok vokalis.
5. Cara kelima, irngan tari juga dapat dihasilkan dari kreatifita kita memanfaatkan benda-
benda yang ada disekeliling kita. Atau gunakan alat musik sederhana misalnya rebana,
garputala, atau yang lainnya untuk mengiringi tari yang sederhana.

2.9 Konsep Tata Teknik Pentas

Tata teknik pentas menyangkut tempat pertunjukan yang akan digunakan, penataan tata letak
panggung, dekor properti, tata lampu, dan sebagainya yang semuanya menyangkut hal-hal
artistik dipanggung.

1. Tempat pertunjukan yang akan digunakan jenis procenium atau arena pentas berupa
lapangan atau pendopo.
2. Dekor atau backdrop atau latar belakang panggung dapat berwarna hitam, putih atau abu-
abu. Untuk tata panggungnya apakah menggunakan setting, misalnya trap, tiruan gapura dan
sebagainya. Atau panggung tidak menggunakan setting sama sekali atau kosong.
3. Properti apa saja yang digunakan. Mislnya penggunaaan keris, tongkat, kain, busur,
saputangan dan sebagainya.
4. Tata lampu menggunakan penerangan listrik atau obor. Untuk dramatari, desain lampu
disesuaikan dengan adegan atau ceriteranya.

Anda mungkin juga menyukai